bab 2 tinjauan pustakalibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2013-2-01605...6 bab 2 tinjauan...

51
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Basis Data Menurut Connolly dan Begg (2010: 65) Basis data adalah kumpulan data yang saling berhubungan satu sama lain secara logis, dan juga merupakan pendeskripsian dari data-data tersebut, yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi suatu organisasi. Menurut Indrajani (2011: 2) Basis data adalah tempat penyimpanan data yang besar, di mana dapat digunakan oleh banyak pengguna. Seluruh item basis data tidak lagi dimiliki oleh satu departemen melainkan menjadi sumber daya perusahaan yang dapat digunakan bersama. 2.1.1 Keuntungan Basis Data Database merupakan suatu gudang data yang besar dan bias digunakan secara simultan oleh banyak departemen dari organisasi dan pengguna. Database bukan hanya dimiliki oleh satu departemen saja, tapi merupakan sumber daya organisasi yang dapat digunakan bersama. Database memiliki beberapa keuntungan, antara lain: a. Mengurangi atau menghilangkan duplikasi data. b. Meningkatkan integritas data. c. Memelihara sifat indepedensi data. d. Meningkatkan keamanan data. e. Memelihara konsistensi data. f. Data lebih mudah di manipulasi. g. Data mudah digunakan dan diakses. 2.2 Pengertian Sistem Manajemen Basis Data Menurut Whitten et. al. (2004: 554), sistem manajemen basis data atau Database Management System (selanjutnya akan disingkat DBMS) adalah sistem perangkat lunak komputer khusus yang disediakan oleh vendor-vendor komputer yang digunakan untuk membuat, mengakses, mengontrol dan mengelola basis data. DBMS bekerja seperti mesin yang merespon perintah-perintah khusus untuk membuat struktur basis data.

Upload: others

Post on 17-Jan-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Basis Data

Menurut Connolly dan Begg (2010: 65) Basis data adalah kumpulan

data yang saling berhubungan satu sama lain secara logis, dan juga

merupakan pendeskripsian dari data-data tersebut, yang dirancang untuk

memenuhi kebutuhan informasi suatu organisasi.

Menurut Indrajani (2011: 2) Basis data adalah tempat penyimpanan

data yang besar, di mana dapat digunakan oleh banyak pengguna. Seluruh

item basis data tidak lagi dimiliki oleh satu departemen melainkan menjadi

sumber daya perusahaan yang dapat digunakan bersama.

2.1.1 Keuntungan Basis Data

Database merupakan suatu gudang data yang besar dan bias

digunakan secara simultan oleh banyak departemen dari organisasi

dan pengguna. Database bukan hanya dimiliki oleh satu departemen

saja, tapi merupakan sumber daya organisasi yang dapat digunakan

bersama. Database memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

a. Mengurangi atau menghilangkan duplikasi data.

b. Meningkatkan integritas data.

c. Memelihara sifat indepedensi data.

d. Meningkatkan keamanan data.

e. Memelihara konsistensi data.

f. Data lebih mudah di manipulasi.

g. Data mudah digunakan dan diakses.

2.2 Pengertian Sistem Manajemen Basis Data

Menurut Whitten et. al. (2004: 554), sistem manajemen basis data

atau Database Management System (selanjutnya akan disingkat DBMS)

adalah sistem perangkat lunak komputer khusus yang disediakan oleh

vendor-vendor komputer yang digunakan untuk membuat, mengakses,

mengontrol dan mengelola basis data. DBMS bekerja seperti mesin yang

merespon perintah-perintah khusus untuk membuat struktur basis data.

7

Sedangkan menurut Connolly dan Begg (2010: 66), Database

Management System merupakan sistem perangkat lunak yang

memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, merancang atau membuat,

merawat, dan mengontrol akses kedalam database. Fasilitas yang

disediakan oleh DBMS, antara lain:

a. Memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan database melalui Data

Definition Language (DDL). Pengguna dapat menentukan tipe data,

struktur dan batasan aturan pada data yang akan di simpan ke dalam

database.

b. Memungkinkan pengguna untuk membuat, mengubah, menghapus, dan

menampilkan data dari database dengan menggunakan Data

Manipulation Language (DML).

c. DBMS menyediakan akses control ke database, yaitu:

1. Security system, sistem yang dapat mencegah pengguna yang tidak

memiliki otoritas untuk mengakses database.

2. Integrity system, sistem yang menjaga konsisten penyimpanan data.

3. Concurrency control system, sistem yang memungkinkan pengguna

untuk mengakses databse bersamaan dengan pengguna lain.

4. Recovery control system, mengembalikan database ke kondisi

sebelumya bila terjadi kerusakan atau kesalahan pada perangkat

keras atau lunak.

5. User-accessible catalog, adanya deskripsi data di dalam sebuah

database.

2.2.1 Komponen Lingkungan Sistem Manajemen Basis Data

Menurut Connolly dan Begg (2010: 68), terdapat lima

komponen penting DBMS.

Gambar 2.1 Komponen DBMS

8

a. Hardware

DBMS dan aplikasi-aplikasinya membutuhkan

perangkat keras untuk beroperasi. Perangkat keras dapat

berkisar dari komputer personal tunggal, mainframe tunggal,

hingga suatu jaringan komputer.

b. Software

Komponen perangat lunak terdiri dari DBMS itu

sendiri dan program aplikasi, bersama dengan sistem operasi,

termasuk perangkat lunak jaringan jika DBMS sedang

digunakan melalui suatu jaringan.

c. Data

Komponen yang mungkin paling penting dari

lingkungan DBMS dari sudut pandang pengguna akhir adalah

data. Data berperan sebagai jembatan antara komponen-

komponen mesin dan komponen-komponen manusia.

d. Procedures

Merupakan instruksi dan aturan-aturan yang mengatur

perancangan dan penggunaan basis data. Pengguna sistem dan

staff yang mengatur basis data memerlukan prosedur-prosedur

yang telah didokumentasikan tentang bagaimana

menggunakan dan menjalankan sistem.

e. People

Komponen ini meliputi database administrator,

database design, application developers, dan end users.

Berikut adalah penjelasannya :

1. Database administrator

Bertanggung jawab atas realisasi fisik dari basis

data, termasuk perancangan basis data fisikal dan

implementasi, keamanan dan kontrol integritas, perawatan

sistem operasional, dan meyakinkan kinerja aplikasi yang

memuaskan untuk pengguna.

2. Database design

Di dalam database design terdapat dua jenis

database design yaitu:

9

a) Logical database design

Terkait dengan identifikasi data seperti entitas

dan atribut, hubungan keterkaitan antara data, dan

batasan data yang disimpan dalam basis data.

b) Physical database design

Memutuskan bagaimana perancangan basis

data logikal direalisasikan secara spesifik.

3. Application developers

Bertanggung jawab setelah basis data

diimplementasikan, aplikasi yang menyediakan

fungsionalitas yang sangat diperlukan untuk end-users dan

harus diimplementasikan.

