bab 2 tinjauan pustaka 2.1 uraian tanaman nangka

32
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus L) Gambar 2.1 Tanaman nangka Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus L) merupakan tanaman buah yang berasal dari India dan menyebar luas ke berbagai daerah tropis, terutama Indonesia. Tanaman nangka merupakan tanaman yang tergolong kedalam jenis buah tahunan. Menurut Sunarjono (2008), ada dua macam nangka yakni Artocarpus heterophyllus L yang biasa disebut nangka dan Artocarpus champeden yang biasa disebut cempedak. Cempedak mempunyai bulu kasar pada daunnya serta beraroma harum spesifik dan tajam, sedangkan nangka tidak. Tanaman nangka memiliki nama berbeda-beda dan bervariasi tergantung wilayah maupun daerahnya. 2.1.1 Nama tanaman Nama asing : Jacfruit, jack (Inggris), nangka (Malaysia), liangka (Filipina), peignai (Myanmar), khnaor (Kamboja), mimiz, miiz hnang (Laos), khanun (Thailand), mit (Vietnam) (Heyne, 1987). Nama daerah : Nongko atau nangka (Jawa, Gorontalo), langge (Gorontalo), anane (Ambon), lumasa/malasa (Lampung), nanal atau krour (Irian Jaya), nangka

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus L)

Gambar 2.1 Tanaman nangka

Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus L) merupakan tanaman buah

yang berasal dari India dan menyebar luas ke berbagai daerah tropis,

terutama Indonesia. Tanaman nangka merupakan tanaman yang tergolong

kedalam jenis buah tahunan. Menurut Sunarjono (2008), ada dua macam

nangka yakni Artocarpus heterophyllus L yang biasa disebut nangka dan

Artocarpus champeden yang biasa disebut cempedak. Cempedak mempunyai

bulu kasar pada daunnya serta beraroma harum spesifik dan tajam, sedangkan

nangka tidak. Tanaman nangka memiliki nama berbeda-beda dan bervariasi

tergantung wilayah maupun daerahnya.

2.1.1 Nama tanaman

Nama asing : Jacfruit, jack (Inggris), nangka (Malaysia), liangka

(Filipina), peignai (Myanmar), khnaor (Kamboja),

mimiz, miiz hnang (Laos), khanun (Thailand), mit

(Vietnam) (Heyne, 1987).

Nama daerah : Nongko atau nangka (Jawa, Gorontalo), langge

(Gorontalo), anane (Ambon), lumasa/malasa

(Lampung), nanal atau krour (Irian Jaya), nangka

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

8

(Sunda dan Madura), kapiak (Papua Nugini), panah

(Aceh), pinasa, sibodak, nangka atau naka (Batak),

baduh atau enaduh (Dayak) (Rukmana, 1997).

2.1.2 Klasifikasi tanaman nangka menurut Syamsuhidayat dan Hutapea

(1991)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus heterophyllus

2.1.3 Morfologi tanaman nangka

Pohon nangka memiliki tinggi 10-15 meter. Batangnya tegak, berkayu,

bulat, kasar dan berwarna hijau kotor. Bunga nangka merupakan bunga

majemuk yang berbentuk bulir, berada diketiak daun dan berwarna

kuning. Bunga jantan dan betinanya terpisah dengan tangkai yang

memiliki cincin, bunga jantan ada dibatang baru diantara daun atau

diatas bunga betina. Buah berwarna kuning ketika masak, oval, dan

berbiji coklat muda. Daun nangka tunggal, berseling, lonjong,

memiliki tulang daun yang menyirip, daging daun tebal, tepi rata,

ujung runcing, panjang 5-15 cm, lebar 4-5 cm, tangkai panjang kurang

lebih 2 cm dan berwarna hijau (Heyne, 1987). Menurut Rukmana

(1997) daun nangka berbentuk bulat telur dan panjang, tepinya rata,

tumbuh secara berselang-seling dan bertangkai pendek, permukaan

atas daun berwarna hijau tua mengkilap, kaku dan permukaan bawah

daun berwarna hijau muda. Bunga tanaman nangka berukuran kecil,

tumbuh berkelompok secara terususun dalam tandan, bunga muncul

dari ketiak cabang atau pada cabang-cabang besar.

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

9

2.1.4 Habitat dan penyebaran

Tanaman nangka merupakan jenis tanaman buah tropis yang

multifungsi dan dapat ditanam di daerah tropis dengan ketinggian

kurang dari 1000 meter diatas permukaan laut yang berasal dari India

Selatan. Tanaman nangka dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik

di daerah yang beriklim panas dan tropis. Nangka tumbuh dengan baik

di iklim tropis sampai dengan lintang 25o utara maupun selatan,

walaupun diketahui pula masih dapat berbuah hingga lintang 30o.

Tanaman ini menyukai wilayah dengan curah hujan lebih dari 1500

mm per tahun di mana musim keringnya tidak terlalu keras. Nangka

kurang toleran terhadap udara dingin, kekeringan dan penggenangan

(Rukmana, 2008).

2.1.5 Kandungan kimia

Hasil skrining fitokimia pada daun nangka menurut Sari (2012)

menunjukkan hasil positif terhadap senyawa flavonoid, saponin, dan

tanin. Serta didukung dengan penelitian oleh Adnyani et al., (2016)

daun nangka yang positif mengandung flavonoid sebagai antioksidan

dengan intensitas kandungan flavonoid yang sangat tinggi yaitu

khalkon, flavonon atau flavonol.

2.1.5.1 Flavonoid

Senyawa flavonoid adalah senyawa fenolik yang mempunyai

struktur dasar C6-C3-C6. Tiap bagian C6 merupakan cincin

benzena yang terdistribusi dan dihubungkan oleh atom C3

yang merupakan rantai alifatik yang bersifat polar sehingga

mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol dan metanol

(Redha, 2010). Flavonoid dikenal memiliki fungsi sebagai

antioksidan, antiinflamasi, antifungi, antiviral, antikanker, dan

antibakteri. Senyawa flavonoid yang telah diisolasi dan

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

10

diidentifikasi dari daun nangka (Artocarpus heterophyllus L),

yaitu isokuesertin (Sari, 2012).

