bab ii kajian pustaka 2.1 pistia stratioteseprints.umm.ac.id/46351/3/bab ii.pdf · 2.2 tinjauan...
TRANSCRIPT
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang Pistia stratiotes
2.1.1 Klasifikasi Pistia stratiotes
Berikut ini merupakan klasifikasi Pistia stratiotes menurut Rijal (2014) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Pistia
Spesies : Pistia stratiotes
Tanaman air Pistia stratiotes dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.
Gambar 2.1 Pistia stratiotes
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)
2.1.2 Morfologi Pistia stratiotes
Pistia stratiotes memiliki nama daerah yaitu kayu apu. Panjang daun kayu
apu dapat mencapai 14 cm dan tidak memiliki batang. Lebar daun antara 5-14 cm
11
dan jarak antar nodusnya 0,1-0,5 cm sehingga membuat susunan daun kayu apu
terdapat pada tiap bagian rosetnya. Daunnya berwarna hijau, dengan tulang daun
sejajar, tepi daunnya bergelombang dan ditutupi bulu-bulu pendek yang
membentuk struktur keranjang dan membantu dalam menjerat gelembung udara
serta meningkatkan daya apung tanaman. Tumbuhan ini mudah ditemui di sawah,
danau, telaga dan rawa-rawa dengan air yang mengalir tenang (Rijal, 2014).
2.2 Tinjauan tentang Salvinia molesta
2.2.1 Klasifikasi Salvinia molesta
Berikut adalah klasifikasi Salvinia molesta menurut Yuliani et al. (2013) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicopsida
Ordo : Hydropteridales
Famili : Salviniaceae
Genus : Salvinia
Spesies : Salvinia molesta
12
Tanaman air Salvinia molesta dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah ini.
Gambar 2.2 Salvinia molesta
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)
2.2.2 Morfologi Salvinia molesta
Salvinia molesta merupakan salah satu tumbuhan akuatik yang mengapung
di permukaan air (floating). Tumbuhan ini umumnya sering dijumpai di sawah
dan di perairan yang tenang. Salvinia molesta memiliki nama daerah kiambang,
berbentuk kecil, lonjong, memiliki daun di sepanjang batang, memiliki batang
yang tumbuh mendatar serta memiliki cabang hingga 30 cm. Setiap ruas
mempunyai satu pasang daun yang terapung dan satu daun tengggelam. Daun
yang terapung panjangnya sekitar 3 cm, memiliki bentuk oval, dan ditutupi
banyak bulu yang berguna untuk menolak air dan berwarna hijau. Daun yang
tenggelam memiliki bentuk seperti akar, tumbuh bergantung di bawah daun yang
terapung dapat mencapai 8 cm dan mempunyai bulu halus disekitarnya. Daun
yang tenggelam ini memiliki peranan seperti akar. Kiambang tidak memiliki
bunga sehingga perkembangannya hanya dengan cara vegetatif (Rijal, 2014).
13
2.3 Tinjauan tentang Azolla microphylla
2.3.1 Klasifikasi Azolla microphylla
Berikut adalah klasifikasi Azolla microphylla menurut Sudjana (2014):
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Leptosporangiopsida
Ordo : Salviniales
Famili : Salviniaceae
Genus : Azolla
Spesies : Azolla microphylla
Tanaman air Azolla microphylla dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini.
Gambar 2.3 Azolla microphylla
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)
2.3.2 Morfologi Azolla microphylla
Azolla microphylla merupakan tumbuhan yang mengapung di air yang
memiliki tiga bagian yaitu akar, rhizoma, dan daun yang terapung. Akar yang
soliter yang menggantung di air, berbulu panjang antara 1-5 cm dengan
membentuk kelompok 3-6 rambut akar. Rhizoma merupakan generasi
14
sporofit, daun kecil, membentuk 2 barisan, menyirip bervariasi, duduk
melekat, cuping dengan cuping dorsal berpegang di atas permukaan air dan
cuping ventral mengapung (Paulus, 2010).
2.4 Tinjauan tentang Logam Pb
2.4.1 Karakteristik Logam Pb
Timbal adalah logam dalam kelompok IV dan periode 6 dari tabel periodik
unsur kimia dengan nomor atom 82, berat atom 207,2 g/mol, berat jenis 11,4
g/cm3, titik leleh 327,4 ºC, dan titik didih 1.725 ºC. Timbal mempunyai warna
biru kelabu, dan biasanya ditemukan sebagai mineral yang berkombinasi dengan
unsur-unsur lain, seperti belerang (yaitu PbS, PbSO4), atau oksigen (PbCO3)
(Handayanto et al., 2017).
