bab i-iii nurul syamsi

70
 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses membantu manusia mengembangkan potensi diri, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam pengertian luas pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode- metode tertentu sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkahlaku yang sesuai kebutuhan. Pendidikan sains menekankan pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang sains merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan dan memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi untuk kepentingan pribadi, sosial, ekonomi dan lingkungan (Depdiknas:2003). Di Indonesia pendidikan sangat penting karena pembangunan pendidikan adalah bagian integral dari pembangu nan nasional yang menentukan keberhasilan pembangunan disegala bidang. Dalam hal ini pemerintah berusaha meningkatkan mutu pendidikan Indonesia yang sesuai dengan undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003 pasal 3, dengan tujuan pendidikan nasional yaitu : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab”.  Dengan demikian tampak bahwa mutu pendidikan menjadi perhatian pemerintah. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dilakukan berbagai cara misalnya pengembangan dan perbaikan kurikulum, sertifikasi guru, pengadaan buku penunjang, pelengkapan sarana prasarana dan pembenahan model pembelajaran yang efektif dan efisien. Tercapainya tujuan pendidikan ditentukan oleh unsur yang saling menunjang satu dengan yang lain. Unsur-unsur yang terdapat dalam proses belajar

Upload: nurul-syamsi

Post on 16-Jul-2015

1.072 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 1/70

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses membantu manusia mengembangkan

potensi diri, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam

pengertian luas pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-

metode tertentu sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan

cara bertingkahlaku yang sesuai kebutuhan. Pendidikan sains menekankan

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa

mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pengembangan

kemampuan siswa dalam bidang sains merupakan salah satu kunci keberhasilan

peningkatan kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan dan memasuki

dunia teknologi, termasuk teknologi informasi untuk kepentingan pribadi, sosial,

ekonomi dan lingkungan (Depdiknas:2003).

Di Indonesia pendidikan sangat penting karena pembangunan pendidikan

adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang menentukan keberhasilan

pembangunan disegala bidang. Dalam hal ini pemerintah berusaha meningkatkan

mutu pendidikan Indonesia yang sesuai dengan undang-undang sistem pendidikan

nasional No.20 Tahun 2003 pasal 3, dengan tujuan pendidikan nasional yaitu :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab”. 

Dengan demikian tampak bahwa mutu pendidikan menjadi perhatian pemerintah.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dilakukan berbagai cara misalnya

pengembangan dan perbaikan kurikulum, sertifikasi guru, pengadaan buku

penunjang, pelengkapan sarana prasarana dan pembenahan model pembelajaran

yang efektif dan efisien.

Tercapainya tujuan pendidikan ditentukan oleh unsur yang saling

menunjang satu dengan yang lain. Unsur-unsur yang terdapat dalam proses belajar

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 2/70

2

mengajar yaitu :

1. Siswa, dengan segala karakteristiknya berusaha mengembangkan diri

seoptimal mungkin melalui kegiatan belajar;

2. Tujuan, merupakan sesuatu yang diharapkan setelah adanya kegiatan belajar;

3. Guru/pendidik, selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat sehingga

memungkinkan bagi terjadinya proses pengalaman belajar.

Pendidik seharusnya menyadari bahwa dalam proses pembelajaran,

aturan – aturan menuntut pendidik untuk berfikir logis, rasional, kritis, cermat,

efektif, efisien dan bersikap disiplin karena pendidikan tidak lepas dari masalah

pembelajaran dan kegiatan belajar mengajar yang merupakan aktivitas paling

penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Kreatifitas pendidik adalah

kemampuan menggunakan model pembelajaran agar kegiatan pembelajaran

menjadi menyenangkan dan menarik. Selain kemampuan menggunakan model,

pendidik harus mengetahui karakter peserta didik serta bagaimana menyampaikan

ilmu dengan baik. Cara penyampaian ilmu yang tepat dan baik dapat

meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran yang dilaksanakan.

Peran guru sangat penting dalam pembelajaran, dalam pengajaran fisika

suatu model pengajaran tertentu belum tentu cocok untuk setiap pokok bahasan,

sehingga guru harus memilih model mengajar yang sesuai dengan pokok bahasan

yang diajarkan. Masalah lain yang dihadapi guru fisika dalam melaksanakan

pembelajaran adalah kesulitan siswa belajar fisika, kesulitan-kesulitan tersebut

antara lain : kesulitan pemahaman konsep, pemecahan masalah, penalaran fisika,

koneksi fisika dan komunikasi fisika. Kesulitan belajar fisika membuat siswa

beranggapan bahwa fisika merupakan ilmu yang sulit dan memusingkan sehingga

penguasaan konsep fisika siswa menjadi rendah. Dampak lainnya adalah dalam

pembelajaran fisika sehari-hari tidak dapat dipungkiri bahwa ketika berada

didalam ruangan kelas dan melakukan proses belajar mengajar tidak semua siswa

dapat belajar dengan baik. Ada siswa yang memang memperhatikan guru dari

awal hingga akhir pembelajaran namun banyak pula yang kurang serius bahkan

tidak memperhatikan penjelasan guru. Seperti yang dinyatakan oleh Sudino Lim,

Managing Director Inti Education Indonesia, :

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 3/70

3

”Mendidik anak disekolah bukan hal mudah. Meski guru memberikan

perhatian 100 persen untuk mengajar mereka, perhatian para siswa tidak selalu

fokus penuh pada ilmu yang disampaikan. Kurangnya interaksi antara guru dansiswa menjadi penyebab kurangnya kosentrasi siswa dan menyebabkan siswa tak 

selalu paham dengan materi yang disampaikan.”

( http:/www.tempointeraktif.com/hg/pendidikan)

Oleh karenanya guru harus berusaha mencipatakan suasana belajar yang

menarik dan interaktif untuk merubah persepsi siswa dalam belajar fisika.

Berdasarkan pengumuman hasil UN SMA tahun 2011 di Sumatera Utara

yang diperoleh dari imbalo.wordpress.com, sebanyak 116.918 peserta mengikuti

Ujian Nasional SMA di Sumatera Utara, siswa yang lulus sebanyak 116.676

peserta atau mencapai 99,79%, sedangkan yang tidak lulus sebanyak 242 peserta

atau 0,21%. Untuk program IPA, dari 62.331 peserta UN tingkat SMA/MA di

Sumut, sebanyak 62.257 peserta lulus atau 99,88 %. Hal ini membuktikan bahwa

pendidikan di Indonesia khususnya di Sumatera Utara semakin membaik. Namun

masih harus ditingkatkan mengingat berbagai kontroversi yang terjadi setiap kali

Ujian Nasional dilaksanakan.

Hasil observasi berupa pemberian angket yang dilakukan peneliti di

SMA Laksamana Martadinata Medan diperoleh dari 48 siswa kelas XI IPA,

diperoleh 56% menyatakan proses pembelajaran berlangsung dengan metode

ceramah, mencatat dan mengerjakan soal. Kegiatan tanya jawab dan

mengemukakan pendapat didepan kelas, diperoleh 34% tidak pernah memberikan

pendapat didepan kelas. Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan salah

satu guru fisika di SMA Laksamana Martadinata Medan menyatakan nilai rata-

rata kelas untuk pelajaran fisika masih rendah sekitar 55,0 yang masih dibawahKKM yaitu 61,0.

Mengacu pada hasil observasi yang dilaksanakan, peneliti menyimpulkan

bahwa cara mengajar yang kurang tepat dengan materi yang diajarkan akan

membuat siswa sulit memahami fisika, maka ada siswa yang awalnya menyukai

fisika menjadi tidak acuh, sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai. Apabila

seorang guru dapat menanamkan konsep dengan baik disertai penyampaian

pembelajaran dengan model tepat dan kreatif maka siswa akan tertarik juga

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 4/70

4

mudah untuk menguasai pelajaran fisika. Disinilah peranan guru, karena belajar

tidak hanya proses mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi harus menghibur,

memotivasi, membangkitkan semangat, menarik dan tidak membosankan.

Salah satu model yang sesuai untuk pembelajaran fisika adalah model

pembelajaran generatif. Model pembelajaran generatif adalah model yang

mengacu kepada pemahaman dan pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk 

membangun suatu konsepsi baru yang merupakan gabungan dari pengetahuan

awal yang sudah dimiliki dengan informasi yang baru diterima. Model

pembelajaran generatif pertama kali dikenalkan oleh Osborne dan Cosgrove

(Sutarman,Swasono:2003) yang terdiri dari empat tahap yaitu :

1. Pendahuluan yang disebut eksplorasi

2. Pemfokusan

3. Tantangan atau tahap pengenalan konsep

4. Penerapan konsep.

(Wena:2009)

Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang telah dilakukan lebih dahulu

menggunakan model pembelajaran generatif :

Tabel 1.1 Penelitian terdahulu model pembelajaran generatif 

No Judul Penelitian Nama Peneliti Hasil penelitian

1. Efek Model Pembelajaran

Generative Terhadap

Pemahaman Belajar

Kimia dikalangan Siswa

SMA

Nyoman Sudyana,

Wayan Ardhana,

Laurens Kaluge,

Purwanto (2007)

1) terdapat pengaruh yang

signifikan antara pengetahuan

awal terhadap pemahaman

konsep dan hasil belajar kimia

siswa,2) terdapat pengaruh signifikan

model pembalajaran generatif 

vs model pembelajaran

konvensional terhadap

pemahaman konsep dan hasil

belajar kimia siswa, dan

3) tidak terdapat pengaruh

interaktif kemampuan awal dan

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 5/70

5

model pembelajaran generatif 

terhadap pemahaman konsep

dan hasil belajar kimia siswa. 

2. Pengembangan Model

Pembelajaran Generatif 

Dengan Metode PQ4R

Dalam Upaya

Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran Matematika

Siswa Kelas IIB SLTP

Laboratorium Ikip Negeri

Singaraja

Gst Ayu

Mahayukti (2003)

1) mereduksi miskonsepsi dan

meningkatkan hasil belajar

matematika siswa kelas II B

SLTP Laboratorium IKIP

Negeri Singaraja,

2) kemampuan guru dalam

melaksanakan pengembangan

pembelajaran ini adalah baik,

3) tingkat aktivitas siswa dalam

mengikuti pembelajaran di

kelas adalah aktif, dan

4) tanggapan guru dan siswa

terhadap model pembelajaran

yang dilaksanakan adalah

positip.

3. Hasil belajar keterampilan

sosial sains fisika melalui

model pembelajaran

generatif pada siswa kelas

IIV MTs Darel Hikmah

Pekan Baru

Muhammad

Rahmad dan

Aflina Sari Dewi.

(2007)

Hasil belajar keterampilan

sains fisika siswa tinggi selama

proses pembelajaran dengan

menggunakan model

pembelajaran generatif dapat

dilihat pada aspek berada

dalam tugas (80,5%),

mengambil giliran dan berbagi

tugas (55,2%), sedangkan yang

terendah adalah aspek 

mendorong partisipasi (19,5%),

Perbedaan antara penelitian ini dan penelitian-penelitian terdahulu adalah

tempat penelitian, sampel dalam penelitian, materi yang akan dibawakan dalam

penelitian, waktu pelaksanaan penelitian, penelitian ini akan diadakan di SMA

Laksamana Martadinata Medan Tahun Ajaran 2011/2012.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 6/70

6

Pada peneliti sebelumnya yaitu Nyoman Sudyana dan Anggar Tri

Pamungkas mata pelajaran yang diteliti bukanlah fisika maka dari itu peneliti

ingin menerapkan model ini pada mata pelejaran fisika untuk mengetahui

pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa, sedangkan Muhammad Rahmad yang

menerapkan pembelajaran generatif pada mata pelajaran fisika hanya meneliti

hasil belajar keterampilan sosial sains siswa saja. Dari uraian diatas tampak 

perbedaan antara peneltian-penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan

dilakukan.

Berdasarkan uraian diatas penulis memutuskan untuk melakukan

  penelitian dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Generatif Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Materi Pokok Elastisitas di

Kelas XI SMA Laksamana Martadinata T.P 2011/2012”. 

1.2  Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan maka peneliti dapat

mengidentifikasi beberapa masalah yang dapat diteliti yaitu :

a.  Hasil belajar fisika siswa masih dibawah standar ketuntasan.

b.  Model pembelajaran yang digunakan oleh guru monoton dan tidak sesuai

dengan model pembelajaran terkini sehingga siswa kurang termotivasi dan

tidak aktif dalam belajar.

1.3  Batasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada :

a.  Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran generatif.

b.  Materi pembelajaran dibatasi pada Materi Pokok Elastisitas

c.  Subjek penelitian adalah Siswa kelas XI IPA SMA Laksamana Martadinata

semester ganjil, tahun ajaran 2011/2012

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 7/70

7

1.4  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang diteliti, masalah

penelitian dirumuskan sebagai berikut :

a.  Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Laksamana Martadinata

yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran generatif dalam

materi pokok elastisitas?

b.  Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Laksamana Martadinata

yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional

dalam materi pokok elastisitas?

c.  Bagaimana perbedaan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Laksamana

Martadinata antara pembelajaran yang menerapkan model generatif dengan

model konvensional pada materi pokok elastisitas?

1.5  Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

a.  Mengetahui hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran

generatif dengan model konvensional pada materi pokok elastisitas.

b.  Mengetahui aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan diterapkan

model pembelajaran generatif dengan model konvensional pada materi

pokok elastisitas.

c.  Mengetahui pengaruh model pembelajaran generatif dan konvensional

terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika khususnya materi

pokok elastisitas.

