bab 2 tinjauan pustaka 2 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00276-sp...
TRANSCRIPT
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gempa
Gempa adalah tanah yang bergerak akibat pelepasan energi secara tiba-tiba dari
dalam kerak bumi (Elnashai & Sarno, 2008). Penyebab terjadinya gempa pada umumnya
adalah (1) pergerakan lempengan kerak bumi/gempa tektonik, (2) letusan gunung
berapi/gempa vulkanik, (3) runtuhnya goa bawah tanah, atau bahkan (4) aktivitas
manusia seperti ledakan bom. Pergerakan lempengan kerak bumi/gempa tektonik
merupakan gempa yang paling menjadi perhatian bagi insinyur sipil khususnya struktur,
karena gempa jenis ini paling mengganggu lapisan-lapisan tanah.
Charles Richter (1935) mengembangkan skala untuk mengukur kekuatan gempa
bumi yang dikenal dengan skala richter. Pengukuran skala richter didasarkan pada
tingkat energi yang dilepaskan oleh pusat gempa. Skala richter membagi tingkat
kekuatan gempa tersebut menjadi 9 tingkat, dapat dilihat pada Tabel 2.1.
2
Tabel 2.1 Tingkat Kekuatan Gempa Berdasarkan Skala Richter.
Magnitudo Deskripsi Dampak Gempa Bumi Frekuensi Terjadi
< 2.0 Micro Gempa mikro, tidak dapat dirasakan
Terjadi secara terus menerus
2.0-2.9 Minor
Umumnya tidak dapat dirasakan, tetapi dapat diketahui
1.300.000/tahun (estimasi)
3.0-3.9 Kadang dapat dirasakan tetapi jarang menimbulkan kerusakan
130.000/tahun (estimasi)
4.0-4.9 Light
Dapat dirasakan dan diketahui dari pergerakan benda di dalam ruangan, suara-suara berderak. Kerusakan tidak signifikan.
13.000/tahun (estimasi)
5.0-5.9 Moderate
Dapat menyebabkan kerusakan yang besar pada bangunan yang didesain tidak baik dan kerusakan kecil pada bangunan yang didesain dengan baik.
1.319/tahun
6.0-6.9 Strong Dapat merusak bangunan hingga radius 160 km (99 mil)
134/tahun
7.0-7.9 Major Dapat mengakibatkan kerusakan serius pada area yang cukup besar
15/tahun
8.0-8.9 Great
Dapat mengakibatkan kerusakan serius hingga ratusan kilometer
1/tahun
9.0-9.9 Menghancurkan area sejauh ribuan kilometer
1/10 tahun (estimasi)
10.0+ Massive Tidak pernah tercatat, dapat menghancurkan area yang sangat besar
Sangat jarang (Tidak diketahui/mungkin tidak akan terjadi)
Sumber : U.S. Geological Survey documents based on observation since 1900 to 1990, 1990
2.2 Beban Gempa Rencana
Menurut SNI-03-1726-2002, beban gempa rencana adalah peluang dilampauinya
beban tersebut dalam waktu umur bangunan 50 tahun adalah 10% dan gempa yang
menyebabkannya dengan periode ulang 500 tahun. Sedangkan menurut RSNI-03-1726-
201X, beban gempa rencana adalah peluang dilampauinya beban tersebut dalam waktu
umur bangunan 50 tahun adalah 2% dan gempa yang menyebabkannya dengan perioda
ulang 2475 tahun.
2.3 Peraturan Gempa
Berdasarkan SNI
Gempa untuk Struktur Bangunan G
Indonesia (BSNI). Indonesia dibagi menjadi 6 wilayah gempa, peta
pada Lampiran 1.
2.3.1 Respons Spektral SNI
Berdasarkan SNI
berdasarkan wilayah gempa yaitu :
3
Peraturan Gempa SNI-03-1726-2002
dasarkan SNI-03-1726- SNI-03-1726-2002 - Standar Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, yang diterbitkan oleh Badan Standar Nasional
Indonesia dibagi menjadi 6 wilayah gempa, peta
Respons Spektral SNI-03-1726-2002
Berdasarkan SNI-03-1726-2002, respons spektral dibagi menjadi 6 jenis
berdasarkan wilayah gempa yaitu :
Standar Perencanaan Ketahanan
, yang diterbitkan oleh Badan Standar Nasional
gempa terlampir
2002, respons spektral dibagi menjadi 6 jenis
Gambar 2.1 Respon Spektrum Gempa Rencana SNI
Sumber : SNI-03-1726-2002
Dengan :
C = faktor respons gempa dinyatakan dalam percepatan gravitasi yang nilainya
bergantung pada
rencana
T = waktu getar alami struktur gedu
Untuk nilai C harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Jika T ≤ TC
C = Am ................................
Dengan :
Am = percepatan puncak muka tanah maksimum
TC = waktu getar alami sudut
2. Jika T > TC
T
AC r= ................................
4
Gambar 2.1 Respon Spektrum Gempa Rencana SNI-03-17262002 - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, 2002
faktor respons gempa dinyatakan dalam percepatan gravitasi yang nilainya
bergantung pada T, dan kurvanya ditampilkan dalam spektrum respons gempa
waktu getar alami struktur gedung
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
................................................................................................
percepatan puncak muka tanah maksimum
waktu getar alami sudut
................................................................................................
1726-2002
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, 2002
faktor respons gempa dinyatakan dalam percepatan gravitasi yang nilainya
, dan kurvanya ditampilkan dalam spektrum respons gempa
................................................ (2.1)
............................................... (2.2)
5
Dengan :
Ar = pembilang dalam persamaan hiperbola faktor respons gempa C pada
spektruk respons gempa rencana
Untuk menentukan jenis tanah SNI-03-1726-2002 menentukan spesifikasi tanah
sebagai berikut :
Tabel 2.2 Jenis-jenis Tanah
Jenis Tanah sv (m/detik) N us (kPa)
Tanah Keras sv ≥ 350 N ≥ 50 us ≥ 100
Tanah Sedang 175 ≤ sv < 350 15 ≤ N < 50 50 ≤ us < 100
Tanah Lunak sv < 175 N < 15 us < 50
atau, setiap profil tanah dengan tanah lunak yang tebal total lebih dari 3 m dengan PI > 20, wn ≥ 40% dan Su < 25 kPa
Tanah Khusus Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi
Sumber : SNI-03-1726-2002 - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, 2002
Dengan :
N = tahanan penetrasi standar rata-rata dalam lapisan 30 m paling atas.
us = kuat geser niralir.
us = kuat geser niralir rata-rata di dalam lapisan 30 m paling atas.
sv = kecepatan rambat gelombang geser rata-rata pada regangan geser yang kecil,
di dalam lapisan 30 m paling atas.
