bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalaheprints.umm.ac.id/46663/2/bab i.pdf · 2019. 6. 27. ·...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Protocol Kyoto merupakan instrumen hukum yang legal atau perjanjian
Internasional yang mengikat bagi negara-negara yang berkomitmen untuk
mengatasi permasalahan penguranagan emisi gas rumah kaca atau GRK.1 Hasil dari
perjanjian ini merupakan kesepakatan dalam rangka melaksanakan Kerangka Kerja
Persatuan Bangsa-bangsa atau PBB United Nations Framework Convention on
Climate Change UNFCCC terkait permasalahan perubahan iklim yang menjadi
urgensi bagi masyarakat internasional guna menjaga konsentrasi lingkungan global.
Merujuk pada urgensi diatas Indonesia sebagai negara kepulauan yang
memiliki kekayaan sumber daya alam dan kekayaan biodiversitas yang luar biasa
besar tentunya memiliki persepsi ancaman kerusakan lingkungan, untuk itu
Indonesia sebagai bagian dari sub unit internasional memiliki taggung jawab untuk
menjaga konsentrasi lingkungan global dalam menjaga konsentrasi ancaman
potensi kerusakan lingkungan pada level domestik, sebagaimana upaya yang
dilakukan Indonesia dengan meratifikasi Protocol Kyoto pada tanggal 28 juni tahun
2004 melalui Undang-undang nomor 17 tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto
Protocol ke UNFCCC United Nations Framework Convention on Climate Change
ialah untuk menyelaraskan prinsip Protocol Kyoto Common but differentiated
1Nurita Efri Diana, Ketidakevektivan Implementasi Protocol Kyoto Di Indonesia Melalui Tinjauan
Aspek Kehutanan, di akses dalam http://repository.upnyk.ac.id/1497/1/SKRIPSI.pdf (1/7/2018,
20.45 WIB)
2
responsibilities atau CBDR yang secara substansi berbicara pembangunan
berkelanjutan dengan kebijakan domestik Indonesia. Sebagaimana dalam prinsip
Protocol Kyoto menyebutkan bahwa Protokol ini menjadi tanggung jawab
pemerintah dan diatur dalam kesepakatan global yang dilindungi PBB.
Aturan tersebut dicetuskan Pada agenda Protocol Kyoto artikel 2 dimana
terdapat pernyataan bahwa setiap pihak yang terlibat dalam konvensi diharapkan
untuk mampu mengurangi emisi gas rumah kaca dengan mempromosikan program
Pembangunan Berkelanjutan dengan melakukan beberapa cara diantaranya ialah
dengan melakukan peningkatan efisiensi di sektor energi terkait ekonomi nasional
dan yang kedua ialah melakukan penelitian serta mempromosikan terkait
pengembangan peningkatan penggunaan energi baru terbarukan melalui teknologi
yang berwawasan lingkungan dan inovatif:2
Mengacu pada kondisi diatas Pemerintah Indonesia menjadikan hal tersebut
sebagai justifikasi dalam melakukan implementasi agenda tersebut pada kebijakan
energi nasionalnya guna menjaga keamanan lingkungan Indonesia melalui upaya
Mitigasi perihal pemanfaatan energi baru terbarukan. Upaya Mitigasi ini
merupakan sebuah gambaran pengaruh internasional dalam kebijakan nasional
sebagaimana tujuan dari Indonesia meratifikasi Protocol Kyoto untuk merespon
ancaman lingkungan global yang tentunya berpengaruh pada negara Indonesia.