4. End-user

Basis data yang telah dirancang,

diimplementasikan, dan sedang dirawat agar dapat

menyajikan kebutuhan–kebutuhan informasi mereka. End-

user dapat diklasifikasikan berdasarkan cara mereka

menggunakan sistem: naive user dan sophisticated user.

a. Naïve user adalah user yang mengakases basis data

melalui program aplikasi spesial yang mencoba untuk

membuat operasi sederhana sehingga tidak perlu

mengetahui mengenai basis data atau DBMS.

b. Sophisticated user adalah user yang lebih mengenal

struktur basis data dan fasilitas yang ditawarkan oleh

DBMS.

2.2.2 Fungsi Sistem Manajemen Basis Data

Menurut Connolly dan Begg (2010: 99), DBMS harus

memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Data Storage, Retrieval, dan Update

DBMS memungkinkan pengguna untuk menyimpan,

mengambil, dan mengubah data.

b. A User-Accessible Catalog

10

Katalog yang berisikan deskripsi data item dan dapat

diakses oleh pengguna.

c. Transaction Support

Mekanisme yang akan menjamin seluruh perubahan data

yang berhubungan dengan transaksi yang sudah ada maupun

yang akan dibuat.

d. Concurrency Control Services

Mekanisme yang menjamin seluruh perubahan data

secara benar ketika beberapa pengguna melakukan pengubahan

terhadap data yang sama secara bersama-sama.

e. Recovery Services

Mekanisme untuk pemulihan basis data ke keadaan

semula ketika terjadi kerusakan atau kesalahan pada suatu basis

data.

f. Authorization Services

Mekanisme yang menjamin bahwa hanya pengguna yang

terotoritasi yang dapat mengakses basis data.

g. Support Data Communication

Terintegrasi dengan software komunikasi sehingga basis

data dapat diakses dari lokasi yang jauh.

h. Integrity Services

Memiliki saran yang menjamin semua data di dalam

basis data maupun perubahan-perubahan terhadap data tersebut

mengikuti aturan-aturan berlaku.

i. Services to Promote Data Independent

Mendukung kemandirian data sehingga software tidak

terpengaruh terhadap struktur aktual dari basis data.

j. Utility Services

Menyediakan berbagai program, seperti program analisis

statistik, pengawasan fasilitas, fasilitas reorganisasi indek, dan

lain-lain.

11

2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Sistem Manajemen Basis Data

Menurut Connolly dan Begg (2010: 77), DBMS mempunyai

keuntungan dan kerugian sebagai berikut:

2.2.3.1 Keuntungan DBMS

1. Kontrol terhadap pengulangan data

Basis data berusaha untuk menghilangkan

pengulangan data dengan mengintegrasikan file sehingga

berbagai copy dari data yang sama tidak tersimpan. Tetapi,

pendekatan basis data tidak menghilangkan pengulangan

sepenuhnya redundansi sepenuhnya, tetapi mengendalikan

jumlah pengulangan data.

2. Data yang konsisten

Dengan menghilangkan atau mengendalikan

pengulangan dapat mengurangi resiko terjadinya ketidak-

konsistenan suatu data.

3. Semakin banyak informasi yang didapat dari data yang

sama

Dengan data operasional yang terintegrasi, hal ini

memungkinkan bagi organisasi untuk mendapat informasi

tambahan dari data yang sama.

4. Pembagian data

Basis data termasuk bagian dari keseluruhan

organisasi dan dapat dibagikan ke semua pengguna yang

terotoritasi.

5. Menambah integritas data

Integritas basis data mengacu pada pada validitas dan

konsistensi data yang disimpan. Integritas biasanya

menunjukkan batasan-batasan, yaitu aturan-aturan

konsistensi yang tidak boleh dilanggar dalam basis data.

Batasan-batasan dapat diterapkan pada data atau pada

relasi antar data. Integritas memungkinkan Database

Administrator (selanjutnya akan disingkat DBA) untuk

12

menjelaskan dan memungkinkan DBMS untuk membuat

batasan integritas.

6. Menambah keamanan data

Keamanan basis data adalah perlindungan basis data

dari pengguna yang tidak berhak. Hal ini dapat dilakukan

dengan menggunakan username dan password untuk

mendefinisikan orang yang berwenang menggunakan basis

data. Akses pengguna yang berwenang pada basis data

mungkin dibatasi oleh jenis operasi seperti insert, view,

update dan delete.

7. Penetapan standarisasi

Integrasi memungkinkan DBA untuk mendefinisikan

dan membuat standar yang diperlukan. Standar ini

termasuk standar departemen, organisasi, nasional atau

internasional dalam hal format data, untuk memfasilitasi

pertukaran data antar sistem, ketetapan penamaan,

standarisasi dokumentasi, prosedur update, dan aturan

pengaksesan.

8. Pengurangan biaya

Dengan menggabungkan seluruh data operasional

organisasi ke dalam suatu basis data, dan membuat

serangkaian aplikasi yang bekerja pada satu sumber data

dapat menghemat biaya.

9. Menyeimbangkan konflik kebutuhan

Setiap pengguna mempunyai kebutuhan yang

mungkin bertentangan dengan kebutuhan pengguna lain.

Basis data dikendalikan oleh DBA dan dapat membuat

keputusan berkaitan dengan perancangan dan penggunaan

operasional basis data yang menyediakan penggunaan

terbaik dari sumber daya bagi keseluruhan organisasi.

10. Menambah pengaksesan data dan hasil

Dengan pengintegrasian data yang melintasi batasan

department dapat secara langsung diakses oleh pengguna

akhir. Banyak DBMS menyediakan fasilitas query atau

13

pembuatan laporan yang memungkinkan pengguna untuk

menanyakan pertanyaan khusus dan untuk mendapatkan

informasi secara tepat dari terminalnya, tanpa

membutuhkan programmer untuk membuat program yang

menghasilkan informasi dari basis data.

11. Menambah produktivitas

DBMS menyediakan banyak fungsi-fungsi standar

yang biasanya programmer harus tulis di aplikasi berbasis

file. Perlengkapan dari fungsi-fungsi ini memungkinkan

programmer untuk berkonsentrasi pada fungsi-fungsi

khusus yang dibutuhkan pengguna tanpa harus khawatir

tentang detail implementasi. Hasilnya meningkatkan

produktifitas programmer dan mengurangi waktu

pengembang.

12. Menambah pemeliharaan data melalui independensi data

DBMS memisahkan data dengan aplikasi sehingga

membuat aplikasi tidak harus terpengaruh oleh

pengubahan data.

13. Menambah konkurensi

Bila dua atau lebih pengguna dapat mengakses file

yang sama secara bersamaan, kemungkinan pengaksesan

tersebut akan saling mempengaruhi, mengakibatkan

kehilangan informasi dan integritas. Banyak DBMS

mengelola pengaksesan secara bersamaan pada basis data

dan memastikan masalah tersebut tidak terjadi.

14. Menambah backup dan recovery

Banyak sistem berbasis file melakukan pengamanan

data terhadap gangguan pada sistem atau program aplikasi

oleh pengguna. Caranya adalah dengan membuat backup

data. Sebaliknya, DBMS menyediakan fasilitas untuk

meminimalisasi pemprosesan yang hilang akibat

kegagalan.

