bab i gga.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable
diseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit
ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases)
sebagai masalah kesehatan masyarakat utama1. Gangguan fungsi ginjal dapat
menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat membantu upaya
pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang lebih
parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh
darah perifer1.
Gagal ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) yang dulu disebut acute renal
failure (ARF) dapat diartikan sebagai penurunan cepat/tiba-tiba atau parah pada
fungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi
kreatinin serum atau azotemia (peningkatan konsentrasi BUN (Blood Urea Nitrogen).
Setelah cedera ginjal terjadi, tingkat konsentrasi BUN kembali normal, sehingga yang
menjadi patokan adanya kerusakan ginjal adalah penurunan produksi urin1.
Angka kematian di AS akibat gagal ginjal akut berkisar antara 20-90%. Kematian
di dalam RS 40-50% dan di ICU sebesar 70-89%. Kenaikan 0,3 mg/dL kreatinin
serum merupakan prognostik penting yang signifikan. Peningkatan kadar kreatinin
juga bisa disebabkan oleh obat-obatan (misalnya cimetidin dan trimehoprim) yang
menghambat sekresi tubular ginjal. Peningkatan nilai BUN juga dapat terjadi tanpa
disertai kerusakan ginjal, seperti pada perdarahan mukosa atau saluran pencernaan,
penggunaan steroid, pemasukan protein. Oleh karena itu diperlukan pengkajian yang
hati-hati dalam menentukan apakah seseorang terkena kerusakan ginjal atau tidak.
Ginjal merupakan organ yang diperlukan untuk mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme. Ginjal berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan air, garam, dan
elektrolit, dan merupakan suatu kelenjar endokrin yang mengeluarkan paling sedikit
1
tiga hormon. Ginjal membantu mengontrol tekanan darah dan dapat mengalami
kerusakan apabila tekanan darah terlalu tinggi atau terlalu rendah. Ginjal
berhubungan dengan saluran kemih dari ureter yang berhubungan dengan kandung
kemih (vesika urinaria). Ginjal rentan mengalami kerusakan, sehingga diperlukan
tinjauan pustaka tentang gambaran klinis penyakitnya, perangkat diagnostiknya,
komplikasinya dan penatalaksanaannya.
B. Perumusan Masalah
Permasalah yang diangkat dalam referat ini adalah:
1. Apa definisi gagal ginjal akut?
2. Bagaimana patofisiologi gagal ginjal akut?
3. Bagaimana tanda dan gejala gagal ginjal akut?
4. Bagaimana penatalaksanaan gagal ginjal akut?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan, maka tujuan dari referat ini adalah:
1. Untuk mengetahui tentang gagal ginjal akut.
2. Untuk mengetahui tentang patofisiologi gagal ginjal akut.
3. Untuk mengetahui tentang tanda dan gejala gagal ginjal akut.
4. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan gagal ginjal akut
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi kolumna
vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan kebawah
oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga keduabelas, sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak
setinggi iga kesebelas.2
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen., terutama di daerah lumbal disebelah
kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus oleh lapisan lemak yang tebal di belakang peritoneum
atau di luar rongga peritoneum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang dimulai dari
ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dari ginjal kiri karena letak hati yang menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Ginjal
terlindung dengan baik dari trauma langsung, disebelah posterior (atas) dilindungi oleh iga dan
otot-otot yang meliputi iga, sedangkan di anterior (bawah) dilindungi oleh bantalan usus yang
tebal.2
Masing-masing ginjal memiliki panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm dan tebal 2,5 cm. Berat
ginjal pada pria dewasa 150-170 gram dan wanita dewasa 115-155 gram. Ginjal ditutupi oleh
kapsul tunika fibrosa yang kuat, apabila kapsul di buka terlihat permukaan ginjal yang licin
dengan warna merah tua.2
Ginjal terdiri dari bagian dalam, medula, dan bagian luar, korteks.
Bagian dalam (interna) medula. Substansia medularis terdiri dari piramid renalis yang
jumlahnya antara 8-16 buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan
apeksnya menghadap ke sinus renalis. Mengandung bagian tubulus yang lurus, ansa
henle, vasa rekta dan duktus koligens terminal.
Bagian luar (eksternal) korteks. Subtansia kortekalis berwarna coklat merah, konsistensi
lunak dan bergranula. Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang
3
basis piramid yang berdekatan dengan sinus renalis, dan bagian dalam di antara piramid
dinamakan kolumna renalis. Mengandung glomerulus, tubulus proksimal dan distal yang
berkelok-kelok dan duktus koligens.
Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal.
Kedua ginjal bersama-sama mengandung kira-kira 2.400.000 nefron. Setiap nefron bisa
membentuk urin sendiri. Karena itu fungsi dari satu nefron dapat menerangkan fungsi dari ginjal.
Glomerulus
Setiap nefron pada ginjal berawal dari berkas kapiler yang disebut glomerulus, yang
terletak didalam korteks, bagian terluar dari ginjal. Tekanan darah mendorong sekitar 120
ml plasma darah melalui dinding kapiler glomerular setiap menit. Plasma yang tersaring
masuk ke dalam tubulus. Sel-sel darah dan protein yang besar dalam plasma terlalu besar
untuk dapat melewati dinding dan tertinggal.
Tubulus kontortus proksimal
Berfungsi menerima cairan yang telah disaring oleh glomerulus melalui kapsula bowman.
Sebagian besar dari filtrat glomerulus diserap kembali ke dalam aliran darah melalui
kapiler-kapiler sekitar tubulus kotortus proksimal. Panjang 15 mm dan diameter 55 μm.