2 United Nations, Kyoto Protocol to the United Nations Famework Convention on Climate
Change, diakses dalam https://unfccc.int/resource/docs/convkp/kpeng.pdf (12/7/2017, 23.45
WIB)
3
tentunya hal ini menjadi urgensi bagi Indonesia dan menyebabkan tekananan politis
bagi para pengambil kebijakan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. 3
Hal tersebut dapat dilihat dari salah satu poin ratifikasi Indonesia terhadap
Protocol Kyoto pada ketentuan umum Undang-undang Nomor 17 tahun 2004
tentang Pengesahan Protocol Kyoto, bahwa Indonesia sebagai negara berkembang
yang sedang membangun, Indonesia perlu mempercepat pengembangan industri
dan transportasi dengan tingkat emisi rendah melalui pemanfaatan teknologi bersih
dan efisien serta pemanfaatan energi terbarukan renewable energy.4
Sehubungan dengan hal tersebut Indonesia menerbitkan Peraturan Presiden
Nomor 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional sebagai bentuk realisasi
adopsi hukum nasional Indonesia. lahirnya kebijakan ini sebagai awal mula
Pemerintah Indonesia menjadikan energi baru terbarukan sebagi bentuk langkah
kongkrit dalam mencapai kemanan lingkungan. Kaitanya dalam hal ini penggunaan
energi di Indonesia mempunyai urgensi terkait penggunaan energi fosil yang masif,
diamana hal ini nantinya akan menjadi potensi ancaman bagi Indonesia. Adapun
beberapa poin ketententuan umum terkait peraturan Presiden tersebut ialah sebagai
berikut.5 Yang pertama ialah Energi baru adalah bentuk energi yang dihasilkan oleh
teknologi baru baik yang berasal dari energi terbarukan maupun energi tak
3 Mitigation dalam hal ini merupakan tindakan pencegahan untuk mengurangi emisi gas rumah
kaca dan untuk meningkatkan penyimpanan karbon dalam rangka mengatasi perubahan iklim.
Nurita Efri Diana, Loc. Cit., hal. 7 4 KEMLU, The First National Communication On Climate Change Convention, di akses dalam
http://pih.kemlu.go.id/files/UU_NO_17_TH_2004.pdf (1/7/2018, 20.45 WIB) 5 Kementrian dalam Negeri, Perpres nomor 5 tahun 2006, diakses dalam
http://www.kemendagri.go.id/produk-hukum/2006/01/25/peraturan-presiden-nomor-5-tahun-2006
(12/5/2017, 22.30 WIB)
4
terbarukan, antara lain, hydrogen, coal bed methane, batu bara yang dicairkan
(liquiefied coal), batu bara yang digaskan (gasified coal) dan nuklir sedangkan yang
kedua ialah Energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber
energi yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola
dengan baik, antara lain panas bumi, bahan bakar nabati (biofuel), aliran sungai,
panas surya, angin, biomasa, biogas ombak laut dan suhu kedalaman laut.
Selanjutnta posisi Indonesia dalam Protocol Kyoto adalah sebagai negara
anggota Non Annex dimana Indonesia dapat menjalankan agenda dari mekanisme
Protocol Kyoto hanya pada mekanisme Clean Development Mechanism atau
CDM.6 Sehingga pada dasarnya proses perelasisasian pembangunan berkelanjutan
dari pemanfaatan energi baru terbarukan Indonesia dapat dijalankan melalui proyek
pelaksanaan CDM. Maka dari itu Indonesia telah meratifikasi Protokol Kyoto.
Diharapkan dengan meratifikasi Protokol Kyoto ini dapat meningkatkan
kesempatan untuk menarik lebih banyak investor dan pelaku proyek untuk
mengembangkan proyek CDM yang akan menguntungkan pembangunan
berkelanjutan Indonesia. Berpijak pada penjelasan tersebut peneliti mengambil
sebuah paradigma bahwa keamanan lingkungan merupakan bagian kepentingan
6 CDM adalah salah satu dari tiga mekanisme fleksibel dalam Protokol Kyoto yang dirancang
untuk membantu negara industri Annex 1 guna memenuhi komitmennya mengurangi emisi
GRK dan membantu negara berkembang dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. CDM
adalah satu-satunya mekanisme fleksibel yang melibatkan negara berkembang. Berdasarkan
Protokol Kyoto, negara berkembang tidak memiliki kewajiban membatasi emisi GRKnya, akan
tetapi dapat secara sukarela berkontribusi dalam pengurangan emisi global dengan menjadi
tempat pelaksanaan proyek CDM. Insitute for global environmental strategis IGES, Panduan
kegiatan MPB Indonesia, diakses dalam https://pub.iges.or.jp/pub_file/panduanmpbpdf/download
(5/8/2018, 24.00 WIB)
5
nasional Indonesia dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui proses
pelaksanaan kebijakan energi nasional Indonesia.
Hal inilah yang melatar belakangi peneliti mengambil topik implementasi
Prinsip-prinsip Protocol Kyoto dalam kebijakan energi nasional Indonesia.