2.1.5.2 Tanin

Menurut Sari et al., (2015) tanin merupakan senyawa

polifenol yang memiliki berat molekul besar yang terdiri dari

gugus hidroksi dan karboksil. Senyawa tanin terdiri dari dua

jenis yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin

adalah senyawa fenol dengan berat molekul yang cukup

tinggi, mengandung gugus hidroksil dan kelompok lain yang

cocok (seperti karboksil) untuk membentuk kompleks yang

efektif dengan protein dan makro molekul yang lain dibawah

kondisi lingkungan tertentu yang telah dipelajari. Tanin

merupakan bentuk komplek dari protein, pati, selulosa dan

mineral (Stephanie, 2015).

2.1.5.3 Saponin

Saponin merupakan glikosida yang memiliki sifat khas

membentuk busa bila dikocok dalam air. Adanya saponin

dalam tanaman diindikasikan dengan adanya rasa pahit.

Saponin larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter

(Octaviani, 2009).

2.1.6 Kegunaan tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus L)

Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus L) telah diketahui secara

empiris banyak khasiatnya baik pada bagian daun, buah, biji buah,

getah dan kayu. Secara tradisional, daun nangka digunakan sebagai

pakan ternak. Buah mudanya (nangka muda) digunakan sebagai

sayuran. Nangka dilaporkan mengandung banyak senyawa antioksidan

sehingga baik untuk mencegah kanker dan juga baik digunakan

sebagai pemutih alami kulit. Senyawa antioksidan yang terkandung

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

11

dalam daun nangka mampu membantu tubuh melawan penuaan dini.

Seperti yang telah banyak diketahui, antioksidan menangkal radikal

bebas dalam tubuh sehingga penuaan dini dapat dicegah, selain itu

daun nangka memiliki kandungan flavonoid yang dapat menurunkan

kadar glukosa darah dengan cara meningkatkan aktivitas antioksidan

dan meregenerasi sel pankreas (Roosdiana et al., 2009). Menurut

(Nasution & Rahmah, 2014) daun nangka dapat digunakan sebagai

pelancar ASI, borok, diare, dan luka. Bioaktifnya berkhasiat sebagai

antikanker, antivirus, dan antiinflamasi.

2.2 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan

yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995). Simplisia atau herbal adalah

bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan

belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan

simplisia tidak lebih dari 60oC (Ditjen POM, 2008).

2.2.1 Menurut Depkes RI, Materia medika Indonesia simplisia dibedakan

menjadi tiga :

2.2.1.1 Simplisia nabati

Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman,

eksudat tanaman atau gabungan antara ketiganya. Yang

dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang secara

spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu

sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat

berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan

cara tertentu dipisahkan atau diisolasi dari tanamannya

(Depkes RI, 1995).

2.2.1.2 Simplisia hewani

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

12

Simplisia yang dapat berupa hewan utuh, bagian hewan atau

zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum

berupa bahan kimia. (Gunawan, 2010).

2.2.1.3 Simplisia pelikan atau mineral

Simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum

diolah atau yang telah diolah dengan cara sederhana dan

belum berupa zat kimia murni (Gunawan, 2010).

2.2.2 Proses pembuatan simplisia

Pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan, diantaranya yaitu

dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian

pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan

penyimpanan.

2.2.2.1 Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran

atau bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang,

daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus

dibuang. Tanah yang mengandung bermacam-macam mikroba

dalam jumlah yang tinggi. Oleh karena itu pembersihan

simplisia dan tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah

mikroba awal (Gunawan, 2010).

2.2.2.2 Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor

lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian

dilakukan dengan air bersih, misalnya air dan mata air, air

sumur dan PDAM. Bahan simplisia yang mengandung zat

mudah larut dalam air yang mengalir, pencucian hendaknya

dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin (Gunawan,

2010).

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

13

2.2.2.3 Perajangan

Beberapa jenis simplisia perlu mengalami perajangan untuk

memperoleh proses pengeringan, pengepakan, dan

penggilingan. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan

maka semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat

waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga

menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat

yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi,

bau, rasa yang diinginkan (Melinda, 2014).

2.2.2.4 Pengeringan

Tujuannya untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah

rusak sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama.

Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi

enzimatik akan mencegah penurunan mutu atau perusak

simplisia. Air yang masih tersisa pada kadar tertentu dapat

merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik

lainnya. Proses pengeringan dapat menghentikan proses

enzimatik dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai kurang

dari 10%. Hal-hal yang perlu di perhatikan dari proses

pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara,

waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Suhu yang

terbaik pada pengeringan adalah tidak melebihi 60oC, tetapi

bahan aktif yang tidak tahan pemanasan atau mudah menguap

harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya

30oC sampai 45

oC. Terdapat dua cara pengeringan yaitu

pengeringan alamiah alami (dengan sinar matahari langsung

atau dengan diangin-anginkan) dan pengeringan buatan

dengan menggunakan instrument (Melinda, 2014).

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

14

2.2.2.5 Sortasi kering

Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan

simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda

asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan

atau pengotoran-pengotoran lainnya yang masih ada dan

tertinggal pada simplisia kering (Gunawan, 2010).

2.2.2.6 Penyimpanan

Simplisia perlu ditempatkan suatu wadah tersendiri agar tidak

saling bercampur dengan simplisia lain. Untuk persyaratan

wadah yang akan digunakan sebagai pembungkus simplisia

adalah harus inert, artinya tidak bereaksi dengan bahan lain,

tidak beracun, mampu melindungi bahan simplisia dari

cemaran mikroba, kotoran, serangga, penguapan bahan aktif

dari pengaruh cahaya, oksigen dan uap air (Melinda, 2014).