Ansa henle
Berbentuk seperti penjepit rambut yang merupakan bagian dari nefron ginjal dimana,
tubulus menurun kedalam medula, bagian dalam ginjal, dan kemudian naik kembali
kebagian korteks dan membentuk ansa. Total panjang ansa henle 2-14 mm.
Tubulus kontortus distalis
Merupakan tangkai yang naik dari ansa henle mengarah pada koil longgar kedua.
Penyesuaian yang sangat baik terhadap komposisi urin dibuat pada tubulus kontortus.
Hanya sekitar 15% dari filtrat glomerulus (sekitar 20 ml/menit) mencapai tubulus distal,
sisanya telah diserap kembali dalam tubulus proksimal.
4
Duktus koligen medulla
Merupakan saluran yang secara metabolik tidak aktif. Pengaturan secara halus dari
ekskresi natrium urin terjadi disini. Duktus ini memiliki kemampuan mereabsorbsi dan
mensekresi kalsium.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Anatomi_manusia
II. 2 Fisiologi Ginjal
1. Filtrasi glomerulus.
2. Reabsorpsi tubulus.
3. Sekresi tubulus.
- Hasil dari ketiga proses tersebut adalah Eksresi urin yg mengacu pada eliminasi zat-zat dari tubuh di urin.
5
Filtrasi Glomerulus
- Pada saat masuk ginjal, A.renalis secara sistematis terbagi menjadi pembuluh
halus (arteriol aferen) yang masuk glomerulus dan arteriol eferen yang
meninggalkan glomerulus dan memperdarahi tubulus (kapiler pertubulus)
yang penting dalam pertukaran antara sistem tubulus dan darah selama
perubahan cairan yg difiltrasi menjadi urin.
- Dalam keadaan normal, ginjal menerima pasokan darah 20%-25% dari curah
jantung.
- Sekitar 20% dari itu disaring di glomerulus dan masuk kapsul bowman, 80%
sisanya terus mengalir ke arteriol eferen ke dalam kapiler peritubulus.
- Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsul bowman harus
melewati 3 lapisan yg membentuk membran glomerulus :
1. Dinding kapiler glomerulus
- Terdiri dari selapis sel endotel gepeng, memiliki lubang-lubang
dengan banyak pori-pori besar,fenestra, yg membuatnya 100
kali lebih permeabel terhadap H2O dan zat terlarut
dibandingkan kapiler di tempat lain.
2. Membran basal
- Terdiri dari glikoprotein dan kolagen.
- Kolagen menghasilkan kekuatan struktural sedangkan
glikoprotein menghambat filtrasi protein plasma kecil karena
bermuatan sangat negatif.
3. Lapisan dalam kapsul bowman
- Terdiri dari Podosit (sel mirip gurita yang mengelilingi berkas
glomerulus).
- Setiap podosit memiliki tonjolan memanjang seperti kaki.Celah
sempit antara tonjolan yang berdekatan disebut celah filtrasi
(filtration slit), membentuk jalan keluar bagi cairan dari kapiler
glomerulus ke lumen kapsul Bowman.
6
Tekanan darah Kapiler Glomerulus
• Adalah gaya pendorong utama yg berperan menginduksi filtrasi glomerulus.
• Filtrasi glomerulus disebabkan oleh adanya gaya-gaya fisik pasif yang serupa
dengan gaya2 yg terdapat di kapiler bagian tubuh lain.
3 gaya fisik yg terlibat filtrasi glomerulus
1. Tekanan darah kapiler glomerulus (55mmHg).
2. Tekanan osmotik koloid plasma (30mmHg).
3. Tekanan hidrostatik kapsul bowman (15mmHg).
GFR (glomerular filtration rate)
• Adalah laju filtrasi sebenarnya.
• Bergantung tidak hanya pd tekanan filtrasi netto, tetapi jg pada seberapa luas
permukaan glomerulus yang tersedia untuk penetrasi dan seberapa
permeabelnya membran glmerulus (koefisien filtrasi).
• Dalam keadaan normal, sekitar 20% plasma yang masuk glomerulus dgn
tekanan filtrasi netto 10mmHg, menghasilkan secara kolektif melalui semua
glomerulus 180 liter filtrat glomerulus/hari untuk GFR rata2 125 ml/mnt pd
pria dan 160 ltr filtrat/hari utk GFR 115 ml/mnt pd wanita.
• Faktor tersering yang menyebabkan perubahan GFR adalah perubahan
tekanan darah kapiler glomerulus karena berada dibawah kontrol.
• Sedangkan tekanan osmotik koloid plasma dan tekanan hidrostatik kapsul
bowman tdk berada dibawah kontrol ,pd keadaan normal tidak berubah &
dapat berubah dalam keadaan patologis.
• GFR dikontrol oleh 2 mekanisme, keduanya ditujukan untuk menyesuaikan
aliran darah glomerulus dengan mengatur kaliber arteriol aferen, yaitu :
1. Otoregulasi, yang ditujukan untuk mencegah perubahan spontan GFR.
2. Kontrol simpatis ekstrinsik, yang ditujukan untuk pengaturan jangka
panjang tekanan darah arteri.
7
Reabsorpsi
o Reabsorpsi Tubulus
- Yaitu perpindahan bahan secara sendiri-sendiri berlainan dari
lumen tubulus ke dalam kapiler peritubulus dan merupakan
suatu proses yg sangat selektif.