1.6  Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

a.  Sebagai informasi model pembelajaran yang sedang berkembang pada saat

ini.

b.  Menjadikan model generatif sebagai alternatif pemilihan model pembelajaran

yang cocok untuk mata pelajaran fisika.

c.  Bagi peneliti, sebagai pengalaman dan ilmu baru dalam pembelajaran fisika.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 8/70

8

d.  Bagi peneliti lain sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian lebih

lanjut tentang model pembelajaran generatif.

1.7  Asumsi Dasar (Anggapan Dasar)

Asumsi dasar dari penelitian ini adalah:

a.  Pemahaman siswa tentang materi pokok Elastisitas sebelum kegiatan

pembelajaran homogen.

b.  Pembelajaran akan lebih efektif jika pembelajaran merupakan suatu proses

yang aktif.

c.  Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif dapat

meningkatkan hasil belajar.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 9/70

9

BAB II 

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Pengertian Belajar

Dalam kehidupan, manusia selalu belajar tentang hal-hal baru yang

terjadi. Proses belajar tidak dibatasi sekat apapun dan dilakukan dengan banyak 

cara. Belajar merupakan proses mencari ilmu untuk mengubah diri secara baik 

dan benar, sesuai tindakan keilmuan yang dicapai. Banyak ahli yang menjelaskan

mengenai hakikat belajar. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian

terhadap arti belajar, beberapa pengertian belajar adalah sebagai berikut :

Cronbach dalam bukunya Education Psychology menyatakan bahwa :

“learning is shown by change in behavior as a result of experience”. Cronbach

berpendapat belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam

mengalaminya pelajar menggunakan panca inderanya. (Suryabaratha:2008)

Harold Spears menyatakan bahwa : learning is to observe, to read, to

imitated, to try something themselves, to listen, to follow direction. Belajar adalah

mengobservasi, membaca, meniru, melakukan percobaan sendiri, mendengarkan,

dengan mengikuti petunjuk. (Suryabaratha:2008)

James O. Wittaker merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah

laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. (Asmani

:2009:20). Geoch menyatakan “learning is chage is performance as a result of 

 practice”  (Belajar adalah perubahan penampilan sebagai hasil dari praktik).

(Asmani:2009)Thorndike menyatakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara

stimulus dan respon, stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya

kegiatan belajar seperti pikiran dan perasaan. Sedangkan respon yaitu reaksi yang

dimunculkan peserta didik ketika belajar yang dapat berupa pikiran, perasaan, dan

tindakan. (Budiningsih:2004)

Robert M. Gagne memberikan dua definisi belajar yaitu :

  Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 10/70

10

pengetahuan,keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

  Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari

instruksi.

  Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman

(learning is defined as the modification or strengthening of behavior through

experiencing).

(Hamalik : 2009)

Kesimpulan dari definisi – definisi diatas adalah :

1.  Belajar membawa perubahan (dalam arti behavior changes, aktual maupun

potensial).

2.  Perubahan yang terjadi pada pokoknya adalah didapatkannya pengalaman dan

kemampuan baru.

3.  Perubahan yang terjadi adalah karena usaha.

Secara umum belajar merupakan proses pemahaman yang dialami

individu dalam suatu usaha mendapatkan pengalaman yang berlangsung secara

kontinu dan menghasilkan penambahan pengetahuan atau kemahiran serta

perubahan tingkah laku pada individu tersebut yang bertahan dalam jangka waktu

lama.

2.1.2 Hasil Belajar

Dalam mengajar, seorang guru harus selalu sudah mengetahui tujuan-

tujuan yang harus dicapai dalam mengajarkan suatu pokok bahasan. Hasil belajar

merupakan perwujudan dari tujuan-tujuan interaksi belajar dan tindak mengajar.

Dari sisi guru tindak belajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi

siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar yang merupakan bukti dari

apa yang telah dilakukan. Menurut Dymiati dan Mujiono dampak pelajaran adalah

hasil yang dapat diukur seperti tertuang dalam raport angka dalam ijazah atau

kemampuan meloncat setelah latihan.

Bukti seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkahlaku,

tingkah laku terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak dari setiap

perubahan aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah: 1.Pengetahuan;

2.Pengertian; 3.Kebiasaan; 4.Keterampilan; 5.Apresiasi; 6.Emosional;

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 11/70

11

7.Hubungan sosial; 8.Jasmani; 9.Budi pekerti; 10.Sikap. Jika seseorang telah

menjalani proses belajar maka terlihat perubahan dalam salah satu atau beberapa

aspek tingkah laku tersebut. (Hamalik:2001).

Robert .M. Gagne mengelompokkan kondisi-kondisi belajar (sistem

lingkungan belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai. Gagne

mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar

dengan berbagai macam kondisi belajar (sistem lingkungan belajar) untuk 

pencapaiannya yang disebut “The Damains Of Learning”. Kelima macam

kemampuan hasil belajar tersebut adalah :

1.  Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari

sistem lingkungan skolastik);

2.  Strategi kognitif, mengatur “cara belajar” dan berpikir seseorang di dalam

arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.

3.  Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. Kemampuan

ini umumnya dikenal dan tidak jarang;

4.  Keterampilan motorik yang diperoleh disekolah, antara lain keterampilan

menulis, mengetik, menggunakan jangka dan sebagainya;

5.  Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang

dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungannya

bertingkah laku terhadap orang, barang atau kejadian.

(Daryanto:2010)

Kelima macam hasil belajar tersebut mensyaratkan kondisi-kondisi

tertentu yang harus direncanakan oleh guru sehingga dalam pencapaian tujuan

pembelajaran dapat ditentukan strategi pembelajaran yang tepat. Berdasarkan teori

Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori

ranah. Perinciannya adalah sebagai berikut:

1.  Ranah Kognitif 

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu:

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 12/70

12

2.  Ranah Afektif 

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan

karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3.  Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

(Wilis:1991)

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor

karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus

menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar bukan

bergantung lingkungan atau kondisi belajar melainkan juga pada pengetahuan

awal siswa. Pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru

ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman

nyata, sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Piaget yaitu belajar merupakan

proses adaptasi terhadap lingkungan yang melibatkan asimilasi, yaitu proses

bergabungnya stimulus kedalam struktur kognitif. Bila stimulus baru tersebut

masuk kedalam struktur kognitif diasimilasikan, maka akan terjadi proses adaptasi

yang disebut kesinambungan dan struktur kognitif menjadi bertambah.

Dari beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah menerima suatu pengetahuan yang

berupa angka/nilai, perubahan sikap/tingkah laku dan keterampilan yang

dipengaruhi banyak faktor sehingga untuk mencapai hasil pembelajaran yang

maksimal harus digunakan model pembelajaran yang tepat.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 13/70

13

2.1.3 Ruang lingkup pembelajaran

2.1.3.1 Fisika, Fisika Sekolah, dan Pembelajaran Fisika

a. Definisi Fisika

Kata Fisika bersal dari bahasa Yunani “Physic” yang berarti “alam” atau

“hal ikhwal alam” sedangkan fisika (dalam bahasa inggris “Physic”) ialah ilmu

yang mempelajari aspek-aspek alam yang dipahami dengan dasar-dasar

pengertian terhadap prinsip-prinsip dan hukum-hukum elementernya.

Fisika pada dasarnya membahas tentang materi dan energi adalah akar

dari tiap bidang sains dan mendasari semua gejola. Fisika juga dapat diartikan

sebagai ilmu pengetahuan tentang pengukuran, sebab segala sesuatu yang kita

ketahui tentang dunia fisika dan tentang prinsip-prinsip yang mengatur prilakunya

telah dipelajari melalui pengamatan-pengamatan terhadap gejala alam. Tanpa

kecuali gejala-gejala itu selalu mengikuti atau memahami sekumpulan prinsip

umum tertentu yang disebut hukum-hukum fisika.

Adapun pengertian fisika dari ensiklopedia bebas dunia internet

“wikipedia.org” yang berbunyi fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan

dengan penemuan dan pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan

materi, energi, ruang dan waktu.

Bedasarkan beberapa definisi diatas disimpulkan bahwa fisika

merupakan ilmu alam yang berupa prinsip – prinsip dari gejala alam dan

merupakan penemuan dan pemahaman mendasar tentang hukum – hukum yang

menggerakkan materi energi, ruang, dan waktu.

b. Fisika Sekolah 

Fisika merupakan ilmu dasar yang diterima siswa mulai dari tingkat

sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Oleh sebab itu perlu diperhatikan

perkembangan fisika disekolah baik dimasa lalu, masa sekarang maupun masa

yang akan datang. Fisika sekolah adalah fisika yang diajarkan di SD, SMP,

SMA/SMK.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 14/70

14

c. Pembelajaran fisika

Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk 

menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta.

Belajar itu suatu perkembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengertian

yang berbeda. Pelajar harus punya pengalaman dengan membuat hipotesis,

mengetes hipotesis, memanipulasi objek, memecahkan persoalan, mencari

  jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog, mengadakan refleksi,

mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan dan lain-lain untuk 

membentuk konstruksi baru. Pelajar harus membentuk pengetahuan mereka

sendiri dan guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan itu.

Belajar yang berarti terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian, dan

dalam proses memperbaharui tingkat pemikiran yang tidak lengkap

(Suparno:1997).

Suparno mengatakan bahwa kaum konstruktivis menyatakan bahwa

belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti baik teks, dialog,

pengalaman fisis dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan

dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian

yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses

tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1.  Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa

yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi arti itu

dipengaruhi oleh pengertian yang telah dimiliki sebelumnya.

2. Konstruksi arti adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali berhadapan

dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi baik 

secara kuat maupun lemah.

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan suatu

pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar

bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu

sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan

kembali pemikiran seseorang.

4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 15/70

15

keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi

ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk mengacu

belajar.

5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan

lingkungannya.

(Suparno:1997).

Dari uraian di atas didefinisikan bahwa ciri-ciri kegiatan belajar

merupakan sesuatu yang menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku,

keterampilan dan sikap pada diri individu yang belajar. Perubahan ini tidak harus

segera tampak setelah proses pembelajaran, tetapi akan tampak pada kesempatan

yang akan datang. Perubahan yang terjadi disebabkan oleh adanya suatu usaha

yang disengaja.

Dalam belajar fisika fakta konsep dan prinsip-prinsip fakta tidak diterima

secara prosedural tanpa pemahaman dan penalaran. Pengetahuan tidak dapat

dipindahkan begitu saja dari seseorang guru ke siswa. Siswa sendiri yang harus

mengartikan yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-

pengalaman mereka. Pengetahuan atau pengertian dibentuk oleh siswa secara

aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka.

Berdasarkan keterangan yang ada pembelajaran fisika adalah Untuk 

meningkatkan hasil dan proses pembelajaran fisika diperlukan metode pengajaran

yang sesuai dengan karakter siswa dan materi fisika. Pendekatan dan metode ini

 juga harus dapat menampilkan hakekat fisika sebagai proses ilmiah, sikap ilmiah

serta produk ilmiah.

2.1.4 Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan penggunaan cara – cara yang berbeda

untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda.

Model pembelajaran dikembangkan dengan kaidah – kaidah tertentu sehingga

membentuk suatu bidang pengetahuan tersendiri. Sebagai suatu bidang

pengetahuan, model pembelajaran dapat dipelajari kemudian diaplikasikan dalam

kegiatan pembelajaran. (Uno:2007)

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 16/70

16

Penggunaan model dalam kegiatan pembelajaran perlu karena

mempermudah proses pembelajaran sehingga mencapai hasil yang optimal. Tanpa

model yang jelas pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal.

Secara khusus model pembelajaran sangat berguna bagi guru dan siswa.

Bagi guru, model dijadikan pedoman atau acuan bertindak yang sistematis dalam

pelaksanaan pembelajaran, bagi siswa – siswa penggunaan model mempermudah

dalam mempercepat memahami isi pembelajaran), karena setiap model

pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa.

Jadi secara keseluruhan model pembelajaran berfungsi untuk peningkatan

hasil belajar siswa. Model berawal dari suatu strategi yang memberikan tahapan – 

tahapan bagi suatu model pembelajaran. Kozna secara umum menjelaskan bahwa

strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu

yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju

tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.

Dick dan Carey menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi

pembelajaran yaitu :

1.  Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan

Kegiatan ini memegang peranan yang paling penting karena merupakan

bagian dari keseluruhan pembelajaran, pada bagian ini guru diharapkan dapat

menarik minat peserta didik atas materi yang akan disampaikan. Kegiatan

pendahuluan yang disampaikan dengan menarik akan meningkatkan motivasi

belajar siswa. Secara spesifik, kegiatan pembelajaran pendahuluan dapat

dilakukan melalui cara-cara berikut :

a.  Jelaskan tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh

semua peserta didik diakhir kegiatan pembelajaran.

b.  Lakukan apersepsi, berupa kegiatan yang merupakan jembatan antara kegiatan

lama dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari.