2.3 Ekstrak dan ekstraksi

2.3.1 Ekstrak

2.3.1.1 Pengertian ekstrak

Ekstrak merupakan sediaan kering, kental atau cair dibuat

dengan penyari simplisia menurut cara yang cocok, diluar

pengaruh cahaya matahari langsung (Soesilo, 1995). Ekstrak

kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Depkes RI,

2008). Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani

dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua

pelarut atau hampir semua pelarut di uapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga

memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 2000).

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

15

Menurut Syamsuni (2007) ekstrak di kelompokan atas dasar

sifatnya yaitu :

a. Ekstrak encer adalah sediaan yang memiliki konsistensi

semacam madu dan dapat dituang.

b. Ekstrak kental adalah sediaan yang dilihat dalam keadaan

dingin dan dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah

sampai 30%.

c. Ekstrak kering adalah sediaan yang memiliki konsistensi

kering dan mudah dituang. Sebaiknya memiliki kandungan

lembab tidak lebih dari 5%.

d. Ekstrak cair adalah ekstrak yang dibuat sedemikiannya

sehingga satu bagian simplisia sesuai dengan dua bagian

ekstrak cair.

Menurut literatur lain, ekstrak ada tiga macam yaitu ekstrak

kering (siccum), kental (spissum) dan cair (liquidhum), yang

dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut

cara yang sesuai di luar pengaruh cahaya matahari langsung.

Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan

penyari yang digunakan air, etanol dan campuran air etanol

(Syamsuni, 2006).

2.3.2 Ekstraksi

2.3.2.1 Pengertian ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang

dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut

dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam

berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan

minyak atsiri, alkaloida, flavonoida, dan lain-lain. Dengan

diketahuinya senyawa aktif yang di kandung simplisia akan

mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

16

(Ditjen POM, 2000). Menurut Syamsuni (2006) ekstraksi

adalah suatu cara menarik satu atau lebih zat dari bahan asal

menggunakan suatu cairan penarik atau pelarut. Umumnya

ekstraksi dikerjakan untuk simplisia yang mengandung zat-zat

berkhasiat atau zat-zat lain untuk keperluan tertentu. Simplisia

yang digunakan umumnya sudah dikeringkan, tetapi kadang

simplisia segar juga digunakan. Simplisia dihaluskan terlebih

dahulu agar proses difusi zat-zat berkhasiatnya lebih cepat.

2.3.2.2 Tujuan ekstraksi

Menurut Saptoharjo (2003) untuk memisahkan suatu

komponen dari campurannya dengan menggunakan pelarut.

Tujuan utama ekstraksi ialah mendapatkan atau memisahkan

sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan

(concentrate) dari zat-zat yang tidak berfaedah agar lebih

mudah dipergunakan (kemudahan diabsorpsi, rasa, pemakaian,

dan lain-lain) dan disimpan dibandingkan simplisia asal, dan

tujuan pengobatannya lebih terjamin (Syamsuni, 2006).

2.3.2.3 Macam-macam ekstraksi menurut Depkes RI (2000) pada

skripsi Fadhilaturrahmi (2015) yaitu :

a. Ekstraksi cara dingin terbagi dua, yaitu :

1) Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan

pada suhu ruangan. Prosedurnya di lakukan dengan

merendam simplisia dalam pelarut yang sesuai dalam

wadah tertutup. Pengadukan yang dilakukan dapat

meningkatkan kecepatan ekstraksi. Kelemahan dari

maserasi adalah prosesnya membutuhkan waktu yang

cukup lama. Ekstraksi secara menyeluruh juga dapat

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

17

menghabiskan sejumlah besar volume pelarut yang

dapat berpotensi hilangnya metabolit. Beberapa

senyawa juga tidak terekstraksi secara efisien jika

kurang terlarut pada suhu kamar (27oC). Ekstraksi

secara maserasi dilakukan pada suhu kamar (27oC),

sehingga tidak menyebabkan degradasi metabolit yang

tidak tahan panas.

2) Perkolasi

Perkolasi merupakan proses mengekstraksi senyawa

terlarut dari jaringan selular simplisia dengan pelarut

yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya

dilakukan pada suhu ruangan. Perkolasi cukup sesuai,

baik untuk ekstraksi pendahuluan maupun dalam

jumlah besar.

b Ekstraksi cara panas terbagi empat, yaitu :

1) Refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah

ekstraksi berkesinambungan. Bahan yang akan

diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu

alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak,

lalu dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari akan

menguap, uap tersebut akan di embunkan dengan

pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

dalam simplisia tersebut. Ekstraksi ini biasanya

dilakukan tiga kali dan setiap kali di ekstraksi selama

empat jam.

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

18

2) Soxhlet

Metode ekstraksi dengan prinsip pemanasan dan

perendaman sampel. Hal itu menyebabkan terjadinya

pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan

tekanan antara di dalam dan di luar sel. Dengan

demikian, metabolit sekunder yang ada di dalam

sitoplasma akan terlarut ke dalam pelarut organik.

Larutan itu kemudian menguap ke atas dan melewati

pendingin udara yang akan mengembunkan uap tersebut

menjadi tetesan yang akan terkumpul kembali. Bila

larutan melewati batas lubang pipa samping soxhlet

maka akan terjadi sirkulasi. Sirkulasi yang berulang

itulah yang menghasilkan ekstrak yang baik.

3) Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan

kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari

temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50oC.

4) Infusa

Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada

temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam

penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC)

selama waktu tertentu (15-20 menit).

5) Dekokta

Dekok adalah infusa pada waktu yang lebih lama

(>300oC) dan temperatur sampai titik didih air.

