bab i pendahuluan a. latar belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/c0111032_bab1.pdf · dusun...

32
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerita rakyat merupakan sastra lisan yang hidup di tengah-tengah masyarakat dan penyebarannya dilakukan secara lisan dari mulut ke mulut. Sastra lisan berfungsi sebagai alat untuk menghibur dan sebagai karya yang mengandung hal yang berguna. Horace (dalam Depdikbud, 7:1996) mengatakan bahwa sastra lisan berfungsi dulce et utile (sweet and useful). Sastra lisan sebagai alat dulce berfungsi menghibur, memberi kenikmatan, kegembiraan, kepuasan atau kelegaan pada hati pendengar. Sastra lisan sebagai utile berfungsi untuk mendidik, memberi nasehat, pengetahuan, membimbing bermoral, memberi gambaran kebiasaan tata cara kehidupan, atau memberi pengetahuan tentang asal-usul, peristiwa atau jasa masyarakat lama. Salah satu contoh cerita rakyat adalah cerita rakyat Kyai Joko Dolog di Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar yang dapat digolongkan sebagai jenis folklor sebagian lisan. Dikatakan sebagian lisan karena terdapat cerita rakyat yang penyampaiannya dilakukan secara lisan dari mulut ke mulut. Sedangkan upacara tradisional bersih dusun di Dusun Dalungan dikatakan folklore bukan lisan, karena dalam upacara tersebut disertai dengan serangkaian perbuatan yang berbentuk upacara tradisional. Menurut Danandjaja (1984:2), Folklore adalah sebagai kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk

Upload: phungkiet

Post on 19-Aug-2018

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cerita rakyat merupakan sastra lisan yang hidup di tengah-tengah

masyarakat dan penyebarannya dilakukan secara lisan dari mulut ke mulut. Sastra

lisan berfungsi sebagai alat untuk menghibur dan sebagai karya yang mengandung

hal yang berguna. Horace (dalam Depdikbud, 7:1996) mengatakan bahwa sastra

lisan berfungsi dulce et utile (sweet and useful). Sastra lisan sebagai alat dulce

berfungsi menghibur, memberi kenikmatan, kegembiraan, kepuasan atau kelegaan

pada hati pendengar. Sastra lisan sebagai utile berfungsi untuk mendidik, memberi

nasehat, pengetahuan, membimbing bermoral, memberi gambaran kebiasaan tata

cara kehidupan, atau memberi pengetahuan tentang asal-usul, peristiwa atau jasa

masyarakat lama.

Salah satu contoh cerita rakyat adalah cerita rakyat Kyai Joko Dolog di

Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan Kebakkramat Kabupaten

Karanganyar yang dapat digolongkan sebagai jenis folklor sebagian lisan.

Dikatakan sebagian lisan karena terdapat cerita rakyat yang penyampaiannya

dilakukan secara lisan dari mulut ke mulut. Sedangkan upacara tradisional bersih

dusun di Dusun Dalungan dikatakan folklore bukan lisan, karena dalam upacara

tersebut disertai dengan serangkaian perbuatan yang berbentuk upacara

tradisional. Menurut Danandjaja (1984:2), Folklore adalah sebagai kebudayaan

suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, diantara kolektif

macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

2

lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu

pengingat (mnemonic device). Definisi ini sebenarnya seperti dikatakan oleh

Danandjaja sendiri, merupakan ubahan dari definisi Jan Harold Brunvard

(Brunvard 1968:5). Definisi Brunvard berbunyi: “Folklore may be defined as

those materials in culture that circulate traditionally among members of any

group in different versions, whether in oral by means of customary example”

cerita rakyat dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan dalam budaya tradisional

yang beredar di antara anggota dari setiap kelompok dalam versi yang berbeda,

apakah dalam lisan dengan cara contoh adat.

Penggolongan cerita prosa rakyat dapat digolongkan menjadi tiga

golongan, yaitu mite, legenda dan dongeng. Mite adalah cerita prosa rakyat yang

dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh empunya cerita dan ditokohi

oleh para dewa atau makhluk setengah dewa, legenda yaitu cerita–cerita yang oleh

masyarakat yang mempunyai cerita tersebut dianggap sebagi peristiwa sejarah.

Legenda, berciri dianggap benar–benar terjadi, tidak dianggap suci oleh empunya

cerita, tokoh manusia kadang dengan sifat luar biasa, setting di dunia, dan waktu

belum terlalu lama. Dongeng yaitu prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar

terjadi oleh yang empunya cerita dan tidak terikat oleh waktu dan tempat.

Dongeng merupakan kisah atau cerita yang lahir dari hasil imajinasi manusia, dari

khayalan manusia, walaupun unsur khayalan tersebut berasal dari apa yang ada

dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Cerita rakyat Kyai Joko Dolog merupakan kisah seorang tokoh yang

terkenal sangat sakti dan berjasa dalam awal mula terbentuknya Dusun Dalungan.

Cerita ini bermula ketika sebuah dusun kecil yang sangat gersang dan tandus

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

3

didatangi oleh dua orang yang sangat sakti memakai baju dan celana hitam,

memakai ikat gadhung melati serta membawa galungan (kendi berisi air) yaitu

Kyai Joko Dolog dan saudaranya. Kyai Joko Dolog melakukan semedi di dusun

tersebut. Namun ketika pagi hari, penduduk setempat kaget karena ada batu

berbentuk yoni dan bentuk yang menyerupai rupa kyai joko dolog. Munculnya

batu tersebut bersamaan dengan menghilangnya Kyai Joko Dolog. Sesepuh dusun

pertama tersebut pun melakukan ngebleng, lalu ia didatangi oleh sesosok lelaki

memakai baju dan celana warna hitam dengan ikat gadhung melati di kepalanya.

Ia mengatakan bahwa dirinya lah Joko Dolog penguasa dan penjaga daerah

tersebut. Kyai Joko Dolog memberi petunjuk jika penduduk ingin daerah tersebut

menjadi subur dan sejahtera berilah nama dusun tersebut menjadi dusun Galungan

maka daerah tersebut akan subur dan kaya akan air seperti galungan yang selalu ia

bawa. Penduduk pun memberi nama daerah itu dengan nama dusun Galungan dan

mempercayai kesaktian dari batu yang dipercaya sebagai jelmaan dari Kyai Joko

Dolog.