14

2.2.3.2 Kerugian DBMS

1. Kompleksitas

Ketentuan dari fungsi yang diharapkan dari DBMS

yang baik membuat DBMS menjadi sebuah software yang

sangat komplek. Perancangan dan pengembangan basis

data, data administrator dan database administrator, serta

pengguna akhir harus memahami fungsi tersebut untuk

mendapatkan banyak keuntungan dari DBMS ini.

2. Ukuran yang besar

Fungsi yang komplek dan luas membuat DBMS

menjadi software yang sangat besar, memerlukan banyak

ruang hard disk dan jumlah memori yang sangat besar

untuk berjalan dengan efisien.

3. Biaya dari DBMS

Biaya dari DBMS bervariasi, tergantung pada

lingkungan dan fungsi yang disediakan. Selain itu juga

terdapat biaya pemeliharaan tahunan yang juga dimasukan

dalam daftar harga DBMS.

4. Biaya penambahan perangkat keras

Kebutuhan tempat penyimpanan bagi DBMS dan

basis data sangat memerlukan pembelian tempat

penyimpanan tambahan. Lebih lanjut, untuk mencapai

performa yang diperlukan, mungkin diperlukan untuk

membeli mesin yang lebih besar lagi. Hal ini tentu

memerlukan tambahan biaya yang tidak sedikit.

Tergantung pada spesifikasi perangkat keras yang

diperlukan.

5. Biaya konversi

Untuk mengkonversi sistem lama ke sistem yang

baru yang memakai DBMS terkadang sangat mahal.

6. Kinerja

Pada dasarnya DBMS dibuat untuk menyediakan

banyak aplikasi, akibatnya mungkin beberapa aplikasi

akan berjalan tidak seperti biasanya.

15

7. Efek yang besar dari kegagalan

Karena sistem yang terpusat, jika seluruh user dan

aplikasi terakses dari DBMS maka kerusakan pada bagian

maupun dari sistem, akan menyebabkan operasi terhenti.

2.3 Siklus Basis Data

Menurut Connolly dan Begg (2010: 313), tahapan-tahapan pada

siklus hidup basis data adalah seperti Gambar 2.2 berikut :

Gambar 2.2 Tahapan – Tahapan Sistem Pengembangan Database Lifecycle

16

2.3.1 Database Planning

Perencanaan basis data merupakan kegiatan pengaturan yang

memungkinkan tahapan-tahapan dari database system development

lifecycle dapat direalisasikan secara efektif dan efisien mungkin.

1. Identifikasi rencana, sasaran dan tujuan perusahaan dengan

penentuan kebutuhan sistem informasi.

2. Evaluasi sistem informasi yang sedang berjalan untuk menentukan

kelebihan dan kekurangan yang ada.

3. Penilaian peluang teknologi informasi apakah mampu

menghasilkan keuntungan yang kompetitif.

2.3.2 System Definition

Mendefinisikan sistem yaitu menentukan ruang lingkup dan

batasan aplikasi basis data, dan sudut pandang yang utama. Sudut

pandang sangat diperlukan untuk mengidentifikasi informasi yang

dibutuhkan oleh pengguna. Sudut pandang menggambarkan apa yang

dibutuhkan oleh aplikasi basis data dari sudut pandang peran jabatan

tertentu atau dari sudut pandang area aplikasi organisasi.

User view mendefinisikan apa yang dibutuhkan dari aplikasi

basis data berdasarkan peranan pekerjaan seperti manajer dan

supervisor atau berdasarkan area aplikasi perusahaan seperti

pemasaran, personalia dan pengendalian persediaan.

17

Gambar 2.3 User View

2.3.3 Requirement Collection and Analysis

Proses mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang

bagian dari organisasi yang didukung oleh sistem basis data, dan

menggunakan informasi ini untuk mengidentifikasi kebutuhan untuk

sistem yang baru. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan

informasi disebut Fact Finding Techiques, yaitu:

1) Memeriksa Dokumentasi

Pemahaman terhadap jalannya sistem akan cepat diperoleh

dengan memeriksa dokumen-dokumen, formulir, laporan, dan

dokumentasi lainnya yang berkaitan dengan sistem yang sedang

berjalan.

2) Wawancara

Wawancara merupakan cara yang paling umum dipakai.

Wawancara bertujuan untuk mengumpulkan fakta, memeriksa

kebenaran fakta yang ada dan mengklarifikasinya,

mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan, dan mengumpulkan ide-

ide dan pendapat. Teknik ini memerlukan kemampuan komunikasi

yang baik dalam menghadapi pengguna yang memiliki nilai,

prioritas, pendapat, motivasi dan kepribadian yang berbeda-beda.

3) Kuesioner

Kuesioner adalah dokumen yang bertujuan khusus yang

memungkinkan fakta-fakta dikumpulkan dari banyak orang serta

menjaga kontrol terhadap tanggapan yang diberikan. Ada dua tipe

pertanyaan yang dapat ditanyakan dalam kuesioner, yaitu format

bebas dan format pasti. Format bebas memungkinkan responden

lebih bebas dalam memberikan jawaban, sedangkan format pasti

menyediakan pilihan jawaban yang harus dipilih oleh responden.

4) Observasi

Observasi merupakan teknik yang efektif untuk mengerti

sistem. Ketika melakukan observasi, pengamat dimungkinkan

untuk berpartisipasi atau melihat kegiatan tiap orang dalam

menggunakan sistem. Teknik ini mudah digunakan untuk

18

mengumpulkan data terhadap berbagai pertanyaan yang

kompleksitasnya sesuai kebutuhan sistem berdasarkan penjelasan

pengguna akhir.

5) Penelitian

Penelitian digunakan untuk mengkaji masalah dan

penerapan. Penelitian dapat menggunakan informasi terkini

seperti jurnal komputer, buku referensi, dan internet. Selain

itu, dapat juga menggunakan informasi bagaimana orang lain

memecahkan masalah yang sama.

2.3.4 Database Design

Merancang basis data adalah proses yang menghasilkan

sebuah desain yang dapat mendukung mission statement dan mission

objectives suatu organisasi untuk kebutuhan sistem basis data.

1) Top-Down

Pendekatan ini diawali dengan membuat model data.

Pendekatan top-down dapat diilustrasikan menggunakan model

entity-relationship (ER) yang high level, kemudian

mengidentifikasi entitas, dan relasi antara entitas organisasi.

Pendekatan ini sesuai untuk basis data yang kompleks.

2) Bottom-Up

Pendekatan ini dimulai dari level dasar atribut (properti

entitas dan relasi), menganalisis hubungan antar atribut,

mengelompokkan atribut-atribut tersebut dalam suatu relasi yang

menggambarkan tipe entitas dan relasi antara entitas. Pendekatan

ini banyak digunakan untuk basis data dengan jumlah atribut yang

sedikit.