Meskipun Indonesia telah meratifikasi Protocol Kyoto dan menjalankan
regulasinya akan tetapi peneliti berasumsi bahwa tindak lanjut dari ratifikasi ini
masih harus diteliti secara cermat sebagaimana, Kebijkan Energi Nasional
Indonesia memiliki peranan penting dalam pelaksanaan implementasi tersebut guna
mendukung kontribusinya dalam Protocol Kyoto dan mencapai Keamanan
lingkungan melalui aspek Mitigasi dari mekanisme CDM, serta hasil dari
implementasi Kebijakan Energi Nasional Indonesia nantinya dapat menjadi acuan
dalam melaksanakan komitmen baru pasca 2020 terkait penanggulangan
permasalahan iklim dengan begitu gambaran permasalahan yang muncul dalam
penelitian ini adalah ‘’Analisis Implementasi Prinsip-prinsip Potocol Kyoto dalam
Kebijakan Energi Nasional Indonesia’’.
1.2 Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis
merumuskan masalah :
Bagaimana Implementasi Prinsip-prinsip Protocol Kyoto dalam Kebijakan
Energi Nasional Indonesia?
6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang sudah dijelaskan sebelumnya,
maka secara akademis penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan
memahami secara keilmuan Hubungan Internasional tentang sejauh mana
implementasi prinsip-prinsip Protocol Kyoto dalam Kebijakan Energi
Nasional Indonesia.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu untuk memperkuat
pemahaman dan menambah khasanah kajian teoritis mengenai keamanan
lingkungan dan kepentingan nasional, terutama pada studi yang membahas
permasalahan perubahan iklim di dunia, terlebih mengenai topik
implementasi prinsip-prinsip Protocol Kyoto. Diharapkan pula penelitian
ini nantinya dapat memberikan informasi dan memberikan referensi kajian
untuk penelitian Ilmu Hubungan Internasional terutama pemerhati
permasalahan politik lingkungan yang berkaitan dengan gambaran
pengaruh internasional dalam kebijakan Nasional sebagaimana
kesalinghubungan Protocol Kyoto dengan Indonesia.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
dan pemahaman terhadap Pemerintah Indonesia mengenai Pinsip-prinsip
yang ada dalam Protocol Kyoto terhadap Kebijakan Energi Nasional
Indonesia, sehingga hal ini dapat menjadi rujukan dalam pengambilan
keputusan bagi pemerintah Indonesia untuk kedepannya.
7
1.4 Penelitian Terdahulu
Dalam membentuk suatu konsep pemikiran, penelitian ini tidak hanya
membutuhkan pemilihan teori atau konsep yang tepat. Selain menjadi landasan
awal tema yang digunakan oleh peneliti, penelitian terdahulu digunakan pula
sebagai perbandingan atas batasan-batasan antara karya ilmiah sebelumnya dengan
karya ilmiah selanjutnya, pada penelitian terdahulu sebelumya telah banyak
bahasan mengenai Permasalahan lingkungan, namun tentunya dengan fokus yang
berbeda-beda.
Penelitian pertama, yang ditulis oleh Daniel Murdiyarso, dalam tulisanya
beliau menjabarkan secara detail terkait mekanisme Procol Kyoto dengan sudut
pandang implikasi dari mekanisme tersebut bagi Negara-negara berkembang
terutama Indonesia, dalam hal ini mekanisme yang dilakukan oleh Negara
berkembang ialah Clean developemen mechanism atau mekanisme pembangunan
bersih, sbagaimana yang dijelaskan secara detail sebelumnya mekanisme ini
merupakan wadah kerjasama nega-negara maju dengan negara berkembang
terutama Indonesia dalam melakukan kerjasama terkait penurunan gas rumah kaca
baik dengan cara transfer teknologi atau melakukan proyek pengembangan
pembanguan yang ada kaitanya dengan hal perubahan iklim, untuk itu penulis dari
buku ini menjeaskan bahwa penting kiranya untuk meratifikasi Protocol Kyoto
guna memonitoring implemntasi dari mekanisme tersebut. Jika terjadi perubahan
global yang lama dan secara akumulatif karena adanya kemajuan teknologi dan
dominasi Negara maju, maka akan menimbulkan perubahan iklim yang membawa
dampak bagi Negara berkembang, salah satunya Indonesia, Penulis juga
8
menyatakan bahwa jika Indonesia meratifikasi Protokol Kyoto, maka Indonesia
akan memiliki kewenangan untuk mengawasi implementasi Protokol ini dan juga
mernanfaatkannya melalui mekanisme yang ada.