Lambat laun dusun tersebut berubah nama dengan sendirinya menjadi

Dalungan karena ucapan dari mulut ke mulut sehingga mengalami perubahan

huruf di depannya. Mulai saat itu penduduk masyarakat dusun Dalungan sangat

mempercayai bahwa Kyai Joko Dolog merupakan penguasa dan penjaga dusun

Dalungan, sehingga penduduk dusun Dalungan memberikan persembahan rasa

terima kasih mereka atas kesuburan dan kesejahteraan di dusun Dalungan dengan

mengadakan upacara tradisional bersih dusun yang mementaskan seni Tayub yang

dianggap kegemaran Kyai Joko Dolog.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

4

Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan

kebudayaan. Upacara tradisional disebarkan secara lisan dan diwariskan secara

turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara tradisional. Salah

satu tradisi lisan yaitu upacara adat bersih desa yang dalam hal ini termasuk

folklor sebagian lisan menyangkut kepercayaan masyarakat, sering juga oleh

masyarakat modern disebut dengan takhayul (Danandjaja, 1994: 22).

Upacara tradisional salah satunya adalah upacara tradisional bersih dusun

yang dilaksanakan di dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan Kebakkramat

Kabupaten Karanganyar. Upacara tradisional bersih dusun ini merupakan ritual

wujud rasa syukur dan penghormatan kepada Kyai Joko Dolog yang dipercaya

sebagai penguasa dan penjaga Dusun Dalungan. Ritual ini merupakan upacara

religi yang awalnya dilaksanakan setiap hari Jum’at Legi pada bulan Ruwah

(dalam kalender Jawa) lebih tepatnya pada bulan agustus, namun saat ini

pelaksanaan upacara tradisional bersih dusun disesuaikan dengan musim panen

yang jatuh pada tanggal 4 September 2015 hari Jum,at Legi. Ritual upacara

tradisional bersih dusun ini diikuti beberapa rangkaian kegiatan, salah satunya

ditampilkannya seni Tayub yang dilaksanakan turun-temurun dan tidak boleh

diundur waktu pelaksanaannya. Ritual upacara tradisional bersih dusun ini

diselenggarakan agar penduduk di wilayah dusun Dalungan selalu mendapatkan

berkah dari Allah SWT dan terhindar dari segala hal yang bersifat tidak baik,

aman tentram, murah sandang pangan dan sejahtera.

Ritual upacara bersih dusun di Dusun Dalungan Desa Macanan

Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karangayar tidak terlepas dari cerita rakyat

dan kepercayaan masyarakat setempat. Pelaksanaan upacara harus mementaskan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

5

pertunjukan seni tayub karena penari tayub dianggap sebagai perantara antara

masyarakat desa dengan dewi kesuburan, simbol kesuburan tanaman tersebut

dianggap berhasil membuat taraf hidup masyarakat setempat meningkat, selain itu

seni tayub juga merupakan tarian kegemaran Kyai Joko Dolog. Kyai Joko Dolog

dipercaya oleh masyarakat Dusun Dalungan sebagai penguasa dan penjaga Dusun

Dalungan. Tokoh tersebut diyakini berada di sebuah punden berupa batu yoni

yang dianggap sebagai penjelmaan Kyai Joko Dolog, hingga saat ini belum

diketahui berapa usia batu tersebut. Masyarakat di Dusun Dalungan sangat

meyakini apabila mereka tidak melaksanakan pertunjukan seni tayub maka

seluruh warga di dusun tersebut akan terkena akibatnya berupa menurunnya hasil

panen bahkan merugi.

Upacara tradisional adalah kegiatan sosial yang melibatkan para warga

masyarakat dalam usaha mencapai tujuan keselamatan bersama. Upacara

tradisional ini merupakan bagian yang integral dari kebudayaan masyarakat

pendukungnya, dan kelestarian hidup upacara tradisional tersebut dimungkinkan

oleh fungsinya bagi kehidupan masyarakat pendukungnya, dan dapat mengalami

kepunahan bila tidak memiliki fungsi sama sekali dalam kehidupan masyarakat

pendukungnya (Supanto, 1992 : 5).

Ritual upacara tradisional bersih dusun di Dusun Dalungan ini

dipersiapkan bersama-sama dengan cara bergotong royong kemudian

dilaksanakan sore hari dimulai pukul 16.00 sore hingga 02.00 dini hari diawali

dengan pembacaan doa serta pemberian berbagai sesajian berupa pisang raja, nasi

tumpeng putih, ketan merah dan putih juga lauk pauk seperti ayam ingkung

panggang, ikan bandeng, sambal goreng, bakmi, tahu tempe, kerupuk, rengginang

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

6

dan lalapan yang keseluruhan ditempatkan dalam tempat yang terbuat dari

pelepah pisang dibentuk persegi empat yang harus dibawa ke punden tempat roh

penunggu dusun.

Sesaji merupakan aktualisasi dari pikiran, keinginan, dan perasaan pelaku

agar lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Upaya pendekatan diri melalui sesaji

sesungguhnya merupakan bentuk akumulasi budaya yang bersifat abstrak. Sesaji

juga merupakan sarana untuk ”negosiasi” spiritual kepada hal-hal gaib. Hal ini

dilakukan agar mahkluk-makhluk halus di atas kekuatan manusia tidak

mengganggu. Dengan pemberian makanan secara simbolis kepada ruh halus,

diharapkan ruh tersebut akan jinak, dan mau membantu hidup manusia (Suwardi

Endraswara, 2006 : 247).

Penari tayub didaulat oleh warga dusun dalam rangkaian upacara

tradisional bersih dusun untuk menari hingga tiga buah gending/lagu yang pokok

di kawasan punden sebagai penghormatan warga Dusun Dalungan kepada roh

atau danyang penunggu dusun. Tiga buah gending tersebut terdiri dari tiga buah

gending yang diwajibkan. Gending yang diwajibkan yaitu gambir sawit, eling-

eling dan ladrang wilujeng. Selesai membawakan tiga buah gending pertunjukan

seni tayub berpindah dari punden ke jalan utama dusun Dalungan yang tepat

berada di depan kawasan punden tersebut setelah istirahat pukul 19.30 hingga

pukul 02.00 dini hari.

Pertunjukan tayub sebagai sarana upacara ritual adalah tayub yang

dipertunjukan terkait dengan ritus atau menyangkut dengan upacara keagamaan

atau kepercayaan masyarakat. Pertunjukan tayub yang terkait dengan fungsinya

sebagai sarana upacara ritual dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu (1) upacara

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

7

bersih desa; (2) sarana pelepasan nazar; (3) upacara dalam hajat perkawinan

(Rochana, 2007:149).

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan penulis di atas, dapat

diambil beberapa garis besar yang mendorong dilakukannya penelitian ini. Garis

besar dari penelitian Cerita Rakyat dalam Upacara Tradisional Bersih Dusun di

Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karangayar,

di antaranya.

1. Mengungkap bentuk dan asal-usul cerita rakyat dalam upacara tradisional

bersih dusun di Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan Kebakkramat

Kabupaten Karanganyar.

