bab ii kajian pustaka a. 1. perkembangan motorik a ... · dengan kata lain, ada tahapan-tahapan ......

30
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perkembangan Motorik a. Pengertian Motorik Motorik adalah sesuatu yang berkenaan dengan penggerak (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 538). Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Motor development comes about through the unfolding of a genetic plan or maturation (Gesell, dalam Santrock, 2007 : 58). Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan bisa langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak. Fisik atau tubuh manusia merupakan organ yang kompleks dan sangat mengagumkan terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnya ketika anak

Upload: duongdien

Post on 15-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Perkembangan Motorik

a. Pengertian Motorik

Motorik adalah sesuatu yang berkenaan dengan penggerak (Kamus Besar

Bahasa Indonesia : 538). Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan

perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian

gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan

spinal cord.

Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis

atau kematangan fisik anak, Motor development comes about through the unfolding of

a genetic plan or maturation (Gesell, dalam Santrock, 2007 : 58). Anak usia 5 bulan

tentu saja tidak akan bisa langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan

umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak.

Fisik atau tubuh manusia merupakan organ yang kompleks dan sangat

mengagumkan terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Teori yang

menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System

Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan

bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di

lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan

persepsi mereka tersebut untuk bergerak.

Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnya ketika anak

melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa

dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu,

yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil

mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.

Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk

melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru,

kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan

sistem syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan

anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung

pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika sistem

syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak

sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.

Usia emas dalam perkembangan motorik adalah middle childhood atau masa

anak-anak, yang mana terjadi dalam usia anak dan terbagi dalam 3 tahapan yaitu

infancytoddlerhood di usia 0 sampai 3 tahun, early childhood usia 3 sampai 6 tahun,

dan middle childhood usia 6 sampai 11 tahun. seperti yang diungkapkan Petterson

(1996 : 88). Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami

sakit seperti usia sebelumnya. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih

maskimal dari pada usia sebelumnya.

Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak.

Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang

terkoordinir antara susunan saraf, otot dan otak. Perkembangan motorik meliputi

motorik kasar dan halus yang mana akan penulis jelaskan.

Perkembangan motorik berbeda dari setiap individu, ada orang yang

perkembangan motoriknya sangat baik, seperti para atlit, ada juga yang tidak seperti

orang yang memiliki keterbatasan fisik. Gender pun memiliki pengaruh dalam hal ini,

sesuai dengan pendapat Sherman (1973 : 31) yang menyatakan bahwa anak

perempuan pada usia emas kelenturan fisiknya 5 %- 10 % lebih baik dari pada anak

laki-laki, tapi kemampuan fisik atletis seperti lari, melompat dan melempar lebih

tinggi pada anak laku-laki dari pada perempuan.

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan

motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996 :

54) sebagai berikut:

1) Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh

perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan

memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat

mainan.

2) Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya

pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent.

Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri

untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.

3) Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah

Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-

berbaris.

4) Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain

atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan

menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan

terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan)

5) Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-

concept atau kepribadian anak.

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang

mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan

system syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi

atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua

motorik kasar dan motorik halus.

Sejak lahir, menurut dr. Rini Sekartini, Sp.A. (2007 : 49) bayi sebetulnya sudah

membawa empat aspek perkembangan. Yakni meliputi gross motor atau gerakan atau

motorik kasar, fine motor atau gerakan atau motorik halus, aspek komunikasi-bicara,

serta aspek sosial dan kemandirian. Bahkan begitu bayi lahir, aspek motoriknya sudah

mulai berkembang.

b. Jenis Motorik

Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah

gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh

anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya

kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.

Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus

atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar

dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret,

menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut

sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.

Atau dengan kata lain bahwasanya perkembangan motorik anak dibagi menjadi

dua, yang meliputi:

1) Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun

tangga.

2) Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis,

menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan benda-

benda atau alat-alat mainan (Curtis,dan Hurlock, dalam Yusuf 2002 : 101)

1) Motorik Kasar

a) Pengembangan Motorik Kasar

Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar

atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh

kematangan anak itu sendiri.

Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda, ada yang

cepat dan ada yang lambat, tergantung faktor bakat (genetik), lingkungan (gizi

dan cara perawatan kesehatan), dan konvergensi (perpaduan antara bakat dan

lingkungan). Oleh sebab itu perlakuan terhadap anak tidak dapat disamaratakan,

sebaiknya dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan

anak (Diktentis Diklusepa, 2003 : 8).