Hal tersebut merupakan pijakan bagi peniliti dalam menganalisis prinsip-
prinsip Protocol Kyoto terhadap kebijakan energi nasional Indonesia sebagaimana,
korelasi sudut pandang antara topik yang peneliti angkat dan topik dari buku ini
memiliki sudut pandang yang sama. Untuk itu peneliti selanjutnya akan meneliti
secara mendetail terkait sejauh mana implementasi Indonesia terhadap mekanisme
tersebut . Penelitian yang kedua ditulis oleh Rizki Tri Ferdiansyah dengan Judul
‘’Upaya Pemerintah Indonesia Dalam Penegembangan Energi Baru Terbarukan di
Sektor Geothermal Sebagai Respon Terhadap Isu Keamanan Energi Global’’.7
Korelasi penelitian peneliti dan penelitian saudara Rizki terletak pada kesamaan
topik namun pada fokus yang berbeda saudara Rizki mngangkat topik upaya
Indonesia dalam pengembanagan Renewable energi dan dianalisis menggunakan
konsep sutainable developmet dengan Keamanan Energi sehingga hasilnya
menjabarkan bagaimana pentingnya mengembangkan energi baru terbarukan bagi
Indonesia sedangkan peneliti mengkaji implementasi prinsip-prinsip Protocol
Kyoto dalam kebijakan energi nasional Indonesia dengan konsep keamanan energi
dan kepentingan nasional sehingga peneliti mengabil fokus sejauh mana
imlementasi tersebut dalam kebijakan energi nasional Indonesia.
7 Rizki Tri Ferdiansyah, ’Upaya Pemerintah Indonesia Dalam Penegembangan Energi Baru
Terbarukan di Sektor Geothermal Sebagai Respon Terhadap Isu Keamanan Energi Global, 2016,
Universitas Muhammadiyah Malang
9
Penelitian ketiga yang ditulis oleh Marisa Miftakhul Jannah dengan judul
‘’Pencapaian Kepentingan Nasional Indonesia Melalui Indonesia-Australia Forest
Carbon Partnership IACFP, Studi kasus pada proyek Kalimantan Forest and
Climate Partnership’’.8 Korelasi penelitian peneliti dengan penelitian saudari
Marisa berangkat dari isu yang sama yaitu perubahan iklim, akan tetapi mempunyai
topik yang berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada topik pembahasan dimana
penelitii mengambil topik Renewable energy dan keamanan energi sedangkan
saudari Marisa mengambil topik Foresty. Topik saudari Marisa menggambarkan
tentang kemitraan negraa dalam mengatasi perubahan iklim dengan menggunakan
konsep sustainable development dan kepentingan nasional. Peneliti juga
menggunakan konsep yang sama yaitu, kepentingan nasional akan tetapi melalui
sudut pandang keamanan energi indonesia melalui implementasi prinsip-prinsip
Protocol Kyoto dalam kebijakan energi nasional Indonesia.
Penelitian terakhir yang ditulis oleh Riza azmy dan Hidayat amir dengan
judul ‘’ketahanan energi,konsep dan tantangan bagi Indonesia’’. Karya ilmiah ini
menjelaskan bahwa ketergantungan impor energi minyak BBM Indonesia terhadap
Negara-negara timur tengah akan berpengaruh pada stabilitas ekonomi
Indonesia.9Untuk itu karya ilmiah ini berfokus pada arah kebijakan pemerintah
Indonesia dalam mewacanakan ketahanan energi melalui Perpres nomor 5 tahun
2006. Adapun korelasi dari karya ilmiah yang ditulis oleh Riza azmy dan Hidayat
8 Marisa Miftakhul Jannah, ’Pencapaian Kepentingan Nasional Indonesia Melalui Indonesia-
Australia Forest Carbon Partnership IACFP, Studi kasus pada proyek Kalimantan Forest and
Climate Partnership, 2016, Universitas Muhammadiyah Malang 9 Riza azmy dan Hidayat amir, ketahanan energi konsep dan tantangan bagi indonesia, di akses
dalam http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Energy%20Security.pdf (12/3/2017. 20.30
WIB)
10
amir dengan karrya ilmiah yang ditulis oleh peneliti ialah terkait aspek
implementasi. Aspek implementasi peneliti ialah analisis Imlpementasi prinsip-
prinsip Protocol Kyoto Dalam Kebijakan Energi Nasional Indonesia. sehingga
korelasi yang disebut mempunyai kesamaan dalam aspek implementasi kebijakan
namun berbeda ruang lingkup pembahasan.