2. Mengungkap ritual upacara tradisional bersih dusun di Dusun Dalungan

Desa Macanan Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

3. Mengungkap pertunjukan seni tayub dalam upacara tradisional bersih

dusun di Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan Kebakkramat

Kabupaten Karanganyar.

4. Peneliti juga tertarik dengan makna simbolik dari sesaji dalam pelaksanaan

upacara tradisional bersih dusun di Dusun Dalungan Desa Macanan

Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

Mengingat bahwa sesuatu dilakukan harus memiliki manfaat, baik

secara teoritis maupun praktis, maka manfaat teoritis dari penelitian ini adalah

untuk mengembangkan atau menambah wawasan kesastraan terkait dengan

folklore. Hasil penelitian ini juga diharapkan memiliki manfaat secara praktis

untuk (1) mendokumentasikan Cerita Rakyat dalam upacara tradisional bersih

dusun di Dusun Dalungan Desa Macanan, Kebakkramat sebagai salah satu aset

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

8

lisan Nusantara. (2) memberikan informasi terkait folklor cerita rakyat dalam

upacara tradisional bersih dusun di Dusun Dalungan, Kecamatan Macanan,

Kebakkramat sehingga dapat menambah wawasan bagi masyarakat luas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk dan asal-usul cerita rakyat dalam upacara

tradisional bersih dusun di Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan

Kebakkramat Kabupaten Karanganyar?

2. Bagaimanakah ritual upacara tardisional bersih dusun di Dusun Dalungan

Desa Macanan Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar?

3. Bagaimanakah pertunjukan seni tayub dalam upacara tradisional bersih

dusun di Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan Kebakkramat

Kabupaten Karanganyar?

4. Apa makna simbolik dari sesaji dalam pelaksanaan upacara tradisional

bersih dusun di Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan Kebakkramat

Kabupaten Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah

penelitian, karena dengan tujuan itulah dapat diketahui apa yang hendak dicapai

atau diharapkan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

9

Penulis mengadakan penelitian tentang Cerita rakyat dalam upacara

tradisional bersih dusun di dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan

Kebakkramat Kabupaten Karanganyar memiliki tujuan seperti berikut.

1. Mendeskripsikan bentuk dan asal-usul cerita rakyat dalam upacara

tradisional bersih dusun di Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan

Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

2. Mendeskripsikan ritual upacara tardisional bersih dusun di Dusun

Dalungan Desa Macanan Kecamatan Kebakkramat Kabupaten

Karanganyar.

3. Mendeskripsikan pertunjukan seni tayub dalam upacara tradisional bersih

dusun di Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan Kebakkramat

Kabupaten Karanganyar.

4. Menjelaskan makna simbolik dari sesaji yang terdapat dalam pelaksanaan

upacara tradisional bersih dusun di Dusun Dalungan Desa Macanan

Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

D. Batasan Masalah

Penelitian akan menimbulkan permasalahan yang sangat komplek dan

mengakibatkan hasil penelitian kurang terfokus. Penelitian ini membatasi masalah

bentuk dan asal-usul cerita rakyat, fungsi ritual dan pertunjukan seni tayub, serta

nilai guna yang terdapat dalam cerita rakyat. Langkah awal yakni dengan

mengkaji bentuk cerita rakyat dalam upacara tradisional bersih dusun di Dusun

Dalungan. Langkah kedua yaitu menganalisis ritual upacara tradisional bersih

dusun di Dusun Dalungan serta pertunjukan seni tayub dalam ritual upacara bersih

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

10

dusun ini. Langkah ketiga yakni menganalisis makna simbolik dari sesaji yang

terdapat dalam pelaksanaan upacara tradisional bersih dusun di Dusun Dalungan.

E. Landasan Teori

1. Hakikat Folklor

Menurut etimologinya, perkataan folklore (diindonesiakan menjadi

folklore) berasal dari kata folk dan lore. Menurut Danandjaja (1984:2), definisi

folklore adalah sebagai berikut: “adalah sebagai kebudayaan suatu kolektif, yang

tersebar dan diwariskan turun-temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara

tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh

yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic

device)”. Definisi ini sebenarnya seperti dikatakan oleh Danandjaja sendiri,

merupakan ubahan dari definisi Jan Harold Brunvard (Brunvard 1968:5). Definisi

Brunvard berbunyi: “Folklore may be defined as those materials in culture that

circulate traditionally among members of any group in different versions, whether

in oral by means of customary example” cerita rakyat dapat didefinisikan sebagai

bahan-bahan dalam budaya tradisional yang beredar di antara anggota dari setiap

kelompok dalam versi yang berbeda, apakah dalam lisan dengan cara contoh adat.

Folklor berasal dari kata folk (kolektif) dan lore (Dananjaya, 1991 : 1-5).

Menurut Dundes, folk adalah sekelompok orang yang memiliki cirri-ciri pengenal

fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok lain.

Sebagai contoh: warna kulit, bentuk rambut, mata pencaharian, bahasa, taraf

pendidikan, agama yang sama. Lore merupakan tradisi folk, yaitu suatu

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

11

kebudayaan yang diwariskan secara turun-menurun secara lisan atau suatu contoh

yang disertai dengan gerak isyarat atau pembantu pengingat.

Folklor mengandung arti keyakinan atau kisah-kisah lama (tradisional)

mengenai rakyat, sekaligus juga bisa dimengerti sebagai studi atas kisah atau

keyakinan rakyat itu sendiri. Rakyat di sini bisa suku, masyarakat, atau penduduk

suatu wilayah dengan ragam budayanya sendiri. Folklor adalah sebagian

kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun di antara

kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda baik dalam

bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu

pengingat (mnemonic device) (Danandjaya 1997:2). Endraswara (2009:11)

berpendapat bahwa pahit getir hidup itu akan terungkap lewat folklore. Karena

folklore adalah cermin diri manusia. Oleh karena itu mengungkapkan folklore

sama halnya menyelami misteri indah manusia.

Menurut Potter (dalam Endraswara 2009:28) folklore adalah karya agung

masa lalu, baik lisan ataupun tertulis yang amat berharga bagi generasi

mendatang. Yadnya (dalam Endraswara 2009:28) juga menjelaskan, folklore

adalah bagian kebudayaan yang bersifat traditional, tidak resmi, dan nasional.

Folklore mencakup semua pengetahuan, nilai, tingkah laku, asumsi, perasaan, dan

kepercayaan tersebar dalam bentuk tradisional melalui praktik-praktik kebiasaan.