6
2.3.2 Percepatan Puncak Batuan Dasar dan Muka Tanah
Menurut SNI-03-1726-2002, percepatan puncak batuan dasar dan muka tanah
ditentukan berdasarkan ketentuan sebagai berikut :
Tabel 2.3 Percepatan Puncak Batuan Dasar dan Percepatan Puncak Muka Tanah untuk
Masing-masing Wilayah Gempa Indonesia
Wilayah Gempa
Percepatan Puncak
Batuan Dasar (g)
Percepatan muka puncak Tanah, A0 (g)
Tanah Keras
Tanah Sedang
Tanah Lunak Tanah Khusus
1 0,03 0,04 0,05 0,08
Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi
2 0,10 0,12 0,15 0,20 3 0,15 0,18 0,23 0,30 4 0,20 0,24 0,28 0,34 5 0,25 0,28 0,32 0,36 6 0,30 0,33 0,36 0,38
Sumber : SNI-03-1726-2002 - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, 2002
Untuk menentukan percepatan puncak muka tanah, Am, dapat ditentukan dengan
persamaan berikut :
Am = 2,5.A0 ..................................................................................................................... (2.3)
Dengan :
Am = percepatan puncak muka tanah maksimum
A0 = percepatan puncak muka tanah
7
2.3.3 Faktor Keutamaan Struktur
Menurut SNI-03-1726-2002, faktor keutamaan struktur ditentukan berdasarkan
ketentuan sebagai berikut :
Tabel 2.4 Kategori Bangunan Gedung dan Faktor Keutamaan, I
Kategori Gedung Faktor Keutamaan I1 I2 I
Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan, dan perkantoran.
1,0 1,0 1,0
Monumen dan bangunan monumental
1,0 1,6 1,6
Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio, dan televisi.
1,4 1,0 1,4
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan beracun
1,6 1,0 1,6
Cerobong, tangki di atas menara
1,5 1,0 1,5 2.3.4
Sumber : SNI-03-1726-2002 - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, 2002
Catatan :
Untuk semua struktur bangunan gedung yang ijin penggunaannya diterbitkan sebelum
berlakunya standar ini maka faktor keutamaan, I, dapat dikalikan 80%.
Dengan :
I = Faktor Keutamaan gedung, faktor pengali dari pengaruh gempa rencana pada
berbagai kategori gedung, untuk menyesuaikan perioda ulang gempa rencana
yang berkaitan dengan penyesuaian probabilitas dilampauinya pengaruh
tersebut selama umur gedung itu dan penyesuaian umur gedung itu.
8
I1 = Faktor Keutamaan gedung untuk menyesuaikan perioda ulang gempa rencana
yang berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa itu selama
umur gedung.
I2 = Faktor Keutamaan gedung untuk menyesuaikan perioda ulang gempa yang
berkaitan dengan penyesuaian umur gedung.
2.3.4 Perioda Fundamental Struktur
SNI-03-1726-2002 membatasi nilai T1 yang didapatkan dari hasil analisa untuk
mencegah struktur gedung yang terlalu fleksibel dengan ketentuan sebagai berikut:
T1 < ζ n ........................................................................................................................... (2.4)
Dengan koefisien ζ n ditetapkan dengan ketentuan berikut :
Tabel 2.5 Koefisien ζ yang membatasi waktu getar alami fundamental struktur gedung
Wilayah Gempa ζ
1 0,20 2 0,19 3 0,18 4 0,17 5 0,16 6 0,15
Sumber : SNI-03-1726-2002 - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, 2002
2.3.5 Berat Seismik Efektif
Menurut SNI-03-1726-2002, berat seismik efektif adalah berat total gedung,
termasuk beban hidup yang sesuai.
9
2.3.6 Geser Dasar Seismik
Menurut SNI-03-1726-2002, cara untuk menentukan geser dasar seismik
ditentukan sesuai dengan persamaan berikut :
tWR
ICV
.1= ................................................................................................................... (2.5)
Dengan :
V = geser dasar seismik
C1 = nilai faktor respons gempa yang didapatkan dari spektrum respons gempa
rencana untuk waktu getar alami fundamental dari suatu struktur.
I = faktor Keutamaan gedung, faktor pengali dari pengaruh gempa rencana pada
berbagai kategori gedung, untuk menyesuaikan perioda ulang gempa rencana
yang berkaitan dengan penyesuaian probabilitas dilampauinya pengaruh
tersebut selama umur gedung itu dan penyesuaian umur gedung itu.
R = faktor reduksi gempa, rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh
gempa rencana pada struktur gedung elastik penuh dan beban gempa nominal
akibat pengaruh gempa rencana pada struktur gedung daktail, bergantung pada
faktor daktilitas struktur gedung tersebut; faktor reduksi gempa representatif
struktur gedung tidak beraturan, lihat Tabel 2.6
Wt = berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai.
10
2.3.7 Distribusi Vertikal Gaya Gempa
Menurut SNI-03-1726-2002, distribusi gaya gempa dapat ditentukan dengan
persamaan berikut :
VzW
zWF
n
iii
iii
∑=
=
1
.
............................................................................................................... (2.6)
Dengan :
Fi = gaya vertikal gempa
Wi = berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai
zi = ketinggian lantai tingkat ke-i, diukur dari taraf penjepitan lateral
V = geser dasar seismik, lihat persamaan 2.5
2.3.8 Faktor Reduksi Gempa Maksimum dan Faktor Daktilitas Maksimum
Menurut SNI-03-1726-2002, apabila dalam arah pembebanan gempa akibat
pengaruh gempa rencana sistem struktur gedung terdiri dari beberapa jenis subsistem
struktur gedung yang berbeda, faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung
itu untuk arah pembebanan gempa tersebut, dapat ditentukan dengan Tabel 2.6
Tabel 2.6 Faktor Daktilitas Maksimum, Faktor Reduksi Gempa Maksimum, Faktor
Tahanan Lebih Struktur dan Faktor Tahanan Lebih Total Beberapa Jenis Sistem dan
Subsistem Struktur Gedung.
Sistem dan Subsistem Struktur Gedung Uraian Sistem Pemikul Beban Gempa µµµµmmmm Rm f
1. Sistem dinding penumpu (Sistem struktur yang tidak memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Dinding penumpu atau sistem bracing memikul hampir semua beban gravitasi. Beban lateral dipikul oleh dinding geser atau rangka bracing).
1. Dinding geser beton bertulang 2,7 4,5 2,8 2. Dinding penumpu dengan rangka baja ringan dan bracing tarik
1,8 2,8 2,2
3. Rangka bracing di mana bracing nya memikul beban gravitasi
a. Baja 2,8 4,4 2,2 b. Beton bertulang (tidak untuk wilayah 5 & 6) 1,8 2,8 2,2
11
2. Sistem rangka gedung (Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul dinding geser atau rangka bracing).
1. Rangka bracing eksentris baja (RBE) 4,3 7,0 2,8
2. Dinding geser beton bertulang 3,3 5,5 2,8
3. Rangka bracing biasa a. Baja 3,6 5,6 2,2 b. Beton bertulang (tidak untuk wilayah 5 & 6) 3,6 5,6 2,2
4. Rangka bracing konsentris khusus a. Baja 4,1 6,4 2,2
5. Dinding geser beton bertulang berangkai daktail 4,0 6,5 2,8 6. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail penuh
3,6 6,0 2,8
7. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail parsial
3,3 5,5 2,8
3. Sistem rangka pemikul momen (Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur).
1. Rangka pemikul momen khusus (SRPMK) a. Baja 5,2 8,5 2,8 b. Beton bertulang 5,2 8,5 2,9
2. Rangka pemikul momen menengah beton (SRPMM)
3,3 5,5 2,10
3. Rangka pemikul momen biasa (SRPMB) a. Baja 2,7 4,5 2,12 b. Beton bertulang 2,1 3,5 2,13
4. Rangka batang baja pemikul momen khusus (SRBPMK)
4,0 6,5 2,14
4. Sistem ganda (Terdiri dari : 1) rangka ruang yang memikul seluruh beban gravitasi; 2) pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka bracing dengan rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang-kurangnya 25% dari seluruh beban lateral; 3) kedua sistem harus direncanakan untuk memikul secara bersama-sama seluruh beban lateral dengan memperhatikan interaksi/sistem ganda).
