bab i pendahuluan

16
PRAKTIKUM PETROLOGI LABORATORIUM GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Yurika Lisnawati H1C113043 BAB I PENDAHULUAN Petrologi merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari suatu aspek tentang batuan yang membentuk kulit bumi dan yang mencakup tentang, genesa batuan, komposisi mineral batuan, asal dari suatu klasifikasi batuan, hubungan dengan proses geologi, hubungan dengan sejarah geologi dan menyusun dari isi bumi, terutama batuan. Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi yang berkaitan dengan tiga tipe batuan, yaitu : batuan beku, batuan metamorf, dan batuan sedimen. Kata  petrologi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu  petra yang berarti batu dan logos yang berarti ilmu. Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan vulkanik dan plutonik. Petrologi batuan sedimen  berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen (batuan seperti batupasir atau batugamping yang mengandung partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material yang lebih halus). Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang  berawal dari batu an sedimen atau batuan beku tetapi telah melalui p erubahan kimia, mineralogi, atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim dari tekanan, suhu, atau keduanya). Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan analisa kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli  petrologi modern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitian kecenderungan dan siklus geokimia, dan penggunaan data termodinamika dan eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan. Petrologi eksperimental menggunakan  perlengkapan bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi untuk menyelidiki geokimia dan hubungan fase dari material alami dan sintetis pada tekanan dan suhu yang

Upload: rahmatan07

Post on 09-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Petro

TRANSCRIPT

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB IPENDAHULUAN

Petrologi merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari suatu aspek tentang batuan yang membentuk kulit bumi dan yang mencakup tentang, genesa batuan, komposisi mineral batuan, asal dari suatu klasifikasi batuan, hubungan dengan proses geologi, hubungan dengan sejarah geologi dan menyusun dari isi bumi, terutama batuan.Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi yang berkaitan dengan tiga tipe batuan, yaitu : batuan beku, batuan metamorf, dan batuan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu petra yang berarti batu dan logos yang berarti ilmu.Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan vulkanik dan plutonik. Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen (batuan seperti batupasir atau batugamping yang mengandung partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material yang lebih halus). Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang berawal dari batuan sedimen atau batuan beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi, atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim dari tekanan, suhu, atau keduanya).Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan analisa kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologi modern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitian kecenderungan dan siklus geokimia, dan penggunaan data termodinamika dan eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan. Petrologi eksperimental menggunakan perlengkapan bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi untuk menyelidiki geokimia dan hubungan fase dari material alami dan sintetis pada tekanan dan suhu yang ditinggikan. Percobaan tersebut khususnya berguna untuk menyelidiki batuan pada kerak bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam perjalanan ke permukaan bumi pada kondisi sebenarnya.Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung secara dekat maka banyak hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu di antaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain. Berdasarkan jenisnya batuan-batuan tersebut dapat digolongkan menjadi tiga jenis golongan. Ketiga jenis golongan batuan tersebut adalah batuan beku (igneous rocks), batuan sedimen (sedimentary rocks), dan batuan metamorfosa (metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya.Batuan dapat mengandung satu atau beberapa mineral. Sebagai contoh ada yang disebut sebagai monomineral rocks (batuan yang hanya mengandung satu jenis mineral), misalnya marmer yang hanya mengandung kalsit dalam bentuk granular, dan kuarsit yang hanya mengandung mineral kuarsa. Di samping itu di alam ini paling banyak dijumpai batuan yang disebut polymineral rocks (batuan yang mengandung lebih dari satu jenis mineral), seperti granit atau monzonit kuarsa yang mengandung mineral kuarsa, feldspar, dan biotit. Untuk membedakan jenis batuan di atas tidak lah sulit. Secara sederhana dapat dilakukan algoritma pengamatan sebagai berikut:1. Bedakan apakah batuan itu terdiri atas klastika atau detritus atau kristal.2. Jika batuan terdiri atas klastika atau detritus, dapat dipastikan sebagai batuan sedimen.3. Arahkan pikiran anda ke deskripsi batuan sedimen klastik.4. Jika batuan terdiri atas kristal, amati apakah terdiri atas satu macam mineral (monomineralic) atau bermacam-macam kristal (polymineralic).5. Jika batuan merupakan batuan kristalin yang monomineralik, amati lebih detail bagaimana kontak antar kristal. Jika batuan yang monomineralik ini mempunyai kontak belahan maka dapat dipastikan sebagai batuan sedimen non klastik. Kontak suture disebabkan oleh tekanan dan reaksi antar kristal ketika terkena proses metamorfisme.6. Jika batuan merupakan batuan kristalin yang polimineralik, amati apakah kontaknya interlocking (saling mengunci) atau suture.7. Batugamping yang tersusun oleh material karbonat dimasukkan ke dalam kelompok batuan sedimen.Di dalam sejarah pembentukannya, semua batuan tersebut akan mengalami siklus batuan. *Sumber : geoenviro. blogspot. com, 2013Gambar 1.4.Jentera Batuan

Karena ini adalah daur, sebenarnya tidak ada awal dan akhirnya. Batuan beku yang berada di permukaan bumi akan mengalami proses sedimentasi yaitu pelapukan, erosi, transportasi, pengendapan, kompaksi, sementasi dan akhirnya akan terbentuk batuan sedimen. Sedangkan batuan metamorf dihasilkan oleh batuan beku yang berada di dalam bumi lalu terkena tekanan dan suhu yang tinggi sehingga merubah komposisi mineral di dalamnya membentuk batuan metamorf. Selain itu, batuan metamorf juga dapat dihasilkan oleh batuan sedimen yang dibawa ke dalam bumi oleh proses dinamika bumi, misalnya proses subduksi lempeng. Di dalam bumi batuan sedimen akan terkenal tekanan dan suhu yang tinggi menjadi batuan metamorf. Jika pengaruh tekanan dan suhu sangat tinggi sehingga melewati titik leleh batuan maka batuan itu akan meleleh menjadi magma.