Folklor itu memiliki cirri khusus. Menurut Jan Harold Brunvand di dalam

bukunya The Study of American Folklore (1968 : 4 ), folklore mempunyai ciri: It

is oral, It is tradisional, It exists in different versions, It is usually anonymous, It

tends to become formularized. Ini adalah lisan, Ini adalah tradisional, itu ada

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

12

dalam versi yang berbeda, Hal ini biasanya anonim, ini cenderung menjadi

formularized.

Meneliti folklore sungguh indah karena yang diteliti adalah hidup manusia

yang indah pula. Liku-liku hidup penuh dengan tantangan. Pahit getir hidup itu

akan terungkap lewat folklore. Karena folklore adalah cerminan diri manusia.

Mengungkap folklore sama halnya menyelami misteri indah manusia. Barnouw (

1982 : 241 ) juga menyatakan bahwa meneliti folklore akan sampai pada “the

enjoyment of life”. Artinya, sebuah kenikmatan hidup itu salah satunya ada dalam

folklore. Folklore memandang “life can be beautiful”, artinya hidup itu sendiri

indah. Hidup adalah seni, diantara seni adalah folklore, sehingga mempelajari

folklore juga menikmati hidup dan keindahan.

Pengelompokan folklore, dapat berkiblat pada pendapat Brunvard

(Hutomo, 1991 : 8) bahwa secara garis besar, folklore dapat dikelompokkan

menjadi 3, yaitu: Folklor lisan (verbal folklore),Folklor sebagian lisan (partly

verbal folklore), Folklor bukan lisan (non verbal folklore).

Folklor merupakan sebuah hasil kebudayaan yang memiliki berbagai

fungsi. Fungsi folklor menurut Hutomo (1991: 19) antara lain.

a. Sebagai sistem proyeksi;

b. Sebagai alat pengesahan kebudayaan;

c. Sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial dan sebagai alat

pengendali sosial;

d. Sebagai alat pendidikan anak;

e. Untuk memberikan suatu jalan yang dibenarkan oleh masyarakat agar

seseorang dapat lebih superior daripada orang lain;

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

13

f. Untuk memberikan seseorang suatu jalan yang diberikan oleh masyarakat

agar dia dapat mencela orang lain; danSebagai alat untuk memprotes

ketidakadilan dalam masyarakat.

2. Upacara Tradisional

Manusia selalu berusaha menyelamatkan atau membebaskan dirinya dari

segala ancaman yang datang dari lingkungan hidupnya. Manusia secara

perorangan atau berkelompok mengadakan hubungan dengan manusia lain atau

dengan kekuatan-kekuatan gaib di luar dirinya melalui upacara (Syamsuddin,

1985 : 1).

Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan

dan pada dasarnya upacara tradisional disebarkan secara lisan dan diwariskan

secara turun temurun dikalangan masyarakat pendukungnya secara tradisional.

Selain itu upacara tradisional sebagian besar bersifat anonim, karena

pengarangnya tidak diketahui, tidak mempunyai bentuk yang tetap dan cenderung

mengarah pada pola yang bersifat rata-rata. Upacara tradisional yang dalam hal ini

termasuk dalam folklor sebagian lisan yang menyangkut dengan kepercayaan

masayrakat yang sering juga oleh orang modern disebut dengan takhayul itu

(Danandjaja, 1986: 22).

Menurut Supanto (1992 : 5) upacara tradisional adalah kegiatan sosial

yang melibatkan warga masyarakat dalam usaha mencapai tujuan keselamatan

bersama. Upacara tradisional ini merupakan bagian integral kebudayaan

masyarakat pendukungnya, dan kelestarian hidup upacara tradisional tersebut

dimungkinkan oleh fungsinya bagi kehidupan masyarakat pendukungnya.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

14

Upacara tradisional dapat mengalami kepunahan bila tidak memiliki fungsi sama

sekali dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Upacara tradisional penuh

dengan simbol-simbol yang berperan sebagai alat komunikasi antar manusia, dan

juga menjadi penghubung antara dunia nyata dengan dunia gaib (Boestami, 1985 :

1).

Berdasarkan beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa upacara

tradisional adalah kegiatan sosial yang integral dalam kehidupan kulturalnya

untuk mencapai keselamatan bersama.Pelaksanaan upacara tradisional

mengandung berbagai aturan yang wajib dipatuhi oleh masyarakat pendukungnya.

Aturan itu tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat secara turun-

temurun untuk melestarikan ketertiban kehidupan bermasyarakat. Biasanya

kepatuhan setiap anggota masyarakat terhadap aturan dalam bentuk upacara

tradisional itu disertai keseganan atau ketakutan mereka terhadap sanksi yang

bersifat sakral magis. Upacara tradisional dapat dianggap sebagai bentuk pranata

sosial yang tidak tertulis.

Upacara tradisional wajib dikenal dan diketahui oleh masyarakat

pendukungnya, untuk mengatur sikap dan perilaku agar tidak melanggar atau

menyimpang dari adat kebiasaan yang berlaku di dalam masyarakat. Makna

dibalik upacara tradisional adalah.

a. Melestarikan budaya dari leluhur yang masih tetap bertahan di tengah arus

globalisasi yang berkembang dalam masyarakat.

b. Sikap menghargai kepada tokoh pendahulu yang menjadi panutan dan

tuntunan hidup dengan mendoakan di makam beliau lewat lantunan bacaan

tahlil dan Al-Qur’an.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

15

c. Sifat kerukunan dan kegotong-royongan yang masih terlihat lewat kerja bakti

bersama, mempersiapkan makanan, iuran dana dan lain sebagainya yang

sekarang sudah mulai terkikis dalam masyarakat perkotaan.

d. Bentuk rasa syukur kepada Allah S.W.T yang diujudkan dengan berdoa

bersama dan melaksanakan makan secara bersama pada waktu upacara tradisi

dilaksanakan.

e. Menambah ilmu agama dengan cara mendatangkan mubalig untuk

memberikan pengetahuan agama dan kehidupan baik untuk orang tua

maupun generasi muda.

f. Pelajaran bagi generasi muda supaya tetap menghormati dan mencintai

budaya yang ada dalam masyarakat dan tetap mempertahankannya.

g. Ajang silaturahim antara warga desa khususnya, pejabat dan partisipan lain

yang datang pada acara tersebut.

3. Tayub

Tayub merupakan bentuk pertunjukan tari rakyat yang disajikan oleh

penari-penari perempuan (ledhek atau joged) diiringi dengan seperangkat gamelan

berlaras slendro atau pelog disertai tembang serta dipertunjukkan di tempat

tertentu (panggung atau pendapa). Pertunjukan tayub melibatkan penonton

terutama laki-laki (pengibing) untuk berpartisipasi langsung menjadi pasangan

penari tayub (joged) dalam menari di atas panggung. Tari ini merupakan ekspresi

hubungan romantik antara penari dengan pria (pengibing), masyarakat Jawa yang

masih melestarikan kebudayaan pra-Hindu diperlukan pada pertanian dan

perkawinan (Soedarsono, 1991:35).