1. Dinding geser a. Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang 5,2 8,5 2,8 b. Beton bertulang dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8
c. Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang
4,0 6,5 2,8
2. RBE baja a. Dengan SRPMK baja 5,2 8,5 2,8 b. Dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8
3. Rangka bracing biasa a. Baja dengan SRPMK baja 4,0 6,5 2,8 b. Baja dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8 c. Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang (tidak untuk wilayah 5 & 6)
4,0 6,5 2,8
d. Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang (tidak untuk wilayah 5 & 6)
2,6 4,2 2,8
4. Rangka bracing konsentris khusus a. Baja dengan SRPMK baja 4,6 7,5 2,8
b. Baja dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8 5. Sistem struktur gedung kolom kantilever (Sistem struktur yang memanfaatkan kolom kantilever untuk memikul beban lateral).
Sistem struktur kolom kantilever
1,4 2,2 2
6. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka.
Beton bertulang biasa (tidak untuk wilayah 3, 4, 5, & 6)
3,4 5,5 2,8
7. Subsistem tunggal (Subsistem struktur bidang yang membentuk struktur gedung secara keseluruhan).
1. Rangka terbuka baja 5,2 8,5 2,8 2. Rangka terbuka beton bertulang 5,2 8,5 2,8 3. Rangka terbuka beton bertulang dengan balok beton pratekan (bergantung pada indeks baja total)
3,3 5,5 2,8
4. Dinding geser beton bertulang berangkai daktail penuh
4,0 6,5 2,8
5. Dinding geser berton bertulang kantilever daktail parsial
3,3 5,5 2,8
Sumber : SNI-03-1726-2002 - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, 2002
12
2.4 Peraturan Gempa RSNI-03-1726-201X
RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung, yang merupakan hasil revisi dari SNI-03-1726-
2002 oleh Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010. Pada Peta Gempa Indonesia 2010
pembagian wilayah gempa mengalami perubahan yang signifikan jika dibandingkan
dengan Peta Gempa Indonesia 2002, Peta Gempa Indonesia 2010 terlampir pada
Lampiran 2.
2.4.1 Respons Spektral RSNI-03-1726-201X
Berdasarkan RSNI-03-1726-201X cara mendesain respons spektral dapat
dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah seperti dibawah ini :
1. Menentukan nilai SS dan S1
SS dan S1 yang didapatkan dari Peta Gempa Indonesia 2010, lihat Lampiran 2.
Dengan :
SS = parameter percepatan respons spektral MCE (Maximum Credible
Earthquake) dari Peta Gempa Indonesia 2010 pada perioda pendek (0,2
detik) dengan redaman 5%.
S1 = parameter percepatan respons spektral MCE (Maximum Credible
Earthquake) dari Peta Gempa Indonesia 2010 pada perioda 1 detik
dengan redaman 5%.
2. Menentukan kategori resiko bangunan dan faktor keutamaan (Ie)
Untuk menentukan kategori resiko bangunan dan faktor keutamaan dapat dilihat
pada Tabel 2.7 dan Tabel 2.8.
13
Tabel 2.7 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Struktur Lainnya Untuk Beban
Gempa
Jenis Pemanfaatan Kategori Resiko
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan
I
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam katerogi resiko I,III,IV
II
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan Gedung dan struktur lainnya, tidak termasuk kedalam kategori resiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan Gedung dan struktur lainnya yang tidak termasuk dalam kategori resiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya , atau bahan yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
III
Gedung dan struktur lainnya yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk :
• Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan • Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas
bedah dan unit gawat darurat • Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi serta garasi
kendaraan darurat • Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat
perlindungan darurat lainnya • Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas
lainnya untuk tanggap darurat • Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan
pada saat keadaan darurat • Struktur tambahan (termasuk, tidak dibatasi untuk, menara
telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik , tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran ) disyaratkan dalam kategori resiko IV untuk beroperasi pada saat keadaan darurat
• Menara • Fasilitas penampungan air dan struktur pompa yang dibutuhkan untuk
meningkatkan tekanan air pada saat memadamkan kebakaran • Gedung dan struktur lainnya yang memiliki fungsi yang penting
terhadap sistem pertahanan nasional. Gedung dan struktur lain, yang kegagalannya dapat menimbulkan bahaya bagi masyarakat Gedung dan struktur lainnya (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat penyimpanan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya) yang mengandung bahan yang sangat beracun di mana jumlah
IV
14
kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat bila terjadi kebocoran. Gedung dan struktur lainnya yang mengandung bahan yang beracun, sangat beracun atau mudah meledak dapat dimasukkan dalam kategori resiko yang lebih rendah jika dapat dibuktikan dengan memuaskan dan berkuatan hukum melalui kajian bahaya bahwa kebocoran bahan beracun dan mudah meledak tersebut tidak akan mengancam kehidupan masyarakat. Penurunan kategori resiko ini tidak diijinkan jika gedung atau struktur lainnya tersebut juga merupakan fasilitas yang penting. Gedung dan struktur lainnya yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk kedalam kategori resiko IV.
Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung, 2011
Tabel 2.8 Faktor Keutamaan Gempa dan Angin
Kategori Resiko
Faktor Keutamaan Gempa, Ie
Faktor Keutamaan Angin, IW
I atau II 1,00 1,00
III 1,25 1,00
IV 1,50 1,00
Sumber : ASCE 7-10Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures, 2010
3. Menentukan koefisien situs, Fa dan Fv
Untuk menentukan koefisien situs Fa dan Fv dapat dilihat pada Tabel 2.9, Tabel
2.10, dan Tabel 2.11.
Tabel 2.9 Klasifikasi Situs
Kelas Situs sv (m/detik) N atau chN us (kPa)
SA (Batuan Keras) > 1500 N/A N/A SB (Batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A SC (Tanah Keras, Sangat Padat, dan Batuan Lunak)
350 sampai 750 > 50 ≥ 100
SD (Tanah Sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100 SE (Tanah Lunak) < 175 < 15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah dengan karateristik sebagai berikut :
1. Indeks plastisitas, PI > 20, 2. Kadar air, w > 40 persen, dan
3. Kuat geser niralir us < 25 kPa
SF (Tanah Khusus, yang membutuhkan investigasi geoteknik spesifik
Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari karakteristik berikut:
• Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa seperti mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah
15
dan analisis respons spesifik situ yang mengikuti Pasal 6.9.1)
tersementasi lemah • Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H > 3 m) • Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H > 7,5 m
dengan Indeks Plasitisitas PI > 75) • Lapisan lempung lunak/medium kaku dengan ketebalan H >
35 m dengan us < 50 kPa
Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung, 2011
Dengan :
N = tahanan penetrasi standar rata-rata dalam lapisan 30 m paling atas.
chN = tahanan penetrasi standar rata-rata tanah non kohesif dalam lapisan
30 m paling atas.
us = kuat geser niralir.
us = kuat geser niralir rata-rata di dalam lapisan 30 m paling atas.
sv = kecepatan rambat gelombang geser rata-rata pada regangan geser
yang kecil, di dalam lapisan 30 m paling atas.