Di zona divergen, terjadi fenomena dimana terdapat dua buah lempeng yang saling menjauh. Karena saling menjauh maka terdapat rongga yang memungkinkan magma dari mantel atas tersebut menerobos keluar. Karena sumber magma di zona ini langsung dari mantel atas bumi, maka batuan di sekitar zona ini akan bersifat ultrabasa-basa. Pada umumnya, zona divergen ini terletak di tengah benua sehingga sering disebut Mid Oceanic Ridge atau punggungan tengah samudra. Hal ini dikarenakan bentukan batuan di zona ini akan menyerupai punggungan yang memanjang di tengah lautan. Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa kerak samudra akan memiliki batuan beku yang bersifat ultrabasa-basa.

Kandungan batuan dalam kerak benua dipengaruhi oleh zona konvergen, contohnya zona subduksi atau zona penunjaman. Pada keadaan inilah akan terjadi proses. Pada zona subduksi akan terjadi pertemuan antara kerak samudra dan kerak benua. Dengan hasil kerak samudra akan menunjam di bawah kerak samudra. Karena besarnya gesekan antara keduanya maka terdapat bagian dari kerak samudra atas dan kerak benua bawah yang akan mengalami partial melting (peleburan bertahap), proses ini akan menghasilkan cairan magma dengan kandungan silika yang lebih tinggi daripada batuan asalnya. Magma yang terbentuk akan bergerak ke atas, karena massa jenisnya yang lebih rendah. Karena perjalanan ini memerlukan waktu maka akan terjadi proses diferensiasi magma. Mineral yang bersifat ultrabasa akan terbentuk terlebih dahulu dan seterusnya akan terbentuk mineral asam, jika memang waktu yang diperlukan magma menerobos itu sangat lama. Sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa proses ini akan menghasilkan kandungan batuan di kerak benua bersifat intermediate hingga asam.Diferensiasi magma adalah proses yang memungkinkan satu magma homogen menghasilkan bermacam-macam batuan beku yang secara komposisi kimianya berbeda. Perlu diketahui bahwa batuan beku selalu tersusun oleh mineral-mineral yang murni membeku dari magma. Mineral-mineral ini memiliki temperatur tertentu untuk dapat terbentuk, ada mineral yang terbentuk dalam suhu yang tinggi ada pula mineral yang terbentuk dalam suhu yang rendah. Selain itu, mineral yang bersifat basa akan terbentuk pada suhu yang lebih tinggi daripada mineral yang bersifat asam. Proses diferensiasi magma akan dimulai pada saat magma mulai mendingin, kristal-kristal mineral yang terbentuk pada suhu tinggi akan muncul disini, mineral ini pada umumnya bersifat ultrabasa. Lalu akibat gaya gravitasi, kristal-kristal (zat padat yang terbentuk lebih dulu akan tenggelam dan mengendap, dengan magma (zat cair) yang lebih dingin dan asam akan berada di atasnya. Demikianlah seterusnya sehingga terjadilah pemisahan kristal.(Anonim, 2014).Proses pada pembentukan cebakan mineral terutama pada mineral logam secara umum terbagi atas tiga stadium, yaitu :1. Stadium Likwidomagmatis (>6000C)Stadium ini adalah merupakan stadium awal pada pembentukan mineral-mineral logam (titanmagnet, kromit, dan petlandite) maupun non logam (olivin, piroksen, hornblende, biotit) yang terbentuk pada suhu >6000C. Stadium ini dicirikan oleh terjadinya pemisahan unsur-unsur kurang volatil berupa mineral-mineral silikat. Karena penurunan temperatur yang berlangsung terus-menerus, maka terbentuklah mineral-mineral yang dicirikan oleh unsur-unsur yang lebih volatil berupa mineral sodium dan potasium pada kondisi tekanan yang semakin besar. Cebakan mineral yang timbul dan terbentuk pada stadium ini disebut cebakan magmatis.2. Stadium Pegmatitis-Pneumatolitis (6000C 4500C)Terjadi pemisahan yang luar biasa dari unsur-unsur volatil larutan magma sisa pada kondisi tekanan yang cukup besar. Larutan magma sisa ini sebagian menerobos batuan yang telah ada melalui rekahan yang membentuk cebakan pegmatitis (berupa dike, sill, dan stockwork). Mineral-mineral pegmatit antara lain logam-logam ringan (Li-silikat, Be-silikat dan Al-rich silikat), logam-logam berat (Sn, Au, W, dan Mo), batuan mulia (ruby, sapphire, beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz, smoky quartz dan rock crystal). Pada penurunan temperatur selanjutnya (4500C), volume unsur volatil semakin menurun dan akan membentuk cebakan pneumatolitis.

3. Stadium Hidrotermal (