Tabel 1. Posisi Penelitian Terdahulu
NO NAMA JUDUL JENIS PENELITIAN
DAN ALAT
ANALISA
HASIL
1. Daniel
Murdiyarso
Protocol Kyoto
Imlipkasinya bagi
Negara berkembang
Menggunakan
pendekatan dalam
sudut pandang segi
Politik, Hukum dan
Bisnis serta
kelembagaan
Buku ini menjabarkan
betapa pentingnya
meratifikasi Protocol
Kyoto bagi suatu
negara terutama
Indonesia
2. Rizki Tri
Ferdiansyah
Upaya Pemerintah
Indonesia Dalam
Penegembangan Energi
Baru Terbarukan di
Sektor Geothermal
Sebagai Respon
Terhadap Isu
Keamanan Energi
Global
Deskriptif
Pendekatan yang
digunakan adalah
Sustainable
Development dan
Keamanan Energi
Ketergantungan dunia
terhadap energy fosil
telah membuat dunia
berada dalam krisis
energy, sehingga
diperlukan jalan keluar
untuk menghadapi
ancaman tersebut salah
satunya adalah
11
mekanisme potensi
EBT
Untuk mengelola dan
menghadapi ancaman
krisis ini masyarakat
dunia percaya bahwa
sebuah institusi dan
struktur yang dapat
menangani ancaman
global krisis energy.
Hal ini mulai
ditunjukan masyarakat
global hingga peerintah
Indonesia sendiri saat
ini sedang melakukan
pengembangan EBT
Pengembangan sumber
energy terbarukan erat
kaitanya dengan
pembangunan
berkelanjutan ,karena
pngembangan EBT
tidak merusak
lingkungan
12
3. Marisa
Miftakhul
Jannah
Pencapaian
Kepentingan Nasional
Indonesia Melalui
Indonesia-Australia
Forest Carbon
Partnership IACFP,
Studi kasus pada proyek
Kalimantan Forest and
Climate Partnership
Metode Deskriptif
konsep Sustainable
Development dan
Kepentingan Nasional
Capaian kerjasama
antara Indonesia-
Australia dalam
pemanfaatan
kehutanan, kemitraan
tersebut menjabarkan
kepentingan Indonesia
4. Riza azmy dan
Hidayat amir
Kebijakan Ketahanan
Energi Jepang di Abad
21: Fundamentalisme
Metode penelitian yang
digunakan adalah
Deskriptif dengan
pendekatan yang
digunakan Energy
Security
Kebijakan pemerintah
jepang dalam
melaksanakan
diversivikasi energi ke
penggunaan energi gas,
batu bara dan nuklir
demi meminimalisir
ketergantungan energi
impor
5. Ardian
Syahrur
Imami
Analisis Implementasi
Prinsip-prinsip Protocol
Kyoto dalam kebijakan
energi nasional Indonesia
Deskriptif dengan
menggunakan konsep
Keamanan Lingkungan
dan Keepentigan
Nasional
13
1.5 Landasan Konseptual
Untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah di atas, penulis akan
menggunakan konsep keamanan energi dan kepentingan nasional guna
menjelaskan tentang Implementasi Prinsip-prinsip Protocol Kyoto dalam
Kebijakan Energi Indonesia.
1.5.1 Keamanan Lingkungan
Keamanan lingkungan merupakan perkembangan dari keamanan
internasional sebagaimana Svensson dalam penejelasanya melalui
Enviromental Security Conceptmemaparkan bahwa kemanan lingkungan
hidup merupakan konsep kemanan negara yang dicapai dengan memerangi
kemiskinan, kerusakan lingkungan serta kurangnya akses terhadap
pengetahuan.10 Ancaman yang hadir dari masalah lingkungan hidup sangat
bervariasi karena sesuai dengan definisi di atas bahwa lingkungan hidup
memiliki keterkaitan dengan sistem yang berlaku secara global.