Tabel 2.10 Koefisien Situs, Fa
Kelas Situs
Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCER Terpetakan Pada Perioda Pendek, T = 0,2 detik, SS
SS ≤ 0,25 SS = 0,5 SS = 0,75 SS = 1 SS ≥ 1,25 SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0 SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0 SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9 SF SSb
Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung, 2011
Catatan :
(a) Untuk nilai-nilai antara SS dapat dilakukan dengan interpolasi linier.
(b) SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis
respon situs spesifik.
16
Tabel 2.11 Koefisien Situs, Fv
Kelas Situs
Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCER Terpetakan Pada Perioda Pendek, T = 1 detik, S1
S1 ≤ 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 ≥ 0,5 SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 SD 2,4 2,0 1,8 1,6 1,5 SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4 SF SSb
Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung, 2011
Catatan :
(a) Untuk nilai-nilai antara S1 dapat dilakukan dengan interpolasi linier.
(b) SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis
respon situs spesifik.
4. Menghitung parameter percepatan spektral desain
saDS SFS .3
2= ..................................................................................................... (2.7)
11 .3
2SFS vD = ...................................................................................................... (2.8)
Dengan :
DSS = parameter percepatan respons spektral pada perioda pendek (0,2 detik)
dengan redaman 5%
1DS = parameter percepatan respons spektral pada perioda 1 detik dengan
redaman 5%
SS = parameter percepatan respons spektral MCE (Maximum Credible
Earthquake) dari Peta Gempa Indonesia 2010 pada perioda pendek
(0,2 detik) dengan redaman 5%
17
S1 = parameter percepatan respons spektral MCE (Maximum Credible
Earthquake) dari Peta Gempa Indonesia 2010 pada perioda 1 detik
dengan redaman 5%
aF = koefisien situs untuk perioda pendek (0,2 detik)
vF = koefisien situs untuk perioda 1 detik
5. Menentukan Kategori Desain Seismik (KDS)
Untuk menentukan Kategori Desain Seismik (KDS) dapat dilihat pada Tabel 2.12
dan Tabel 2.13 dengan menggunakan 2 parameter yaitu SDS dan SD1.
Tabel 2.12 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan
pada Perioda Pendek (SDS)
Kategori Resiko
SDS
SDS < 0,167 0,167 ≤ SDS < 0,33 0,33 ≤ SDS < 0,50 0,50 ≤ SDS I A B C D
II A B C D
III A B C D
IV A C D D
Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung, 2011
Tabel 2.13 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan
pada Perioda 1 detik (SD1)
Kategori Resiko
SD1
SD1 < 0,067 0,067 ≤ SD1 < 0,133 0,133 ≤ SD1 < 0,20 0,20 ≤ SD1 I A B C D
II A B C D
III A B C D
IV A C D D
Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung, 2011
18
6. Spektrum Respons Desain
• Untuk perioda yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan
desain Sa, harus diambil dari persamaan :
+=
0
6,04,0T
TSS DSa ........................................................................... (2.9)
DS
D
S
ST 1
0 2,0= ......................................................................................... (2.10)
Dengan :
Sa = spektrum respons percepatan desain.
SDS = parameter percepatan respons spektral pada perioda pendek
(0,2 detik) dengan redaman 5%.
SD1 = parameter percepatan respons spektral pada perioda pendek 1
detik redaman 5%.
T = perioda fundamental bangunan.
• Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari
atau sama dengan TS, spektrum respons percepatan desain, Sa, sama
dengan SDS.
• Untuk perioda lebih besar dari TS, spektrum respon percepatan desain, Sa,
diambil berdasarkan persamaan :
T
SS D
a1= .............................................................................................. (2.11)
DS
DS S
ST 1= .............................................................................................. (2.12)
19
Gambar 2.2 Spektrum Respons Desain RSNI-03-1726-201X
Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung, 2011
2.4.2 Berat Seismik Efektif
Menurut RSNI-03-1726-201X berat seismik efektif struktur, W, harus
menyertakan seluruh beban mati dan beban lainnya yang terdaftar di bawah ini :
1. Dalam daerah yang digunakan untuk penyimpanan : minimum 25% beban hidup
lantai (beban hidup lantai di garasi publik dan struktur parkiran terbuka, serta
beban penyimpanan yang tidak melebihi 5 % dari berat seismik efektif pada
suatu lantau, tidak perlu disertakan).
2. Jika ketentuan untuk partisi dinyatakan dalam desai beban lantai : diambil
sebagai yang terbesar di antara berat partisi aktual atau berat daerah lantai
minimum sebesar 0,48 kN/m2.