2.4.2 Dampak Logam Pb terhadap Lingkungan
Timbal (Pb) termasuk dalam kelompok logam yang beracun dan berbahaya
bagi kehidupan makhluk hidup. Limbah yang mengandung timbal (Pb) dapat
masuk ke badan perairan secara alamiah yakni dengan pengkristalan Pb di udara
dengan bantuan air hujan. Penggunaan Pb dalam skala yang besar dapat
mengakibatkan polusi baik di daratan maupun perairan. Logam Pb yang masuk ke
dalam perairan sebagai dampak dari aktifitas manusia dapat membentuk air
buangan atau limbah dan selanjutnya akan mengalami pengendapan yang dikenal
dengan istilah sedimen.
Sedimen merupakan lapisan bawah yang melapisi sungai, danau, teluk,
muara dan lautan. Kandungan logam berat dalam sedimen lebih tinggi
15
dibandingkan kandungan logam berat yang masuk ke dalam perairan yang akan
mengalami pengendapan pada sedimen. Tingginya kandungan timbal pada
sedimen akan menyebabkan biota air tercemar seperti ikan, udang, dan kerang,
dimana biota tersebut hidup di dasar sungai dan apabila dikonsumsi dapat
berbahaya bagi kesehatan manusia (Budiastuti et al., 2016).
2.5 Proses Penyerapan Logam Berat oleh Tanaman
Tanaman menyerap unsur hara melalui akar dari larutan tanah dalam bentuk
ion, baik kation maupun anion. Proses masuknya unsur hara dari larutan tanah
yang mengandung ion-ion ke dalam akar tanaman disebut serapan ion. Akar yang
tumbuh di dalam pori-pori tanah melakukan kontak dengan ion di dalam larutan
tanah pada kompleks pertukaran atau kompleks serapan tanah. Proses
pengambilan ion yang terjadi yaitu dengan cara pertukaran kation. Pada tanaman
tingkat tinggi, unsur hara yang terdapat di dalam larutan tanah diserap oleh akar
sebagian besar melalui rambut akar (Yuliani et al., 2013).
Penyerapan unsur hara oleh tanaman melalui pertukaran ion memungkinkan
logam berat yang berbentuk ion juga ikut terserap. Menurut Handayanto et al.
(2017) ion-ion yang terkandung dalam tanah bermacam-macam misalnya Pb2+ dan
SO42- yang termasuk dalam larutan Pb yang berasal dari senyawa Pb (II). Respon
fisiologis yang terjadi apabila tanaman mengalami stres terhadap lingkungan yang
mengandung logam berat yaitu dengan cara membentuk protein stres
(phytochelatins) karena adanya ion-ion logam yang memicu terjadinya reaksi
16
tersebut. Respon lain misalnya dengan terhambatnya aktivitas enzimatik seperti
Pb2+ yang menghambat aminolaevulinic acid dehydratase (Hidayati, 2013).
Fitokelatin merupakan peptida yang mengandung 2-8 asam aminosistein
dipusat molekul serta suatu asam glutamat dan sebuah glisin pada ujung yang
berlawanan (Haryati et al., 2012). Fitokelatin dibentuk dalam nukleus dan
melewati retikulum endoplasma, badan golgi hingga sampai ke permukaan sel.
Lingkungan yang banyak mengandung logam Pb membuat protein regulator
dalam tanaman membentuk senyawa pengikat yang disebut fitokelatin tersebut.
Proses aktifnya efek toksik dari logam Pb2+ berkaitan dengan mekanisme
biokimia, yaitu yang bertindak dalam sintesis peptida tiol disebut fitokelatin.
Peptida ini secara enzimatis disintesis dari glutathione yang dikatalis oleh
fitokelatin sintase, yang merupakan suatu enzim yang diaktifkan oleh logam berat
termasuk Pb. Peran fitokelatin dalam proses penyerapan logam berat adalah kunci
utama. Fitokelatin yang bertemu dengan logam berat timbal akan membentuk
ikatan sulfida di ujung belerang pada sistein dan membentuk senyawa kompleks.
Senyawa kompleks ini diangkut ke dalam vakuola oleh pengangkut yang
mengikat ATP yang berlokasi di tonoplast.