- Reabsorpsi tubulus melibatkan transportasi transepitel
- Tubulus mereabsorpsi :
99% H2O yg difiltrasi (178L/hr)
100% gula yg difiltrasi (1,13kg/hr)
99,5% garam yg difiltrasi(0,16kg/hr)
- Diseluruh panjangnya, tubulus memiliki ketebalan satu lapisan
sel dan terletak berdekatan dengan kapiler peritubulus
disekitarnya.
- Sel-sel tubulus yang berdekatan tidak berkontak satu sama lain
kecuali pada taut erat.
- Untuk dapat direabsorpsi, suatu bahan harus melewati 5 sawar
terpisah (transportasi transepitel) :
a. Langkah 1 : bahan tersebut harus meninggalkan cairan
tubulus dengan melintasi membran luminal sel tubulus.
b. Langkah 2 : bahan tersebut harus berjalan melewati
sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainnya.
c. Langkah 3: bahan tersebut harus menyebrangi
membran basolateral sel tubulus untuk masuk ke
cairan intertisium.
d. Langkah 4 : bahan tersebut harus berdifusi melintasi
cairan interstisium.
e. Langkah 5 : bahan tersebur harus menembus dinding
kapiler untuk masuk ke plasma darah.
8
o Terdapat 2 jenis reabsorpsi tubulus :
• Reabsorpsi pasif : semua langkah dalam transportasi tersebut
bersifat pasif, yaitu terjadi karena mengikuti penurunan gradien
elektrokimia atau osmotik.
• Reabsorpsi aktif : apabila salah satu dari kelima rangkaian tersebut
memerlukan energi, perpindahan netto suatu bahan berlangsung
melawan gradien elektrokimia.
Bahan-bahan secara aktif di reabsorpsi merupakan bahan yang penting
bagi tubuh, missal glukosa, asam amino, dan nutrien organik lainnya, serta
Na dan elektrolit lainnya. Reabsorpsi yg penting adalah Na karena Na
direabsorpsi di seluruh tubulus dengan tingkat yang berbeda2 & bisa
mengakibatkan reabsorpsi zat-zat lainya yang dibutuhkan tubuh.
Reabsorbsi Na secara aktif à adanya penggunaan energi melalui
pembawa Na+ K+ ATPase:
Reabsorpsi Na di tubulus proksimal (67%) berperan penting dalam
reabsorpsi glukosa, asam amino, H2O, Cl, dan urea.
Reabsorpsi Na di ansa henle (25%), bersama dgn reabsorpsi Cl,
berperan penting dalam kemampuan ginjal menghsilkan urin
dengan konsentrasi dan volume yang berbeda-beda, bergantung
pada kebutuhan tubuh untuk menyimpan/membuang H2O.
Reabsorpsi Na di tubulus distal (8%) bersifat variabel dan berada
di bawah kontrol hormon, menjadi penting dalam mengatur
volume CES. Reabsorpsi tersebut juga sebagian berkaitan dengan
sekresi Kalium dan Hidrogen.
Reabsorpsi Na di tubulus distal dirangsang oleh Aldosteron dan
dihambat oleh Peptida Natriuretik Atrium.
9
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki
Transportasi aktif sekunder yg bergantung dengan Na
a. Glukosa dan As.amino– Mendapat tumpangan gratis dengan proses reabsorpsi Na yang
menggunakan energi.b. Klorida
– Ion Cl bermuatan (-) direabsorpsi secarar pasif mengikuti penurunan gradien listrik yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif Na.
c. Air (H2O)– Air secara pasif direabsospsi melalui osmosis di seluruh panjang tubulus.– 80% à tubulus proksimal dan lengkung henle – 20% à tubulus distal (tergantung kontrol hormon dan status hidrasi)
d. Reabsorpsi Urea :
Urea adalah suatu produk sisa yang berasal dari penguraian protein.
Reabsorpsi H2O yang diinduksi secara osmotik di tubulus proksimal yang sekunder terhadap reabsorpsi aktif Na menimbulkan gradien konsentrasi untuk urea yang mendorong reabsorpsi pasif dari urea.
-Secara umum produk-produk sisa lain yang difiltrasi selain urea, seperti fenol dan kreatinin, yang juga terkonsentrasi di cairan tubulus sewaktu H2O meninggalkan filtrat utk memasuki plasma, tetapi zat-zat ini tidak secara pasif direabsorpsi seperti urea.
10
Sekresi Tubulus- Dengan menyediakan rute kedua jalan masuk ke dalam tubulus
bagi zat-zat tertentu, sekresi tubulus dapat dipandang sebagai
mekanisme tambahan yang meningkatkan eliminasi zat-zat
tertentu dari tubuh.
- Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang
dilakukan reabsorpsi tubulus, tapi dengan arah yang
berlawanan.
- Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus
adalah ion hidrogen(H), ion kalium (K), serta anion dan kation
organik, yg banyak diantaranya adalah senyawa-senyawa yang
asing bagi tubuh.
- Sekresi ion Hidrogen :
• Sangat penting dalam pengaturan keseimbangan asam basa
tubuh.
• Ion H dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses
sekresi di tubulus proksimal, distal dan pengumpul.
• Tingkat sekresi ion H tergantung pada keasaman cairan
tubuh.
Sekresi Kalium :- Adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah
berlawanan di berbagai bagian tubulus.
- Zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulus proksimal dan
secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul.
- Dalam keadaan normal, jmlh K yang dieksresikan dalam urin
10-15% dari jml yang difiltrasi.
- Jumlah yang dieksresikan disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh.