3. Berat operasional total dari peralatan yang permanen.
20
4. Berat lansekap dan beban lainnya pada taman atap dan luasan sejenis lainnya.
2.4.3 Geser Dasar Seismik
Menurut RSNI-03-1726-201X, geser dasar seismik adalah gaya geser atau
lateral total yang bekerja pada tingkat dasar. Ditentukan sesuai dengan persamaan
berikut :
V = CS.W ...................................................................................................................... (2.13)
Dengan :
V = geser dasar seismik
CS = koefisien respons seismik yang ditentukan sesuai dengan Persamaan 2.14
W = berat seismik efektif menurut berat seismik efektif
Koefisien respons seismik, CS, harus ditentukan dengan persamaan berikut :
=
e
DSS
I
R
SC .................................................................................................................... (2.14)
Dengan :
SDS = parameter percepatan respons spektral pada perioda pendek (0,2 detik) dengan
redaman 5%
R = faktor modifikasi respons
Ie = faktor keutamaan hunian yang ditentukan sesuai dengan Tabel 2.8
Nilai CS yang diperoleh dari Persamaan 2.14 tidak perlu melebih dari persamaan berikut:
=
e
DS
I
RT
SC 1 ................................................................................................................. (2.15)
21
Nilai CS yang diperoleh dari Persamaan 2.14 harus tidak kurang dari persamaan berikut :
CS = 0,044.SDS.Ie ≥ 0,01 ............................................................................................ (2.16)
Jika di daerah di mana S1 = 0,6 g maka, nilai CS yang diperoleh dari Persamaan 2.14
harus tidak kurang dari persamaan berikut :
=
e
S
I
R
SC 1.5,0
................................................................................................................ (2.17)
Dengan :
SDS = parameter percepatan respons spektral pada perioda pendek (0,2 detik) dengan
redaman 5%
SD1 =parameter percepatan respons spektral pada perioda 1 detik dengan redaman 5%
S1 = parameter percepatan respons spektral MCE (Maximum Credible Earthquake)
dari Peta Gempa Indonesia 2010 pada perioda 1 detik dengan redaman 5%
R = faktor modifikasi respons, lihat Tabel 2.16
Ie = faktor keutamaan hunian yang ditentukan sesuai dengan Tabel 2.8
2.4.4 Perioda Fundamental Pendekatan
Menurut RSNI-03-1726-201X, perioda fundamental pendekatan, Ta untuk
struktur dengan ketinggian lebih dari 12 tingkat ditentukan dengan persamaan berikut :
xnta hCT = ...................................................................................................................... (2.18)
Dengan :
Ta = perioda fundamental pendekatan
Ct = koefisien yang ditentukan dari Tabel 2.14
x = koefisien yang ditentukan dari Tabel 2.14
22
hn = ketinggian struktur
Tabel 2.14 Nilai Parameter Perioda Pendekatan Ct dan x
Tipe Struktur Ct x Sistem rangka pemikul momen dimana rangka memikul 100% gaya seismik yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa :
Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,80
Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,90
Rangka baja dengan bracing eksentris 0,0731 0,75 Rangka baja dengan bracing terkekang terhadap tekuk 0,0731 0,75 Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75
Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung, 2011
Untuk perioda fundamental pendekatan maksimum ditentukan dengan persamaan
berikut :
Tmax = CU.Ta ................................................................................................................. (2.19)
Dengan :
Tmax = perioda fundamental pendekatan maksimum
CU = koefisien yang ditentukan dari Tabel 2.15
Ta = perioda fundamental pendekatan
Tabel 2.15 Koefisien untuk Batas Atas pada Perioda yang Dihitung
Parameter Percepatan Respons Spektral Desain pada 1 detik, SD1
Koefisien CU
≥ 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤ 0,1 1,7 1.
Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung, 2011
23
2.4.5 Distribusi Vertikal Gaya Gempa
Menurut RSNI-03-1726-201X, distribusi gaya gempa dapat ditentukan dengan
persamaan berikut :
VCF vxx .= ................................................................................................................... (2.20)
∑=
=n
i
kii
kxx
vs
hw
hwC
1
.
. ............................................................................................................ (2.21)
Dengan :
Fx = gaya vertikal gempa
V = gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur
wi = bagian berat seismik efektif total struktur yang di tempatkan atau dikenakan
pada tingkat i
wx = bagian berat seismik efektif total struktur yang di tempatkan atau dikenakan
pada tingkat x
hi = tinggi dari dasar sampai tingkat i
hx = tinggi dari dasar sampai tingkat x
k = eksponen yang terkait dengan perioda struktur sebagai berikut :
• untuk struktur dengan perioda sebesar 0,5 detik atau kurang, k = 1
• untuk struktur dengan perioda sebesar 2,5 detik atau lebih, k = 2
• untuk struktur dengan perioda antara 0,5 dan 2,5 detik, k harus sebesar 2
atau harus ditentukan dengan interpolasi linier antara 1 dan 2
24
2.4.6 Kombinasi Sistem Perangkai dalam Arah yang Berbeda
Sitem penahan gaya seismik yang berbeda diijinkan untuk digunakan, untuk
menahan gaya seismik di masing-masing arah kedua sumbu ortogonal struktur. Bila
sistem yang berbeda digunakan, masing-masing nilai R, Cd, dan Ω0 harus dikenakan
pada setiap sistem, termasuk batasan sistem struktur yang termuat pada Tabel 2.16.
Tabel 2.16 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk Sistem Penahan Gaya Seismik
Sistem Penahan-Gaya Seismik
Koefisien Modifikasi Respons,
Ra
Faktor Kuat-Lebih
Sistem, Ω0
g
Faktor Pembesaran Defleksi, Cd
b
Batasan Sistem Struktur dan Batasan Tinggi Struktur (m)e
Kategori Desain Seismik
B C Dd Ed Fe
A. SISTEM DINDING PENUMPU 1. Dinding geser beton bertulang khusus 5 2½ 5 TB TB 48 48 30 2. Dinding geser beton bertulang biasa 4 2½ 4 TB TB TI TI TI 3. Dinding geser beton polos didetail 2 2½ 2 TB TI TI TI TI 4. Dinding geser beton polos biasa 1½ 2½ 1½ TB TI TI TI TI 5. Dinding geser pracetak menengah 4 2½ 4 TB TB 12k 12k 12k 6. Dinding geser pracetak biasa 3 2½ 3 TB TI TI TI TI 7. Dinding geser batu bata bertulang khusus 5 2½ 3½ TB TB 48 48 30 8. Dinding geser batu bata bertulang menengah 3½ 2½ 2¼ TB TB TI TI TI 9. Dinding geser batu bata bertulang biasa 2 2½ 1¾ TB 48 TI TI TI 10. Dinding geser batu bata polos didetail 2 2½ 1¾ TB TI TI TI TI 11. Dinding geser batu bata polos biasa 1½ 2½ 1¼ TB TI TI TI TI 12. Dinding geser batu bata prategang 1½ 2½ 1¾ TB TI TI TI TI 13. Dinding geser batu bata ringan (AAC) bertulang biasa
2 2½ 2 TB 10 TI TI TI
14. Dinding geser batu bata ringan (AAC) polos biasa
1½ 2½ 1½ TB TI TI TI TI
15. Dinding rangka ringan (kayu) dilapisi dengan panel struktur kayu yang ditujukan untuk tahanan geser, atau dengan lembaran baja
6½ 3 4 TB TB 20 20 20
16. Dinding rangka ringan (baja canai dingin) yang dilapisi dengan panel struktur kayu yang ditujukan untuk tahanan geser, atau dengan lembaran baja
6½ 3 4 TB TB 20 20 20
17. Dinding rangka ringan dengan panel geser dari semua material lainnya
2 2½ 2 TB TB 10 TI TI