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

19

2.4 Pelarut

2.4.1 Jenis pelarut

Menurut Fessenden (2009), hal yang perlu diperhatikan dalam proses

ekstraksi adalah senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan

lebih mudah tertarik atau terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat

kepolaran yang sama. Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat

tiga golongan pelarut yaitu :

2.4.1.1 Pelarut polar

Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk

mengekstrak senyawa-senyawa yang polar dari tanaman.

Pelarut polar cenderung universal digunakan karena biasanya

walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa-senyawa dengan

tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu contoh pelarut polar

adalah air, methanol, etanol, dan asam asetat.

2.4.1.2 Pelarut semipolar

Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah

dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk

mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan.

Contoh pelarut semipolar adalah aseton, etil asetat, dan

kloroform.

2.4.1.3 Pelarut nonpolar

Pelarut nonpolar hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini

baik untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali

tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik untuk

mengekstrak berbagai jenis minyak. Contohnya adalah heksana

dan eter.

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

20

2.4.2 Macam-macam cairan penyari

Macam-macam cairan penyari menurut Fessenden (2009) yaitu :

2.4.2.1 Air

Termasuk yang mudah dan murah dengan pemakaian yang

luas, pada suhu kamar adalah pelarut yang baik untuk

bermacam-macam zat misalnya garam-garam alkaloida,

glikosida, asam tumbuh-tumbuhan, zat warna dan garam-garam

mineral.

2.4.2.2 Etanol

Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap,

kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, klorofil,

lemak, malam, tanin, dan saponin. Etanol digunakan sebagai

penyari karena lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh

dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, absorbsinya

baik, dan mudah bercampur dengan air. Untuk meningkatkan

penyarian biasanya digunakan campuran antara etanol dan air.

Perbandingan yang digunakan tergantung pada bahan yang

akan disari (Lestari, 2016). Etanol juga menyebabkan enzim-

enzim tidak bekerja termasuk peragian dan menghalangi

pertumbuhan jamur dan kebanyakan bakteri. Sehingga

disamping sebagai cairan penyari juga berguna sebagai

pengawet. Campuran air-etanol (hidroalkoholic menstrum)

lebih baik dari pada air sendiri.

2.4.2.3 Gliserinum (Gliserin)

Terutama dipergunakan sebagai cairan penambah pada cairan

menstrum untuk penarikan simplisia yang mengandung zat

samak. Gliserin adalah pelarut yang baik untuk tanin-tanin dan

hasil-hasil oksidanya, jenis-jenis gom dan albumin juga larut

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

21

dalam gliserin. Karena cairan ini tidak atsiri, tidak sesuai untuk

pembuatan ekstrak-ekstrak kering.

2.4.2.4 Eter

Sangat mudah menguap sehingga cairan ini kurang tepat untuk

pembuatan sediaan obat dalam atau sediaan yang nantinya

disimpan lama.

2.4.2.5 Solvent Hexane

Cairan ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak

tanah kasar. Pelarut yang baik untuk lemak-lemak dan minyak-

minyak. Biasanya di pergunakan untuk menghilangkan lemak

dari simplisia yang mengandung lemak-lemak yang tidak

diperlukan, sebelum simplisia tersebut dibuat sediaan galenik,

misalnya strychni, secale cornutum.

2.4.2.6 Acetonum

Tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obat dalam, pelarut

yang baik untuk bermacam-macam lemak, minyak atsiri,

damar. Baunya kurang enak dan sukar hilang dari sediaan.

Dipakai misalnya pada pembuatan capsicum oleoresin.

2.4.2.7 Chloroform

Tidak dipergunakan untuk sediaan dalam, karena efek

farmakologinya. Bahan pelarut yang baik untuk basa alkaloida,

damar, minyak lemak dan minyak atsiri.

2.5 Lotion

Menurut Rusdiana et al., (2007) lotion adalah salah satu sediaan kosmetik

perawatan kulit yang mengandung senyawa antioksidan. Lotion adalah

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

22

sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair

yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit (Ditjen POM, 2014).

2.6 Kulit

2.6.1 Struktur kulit secara struktural terdiri atas 3 lapisan yaitu lapisan

epidermis, lapisan dermis dan lapisan hipodermis.

2.6.1.1 Lapisan epidermis

Lapisan epidermis merupakan lapisan teratas dan terluar, dan

terdiri dari sel-sel mati yang menjadi datar dan tampak seperti

pengelupasan kulit (atau skuama). Sel-sel ini berisi lapisan

keratin yang kuat dan berikatan silang, pada bagian dalam

terikat pada lipid khusus, dan pada bagian luar membentuk

sawar anti-air yang kuat. Skuama akhirnya mengelupas

(Peckham, 2014).

2.6.1.2 Lapisan dermis

Lapisan dermis merupakan lapisan yang terletak diantara

lapisan epidermis dan subkutan. Lapisan ini lebih tebal

daripada lapisan epidermis. Di dalam dermis terdapat juga

folikel rambut, papilla rambut, kelenjar keringat, saluran

keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung

pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak

yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit

(subkutan/hipodermis) (Tranggono & Latifah, 2007).

2.6.1.3 Lapisan subkutan atau hypodermis

Lapisan hipodermis terletak dibawah lapisan dermis. Terdiri

dari jaringan ikat longgar dan lemak. Lapisan ini terdiri dari

sebagian besar jaringan adipose dan merupakan tempat

penyimpanan lemak tubuh. Lapisan ini juga memiliki fungsi

sebagai pengikat kulit dengan permukaan di bawahnya,

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

23

menyerap guncangan dari benturan kulit, dan menyediakan

penyekatan suhu (Pack, 2007).

2.6.2 Fungsi kulit menurut Djuanda (2007)

2.6.2.1 Fungsi proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik

atau mekanik (tarikan, gesekan, dan tekanan), gangguan

bersifat panas (radiasi, sinar ultraviolet), gangguan infeksi luar

dan gangguan kimia seperti zat-zat yang iritan).

2.6.2.2 Fungsi absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda

padat tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap,

begitupun yang larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2,

CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian

pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi

oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme

dan jenis vehikulum.