Pada prinsipnya, motorik kasar merupakan gerakan otot-otot besar. Yakni

gerakan yang dihasilkan otot-otot besar seperti otot tungkai dan lengan. Misalnya

gerakan menendang, menjejak, meraih dan melempar.

Tujuan pendidikan fisik motorik atau disebut motorik kasar ini untuk

anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan

ketertarikan fisik jangka panjang (CRI, 1997 : 34).

Seperti halnya teori Karl Groos, Yang teorinya bernama teori biologis

mengatakan “Anak-anak bermain oleh karena anak-anak harus mempersiapkan

diri dengan tenaga dan pikirannya untuk masa depanya. Seperti halnya dengan

anak-anak binatang, yang bermain sebagai latihan mencari nafkah, maka anak

manusia pun bermain untuk melatih organ-organ jasmani dan rohaninya untuk

menghadapi masa depanya” (Rahma, 2009 : 71) Hal ini menunjukan

perkembangan motorik kasar anak dapat berkembang melalui bermain.

Hakekatnya, perkembangan motorik anak berkaitan erat dengan faktor

lainnya. Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan

motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart, 1982

(Petterson 1996 : 106) menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan

self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang

olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga

seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman, 1980 (Peterson, 1996 :

121) bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem.

b) Jenis - Jenis Motorik Kasar

Motorik kasar mencakup gerakan otot-otot besar seperti otot tungkai dan

lengan. Adapun Jenis Perkembangan motorik kasar pada anak menurut Buku

Panduan Metodik Khusus Taman Kanak-Kanak Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Tahun 1997 adalah :

(1) Menangkap sesuatu

(2) Meraih sebuah benda

(3) Berjalan

(4) Melompat

(5) Memainkan jari-jari

(6) Melempar benda

(7) Meremas-remas kertas

(8) Menirukan sesuatu berjalan

(9) Duduk

(10) Berlari

(11) Menendang sesuatu

(12) Naik dan turun tangga

(13) Merangkak

(14) Memukul

(15) Mengayunkan tangan

(16) Berguling ke kanan dan ke kiri

c) Alat peraga Bermain Motorik Kasar

Stimulasi perkembangan gerak anak sangatlah penting dalam mengasah

aspek psikomotorik anak. Dan tentu saja aspek psikomotorik anak sangat

berperan dalam aspek kognitif dan afektif anak. Sebab, dengan melatih

keterampilan gerak anak, anak menjadi aktif, pola pikirnya berkembang, dan

tubuh akan menjadi sehat. Alat Peraga yang dapat digunakan menurut Buku

Panduan Metodik Khusus Taman Kanak-Kanak Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Tahun 1997 antara lain adalah :

(1) Menangkap bola

Mengajak anak untuk menangkap bola dengan menggunakan bola sebesar

bola tenis. Sekali-kali bola dilempar ke arah anak, dan meminta anak

menangkapnya, kemudian melempar kembali ke arah guru kembali dan begitu

seterusnya.

(2) Berjalan mengikuti garis lurus

Di halaman, Guru dapat meletakkan papan sempit, atau buat garis lurus

dengan tali rafia/kapur atau susun batu bata memanjang. Kemudian

menunjukkan pada anak cara berjalan di atas papan/garis lurus dengan

merentangkan kedua lengan/tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh.

(3) Melompat

Menunjukkan pada anak cara melompat dengan satu kaki. Bila anak sudah

bisa melompat dengan satu kaki, kemudian guru memberi contoh untuk cara

melompat melintas ruangan, mula mula dengan satu kaki, kemudian

bergantian dengan kaki yang lainnya.

(4) Melempar benda-benda kecil ke atas

Mengajari anak melempar benda-benda kecil ke atas atau menjatuhkan kerikil

ke dalam kaleng. Guru harus menggunakan benda-benda yang tidak

berbahaya untuk hal ini

(5) Menirukan binatang berjalan

Menunjukkan pada anak cara binatang berjalan, misal kucing berjalan dengan

kedua kaki dan tangan.

d) Langkah – Langkah Bermain Motorik Kasar

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting

dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa langkah

pengembangannya adalah :

(1) Keterampilan berolah raga (seperti senam) atau menggunakan alat-alat olah

raga.