18. Dinding rangka baja ringan (baja canai dingin) menggunakan bracing strip datar
4 2 3½ TB TB 20 20 20
B. SISTEM RANGKA BANGUNAN 1. Rangka baja dengan bracing eksentris 8 2 4 TB TB 48 48 30 2. Rangka baja dengan bracing konsentris khusus
6 2 5 TB TB 48 48 30
3. Rangka baja dengan bracing konsentris biasa 3¼ 2 3¼ TB TB 10 10 TI 4. Dinding geser beton bertulang khusus 6 2½ 5 TB TB 48 48 30 5. Dinding geser beton bertulaang biasa 5 2½ 4½ TB TB TI TI TI 6. Dinding geser beton polos detail 2 2½ 2 TB TI TI TI TI 7. Dinding geser beton polos biasa 1½ 2½ 1½ TB TI TI TI TI 8. Dinding geser pracetak menengah 5 2½ 4½ TB TB 12k 12k 12k 9. Dinding geser pracetak biasa 4 2½ 4 TB TI TI TI TI 10. Rangka baja dan beton komposit dengan bracing eksentris
8 2 4 TB TB 48 48 30
11. Rangka baja dan beton komposit dengan bracing konsentris khusus
5 2 4½ TB TB 48 48 30
25
12. Rangka baja dan beton komposit dengan bracing biasa
3 2 3 TB TB TI TI TI
13. Dinding geser pelat baja dan beton komposit
6½ 2½ 5½ TB TB 48 48 30
14. Dinding geser baja dan beton komposit khusus
6 2½ 5 TB TB 48 48 30
15. Dinding geser baja dan beton komposit biasa
5 2½ 4½ TB TB TI TI TI
16. Dinding geser batu bata bertulang khusus 5½ 2½ 4 TB TB 48 48 30
17. Dinding geser batu bata bertulang menengah
4 2½ 4 TB TB TI TI TI
18. Dinding geser batu bata bertulang biasa 2 2½ 2 TB 48 TI TI TI 19. Dinding geser batu bata polos didetail 2 2½ 2 TB TI TI TI TI 20. Dinding geser batu bata polos biasa 1½ 2½ 1¼ TB TI TI TI TI 21. Dinding geser batu bata prategang 1½ 2½ 1¾ TB TI TI TI TI 22. Dinding rangka ringan (kayu) yang dilapisi dengan panel struktur kayu yang dimaksudkan untuk tahanan geser
7 2½ 4½ TB TB 22 22 22
23. Dinding rangka ringan (baja canai dingin) yang dilapisi dengan panel struktur kayu yang dimaksudkan untuk tahanan geser, atau dengan lembaran baja
7 2½ 4½ TB TB 22 22 22
24. Dinding rangka ringan dengan panel geser dari semua material lainnya
2½ 2½ 2½ TB TB 10 TB TB
25. Rangka baja dengan bracing terkekang terhadap tekuk
8 2½ 5 TB TB 48 48 30
26. Dinding geser pelat baja khusus 7 2 6 TB TB 48 48 30 C. SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN 1. Rangka baja pemikul momen khusus 8 3 5½ TB TB TB TB TB 2. Rangka batang baja pemikul momen khusus 7 3 5½ TB TB 48 30 TI 3. Rangka baja pemikul momen menengah 4,5 3 4 TB TB 10h,i TIh TIi 4. Rangka baja pemikul momen biasa 3,5 3 3 TB TB TIh TIh TIi 5. Rangka beton bertulang pemikul momen khusus
8 3 5½ TB TB TB TB TB
6. Rangka beton bertulang pemikul momen menengah
5 3 4½ TB TB TI TI TI
7. Rangka beton bertulang pemikul momen biasa
3 3 2½ TB TI TI TI TI
8. Rangka baja dan beton komposit pemikul momen khusus
8 3 5½ TB TB TB TB TB
9. Rangka baja dan beton komposit pemikul momen menengah
5 3 4½ TB TB TI TI TI
10. Rangka baja dan beton komposit terkekang parsial pemikul momen
6 3 5½ 48 48 30 TI TI
11. Rangka baja dan beton komposit pemikul momen biasa
3 3 2½ TB TI TI TI TI
12. Rangka baja canai dingin pemikul momen khusus dengan pembautan
3½ 3° 3½ 10 10 10 10 10
D. SISTEM GANDA DENGAN RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS YANG MAMPU MENAHAN PALING SEDIKIT 25% GAYA GEMPA YANG DITETAPKAN
1. Rangka baja dengan bracing eksentris 8 2½ 4 TB TB TB TB TB 2. Rangka baja dengan bracing konsentris khusus
7 2½ 5½ TB TB TB TB TB
3. Dinding geser beton bertulang khusus 7 2½ 5½ TB TB TB TB TB 4. Dinding geser beton bertulang biasa 6 2½ 5 TB TB TI TI TI 5. Rangka baja dan beton komposit dengan bracing eksentris
8 2½ 4 TB TB TB TB TB
6. Rangka baja dan beton komposit dengan bracing konsentris khusus
6 2½ 5 TB TB TB TB TB
7. Dinding geser pelat baja dan beton komposit 7½ 2½ 6 TB TB TB TB TB 8. Dinding geser baja dan beton komposit khusus
7 2½ 6 TB TB TB TB TB
9. Dinding geser baja dan beton komposit biasa 6 2½ 5 TB TB TI TI TI 10. Dinding geser batu bata bertulang khusus 5½ 3 5 TB TB TB TB TB
26
11. Dinding geser batu bata bertulang menengah
4 3 3½ TB TB TI TI TI
12. Rangka baja dengan bracing terkekang terhadap tekuk
8 2½ 5 TB TB TB TB TB
13. Dinding geser pelat baja khusus 8 2½ 6½ TB TB TB TB TB E. SISTEM GANDA DENGAN RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH YANG MAMPU MENAHAN PALING SEDIKIT 25% GAYA GEMPA YANG DITETAPKAN
1. Rangka baja dengan bracing konsentris khusus
6 2½ 5 TB TB 10 TI TIh,k
2. Dinding geser beton bertulang khusus 6½ 2½ 5 TB TB 48 30 30 3. Dinding geser batu bata bertulang biasa 3 3 2½ TB 48 TI TI TI 4. Dinding geser baru bata bertulang menengah 3½ 3 3 TB TB TI TI TI 5. Rangka baja dan beton komposit dengan bracing konsentris khusus
5½ 2½ 4½ TB TB 48 30 TI
6. Rangka baja dan beton komposit dengan bracing biasa
3½ 2½ 3 TB TB TI TI TI
7. Dinding geser baja dan beton komposit biasa 5 3 4½ TB TB TI TI TI 8. Dinding geser beton bertulang biasa 5½ 2½ 4½ TB TB TI TI TI F. SISTEM INTERAKTIF DINDING GESER-RANGKA DENGAN RANGKA PEMIKUL MOMEN BETON BERTULANG BIASA DAN DINDING GESER BETON BERTULANG BIASA
4½ 2½ 4 TB TI TI TI TI
G. SISTEM KOLOM KANTILEVER DIDETAIL UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN :
1. Sistem kolom baja dengan kantilever khusus 2½ 1¼ 2½ 10 10 10 10 10 2. Sistem kolom baja dengan kantilever biasa 1¼ 1¼ 1¼ 10 10 TI TIh,i TIh,i 3. Rangka beton bertulang pemikul momen khusus
2½ 1¼ 2½ 10 10 10 10 10
4. Rangka beton bertulang pemikul momen menengah
1½ 1¼ 1½ 10 10 TI TI TI
5. Rangka beton bertulang pemikul momen biasa
1 1¼ 1 10 TI TI TI TI
6. Rangka kayu 1½ 1½ 1½ 10 10 10 TI TI H. SISTEM BAJA TIDAK DIDETAIL SECARA KHUSUS UNTUK KETAHANAN GEMPA, TIDAK TERMASUK SISTEM KOLOM KANTILEVER
3 3 3 TB TB TI TI TI
Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung,
2011
Keterangan : a Faktor modifikasi respons, R, untuk penggunaan pada keseluruhan standar. Catatan : R mereduksi gaya sampai tingkat kekuatan, bukan
tingkat tegangan ijin. b Faktor pembesaran defleksi, Cd, untuk penggunaan dalam Pasal 7.8.6, 7.8.7, dan 7.9.2. c TB = Tidak Dibatasi dan TI = Tidak Diijinkan. d Lihat Pasal 7.2.5.4 untuk penjelasan sistem penahan gaya seismik yang dibatasi sampai bangunan dengan ketinggian 72 m atau kurang. e Lihat Pasal 7.2.5.4 untuk sistem penahan gaya seismik yang dibatasi sampai bangunan dengan ketinggian 48 m atau kurang. f Rangka pemikul momen biasa dijinkan untuk digunakan sebagai pengganti rangka pemikul momen menengah untuk Kategori Desain
Seismik B atau C. g Harga tabel faktor kuat-lebih, Ω0, diijinkan untuk direduksi dengan mengurangi setengah untuk struktur dengan diafragma fleksibel, tetapi
tidak boleh diambil kurang dari 2,0 untuk segala struktur, kecuali untuk sistem kolom kantilever. h Lihat Pasal 7.2.5.6 dan 7.2.5.7 untuk struktur yang dikenai Kategori Desain Seismik D atau E. i Lihat Pasal 7.2.5.6 dan 7.2.5.7 untuk struktur yang dikenai Kategori Desain Seismik F. j Rangka baja dengan bracing konsentris biasa baja diijinkan pada bangunan satu tingkat sampai ketinggian 18m di mana beban mati atap
tidak melebihi 0,96 kN/m2 dan pada struktur griya tawang. k Penambahan ketinggian sampai 13,7 m diijinkan untuk fasilitas gudang penyimpanan satu tingkat.