3) Inside-Out

Inside-out ini mirip seperti bottom-up, perbedaannya yaitu

pada tahap awal mengidentifikasi entitas utama lalu

menguraikannya menjadi relasi entitas-entitas dan atribut-atribut

yang berhubungan dengan entitas utama.

4) Mixed

Mixed ini menggunakan bottom-up dan top-down.

19

2.3.5 DBMS Selection

Memilih sistem manajemen basis data yang tepat untuk

mendukung aplikasi basis data. Apabila tidak ada sistem manajemen

basis data yang dipakai sebelumnya, maka tahap pemilihan sistem

manajemen basis data ini dilakukan diantara tahap perancangan basis

data konseptual dan perancangan basis data logikal. Pemilihan dapat

dilakukan kapan pun sebelum menuju desain logikal asalkan telah

terdapat cukup informasi mengenai kebutuhan sistem. Tahapan-

tahapan untuk memilih DBMS:

1. Mendefinisikan terminology studi referensi

2. Mendaftar dua atau tiga produk

3. Evaluasi produk

4. Rekomendasi pilihan dan laporan produk

2.3.6 Application Design

Menurut Connolly dan Begg (2010:329), application design

merupakan perancangan user interface dan program aplikasi yang

menggunakan dan mengolah basis data.

Dalam kebanyakan kasus, tidak mungkin untuk melengkapi

perancangan aplikasi hingga perancangan basis data telah selesai. Di

sisi lain, basis data ada untuk mendukung aplikasi, sehingga harus ada

aliran informasi antara desain aplikasi dan desain basis data.

2.3.7 Prototyping

Pada tahap ini ditujukan untuk membuat prototipe dari aplikasi

basis data. Hasil prototype ini memungkinkan perancang atau

pengguna untuk memvisualisasikan serta mengevaluasi bentuk akhir

sistem. Tujuan utama dari tahap ini yaitu:

1) Untuk mengidentifikasi fitur sistem yang sedang berjalan.

2) Untuk memberikan perbaikan-perbaikan atau penambahan fitur

baru ke sistem basis data.

3) Untuk memperjelas kebutuhan pengguna dan pengembang sistem.

20

4) Untuk mengevaluasi kelayakan dan kemungkinan apa yang terjadi

dari desain sistem.

2.3.8 Implementation

Implementasi merupakan relisasi fisik dari perancangan

basisdata dan rancangan aplikasinya. Implementasi basis data dicapai

dengan menggunakan Data Definition Language (DDL) dari DBMS

yang di pilih atau graphical user interface (GUI), diamana

menyediakan fungsional yang sama menyembunyikan penyataan

DDL tingkat rendah. Juga mengimpelmentasikan komponen –

komponen lainya dari perancangan aplikasi seperti layar menu, form

pemasukan data, dan laporan.

2.3.9 Data Conversion and Loading

Melakukan pemindahan data yang ada ke dalam basis data

baru dan mengkonversikan aplikasi yang ada agar dapat digunakan

pada basis data yang baru. Tahapan ini dibutuhkan ketika sistem basis

data baru menggantikan sistem yang lama.

2.3.10 Testing

Suatu proses eksekusi program aplikasi dengan tujuan untuk

menemukan kesalahan. Apabila proses pengujian ini berjalan dengan

baik, maka pengguna dapat melihat masalah yang masih terjadi pada

aplikasi maupun struktur basis data. Pengujian ini hanya akan terlihat

jika terjadi kesalahan pada software. Kriteria yang diperlukan dalam

melakukan testing atau evaluasi antara lain:

1. Learnability, berapa lama waktu yang di butuhkan pengguna baru

untuk menjadi produktif dengan system.

2. Performance, seberapa baik respon system sesuai praktek kerja.

3. Robustness, toleransi system dari kesalahan pengguna.

4. Recovarability, seberapa baik system pulih dari kesalahan

pengguna.

5. Adaptability, seberapa dekat system terkait dengan satu model

pekerjaan.

21

2.3.11 Operational Maintenance

Sistem diimplementasikan secara penuh serta diawasi dan

dipelihara secara berkala. Jika diperlukan kebutuhan baru, dapat

dikerjakan setelah melalui tahapan perancangan basis data.

2.4 Metodologi Perancangan Basis Data

Menurut Connolly dan Begg (2010: 467), perancangan basis data

mempunyai tiga tahapan perancangan yaitu perancangan konseptual,

perancangan logikal dan perancangan fisikal, berikut adalah penjelasannya:

a. Perancangan Basis Data Konseptual

Suatu proses pembentukan model informasi yang digunakan

dalam suatu organisasi, bebas dari keseluruhan aspek fisik. Model data

dibangun dengan menggunakan informasi dalam penentuan kebutuhan

pengguna. Model data konseptual merupakan sumber informasi untuk

fase desain logikal. Berikut adalah langkah-langkah dalam metodologi

perancangan basis data konseptual yaitu:

1. Mengidentifikasi tipe entitas

Langkah pertama dalam membangun model data konseptual

lokal adalah menentukan objek utama untuk membangun basis data.

Setelah menentukan objek, maka dapat dilakukan identifikasi entitas

yang diperlukan untuk membangun basis data tersebut.

2. Mengidentifikasi tipe relasi

Setelah mengidentifikasi semua entitas yang diperlukan,

langkah selanjutnya adalah menentukan relasi dari semua entitas

yang ada.

3. Mengidentifikasi dan menghubungkan atribut dengan entitas atau

relasi

Dalam langkah ini dilakukan identifikasi atribut yang dapat

mewakili entitas dan relasi yang telah dibuat.

4. Menentukan domain atribut

Tujuan dari langkah ini adalah untuk menentukan semua

batasan nilai dari atribut yang telah dibuat.

5. Menentukan atribut yang termasuk candidate key dan primary key

22

Pada langkah ini dilakukan pemilihan candidate key dari

semua atribut pada setiap entitas yang ada, kemudian dari candidate

key tersebut dipilih satu atribut yang akan menjadi primary key.

6. Mempertimbangkan penggunaan konsep enhanced modelling

Dalam langkah ini, model entitas yang telah ada dapat

dikembangkan, misalnya membuat spesifikasi, generalisasi,

agresasi, maupun komposisi dari entitas yang ada.

7. Memeriksa model dari redundansi

Pada tahap ini dilakukan pengecekan redundansi dari model

data konseptual lokal yang telah dibuat.

8. Memeriksa validitas model konseptual lokal terhadap transaksi

pengguna

Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa model data

konseptual lokal yang telah dibuat dapat mendukung semua

transaksi yang dilakukan oleh pengguna

9. Meninjau model data konseptual lokal dengan pengguna

Sebelum menyelesaikan langkah ini maka harus dilakukan

peninjauan kembali dari model data konseptual lokal dengan

pengguna. Dalam model data konseptual terdapat entity relationship

diagram dan dokumen yang menjelaskan model data.

b. Perancangan Basis Data Logikal

Suatu proses pembentukan model dari informasi yang digunakan

dalam organisasi berdasarkan model data tertentu, tetapi tidak

bergantung terhadap sistem manajemen basis data tertentu dan aspek

fisik lainnya. Model data konseptual yang telah dibuat sebelumnya

diperbaiki dan dipetakan ke dalam model data logikal. Berikut adalah

langkah-langkah dalam metodologi perancangan basis data logikal

yaitu:

1. Penurunan relasi untuk model data logikal

Membuat relationship dari logikal data model untuk

merepresentasikan entity, relationship, dan atribut yang sudah

diidentifikasi.