2.6.2.3 Fungsi ekskresi

Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi

atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, asam urat,

urea, dan ammonia.

2.6.2.4 Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

Kulit melakukan fungsi ini dengan cara mengeksresikan

keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah

kulit. Di waktu suhu dingin, peredaran darah di kulit

berkurang guna mempertahankan suhu badan. Pada waktu

suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

24

penguapan keringat dari kelenjar keringat sehingga suhu tubuh

dapat dijaga tidak terlalu panas.

2.6.2.5 Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan

subkutan sehingga kulit mampu mengenali rangsangan yang

diberikan. Rangsangan panas di perankan oleh badan ruffini di

dermis dan subkutan, rangsangan dingin di perankan oleh

badan krause yang terletak di dermis, rangsangan rabaan di

perankan oleh badan meissner yang terletak di papilla dermis,

dan rangsangan tekanan di perankan oleh badan paccini di

epidermis.

2.6.2.6 Fungsi kreatinisasi

Fungsi ini memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi

secara mekanis fisiologik.

2.6.2.7 Fungsi pembentukan pigmen

Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal

dan sel ini berasal dari rigi saraf. Jumlah melanosit dan jumlah

serta besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan

warna kulit ras maupun individu.

2.6.2.8 Fungsi pembentukan atau sintesis vitamin D.

2.7 Radikal bebas

Radikal bebas merupakan suatu molekul yang memiliki elektron tidak

berpasangan dalam orbital terluarnya sehingga sangat reaktif terhadap sel

yang ada disekitarnya. Radikal ini cenderung mengadakan reaksi berantai

yang apabila terjadi di dalam tubuh akan dapat menimbulkan kerusakan-

kerusakan yang berlanjut dan terus menerus (Rosahdi et al., 2013). Reaksi ini

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

25

akan berlangsung terus menerus dalam tubuh dan bila tidak di hentikan akan

menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung koroner, serta

penyakit degeneratif lainnya (Muchtadi, 2013).

Tubuh manusia memiliki sistem pertahanan terhadap serangan radikal bebas

terutama terjadi melalui peristiwa metabolisme sel normal dan peradangan.

Jumlah radikal bebas dapat mengalami peningkatan yang diakibatkan faktor

stress, radiasi, dan polusi lingkungan yang buruk menyebabkan sistem

pertahanan tubuh yang tidak memadai, sehingga tubuh memerlukan

tambahan antioksidan dari luar yang dapat melindungi dari serangan radikal

bebas (Budilaksono et al., 2014).

Menurut Fadhilaturrahmi (2015) mekanisme reaksi radikal bebas terbentuk melalui

tiga tahapan reaksi, yaitu :

2.7.1 Permulaan (Inisiasi, initiation) suatu radikal bebas.

Tahap awal terbentuknya radikal bebas (Kumalaningsih, 2006).

2.7.2 Perambatan (Propagasi, propagation) reaksi radikal bebas.

Tahap perpanjangan radikal berantai, dimana terjadi reaksi antara suatu

radikal bebas dengan senyawa lain dan menghasilkan radikal baru

(Kumalaningsih, 2006).

2.7.3 Pengakhiran (Terminasi, termination) reaksi radikal bebas.

Tahap akhir, terjadi pengikatan suatu radikal bebas dengan radikal

bebas yang lain sehingga membentuk senyawa non radikal yang

biasanya kurang reaktif dari radikal induknya (Kumalaningsih, 2006).

2.8 Antioksidan

Menurut Kumalaningsih (2006) antioksidan adalah senyawa yang

mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada

molekul radikal bebas dan memutus reaksi berantai dari radikal bebas.

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

26

Antioksidan merupakan senyawa yang memiliki peranan penting dalam

menjaga kesehatan karena dapat menangkap molekul radikal bebas sehingga

menghambat reaksi oksidatif dalam tubuh yang merupakan penyebab

berbagai penyakit (Adawiah, 2015). Antioksidan atau senyawa penangkap

radikal bebas merupakan zat yang dapat menetralkan radikal bebas, atau

suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi tubuh dari efek

merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan

oksidasi berlebihan. Berdasarkan bukti ilmiah menunjukkan bahwa senyawa

antioksidan mengurangi resiko terhadap penyakit kronis seperti kanker dan

penyakit jantung koroner (PJK) (Rosahdi et al., 2013).

2.8.1 Macam-macam antioksidan

Menurut Sayuti & Rina (2015), antioksidan tubuh dikelompokkan

menjadi tiga yakni :

2.8.1.1 Antioksidan primer

Berfungsi untuk mencegah pembentuk senyawa radikal baru

karena dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi

molekul yang berkurang dampak negatifnya, sebelum radikal

bebas ini sempat bereaksi. Contohnya adalah enzim

superoksida dismutase (SOD) yang berfungsi sebagai

pelindung hancurnya sel-sel dalam tubuh karena radikal bebas.

2.8.1.2 Antioksidan sekunder

Berfungsi untuk menangkap senyawa serta mencegah

terjadinya reaksi berantai. Contohnya adalah vitamin E,

vitamin C dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-

buahan.

2.8.1.3 Antioksidan tersier

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

27

Memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang disebabkan

radikal bebas. Contohnya enzim metionin sulfoksidan

reduktase untuk memperbaiki DNA pada inti sel.

Khasiat antioksidan untuk mencegah berbagai penyakit akibat pengaruh

oksidatif akan lebih efektif jika kita mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-

buahan yang kaya akan antioksidan daripada menggunakan antioksidan

tunggal. Hal ini mungkin dikarenakan oleh adanya komponen lain dan

interaksinya dalam sayur-sayuran dan buah-buahan yang berperan secara

positif (Silalahi, 2006). Pada bidang kesehatan dan kecantikan, antioksidan

berfungsi untuk mencegah penyakit kanker dan tumor, penyempitan

pembuluh darah, penuaan dini, dan lain-lain (Sayuti, 2015).