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

16

Kesenian tayub berkembang subur di Jawa, baik di Jawa Barat, Jawa

Tengah, maupun Jawa Timur. Di Jawa Tengah, tayub berkembang sangat baik di

Blora, Purwodadi, Demak, Pati, Banyumas, Sragen, Karanganyar, dan Wonogiri.

Tayub dilestarikan dan berkembang di pedesaan, karena tayub memiliki berbagai

fungsi yang dibutuhkan oleh masyarakat, di antaranya: sarana ritual, hiburan, dan

tontonan. Tarian tayub merupakan sarana hiburan yang sangat digemari oleh

kalangan rakyat jelata serta para priyayi dan terdapat dimana-mana seluruh

penjuru tanah jawa, dari kota-kota besar dan kecil sampai ke desa-desa sunyi di

pegunungan (Sudarsono, 1991: 33-34).

Makna tayub sendiri sebagai simbol kesuburan itu, melambangkan

persetubuhan antara laki-laki dan perempuan. Bentuk tari berpasangan tersebut

mempunyai sifat erotis, sarat dengan nuansa sensualitas dan seksualitas.

Sensualitas dan seksualitas itu tampak pada dominasi gerak tari goyang pinggul

yang dilakukan oleh para joged. Pertunjukan tayub itu menyebabkan sensasi seks

yang menimbulkan rangsangan nafsu birahi. Oleh karena itu, tayub sering

dikonotasikan dengan hal-hal yang tidak etis, tidak bermoral, dan porno, bahkan

hal itu mengakibatkan kesan tidak baik terhadap joged yang sering dianggap

sebagai perempuan “nakal” atau pelacur terselubung. Kehidupan para ronggeng

atau ledhek atau tandhak itu sangat dilekati dengan kehidupan prostitusi (Suharto,

1999:119).

Tayub adalah pertunjukan rakyat yang berwujud tari berpasangan antara

penari wanita dan penari pria. Tari ini merupakan ekspresi hubungan romantic

antara ledhek dengan pria (pengibing), masyarakat jawa yang masih melestarikan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

17

kebudayaan pra-hindu diperlukan pada pertanian dan perkawinan (Soedarsono,

1985:2).

Pertunjukan tayub sebagai sarana upacara ritual adalah tayub yang

dipertunjukan terkait dengan ritus atau menyangkut dengan upacara keagamaan

atau kepercayaan masyarakat. Pertunjukan tayub yang terkait dengan fungsinya

sebagai sarana upacara ritual dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu (1) upacara

bersih desa; (2) sarana pelepasan nazar; (3) upacara dalam hajat perkawinan

(Rochana, 2007: 149). Sama halnya yang terjadi di Dusun Dalungan Kelurahan

Macanan Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karangayar, kesenian tayub

khususnya Tayub Sredeg dipakai masyarakat sebagai upacara ritual diantaranya

upacara bersih desa, upacara bersih desa dan upacara dalam hajat perkawinan.

4. Pengertian Cerita Rakyat

Elli Konggas Maranda (dalam Yus Rusyana, 1981 : 10) berpendapat

bahwa cerita rakyat adalah cerita lisan sebagai bagian dari folklor dan merupakan

bagian persediaan cerita yang telah mengenal huruf maupun belum. Cerita rakyat

dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah folktale adalah sangat inklusif. Secara

singkat dikatakan bahwa cerita rakyat merupakan jenis cerita yang hidup di

kalangan masyarakat, yang ditularkan dari mulut ke mulut.

Cerita rakyat pada dasarnya disampaikan secara lisan. Tokoh-tokoh cerita

atau peristiwa-peristiwa yang diungkapkan dianggap pernah terjadi di masa lalu,

atau merupakan suatu hasil rekaman semata yang terdorong oleh keinginan untuk

menyampaikan pesan atau amanat tertentu, atau merupakan suatu upaya anggota

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

18

masyarakat untuk memberi atau mendapatkan hiburan atau sebagai pelipur lara

(Atar Semi, 1993 : 79).

Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang awam dan mereka

merasa bahwa cerita rakyat yang ada merupakan warisan yang harus dijaga dan

dilestarikan keberadaannya (Sapardi Joko Darmono 1984:42).

5. Bentuk Cerita Rakyat

Menurut William R. Bascom membagi cerita prosa rakyat menjadi 3, yaitu

:

a. Mite (myth)

Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi

serta dianggap suci oleh empunya cerita, mite ditokohi oleh para dewa

atau makhluk setengah dewa. Mite bercirikan: dianggap benar-benar

terjadi, dianggap suci oleh empunya cerita, tokoh para setengah dewa,

setting bukan di dunia, waktu sangat lampau. Mitos (mite) berasal dari

perkataan Yunanimythosberarti cerita,yakni cerita tentang dewa–dewa

dan pahlawan yang dipuja–puja. Mitos adalah cerita–cerita suci yang

mendukung sistem kepercayaan atau agama (religi).

b. Legenda (legend)

Legenda sendiri berarti cerita–cerita yang oleh masyarakat yang

mempunyai cerita tersebut dianggap sebagi peristiwa–peristiwa sejarah.

Itulah sebabnya ada orang yang mengatakan bahwa legenda adalah

sejarah rakyat. Legenda, berciri dianggap benar–benar terjadi, tidak

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

19

dianggap suci oleh empunya cerita, tokoh manusia kadang dengan sifat

luar biasa, setting di dunia, dan waktu belum terlalu lama.

Legenda merupakan cerita yang mengandung ciri-ciri tokoh

dalam legenda disakralkan oleh pendukungnya. Tokohnya merupakan

manusia biasa yang mempunyai kekuatan atau kemampuan yang luar

biasa, tempat terjadinya di dunia ini. Legenda tidak setua mite. Legenda

menceritakan terjadinya tempat seperti pulau, gunung, daerah atau desa,

danau atau sungai dan sebagainya serta ditokohi oleh manusia.

c. Dongeng

Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar

terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu

dan tempat. Dongeng merupakan kisah atau cerita yang lahir dari hasil

imajinasi manusia, dari khayalan manusia, walaupun unsur khayalan

tersebut berasal dari apa yang ada dalam kehidupan manusia sehari-

hari. Dongeng inilah khayalan manusia memperoleh kebebasannya

yang mutlak, karena disitu ada larangan bagi manusia untuk

menciptakan dongeng apa saja. Bisa ditemukan hal-hal yang tidak

masuk akal, yang tidak mungkin kita temui dalam kehidupan sehari-

hari. Setiap dongeng adalah produk imajinasi manusia, tentunya

merupakan hasil dari mekanisme yang ada dalam nalar manusia itu

sendiri. Maka dongeng adalah fenomena budaya yang paling tepat

untuk diteliti bilamana kita ingin mengetahui kekangan-kekangan yang

ada dalam gerak atau dinamika nalar manusia. Penceritaan dongeng ini

hanya dimaksud untuk menghibur atau hanya sebagai pelipur belaka.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