11
Sekresi Anion & Kation organik :
- Tubulus proksimal mengandung 2 jenis pembawa sekretorik
yang terpisah, satu untuk sekresi anion organik dan yang
satunya untuk sekresi kation organik.
- Sistem itu penting untuk :
• Mengeliminasi zat-zat perantara kimiawi yang terdapat
dalam darah yang telah menjalankan tugasnya.
• Meningkatkan pengeluaran banyak zat kimia organik asing,
termasuk zat-zat tambahan pada makanan, pestisida, obat
dan bahan organik non-nutritif lain yang masuk ke tubuh.
II. 3 Definisi Gagal Ginjal Akut
Gagal ginjal akut adalah sindrom yang terdiri dari penurunan kemampuan filtrasi
ginjal (jam sampai hari), retensi produk buangan dari nitrogen, gangguan elektrolit dan
asam basa. Komplikasi gagal ginjal akut menyebabkan 5% pasien masuk RS dan 30%
masuk di ICU. Terjadi oliguri (pengeluaran urin < 400mL/d) namun jarang terjadi
sebagai manifestasi klinis. Gagal ginjal akut sering asimtomatik dan sering didapat
dengan tanda peningkatan konsentrasi ureum dan kreatinin. Diagnosis dan
penatalaksanaan gagal ginjal terbagi 3 yaitu 1. Gangguan pada prerenal tanpa gangguan
renal (55%); 2. Penyakit yang mengakibatkan gangguan pada parenkim renal (40%) dan;
3. Penyakit dengan obstruksi saluran kemih (5%). Kebanyakan gagal ginjal reversible
karena dapat kembali ke fungsi normal setelah penyakit mendasar diterapi 2,3. Gagal
ginjal akut berat yang memerlukan dialisis, mempunyai mortalitas tinggi melebihi 50%.
Nilai ini akan meningkat apabila disertai kegagalan multi organ. Walaupun terdapat
perbaikan yang nyata pada terapi penunjang, angka mortalitas belum berkurang karena
usia pasien dan pasien dengan penyakit kronik lainnya 3,4,5.
Diagnosis GGA berdasarkan pemeriksaan laboratorium ditegakkan bila terjadi
peningkatan secara mendadak kreatinin serum 0,5 mg% pada pasien dengan kadar
kreatinin awal <2,5 mg% atau meningkat >20% bila kreatinin awal >2,5 mg%. The Acute
Dialysis Quality Initiations Group membuat RIFLE system yang mengklasifikasikan
12
GGA ke dalam tiga kategori menurut beratnya ( Risk Injury Failure ) serta dua kategori
akibat klinik ( Loss and End-stage renal disease). Pada beberapa penyakit GGA tertentu
diperlukan alat diagnostik yang canggih misalnya immunohistochemistry (IHC) dan
electronmicroscopic examination (EM) pada scrup thypus di parenkim renal 3,6.
II.4 Etiologi dan Klasifikasi Gagal Ginjal
Penyebab gagal ginjal akut secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pre-
renal (gagal ginjal sirkulatorik), renal (gagal ginjal intrinsik), dan post-renal (uropati
obstruksi akut). Penyebab pre-renal adalah hipoperfusi ginjal, ini disebabkan oleh 1,7,8:
1. Hipovolemia, penyebab hipovolemi misalnya pada perdarahan, luka bakar, diare,
asupan kurang, pemakaian diuretik yang berlebihan. Kurang lebih sekitar 3%
neonatus masuk di ICU akibat gagal ginjal prerenal.
2. Penurunan curah jantung pada gagal jantung kongestif, infark miokardium,
tamponade jantung, dan emboli paru.
3. Vasodilatasi perifer terjadi pada syok septic, anafilaksis dan cedera, dan
pemberian obat antihipertensi.
4. Gangguan pada pembuluh darah ginjal, terjadi pada proses pembedahan,
penggunaan obat anestesi, obat penghambat prostaglandin, sindrom hepato-renal,
obstruksi pembuluh darah ginjal, disebabkan karena adanya stenosis arteri
ginjal,embolisme, trombosis, dan vaskulitis.
5. Pada wanita hamil disebabkan oleh sindrom HELLP, perlengketan plasenta dan
perdarahan postpartum yang biasanya terjadi pada trimester 3.
Penyebab gagal ginjal pada renal (gagal ginjal intrinsik) dibagi antara lain1:
1. Kelainan pembuluh darah ginjal, terjadi pada hipertensi maligna, emboli
kolesterol, vaskulitis, purpura, trombositopenia trombotik, sindrom uremia
hemolitik, krisis ginjal, scleroderma, dan toksemia kehamilan.
2. Penyakit pada glomerolus, terjadi pada pascainfeksi akut, glomerulonefritis,
proliferatif difus dan progresif, lupus eritematosus sistemik, endokarditis infektif,
sindrom Goodpasture, dan vaskulitis.
3. Nekrosis tubulus akut akibat iskemia, zat nefrotksik (aminoglikosida,
sefalosporin, siklosporin, amfoterisin B, aziklovir, pentamidin, obat kemoterapi,
13
zat warna kontras radiografik, logam berat, hidrokarbon, anaestetik),
rabdomiolisis dengan mioglobulinuria, hemolisis dengan hemoglobulinuria,
hiperkalsemia, protein mieloma, nefropati rantai ringan,
4. Penyakit interstisial pada nefritis interstisial alergi (antibiotika, diuretic,
allopurinol, rifampin, fenitoin, simetidin, NSAID), infeksi (stafilokokus, bakteri
gram negatif, leptospirosis, bruselosis, virus, jamur, basil tahan asam) dan
penyakit infiltratif (leukemia, limfoma, sarkoidosis).