Logam Pb diikat oleh membran sel sehingga masuk ke dalam sel yang
menyebabkan reaksi kimianya terganggu. Hal ini dapat ditandai dengan klorosis
pada tanaman (Hermawati et al., 2005). Penyerapan dan akumulasi logam berat
oleh tumbuhan dibagi dalam tiga proses, yaitu penyerapan logam oleh akar,
translokasi logam dari akar ke bagian tumbuhan lain, dan lokalisasi logam pada
17
bagian jaringan tertentu untuk menjaga agar tidak menghambat metabolisme
tumbuhan tersebut (Yuliani et al., 2013)
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan
Proses penyerapan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
menurut Nurlina et al. (2016) adalah sebagai berikut :
1. Jenis Adsorbat
Adsorbat merupakan substansi yang terserap. Adsorbat yang bersifat
polarisabilitas yang tinggi dapat meningkatkan penyerapan karena memiliki
kemampuan tarik menarik terhadap molekul lain dibandingkan molekul non polar.
2. Sifat Adsorben
Adsorben merupakan media yang dapat menyerap substansi tertentu.
Adsorben yang mempunyai luas permukaan yang lebih besar dapat meningkatkan
jumlah zat terserap.
3. pH Larutan
Kelaruran ion logam, aktifitas gugus fungsi pada adsorben, dan kompetisi
ion logam dalam proses penyerapan dipengaruhi oleh pH larutan.
4. Temperatur
Adsorben akan meningkatkan daya serapnya terhadap adsorbat jika terjadi
kenaikan suhu.
5. Waktu kontak/pemaparan
Pemilihan lama kontak yang menghasilkan penyerapan maksimum terjadi
pada waktu kesetimbangan.
18
6. Konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi logam, maka semakin banyak logam yang dapat
terserap oleh adsorben.
2.7 Akumulasi Logam Berat pada Tanaman
Logam berat merupakan unsur yang tidak diperlukan oleh tanaman. Hal ini
dikarenakan logam berat dalam kadar rendah dapat bersifat toksik bagi tanaman.
Ada beberapa tanaman yang mempunyai toleransi tinggi terhadap lingkungan
yang tercemar logam berat yang dikenal dengan istilah hiperakumulator.
Tumbuhan hiperakumulator pada dasarnya dapat mengakumulasi logam 100 kali
lebih besar daripada tumbuhan normal, namun semua itu tergantung pada jenis
logam beratnya (Hidayati, 2013).
Logam berat Pb pada umumnya dapat ditemukan pada jaringan tumbuhan
normal sekitar 10 mg/g sedangkan pada tumbuhan hiperakumulator dapat
mengakumulasi paling sedikitnya 1000 mg/g. Logam timbal mudah membentuk
ikatan kompleks dengan nutrien pada akar sehingga hal inilah yang membatasi
kemampuan tanaman untuk mentranslokasikannya ke tajuk. Selama ini tanaman
hiperakumulator pun hanya mampu mentranslokasikan Pb tidak lebih dari 30% ke
tajuk (Hidayati, 2013). Penelitian yang telah dilakukan Sheel et al. (2013)
menunjukkan bahwa Azolla filiculoides menyerap Pb lebih tinggi di akar daripada
di batang dan daun sehingga dapat dikatakan bahwa akumulasi Pb pada batang
dan daun lebih rendah daripada akar.
19
Selain itu Salvinia molesta dapat mengakumulasi logam pada akar dan
daunnya tanpa mempengaruhi regulasi pertumbuhannya. Sebagian besar logam
berat diakumulasikan lebih besar pada akar daripada batang dan daun (Yabanh et
al., 2014). Penelitian Salvinia molesta dalam menyerap logam berat timbal dan
merkuri juga menunjukkan bahwa tanaman ini melakuan mekanisme rhizofiltrasi
dengan tingkat akumulasi hingga 80% (Kumari et al., 2017).
Tanaman yang telah digunakan dalam penelitian fitoremediasi selain Azolla
filiculoides dan Salvinia molesta yaitu Pistia stratiotes. Pistia stratiotes dalam
penelitian sebelumnya dapat mengakumulasi logam berat Cu lebih banyak pada
organ akar daripada daun. Hal tersebut menunjukkan bahwa mekanisme
fitoremediasi ini termasuk ke dalam rhizofiltrasi (Nurfitri & Rachmatiah, 2010).
2.8 Fitoremediasi
Fitoremediasi merupakan metode alternatif yang memanfaatkan tumbuhan
untuk membersihkan lingkungan yang tercemar logam berat. Tumbuhan yang
digunakan dapat bekerja sama dengan mikroorganisme yang ada dalam media
yakni dapat berupa tanah atau air sehingga zat pencemar dapat diubah menjadi
kurang atau tidak berbahaya. Sesuai dengan pengertian lainnya yakni konsep
tentang fitoremediasi tidak hanya digunakan pada bahan pencemar yang bersifat
anorganik saja namun juga dapat menstabilkan pencemar senyawa organik
(Haryati et al., 2012).