Selain itu menurut Potter dan Brown peran organisasi internasional
sangat penting perihal keamanan lingkungan dimana, Organisasi
internasional berperan penting sebagai tempat untuk menyatukan berbagai
kepentingan negara untuk menyelamatkan lingkungan hidup, serta
membuat kebijakan internasional terkait lingkungan hidup. Pengaruh dari
organisasi internasional ini bukan hanya pada negara-negara anggotanya
10 Erry WD Kurniawan, Keamanan Lingkungan Hidup sebagai Antisipasi Ancaman
GlobalKerusakan Lingkungan, diakses dalam
https://www.academia.edu/4845533/Keamanan_Lingkungan_Hidup_sebagai_Antisipasi_Ancama
n_Global_Kerusakan_Lingkungan(4/1/2019. 20.30 WIB)
14
tetapi juga pada negara yang tidak menjadi anggota karena kebijakannya
dianggap mewakili kepentingan global.11
Dalam gambaran isu yang peneliti angkat Indonesia sebagai Negara
berkembang memiliki sumber daya alam yang banyak serta potensi
geografis Indonesia yang notabenenya negara tropis mempunyai urgensi
dalam melestarikan dan menjaga keamanan lingkungan sebagaimana
Protocol Kyoto dibawah kerangka UNFCCC mewadahai atau sebagai
fasilitator dalam menentukan kebijakan energi nasional Indonesia yang
mana secara substansi kerangka kebijakan energi nasional Indonesia
bermuatan prinsip CBDR dari Protocol Kyoto tentang pembangunan
berkelanjutan dan secara tidak langsung Indonesia berpedoman pada
mekanisme dari prinsip tersebut. Melalui pemaparan tersebut tentunya
Indonesia akan mengimplementasikan mekanisme MPB guna menjaga
lingkunganya melalui pemanfaatan energi baru terbarukan guna menunjang
pembangunan berkelanjutan Indonesia.
1.5.2 Kepentingan Nasional
Peneliti menjelaskan Kepentingan Nasional dalam sudut pandang
Konstruktivisme karena peneliti berasumsi perspektif tersebut relevan
dengan permasalahan yang dibahas. Alexander Wend berpendapat bahwa
masyarakat lebih banyak dipengaruhi oleh ide bersama daripada kekuatan-
kekuatan yang bersifat material. Alexander Wend percaya bahwa negara
adalah unit analisis utama dalam Hubungan Internasional, akan tetapi sifat
11 Ibid
15
negara bisa saja berubah atau bertransformasi karena perubahan-perubahan
yang terjadi dalam struktur Internasional, baik terkait dengan individu,
ekoomi, politik dan sebagainya, Dengan demikian, Kepentingan Nasional
dari suatu negara juga tidak bersifat fixed, melainkan dibangun secara sosial
sesuai dengan kondisi yang terjadi di masyarakat internasional.12
Dalam pengertian tersebut dijelaskan Kepentingan Nasional
terbentuk secara sosial dari hubungan antar agensi atau negara sebagai sub
unit politik dan struktur pergaulan negara dalam politik Internasional.
Kepentingan nasional senantiasa terbentuk, bertransformasi, dan
menyesuaikan diri dengan struktur politik internasional yang ada. Hal ini
dimungkinkan karena struktur pada dasarnya dibentuk bukan hanya oleh
pertarungan material melainkan pembentukan gagasan bersama.13 Dalam
permasalahan ini peneliti sepakat dengan bagaimana Alexander Wendt
menjelaskan gagasan ide bersama dalam lahirnya prinsip Protocol Kyoto
Maupun Permasalahan perubahan iklim yang muncul dari ide bersama
sebagaimana masyarakat lebih dipengaruhi ide bersama, dalam hal ini
Protocol Kyoto adalah sebuah bentuk gagasan ide bersama guna mengatasi
perubahan iklim.
Dimana Protocol Kyoto adalah sebuah legal komitmen atau
perjanjian Internasional secara sukarela bagi negara-negara anggotanya
yang sadar akan permasalahan lingkungan terutama perubahan iklim
12 Scott Burchill, 2005, The National Interest in International Relations Theory, Palgrave, hal.187 13 Ibid.,hal.188
16
sebagaimana Wendt menjelaskan Kepentingan Nasional dibangun secara
sosial bukan dari kepentingan secara pribadi yang bersifat material. Peneliti
menggambarkan Indonesia sebagai sub unit poltik dalam pergaulan
internasional yang peduli akan bahaya perubahan iklim, untuk itu Indonesia
meneyepakati Prinsip-prinsip Protocol Kyoto dan menjalankan program
mitigasi terkait pemanfataan energi baru terbarukan dan diadopsi dalam
bentuk hukum nasional melalui kebijakan energi nasional.