20

6. Fungsi Cerita Rakyat

Menurut Semi (1984:10-14) cerita rakyat memiliki empat fungsi sosial,

yaitu.

a. Menghibur adalah suatu karya sastra yang diciptakan berdasarkna

keinginan melahirkan suatu rangkaian berbahasa yang indah dan bunyi

yang merdu saja.

b. Mendidik adalah suatu karya sastra yang dapat memberikan pelajaran

tentang kehidupan, karena sastra mengekspresikan nila-nilai kemanusiaan

seperti yang terdapat dalam agama. Nilai-nilai yang disampaikan dapat

lebih fleksibel. Di dalam sebuah karya sastra yang baik kita akan

menemukan unsur-unsur dari ilmu filsafat, ilmu kemasyarakatan.

c. Mewariskan adalah suatu karya sastra yang dijadikan alat untuk

meneruskan tradisi suatu bangsa dalam arti yang positif. Tradisi itu

memerlukan alat untuk meneruskannnya kepada masyarakat sejaman dan

masyarakat yang akan datang.

d. Jati diri adalah suatu karya sastra yang menjadikan dirinya sebagai suatu

tempat dimana nilai kemanusiaan mendapat tempat yang sewajarnya,

dipertahankan dan disebarluaskan, terutama ditengah-tengah kehidupan

modern yang ditandai dengan menggebu-gebunya kemajuan sains dan

tekhnologi.

Fungsi cerita rakyat ini bergerak dari suatu masa ke masa. Pergeseran

nilai-nilai dan perubahan fungsi peranannya selalu terjadi karena pengaruh jaman.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

21

7. Ciri-Ciri Cerita Rakyat

Menurut James Danandjaja (1997:3-4) cerita rakyat senatiasa mengalami

perubahan dari masa ke masa, bahkan dari penutur yang satu ke penutur lain saat

yang berbeda walaupun dari kelompok-kelompok atau individu yang sama. Ciri-

ciri cerita rakyat sebagai berikut.

a. Disebarkan secara lisandari mulut ke mulut, dari orang satu ke orang

lain, dan secara alamiah tanpa paksaan.

b. Cerita rakyat bersifat tradisional dan disebarkan dalam bentuk relatif

tetap atau dalam bentuk standar disebarkan diantara kolektif tertentu

dalam waktu yang cukup lama.

c. Cerita rakyat memiliki versi yang berbeda-beda karena penyebarannya

secara lisan.

d. Cerita rakyat bersifat anonim karena pengarangnya tidak diketahui

lagi, maka cerita rakyat telah menjadi milik masyarakat

pendukungnya.

e. Cerita rakyat selalu menggunakan bentuk beumus atau berpola yaitu

menggunakan kata-kata klise, ungkapan-ungkapan tradisional,

ulangan-ulangan dan mempunyai pembukuan dan penutupan yang

baku.

f. Cerita rakyat mempunyai kegunaan dalam kegunaan dalam kehidupan

kolektif, yaitu sebagai sarana pendidikan, pelipur lara, protes sosial,

dan proyeksi keinginan terpendam.

g. Cerita rakyat bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang

tidak sesuai dengan logika umum.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

22

h. Cerita rakyat menjadi milik bersama dari suatu kolektif tertentu. Dasar

anggapan ini sebagai akibat sifatnya yang anonim.

i. Cerita rakyat bersifat polos dan lugu, sehinggga sering kali kelihatan

kasar, terlalu spontan.

8. Makna Simbolik

Manusia adalah mahkluk budaya, dan budaya manusia penuh dengan

simbol, sehingga dapat dikatakan bahwa budaya manusia diwarnai dengan unsur-

unsur simbolik. Kata simbol berasal dari bahasa Yunani, symbolos yang berarti

tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Simbol atau

lambang adalah sesuatu hal atau keadaan yang merupakan pengantara pemahaman

terhadap obyek (Herusatoto,2008 : 18).

Simbol-simbol ritual ada juga yang berupa sesaji (dalam penelitian ini).

Sesaji merupakan aktualisasi dari pikiran, keinginan, dan perasaan pelaku agar

lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Upaya pendekatan diri melalui sesaji

sesungguhnya merupakan bentuk akumulasi budaya yang bersifat abstrak. Sesaji

juga merupakan sarana untuk”negosiasi” spiritual kepada hal-hal gaib. Hal ini

dilakukan agar mahkluk-makhluk halus di atas kekuatan manusia tidak

mengganggu. Dengan pemberian makanan secara simbolis kepada ruh halus,

diharapkan ruh tersebut akan jinak, dan mau membantu hidup manusia (Suwardi

Endraswara, 2006 : 247). Sesaji disini yang dimaksud diantaranya adalah nasi

tumpeng, ayam ingkung, ikan bandeng, rengginang, ketan merah dan putih, pisang

raja. Ayam ingkung disini disimbolkan seperti manusia yang hanya bisa berserah

diri kepada Sang Pencipta.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

23

Kegiatan-kegiatan simbolik dalam masyarakat tradisional merupakan

upaya manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang menciptakan,

menurunkan ke dunia, memelihara hidup, dan menentukan kematian manusia.

Simbolisme dalam masyarakat tradisional membawakan pesan-pesan kepada

generasi berikutnya.

Herusatoto (2008:156-178) juga mengatakan bahwa tindakan simbolis

orang Jawa dibagi menjadi tiga jenis anatar lain (1) tindakan simbolis dalam

religi, seperti upacara selamatan, peristiwa-peristiwa penting; (2) tindakan

simbolis dalam tradisi; (3) tindakan simbolis dalam seni. Tindakan simbolis dalam

masyarakat Jawa dominan dalam segala kegiatan. Menggunakan simbol

merupakan sebagai sarana atau media dalam menitipkan pesan-pesan yang

mempunyai nilai terkandung didalamnya. Budaya simbolis bisa menjadi media

didik masyarakat untuk menemukan nilai-nilai dalam budaya alus dan juga budi

luhur.