20
Menurut Handayanto et al. (2017) strategi fitoremediasi mencakup lima
proses di bawah ini:
1. Fitoekstraksi adalah penyerapan senyawa pencemar dari tanah atau air
oleh akar tanaman serta translokasi dan akumulasi zat pencemar di tajuk
tanaman.
2. Fitostabilisasi adalah pemanfaatan tumbuhan tertentu untuk stabilisasi
bahan pencemar ke dalam tanah sehingga mencegah pergerakan bahan
pencemar masuk ke dalam rantai makanan.
3. Fitovolatilisasi adalah pemanfaatan tumbuhan untuk menyerap unsur
beracun yang mudah menguap dari dalam tanah dan menguapkannya
melewati daun.
4. Fitodegradasi adalah pemanfaatan tumbuhan untuk mendegradasi bahan
pencemar organik dengan bantuan enzim seperti oksigenase dan
dehalogenase.
5. Rhizofiltrasi adalah pemanfaatan akar tumbuhan untuk menyerap bahan
pencemar sehingga masuk ke dalam akar tumbuhan terutama logam di
tanah maupun air.
2.9 Tinjauan tentang Sumber Belajar
2.9.1 Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat memudahkan peserta
didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan dalam kegiatan pembelajaran. Sumber belajar merupakan bahan
21
yang dapat dipergunakan dan sangat dibutuhkan pada kegiatan pembelajaran.
Sumber belajar itu dapat berupa apa saja seperti lingkungan sekitar, media cetak,
media elektronik maupun narasumber yang dapat memaksimalkan dan
mendukung proses pembelajaran (Hamid & Jailani, 2016). Selain itu sumber
belajar dalam pengertian menjadi sangat luas maknanya, karena segala sesuatu
yang dialami peserta didik dianggap sebagai sumber belajar, sepanjang hal itu
memberi pengalaman yang menyebabkan mereka belajar dan mempermudah
mereka menguasai kompetensi tertentu.
2.9.2 Macam-Macam Sumber Belajar
Menurut Warsita (2008) sumber belajar dibagi menjadi dua macam jika
dilihat dari segi.perancangannya.yakni sebagai berikut:
a. Sumber belajar yang dirancang atau yang disebut dengan learning resources by
design merupakan sumber belajar yang sengaja dikembangkan dan dirancang
secara khusus untuk memberikan fasilitas sehingga memudahkan peserta didik
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Contohnya buku, slide, dan proyektor.
b. Sumber belajar yang dimanfaatkan atau dikenal dengan sebutan learning
resources by utilization merupakan sumber belajar yang tidak dikhususkan
untuk proses pembelajaran namun keberadaannya ini dapat dipergunakan untuk
keperluan pembelajaran secara langsung. Sumber belajar ini dapat ditemukan
dalam kehidupan bermasyarakat, contohnya seperti pasar, toko, museum,
lingkungan sekitar maupun seorang tokoh masyarakat.
22
2.9.3 Fungsi Sumber Belajar
Menurut Supriadi (2015) dalam kegiatan pembelajaran, sumber belajar
dapat berfungsi untuk:
1. Meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik, karena sumber
belajar dapat mendukung proses belajar dengan penggunaan waktu secara
efisien oleh pendidik.
2. Informasi yang disajikan oleh pendidik lebih sedikit karena sudah digantikan
oleh sumber belajar, sehingga dapat mengurangi beban pendidik karena
pendidik hanya membina dan mengembangkan semangat belajar peserta didik
saja.
3. Memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar dengan mandiri sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya.
4. Memberikan dasar ilmiah kepada peserta didik karena program pembelajaran
direncanakan secara sistematis.
5. Mengembangkan bahan untuk proses pembelajaran yang berbasis penelitian.
6. Memantapkan pembelajaran dengan cara meningkatkan kemampuan manusia
dalam hal menggunakan berbagai media komunikasi, penyajian data, dan
informasi secara kongkrit.
7. Memberikan pengetahuan secara langsung dan mengurangi jurang pemisah
antara pelajaran yang bersifat verbal, sehingga belajar dapat dilakukan secara
seketika.
23
2.9.4 Pemanfaatan Hasil Penelitian sebagai Sumber Belajar
Sumber belajar yang ideal menurut Situmorang (2016) harus memenuhi
beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Kejelasan potensi, produk dari hasil penelitian perlu dilakukan pengkajian
sehingga dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
2. Kesesuaian dengan tujuan belajar, hasil kajian yang diperoleh melalui
penelitian memiliki kesetaraan dengan kompetensi dasar (KD) dan
kompetensi inti (KI) dalam kurikulum 2013.