Penyebab gagal ginjal post-renal dibagi menjadi dua yaitu terjadinya :
1. Sumbatan ureter yang terjadi pada fibrosis atau tumor retroperitoneal, striktura
bilateral pascaoperasi atau radiasi, batu ureter bilateral, nekrosis papiler lateral,
dan bola jamur bilateral.
2. Sumbatan uretra, hipertrofi prostate benigna, kanker prostat, striktura ureter,
kanker kandung kemih, kanker serviks, dan kandung kemih “neurogenik”.
Tabel 1. Klasifikasi GGA menurut The Acute Dialysis Quality Initiations Group
Kriteria laju filtrasi glomerulus Kriteria jumlah urine
Risk
Injury
Failure
Loss
ESRD
Peningkatan serum kreatinin 1,5 kali
Peningkatan serum kreatinin 2 kali
Peningkatan serum kreatinin 3 kali atau
kreatinin 355 μmol/l
Gagal ginjal akut persisten, kerusakan total
fungsi ginjal selama lebih dari 4 minggu
Gagal ginjal terminal lebih dari 3 bulan
< 0,5 ml/kg/jam selama 6 jam
< 0,5 ml/kg/jam selama 12
jam
< 0,5 ml/kg/jam selama 24
jam
atau anuria selama 12 jam
II.5 Patofisiolgi
Unit kerja fungsional ginjal disebut sebagai nefron. Setiap nefron terdiri dari
kapsula Bowman yang mengitari kapiler glomerolus, tubulus kontortus proksimal,
lengkung Henle, dan tubulus kontortus distal yang mengosongkan diri ke duktus
pengumpul 1.
14
Dalam keadaan normal aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerolus relatif
konstan yang diatur oleh suatu mekanisme yang disebut otoregulasi. Dua mekanisme
yang berperan dalam autoregulasi ini adalah 9:
Reseptor regangan miogenik dalam otot polos vascular arteriol aferen
Timbal balik tubuloglomerular
Selain itu norepinefrin, angiotensin II, dan hormon lain juga dapat mempengaruhi
autoregulasi. Pada gagal ginjal pre-renal yang utama disebabkan oleh hipoperfusi ginjal.
Pada keadaan hipovolemi akan terjadi penurunan tekanan darah, yang akan mengaktivasi
baroreseptor kardiovaskular yang selanjutnya mengaktifasi sistim saraf simpatis, sistim
rennin-angiotensin serta merangsang pelepasan vasopressin dan endothelin-I (ET-1),
yang merupakan mekanisme tubuh untuk mempertahankan tekanan darah dan curah
jantung serta perfusi serebral. Pada keadaan ini mekanisme otoregulasi ginjal akan
mempertahankan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus (LFG) dengan
vasodilatasi arteriol afferent yang dipengaruhi oleh reflek miogenik, prostaglandin dan
nitric oxide (NO), serta vasokonstriksi arteriol afferent yang terutama dipengaruhi oleh
angiotensin-II dan ET-19,10
Pada hipoperfusi ginjal yang berat (tekanan arteri rata-rata < 70 mmHg) serta
berlangsung dalam jangka waktu lama, maka mekanisme otoregulasi tersebut akan
terganggu dimana arteriol afferent mengalami vasokonstriksi, terjadi kontraksi mesangial
dan penigkatan reabsorbsi natrium dan air. Keadaan ini disebut prerenal atau gagal ginjal
akut fungsional dimana belum terjadi kerusakan struktural dari ginjal9.
Penanganan terhadap hipoperfusi ini akan memperbaiki homeostasis intrarenal
menjadi normal kembali. Otoregulasi ginjal bisa dipengaruhi oleh berbagai macam obat
seperti ACEI, NSAID terutama pada pasien – pasien berusia di atas 60 tahun dengan
kadar serum kreatinin 2 mg/dL sehingga dapat terjadi GGA pre-renal. Proses ini lebih
mudah terjadi pada kondisi hiponatremi, hipotensi, penggunaan diuretic, sirosis hati dan
gagal jantung. Perlu diingat bahwa pada pasien usia lanjut dapat timbul keadaan –
keadaan yang merupakan resiko GGA pre-renal seperti penyempitan pembuluh darah
ginjal (penyakit renovaskuler), penyakit ginjal polikistik, dan nefrosklerosis intrarenal.
Sebuah penelitian terhadap tikus yaitu gagal ginjal ginjal akut prerenal akan terjadi 24
jam setelah ditutupnya arteri renalis 9,10.
15
Pada gagal ginjal renal terjadi kelainan vaskular yang sering menyebabkan
nekrosis tubular akut. Dimana pada NTA terjadi kelainan vascular dan tubular Pada
kelainan vaskuler terjadi 1,9:
1) peningkatan Ca2+ sitosolik pada arteriol afferent glomerolus yang menyebabkan
sensitifitas terhadap substansi-substansi vasokonstriktor dan gangguan otoregulasi.
2) terjadi peningkatan stress oksidatif yang menyebabkan kerusakan sel endotel vaskular
ginjal, yang mngakibatkan peningkatan A-II dan ET-1 serta penurunan prostaglandin dan
ketersediaan nitric oxide yang bearasal dari endotelial NO-sintase.
3) peningkatan mediator inflamasi seperti tumor nekrosis faktor dan interleukin-18, yang
selanjutnya akan meningkatkan ekspresi dari intraseluler adhesion molecule-1 dan P-
selectin dari sel endotel, sehingga peningkatan perlekatan sel radang terutama sel netrofil.