(2) Gerakan-gerakan permainan, seperti meloncat, memanjat dan berlari.

(3) Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan kedisiplinan

dan ketertiban.

(4) Gerakan-gerakan ibadah shalat

Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan

tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas.

Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat

menstimulasi perkembangan otot (CRI, 1997 : 68).

Jika kegiatan anak di dalam ruangan, pemaksimalan ruangan bisa

dijadikan strategi untuk menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak untuk

berlari, berlompat dan menggerakan seluruh tubuhnya dengan cara-cara yang

tidak terbatas.

Keterampilan fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas

olah raga bisa dipelajari dan dilatih di masa-masa awal perkembangan. Sangat

penting untuk mempelajari keterampilan ini dengan suasana yang menyenangkan,

tidak berkompetisi agar anak-anak mempelajari olah raga dengan senang dan

merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi.

2) Motorik Halus

a) Pengembangan Motorik Halus

Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupaun

psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh dan kembang pada usia dini.

Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang

meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif, emosi,

maupun perkembangan psikososial.

Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang komples dan

sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam

kandungan). Kuhlen dan Thomshon. 1956 (Yusuf, 2002 : 83) mengemukakan

bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) sistem syaraf

yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot

yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3)

kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru,

seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu

kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) struktur

fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proposi.

Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau

sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar

dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-

coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.

Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis,

menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan benda-

benda atau alat-alat mainan (Curtis,1998 : 56) dan (Hurlock, 1957 : 104 ).

b) Jenis – Jenis Motorik Halus

Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau

sebagian anggota tubuh tertentu dan dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar

dan berlatih. Jenis-Jenis motorik halus menurut Andang (2009 : 93), antara lain :

(1) Menulis

(2) Menggambar

(3) Memotong

(4) Mewarnai

(5) Memainkan benda-benda atau alat-alat mainan

(6) Membuat sesuatu dengan malam (lilin)

(7) Merangkai sesuatu

(8) Berjinjit

(9) Bermain alat musik

c) Alat Peraga Bermain Motorik Halus

Erik H. Erikson (Sutarti 1991:50) menjelaskan bahwa anak-anak dalam

menyusun pengalaman dengan membuat suatu keadaan yang semestinya dan

menguasai kenyataan melalui ujicoba dan perencanaan di dalamnya.

Aspek psikomotorik anak sangat berperan dalam aspek kognitif dan

afektif anak. Sehingga sesuatu yang dapat melatih ketrampilan motorik halus anak

dapat dilakukan, antara lain :

(1) Menyusun balok

Mengajak anak untuk bermain dan berlatih menyusun balok menjadi sesuatu

misalnya istana atau mobil-mobilan. Kegiatan menyusun balok seperti ini

dapat memberikan efek positif pada pola pikir anak.

(2) Mengajak Anak untuk menulis

Guru dapat memberi contoh tulisan dipapan tulis dan menyuruh anak

menuliskannya di bukunya.

(3) Memotong gambar yang disukai anak-anak

Memberikan gambar yang disukai anak. Misalnya gambar kartun atau robot

yang sedang menjadi pembicaraan anak. Hal ini memberi kesenangan

tersendiri pada anak. Setelah memotong, anak dapat menempel gambarnya

pada buku.

d) Langkah – Langkah Bermain Motorik Halus

Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak-anak

menggali pasir dan tanah, menuangkan air, mengambil dan mengumpulkan batu-

batu, dedaunan atau benda-benda kecil lainnya dan bermain permainan di luar

ruangan seperti kelereng. Pengembangan motorik halus ini merupakan modal

dasar anak untuk menulis. Hal tersebut merupakan hal umum yang dapat Guru

lakukan untuk menstimuli perkembangan motorik halus anak.

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah :

(1) Pembelajaran mencintai buku, meliputi pengenalan buku untuk menggambar

atau mewarnai.

(2) Ketrampilan dasar anak yakni seperti meronce, mewarnai, menggunting benda

dan membuat mainan dari lilin.

(3) Menggunakan gerakan pincer yaitu memegang benda dengan hanya

menggunakan jari telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau

mencubit serta memegang sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya,

ataupun saat mengikat tali sepatu.

(4) Menggunakan permainan saat melatih kemampuan motorik halus anak

misalnya perlombaan merangkai bunga atau membuat robot dari lilin dan

sebagainya.