27
l Dinding geser didefinisikan sebagai dinding struktural. m Definisi “dinding struktural khusus”, termasuk konstruksi pracetak dan cetak di tempat. n Definisi “Rangka Momen Khusus”, termasuk konstruksi pracetak dan cetak di tempat. o Secara berurutan, efek beban seismik dengan kuat lebih Emh, diijinkan berdasarkan perkiraan kekuatan yang ditentukan sesuai dengan
standar yang berlaku p Rangka baja canai dingin pemikul momen khusus dengan pembautan harus dibatasi untuk bangunan dengan tinggi satu lantai sesuai
dengan standar yang berlaku.
2.4.7 Defleksi Pusat Massa
Menurut RSNI-03-1726-201X, defleksi pusat massa di tingkat x (δx) harus
ditentukan sesuai dengan persamaan berikut :
e
xedx I
C δδ
.= ................................................................................................................. (2.22)
Dengan :
δxe = defleksi pada lokasi yang disyaratkan pada pasal ini yang ditentukan dengan
analisis elastis
Cd = faktor pembesaran defleksi, lihat Tabel 2.16
Ie = faktor keutamaan yang ditentukan oleh Tabel 2.8
Tabel 2.17 Simpangan Antar Lantai Ijin, ∆aa,b
Struktur Kategori Resiko
I atau II III IV Struktur, selain dari struktur dinding geser batu bata, 4 tingkat atau kurang dengan dinding interior, partisi, langit-langit dan sistem dinding eksterior yang telah didesain untuk mengakomodasi simpangan antar lantai tingkat 0,025hsx
c 0,020hsx 0,015hsx
Struktur dinding geser kantilever batu bata 0,010hsx 0,010hsx 0,010hsx
Struktur dinding batu bata lainnya 0,007hsx 0,007hsx 0,007hsx
Semua struktur lainnya 0,020hsx 0,015hsx 0,010hsx
Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung, 2011
Keterangan : a hsx adalah tinggi tingkat di bawah tingkat x. b Untuk sistem penahan gaya seismik yang terdiri dari hanya rangka momen dalam Kategori Desain Seismik D, E dan F, simpangan
antar lantai tingkat ijin harus sesuai dengan persyaratan Pasal 7.12.1.1.
28
c Tidak boleh ada batasan simpangan antar lantai untuk struktur satu tungkat dengan dinding interior, partisi, langit-langit, dan
sistem dinding eksterior yang telah didesain untuk mengakomodasi simpangan antar latai tingkat. Persyaratan pemisahan struktur
dari pasal 7.12.3 tidak diabaikan. d Struktur di mana sistem struktur dasar terdiri dari dinding geser batu bata yang didesain sebagai elemen vertikal kantilever dari
dasar atau pendukung fondasi yang dikonstruksikan sedemikian agar penyaluran momen diantara dinding geser (kopel) dapat
diabaikan.
2.4.8 Efek ∆∆∆∆ P
Efek ∆ P adalah efek yang mengacu pada perubahan mendadak dalam geser
tanah, momen overturning, atau distribusi gaya aksial di dasar struktur yang cukup
tinggi atau komponen struktural ketika dikenakan pergantian lateral kritis.
Menurut RSNI-03-1726-201X, efek ∆ P dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
dsxx
ex
ChV
IP
..
..∆=θ ............................................................................................................... (2.23)
Dengan :
θ = koefisien stabilitas
Px = beban desain vertikal total pada dan di atas tingkat x (kN); bila menghitung Px,
faktor beban individu tidak perlu melebihi 1,0
∆ = simpangan antar lantai tingkat desain, terjadi secara serentak dengan Vx (mm)
Ie = faktor keutamaan hunian yang ditentukan sesuai dengan Tabel 2.8
Vx = gaya geser seismik yang bekerja antara tingkat x dan x – 1 (kN)
hsx = tinggi tingkat di bawah tingkat x (mm)
Cd = faktor pembesaran defleksi dalam Tabel 2.16
Koefisien stabilitas (θ) harus tidak melebihi θmax yang ditentukan sebagai berikut :
25,0.
5,0max ≤=
dCβθ ..................................................................................................... (2.24)
29
Dengan :
θmax = koefisien stabilitas maksimum
= rasio kebutuhan geser terhadap kapasitas geser untuk tingkat x dan x – 1.
Rasio ini diijinkan secara konservatif diambil sebesar 1,0
Cd = faktor amplikasi defleksi, lihat Tabel 2.16
2.4.9 Ketidakberaturan Vertikal
Struktur bangunan gedung yang mempunyai satu atau lebih tipe ketidakberaturan
seperti yang terdaftar dalam Tabel 2.18 harus dianggap mempunyai ketidakberaturan
vertikal. Struktur-struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik sebagaimana
yang terdaftar dalam Tabel 2.18 harus memenuhi persyaratan dalam pasal-pasal yang
dirujuk dalam tabel itu.
Pengecualian :
1. Ketidakberaturan struktur vertikal tipe 1a, 1b, atau 2 dalam Tabel 2.18 tidak
berlaku jika tidak ada rasio simpangan antar lantai akibat gaya seismik lateral
desain yang nilainya lebih besar dari 130% rasio simpangan antar lantai tingkat
diatasnya. Pengaruh torsi tidak perlu ditinjau pada perhitungan simpangan antar
lantai. Hubungan rasio simpangan antar lantai tingkat untuk dua tingkat teratas
struktur bangunan tidak perlu dievaluasi.
2. Ketidakberaturan struktur vertikal tipe 1a, 1b, dan 2 dalam Tabel 2.18 tidak perlu
ditinjau pada bangunan satu tingkat dalam semua kategori desain seismik atau
bangunan dua tingkat yang dirancang untuk kategori desain seismik B, C dan D.