Keadaan ini akan menyebabkan peningkatan radikal bebas oksigen. Kesuluruhan proses
di atas secara bersama-sama menyebabkan vasokonstriksi intrarenal yang akan
menyebabkan penurunan GFR.
Gambar. Patofisiologi gagal ginjal akut di renal.
Pada kelainan tubular terjadi 1,8:
1) Peningkatan Ca2+, yang menyebabkan peningkatan calpain sitosolik phospholipase
A2 serta kerusakan actin, yang akan menyebabkan kerusakan sitoskeleton. Keadaan ini
akan mengakibatkan penurunan basolateral Na+/K+-ATP ase yang selanjutnya
16
menyebabkan penurunan reabsorbsi natrium di tubulus proximalis serta terjadi pelepasan
NaCl ke maculadensa. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan umpan tubuloglomeruler.
2) Peningkatan NO yang berasal dari inducible NO syntase, caspases dan
metalloproteinase serta defisiensi heat shock protein akan menyebabkan nekrosis dan
apoptosis sel.
3) obstruksi tubulus, mikrofili tubulus proksimalis yang terlepas bersama debris seluler
akan membentuk substrat yang menyumbat tubulus, dalam hal ini pada thick assending
limb diproduksi Tamm-Horsfall protein (THP) yang disekresikan ke dalam tubulus dalam
bentuk monomer yang kemudian berubah menjadi polimer yang akan membentuk materi
berupa gel dengan adanya natrium yang konsentrasinya meningkat pada tubulus distalis.
Gel polimerik THP bersama sel epitel tubulus yang terlepas baik sel yang sehat, nekrotik
maupun yang apoptopik, mikrofili dan matriks ekstraseluler seperti fibronektin akan
membentuk silinder-silinder yang menyebabkan obstruksi tubulus ginjal.
4) kerusakan sel tubulus menyebabkan kebocoran kembali dari cairan intratubuler masuk
ke dalam sirkulasi peritubuler. Keseluruhan proses tersebut di atas secara bersama-sama
yang akan menyebabkan penurunan GFR.
Gagal ginjal post-renal, GGA post-renal merupakan 10% dari keseluruhan GGA.
GGA post-renal disebabkan oleh obstruksi intra-renal dan ekstrarenal. Obstruksi
intrarenal terjadi karena deposisi kristal (urat, oksalat, sulfonamide) dan protein
( mioglobin, hemoglobin). Obstruksi ekstrarenal dapat terjadi pada pelvis ureter oleh
obstruksi intrinsic (tumor, batu, nekrosis papilla) dan ekstrinsik ( keganasan pada pelvis
dan retroperitoneal, fibrosis) serta pada kandung kemih (batu, tumor, hipertrofi/
keganasan prostate) dan uretra (striktura). GGA post-renal terjadi bila obstruksi akut
terjadi pada uretra, buli – buli dan ureter bilateral, atau obstruksi pada ureter unilateral
dimana ginjal satunya tidak berfungsi10.
Pada fase awal dari obstruksi total ureter yang akut terjadi peningkatan aliran
darah ginjal dan peningkatan tekanan pelvis ginjal dimana hal ini disebabkan oleh
prostaglandin-E2. Pada fase ke-2, setelah 1,5-2 jam, terjadi penurunan aliran darah ginjal
dibawah normal akibat pengaruh tromboxane-A2 dan A-II. Tekanan pelvis ginjal tetap
meningkat tetapi setelah 5 jam mulai menetap. Fase ke-3 atau fase kronik, ditandai oleh
aliran ginjal yang makin menurun dan penurunan tekanan pelvis ginjal ke normal dalam
17
beberapa minggu. Aliran darah ginjal setelah 24 jam adalah 50% dari normal dan setelah
2 minggu tinggal 20% dari normal. Pada fase ini mulai terjadi pengeluaran mediator
inflamasi dan faktorfaktor pertumbuhan yang menyebabkan fibrosis interstisial
ginjal(12,13).
Gambar. Batu pada ginjal
II.6 Gejala Klinis
Gejala klinis yang sering timbul pada gagal ginjal akut adalah jumlah volume
urine berkurang dalam bentuk oligouri bila produksi urine > 40 ml/hari, anuri bila
produksi urin < 50 ml/hari, jumlah urine > 1000 ml/hari tetapi kemampuan konsentrasi
terganggu, dalam keadaan ini disebut high output renal failure. Gejala lain yang timbul
adalah uremia dimana BUN di atas 40 mmol/l, edema paru terjadi pada penderita yang
mendapat terapi cairan, asidosis metabolik dengan manifestasi takipnea dan gejala klinik
lain tergantung dari faktor penyebabnya1,7.
II. 7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan untuk dapat membedakan GGA pre-renal, renal, dan post-
renal. Diawali dengan menanyakan riwayat penyakit untuk mengetahui saat mulainya
GGA serta faktor-faktor pencetus yang terjadi, tanyakan pula riwayat penyakit dahulu.
Pemeriksaan fisik yang harus diperhatikan adalah status volume pasien, pemeriksaan
kardiovaskuler, pelvis, dan rectum, dan pemasangan kateter untuk memonitor jumlah
18
urine yang keluar selama pemberian terapi cairan. Pemeriksaan laboratorium harus
mencakup elektrolit serum, BUN, kreatinin serum, kalsium, fosfor, dan asam urat 1.