2. Standar Kompetensi

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber

Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Dalam proses belajar mengajar (PBM)

akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang

atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang

pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah

kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. (Adrian 2004 : 65). Dalam

pembelajaran ada sebuah standar yang dijadikan sebuah titik pencapaian dan itulah standar

kompetensi yaitu target pembelajaran.

Standar Kompetensi yang ingin dicapai pada pembelajaran ini adalah dapat

menggerakan badan dan kaki dalam rangka keseimbangan kekuatan, koordinasi dan

melatih keberanian.

a. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar merupakan satuan ketercapaian suatu pembelajaran yang

mana harus dicapai. Kompetensi dasar adalah sebuah keterkaitan antara standar

kompetensi dengan peserta didik. Cronbach (1954 : 215) berpendapat : Learning is

shown by a change in behaviour as result of experience ; belajar dapat dilakukan secara

baik dengan jalan mengalami. Sehingga dengan kompetensi dasar dapat menjembatani

peserta didik dengan belajar untuk mencapai hasil.

Kompetensi Dasar yang ingin dicapai adalah anak mampu melakukan aktivitas

fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan dan persiapan menulis,

keseimbangan kelincahan dan melatih keberanian.

b. Indikator

Indikator adalah suatu tugas pencapaian yang diharapkan pendidikan dengan

suatu cara. Menurut Breen dan Candlin (dalam Sheldon 1987 : 67) tugas pembelajaran

adalah rencana kerja yang dirancang secara sistematis mulai dari latihan yang paling

sederhana dengan tingkat kesulitan paling rendah sampai dengan kegiatan komunikasi

total atau pemecahan masalah. Sehingga indikator adalah pencapaian dari tugas

pembelajaran.

Indikator dalam pembelajaran ini adalah merayap dan merangkak dengan

berbagai variasi. (FM,22) berjalan maju pada garis lurus sambil membawa beban

(FM,15)

3. Materi / Bahan Ajar

Materi yang digunakan adalah standar materi Taman kanak-kanak atau Pendidikan

anak usia dini yang menjadi pengetahuan bahan ajar bagi anak. Cara belajar yang

dilakukan pada usia prasekolah ini melalui bermain serta rangsang dari lingkungannya,

terutama lingkungan rumah. Terdapat pula pendidikan di luar rumah yang melakukan

kegiatan belajar lebih terprogram dan terstruktur, walau tidak selamanya lebih baik.

Materi atau bahan ajar untuk pembelajaran gerobak dorong dalam area outdoor

adalah pemberian materi untukperkembangan motorik kasar anak agar sesuai dengan

tahap perkembangannya.

4. Metode

a. Pengertian Metode

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan

praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran

yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:

1) Ceramah

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan

informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada

umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000 : 32).

Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling

ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi

kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan

paham siswa.

2) Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan

barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara

langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan

pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000 : 33).

Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan

sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.

Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000 : 35).

3) Diskusi

Muhibbin Syah ( 2000 : 37 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah

metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah

(problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group

discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).

4) Percobaan atau Eksperimen

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik

perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.

Syaiful Bahri Djamarah, (2000 : 38). Metode percobaan adalah suatu metode

mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya

di Laboratorium.

Metode eksperimen menurut Djamarah (2002 : 39) adalah cara penyajian

pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu

yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa

diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti

suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.

Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari

kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan

dari proses yang dialaminya itu.

5) Resitasi

Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan

membuat resume dengan kalimat sendiri (http://re-searchengines.com/art05-

65.html).

Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian

mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri

Djamarah, 2000 : 40)

6) Karya Wisata

Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih

dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan

bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang

kemudian dibukukan.

Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar

sekolah, untuk meninjautempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah

(2001:85), karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau

memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan

teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa

ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau

menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba

ada, dan sebagainya.

Menurut Djamarah (2002 : 44 ), pada saat belajar mengajar siswa perlu

diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu

bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan

melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang merupakan

cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau

obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti

meninjau pegadaian.

7) Latihan Ketrampilan

Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa

diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat

sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan

sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.

(Martiningsih 2009 : 70)

8) Discovery

Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002 : 192) diartikan sebagai

suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi

obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.

Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang

meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada

proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia

of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat

diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan

menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai

tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery

adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan

siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa

diberitahukan atau diceramahkan saja.

Suryosubroto (2002 : 193) mengutip pendapat Sund (1975 : 215) bahwa

discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau

sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-

golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan

sebagainya.

Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk

melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik

dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga

proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh

pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta

dipraktekkan pada saat mengajar.

b. Jenis Metode

1) Metode Bermain Peran

a) Pengertian Metode Bermain Peran

Bermain peran merupakan salah satu aktivitas yang penting bagi

pertumbuhan anak karena dapat mengembangkan beragam potensi yang terdapat

dalam diri sang anak, menurut pakar pendidikan Prof Dr.Arief Rachman (dalam

Republika, Jumat, 28 Maret 2008). Bermain peran adalah bentuk permainan di

mana seorang anak dapat menjadi apa saja yang memiliki seperangkat perilaku

tertentu yang unik, seperti guru, dokter, dan juga orang tua. bermain peran

memiliki beragam keuntungan yaitu tidak membutuhkan banyak biaya dan

membuat seorang anak belajar untuk mempraktikkan sebuah perilaku atau

keahlian.

Model pembelajaran Bermain Peran merupakan pembelajaran terakhir

pada model pembelajaran Berbicara. Dengan demikian maka dikandung

pengertian bahwa model pembelajaran ini sebagai tataran tertinggi dalam model

pembelajaran Berbicara. Jika dalam model pembelajaran berbicara sebelumnya

masih terdapat campur tangan guru, maka dalam Bermain Peran ini sudah hampir

100% murni dari inisiatif, spontanitas dan pemikiran peserta didik. Dalam

praktiknya Bermain Peran ini menyerupai sandiwara atau drama, hanya saja

dalam bentuk yang lebih kecil/sederhana. Maka peserta didik akan memperoleh

peran dan teks dialog yang harus dihafalkan untuk ditampilkan di depan kelas

nanti.

Metode bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang

tergolong dalam metode simulasi. Menurut Dawson (1962 : 183) yang dikutip

oleh Moedjiono & Dimyati (1992 : 80) mengemukakan bahwa simulasi

merupakan suatu istilah umum berhubungan dengan menyusun dan

mengoperasikan suatu model yang mereplikasi proses-proses perilaku. Sedangkan

menurut Ali (1996 : 83) mengemukakan bahwa metode simulasi adalah suatu cara

pengajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan.

Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd. (2004 : 141) terdapat empat asumsi yang

mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-

nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya.

Keempat asumsi tersebut sebagai berikut :

(1) Secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan

pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada

saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan

untuk menciptakan analogi mengenai situasi kehidupan nyata. Terhadap

analogi yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat

menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang lain.

(2) Bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan

perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain.

Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan

tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan

pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara

bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama. Bermain

peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah

pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral

dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan

emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam

psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual,

sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang

sangat penting dalam pembelajaran.

(3) Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke

taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok.

Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari

reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan demikian,

para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara

memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk

mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, para peserta didik

dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah

yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya

secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi

peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan

tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif

dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana

orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.

(4) Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi,

berupa sikap, nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat ke taraf

sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para

peserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain,

apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah.

Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan

nilai yang dimilikinya.

Melalui bermain peran (role playing), anak-anak mencoba mengeksplorasi

hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya

sehingga secara bersama-sama dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, dan

berbagai strategi pemecahan masalah.

Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi

pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini berusaha membantu peserta

didik menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya.

Juga melalui model ini para peserta didik diajak untuk belajar memecahkan

masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang

beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi sosial, model ini memberikan

kesempatan kepada anak bekerja sama dalam menganalisis situasi sosial, terutama

masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi peserta didik.

b) Tahap Bermain Peran Gerobak dorong

Bermain Gerobak dorong merupakan hal yang dianggap menyenangkan

oleh anak dan juga dapat membantu kesempurnaan gerak anak. Adapun Tahap

yang dapat dilakukan untuk bermain peran gerobak dorong :

(1) Pada permulaan adalah menyiapakan anak secara berpasang-pasangan karena

permainan bermain peran gerobak dorong ini membutuhkan kerjasama antara

dua orang.

(2) Setelah anak siap secara berpasangan, salah satu anak dalam pasangan

diperkenankan untuk memposisikan diri yaitu dengan posisi tengkurap.