9. Fungsi Mitos

Salah satu dari gejala kebudayaan yang paling sulit didekati dengan

analisis logis semata-mata adalah mitos. Mitos lebih terjelma dalam tindakan,

daripada dalam pikiran atau khayalan (Cassiree, 1987 : 119). Kepercayaan

masyarakat terhadap cerita yang mereka ketahui sangat besar, sehingga dapat

mempengaruhi tingkah laku mereka, yaitu taat kepada larangan atau suruhan yang

berhubungan erat dengan cerita-cerita itu. Pada dasarnya mitos adalah anggapan

atau kepercayaan terhadap suatu hal yag berkaitan dengan kehidupan manusia

(Nuraidar Agus, 2010 : 115).

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

24

Mitos adalah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arah tertentu

kepada sekelompok orang. Cerita ini dapat dituturkan, tetapi juga dapat

diungkapkan lewat tari-tarian atau pementasan wayang misalnya (Van Peursan,

2007 : 37). Melalui mitos manusia dapat turut serta mengambil bagian dalam

kejadian-kejadian sekitarnya, dan dapat menanggapi daya-daya kekuatan alam.

Fungsi mitos menurut Van Peursen, yaitu.

a. Mitos menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan-kekuatan ajaib.

Mitos itu tidak memberikan bahan informan mengenai kekuatan-

kekuatan itu, tetapi membantu menusia agar dapat menghayati daya-

daya itu sebagai suatu kekuatan yang mempengaruhi dan menguasai

alam dan kehidupan sukunya.

b. Mitos memberi jaminan bagi masa kini. Pada musim semi misalnya

bila ladang-ladang mulai digarap, diceritakan dongeng. Namun juga

dapat diperagakan dalam sebuah tarian, bagaimana pada jaman dulu

para dewa juga mulai menggarap sawahnya dan memperoleh hasil

yang melimpah. Cerita-cerita itu seolah-olah mementaskan kembali

suatu peristiwa yang dulu pernah terjadi. Dengan demikian dijamin

keberhasilan usaha serupa dewasa ini.

c. Mitos memberikan pengetahuan tentang dunia. Artinya, fungsi ini

mirip dengan fungsi ilmu pengetahuan dan filsafat dalam alam pikiran

modern, misalnya cerita-cerita terjadinya langit dan bumi (Peursen,

1988 : 37).

Berdasarkan pembahasan dan penelitian yang telah dilakukan, dapat

ditarik kesimpulan bahwa mitos adalah suatu kepercayaan yang telah mendarah

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

25

daging bagi masyarakat pemiliknya dan menjadi pedoman dalam bertingkah laku.

Tujuan mitos adalah untuk mendidik anak-cucu yang mendengarnya, khususnya

tentang kepercayaan kepada kekuatan mutlak (Tuhan), kejujuran, keberanian,

sopan santundan lain-lain. Mitos merupakan suatu cerita yang dapat memberikan

pedoman bagi masyarakat di tiap daerahnya.

F. Sumber Data

1. Sumber Data

Sumber data penelitian berbentuk sumber data primer dan sekunder.

Sumber data primer yaitu warga terpilih yang mengetahui cerita tersebut. Sumber

data sekunder yaitu referensi maupun buku-buku yang relevan dengan topik

penelitian.

2. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini juga terdapat dua jenis, yaitu data primer dan

sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara tentang cerita

rakyat dalam upacara tradisional bersih dusun di dusun Dalungan desa Macanan

kecamatan Kebakkramat kabupaten Karanganyar dari hasil pengamatan langsung.

Menurut Lofland dan Lofland sumber data primer atau utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata – kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain–lain (Loffland dan Lofland dalam Lexy J. Moleong,

2010:157).

Data sekunder dalam penelitian ini adalah keterangan-keterangan yang

diambil dari referensi maupun buku-buku yang relevan dengan topik penelitian.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

26

G. Metode dan Teknik

1. Metode

Penelitian menggunakan sebuah metode agar penelitian dapat menemukan

suatu cara, langkah kerja dan rumusan yang benar dalam memberikan langkah

setiap permasalahan, sehingga dapat menghasilkan suatu penelitian yang

diinginkan dan tepat sasaran dari awal hingga akhir tujuan (Moleong, 2010: 3).

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Bentuk penelitian kualitatif yaitu bentuk penelitian yang menjelaskan

setiap unsur data dengan menggunakan kata-kata atau kalimat-kalimat dan bukan

dalam bentuk angka-angka atau mengadakan perhitungan melainkan berdasarkan

pada data yang dikumpulkan sesuai dengan permasalahan yang dibahas,

maksudnya peneliti berusaha untuk memaparkan Cerita rakyat dalam Upacara

Tradisional Bersih dusun di Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan

Kebakkramat Kabupaten Karangayar dengan mengutamakan penghayatan

terhadap data yang diperoleh sebagai objek penelitian. Hal ini sejalan dengan

pendapat Bolgan dan Taylor (dalam Moleong, 2010;4) yang mengemukakan

bahwa penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Tujuan penelitian

deskriptif kualitatif adalah memperoleh gambaran atau deskripsi mengenai

kualitas dari objek kajian yang berbentuk foklor.

Penelitian ini cenderung terjun langsung ke lapangan, dan peneliti secara

langsung mendata, menyaksikan prosesi dan menganalisinya.Peneliti adalah kunci

utama dalam penelitian sehingga peneliti haruslah teliti agar tercapai penelitian

yang akurat dan sempurna, data yang diperoleh sesuai fakta yang ada dilapangan.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

27

2. Teknik

Tehnik yang digunakan untuk pengumpulan data-data yang dibutuhkan

dalam penelitian ini adalah.

a. Observasi Langsung (Tempat dan Peristiwa)

Observasi merupakan salah satu cara pengumpulan data

dengan cara terjun langsung dan melihat secara langsung fenomena

yang terdapat di lokasi penelitian.

Penelitian ini dilakukan secara langsung dilokasi

kejadian/tempat dilangsungkan suatu peristiwa dan diungkapkan

secara tepat.Dalam hal ini peneliti langsung datang ke lokasi

diadakanya upacara adat bersih dusun di dusun Dalungan desa

Macanan kecamatan Kebakkramat kabupaten Karanganyar.

b. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini bertujuan menyimpulkan

keterangan yang ada pada kehidupan dalam suatu masyarakat serta

pendirian mereka merupakan suatu alat pembantu metode

observasi langsung (Koentjaraningrat,1983:129). Pada metode ini,

pertanyaan diajukan secara lisan (pengumpul data bertatap muka

dengan narasumber. (Sanapiah Faisal, 2008 : 52).