Pemeriksaan penunjang lain yang penting adalah pemeriksan USG ginjal untuk
menentukan ukuran ginjal dan untuk mengenali batu dan hidronefrosis, bila perlu lakukan
biopsy ginjal sebelum terapi akut dilakukan pada pasien dengan GGA yang etiologinya
tidak diketahui. Angiografi (pemeriksaan rontgen pada arteri dan vena) dilakukan jika
diduga penyebabnya adalah penyumbatan pembuluh darah. Pemeriksaan lainnya yang
bisa membantu adalah CT scan dan MRI. Jika pemeriksaan tersebut tidak dapat
menunjukkan penyebab dari gagal ginjal akut, maka dilakukan biopsi (pengambilan
jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis) misalnya pada nekrosis tubular akut. Perlu
diingat pada Angiografi,dengan menggunakan medium kontras dapat menimbulkan
komplikasi klinis yang ditandai dengan peningkatan absolute konsentrasi kreatinin serum
setidaknya 0,5 mg/dl (44,2 μmol/l) atau dengan peningkatan relative setidaknya 25 %
dari nilai dasar 10.
II. 8 Penatalaksanaan
Tujuan utama dari pengelolaan GGA adalah mencegah terjadinya kerusakan
ginjal, mempertahankan hemostasis, melakukan resusitasi, mencegah komplikasi
metabolik dan infeksi, serta mempertahankan pasien tetap hidup sampai faal ginjalnya
sembuh secara spontan. Penatalaksanaan gagal ginjal meliputi, perbaikan faktor prerenal
dan post renal, evaluasi pengobatan yang telah diberikan pada pasien, mengoptimalkan
curah jantung dan aliran darah ke ginjal, mengevaluasi jumlah urin, mengobati
komplikasi akut pada gagal ginjal, asupan nutrisi yang kuat, atasi infeksi, perawatan
menyeluruh yang baik, memulai terapi dialisis sebelum timbul komplikasi, dan
pemberian obat sesuai dengan GFR.
Status volume pasien harus ditentukan dan dioptimalkan dengan pemantauan
berat badan pasien serta asupan dan keluaran cairan setiap hari. Pada pasien dengan
kelebihan volume, keseimbangan cairan dapat dipertahankan dengan menggunakan
diuretika Furosemid sampai dengan 400 mg/hari. Dosis obat harus disesuaikan dengan
tingkat fungsi ginjal, obat-obat yang mengandung magnesium (laksatif dan anatasida)
harus dihentikan. Antibiotik bisa diberikan untuk mencegah atau mengobati infeksi.
19
Untuk dukungan gizi yang optimal pada GGA, penderita dianjurkan menjalani diet kaya
karbohidrat serta rendah protein,natrium dan kalium2.
Terapi khusus GGA
Dialisis diindikasikan pada GGA untuk mengobati gejala uremia, kelebihan
volume, asidemia, hiperkalemia, perikarditis uremia, dan hiponatremia. Indikasi
dilakukannya dialisa adalah2:
1. Oligouria : produksi urine < 200 ml dalam 12 jam
2. Anuria : produksi urine < 50 ml dalam 12 jam
3. Hiperkalemia : kadar potassium >6,5 mmol/L
4. Asidemia : pH < 7,0
5. Azotemia : kadar urea > 30 mmol/L
6. Ensefalopati uremikum
7. Neuropati/miopati uremikum
8. Perikarditis uremikum
9. Hipertermia
10. Keracunan obat
Kebutuhan gizi pada gagal ginjal akut :
1. Energi 20–30 kkal/kgBB/hari
2. Karbohidrat 3–5 (max. 7) g/kgBB/hari
3. Lemak 0.8–1.2 (max. 1.5) g/kgBB/hari
4. Protein (essential dan non-essential amino acids)
Terapi konservatif 0.6–0.8 (max. 1.0) g/kgBB/hari
Extracorporeal therapy 1.0–1.5 g/kgBB/hari
5. CCRT hypercatabolism maximum 1.7g/kgBB/hari
GGA post-renal memerlukan tindakan cepat bersama dengan ahli urologi
misalnya tindakan nefrostomi, mengatasi infeksi saluran kemih dan menghilangkan
sumbatan yang dapat disebabkan oleh batu, striktur uretra atau pembesaran prostate4.
Tabel 2. Pengobatan suportif pada gagal ginjal akut
20
Komplikasi Pengobatan
Kelebihan volume intravaskuler
Hiponatremia
Hiperkalemia
Asidosis metabolic
Hiperfosfatemia
Hipokalsemia
Nutrisi
Batasi garam (1-2 g/hari) dan air (< 1L/hari)
Furosemid, ultrafiltrasi atau dialysis
Batasi asupan air (< 1 L/hari), hindari infuse
larutan hipotonik.
Batasi asupan diit K (<40 mmol/hari), hindari
diuretic hemat kalium
Natrium bikarbonat ( upayakan bikarbonat
serum > 15 mmol/L, pH >7.2 )
Batasi asupan diit fosfat (<800 mg/hari)
Obat pengikat fosfat (kalsium asetat, kalsium
karbonat)
Kalsium karbonat; kalsium glukonat ( 10-20 ml
larutan 10% )
Batasi asupan protein (0,8-1 g/kgBB/hari) jika
tidak dalam kondisi katabolik
Karbohidrat 100 g/hari
Nutrisi enteral atau parenteral, jika perjalanan
klinik lama atau katabolik
Indikasi hemodialisa pada gagal ginjal akut 1:
1. GGT ( klirens kreatinin < 5 ml/m)
2. GGA berkepanjangan ( > 5 hari)
3. GGA dengan : a. keadaan umum yang buruk
b. K serum > 6 mEq/L
c. BUN > 200 mg%
d. pH darah < 7,1
e. Fluid overload
4. Intoksikasi obat yg gagal dengan terapi konservatif
21
II.9 Komplikasi
Komplikasi metabolik berupa kelebihan cairan, hiperkalemia, asidosis metabolik,
hipokalsemia, serta peningkatan ureum yang lebih cepat pada keadaan hiperkatabolik.