2.  Penyampaian Informasi

Dalam kegiatan ini, guru harus memahami situasi dan kondisi yang

terjadi didalam kelas. Bagaimana kesiapan dan ketertarikan siswa terhadap materi

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 17/70

17

yang diberikan. Dengan demikian informasi yang disampaikan dapat diserap oleh

peserta didik dengan baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian

informasi adalah sebagai berikut:

a.  Urutan penyampaian

Urutan penyampaian materi harus menggunakan pola yang tepat. Urutan

penyampaian materi yang sistematis akan memudahkan peserta didik cepat

memahami apa yang ingin disampaikan oleh gurunya.

b.  Ruang lingkup materi yang disampaikan

Besar kecil ruang lingkup materi yang disampaikan sangat bergantung

pada karakteristik peserta didik dan jenis materi yang dipelajari. Umumnya ruang

lingkup materi sudah tergambar pada saat penentuan tujuan pembelajaran. Hal

yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memperkirakan besar kecilnya materi

adalah penerapan teori Gestalt. Teori tersebut menyebutkan bahwa bagian-bagian

kecil merupakan suatu kesatuan yang bermakna apabila dipelajari secara

keseluruhan, dan keseluruhan tidaklah berarti tanpa bagian-bagian kecil tersebut.

c.  Materi yang akan disampaikan

Materi umumnya merupakan gabungan antara jenis materi yang

berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan

(langkah-langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat tertentu), dan sikap (berisi

pendapat, ide, saran atau tanggapan)( Kemp:1997). Pengetahuan awal guru

tentang jenis materi yang disampaikan sangat penting agar diperoleh strategi

pembelajaran yang sesuai.

3.  Partisipasi peserta didik 

Berdasarkan prinsip student centered, peserta didik merupakan pusat dari

suatu kegiatan belajar. Hal ini dikenal dengan istilah student active training yang

maknanya adalah bahwa proses pembeljaran akan lebih berhasil apabila peserta

didik secara aktif melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan

pembelajaran yang sudah ditetapkan. Beberapa hal penting yang berhubungan

dengan partisipasi peserta didik, yaitu latihan, praktik dan umpan balik.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 18/70

18

4.  Tes

Serangkaian tes digunakan oleh guru untuk mengetahui (a) apakah tujuan

pembelajaran khusus sudah tercapai atau belum; dan (b) apakah pengetahuan

sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.

Pelaksanaan tes biasanya dilakukan diakhir kegiatan pembelajaran setelah peserta

didik melalui berbagai proses pembelajaran, penyampaian informasi, latihan atau

praktik.

5.  Kegiatan lanjutan

Kegiatan ini dilakukan setelah siswa melalui tes, bertujuan untuk 

menindaklanjuti tingkat kemampuan yang telah dimiliki siswa. Dalam

kenyataannya, setiap kali setelah tes dilakukan selalu saja terdapat peserta didik 

yang berhasil dengan bagus atau diatas rata-rata, (a) hanya menguasai sebagian

atau cenderung di rata-rata tingkat penguasaan yang diharapkan dapat dicapai, (b)

peserta didik seharusnya menerima tindak lanjut yang berdeda sebagai

konsekuensi dari hasil belajar yang bervariasi.

Tiap komponen strategi pembelajaran memiliki pengaruh terhadap

komponen selanjutnya, oleh karena itu pelaksanaan secara sistematis dan

keseluruhan memberikan dampak positif terhadap strategi pembelajaran yang

diterapkan.

2.1.5 Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning)

Model Pembelajaran Generatif pertama kali diperkenalkan oleh

Wittrock dan Osborne pada tahun 1985. Model pembelajaran ini berlandaskan

pada teori belajar konstruktivistik. Teori konstruktivistik mengemukakan bahwa

pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang

dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek,

pengalaman, maupun lingkungan. Pengetahuan adalah suatu pembentukan yang

terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena

adanya pengalaman-pengalaman baru. Bila seorang pengajar ingin mentransfer

konsep, ide dan pengetahuannya tentang suatu materi kepada siswa, pengetahuan

itu akan diinterpretasikan dan dikonstruksi oleh siswa sendiri melalui pemahaman

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 19/70

19

dan pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Dengan demikian konsep

pembelajaran menurut teori konstruktivitik adalah suatu proses pembelajaran yang

mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangunkonsep baru,

pengertian baru dan pengetahuan baru berdasarkan data. Proses pembelajaran

harus dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa

mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna

(Komarudin:2009).

Von Garlserfeld mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan yang

diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan yaitu:

1.  Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman.

2.  Kemampuan menbandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan

perbedaan.

3.  Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada

lainnya.

(Budiningsih:2004).

Selaras dengan teori belajar konstruktivistik, model belajar generatif 

adalah model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif 

pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa

sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam

menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil

menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan

disimpan dalam memori jangka panjang.(Katu:1995)

2.1.5.1 Landasan Teoritik dan Empirik Pembelajaran Generatif 

Wittrock adalah pencetus teori pembelajaran generatif, dalam teorinya

Wittrock menekankan salah satu asumsi yang sangat signifikan dan dasar :

“Pelajar bukan penerima pasif informasi, melainkan dia adalah peserta aktif dalam

proses belajar, bekerja untuk membangun pemahaman yang bermakna menjadi

informasi yang ditemukan di lingkungan”. Selanjutnya Wittrock juga menyatakan,

"Meskipun seorang siswa tidak dapat memahami kalimat-kalimat yang diucapkan

kepadanya oleh gurunya, sangat mungkin bahwa seorang siswa dapat memahami

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 20/70

20

kalimat tersebut dengan bahasanya sendiri".(Grabowski:2002).

Dalam salah satu artikelnya Wittrock (1992) mendefinisikan model

pembelajaran generatif sebagai model pelajaran yang fungsional dalam

menyampaikan instruksi untuk membangun pemikiran berdasarkan pengetahuan

melalui proses otak dan pengamatan kognitif terhadap suatu pengertian, motivasi,

perhatian, pengetahuan dan perpindahan.

Pembelajaran generatif memiliki landasan teoritik yang berdasar pada

teori – teori belajar konstruktivis mengenai belajar dan pembelajaran. Butir – butir

penting dari pandangan belajar menurut teori konstruktivis diantaranya adalah :

a.  Menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi jika konsepsi-

konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses

ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru.

b.  Seseorang belajar jika dia bekerja dalam zona perkembangan terdekat, yaitu

daerah perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangannya saat ini.

Seseorang belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona

tersebut. Seseorang bekerja pada zona perkembangan terdekatnya jika mereka

terlibat dalam tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri, tetapi dapat

menyelesaikannya jika dibantu sedikit dari teman sebaya atau orang dewasa.

c.  Penekanan pada prinsip Scaffolding, yaitu pemberian dukungan tahap demi

tahap untuk belajar dan pemecahan masalah. Dukungan itu sifatnya lebih

terstruktur pada tahap awal, dan kemudian secara bertahap mengalihkan

tanggung jawab belajar tersebut kepada siswa untuk bekerja atas arahan dari

mereka sendiri. Jadi, siswa sebaiknya langsung saja diberikan tugas

kompleks, sulit, dan realistik kemudian dibantu menyelesaikan tugas

kompleks tersebut dengan menerapkan scaffolding.

d.  Lebih menekankan pada pengajaran top-down daripada bottom-up. Top-down 

berarti siswa langsung mulai dari masalah-masalah kompleks, utuh, dan

autentik untuk dipecahkan. Dalam proses pemecahan masalah tersebut siswa

mempelajari keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan untuk 

memecahkan masalah kompleks tadi dengan bantuan guru atau teman sebaya

yang lebih mampu.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 21/70

21

e.  Menganut asumsi sentral bahwa belajar itu ditemukan. Meskipun jika kita

menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi mereka harus melakukan

operasi mental atau kerja otak atas informasi tersebut untuk membuat

informasi itu masuk ke dalam pemahaman mereka.

f.  Menganut visi siswa ideal, yaitu seorang siswa yang dapat memiliki

kemampuan pengaturan diri sendiri dalam belajar.

g.  Menganggap bahwa jika seseorang memiliki strategi belajar yang efektif dan

motivasi, serta tekun menerapkan strategi itu sampai suatu tugas terselesaikan

demi kepuasan mereka sendiri, maka kemungkinan sekali mereka adalah pelajar

yang efektif dan memiliki motivasi abadi dalam belajar.

2.1.5.2  Langkah Pembelajaran Model Generatif 

a.  Eksplorasi

Tahap pertama yaitu tahap eksplorasi atau pendahuluan. Pada tahap

eksplorasi guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi pengetahuan, ide,

dan konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-harinya atau

pembelajaran pada tingkat kelas sebelumnya. Untuk mendorong siswa agarmampu melakukan eksplorasi, guru dapat memberikan stimulus berupa beberapa

aktivitas atau tugas seperti member pertanyaan, demonstrasi dan penelusuran

terhadap suatu permasalahan yang dapat menunjukkan data atau fakta yang terkait

dengan konsepsi yang akan dipelajari.

Dalam gejala, data, dan fakta yang didemonstrasikan sebaiknya dapat

merangsang siswa untuk berpikir kritis, mengkaji fakta, data, gejala, serta

memusatkan pikiran terhadap permasalahan yang akan dipecahkan. Sehingga

menumbuhkan rasa ingin tahu pada siswa. Melalui aktifitas demonstrasi atau

penulusuran, siswa didorong untuk mengamati gejala atau fakta. Pada akhirnya

diharapkan muncul pertanyaan pada diri siswa. Pada langkah berikutnya guru

mengajak dan mendorong siswa untuk berdiskusi tentang fakta atau gejala yang

baru diselidiki atau diamati. Guru harus mengarahkan proses diskusi guna

mengidentifikasi konsepsi siswa yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi

rumusan, dugaan, atau hipotesis.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 22/70

22

Pada proses pembelajaran guru berperan memberikan dorongan,

bimbingan, memotivasi dan memberi arahan agar siswa mau dan dapat

mengemukakan pendapat, ide atau hipotesis secara tertulis. Pendapat, ide atau

hipotesis siswa yang berhasil teridentifikasi mungkin ada yang benar dan ada pula

yang salah. Apabila konsepsi siswa salah maka dikatakan terjadi salah konsep

(misconception). Namun, guru sebaiknya tidak memberikan makna, menyalahkan

atau membenarkan terhadap konsepsi siswa.

b.  Pemfokusan

Tahap kedua yaitu tahap pemfokusan atau pengenalan konsep atau

intervensi. Pada tahap pemfokusan siswa melakukan pengujian hipotesis melalui

kegiatan laboratorium atau dalam model pembelajaran lain. Pada tahap ini guru

bertugas sebagai fasilitator  yang menyangkut kebutuhan sumber, memberi

bimbingan dan arahan, dengan demikian para siswa dapat melakukan proses sains.

Tugas – tugas pembelajaran hendaknya memberi peluang dan merangsang siswa

untuk menguji hipotesis dengan cara sendiri. Tugas – tugas pembelajaran yang

disusun guru hendaknya tidak seratus persen merupakan petunjuk atau langkah-

langkah kerja, tetapi tugas-tugas haruslah memberikan kemungkinan siswa untuk 

beraktivitas sesuai caranya sendiri atau cara yang diinginkannya. Penyelesaian

tugas-tugas dilakukan secara berkelompok sehingga dapat berlatih untuk 

meningkatkan sikap seperti seorang ilmuan. Misalnya, pada aspek kerja sama

dengan sesama teman sejawat, membantu dalam kerja kelompok, menghargai

pendapat teman, tukar pengalaman (sharing idea), dan keberanian bertanya.

c.  Tantangan

Tahap ketiga yaitu tantangan. Setelah siswa memperoleh data selanjutnya

menyimpulkan dan menulis dalam lembar kerja. Para siswa diminta

mempresentasikan temuan melalui diskusi kelas. Melalui diskusi kelas akan

terjadi prsoses tukar pengalaman diantara siswa.

Dalam tahap ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat,

menghargai pendapat teman, dan mengahargai adaya perbedaaan diantara

pendapat teman. Pada saat diskusi, guru berperan sebagai moderator  dan

 fasilitator  agar jalannya diskusi dapat terarah. Diharapkan pada akhir diskusi

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 23/70

23

siswa memperoleh kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar. Pada tahap ini

terjadi proses kognitif, yaitu terjadinya proses mental yang disebut asimilasi dan

akomodasi. Terjadi asimilasi apabila konsepsi siswa sesuai dengan konsep benar

menurut data eksperimen, terjadi proses akomodasi konsepsi siswa cocok dengan

data empiris.

Pada tahap ini sebaiknya guru memberikan pemantapan konsep dan

latihan soal. Latihan soal dimaksudkan agar siswa memahami secara mantap

konsep tersebut. Pemberian soal latihan dimulai dari yang paling mudah kemudian

menuju yang sukar. (Sutarman dan Swasono:2003)

Dengan soal-soal yang tingkat kesukarannya rendah, sebagian besar

siswa akan mampu menyelesaikan dengan benar, hal ini akhirnya dapat

menumbuhkan motivasi belajar siswa. Sebaliknya, jika langsung diberikan soal

yang tingkat kesukarannya tinggi maka sebagian besar siswa akan mampu

menyelesaikannya dengan benar maka akan dapat menurunkan motivasi belajar

siswa.

d.  Penerapan

Tahap keempat adalah tahap penerapan. Pada tahap ini, siswa diajak 

untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya atau

konsep benar dalam situasi baru berkaitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan

sehari-hari. Pemberian tugas rumah atau tugas proyek yang dikerjakan siswa

diluar jam pertemuan merupakan bentuk penerapan yang baik untuk dilakukan

(Sutarman dan Swasono : 2003).

Pada tahap ini siswa perlu diberi banyak latihan-latihan soal. Dengan

adanya latihan soal, siswa akan semakin memahami konsep (isi pembelajaran)

secara lebih mendalam dan bermakna. Pada akhirnya konsep yang dipelajari siswa

akan masuk ke memori jangka panjang; ini berarti tingkat retensi siswa semakin

baik. (Made Wena : 2009)

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 24/70

24

Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran

generatif dapat dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penerapan model pembelajaran generatif di kelas

No. Langkah

Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Pendahuluan   Memberikan aktivitas

melalui demonstrasi / 

contoh – contoh yang

dapat merangsang

siswa untuk melakukan

eksplorasi.