Berangkat dari ide pemikiran tersebut peneliti mempunyai sudut
pandang tentang bagaimana Indonesia selaku sub unit dalam politik
internasional mempunyai ambisi dan Kepentingan Nasional untuk
mengimplementasikan Prinsip-prinsip Protocol Kyoto sebagai langkah
kongkrit menuju kemandirian energi dan menjaga konsentrasi
lingkunganya, hal ini ditinjau dari ratifiksi Indonesia terkait dalam Protocol
Kyoto, sebagaimana jika Indonesia berhasil menjalankan dengan baik
prinsip-prinsip tersebut maka secara tidak langsung Indonesia berhasil
memenuhi apa yang diwajibkan dalam Prinsip-prinsip tersebut, selain itu
Indonesia mendapatkan keuntungan secara subtantif dalam pemanfaatan
energi baru terbarukan karena energi terbarukan merupakan solusi
memenuhi keamanan energi nasional guna menunjang pembangunan
berkelanjutan.
17
1.6 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian sangat penting digunakan saat melakukan suatu
penelitian. Hal ini dikarenakan metodologi penelitian dapat mempermudah untuk
memberikan solusi dan memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sedang
dihadapi dalam melakukan penelitian sehingga dapat menghasilkan penelitian yang
benar dan akurat serta tidak diragukan lagi dalam menentukan kesimpulan
dibelakang, sebagaimana salah satu pakar Ilmu Hubungan Internasional Mochtar
Mas’oed mengatakan bahwa metodologi adalah prosedur yang dipakai dalam
mendeskripsikan dan meramalkan fenomena.14
1.6.1 Jenis Penelitian
Dari rumusan masalah yang diambil oleh peneliti, yakni Bagaimana
Implementasi Prinsip-prinsip Protocol Kyoto dalam Kebijakan Energi
Indonesia maka peneliti menggunakan metode Deskriptif. Menurut Ulber
Silalahi, jenis penelitian Deskriptif ialah generalisasi melalui pngempulan
data yang bertujuan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan
mengenai status akhir, baik karekteristik maupun frekuensi dari subjek yang
dipelajari.15 Peneliti berusaha menjelaskan Implementasi Prinsip-prinsip
Protocol Kyoto dalam Kebijakan Energi Nasional Indonesia dengan
menggunakan konsep keamanan energi dan kepentingan nasional serta
14 Asrudin, Mirza Jaka Suryana, Musa Maliki, 2004, Metodologi Ilmu Hubungan Internasional,
Pendekatan Paradigmatik dan Pendekatan Alternatif, Malang, Intrans Publishing, hal.16 15 Dr. Ulber Silalahi, MA, 2010, Metode Penelitian Sosial, Bandung, PT Refika Aditama, hal.62
18
mengunakan generalisasi data yang mendukung argument peneliti dalam
menjelaskan permasalahan yang diangkat.
1.6.2 Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti membagi ruang lingkup penelitian dalam
batas materi dan batas waktu penelitian, adapun tujuanya ialah untuk tidak
keluar dari koridor penelitian yang sudah ditetapkan tidak melampaui
jangka waktu yang sudah ditentukan.
a. Batasan Materi
Materi yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu fokus pada
Implementasi Prinsip-prinsip Potocol Kyoto dalam Kebijakan
Energi Indonesia.
b. Batasan Waktu
Batasan waktu penelitian ini dimulai pada ratifikasi Indonesia
tahun 2004 terhadap Protocol Kyoto dimana dalam ratifikasi
tersebut terdapat komitmen Indonesia yang dijelaskan pada Undang-
undang nomor 17 tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol to
PBB United Nations Framework Convention on Climate Change
sampai saat ini karena Protocol Kyoto Mengalami peranjangan
Second Comitment hingga tahun 2020.
19
1.6.3 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk
mengumpulkan atau mendapatkan data dari fenomena empiris.16 Dalam hal
ini peneliti menggunakan data skunder sehingga teknik pengumpulan data
yang digunakan peneliti melalui kegiatan studi kepustakaan, data skunder
diperoleh dari literatur yang bersumber dari buku, jurnal, koran, majalah,
maupun internet yang berhubungan dengan topik penelitian. Setelah data
terkumpul, penulis akan mereduki data dan hanya data yang relevan dengan
topik penelitian saja yang akan digunakan sebagai referensi.