3. Kejelasan sasaran, bahan ajar disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan
peserta didik.
4. Kejelasan informasi yang dapat diungkap, berdasarkan informasi dari hasil
peninjauan yang memperhatikan aspek proses dan produk pengembangan
bahan ajar.
5. Kejelasan pedoman eksplorasi, berkaitan dengan pengemasan bahan ajar yang
memperhatikan aspek tata cara dalam muatan isi.
6. Kejelasan perolehan yang diharapkan, hal-hal yang diperoleh dari kegiatan
yang dikembangkan untuk meningkatkan hasil pembelajaran pada peserta
didik.
Pemilihan sumber belajar juga mempunyai kriteria yaitu kesesuaian dengan
tujuan pembelajaran, ketersediaan sumber tempat, ketersediaan dana, tenaga, dan
fasilitas, faktor keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan dalam jangka waktu yang
relatif lama serta efektivitas biaya. Upaya dalam mengembangkan sumber belajar
24
dengan memperhatikan kriteria dan syarat tersebut diharapkan dapat menunjang
tercapainya tujuan pembelajaran.
2.10 Handout sebagai Sumber Belajar
Handout merupakan bahan ajar tertulis yang berisi materi yang mencakup
konsep penting pembelajaran (Wulandari et al., 2016). Handout mempunyai sifat
ekonomis dan praktis karena pada umumnya hanya berisi ringkasan atau
kesimpulan penting dari materi yang dipelajari sehingga peserta didik dapat
mengetahui dasar-dasar konsep penting materi. Bahan ajar ini dapat menunjang
pembelajaran karena peserta didik dapat memperoleh informasi yang sedang
dipelajari sehingga menjadikan guru bukan satu-satunya penyampai informasi.
Media pembelajaran sangat membantu peserta didik untuk memahami
kompetensi tertentu. Pemanfaatan handout sebagai bahan ajar untuk peserta didik
dapat menjadikan peserta didik mandiri dalam belajar dan menjadi bekal untuk
menerima pembelajaran di ruang kelas. Kelebihan handout sebagai media
pembelajaran yaitu handout dengan model Problem Based Instruction (PBI)
membuat peserta didik lebih aktif dan dapat berpikir tingkat tinggi, peserta didik
mampu menemukan sendiri konsep materi yang ada di handout dengan kehidupan
sehari-hari. Hal ini akan membuat peserta didik mampu mengingat jangka
panjang atau lebih lama (Uyun et al., 2017).
25
2.10.1 Spesifikasi Handout
Adapun spesifikasi handout yang perlu diperhatikan menurut Purwanto &
Rahmawati (2017) adalah sebagai berikut:
1. Cover handout
2. Isi Handout disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
3. Indikator pembelajaran
4. Tujuan pembelajaran
5. Kata pengantar
6. Daftar isi
7. Mengembangkan materi semenarik mungkin sehingga mudah dimengerti
oleh peserta didik
8. Menggunakan bahasa yang sangat sederhana.
2.10.2 Langkah Penyusunan Handout
Adapun langkah-langkah penyusunan handout yang perlu diperhatikan
menurut Prastowo (2011) adalah sebagai berikut:
1. Melakukan analisis kurikulum
2. Menentukan judul handout sesuai dengan kompetensi dasar dan materi
yang akan dicapai
3. Mengumpulkan referensi terbaru dan relevan dengan materi pokok
4. Menggunakan kalimat yang sederhana
5. Mengevaluasi handout dengan cara dibaca ulang
6. Memperbaiki handout jika ditemukan kekurangan-kekurangan
7. Menggunakan sumber belajar untuk memperkaya materi pada handout.
26
2.11 Kerangka Konsep
Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian
Pencemaran Air
Logam berat Pb
Fitoremediasi
Azolla microphylla Pistia stratiotes Salvinia molesta
Proses penyerapan logam Pb:
Penyerapan logam oleh akar
Penyerapan Pb dengan variasi
perendaman berbeda pada akar
Uji Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA)
Data kadar Pb pada akar
Sumber Belajar Biologi
Dianalisis
27
2.12 Hipotesis Penelitian
1. Ada perbedaan jenis tanaman air terhadap penyerapan logam timbal (Pb).
2. Ada perbedaan lama perendaman terhadap penyerapan logam timbal (Pb).
3. Ada interaksi antara jenis tanaman air dan lama perendaman terhadap
penyerapan logam timbal (Pb).