 Mengeksplorasi

pengetahuan, idea tau

konsepsi awal yang

diperoleh dari

pengalaman sehari – hari

atau diperoleh dari

pembelajaran tingkat

kelas sebelumnya.

  Mendorong dan

merangsang siswa

untuk mengemukakan

ide/pendapat serta

merumuskan hipotesis.

 Mengutarakan ide-ide

dan merumuskan

hipotesis.

  Membimbing siswa

untuk 

mengklasifikasikan

pendapat.

 Melakukan klasifikasi

pendapat/ide-ide yang

telah ada.

2. Pemfokusan 

Membimbing danmengarahkan siswa

untuk menetapkan

konteks permasalahan

yang berkaitan dengan

ide siswa yang

kemudian dilakukan

pengujian.

 Menetapkan kontekspermasalahan,

memahami, mencermati

permasalahan sehingga

siswa menjadi kenal

terhadap bahan yang

digunakan untuk 

mengeksplorasi konsep.

  Membimbing siswa

melakukan proses

sains, yaitu menguji(melalui percobaan)

sesuatu.

 Melakukan pengujian,

berpikir apa yang terjadi,

menjawab pertanyaanberhubungan dengan

konsep.

 Memutuskan dan

menggambarkanapa

yang ia ketahui tentang

kejadian.

Mengklarifikasi ide

kedalam kelompok.

  Menginterpretasi

respon siswa dan

menguraikan ide siswa.

 Mempresentasikan ide

ke dalam kelompok dan

 juga forum kelas melalui

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 25/70

25

diskusi.

3. Tantangan   Mengarahkan dan

memfasilitasi agar

terjadi pertukuran ide

antar siswa. Menjamin

semua ide siswa

dipertimbangkan.

Membuka diskusi dan

mengusulkan

melakukan demonstrasi

 jika diperlukan.

 Memberikan

pertimbangan ide kepada

antar siswa.

  Menunjukkan bukti ide

ilmuan (scientist view)

 Menguji validitas ide/ 

pendapat dengan

mencari bukti.

 Membandingkan ide

ilmuan dengan ide kelas

(class view)

4. Aplikasi   Membimbing siswa

merumuskan

permasalahan yang

sangat sederhana.

 Membawa siswamengklarifikasikan ide

baru.

 Menyelesaikan problem

praktis dengan

menggunakan konsep

dalam situasi yang baru.

 Menerapkan konsepyang baru dipelajari

dalam berbagai konteks

yang berbeda.

  Membimbing siswa

agar mampu

menggambarkan secara

verbal penyelesaian

problem.

  Ikut terlibat dalam

merangsang dan

berkontribusi kedalamdiskusi untuk 

menyelesaikan

permasalahan.

 Mempresentasikan

penyelesaian masalah di

hadapan teman. - Diskusi

dan debat tentang

penyelesaian masalah,

mengkritisi dan menilai

penyelsaian masalah.

 Menarik kesimpulanakhir.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 26/70

26

Adapun kekurangan dan kelebihan dari model generatif ini antara lain :

No. Kelebihan Kekurangan1. Pembelajaran Generatif memberikan

peluang kepada siswa untuk belajar secara

kooperatif.

Dikawatirkan akan terjadi

salah konsep.

Agar tidak terjadi salah

konsep, maka guru harus

membimbing siswa dalam

mengeksplorasi

pengetahuan dan

mengevaluasi hipotesis

siswa pada tahap tantangan

setelah siswa melakukan

presentasi, sehingga siswa

bisa memahami materi

dengan benar, meskipun

usaha menggali

pengetahuan sebagian besar

adalah dari siswa itu

sendiri.

2. Meningkatkan aktivitas belajar siswa,

diantaranya dengan bertukar pikiran dengan

siswa yang lainnya, menjawab pertanyaan

dari guru, serta berani tampil untuk 

mempresentasikan hipotesisnya.

3. Pembelajaran Generatif cocok untuk 

meningkatkan keterampilan proses.

4. Merangsang rasa ingin tahu siswa.

5. Konsep yang dipelajari siswa akan masuk 

ke memori jangka panjang.

Membutuhkan waktu yang

relatif lama

2.1.6 Pembelajaran Konvensional

Dalam proses belajar mengajar peran guru sangat penting karena

keberhasilan siswa menyerap pelajaran yang diberikan sangat tergantung

terahadap bagaimana cara guru menyampaikan pelajaran. Sejak lama telah banyak 

model yang dikembangkan berdasarkan teori para ahli, namun dari sekian banyak 

model, maka model pembelajaran yang masih berlaku dan paling banyak 

digunakan adalah model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional

yang dimaksud secara umum adalah pembelajaran dengan menggunakan metode

yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi materi melalui ceramah, latihan

soal kemudian pemberian tugas. Dalam kenyataannya secara keseluruhan model

pembelajaran konvensional sudah kurang layak digunakan dalam pembelajaran

saat ini, namun disetiap pembelajaran model ini harus digunakan paling tidak 

pada awal pembelajaran sebelum guru masuk kepada model pembelajaran yang

akan digunakan.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 27/70

27

Roestiyah N.K. (1998) cara mengajar konvensional dan telah lama

dijalankan dalam sejarah Pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Sejak 

duhulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya pada siswa, ialah secara

lisan atau ceramah. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah

pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru. Bahwa, pembelajaran

konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya

lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada

keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran

berpusat pada guru.

Burrowes (2003) menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional

menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada

siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya

dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi

kehidupan nyata. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional

memiliki ciri-ciri, yaitu:

1. Pembelajaran berpusat pada guru,

2. Terjadi passive learning,

3. Interaksi di antara siswa kurang,

4. Tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan

5. Penilaian bersifat sporadis.

Menurut Brooks & Brooks penyelenggaraan pembelajaran konvensional

lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan,

sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat

mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes

terstandar.

(http://edukasi.kompasiana.com//pendekatan-pembelajaran-konvensional/) 

Pendapat lain datang dari Ujang Sukandi (2003) yang mendeskripsikan

bahwa Pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak 

mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa

mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses

pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Di sini terlihat bahwa

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 28/70

28

pendekatan konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih

  banyak didominasi gurunya sebagai “pen-transfer” ilmu, sementara siswa lebih

 pasif sebagai “penerima” ilmu. 

  Institute of Computer Technology (2006:10) menyebut pembelajaran

konvensional dengan istilah “Pengajaran tradisional”. Dijelaskannya bahwa

pengajaran tradisional yang berpusat pada guru adalah perilaku pengajaran yang

paling umum yang diterapkan di sekolah-sekolah di seluruh dunia. Pengajaran

model ini dipandang efektif, terutama untuk:

a. Berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain.

b. Menyampaikan informasi dengan cepat.

c. Membangkitkan minat akan informasi.

d. Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.

Namun demikian pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai beberapa

kelemahan sebagai berikut:

a. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan.

b. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa

yang dipelajari.

c. Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis.

d. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan

tidak bersifat pribadi.

(http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02) 

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pembelajaran konvensional

dimaknai sebagai pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru,

komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih

banyak menggunakan ceramah dan demonstrasi, dan materi pembelajaran lebih

pada penguasaan konsep-konsep bukan kompetensi. Model konvensional

bukannya tidak dapat digunakan dalam pembelajaran namun harus disertai model

pembelajaran lain yang lebih berkembang.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 29/70

29

2.1.7 Materi Pokok

2.1.7.1 Elastisitas

2.1.7.2 Elastisitas Zat Padat

Pada dasarnya semua benda yang ada di alam semesta mengalami

perubahan bentuk apabila diberikan gaya. Benda tersebut akan mengalami

perubahan dalam ukuran atau bentuk atau keduanya. Baja yang paling keras

sekalipun akan berubah bentuk jika dipengaruhi oleh gaya yang cukup besar.

Mungkin saja setelah gaya dihilangkan, bentuk benda akan kembali kebentuk 

semula, namun ada yang bersifat permanen artinya tetap pada bentuk yang baru.

Untuk mengetahui lebih lanjut berikut akan dibahas tentang elastisitas pada zat

padat dan hal-hal yang terkait didalamnya.

Dibandingkan dengan zat cair, zat padat memiliki struktur lebih keras

dan lebih berat disebabkan karena molekul-molekul zat padat tersusun rapat

sehingga ikatan diantara mereka relatif kuat. Inilah yang menyebabkan zat padat

sukar untuk dipecahkan. Setiap gaya yang diberikan akan diberikan gaya reaksi

oleh gaya tarik menarik antar molekul zat padat tersebut. Perubahan tergantung

pada pengaturan dan ikatan atom dalam materi.

Ketika mendengar kata elastis, pada umumnya akan langsung terlintas

benda-benda misalnya karet yang mengendur apabila ditarik, busur panah yang

melengkung jika diberi tarikan dan kembali kebentuk semula apabila tarikan

tersebut dilepaskan, atau sebuah pegas yang jika ujungnya digantungi sebuah

beban akan bertambah panjang dan kembali kebentuk semula apabila beban

dilepaskan. Karet, busur panah, dan pegas adalah contoh benda-benda elastis.

Elastisitas adalah keadaan zat dimana zat tersebut akan mengalami

perubahan bentuk ketika gaya deformasi bertindak atasnya, dan kembali ke

bentuk aslinya ketika gaya adalah dihapus. Benda-benda yang memiliki elastisitas

misalnya pegas, karet, baja, dan kayu,bola bisbol dan busur panah di sebut benda

elastis.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 30/70

30

Gambar 2.1. Benda-benda yang bersifat elastis

Tidak semua benda/bahan dapat kembali ke bentuk awalnya ketika

kekuatan deformasi diterapkan dan kemudian dihapus. Bahan yang tidak 

melanjutkan bentuk aslinya setelah gaya dihapus dikatakan inelastis atau bersifat

plasti. Plastisin, tanah liat, dan dempul adalah bahan inelastis/plastis.

Gambar 2.2. Benda-benda yang bersifat plastis

Pada umumnya setiap benda yang memiliki sifat elastis juga mempunyai

sifat plastis. Banyak bahan-bahan yang kita gunakan sehari-hari yang bersifat

elastis tetapi hanya sementara saja, contohnya baja dan kaca. Misalnya sebuah

pegas diberikan gaya yang besar secara terus menerus dan gaya yang diberikan

semakin besar, maka pada saat tertentu akan terjadi keadaan dimana pegas tidak 

lagi dapat kembali kebentuk semula. Dalam keadaan ini berarti batas elastisitas

benda sudah terlampaui. Jika gaya terus diperbesar, benda akan mengalami sifat

plastis hingga pada titik tertentu dimana pegas akan patah.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 31/70

31

Untuk lebih jelasnya, lakukanlah

percobaan sebagai berikut. Susunlah

pegas pada mistar seperti gambar.3

diatas. Aturlah mistar sehingga posisi

  jarum penunjuk pada pegas tetap

mengarah ke angka nol pada mistar.

Gantungkan beban F pada ujung pegas

 x. Lakukan kegiatan ini berulang-ulang

dengan menambah berat beban F  dan

amati pertambahan panjang pegas  x.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan akan didapatkan grafik hubungan

antara gaya dan pertambahan panjang pegas sebagai berikut :

Gaya F  

C Keterangan :

B A : Batas linearitas

Daerah plastis B : Batas elastisitas

A Daerah C : Titik patah

elastis

0 Pertambahan Panjang x 

Gambar 2.4. Grafik antara gaya dan pertambahan panjang pegas.

Berdasarkan grafik diatas dapat kita analisis pada bagian-bagian tertentu.

Garis lurus OA menunjukkan bahwa gaya F  sebanding dengan pertambahan

panjang  x. Setelah gaya F  diperbesar lagi, sehingga melampaui titik  A ternyata

garis tidak lurus lagi. Hal ini menyatakan bahwa batas linearitas pegas sudah

terlampaui, namun pegas masih bisa kembali kebentuk semula. Bila gaya F  

diperbesar lagi hingga melewati titik  B, ternyata setelah gaya F dihilangkan pegas

Gambar 2.3 Percobaan untuk 

menentukan batas elastisitas pegas.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 32/70

32

tidak bisa kembali kebentuk semula. Jadi dalam hal ini batas elastisitas telah

terlampaui. Pegas tidak lagi bersifat elastis namun bersifat plastis. Jika gaya F  

diperbesar terus, pada suatu saat yaitu dititik C , pegas akan patah. Oleh karena itu

grafik antara O sampai B, yaitu daerah dimana pegas masih bersifat elastis disebut

daerah elastis. Sedangkan grafik antara B dan C , yaitu daerah dimana pegas

bersifat plastis disebut daerah plastis. Titik pada daerah plastis yang membatasi

antara daerah linear dan daerah non linear disebut batas linearitas, sedangkan titik 

yang membatasi antara daerah elastis dan daerah plastis disebut batas elastisitas.

Titik dimana pegas tidak mampu lagi menahan gaya disebut titik patah.

2.1.7.3 Tegangan dan Regangan

Pada dasaranya perubahan bentuk pada zat padat dibedakan menjadi tiga

 jenis berdasarkan arah dan pertambahan panjangnya, yaitu : rentangan, mampatan

dan geseran. Ketiga jenis perubahan itu ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.5. Regangan

Gambar 2.6. Mampatan

Gambar 2.7. Geseran

Untuk setiap jenis perubahan bentuk zat padat berlaku suatu besaran

yang akan disebut sebagai tegangan. Tegangan menunjukkan kekuatan gaya yang

menyebabkan perubahan bentuk benda. Tegangan yang terjadi pada rentangan

disebut tegangan rentang atau tegangan tarik. Tegangan yang terjadi pada

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 33/70

33

mampatan disebut tegangan mampat, sedangkan tegangan yangterjadi pada

geseran disebut tegangan geser. Pada tabel dibawah ini akan disajikan besar ketiga

 jenis tegangan pada berbagai jenis bahan.