1.6.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data penelitian ini menggunakan teknik analisa
kualitatif, data-data yang dianalisis merupakan pencapaian kepentingan
Indonesia dalam melakukakan Implementasi prinsip-prinsip Protocol Kyoto
dalam kebijakan energi nasionalnya. Fakta-fakta yang berhasil
dikumpulkan dari berbagai sumber dianalisis untuk dijadikan fokus kajian
yang diangkat peneliti, sebagaimana Miles dan Huberman dalam analisis
kualitatif mengatakan bahwa aktiitas tersebut dilakukan secara interaktif
dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya
jenuh.17 Adapun tahapan analisis data yang dilakukan ialah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
16 Ibid., hal. 280 17 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: CV. Alfabeta, hal.246-
253
20
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta mencari tema dan
polanya.
2. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya, namun yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif
adalah teks yang bersifat naratif.
3. Conclusion/ Verification
Langakah terakhir dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan
dan verivikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan
temuan baru yang sebelumnya pernah ada.
1.7 Argumen Pokok
Argumen pokok merupakan penjelasan sementara tentang suatu
tingkah laku, gejala, atau kejadian yang telah atau akan terjadi. Argumen
pokok juga merupakan sebuah jawaban atau kesimpulan sementara terhadap
masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan
kebenaranya. Sehingga dalam sebuah karya tulis ilmiah, argument pokok
atau asumsi dasar perlu untuk disertakan karena argumen pokok mempunyai
fungsi sebagai pertimbangan sebelum melakukan analisis secara lebih lanjut.
Berdasarkan kajian teoritik dan empiris, maka rumusan asumsi dasar
yang terbentuk dari penelitian ini ialah Indonesia sebagai negara angota yang
21
telah meratifikasi Procol Kyoto dan menjalankan prisip-prisip Protocol Kyoto
salah satunya melalui Prinsip mitigasi yang terdapat di Clean Development
Mechanism dalam melakukan pemanfaatan energi baru terbarukan. Dalam
hal ini melalui konsep keamanan lingkungan dan kepentingan nasional
Indonesia, peneliti akan menjabarkan dan menggambarkan sejauh mana
Implementasi Prinsip-prinsip Protocol Kyoto dijalankan oleh Indonesia
dengan melihat dari sisi perkembanagn Indonesia menjalankan prinsip-
prinsip tersebut melalui Kebijakan Energi Nasionalnya, sebagaimana dalam
menjalankan prinsip-prinsip tersebut Indonesia memiliki kepentingan
nasional dalam hal pencapaian keamanan lingkungan.
1.8 Sistematika Penulisan
Tabel 2. Posisi Tabel Sistematika Penulisan
BAB I
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
1.3.2. Manfaat Penelitian
1.4.Penelitian Terdahulu
1.5.Landasan Konseptual
1.5.1 Keamanan Lingkungan
1.5.2 Kepentingan Nasional
1.6.Metodologi Penelitian
22
1.6.1. Jenis Penelitian
1.6.2. Ruang Lingkup Penelitian
1.6.3. Teknik Pengumpulan Data
1.6.4. Teknik Analisis Data
1.7. Argumen Pokok
1.8 Sistematika Penulisan
BAB II Latar Belakang Terbentuknya Protocol Kyoto
2.1 Sejarah Protocol Kyoto
2.1.1 Latar belakang Protocol Kyoto
2.1.2 Hasil kesepakatan Protocol Kyoto
2.2 Mekanisme Protocol Kyoto
2.2.1 Mekanisme Implementasi Bersama,
Joint Implementation
2.2.2 Perdagangan Emisi, Emission
Trading
2.2.3 Mekanisme Pembangunan Bersih,
Clean Development Mechanism
BAB III Protocol Kyoto dalam Perspektif Indonesia
3.1 Ratifikasi Indonesia terhadap Protocol Kyoto
3.1.1 Komitmen Indonesia Terhadap
Protocol Kyoto
23
3.1.2 Internalisasi Prinsip-prinsip Protocol
Kyoto dalam kebijakan energi
nasional indonesia
3.1.3 Peraturan Pemerintah Nomor 79
tahun 2014 tentang kebijakan energi
nasional
3.1.4 Peraturan Presiden Nomor 22 tahun
2017 tentang Rencana Umum Energi
Nasional Inonesia (REUN)
3.2 Implementasi Indonesia terhadap Mekanisme
Protokol Kyoto
3.2.1 Implementasi Indonesia dalam
mekanisme Clean Development
Mechanism (CDM)
3.2.2 Proyek-proyek Clean Development
Mechanism Indonesia Pada Sektor
Energi
3.2.3 Pemanfaatan Energi Baru
Terbarukan (EBT) Indonesia
BAB IV Penutup
4.1 Kesimpulan
4..2 Saran