(3) Anak yang tengkurap meletakkan kedua tangannya di lantai dan

menjadikannya penopang berat badannya.

(4) Anak yang satunya lagi mengangkat kedua kaki anak yang tengkurap seolah-

olah menjadi pendorong gerobak.

(5) Anak yang tengkurap bermain seolah-olah menjadi gerobak yang didorong,

yang menggunakan kedua tangannya ibarat sebuah roda gerobak yang

didorong dan berjalan.

(6) Agar anak merasakan semua, permainan ini dilakukan secara bergantian antara

sepasanga anak didik tadi.

c) Aspek yang dikembangkan

Aspek-aspek yang dikembangkan dalam bermain peran gerobak dorong

ini adalah antara lain :

(1) Kelenturan

Hal ini dapat dilihat dari gerakan yang menuntut gerakan dari anak yang mana

pastinya akan melatih kelenturan anak dan bermanfaat bagi keberlangsungan

hidupnya. Apabila otot sudah dibiasakan lentur dari masa kanak-kanak

pastinya akan sangat bermanfaat bagi perkembangan selanjutnya.

(2) Keseimbangan

Selain kerjasama tim yang dituntut baik, anak juga dapat melatih

keseimbangan dalam dirinya. Dibuktikan dengan gerakan menopang badan dan

berjalan dengan kedua tangannya. Apabila anak dapat berjalan dengan baik

sebagai gerobak dorong, maka keseimbangannya sudah baik.

(3) Kelincahan

Kelincahan pada anak usia dini merupakan hal yang sangat diharapkan, karena

kelincahan merupakan standar ukuran anak senang terhadap pendidikan yang

diberikan atau tidak. Apabila anak lincah dan aktif dalam mengikuti kegiatan

yang diberikan guru, berarti anak ini sudah mampu menerima stimuli dari guru

dengan baik.

(4) Keberanian

Kadang anak-anak merasa takut akan hal baru yang belum dilakukannya. Entah

karena takut ataupun karena malas. Namun dalam hal ini keberanian

merupakan aspek yang dituju karena dalam bermain peran gerobak dorong

anak yang berani bermain adalah anak yang sudah belajar untuk berani

melakukan sesuatu.

d) Jenis Bermain Peran

Metode pengajaran permainan peran terbagi menjadi 3 kelompok tahapan

seperti yang dikemukakan oleh Ali (1996 : 83) berikut ini :

(1) Sosiodrama, adalah semacam drama sosial berguna untuk menanamkan

kemampuan menganalisa situasi sosial tertentu yang merupakan suatu sistem

pemecahan masalah.

(2) Psikodrama, adalah hampir mirip dengan sosiodrama. Perbedaan terletak pada

penekannya. Sosiodrama menekankan kepada permasalahan sosial, sedangkan

psikodrama menekankan pada pengaruh psikologisnya.

(3) Role-Playing, role playing atau bermain peran khusus bertujuan

menggambarkan suatu peristiwa masa lampau atau kejadian tertentu.

Berdasarkan kutipan tersebut, berarti metode bermain peran adalah

metode pembelajaran yang di dalamnya menampakkan adanya perilaku pura-pura

dari anak yang terlihat dan atau peniruan situasi dari tokoh-tokoh sejarah

sedemikian rupa. Dengan demikian metode bermain peran adalah metode yang

melibatkan siswa untuk pura-pura memainkan peran tokoh yang terlibat dalam

proses sejarah atau peristiwa.

2) Bermain Outdoor

a) Pengertian Bermain Outdoor

Selama ini kita sering terikat dengan satu sistem pembelajaran yang sangat

formal dan membosankan terutamanya bagi kanak-kanak. Perkara ini perlahan-

lahan akan mengurangkan minat untuk belajar dan perkembagan anak juga

menjadi sangat perlahan. Guru perlu lebih kreatif dalam menjadikan proses

pembelajaran menarik dan efektif.

Cara belajar yang dilakukan pada usia prasekolah adalah melalui bermain

serta rangsang dari lingkungannya, terutama lingkungan rumah. Terdapat pula

pendidikan di luar rumah yang melakukan kegiatan belajar lebih terprogram dan

terstruktur, walau tidak selamanya lebih baik. Kegiatan bermain di lingkungan

atau di luar ruangan ini yang dinamakan bermain outdoor.