Tabel 2.2 Besar macam-macam tegangan untuk berbagai jenis bahan

Bahan Tegangan

rentang(N/m2)

Tegangan mampat

(N/m2)

Tegangan geser

(N/m2)

Besi 170 x 106

550 x 106

170 x 106 

Baja 500 x 106

500 x 106

250 x 106 

Kuningan 250 x 106

250 x 106

200 x 106 

Aluminium 200 x 106

200 x 106

200 x106 

Beton 2 x 106 20 x 106 2 x106 

Batu-bata - 35 x 106

-

Marmer - 80 x 106

-

Granit 40 x 106

170 x 106

-

Kayu (pinus) 500 x 106

35 x 106

5 x 106 

Nilon 170 x 106

- -

Besaran lain yang berhubungan dengan perubahan bentuk zat padat

adalah regangan. Regangan menggambarkan hasil perubahan bentuk benda.

Ketika tegangan dan regangan cukup kecil, maka kedua besaran tersebut akan

sebanding dan konstanta perbandingannya disebut sebagai modulus elastisitas,

yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Modulus Elastisitas = Tegangan / Regangan …………...(1)

Perilaku elastis yang paling sederhana untuk 

dipahami adalah rentangan yang terjadi pada

batang, tali, atau kawat ketika ujungnya

ditarik. Gambar diatas menunjukkan sebuah batang yang luas penampangnya  A

ditarik dengan gaya F  pada kedua ujungnya. Kita mengatakan bahwa batang

berada dalam tegangan. Tegangan kita definisikan sebagai perbandingan besar

gaya F dan luas penampang A,

Tegangan =

, atau

  …………... (2)

Gambar 2.8. Tegangan

yang terjadi pada batang

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 34/70

34

Dalam SI, tegangan memiliki satuan Nm-2

atau Pa

(pascal). Gambar disamping menunjukkan batang

yang memiliki panjang mula-mula  Lo dan

mengalami rentangan menjadi , ketika

gaya F  yang besarnya sama dan arahnya

berlawanan diterapkan pada ujung-ujungnya.

Pertambahan panjang yang terjadi tidak hanya pada ujungnya, tetapi pada setiap

bagian batang merentang dengan perbandingan sama. Regangan didefinisikan

sebagai perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang mula-mula

,

Regangan =

, atau

  ……………(3)

Karena merupakan hasil bagi dua besaran yang berdimensi sama, maka

regangan tidak memiliki satuan. Eksperimen menunjukkan bahwa untuk 

rentangan yang cukup kecil, tegangan dan rentangan adalah sebanding. Modulus

elastis yang terkait dengan renangan ini disebut  Modulus Young dan dinyatakan

dengan huruf Y: 

 

 

  …………(4)

Keterangan :

Y = Modulus young (Nm-2)/Pa

F = Gaya (N

 A = Luas Penampang (m2)

= Pertambahan Panjang (m)

= Panjang mula-mula

Gambar 2.9 Regangan

yang terjadi pada batang

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 35/70

35

Karena regangan tanpa satuan, maka modulus young mempunyai satuan

yang sama dengan satuan tegangan yaitu Nm-2

atau Pa (pascal). Nilai Modulus

Young untuk beberapa bahan terdaftar dalam table berikut :

Table 2.3 Nilai Modulus Young

Bahan  Modulus Young< Y,E  Modulus Bulk , B 

1012

dyne 106

lb in-2

1012

dyne 106lb in

-2 

Alumunium 0,7 10 0,7 10

Kuningan 0,91 13 0,61 8,5

Tembaga 1,1 16 1,4 20

Gelas 0,55 7,8 0,37 5,2

Besi 0,91 13 1 14

Timah 0,16 2,3 0,077 1,1Nikel 2,1 3,0 2,6 34

Baja 2 29 1,6 23

Tungsten 3,6 51 2 29

Semakin besar nilai Y berarti semakin sulit suatu benda untuk merentang

dalam pengaruh gaya yang sama sebagai contoh nilai Y  baja jauh lebih besar dari

nilai Y alumunium sehingga baja lebih sulit merentang daripada alumunium bila

pada masing-masing benda diterapkan gaya yang besarnya masing-masing sama.

Dengan mensubtitusikan tegangan

dan regangan

kedalam

persamaan

, dapat diperoleh, hubungan antara gaya tarik  F dan modulus

elastis E :

  ……………(5)

...…………(6) 

Keterangan :

 E = Modulus Elastis (Nm-2

)

F = Gaya (N)

 A = Luas Penampang (m2)

 = Pertambahan Panjang (m)

= Panjang mula-mula

= Tegangan (Nm

-2

)

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 36/70

36

= regangan

2.1.7.4  Hukum Hooke

Hooke menyatakan hubungan antara gaya F yang meregangkan ppegas

dan pertambahan panjang pegas  x pada daerah elastis pegas. Pada daerah elastis

linear, F sebanding dengan x. Hal ini dinyatakan dalam bentuk persamaan :

  ……………(7)

Keterangan : 

F  = gaya yang dikerjakan pada pegas (N)

 x = pertambahan panjang pegas (m)

k  = konstanta pegas (N/m).

Pada waktu pegas ditarik dengan gaya F , pegas mengadakan gaya yang

besarnya sama dengan gaya yang menarik, tetapi arahnya berlawanan (F aksi = -

F reaksi). Jika gaya ini kita sebut dengan gaya pegas F  p , yang besarnya sebanding

dengan pertambahan panjang pegas  x, sehingga untuk  F  p  dapat dirumuskan

sebagai :

  ……………(8)

Kedua persamaan diatas secara umum dapat dinyatakan dalam kalimat

yang disebut Hukum Hooke.

“Pada daerah elastisitas benda gaya yang bekerja pada benda sebanding

dengan pertambahan panjang benda.” 

Sifat pegas seperti yang dinyatakan oleh Hukum Hooke tidak terbatas

pada pegas yang diregangkan, pada pegas yang dimampatkan juga berlaku Hukum

Hooke, selama pegas masih berada pada daerah elastisitasnya. Sifat pegas yang

seperti itu banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada neraca

pegas, bagian-bagian mesin dan pada kendaraan bermotor modern (pegas sebagai

peredam kejut).

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 37/70

37

2.1.7.5  Tetapan Gaya Benda Elastis

Kita telah mengetahui hubungan antara gaya tarik F dan modulus elastis

 E yang dinyatakan dengan persamaan :

  …………… (9)

Dengan mengolah persamaan diatas sehingga hanya gaya tarik  F  yang

berada diruas kiri, kita identikkan persamaan tersebut dengan Hukum Hooke dari

persamaan :

……………(10)

(Ingat x = ), maka

……………..(11)

Maka akan diperoleh rumus umum tetapan gaya benda elastis

……………(12) 

2.1.7.6  Konstanta Gaya Pegas Gabungan

Pembahasan mengenai konstanta gaya pegas gabungan dibagi atas

berapa susunan pegas yaitu susunan seri dan paralel serta kombinasi keduanya.

Perhatikan susunan seri dari dua buah pegas yang memiliki konstanta gaya k 1 dan

k 2 seperti tampak pada gambar dibawah ini. 

Menurut Hukum Hooke pertambahan panjang pegas pertama akibat gaya

F  adalah , sedangkan pertambahan panjang pegas kedua akibat gaya F  

adalah . Pertambahan panjang total  y sama dengan jumlah masing-

Gambar 2.10 Susunan seri dua buah pegas dengan konstanta gaya k 1 

dan k 2 dapat diganti dengan sebuah pegas tunggal dengan konstanta

gaya k p 

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 38/70

38

masing pertambahan panjang pegas, sehingga diperoleh :

………(13)

Secara umum, n buah pegas yang disusun seri memiliki konstanta gaya

pegas pengganti k s yang memenuhi hubungan :

……..(14)

Perhatikan susunan paralel dari dua buah pegas yang memiliki konstanta

gaya k 1 dan k 2 seperti pada gambar  dibawah ini. Pegas pertama akan merasakan

gaya sebesar F 1 dan pegas kedua merasakan gaya sebesar F 2, dimana F 1 + F 2 = F .

Pertambahan panjang pegas pertama adalah sehingga ,

Pertambahan panjang pegas kedua adalah , sehingga ,

Mengingat , F 1

+ F 2

= F maka, . Ketika pegas disusun paralel,

maka pertambahan panjang masing-masing pegas sama yaitu . Oleh

karena itu persamaan diatas dapat dituliskan menjadi :

………….(15)

Secara umum, untuk n pegas yang disusun paralel, konstanta gaya pegas

pengganti adalah :

……………(16)

Gambar 2.11 Susunan paralel dua buah pegas dengan konstanta gaya k 1 dan

k 2 dapat diganti dengan sebuah pegas tunggal dengan konstanta gaya k p 

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 39/70

39

2.1.7.7  Energi Potensial Elastis Pegas

Sebuah benda diletakkan pada ujung bebas sebuah pegas. Jika pegas

ditarik kemudian kita lepaskan, benda yang semula diam akan bergerak. Ini berarti

bahwa benda memiliki energi kinetik. Dari manakah energi kinetik ini berasal?

Karena benda dihubungkan keujung pegas, tentu saja energi kinetik benda berasal

dari energi yang tersimpan dalam pegas. Energi yang tersimpan dalam benda

karena benda mengalami perubahan kedudukan disebut energi potensial. Karena

pegas adalah benda elastis. Maka energi yang tersimpan dalam pegas ini disebut

energi potensial elastis pegas atau energi potensial pegas.

Telah anda ketahui bahwa grafik gaya tarik terhadap pertambahan

panjang pegas (grafik F  –Δx) untuk gaya tarik F yang tidak melampaui batas

elastisitas pegas adalah berbentuk garis lurus melalui titik asal 0. Seperti

ditunjukkan pada gambar dibawah ini

F

Luas = energi potensial pegas untuk 

pertambahan panjang

O  x 

Gambar 2.12. Grafik F- dari sebuah pegas. Energi potensial pegas

sama dengan segitiga yang diarsir

Untuk menarik pegas hingga pegas memiliki energi potensial tertentu

diperlukan usaha. Usaha dapat dihitung dari luas daerah di bawah grafik gaya

terhadap perpindahan benda. Dengan demikian energi potensial EP sama dengan

luas segitiga yang diarsir pada gambar

 EP = luas grafik dibawah F- Δx = luas segitiga 

Karena alas segitiga adalah  Δx dan tingginya adalah F  maka rumus

energi potensial pegas EP adalah :

…………(17)

Mengingat bahwa untuk batas elastis pegas yang tak dilampaui berlaku

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 40/70

40

….………(18)

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 41/70

41

2.2 Kerangka Konseptual

Pada saat ini guru – guru khususnya pada mata pelajaran fisika masih

menggunakan model pembelajaran konvensional yang menitikberatkan

pembelajaran pada metode ceramah. Jika ditinjau dari hasil belajar siswa pada

mata pelajaran fisika yang masih rendah maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran konvensional tidak efektif.

Peneliti menawarkan model pembelajaran generatif dimana siswa

diharapkan memiliki pegetahuan, kemampuan serta keterampilan untuk 

mengkonstruksi/membangun pengetahuan secara mandiri. Dengan pengetahuan

awal yang telah dimiliki sebelumnya dan menghubungkannya dengan konsep

yang dipelajari, akhirnya siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan baru dan di

harapkan hasil belajar siswa lebih baik dari penerapan model konvensional.

Perbedaan aktivitas siswa pada model pembelajaran konvensional dan

model pembelajaran generatif dapat dilihat dari 2 bagan berikut :

Gambar 2.13. Bagan Perbedaan Model Pembelajaran Generatif dan Konvensional

KarakteristikPembelajaran konvensional :

1. Pembelajaran berjalan membosankan, siswa

hanya aktif membuat catatan

2. Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah

cepat terlupakan

3. Ceramah menyebabkan pembelajaran siswa

hanya sekedar menghafal apa yang didapat tanpa

menimbulkan pengertian tersendiri dari siswa.

Pembelajaran

Generatif 

Karakteristik pembelajaran Generatif :

1.  Siswa aktif untuk mencari fakta-fakta sains

melalui percobaan, sehingga suasana

pembelajaran menjadi lebih hidup.

2.  Pengetahuan yang dipeoleh siswa melalui

pengalaman akan disimpan dalam memori jangka panjang

3.  Siswa tak hanya sekedar menghafal pelajaran

tetapi dapat membuat pengertian sendiri

berdasarkan hasil percobaannya.

Hasil belajar

lebih optimal

Pembelajaran

konvensionalHasil belajar

kurang optimal

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 42/70

42

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis Penelitian ini adalah :

H0 : Tidak ada peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran generatif pada materi pokok elastisitas di kelas XI SMA Laksamana

Martadinata T.P 2011/2012.

Ha : Ada peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran generatif pada materi pokok elastisitas di kelas XI SMA Laksamana

Martadinata T.P 2011/2012.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 43/70

43

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas XI SMA Laksamana Matadinata Medan

Tahun Ajaran 2011/2012 .Waktu penelitian pada tanggal 3 – 14 Pebruari 2012.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi Penelitian 

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Laksamana

Martadinata Tahun Ajaran 2011/2012 sebanyak 2 kelas setara.