30
Tabel 2.18 Ketidakberaturan Vertikal pada Struktur
Tipe Penjelasan Ketidakberaturan Pasal Referensi
Penerapan Kategori Desain
Seismik
1a
Ketidakberaturan Kekakuan Tingkat Lunak didefinisikan ada jika terdapat suatu tingkat di mana kekakuan lateralnya kurang dari 70% kekakuan lateral tingkat di atasnya atau kurang dari 80% kekakuan rata-rata tiga tingkat di atasnya.
Tabel 7.6-1 D, E, dan F
1b
Ketidakberaturan Kekakuan Tingkat Lunak Berlebihan didefinisikan ada jika terdapat suatu tingkat di mana kekakuan lateralnya kurang dari 60% kekakuan lateral tingkat diatasnya atau kurang dari 70% kekakuan rata-rata tiga tingkat di atasnya.
7.3.3.1 Tabel 7.6-1
E dan F D, E, dan F
2
Ketidakberaturan Berat (Massa) didefinisikan ada jika massa efektif semua tingkat lebih dari 150% massa efektif tingkat di dekatnya. Atap yang lebih ringan dari lantai di bawahnya tidak perlu ditinjau.
Tabel 7.6-1 D, E, dan F
3
Ketidakberaturan Geometri Vertikal didefinisikan ada jika dimensi horisontal sistem penahan gaya seismik di semua tingkat lebih dari 130% dimensi horisontal sistem penahan gaya seismik tingkat di dekatnya.
Tabel 7.6-1 D, E, dan F
4
Diskontinuitas Arah Bidang dalam Ketidakberaturan Elemen Penahan Gaya Lateral Vertikal didefinisikan ada jika pegeseran arah bidang elemen penahan gaya lateral lebih besar dari panjang elemen itu atau terdapat reduksi kekakuan elemen penahan di tingkat di bawahnya.
7.3.3.3 7.3.3.4 Tabel 7.6-1
B, C, D, E, dan F D, E, dan F D, E, dan F
5a
Diskontinuitas dalam Ketidakberaturan Kuat Lateral Tingkat didefinisikan ada jika kuat lateral tingkat kurang dari 80% kuat lateral tingkat di atasnya. Kuat lateral tingkat adalah kuat lateral total semua elemen penahan seismik yang berbagi geser tingkat untuk arah yang ditinjau.
7.3.3.1 Tabel 7.6-1
E dan F D, E, dan F
5b
Diskontinuitas dalam Ketidakberaturan Kuat Lateral Tingkat yang Berlebihan didefinisikan ada jika kuat lateral tingkat kurang dari 65% kuat lateral tingkat di atasnya. Kuat tingkat adalah kuat total semua elemen penahan seismik yang berbagi geser tingkat untuk arah yang ditinjau.
7.3.3.1 7.3.3.2 Tabel 7.6-1
D, E, dan F B dan C D, E, dan F
Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung, 2011
31
2.5 Kombinasi Pembebanan
Menurut SNI-03-2847-2002 – Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal kombinasi beban untuk beton adalah sebagai berikut :
1. 1,4D .................................................................................................................. (2.25)
2. 1,2D + 1,6L ....................................................................................................... (2.26)
3. 1,2D + L ± 1,0E ................................................................................................ (2.27)
Dengan mempertimbangkan kombinasi beban gempa (E) dalam arah orthogonal
maka kombinasi beban gempa (E) dapat dibagi menjadi :
• 1,2D + 1,0L + (1,0X + 0,3Y) ................................................................. (2.28)
• 1,2D + 1,0L + (1,0X − 0,3Y) ................................................................. (2.29)
• 1,2D + 1,0L + (−1,0X + 0,3Y) ............................................................... (2.30)
• 1,2D + 1,0L + (−1,0X − 0,3Y) ............................................................... (2.31)
• 1,2D + 1,0L − (0,3X + 1,0Y) ................................................................. (2.32)
• 1,2D + 1,0L − (0,3X – 1,0Y) ................................................................. (2.33)
• 1,2D + 1,0L − (−0,3X + 1,0Y) ............................................................... (2.34)
• 1,2D + 1,0L − (−0,3X – 1,0Y) ............................................................... (2.35)
4. 0,9D ± 1,0E ...................................................................................................... (2.36)
Dengan mempertimbangkan kombinasi beban gempa (E) dalam arah orthogonal
maka kombinasi beban gempa (E) dapat dibagi menjadi :
• 0,9D + (1,0X + 0,3Y) ........................................................................... (2.37)
• 0,9D + (1,0X − 0,3Y) ........................................................................... (2.38)
• 0,9D + (−1,0X + 0,3Y) ......................................................................... (2.39)
• 0,9D + (−1,0X − 0,3Y) ......................................................................... (2.40)
32
• 0,9D − (0,3X + 1,0Y) ........................................................................... (2.41)
• 0,9D − (0,3X – 1,0Y) ........................................................................... (2.42)
• 0,9D − (−0,3X + 1,0Y) ......................................................................... (2.43)
• 0,9D − (−0,3X – 1,0Y) ......................................................................... (2.44)
Dengan :
D = beban mati
L = beban hidup
E = beban gempa
X = beban gempa arah X
Y = beban gempa arah Y
2.6 Software ETABS
ETABS (Extended 3D Analysis of
yang sangat populer di dunia teknik sipil.
Berkeley ini sangat membantu
desain. ETABS menjadi salah satu standar bagi para
bangunan tingkat tinggi untuk melakukan analisis dinamik.
Gambar 2.3 ETABS (
33
ETABS
Extended 3D Analysis of Building Systems) adalah salah satu ap
yang sangat populer di dunia teknik sipil. Software yang dikembangkan oleh CSI
membantu dalam melakukan pemodelan struktur, analisis, dan
ETABS menjadi salah satu standar bagi para perencana terutama untuk
bangunan tingkat tinggi untuk melakukan analisis dinamik.
Gambar 2.3 ETABS (Extended 3D Analysis of Building Systems
Sumber : www.csiberkeley.com
adalah salah satu aplikasi
yang dikembangkan oleh CSI
dalam melakukan pemodelan struktur, analisis, dan
perencana terutama untuk
Extended 3D Analysis of Building Systems)
34
Berdasarkan ETABS Integrated Building Design Software, untuk permodelan
pelat lantai pada ETABS, terdapat 3 jenis pemodelan pelat yang dapat digunakan yaitu:
1. Membrane
Gambar 2.4 Gaya Pada Pemodelan Membrane
Gaya dapat ditahan oleh membrane adalah gaya sebidang dan momen normal,
serta tipe membrane tidak menyumbang kekakuan tambahan pada struktur.
2. Shell
Gambar 2.5 Gaya Pada Pemodelan Shell
Gaya dapat ditahan oleh shell adalah gaya transversal dan momen lentur, akan
tetapi tipe shell menyumbang kekakuan tambahan pada struktur. Oleh karena itu
tipe shell digunakan apabila desain pelat lantai sebagai pengakuan tambahan.
3. Plate
Gambar 2.6 Gaya Pada Pemodelan Plate
Plate adalah gabungan dari membrane dan shell.