Senyawa antioksidan alami tumbuhan adalah senyawa fenolik datau

polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, kumarin, tokoferol, dan

asam-asam organik. Senyawa polifenolik dapat bereaksi sebagai pereduksi,

penangkap radikal bebas. Antioksidan alami yaitu antioksidan yang dapat

diperoleh dari tanaman atau hewan berupa vitamin C, tokoferol, β-karoten,

flavonoid dan senyawa fenolik (Kumalaningsih, 2006).

2.8.2 Antioksidan alami

2.8.2.1 Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul

176,13 dengan rumus bangun C6H8O6, dengan titik lebur 190-

192o. Asam Askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0%

C6H8O6. Menurut Stephanie (2015) :

Pemerian : Serbuk atau hablur putih atau agak kuning,

tidak berbau, rasa asam, dalam larutan cepat

teroksidasi.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya.

Khasiat : Sebagai antiskorbut.

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

28

Gambar 2.2 Rumus bangun Vitamin C (Asam askorbat)

(Sayuti, 2015).

Asam Askorbat adalah antioksidan yang ditemukan pada

tumbuhan dan hewan karena manusia tidak mempunyai enzim

gulunolactone oxidase untuk memproduksi senyawa ini

sehingga vitamin C harus diperoleh dari luar. Menurut Hamid

et al., (2010) asam askorbat adalah agen pereduksi sehingga

dapat mengurangi oksigen reaktif.

2.8.2.2 Flavonoid

Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan

senyawa C6C3-C6. Kelompok terbesar flavonoid memiliki ciri

adanya cincin piran yang menghubungkan rantai tiga-karbon

dengan salah satu dari cincin benzene. Senyawa ini merupakan

pereduksi yang baik karena mampu menghambat reaksi

oksidasi. Flavonoid pada tumbuhan berfungsi sebagai

pelindung terhadap serangan jamur ataupun radiasi sinar UV

yang dapat merusak tumbuhan, selain itu flavonoid juga

terlibat dalam proses fotosintesis, transfer energi dan respirasi

pada tumbuhan.

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

29

(1) (2) (3)

Gambar 2.3 Rumus bangun flavonoid (1) Flavon. (2)

Isoflavon. (3) Neoflavonoid. (Silalahi, 2006).

Senyawa ini adalah senyawa pereduksi yang dapat

menghambat reaksi oksidasi sehingga dapat dijadikan sebagai

antioksidan. Senyawa ini berperan sebagai penangkap radikal

bebas karena mengandung gugus hidroksil (Stephanie, 2015).

2.8.2.3 Tokoferol (Vitamin E)

Tokoferol merupakan salah satu antioksidan yang terdapat

dalam tumbuhan.

Gambar 2.4 Struktur α-tokoferol (Siswanto et al., 2013).

Beberapa tokoferol ada yang terdapat dialam, salah satunya α-

tokoferol yang merupakan senyawa paling aktif secara

biologis (Silalahi, 2006). Aktivitas antioksidan dari α-

tokoferol dapat mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas,

anti aging dan sedang dilakukan penelitian lebih lanjut

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

30

mengenai efektivitasnya dalam pengobatan Alzheimer

(Yoshida et al., 2007).

2.8.2.4 Karotenoid

Karotenoid adalah suatu kelompok pigmen yang berwarna

kuning, jingga atau merah jingga, mempunyai sifat larut dalam

lemak atau pelarut organik tetapi tidak larut dalam air. Salah

satu senyawa karotenoid adalah β-karoten, yaitu senyawa yang

akan dikonversikan menjadi vitamin A oleh tubuh sehingga

juga disebut sebagai pro-vitamin A (Kumalaningsih, 2006). β-

karoten mempunyai berat molekul 536,9 dengan rumus

molekul C40H56. Karakteristik β-karoten adalah hablur atau

serbuk berwarna coklat-merah atau merah kecoklatan, praktis

tidak larut dalam air, sedikit larut dalam sikloheksana, kurang

larut dalam etanol. β-karoten peka terhadap udara, panas dan

cahaya, terutama ketika dalam bentuk larutan.

Gambar 2.5 Rumus bangun β-karoten (Andreas & Astawan, 2008).

Sebagai antioksidan, β-karoten memperlambat fase inisiasi

radikal bebas sehingga dapat melindungi tubuh terhadap

berbagai penyakit, yaitu menghambat pertumbuhan sel kanker,

mencegah serangan jantung, mencegah katarak, serta

meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh (Silalahi, 2006).

2.8.2.5 Polifenol

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

31

Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada

tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak

gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol memiliki spektrum

luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang berbeda-

beda, hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa

tersebut yang dimiliki berbeda jumlah dan posisinya. Turunan

polifenol sebagai antioksidan dapat menstabilkan radikal

bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari

pembentukan radikal bebas. Polifenol merupakan komponen

yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan dalam

buah dan sayur (Stephanie, 2015).

2.9 Tinjauan bahan tambahan

2.9.1 Asam stearat

Asam stearat merupakan campuran asam organik padat yang diperoleh

dari lemak terdiri dari rantai hidrokarbon, berwujud keras, sedikit

berkilap, berupa padatan kristal atau serbuk berwarna putih maupun

kekuningan dan seperti lemak. Asam stearat memiliki titik leleh

>54oC, asam stearat mudah larut dalam kloroform, eter, etanol, dan

praktis tidak larut dalam air. Bahan ini berfungsi sebagai pengemulsi

dalam sediaan kosmetika (Puspita, 2012).

Menurut Puspita (2012) dalam formulasi untuk penggunaan topikal,

asam stearat berfungsi sebagai emulsifying agent dan solubilizing

agent. Emulsifier (pengemulsi) yang digunakan dalam pembuatan

lotion ini memiliki gugus polar maupun non polar secara bersamaan

dalam satu molekulnya sehingga pada satu sisi akan mengikat minyak

yang non polar dan di sisi lain juga akan mengikat air yang polar

sehingga zat-zat yang ada dalam emulsi ini akan dapat dipersatukan.