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini 43 siswa masing-masing dari 2 kelas yang

ditentukan dengan teknik  stratified sample. Satu kelas yaitu kelas XI IPA 1

sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran generatif dan satu

kelas kontrol yaitu kelas XI IPA 2 menggunakan model pembelajaran

konvensional.

3.3 Variabel Penelitian

Dalam penelitian digunakan dua jenis variabel penelitian, yaitu variabel

bebas dan variabel terikat.

a.  Sebagai variabel bebas adalah pembelajaran generatif  

b.  Sebagai variabel terikat adalah hasil belajar siswa pada materi Elastisitas.

3.4 Jenis dan Desain Penelitian

3.4.1 Jenis Penelitian

Penelitian merupakan penelitian quasi eksperimen, yaitu penelitian

dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan akibat pengaruh dari

sesuatu yang dikenakan pada siswa sebagai subjek penelitian. Pengaruh yang

dimaksudkan adalah peningkatan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran

yang telah ditentukan dapat dilihat dari hasil jawaban siswa pada tes hasil belajar.

3.4.2 Desain Penelitian

Desain penelitian menggunakan model two group pretest-posttest design.

Desain digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan memberikan tes

pada kedua kelas sebelum dan sesudah diberi perlakuan.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 44/70

44

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen X1  S X 2  

Kontrol X1  O X 2  

Keterangan :

X1

= Pemberian pretes.

X 2  = Pemberian postes.

S = Perlakuan dengan model pembelajaran generatif 

O = Perlakuan dengan model pembelajaran konvensional.

3.5. Prosedur penelitian

Tahapan – tahap pelaksanaan penelitian adalah:

1.  Tahap persiapan

Kegiatan yang dilakukan meliputi :

a. Membuat surat persetujuan dosen pembimbing.

b. Menentukan masalah, judul, lokasi, dan waktu penelitian.

c. Menentukan populasi dan sampel.

d. Melakukan studi pendahuluan ke sekolah

e. Menyusun dan mengembangkan perangkat pembelajaran serta instrumen

penelitian.

2.  Tahap pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan meliputi :

a.  Memvalidkan tes / instrumen penelitian.

b. Menentukan kelas sampel dan kelas kontrol dari populasi yang ada.

c.  Memberikan test awal pada kedua kelas untuk melihat kemampuan awal

siswa.

d.  Melakukan uji normalitas dan homogenitas data tes awal.

e.  Membagi kelompok belajar siswa untuk siswa di kelas eksperimen.

f.  Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran sesuai desain

penelitian.

g.  Memberikan tes akhir pada siswa setelah pembelajaran.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 45/70

45

3.  Analisis data dan kesimpulan

Di bawah ini merupakan gambar alur rancangan penelitian yang dilaksanakan.

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian

Pembelajaran generatif   Pembelajaran 

konvensional

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Tes Akhir

Analisa Data

Kesimpulan

Tabulasi data

Selesai

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Sampel

Populasi

Tes awal

Normalitas dan Homogenitas

Mulai

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 46/70

46

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Pretes

Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, dilaksanakan tes awal untuk 

mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam materi elastisitas pada kelas kontrol

dan kelas eksperimen .

3.6.2 Postes

Setelah materi elastisitas diajarkan kepada siswa maka dilaksanakan

postes untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan eksperimen .

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah tes hasil belajar siswa berjumlah lima belas

soal dalam bentuk pilihan berganda dengan lima pilihan (option). Sebelum

dilakukan penelitian, tes yang telah disusun terlebih dahulu diuji validitasnya. Tes

dituangkan dalam bentuk tabel spesifikasi tes hasil belajar berikut:

Tabel 3.2. Tabel Spesifikasi Tes Hasil Belajar Pada Materi Pokok Elastisitas

NoMateri Pokok 

Sub Materi Pokok 

Klasifikasi / Kategori Jumlah

soalC1 C2 C3 C4 C5 C6 

1.Perubahan Bentuk  1

1

2. Tegangan dan regangan 2,3 4,5 4

3. Hukum Hooke6,7,8

159

5

4 Susunan pegas 10,11 2

5

Energi Potensial elastik 

pegas13,14 12 3

JUMLAH 1 2 5 4 2 1 15Keterangan:

C 1 = Pengetahuan C 3 = Penerapan 5C  = Sintesis

C 2 = Pemahaman C 4 = Analisis 6C  = Evaluasi

Jawaban-jawaban tes obyektif diperiksa dengan mempergunakan kunci

  jawaban. Kunci jawaban ada beberapa macam jenisnya. Kunci jawaban yang

digunakan penulis adalah kunci sistem tusukan. Apabila pilihannya benar maka

lobang akan terjadi tepat ditengah kotak yang disediakan. Tetapi apabila

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 47/70

47

pilihannya salah, maka lobang yang terjadi berada di luar lingkaran.

Dimana skor jawaban yang benar bernilai 1, dan skor jawaban yang salah

bernilai nol. Setelah dilakukan penskoran, tahapan selanjutnya adalah penilaian

dengan menggunakan rumus:

100r

soal Jumlah

bena yangsoal Jumlah Nilai

 

Dalam penyusunan tes digunakan validitas isi untuk menyesuaikan

soal-soal tes dengan berpedoman pada kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP) dengan materi pokok elastisitas.

3.7.1  Uji Coba Instrumen Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian, tes yang telah disusun terlebih dahulu

diuji validitasnya dengan menggunakan validitas isi.

3.7.1.1 Validitas Isi

Validitas isi adalah derajat di mana sebuah tes mengukur cakupan

substansi yang ingin diukur. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila

mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran

yang diberikan. Instrumen yang telah disusun kemudian divaliditaskan kepada

ahli yaitu dosen atau guru. Jumlah seluruh spesifikasi butir soal sebelum

divalidkan adalah sebanyak 15 soal.

Ketiga validator diminta untuk mengamati secara cermat semua item

dalam tes yang hendak divalidasi dan mengoreksi item-item yang telah dibuat.

Dan pada akhir perbaikan mereka juga diminta untuk memberikan pertimbangan

tentang bagaimana suatu tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang hendak 

diukur.

3.7.2 Lembar Observasi

Dalam pengumpulan data selama proses pembelajaran berlangsung

peneliti dibantu oleh observer . Peran observer  adalah mengamati aktivitas

pembelajaran berpedoman pada lembar observasi yang disiapkan serta

memberikan penilaian berdasarkan pengamatan.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 48/70

48

3.7.3 Instrumen 2 Ranah Psikomotorik Siswa (Aktivitas)

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data keaktifan siswa

adalah dengan melakukan pengamatan terhadap siswa pada saat melakukan

kegiatan pembelajaran.

Tabel 3.3. Tabel hasil observasi Aktivitas Belajar Siswa dalam Kelompok 

No

.

Nam

a

Aspek Yang Dinilai

JumlahMemberika

n

pertanyaan

Memberika

n tanggapan

Memberika

n jawaban

Menyampaika

n ide/pendapat

Membuat

kesimpula

n

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3Sko

r

Nila

i1.

2.

3.

dst

Nilai % =

x 100%

Keterangan :

81% - 100% : Sangat Aktif (A)

66% - 80% : Aktif (B)

51% - 65% : Cukup Aktif (C)

0% - 50% : Buruk (D)

3.8. Teknik Analisis Data

Pemilihan teknik analisis data interval ditentukan penyebaran datanya.

Yang dimaksud dengan penyebaran data adalah bagaimana data tersebut tersebar

antara nilai paling tinggi dengan nilai paling rendah, serta variabilitas di

dalamnya. Karena itu pengujian normalitas sampel harus dilakukan.

3.8.1. Menentukan Mean

 N 

 X  X 

i (Sudjana, 2005:67)

Keterangan :

 X  = Mean (rata-rata) nilai siswa

  = nilai siswa ke i 

 N  = Jumlah siswa

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 49/70

49

i X  = Jumlah nilai siswa

3.8.2. Menentukan Simpangan Baku

)1(

)(22

 N  N 

 X  X  N S ii

(Sudjana, 2005 : 94)

3.8.3. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji, digunakan Uji

Liliefors Menurut Sudjana (2005:466), langkah-langkah yang dilakukan untuk 

pengujian adalah sebagai berikut:

a.  Data X1, X2, X3,……,Xn dijadikan bilangan baku, Z1, Z2, Z3,……,Zn dengan

menggunakan rumuss

 X  X  Z  i

i

dimana: Xi = Responden X1,

X2,…..,Xn 

 X  = Rata-rata perhitungan

S = Simpangan baku

b.  Menghitung peluang F(Zi) = T (Z<Zi)

c.  Menghitung proporsi Z1, Z2, Z3,……,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi.

Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi) maka

 N 

 Z  yang Z  Z  Z  Z banyaknya ZiS in

,........,,

)( 321  

d.  Menghitung selisih F (Zi)-S (Zi) yang diambil harga mutlaknya.

e.  Mengambil harga mutlak yang paling besar dari selisih itu dan disebut Lo.

Hipotesis normalitas diterima jika harga Lo < Li tabel untuk uji Lilliefors

dengan taraf nyata   = 0,05 dan sebaliknya ditolak. 

3.8.4.  Uji Homogenitas

Untuk uji homogenitas digunakan hipotesis :

Ho :2

2

2

1SS atau kedua populasi mempunyai varians yang sama

H1 :2

2

2

1SS atau kedua populasi tidak mempunyai varians yang sama

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 50/70

50

Untuk mengetahui apakah data dari kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen

atau tidak maka digunakan uji homogenitas dengan rumus:

2

2

2

1

S

SF  (Sudjana, 2002:249)

Keterangan :

2

1S = Varians terbesar

2

2S = Varians terkecil

Kriteria pengujian hipotesis terima Ho jika)1)(1( 1 nF 

 < F < F(1/2α)(n1-1)(n2-1)

dimana F(1/2α)(n1-1)(n2-1) diperoleh dari daftar distribusi F dengan dk pembilang = n

dan dk penyebut = n pada taraf nyata α = 0,1.

Dimana :1

n  = ukuran sampel kelas eksperimen

2n = ukuran sampel kelas kontrol

Jika pengolahan data menunjukkan bahwa Fhitung<Ftabel maka H0 diterima,

dapat diambil kesimpulan bahwa kedua sampel mempunyai varians yang

homogen. Jika pengolahan data menunjukkan bahwa Fhitung

> Ftabel

, maka H0

ditolak dan terima Ha, dapat diambil kesimpulan bahwa kedua sampel tidak 

mempunyai varians yang homogen.

3.8.5. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan dua cara yaitu : 

a. Uji kemampuan awal/pretes siswa (uji t dua pihak)

Uji t dua pihak digunakan untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal

siswa pada kedua kelompok sampel.

Hipotesis yang diuji berbentuk :

Ho : 21   : kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan awal

yang sama.

H1 : 21   : kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan awal

yang berbeda.

Bila data penelitian berdistribusi normal dan homogen maka untuk menguji

hipotesis menggunakan uji beda dengan rumus :

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 51/70

51

thitung =

  

  

  

  

22

21

11nn

S

 X  X (Sudjana 1992:239)

Tetapi jika kedua kelas tidak homogen, maka digunakan :

2

2

2

1

2

1

21,

n

S

n

SS

 X  X t 

(Sudjana 1992:241)

Di mana S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus yang

dikemukakan oeh Sudjana ( 2002 : 239 ) :

S2

)1()1(

21

2

22

2

112

nn

SnSn 

Dengan t = distribusi t

1 x nilai rata – rata kelas eksperimen

2

 x nilai rata – rata kelas kontrol

n1

= ukuran kelas eksperimen

n 2 = ukuran kelas kontrol

S2

1 = varians kelas eksperimen

S2

2 = varians kelas kontrol

Kriteria pengujian adalah : Menurut Sudjana (2002 :239),terima Ho jika

 –     2 / 112 / 11 t t t  dimana  2 / 1

1t  didapat dari daftar distribusi t dengan

dk = ( 21 nn - 2) dan peluang (  2 / 11 ) dan 05,0  . Untuk harga t

lainnya Ho ditolak.

b. Uji Kemampuan Postest (Uji t satu pihak)

Uji t satu pihak digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu

perlakuan yaitu model pembelajaran generatif terhadap hasil belajar siswa.

Hipotesis yang diujikan adalah :

H0: 21   : Pengaruh model pembelajaran generatif tidak lebih baik terhadap

hasil belajar siswa daripada Pembelajaran Konvensional pada materi pokok 

elastisitas.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 52/70

52

H1: 21   : Pengaruh model pembelajaran generatif lebih baik terhadap

hasil belajar siswa daripada Pembelajaran Konvensional pada materipokok elastisitas

Kriteria pengujian yang berlaku ialah : terima Ho   jika thitung< t1-  ,

dimana t1-  di dapatdari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang

(t1 -   ) dan   =0,05. jika t mempunyai harga-harga lain H0 di tolak.

3.8.6  Persentase Peningkatan Hasil Belajar

Persentase peningkatan hasil belajar dihitung dengan rumus :

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 53/70

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk menerapkan model

pembelajaran generatif di SMA Laksamana Martadinata, diperoleh hasil belajar

fisika siswa pada materi pokok elastisitas yang diuraikan sebagai berikut.

Penelitian dilaksanakan dengan jenis quasi eksperimen yang melibatkan dua kelas

sebagai sampel, masing-masing kelas diberi perlakuan yang berbeda.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik  stratified sampling yaitu kelas XI

IPA 1 sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran generatif 

dengan jumlah siswa sebanyak 43 siswa dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol

menggunakan model pembelajaran konvensional dengan 43 siswa.