Jenis wawancara ada dua, yaitu wawancara terstruktur

dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur ialah

pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-

pertanyaan yang akan diajukan. Untuk itu pertanyaan-pertanyaan

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

28

disusun dengan rapi dan ketat. Jenis ini dilakukan pada situasi jika

sejumlah sampel yang representatif ditanyai dengan pertanyaan

yang sama dan hal ini penting sekali. Wawancara terstruktur ini

bertujuan untuk mencari jawaban terhadap hipotesis kerja.

Wawancara tidak terstuktur digunakan dalam pencarian informasi

dalam masyarakat untuk mengetahui pemahaman dalam

masyarakat. Wawancara ini sangat berbeda dengan wawancara

terstruktur dalam hal waktu bertanya dan cara memberikan

respons, yaitu jenis ini lebih bebas iramanya.

Responden biasanya terdiri atas mereka yang terpilih saja

karena sifat-sifatnya yang khas. Penelitian ini menggunakan

metode wawancara tidak terstruktur, yang dilakukan dengan

suasana akrab dan terbuka, pelaksanaan tanya jawab mengalir

seperti dalam percakapan sehari-hari (Lexy J. Moleong,2007 :

190).

3. Teknik Analisis Data

Hal terpenting setelah data diperoleh pada tahap pengumpulan data adalah

mengolahnya pada tekhnik analisis data. Kegiatan memproses pengolahan data

dimulai dengan mengelompokan dari data-data yang telah terkumpul dan dicatat

sebagai hasil observasi dan wawancara. Pengolahan data dalam penelitian ini

menggunakan metode komparatif, yaitu membandingkan antara data yang

diperoleh dari wawancara dengan hasil observasi. Catatan yang dianggap

menunjang data penelitian, selalu dicatat agar kejadian-kejadian tersebut tidak

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

29

terabaikan. Pada tahap ini data dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil

menyimpulkan kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab permasalahan-

permasalahan dalam penelitian.

Cara analisisnya, data yang sudah diperoleh dari hasil wawancara dari

informan dan masyarakat pendukung yang berupa kata-kata, penjelasan-

penjelasan serta observasi di lokasi penelitian terhadap cerita rakyat dalam

upacara tradisional bersih dusun di Dusun Dalungan Kelurahan Macanan

kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar kemudian disusun dalam teks

yang diperluas dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Metode deskriptif kualitatif adalah pendekatan untuk menggambarkan secara

sistematik dan akurat fakta.

Data yang telah terkumpul dari wawancara dan observasi berupa catatan

lapangan terhadap cerita rakyat dalam upacara tradisional bersih dusun di Dusun

Dalungan Desa Macanan Kecamatan Kebakkramat kabupaten Karanganyar ini

dilakukan dengan dengan langkah pemilahan data berdasarkan kategori tertentu.

Fakta-fakta yang ada dilapangan kemudian digolongkan, diperiksa, membuang

data-data yang tidak perlu serta mengorganisasi data. Hasil data kemudian

disajikan dalam bentuk penyajian data untuk dapat ditarik dan diverifikasi

kesimpulan-kesimpulan finalnya.

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah merampingkan dengan memilih data yang

dipandang penting. Menyederhanakan, dan mengabstrasikannya

(Sangidu, 2004:73). Analisis data dimulai setelah mengumpulkan data-

data dari hasil wawancara dan pengamatan terhadap Cerita Rakya

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

30

dalam upacara tradisional bersih dusun di Dusun Dalungan Kelurahan

Macanan Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar yang

meliputi kondisi sosial masyarakat, bentuk dan makna cerita rakyat di

dusun Dalungan, prosesi, serta macam-macam sesaji yang digunakan.

Hasil dari wawancara serta pengamatan tersebut dijadikan sebagai data

budaya.Setelah semua data diperoleh, selanjutnya dilakukan reduksi

data yang sesuai dan tepat.

b. Sajian Data

Tahap selanjutnya setelah dilaksanakan reduksi data atau

pemilahan data, maka data yang sesuai dipilih sesuai dengan penelitian

dilakukan penyajian data. Sajian data adalah menyajikan data secara

analitis dan sintesis dalam bentuk uraian dari data-data yang terangkat

disertai dengan bukti-bukti tekstual yang ada (Sangidu, 2004:74). Sajian

data mengenai kondisi sosial budaya masyarakat, prosesi dan bentuk

pertunjukan seni Tayub, macam-macam sesaji yang digunakan serta

aspek budaya dalam sajian datanya dapat disertai dengan penjelasan

dan foto-foto yang didapatkan dari pelaksanaan upacara bersih desa

agar data yang disajikan lebih jelas dan rinci.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Tahap terakhir setelah melakukan proses reduksi data dan sajian

data dari data-data yang telah terkumpul, maka sebisa mungkin

dilakukan penarikan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh.

Kesimpulan yang sudah diperoleh tahap selanjutnya dilakukan

verifikasi. Verifikasi dan simpulan adalah mengecek kembali

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

31

(diverifikasi) pada catatan-catatan yang telah dibuat oleh peneliti

selanjutnya membuat simpulan-simpulan sementara (Sangidu,

2004:74).

Penarikan kesimpulan merumuskan apa yang sudah didapatkan

dari reduksi data maupun kegiatan pengumpulan data. Proses penarikan

kesimpulan dilakukan setelah data-data pada tahap reduksi data dan

sajian data terkumpul dan tersusun. Penarikan kesimpulan tidak bisa

sekali jadi, sehingga kemungkinan besar terjadi proses pengulangan

misalnya penarikan kesimpulan pada upacara adat bersih dusun dengan

menghubungkan antara cerita rakyat yang melatar-belakangi

diadakannya upacara bersih dusun dan pementasan tayub, dapat dilihat

dari keterkaitan antara kondisi sosial budaya masyarakat, prosesi

upacara bersih dusun dan bentuk mitos serta macam-macam sesaji yang

digunakan. Apabila dirasa belum cukup memadai dapat dilakukan

pengulangan proses agar lebih mantap.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan ini meliputi tiga bab. Tiga bab tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan. Bab pendahuluan berisi latar belakang masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

sistematika penulisan, Teori yang digunakan dalam penelitian, metode penelitian

sastra lisan, lokasi penelitian, bentuk penelitian, sumber data dan data penelitian,

teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111032_bab1.pdf · Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan ... dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci

32

Bab II Pembahasan. Bab ini berisi bentuk dan asal-usul cerita rakyat,

upacara tradisional bersih dusun, pertunjukan seni tayub dalam upacara tradisional

bersih dusun di dusun Dalungan desa Macanan kecamatan Kebakkramat

kabupaten Karangayar, serta makna simbolik dari sesaji yang terdapat dalam

pelaksanaan upacara tradisional bersih dusun di Dusun Dalungan.

Bab III Penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran. Pada akhir tulisan ini

disertakan daftar pustaka dan lampiran penelitian.