Pada model ini bertujuan untuk memperbaiki model data

konseptual dengan cara menghilangkan many-to-many binary

23

relationship types, many-to-many recursive relationship types,

complex relationship types, dan multi-valued attributes.

Bertujuan untuk membuat hubungan antara model data

logikal untuk merepresentasikan entitas, relasi, atribut yang telah

diidentifikasikan. Berikut ini adalah relasi yang dapat terjadi dari

model data yaitu:

a) Strong entity types;

b) Weak entity types;

c) One-to-many (1:*) binary relationship types;

d) One-to-one (1:1) binary relationship types;

e) Superclass/subclass relationship types;

f) Many-to-many (*:*) binary relationship types;

g) Complex relationship types;

h) Multi-valued attributes.

2. Memvaliditasi relasi menggunakan normalisasi

Tahap ini bertujuan untuk mencek validitas hubungan dalam

model data logikal dengan menggunakan normalisasi.

3. Memeriksa validitas relasi terhadap transaksi pengguna

Pada tahap ini bertujuan untuk memastikan hubungan dalam

model data logikal mendukung transaksi yang dibutuhkan.

4. Menentukan integrity constraints

Integrity constraints adalah batasan yang ditentukan untuk

menghindari data menjadi tidak konsisten. Berikut adalah tipe-tipe

integrity constraints :

a) Required data;

b) Attribute domain constraints;

c) Multiplicity ;

d) Entity integrity;

e) Refenrential integrity;

f) General constraints.

5. Meninjau model data logikal lokal dengan pengguna

Tahap ini bertujuan untuk memeriksa kembali model data

logikal dengan pengguna untuk memastikan model data logikal dan

24

dokumentasi pendukung yang menjelaskan model telah

merepresentasikan kebutuhan.

6. Membangun dan memvalidasikan model data global (optional)

Menggabungkan masing-masing model data logical lokal

menjadi sebuah model data logical global yang menggambarkan

perusahaan.

7. Memeriksa pertumbuhan yang akan datang

Menentukan perubahan signifikan yang dapat muncul di masa

mendatang dan mengkaji apakah logikal data model yang sudah

dibuat dapat mengatasi perubahan tersebut.

c. Perancangan Basis Data Fisikal

Suatu proses yang menghasilkan deskripsi implementasi basis

data pada penyimpanan sekunder. Menggambarkan struktur

penyimpanan dan metode akses yang digunakan untuk mencapai akses

yang efisien terhadap data. Desain fisikal merupakan cara pembuatan

menuju sistem manajemen basis data tertentu. Berikut adalah langkah-

langkah dalam metodologi perancangan basis data fisikal yaitu:

1) Menerjemahkan model data logikal global untuk target sistem

manajemen basis data

a) Merancang relasi dasar.

Menentukan bagaimana merepresentasikan hubungan

dasar yang ada dalam logikal data model ke dalam DBMS.

b) Merancang representasi dari data yang dihasilkan.

Menentukan bagaimana merepresentasikan derived

data (data turunan) ke dalam DBMS.

c) Merancang batasan-batasan umum. Perancangan constraint bergantung kepada pemilihan

DBMS yang dipakai. 2) Merancang organisasi files dan indexes

a. Menganalisis transaksi;

Memahami fungsionalitas transaksi yang akan berjalan

di database dan menganalisa transaksi-transaksi penting.

b. Memilih organisasi file;

25

Menentukan organisasi file yang efisien untuk setiap

hubungan dasar.

c. Memilih indexes;

Menentukan apakah penambahan indeks akan

meningkatkan performa sistem.

d. Memperkirakan kebutuhan tempat penyimpanan.

Mengestimasi jumlah kapasitas disk yang akan

dibutuhkanoleh database.

3) Merancang user views

4) Merancang mekanisme keamanan

5) Mempertimbangkan pengenalan dari redundansi terkontrol

6) Mengawasi dan mengatur sistem operasional

2.5 Normalisasi

Menurut Connolly dan Begg (2010: 416), normalisasi merupakan

teknik untuk menghasilkan sekumpulan tabel dengan karakteristik yang

tepat dan sesuai dengan kebutuhan data suatu organisasi. Dengan kata lain,

normalisasi merupakan proses untuk mengubah suatu relasi yang memiliki

masalah tertentu ke dalam dua buah relasi atau lebih yang tidak memiliki

masalah tersebut. Masalah yang dimaksud sering disebut juga dengan

istilah anomali. Karakteristik sekumpulan yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

a. Jumlah minimal atribut yang memenuhi kebutuhan data perusahaan;

b. Atribut-atribut yang memiliki hubungan logis yang dekat (disebut juga

functional dependency) terdapat pada tabel yang sama;

c. Tingkat redundansi yang minimal ditandai dengan setiap atribut hanya

didefinisikan sekali selain atribut yang merupakan foreign key. Manfaat

menggunakan basis data yang sudah dinormalisasi adalah basis data

tersebut akan lebih mudah diakses dan dipelihara datanya oleh

pengguna serta tempat penyimpanan yang dibutuhkan jauh lebih sedikit.

Normalisasi dilakukan dengan cara menganalisis tabel dari primary

key dan functional dependency melalui serangkaian aturan-aturan sehingga

basis data dapat dinormalisasikan menjadi beberapa tingkat.

26

Ada beberapa tingkat normalisasi, tetapi tidak semuanya dilakukan.

Tiga tingkat dasar normalisasi yang disarankan adalah First Normal Form

(1NF), Second Normal Form (2NF), dan Third Normal Form (3NF).

Tingkat yang lebih tinggi seperti Boyce-Code Normal Form (BCNF),

Fourth Normal Form (4NF), dan Fifth Normal Form (5NF) tidak harus

dilakukan. Penjelasan lebih lanjut mengenai tiga tingkat dasar normalisasi

adalah sebagai berikut:

1. First Normal Form (1NF)

Menurut Connolly dan Begg (2010, 430), Unnormalized Form

(UNF) adalah suatu tabel yang berisikan satu atau lebih grup yang

berulang.

Menurut Connolly dan Begg (2010, 430), First Normal Form

(1NF) adalah sebuah relasi dimana pada persimpangan di setiap baris

dan kolom mengandung satu dan hanya satu nilai

Pada awal tahap ini, tabel masih dalam bentuk yang tidak

normal, yang sering disebut unnormalized table. Untuk merubah

unnormalized table menjadi bentuk 1NF, kita mengidentifikasi dan

menghilangkan kelompok yang mengalami pengulangan yang terdapat

pada tabel. Terdapat dua macam pendekatan umum dalam

menghilangkan kelompok yang berulang pada tabel yang tidak normal

(unnormalized table), yaitu :

a. Dengan memasukkan data yang sesuai ke dalam baris serta kolom

kosong dengan data berulang.

b. Dengan meletakkan data yang berulang, bersama dengan salinan

dari key atribut yang asli, ke dalam relasi yang berbeda.