Tes yang digunakan dalam penelitian sebanyak 15 soal berbentuk pilihan

ganda. Validitas yang digunakan dalam penelitian adalah validitas isi yang

telahdiuji oleh tim ahli sebagai validator sebanyak 3 orang, yaitu 1 orang dosen

fisika Unimed dan 2 orang guru mata pelajaran fisika di SMA Laksamana

Martadinata (Lampiran 21).

4.1.2. Pelaksanaan Pretes

Sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran

generatif dan model pembelajaran konvensional maka terlebih dahulu dilakukan

pretes yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Hasil tes yang

dilakukan, diperoleh data pretes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Secararingkas data pretes kelas eksperimen dan kontrol dijelaskan dalam tabel distribusi

frekuensi berikut :

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 54/70

54

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol 

No. Kelas Eksperimen Kelas KontrolNilai

Pretes

iF     X    S Nilai Pretes

iF     X    S

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

13 – 20

21 – 27

28 – 34

35 – 41

42 – 48

49 – 55

56 - 62

4

6

8

12

9

3

1

37,7 10,3

13 – 20

21 – 27

28 – 34

35 – 41

42 – 48

49 – 55

56 – 62

5

6

10

9

7

3

3

33,2 12,1

Jumlah 43 Jumlah 43

Data pretes siswa kelas eksperimen dan kontrol dapat pula dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.2. Nilai Pretes Untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Statistik

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretes Pretes

 Nilai Tertinggi

 Nilai Terendah

 Range (Jarak)

60,0

13,3

46,7

60,0

13,3

46,7

 Jumlah Nilai 1620,0 1600

 Mean 37,7 37,2

Standar Deviasi 10,3 12,1

Hasil pretes siswa pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat dalam

bentuk diagram batang berikut :

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 55/70

55

Gambar 4.1 Diagram Batang Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

4.1.3 Uji Normalitas Data

Uji normalitas data penelitian dilakukan dengan menggunakan uji

Liliefors. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data kedua

sampel berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan data penelitian diperoleh

bahwa nilai pretes kedua kelompok sampel memiliki data yang normal atau

Lhitung<LTabel pada taraf signifikan 0,05 dan Neksperimen = 43, Nkontrol = 43. Hasil uji

normalitas data pretes kedua kelas sebagai berikut : (perhitungan pada lampiran

11)

Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Data 

Kelashitung L   Ltabel(α=0,05) Keterangan

Eksperimen 0,1105 0,1351 Normal

Kontrol 0,1205 0,1351 Normal

Berdasarkan dari Tabel 4.3 menunjukkan bahwa Lhitung < LTabel maka data

pretes kedua kelompok sampel berdistribusi normal

0

2

4

6

8

10

12

13-20 21-27 28-34 35-41 42-48 47-53 54-60

   F  r  e   k  u  e  n  s   i   S   i  s  w  a

Nilai

Diagram Batang Nilai Pretes Siswa Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol

Kelas

Eksperimen

Kelas Kontrol

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 56/70

56

4.1.4. Uji Homogenitas Data

Uji Homogenitas data penelitian dilakukan dengan menggunakan uji F.

Uji homogenitas data bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal

dari populasi yang homogen atau tidak. Berdasarkan perhitungan (lampiran 12)

hasil uji homogenitas pretes diperoleh nilai Fhitung =1,38. Pada taraf signifikan

0,05 diperoleh harga FTabel = 1,64.

Karena Fhitung < FTabel maka data pretes kedua sampel homogen yang

berarti data yang diperoleh dapat mewakili seluruh populasi yang ada. Secara

ringkas hasil perhitungan uji homogenitas data pretes kedua kelas (perhitungan

pada lampiran 12) ditunjukkan pada Tabel 4.5 dibawah ini.

Tabel 4.4. Ringkasan Uji Homogenitas Data

Data Kelas Varians F hitung F tabel Keterangan

PretesEksperimen 106,1

1,38 1,64 HomogenKontrol 146,6

4.1.5.  Pelaksanaan Pembelajaran

a. Kelas EksperimenPada kelas eksperimen, peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan model generatif untuk mengeksplorasi pengetahuan awal siswa

tentang konsep fisika kemudian dikonstruksi menjadi konsepsi yang lebih baik 

dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian, kegiatan pembelajaran dilakukan 3

pertemuan yakni pertemuan pertama (2x45 menit), pertemuan kedua (2x45

menit), dan pertemuan ketiga (2x45 menit). Model pembelajaran generatif terdiri

dari 4 tahap yaitu :

1.   Eksplorasi : Pada tahap eksplorasi guru membimbing siswa untuk 

melakukan eksplorasi pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh

dari pengalaman sehari-harinya atau diperoleh dari pembelajaran pada tingkat

kelas sebelumnya. Untuk mendorong siswa melakukan eksplorasi, guru

memberikan stimulus berupa pertanyaan, demonstrasi atau penelusuran

terhadap suatu permasalahan yang dapat menunjukkan data atau fakta yang

terkait dengan konsepsi yang dipelajari. Pada tahap ini dibutuhkan waktu ±20

menit 

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 57/70

57

2.  Pemfokusan : Pada tahap pemfokusan siswa melakukan pengujian hipotesis 

melalui kegiatan laboratorium. Pada tahap ini guru bertugas sebagai fasilitator

yang memberi bimbingan dan arahan, dengan demikian para siswa dapat

melakukan proses sains dengan tepat. Pada tahap ini dibutuhkan waktu ± 40

menit.

3.  Tantangan : Setelah siswa memperoleh data selanjutnya menyimpulkan dan

menulis dalam lembar kerja. Para siswa diminta mempresentasikan temuan

melalui diskusi kelas. Melalui diskusi kelas akan terjadi proses tukar

pengalaman diantara siswa.  Dalam tahap ini siswa berlatih untuk berani

mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai pendapat teman, dan

mengahargai adaya perbedaaan diantara pendapat teman. Pada  tahap ini

dibutuhkan waktu ± 20 menit

4.  Penerapan : Pada tahap ini, siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah

dengan menggunakan konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru

yang berkaitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Pemberian tugas rumah atau tugas proyek yang dikerjakan siswa diluar jam

pertemuan merupakan bentuk penerapan yang baik. Pada tahap ini siswa

perlu diberi banyak latihan-latihan soal. Dengan adanya latihan soal, siswa

akan semakin memahami konsep (isi pembelajaran) secara lebih mendalam

dan bermakna. Pada akhirnya konsep yang dipelajari siswa akan masuk ke

memori jangka panjang; ini berarti tingkat retensi siswa semakin baik. Pada  

tahap ini dibutuhkan waktu ± 10 menit

Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan siswa selama proses

pembelajaran, saat pembelajaran berlangsung dilakukan observasi oleh 2 orang

pengamat yang dilengkapi lembar observasi. Jenis aktivitas yang diamati adalah :

(1) memberikan pertanyaan (2) memberikan tanggapan (3) memberikan jawaban

dan (4) menyampaikan ide/pendapat (5) membuat kesimpulan, untuk pertemuan

ke-1, untuk pertemuan ke-2 dan ke-3. Aspek-aspek pengamatan aktivitas diberi

skor 1 sampai 3 dengan berpedoman pada penskoran observasi aktivitas siswa

(lampiran 20 ). Berdasarkan lampiran 20, maka dibuat rekapitulasi hasil observasi

aktivitas belajar siswa pada pertemuan 1, pertemuan 2, dan pertemuan 3 seperti

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 58/70

58

tercantum pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.5. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Kelas Eksperimen Pertemuan I,II,III

No. IndikatorAktivitas Tiap Pertemuan

I II III

1. Memberikan pertanyaan 14,8 15,4 18,8

2. Memberikan tanggapan 13,2 16,2 19,4

3. Memberikan jawaban 15,8 17,2 20,8

4. Menyampaikan

ide/pendapat

11,6 12,6 17,2

5. Membuat kesimpulan 15,2 15,8 17,0Jumlah Persentase Aktivitas 2498,6 2698,6 3051,5

Rata – rata Aktivitas 58,1 62,7 70,9

Kriteria Cukup Aktif 

(C)

Cukup Aktif 

(C)

Aktif (B)

Adapun diagram batang untuk aktivitas siswa kelas eksperimen

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4.2. Diagram Batang Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen

Berdasarkan data pada tabel 4.5 maka aktivitas belajar siswa selama

menggunakan model pembelajaran generatif menunjukkan bahwa pada

pertemuan pertama diperoleh nilai rata-rata aktivitas siswa 58,1 dalam kategori (C)

0

5

10

15

20

25

I II III IV V

   P  e  r  s  e  n   t  a  s  e   A   k   t   i  v   i   t  a  s

Indikator

Diagram Batang Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen

Pertemuan I

Pertemuan II

Pertemuan III

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 59/70

59

atau cukup aktif, pada pertemuan kedua diperoleh nilai rata-rata aktivitas siswa

62,7  dalam kategori (C) atau cukup aktif dan pada pertemuan ketiga diperoleh

nilai rata-rata aktivitas siswa 70,9 dalam kategori (B) atau aktif. Dari ketiga

pertemuan diperoleh rata-rata aktivitas belajar siswa 63,9 dalam kategori (C) atau

cukup aktif.

b. Kelas Kontrol

Kelas kontrol yaitu kelas XI IPA 2 menerapkan pembelajaran

konvensional yang merupakan sebuah sistem pembelajaran dengan metode

ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. Alokasi waktu pembelajaran sama seperti

pada kelas eksperimen terdiri dari 3 kali pertemuan yakni pertemuan pertama

(2x45 menit), pertemuan kedua (2x45 menit), dan pertemuan ketiga (2x45menit).

Tabel 4.6. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Kelas Kontrol Pertemuan I,II,III

No. IndikatorPertemuan

I II III

1. Memberikan pertanyaan 12,6 17,2 16,6

2. Memberikan tanggapan 15,4 15,4 17,4

3. Memberikan jawaban 15,8 17,2 17,0

4. Menyampaikan

ide/pendapat

12,2 12,2 16,6

5. Membuat kesimpulan 11,6 15,6 17,6

Jumlah Persentase Aktivitas 2259,0 2538,6 2785.3

Rata – rata Aktivitas 52,5 59,0 64,8

Kriteria C C C

Adapun diagram batang untuk aktivitas siswa kelas kontrol digambarkan sebagai

berikut :

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 60/70

60

Gambar 4.3. Diagram Batang Aktivitas Siswa Kelas Kontrol

Berdasarkan data pada tabel 4.6 hasil observasi aktivitas belajar siswa

dengan menggunakan model pembelajaran konvensional menunjukkan pada

pertemuan pertama diperoleh nilai rata-rata aktivitas siswa 52,5 dalam kategori

cukup aktif, pada pertemuan kedua diperoleh nilai rata-rata aktivitas siswa 59,0

dalam kategori aktif dan pada pertemuan ketiga diperoleh nilai rata-rata aktivitas

siswa 64,8 dalam kategori aktif. Dari ketiga pertemuan diperoleh rata-rata

aktivitas belajar siswa 60,3 dalam kategori (C) atau cukup aktif.

4.1.6. Pelaksanaan Postes

Setelah diberikan perlakuan pada masing-masing kelas, dilaksanakan

postes untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil belajar siswa pada materi pokok elastisitas dengan menggunakan model

pembelajaran generatif di kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan model

pembelajaran konvensional di kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol secara ringkas

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

0

5

10

15

20

I II III VI VI

   P  e  r  s  e  n   t  a  s  e   A   k   t   i  v   i   t  a  s   S   i  s  w  a

Indikator

Diagram Batang Aktivitas Siswa Kelas Kontrol

Pertemuan I

Pertemuan II

Pertemuan III

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 61/70

61

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No.Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nilai PostesiF     X    S Nilai Postes

iF     X    S

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

40 – 47

48 – 55

56 – 63

64 – 71

72 – 79

80 – 87

88 – 96

2

3

5

9

6

10

8

72,1 12,1

40 – 47

48 – 55

56 – 63

64 – 71

72 – 79

80 – 87

88 – 96

8

3

8

8

5

4

7

65,9 15,4

Jumlah 43 Jumlah 43

Hasil postes kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah pembelajaran

dengan model generatif dan model konvensional secara ringkas diperlihatkan pada

tabel dibawah ini.

Tabel 4.8. Hasil Postes Untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Statistik 

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Postes Postes Nilai Tertinggi

 Nilai Terendah

 Range (Jarak)

93,3

46,7

46,6

93,3

40,0

53,3

 Jumlah Nilai 3100,0 2833

 Mean 72,1 65,9

Standar Deviasi 12,1 15,4

Untuk lebih jelasnya hasil postes siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 62/70

62

Gambar 4.4. Diagram Batang Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

4.1.7. Uji Hipotesis 

Pengujian hipotesis ditentukan dengan melihat perbedaan hasil belajar

siswa kelas eksperimen. Nilai rata – rata pretes kelas eksperimen adalah 37,7 dan

kelas kontrol adalah 37,2. Dari Hasil perhitungan diperoleh thitung = 0,2067 dan

ttabel untuk α = 0,05 adalah 1,992. Karena thitung < ttabel dapat dinyatakan bahwa

tidak ada perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Nilai rata – rata postes kelas eksperimen adalah 72,1 dan kelas kontrol

adalah 65,9. Hasil pengujian hipotesis pada taraf signifikan α = 0,05 dan dk = 84,

untuk pengujian postes diperoleh thitung = 1,785 sedangkan tTabel = 1,666. Kriteria

pengujian adalah : terima H0 jika   2 / 112 / 11

t t t  = -1,669 < thitumg < 1,669,

serta tolak H0 jika t memiliki harga yang lain, karena harga thitung = 1,785, maka

H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar siswa

yang menggunakan model pembelajaran generatif dengan model pembelajaran

konvensional pada materi pokok elastisitas di kelas XI SMA Laksamana

Martadinata T.P. 2011/2012. Secara ringkas hasil perhitungan uji hipotesis

(perhitungan pada lampiran 13) tertera pada Tabel 4.9. berikut.