Pada oligurik dapat timbul edema kaki, hipertensi dan edema paru, yang dapat
menimbulkan keadaan gawat. Hiperkalemia terjadi karena beberapa hal seperti ekskresi
melalui ginjal terganggu, perpindahan kalium keluar sel, kerusakan sel akibat proses
katabolik, trauma, sepsis, infeksi, atau dapat juga disebabkan karena asupan kalium yang
berlebih, keadaan ini berbahaya karena bisa menyebabkan henti jantung dalam keadaan
diastolik. Asidosis terjadi karena bikarbonat darah menurun akibat ekskresi asam
nonvolatile terganggu dimana juga meningkatkan anion gap. Hipokalsemia sering terjadi
pada awal GGA dan pada fase penyembuhan GGA.
Komplikasi sistemik seperti:
1. Jantung
Edema paru, aritmia dan efusi pericardium.
2. Gangguan elektrolit
Hiperkalemia, hiponatremia, dan asidosis
3. Neurologi:
Iiritabilitas neuromuskular, tremor, dan koma,
4. Gangguan kesadaran dan kejang.
5. Gastrointestinal:
Nausea, muntah, gastritis, dan ulkus peptikum.
6. Perdarahan gastrointestinal
7. Hematologi
Anemia, dan diastesis hemoragik
8. Infeksi
Pneumonia, septikemia, dan infeksi nosokomial.
9. Hambatan penyembuhan luka
22
II. 10 Prognosis
Mortalitas akibat GGA bergantung keadaan klinik dan derajat gagal ginjal. Perlu
diperhatikan faktor usia, makin tua makin jelek prognosanya, adanya infeksi yang
menyertai, perdarahan gastrointestinal, penyebab yang berat akan memperburuk
prognosa. Penyebab kematian tersering adalah infeksi (30-50%), perdarahan terutama
saluran cerna (10-20%), jantung (10-20%), gagal nafas (15%), dan gagal multiorgan
dengan kombinasi hipotensi, septikemia, dan sebagainya. Pasien dengan GGA yang
menjalani dialysis angka kematiannya sebesar 50-60%, karena itu pencegahan, diagnosis
dini, dan terapi dini perlu ditekankan1,2.
23
BAB III
PENUTUP
Gagal ginjal akut (GGA) merupakan suatu sindrom klinik akibat adanya
gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa jam sampai
beberapa hari) yang menyebabkan retensi sisa metabolisme nitrogen
(urea/creatinin) dan non nitrogen, dengan atau tanpa disertai oligouri. Penyebab gagal
ginjal akut yang dibagi menjadi 3 besar yaitu:
a) Pre-renal (gagal ginjal sirkulatorik) yang disebabkan utama oleh hipoperfusi ginjal
dimana terjadi hipovolemia.
b) Renal (gagal ginjal initrinsik) yang disebabkan oleh kelainan pembuluh darah ginjal.
c) Post-renal (uropati obstruksi akut) yang disebabkan oleh obstruksi ureter dan
obstrtuksi uretra.
Gejala klinis dari gagal ginjal akut yang tampak adalah adanya oligouri, anuria,
high output renal failure BUN, dan kreatinin serum yang meningkat. Tujuan utama dari
pengelolaan GGA adalah mencegah terjadinya kerusakan ginjal, mempertahankan
hemostasis, melakukan resusitasi, mencegah komplikasi metabolik dan infeksi, serta
mempertahankan pasien tetap hidup sampai faal ginjalnya sembuh secara spontan.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Annonymous. Renal failure 2009 : (online), (http://wikipedia .com , diakses 20
januari 2010).
2. Stein,Jay H. Kelainan ginjal dan elektrolit. panduan klinik ilmu penyakit
dalam.edisi ke-3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.
3. Dennis L. Kasper, Eugene Braunwald, Anthony Fauci. Harrison's Principles of
Internal Medicine 16th Edition. USA : McGraw-Hill, 2004.
4. Markum,M.H.S. Gagal Ginjal Akut. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, editors. Buku
Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
2006.
5. Nissenson. Epidemiology and pathogenesis of acute renal failure in the ICU.
Kidney International 1998; 53; 7-10.
6. Dong-Min Kim, 1 Dae Woong Kang, 1 Jong O Kim. Acute Renal Failure due to
Acute Tubular Necrosis caused by Direct Invasion of Orientia tsutsugamushi. J.
Clin. Microbiol 2007; 1128.
7. Stapleton FB, Jones DP, Green RS. Acute renal failure in neonates: Incidence,
etiology and outcome. Pediatr Nephrol 1987; 1; 314-320.
8. Altıntepe, Gezginç, Tonbul. Etiology and prognosis in 36 acute renal failure
cases related to pregnancy in central anatolia. Eur J Gen Med 2005; 2(3): 110-
113.
9. Boediwarsono.Gagal ginjal akut. segi praktis pengobatan penyakit
dalam.Surabaya : Penerbit PT Bina Indra Karya 1985.
10. Takaoka, Kuro, Matsumura. Role of endothelin in the pathogenesis of acute renal failure.
Drug News Perspect 2000, 13(3): 141.
25