Dengan kedua pendekatan tersebut, maka tabel yang

dihasilakan akan menjadi 1NF.

2. Second Normal Form (2NF)

Second Normal Form merupakan tabel yang sudah dalam bentuk

1NF dan setiap atribut yang bukan primary key bergantung penuh pada

primary key.

Dengan melihat apakah ada atribut bukan primary key yang

merupakan fungsi dari sebagian primary key. Pada proses normalisasi

dari bentuk 1NF menuju 2NF, kita harus menghilangkan

27

ketergantungan parsial. Apabila terdapat ketergantungan parsial, kita

harus menghilangkan atribut yang memiliki ketergantungan parsial

tersebut dari relasi dengan meletakkannya ke dalam relasi yang baru

bersama dengan salinan dari faktor penentunya.

3. Third Normal Form (3NF)

Third Normal Form merupakan tabel yang sudah dalam bentuk

2NF dan setiap atribut yang bukan primary key tidak bergantung secara

transitif pada primary key.

Dengan cara melihat apakah attribute yang bukan key tergantung

fungsional terhadap atribut bukan key lainya disebut ketergantungan

transitive atau transitive dependence. Setiap ketergantuangan transitive

di pisahkan yang dikandungnya sudah sedemikian minimum.

4. Boyce-Code Normal Form (BCNF)

Menurut Connolly dan Begg (2010, 447), Boyce – Codd Normal

Form (BCNF) ialah relasi dalam BCNF jika dan hanya jika setiap

determinan adalah candidate key.

BCNF berdasarkan dependensi fungsional yang

memperhitungkan semua candidate key adalah relasi, namun BCNF

juga memiliki kendala tambahan dibandingkan dengan definisi umum

dari 3NF.

Untuk menguji suatu relasi dalam BCNF, kita mengidentifikasi

semua determinan dan memastika mereka adalah candidate key.

Ingatlah bahwa determinan adalah atribut, atau kelompok atribut,

dimana beberapa atribut lainnya sepenuhnya bergantung fungsional.

Perbedaan antara 3NF dan BCNF adalah bahwa untuk

dependensi fungsional A->B, 3NF memungkinkan ketergantungan ini

dalam relasional jika B adalah atribut primary key dan A bukan

merupakan candidate key, sedangkan BCNF menegaskan bahwa untuk

ketergantungan ini tetap dalam relasi, A harus menjadi candidate key.

Oleh karena itu, BCNF adalah bentuk yang lebih kuat dari 3NF,

sehingga setiap relasi dalam BCNF juga ada dalam 3NF. Namun, relasi

dalam 3NF belum tentu pada BCNF.

28

5. Fourth Normal Form (4NF)

Menurut Connolly dan Begg (2010, 457), Forth Normal Form

(4NF) adalah relasi dalam 4NF jika dan hanya jika untuk setiap trivial

ketergantungan multi-valued dependency (MVD) A->>, A adalah

sebuah candidate key dari suatu relasi.

Menurut Connolly dan Begg (2010, p 456), Multi Valued

Dependency (MVD) adalah merupakan ketergantungan antara atribut

(misalnya, A, B, dan C) pada suatu relasi, sehingga untuk setiap nilai A

ada satu set nilai untuk B dan satu set nilai C. Namun, set nilai untuk B

dan C adalah independen satu sama lain.

Forth Normal Form (4NF) mencegah relasi dari nontrivial MVD

tanpa deteminan terkait menjadi candidate key untuk relasi. Ketika

aturan dilanggar 4NF, ada potensi redudansi data. Normalisasi dari

sebuah relasi yang memecahkan aturan 4NF memerlukan penghapusan

MVD yang salah dari relasi dengan menempatkan multi-valued

attribute (s) dalam sebuah relasi baru

6. Fifth Normal Form (5NF)

Menurut Connolly dan Begg (2010, 458), Fifth Normal Form

(5NF), relasi dalam 5NF jika dan hanya jika untuk setiap join

dependency (R1, R2, ..., Rn) dalam relasi R, masing – masing proyeksi

mencakup candidate key dari original relation.

Fifth Normal Form (5NF) mencegah sebuah relasi dari

ketergantungan nontrivial join dependency (JD) tanpa proyeksi terkait

termasuk candidate key dari original key. Nontrival JD tidak

berhubungan dengan candidate key yang sangat langka, sehingga relasi

– relasi 4NF biasanya juga ada dalam 5NF.

Menurut Connolly dan Beg (2010, 459), Join Dependency (JD)

mengggambarkan jenis ketergantungan. Untuk contoh, untuk sebuah

relasi R sengan subset dari atribut - atribut R adalah sebagai A, B, ..., Z,

sebuah relasi R memenuhi join dependency jika dan hanya jika setiap

nilai legal dari R adalah sama dengan gabungan proyeksi pada A, B, ...,

Z.

29

2.6 Entity Relationship Modeling

Menurut Connolly dan Begg (2010 : 371), Entity Relationship

Modeling adalah sebuah pendekatan top-down dalam perancangan basis

data yang dimulai dengan mengidentifikasikan data-data terpenting yang

disebut dengan entitas dan hubungan antara entitas-entitas tersebut yang

digambarkan dalam suatu model. Entity Relationship Modeling memiliki

konsep dasar seperti tipe entitas, tipe relasi, atribut, keys, strong entity type,

weak entity type, dan structural constraints.

2.6.1 Tipe Entitas

Konsep dasar Entity Relationship Modeling adalah tipe entitas,

yaitu sekumpulan obyek dengan properti yang sama, yang

diidentifikasi oleh suatu organisasi yang mempunyai eksistensi yang

independen. Keberadaannya dapat berupa fisik maupun abstrak. Entity

occurrence adalah pengidentifikasian obyek yang unik dari sebuah

tipe entitas. Setiap properti dari entitas diidentifikasikan dan

disertakan.

Gambar 2.4 Tipe Entitas

1. Strong Etity Type, jenis entitas yang tidak tergantung pada

keberadaan beberapa jenis entitas lainnya. Terkadang disebut

juga sebagai parent, owner atau dominant entities.

2. Weak Entity Type, jenis entitas yang keberadaanya tergantung

pada beberapa entitas lainya. Bahawa setiap kemunculan entitas

tidak dapat diidentifikasi secara unik hanya dengan

menggunakan attribute yang terkait dengan jenis entitas.

Terkadang disebut juga sebagai child, dependent.

30

Gambar 2.5 Strong dan Weak Entity Type

2.6.2 Tipe Relasi

Menurut Connolly dan Begg (2010: 374), tipe relasi adalah

kumpulan keterhubungan yang mempunyai arti antara tipe entitas

yang ada. Setiap tipe relasi diberi nama sesuai dengan fungsi tipe

relasi tersebut. Keterhubungan diidentifikasi secara unik yang

meliputi keberadaan tiap tipe entitas yang berpartisipasi.