0

2

4

6

8

10

40 – 47 48 – 55 56 – 63 64 – 71 72 – 79 80 – 87 88 – 96

   F  r  e   k  u  e  n  s   i  s   i  s  w  a

Nilai

Diagram Batang Hasil Postes

Kelas

Eksperimen

Kelas Kontrol

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 63/70

63

Tabel 4.9. Ringkasan perhitungan uji t 

No. Sampel Rata-rata thitun tTabel Kesimpulan1.

2.

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

72,1

65,9

1,785 1,666 Terdapat

perbedaan

4.2  Pembahasan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas XI SMA Laksamana Martadinata T.P.

2011/2012 pada materi pokok elastisitas. Penelitian tergolong dalam penelitian

quasi eksperimen yang melibatkan dua sampel kelas yang menerapkan dua

perlakuan berbeda, yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen yang

diterapkan model pembelajaran generatif dan kelas XI IPA 2 dengan model

pembelajaran konvensional. 

Pada awal penelitian masing-masing kelas diberikan pretes untuk 

mengetahui kemampuan awal siswa pada materi pokok elastisitas. Dari hasil

pretes diperoleh hasil belajar siswa pada kelas kontrol yaitu dengan rata-rata 37,7

dan pada kelas eksperimen dengan rata-rata 37,2. Kemudian dilakukan uji

normalitas data penelitian dengan menggunakan uji Liliefors dan nilai Ltabel

0,1351. Hasil pengujian menunjukkan nilai pretes kedua kelompok sampel yaitu

kelas eksperimen 0,1105<0,1351 dan kelas kontrol 0,1205<0,1351 atau Lhitung <

LTabel pada taraf signifikan 0,05. Dengan demikian terbukti bahwa data pretes

kedua kelompok sampel berdistribusi normal.

Uji Homogenitas data penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah

kedua sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Berdasarkan

perhitungan hasil uji homogenitas pretes diperoleh nilai Fhitung =1,38. Pada taraf 

signifikan 0,05 diperoleh harga FTabel = 1,64. Karena Fhitung<FTabel maka data

pretes kedua sampel homogen yang berarti data yang diperoleh dapat mewakili

seluruh populasi yang ada.

Kemudian dilaksanakan proses kegiatan belajar mengajar di kelas XI

IPA 1 sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran

generatif. Sebelum memulai pembelajaran, peneliti menyiapkan alat dan bahan

yang akan diperlukan selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan belajar

mengajar dengan menggunakan model generatif melalui empat tahap yaitu

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 64/70

64

 Eksplorasi, Pemfokusan, Tantangan dan Aplikasi.

 Eksplorasi,  pada tahap eksplorasi guru membimbing siswa untuk 

mengungkapkan pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang dimiliki siswa,

aktivitas siswa dilihat dari tanya jawab dan diskusi dalam kelompok. Peningkatan

aktivitas siswa pada tahap eksplorasi terus meningkat dari pertemuan pertama

hingga pertemuan ketiga, terlihat dari terpenuhinya indikator – indikator seperti

memberikan pertanyaan, memberikan jawaban, dan mengungkapkan pendapat 

Pemfokusan,  Pada tahap pemfokusan siswa melaksanakan pengujian

hipotesis melalui kegiatan laboratorium. Dengan praktikum peningkatan aktivitas

siswa lebih menonjol, karena siswa dituntut menerapkan konsep yang sudah

dimiliki pada praktek sesungguhnya. Selama kegiatan praktikum siswa antusias

melakukan langkah – langkah pada lembar kerja. Hal ini berdampak positif karena

dengan praktek langsung siswa lebih memahami konsep, juga mengingat hasil

yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama.

Tantangan : Setelah memperoleh data selanjutnya menyimpulkan dan

menulis dalam lembar kerja. Keterlibatan siswa ditahap sebelumnya terlihat ketika

siswa diminta mempresentasikan temuan praktek melalui diskusi kelas. Satu

persatu perwakilan kelompok mengemukakan hasil uji ilmuwan, sedangkan

kelompok lain diberi kesempatan untuk menggapi. Pada tahap ini tampak 

peningkatan indikator penyampaian ide dan membuat kesimpulan di setiap

pertemuan. 

Penerapan : Kesimpulan pada tahap tantangan, selanjutnya diterapkan

dengan mengajak siswa memecahkan masalah menggunakan konsep baru.

Penerapan yang diberikan berupa soal dan contoh situasi kehidupan sehari-hari.

Sehingga pada tahap akhir aktivitas siswa berupa rekonstruksi pengetahuan lama

dengan pengetahuan baru dan kesadaran akan pentingnya pembelajaran yang

dilaksanakan. 

Dengan tahap – tahap pembelajaran generatif, aktivitas siswa terus

meningkat disetiap pertemuan, dari pertemuan I – III peningkatan aktivitas siswa

meningkat sebesar 12,8% . Berdasarkan peningkatan aktivitas belajar siswa

terlihat bahwa model generatif membuat pembelajaran berjalan lebih produktif,

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 65/70

65

bermakna serta tidak membosankan sehingga memberikan hasil belajar yang lebih

baik diantaranya sebagai berikut :

1.  Mendorong Siswa untuk memiliki rasa ingin tahu dan respon yang muncul

dari keingintahuannya dan mendiskusikan hal tersebut dengan teman

kelompoknya.

2.  Mendorong siswa untuk berdiskusi dan membuat hipotesis dari praktikum

yang dilakukan pada saat proses belajar mengajar

3.  Mendorong siswa untuk memahami konsep materi pelajaran dengan baik.

4.  Siswa aktif untuk mengeksplorasi pengetahuan melalui percobaan (pratikum).

5.  Meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk menerangkan pengetahuan yang

dimilikinya dengan mempresentasikannya di depan kelas.

6.  Memungkinkan siswa mengingat konsep yang benar dalam jangka waktu

lama karena sudah melakukan eksperimen secara mandiri.

Beberapa kelebihan yang didapat menunjukkan bahwa model

pembelajaran generatif membantu siswa memahami materi pelajaran, terutama

terhadap materi-materi yang lebih sukar dan memerlukan pemahaman konsep

dengna benar melalui eksplorasi pikiran dan uji eksperimen sehingga siswa lebih

aktif dibandingkan siswa yang diajar dengan model konvensional.

Pelaksanaan model pembelajaran generatif yang dilakukan peneliti juga

mengalami kendala – kendalan yang menyebabkan pencapaian hasil belajar belum

maksimal. Kendala – kendalan yang dialami peneliti dalam menerapkan model

pembelajaran generatif antara lain :

1.  Keterbatasan peneliti dalam mengalokasikan waktu dan menguasai kelas,

sehingga praktikum memakan waktu yang lama dan ada beberapa siswa lebih

memilih untuk diam menunggu hasil dari siswa lain tanpa ikut memnbantu dan

mengamati jalannya praktikum, kelas menjadi tidak kondusif dan pelaksanaan

penenlitian kurang efektif.

2.  Jarangnya melakukan praktikum membuat siswa kesulitan dalam pengenalan

alat-alat laboratorium sehingga siswa cenderung menunggu tindakan guru

untuk memulai percobaan.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 66/70

66

3.  Kurangnya penekanan konsep kepada siswa, sehingga siswa sulit memahami

materi tanpa ada penjelasan dari guru.

Upaya yang dilakukan untuk meminimalkan keterbatasan peneliti adalah

pada pertemuan selanjutnya peneliti memberi pengarahan yang jelas kepada siswa

dan mempersiapkan peralatan praktikum sebelum pembelajaran dimulai sehingga

menghemat waktu.

Setelah melaksanakan pembelajaran generatif pada kelas eksperimen

selama 3 pertemuan kemudian peneliti memberikan postes. Dari hasil postes pada

kelas eksperimen diperoleh rata-rata 72,1. Saat pembelajaran berlangsung terlihat

aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Dari hasil observasi 3 pertemuan diperoleh

bahwa aktivitas belajar siswa tergolong aktif dengan nilai rata – rata 70,9.

Pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional

yaitu pada kelas XI IPA 2. Setelah melakukan pretes, peneliti mulai untuk 

melakukan tanya jawab, setelah itu menjelaskan materi tentang elastisitas dengan

metode ceramah lalu memberikan penugasan kepada siswa. Setelah selesai

pembelajaran, peneliti memberikan postes. Dari hasil postes diperoleh nilai siswa

pada kelas kontrol dengan rata-rata 65,9 dan rata – rata aktivitas 59,6 yang

tergolong cukup aktif. Peningkatan hasil dibelajar kelas eksperimen dan kontrol

sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran dapat dilihat pada table berikut :

Untuk kelas eksperimen diagram pergeseran nilai pretes dan postes

adalah sebagai berikut :

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 67/70

67

Gambar 4.5. Diagram pergeseran nilai pretes dan postes kelas eksperimen

Dari gambar tersebut terlihat ada pergeseran nilai siswa yang diajarkan

dengan model generatif. Nilai pretes terendah siswa 13,3 maka pada postes nilai

terendah siswa menjadi 46,6. Untuk kelas kontrol diagram pergeseran nilai pretes

dan postes dapat di lihat pada gambar berikut :

Gambar 4.6. Diagram pergeseran nilai pretes dan postes kelas kontrol

Berdasarkan gambar pergeseran nilai pretes dan postes kelas kontrol

yaitu nilai terendah pretes 13,3 sedangkan pada postes nilai terendah 40,0. Maka

pada kelas kontrol juga terjadi pergeseran nilai namun dengan rentang yang lebih

kecil dari kelas eksperimen.

0

5

10

15

20

13-23 24-34 35-45 46-56 57-67 68-78 79-89 90-100

   F  r  e   k  u  e  n  s   i   S   i  s  w  a

Nilai

Diagram Pergeseran Nilai Pretes dan Postes Kelas

Eksperimen

Pretes

postes

0

5

10

15

20

13-23 24-34 35-45 46-56 57-67 68-78 79-89 90-100

   F  r  e   k  u  e  n  s   i  s   i  s  w  s  a

Nilai

Diagram Pergeseran Nilai Pretes dan Postes Kelas Kontrol

Pretes

postes

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 68/70

68

Pengujian hipotesis pada penelitian menggunakan taraf  signifikan α =

0,05 dan dk = 84, untuk pengujian postes diperoleh thitung

= 1,785 sedangkan tTabel

 

= 1,666. Kriteria pengujian adalah : terima H0 jika   2 / 112 / 11

t t t  = -1,669 <

thitumg < 1,669, serta tolak H0  jika t memiliki harga yang lain, karena harga thitung =

1,785, maka tolak H0 dan terima Ha yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar

siswa yang menggunakan model pembelajaran generatif dengan model

pembelajaran konvensional pada materi pokok elastisitas di kelas XI SMA

Laksamana Martadinata T.P. 2011/2012. Hal ini sejalan dengan peningkatan hasil

belajar siswa menggunakan model pembelajaran generatif yaitu sebesar 9,41%.Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa rata – rata hasil belajar

siswa setelah diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

generatif lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang diberikan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada

materi pokok elastisitas di kelas XI SMA Laksamana Martadinata. Dengan

demikian ada peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran

generatif pada materi pokok elastisitas di kelas XI SMA Laksaman Martadinata

T.P. 2011/2012.

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 69/70

69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan penelitian didasarkan pada temuan data penelitian,

sistematika sajiannya dilakukan dengan memperhatikan tujuan penelitian yang

telah dirumuskan. Adapun kesimpulan yang diperoleh antara lain :

1.  Hasil belajar siswa dengan model pembelajaran generatif pada materi

pokok elastisitas di kelas XI SMA Laksamana Martadinata T.P.2011/2012

sebelum diberikan perlakuan rata-rata pretes sebesar 37,7 dengan simpangan

baku 10,3 dan setelah diberikan perlakuan rata-rata postes siswa sebesar 72,1

dengan simpangan baku 12,1. Sedangkan hasil belajar siswa dengan model

pembelajaran konvensional pada materi pokok elastisitas di kelas XI SMA

Laksamana Martadinata T.P.2011/2012 sebelum diberikan perlakuan rata-rata

pretes sebesar 37,2 simpangan baku sebesar 12,1 dan setelah diberikan

perlakuan rata-rata postes siswa sebesar 69,5 dengan simpangan baku 15,4.

2.  Aktivitas siswa selama menggunakan model pembelajaran generatif rata – rata

63,9%, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran

konvensional rata – rata aktivitas siswa 58,5%.

3.  Peningkatan hasil belajar siswa akibat penerapan model pembelajaran

generatif pada materi pokok elastisitas di kelas XI SMA Laksamana

Martadinata T.P.2011/2012 yaitu sebesar 9,41% .

5/14/2018 BAB I-III Nurul Syamsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-iii-nurul-syamsi 70/70

70

5.2 Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka sebagai tindak lanjut

dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1.  Bagi peneliti selanjutnya agar mampu mengalokasi waktu yang tersedia

dengan baik sehingga tidak banyak menyita waktu untuk praktikum (tahap

 pemfokusan).

2.  Peneliti selanjutnya hendaknya dapat menguasai kelas sehingga

pembelajaran menjadi lebih efisien.

3.  Bagi guru yang menerapkan model pembelajaran generatif agar lebih

memperhatikan konsepsi/pengetahuan awal siswa sebelum pembelajaran

diberikan.