Suatu emulsi biasanya terdiri lebih dari satu zat pengemulsi karena

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

32

kombinasi dari beberapa zat pengemulsi akan menambah

kesempurnaan sifat fisik maupun kimia dari emulsi (Anggraini, 2017).

2.9.2 Trietanolamin

Gambar 2.6 Struktur molekul trietanolamin (Goskonda, 2009).

Trietanolamin atau TEA mempunyai rumus molekul N(C2H4OH)3

dengan berat molekul 149,188. Trietanolamin merupakan cairan tidak

berwarna atau berwarna kuning pucat, jernih, tidak berbau, atau

hampir tidak berbau, berupa cairan kental dan higroskopis serta

memiliki titik leleh 20-21oC. TEA dapat larut air dan etanol tetapi

sukar larut dalam eter. TEA ketika dicampurkan dengan asam lemak

seperti asam stearat atau asam oleat, TEA membentuk sabun dengan

pH sebesar 8, yang dapat berfungsi sebagai emulsifying agent untuk

menstabilkan emulsi dengan tipe M/A, pengatur pH dan pengemulsi

pada fase air dalam sediaan lotion dan merupakan bahan kimia organik

yang terdiri dari amino dan alkohol yang berfungsi sebagai

penyeimbang pH pada formulasi lotion. Biasanya konsentrasi yang

digunakan sebesar 2-4% v/v (Puspita, 2012).

2.9.3 Paraffin cair

Minyak mineral (Paraffin cair) adalah campuran hidrokarbon cair yang

berasal dari sari minyak tanah. Minyak ini merupakan cairan bening,

tidak berwarna, tidak larut dalam alkohol atau air, jika dingin tidak

berbau dan tidak berasa namun jika dipanaskan sedikit berbau minyak

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

33

tanah. Minyak mineral berfungsi sebagai pelarut dan penambah

viskositas dalam fase minyak. Paraffin cair juga disebut mineral oil

yaitu merupakan minyak kental yang transparan, tidak berwarna dan

tidak memiliki rasa. Memiliki titik didih >360oC dan larut dalam

aseton, benzene, kloroform, karbon disulfide eter, petroleum eter, serta

praktis tidak larut dalam air. Penggunaan paraffin cair pada emulsi

topikal yaitu 1,0% - 32,0%, biasanya digunakan pada emulsi minyak

dalm air M/A (Yovita, 2016).

Menurut Anggraini (2017) paraffin merupakan hidrokarbon yang jenuh

dan dapat mengikat atom hidrogen secara maksimal sehingga bersifat

tidak reaktif. Bahan ini memiliki kompatibilitas yang sangat baik

terhadap kulit. Minyak mineral mempunyai peranan yang khas sebagai

occlusive emolien. Emolien didefinisikan sebagai sebuah media yang

bisa digunakan pada lapisan kulit yang keras dan kering akan

mempengaruhi kelembutan kulit dengan adanya hidrasi ulang. Dalam

lotion, emolien yang digunakan memiliki titik cair yang lebih tinggi

dari suhu kulit. Fenomena ini dapat menjelaskan timbulnya rasa

nyaman, kering, dan tidak berminyak bila lotion dioleskan pada kulit.

Kisaran penggunaan pelembut adalah 0,5-15%.

2.9.4 Setil alkohol

Setil alkohol (C16H33OH) merupakan butiran atau serpihan yang

berwarna putih licin, berbentuk serpihan lilin, berbau khas lemak,

granul, dan melebur pada suhu 45-52°C (Puspita, 2012). Setil alkohol

larut dalam etanol dan eter, tidak larut dalam air, larut dalam sebagian

sebagian air dan tercampur ketika dilelehkan dengan lemak, paraffin

cair atau padat. Pada lotion digunakan sebagai emollient (pelembut),

water-absorbtive, dan emulsifying artinya berfungsi sebagai

pengemulsi, penstabil, dan pengental. Alkohol dengan bobot molekul

tinggi seperti setil alkohol, dan gliseril monostearat digunakan

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

34

terutama sebagai zat pengental dan penstabil untuk emulsi minyak

dalam air dari lotion (Yovita, 2016).

2.9.5 Gliserin

Gambar 2.7 Struktur molekul gliserin (Nunez & Medina, 2009).

Menurut Anggraini (2017) gliserin (C3H8O3) disebut juga gliserol atau

gula alkohol, merupakan cairan yang kental, jernih, tidak berwarna,

sedikit berbau, dan mempunyai rasa manis. Gliserin larut dalam

alkohol dan air tetapi tidak larut dalam pelarut organik. Gliserin tidak

hanya berfungsi sebagai humektan tetapi juga berfungsi sebagai

pelarut, penambah viskositas, dan perawatan kulit karena dapat

melumasi kulit sehingga mencegah terjadinya iritasi kulit. Gliserol

larut pada air, metanol, etanol, sehingga praktis tidak larut pada

minyak dan kloroform serta memiliki titik leleh 17,8oC (Yovita, 2016).

Bahan ini ditambahkan ke dalam sediaan kosmetik untuk

mempertahankan kandungan air produk pada permukaan kulit saat

pemakaian. Humektan berpengaruh terhadap kulit yaitu melembutkan

kulit dan mempertahankan kelembaban kulit agar tetap seimbang.

Humektan juga berpengaruh terhadap stabilitas lotion yang dihasilkan

karena dapat mengurangi kekeringan ketika produk disimpan pada

suhu ruang. Komposisi gliserin yang digunakan pada formula berkisar

310%. Gliserin diperoleh dari hasil samping industri sabun atau asam

lemak dari tanaman dan hewan (Anggraini, 2017).

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

35

2.9.6 Metil paraben

Gambar 2.8 Struktur molekul metil paraben (Haley, 2009).

Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan antimikroba

dalam kosmetik, dan formulasi farmasi dan digunakan baik sendiri

atau kombinasi dengan paraben lain atau dengan antimikroba lain.

Pada kosmetik, metil paraben adalah pengawet yang paling sering

digunakan. Metil paraben memiliki bentuk Kristal atau serbuk kristal,

metil paraben tidak berwarna serta tidak berbau (Puspita, 2012). Metil

paraben meningkatkan aktivitas antimikroba dengan panjangnya

rantai alkil, namun dapat menurunkan kelarutan terhadap air,

sehingga paraben sering dicampur dengan bahan tambahan yang

berfungsi meningkatkan kelarutan. Kemampuan pengawet metil

paraben ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol (Rowe et

al., 2009). Metil paraben merupakan pengawet yang larut baik dalam

minyak, propilen glikol, dan dalam gliserol. Metil paraben digunakan

sebagai pengawet dalam sediaan topikal dalam jumlah 0,02-0,3%

(Ameliana dan Winarti, 2011).

2.9.7 Pewangi

Penambahan pewangi pada produk merupakan upaya agar produk

mendapatkan tanggapan yang positif. Pewangi sensitif terhadap panas,

oleh karenanya bahan ini ditambahkan pada temperatur rendah. Jumlah

pewangi yang ditambahkan harus serendah mungkin yaitu berkisar

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

36

antara 0,1-0,5%. Pada proses pembuatan lotion pewangi dicampurkan

pada suhu 35˚C agar tidak merusak emulsi yang sudah terbentuk

(Anggraini, 2017).

2.9.8 Aquadest

Air merupakan komponen yang paling besar persentasinya dalam

pembuatan lotion. Air yang digunakan dalam pembuatan lotion

merupakan air murni yaitu air yang diperoleh dengan cara

penyulingan, proses penukaran ion dan osmosis sehingga tidak lagi

mengandung ion-ion dan mineral. Air murni hanya mengandung

molekul air saja dan dideskripsikan sebagai cairan jernih, tidak

berwarna, tidak berasa, memiliki pH 5,0-7,0 dan berfungsi sebagai

pelarut (Anggraini, 2017).

Pada pembuatan lotion, air merupakan bahan pelarut dan bahan baku

yang tidak berbahaya, tetapi air mempunyai sifat korosi. Air yang

digunakan juga dapat mempengaruhi kestabilan dari emulsi yang

dihasilkan. Pada sistem emulsi air juga berperan penting sebagai

emolien yang efektif (Anggraini, 2017).

2.10 Evaluasi sediaan lotion ekstrak daun nangka

2.10.1 Pengujian Organoleptik

Pengamatan dilihat secara langsung bentuk, warna, dan bau dari

lotion secara visual (Karina, 2014).

2.10.2 Pengujian Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui

tercampurnya bahan-bahan sediaan lotion (Juwita et al., 2013).

Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel lotion

dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,

Page 31: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

37

sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat

adanya butiran kasar (Karina, 2014).

2.10.3 Pengujian Daya Sebar

Evaluasi daya sebar dilakukan untuk mengetahui luasnya penyebaran

lotion pada saat dioleskan di kulit. Lotion yang mempunyai kualitas

baik harus mempunyai daya sebar yang cukup, semakin besar daya

sebar formula lotion maka pelepasan efek terapi yang diinginkan di

kulit semakin cepat (Rahman, 2008). Pemeriksaan daya sebar sediaan

lotion dilakukan dengan menekan dua lempengan kaca pada 0,5 g

sediaan, diukur daya sebarnya pada permukaan kaca pada tiap

penambahan beban, yaitu sebesar 50, 100, 150, dan 200 g. Dihitung

diameter penyebaran formula yang diambil dari panjang rata-rata

diameter dari beberapa sisi (Nugraha, 2012).

2.10.4 Pengujian Daya Lekat

Uji Daya Lekat dilakukan dengan cara letakkan lotion (secukupnya)

diatas kaca objek yang telah ditentukan luasnya. Letakkan objek glass

yang lain diatas lotion tersebut tekanlah dengan beban 1 kg selama 5

menit. Kaca objek diletakkan pada alat uji berupa beban 80 g yang

digantungkan pada salah satu kaca objek. Pencatatan waktu mulai

dilakukan ketika kedua kaca objek terlepas (Nugraha, 2012). Uji daya

lekat penting untuk mengevaluasi lotion dengan kelengketan dapat

diketahui sejauh mana lotion dapat menempel pada kulit sehingga zat

aktifnya dapat diabsorbsi secara merata. Syarat untuk daya lekat

pada sediaan topikal pada penelitian sebelumnya disebutkan

adalah tidak kurang dari 4 detik (Sari et al., 2015).

2.10.5 Pengujian pH

Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui berapa nilai keasaman dari

sediaan kosmetik yang dibuat, menentukan pH sediaan lotion yang

Page 32: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman nangka

38

sesuai dengan pH kulit dan syarat rentang pH produk pelembab kulit

agar tidak mengiritasi kulit saat pemakaian. Berdasarkan SNI 16-

43991996 bahwa nilai pH produk pelembab kulit disyaratkan berkisar

antara 4,5-8,0 (Rahayu, 2016). Pengujian pH dilakukan dengan

menggunakan pH meter digital yang dicelupkan ke dalam sediaan

lotion (Karina, 2014).

2.11 Kerangka konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari

hal-hal khusus, serta model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana

seorang peneliti menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap

penting dalam penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Gambar 2.9 Kerangka Konsep

Formulasi dan Uji Sifat Fisik Lotion dari Ekstrak

Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus L)

a. Pengujian Organoleptik

b. Pengujian Homogenitas

c. Pengujian daya sebar

d. Pengujian daya lekat

e. Pengujian pH

Sesuai dengan

persyaratan

Tidak Sesuai dengan

persyaratan