Tipe relasi digambarkan dengan sebuah garis yang

menghubungkan entity-entity yang saling berhubungan. Sebuah

relationship hanya dinamai dalam satu arah dan sebuah symbol panah

yang ditempatkan disamping nama untuk menunjukan arah yang tepat

bagi pembaca.

Gambar 2.6 Tipe Relasi

2.6.3 Atribut

Menurut Connolly dan Beg (2010:379), atribut merupakan

sifat-sifat (properti) sebuah entitas atau tipe relasi. Setiap atribut

memiliki nilai yang menggambarkan setiap entity occurrence dan

menggambarkan bagian utama dari data yang disimpan dalam basis

data. Domain atribut adalah himpunan nilai yang diperbolehkan untuk

satu atau lebih atribut. Domain atribut terdiri atas simple attribute,

31

composite attribute, single-valued attribute, multi-valued attribute,

dan derived attribute. Simple attribute yaitu atribut yang terdiri atas

satu komponen tunggal dengan keberadaan yang independen dan

tidak dapat dibagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi. Dikenal juga

dengan nama Atomic Attribute. Contoh yaitu nim, nomor_ktp,

nomor_sim, npwp ,dan sebagainya.

Composite attribute yaitu atribut yang terdiri atas beberapa

komponen di mana masing-masing komponen memiliki keberadaan

yang independen. Contoh yaitu atribut alamat terdiri atas jalan, kode,

kodePos.

Single-valued attribute yaitu atribut yang mempunyai nilai

tunggal untuk setiap kejadian. Contoh yaitu entitas cabang memiliki

satu nilai untuk atribut cabangNo pada setiap kejadian.

Multi-valued attribute yaitu atribut yang mempunyai beberapa

nilai untuk setiap kejadian. Contoh yaitu entitas cabang memiliki

beberapa nilai atribut telpNo pada setiap kejadian.

Derived attribute yaitu atribut yang memiliki nilai yang

dihasilkan dari satu atau beberapa atribut lainnya dan tidak harus

berasal dari satu entitas. Contoh yaitu lama pinjam dihasilkan

dariperhitungan mulai pinjam dikurangi tanggal pengembalian dan

sebagainya.

Gambar 2.7 Atribut

32

2.6.4 Keys

Beberapa relational key yang digunakan dalam sebuah Entity

Relationship Modeling yaitu candidate key, composite key, primary

key, foreign key, dan alternate key.

Candidate key yaitu jumlah minimal atribut-atribut yang dapat

mengidentifikasikan setiap kejadian atau record secara unik.

Composite key yaitu candidate key yang terdiri atas dua atau lebih

atribut. Primary key yaitu candidate key yang dipilih untuk

mengidentifikasikan setiap kejadian atau record suatu entitas secara

unik. Foreign key yaitu atribut dari suatu tabel yang menjadi primary

key pada tabel lain. Alternate key yaitu candidate key yang tidak

terpilih menjadi primary key.

2.6.5 Structural Constraint

Tingkatan umum untuk relationship adalah dengan

biner(binary relationship). Binary relationship ada beberapa macam :

1. One-to-One (1:1) Relationship

Hubungan dimana setiap entity yang ada hanya dapat

mempunyai aksimal satu hubungan dengan entity yang lain.

Gambar 2.8 One-to-One (1:1) Relationship Type

33

2. One-to-Many (1:*) Relationship

Hubungan dimana setiap entitydapat mempunyai satu atau

lebih dari satu hubungan dengan entity yang lain.

Gambar 2.9 One-to-Many (1:*) Relationship Type

34

3. Many-to-Many (*:*) Relationship

Hubungan dimana setiap entity dapat mempunyai lebih

dari satu hubungan dengan entity lainnya.

Gambar 2.10 Many-to-Many (*:*) Relationship Type

2.7 Data Flow Diagram

Menurut Kirti Tiwari, Alphika Tripati, Shipra Sharma, dan Vandana

Dubey (2012), Data Flow Diagram adalah representasi grafis yang berisi

node dan petunjuk arah. Sebuah node bisa berarti data store/tempat

penyimpanan atau sebuah proses atau terminator yang merupakan input

atau output dari sistem. Sedangkan panah mewakili aliran data. Semua node

dan panah harus diberi label. DFD digunakan secara luas untuk

memodelkan proses dalam analisis kebutuhan. DFD merefleksikan struktur

sistem dan juga digunakan untuk perbaikan sistem.

Menurut Indrajani (2011, 11), Data Flow Diagram (DFD) adalah

sebuah alat yang menggambarkan aliran data sampai sebuah sistem selesai,

35

dan kerja atau proses dilakukan dalam sistem tersebut. Dalam DFD ini

terdapat 4 komponen utama, yaitu :

a. External Agents

Agen eksternal mendefinisikan orang atau sebuah unit organisai,

sistem lain, atau organisasi yang berada di luar sistem proyek tapi

dapat mempengaruhi kerja sistem.

b. Process

Proses adalah penyelenggaraan kerja atau jawaban, datangnya aliran

data atau kondisinya.

c. Data Stores

Data Stores adalah penyimpanan data.

d. Data Flow

Data Flow merepresentasikan sebuah input data ke dalam sebuah

proses atau output dari data (atau informasi) pada sebuah proses.

Tabel 2.1 Komponen DFD (Sumber : Indrajani 2011, p12)

De Marco and

Yourdan Symbols KETERANGAN

Gane and Sarson

Symbols

Source

Proses

Data Flow

(Arus Data)

Data Store

(Simpanan Data)

Jenis – jenis DFD adalah sebagai berikut

a. Level 0 (Diagram Konteks)

36

Level ini merupakan sebuah proses yang berada di posisi pusat.

b. Level 1 (Diagram Nol)

Level ini merupakan sebuah proses yang terdapat di level 0 yang

dipecahkan menjadi beberapa proses lainnya. Sebaiknya

maksimum 7 proses untuk sebuah program diagram konteks.

c. Level 2 (Diagram Rinci)

• Pada level ini merupakan diagram yang merincikan diagram

level 1.

• Tanda * digunakan hanya jika proses tersebut tidak dapat

dirincikan lagi. 2.0* artinya proses level rendah yang tidak

dapat dirincikan lagi.

• Penomoran yang dilakukan berdasarkan urutan proses.

2.8 Flowchart

Flowchart adalah penggambaran secara grafik dari langkah-langkah

dan urut-urutan prosedur dari suatu program. Flowchart menolong analis

dan programmer untuk memecahkan masalah kedalam segmen-segmen

yang lebih kecil dan menolong dalam menganalisis alternatif-alternatif lain

dalam pengoperasian. Flowchart biasanya mempermudah penyelesaian

suatu masalah khususnya masalah yang perlu dipelajari dan dievaluasi lebih

lanjut.