Penyediaan peralatan bermain di luar ruangan bisa mendorong anak untuk

mengembangan kekuatan tubuh bagian atas dan juga bagian bawah. Stimulasi-

stimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan motorik kasar. Sedangkan

kekuatan fisik, koordinasi, keseimbangan dan stamina secara perlahan-lahan

dikembangkan dengan latihan sehari-hari. Lingkungan luar ruangan tempat yang

baik bagi anak untuk membangun semua keterampilan ini.

b) Jenis bermain Outdoor

Bermain outdoor ini lebih bersifat untuk penyegaran anak agar tidak bosan

dengan pembelajaran yang ada di kelas. Bermain outdoor cenderung melibatkan

kekuatan anak untuk melakukan sesuatu dengan bersenang-senang-senang

sehingga dapat membantu tumbuh kembang motorik kasar anak.

Dalam hal ini Guru harus berusaha agar anak-anak betah berada di

lingkungan, salah satu triknya yaitu dengan membukan tempat bermain di

halaman atau sering disebut dengan outdoor play. Dengan outdoor play di

otomatis anak-anak akan senang dan andapun guru sebagai orang tua menjadi

senang karena dapat memantau. Adapun Jenis-Jenis Outdoor play menurut

Andang (2009 : 49) antara lain :

(1) Jungkat-Jungkit

(2) Ayunan

(3) Plosotan

(4) Tangga Majemuk

(5) Meniti Tali

(6) Trampoline

(7) Terowongan

(8) Arena untuk meloncat-loncat

(9) Apabila ada anak yang pemberani dapat dikenalkan dengan flying fox.

Dengan demikian permainan ataupun pembelajaran yang disediakan guru

dapat memanfaatkan fasilitas yang sudah ada dalam sekolah atau bersifat kreatifitas

guru sehingga perkembangan motorik anak dapat berkembang secara baik.

5. Media

Secara etimologi, kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang

berasal dan Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa

Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga

pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan

informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media dapat

diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses

penyajian informasi (AECT, 1977 : 162). Media pembelajaran diartikan sebagai semua

benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Berdasarkan fungsinya

media ini dapat menjadi alat peraga ataupun sarana.

Media pembelajaran merupakan media sebagai segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengirim pesan kepada penerima pesan,

sehingga dapat merangsang perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa

sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efesien

sesuai dengan yang diharapkan (Sadiman, dkk., 2002 : 6).

Media pembelajaran Bermain Peran merupakan pembelajaran terakhir pada model

pembelajaran Berbicara. Dengan demikian maka dikandung pengertian bahwa media

pembelajaran ini sebagai tataran tertinggi dalam model pembelajaran Berbicara. Jika

dalam model pembelajaran berbicara sebelumnya masih terdapat campur tangan guru,

maka dalam Bermain Peran ini sudah hampir 100% murni dari inisiatif, spontanitas dan

pemikiran peserta didik.

Media pembelajaran ada bermacam-macam yang mana semuanya pasti

mengedepankan perkembangan anak secara maksimal. Dari proses bermain peran dengan

metode bermain gerobak dorong pada anak-anak menggunakan media bermain di luar

kelas dan pasti berpengaruh pada perkembangan motorik anak.

6. Evaluasi

Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau

negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang

yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya. (Dikutip dari

http://wikipedia.org pada 4 april 2010). Evaluasi merupakan proses akhir setelah

melakukan sesuatu. Setiap pembelajaran memerlukan evaluasi untuk mengetahui sejauh

mana ketercapaian hasil yang didapat sehingga evaluasi perlu dilakukan.

B. Kerangka Pikir

Setiap anak memiliki kemampuan motorik yang berbeda-beda dan hampir semua

anak mampu melaksanakan gerakan motorik kasar, untuk mengembangkan kemampuan

motorik kasar lebih terampil diperlukan latihan fisik yang teratur dan terus-menerus, serta

menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak.

Anak yang diberi kesempatan untuk melakukan gerakan motorik kasar akan

berekspresi dengan bebas dan secara maksimal mengoptimalkan kemampuannya.

Berdasarkan uraian diatas kemampuan motorik kasar anak TK ‘Aisyiyah Maoslor

Maos dapat ditingkatkan melalui bermain peran gerobak dorong pada area out door.