Flowchart terdiri dari 4 buah elemen dasar: sumber data dan tujuan

data, aliran data, proses transformasi, dan penyimpanan data. Berikut

adalah simbol – simbol yang digunakan dalam membuat Flowchart :

Tabel 2.2 Element Flowchart

Simbol Nama Deskripsi

Input /

Output

Mempresentasikan input

data dan output data

yang di proses atau

informasi

37

Proses

Memresentasikan

Operasi

Simbol Nama Deskripsi

Connector

Keluar atau masuk dari

bagian lain flowchart

khususunya halaman

yang sama

Arrow

Mempresentasikan arus

kerja suatu proses

Decision

Proses dimana

diperlukan adanya

keputusan atau adanya

kondisi tertentu. Di titik

ini selalu ada dua

keluaran untuk

melanjutkan aliran

kondisi yang berbeda.

Document

Input atau output dalam

format dicetak

Terminal

points

Awal atau akhir

flowchart

2.9 State Transition Diagram

38

State Transition Digram adalah suatu diagram yang menggambarkan

bagaimana suatu proses dihubungkan satu sama lain dalam waktu yang

bersamaan. State Transaction Diagram digambarkan dengan sebuah state

yang merupakan komponen sistem yang menunjukan bagaimana kejadian-

kejadian tersebut dari satu state ke state lain.

Menurut Whitten & Bentley (2007: 635) State Transition Diagram

adalah model yang digunakan untuk menggambarkan urutan dan variasi

dari layar yang dapat terjadi pada sesi pengguna. STD dikontrol oleh

arrows (panah). Arrows dapat mengaktifkan event yang mengakibatkan

layar menjadi aktif atau menerima fokus.

1. Gambar persegi panjang yang menunjukan state dari sistem

Gambar 2.11 Simbol State dalam STD

2. Gambar panah menunjukan transisi antar state. Tiap panah diberi label

dengan ekspresi aturan. Label yang diatas menunjukan kejadian yang

menyebabkan transisi yang terjadi. Label yang dibawah menunjukan

aksi yang terjadi akibat kejadian tadi.

Gambar 2.12 Simbol Transisi dalam STD

Gambar 2.13 Contoh STD

2.10 Structured Query Language (SQL)

39

Menurut Connolly dan Begg (2010 : 184), SQL merupakan contoh

dari transform-oriented language, atau bahasa yang dirancang untuk

menggunakan hubungan untuk mengubah input menjadi output yang

diperlukan. SQL memiliki dua komponen utama, yaitu:

1. Data Definition Language (DDL)

Data Definition Language (DDL) mendefinisikan database

struktur dan mengontrol akses ke databse (Connolly dan Begg, 2010,

92). Sintaks dari DDL yaitu:

1) CREATE : untuk membuat obyek basis data.

2) ALTER : untuk memodifikasi obyek basis data.

3) DROP : untuk menghapus obyek basis data.

2. Data Manipulation Language (DML)

Data Manipulation Language (DML) adalah bahasa yang

memberikan sejumlah operasi untuk mendukung operasi dasar

manipulasi data yang tersimpan dalam basis data (Connolly dan Begg,

2010, 92). Sintaks dari DML yaitu:

1) SELECT : untuk mencari data dalam basis data.

2) INSERT : untuk menambahkan data ke dalam basis data.

3) UPDATE : untuk mengubah data yang ada dalam basis data.

4) DELETE : untuk menghapus data dari basis data.

2.11 Pembelajaran

Pembelajaran (learning) adalah proses interaksi antara peserta didik

dengan pendidik dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat

terjadinya proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaaan kemahiran

dan tabiat, pembentukan sikap, dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan

kata lain, pembelajaran merupakan proses untuk membantu peserta didik agar

dapat belajar dengan baik.

Menurut (Santoso, 2007: 1-2) kegiatan pembelajaran secara umum,

terdapat beberapa istilah yang mirip, seperti: Distance Education, Distance

Learning, Computer Mediated Learning, Computer Aided Instruction, dan

sebagainya. Sehingga tak jarang terjadi tumpang tindih dalam penggunaan

istilah tersebut. Berikut adalah pengertian dari beberapa istilah tersebut:

40

1. Distance Learning, yaitu instructional delivery yang tidak mengharuskan

siswa untuk hadir secara fisik pada tempat yang sama dengan pengajar.

2. Distance Education, yaitu model pembelajaran di mana siswa berada di

rumah atau kantor mereka dan berkomunikasi dengan dosen maupun

dengan sesama mahasiswa melalui e-mail, forum diskusi elektronik, video

conference, serta bentuk komunikasi lain yang berbasis computer.

3. E-Learning, yaitu proses belajar yang difasilitasi dan didukung melalui

pemanfaatan teknik informatika dan komunikasi.

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah suatu yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara pengajar dan

pendidik serta komunikasi timbal balik.

2.12 Sistem Informasi

Informasi merupakan hasil dari pengolahan data – data yang saling

berhubungan. Untuk mendapatkan informasi yang baik, perlu adanya data –

data yang akurat dan sistem informasi yang terintegrasi satu sama lain

sehingga informasi yang dihasilkan dapat menjadi suatu kesimpulan yang

kemudian dapat digunakan sebagai bantuan dalam pengambilan keputusan.

Menurut Connolly dan Begg (2010:338), sistem informasi

merupakan sumber daya yang memungkinkan pengumpulan, pengelolaan,

pengaturan, dan penyebaran informasi di seluruh organisasi.

Jadi, berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan

bahwa sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima input sumber

daya berupa data yang kemudian dikelola, diatur, dan pada akhirnya

menghasilkan output berupa informasi yang disebar di seluruh organisasi.

2.13 Internet

Dua aspek yang paling penting dari dunia maya adalah internet dan

bagian dari internet yang dikenal sebagai World Wide Web (WWW). Saat

ini, telah terdapat sekitar ratusan ribu komputer yang terhubung dengan

internet (Nixon, 2012:1).

Definisi internet menurut Williams dan Sawyer (2011:18) adalah

jaringan komputer di seluruh dunia yang terhubung dengan ratusan ribu

jaringan komputer yang lebih kecil pada individu, lembaga akademis,

ilmiah, maupun komersial.

41

Definisi WWW menurut Williams dan Sawyer (2011:18) adalah

sistem interkoneksi dari server internet yang mendukung dokumen dalam

format multimedia. Kata multimedia atau beberapa media mengacu pada

teknologi yang menyajikan informasi dalam lebih dari satu media, seperti:

teks, gambar, gambar bergerak, dan suara. Dengan kata lain, web

menyediakan informasi dengan banyak cara.

2.14 Web Browser

Definisi browser atau yang biasa disebut web browser menurut

Williams dan Sawyer (2011:64) adalah sebuah perangkat lunak yang

memungkinkan penggunanya untuk menemukan dan melakukan akses ke

berbagai bagian dari suatu web.

Sebelum sebuah browser dapat terhubung dengan website, hal

pertama yang perlu diketahui adalah alamat dari situs yang akan diakses,

atau yang biasa disebut Uniform Resource Locator (URL). Definisi URL

menurut Williams dan Sawyer (2011:65) adalah serangkaian karaker yang

menunjukkan bagian tertentu dari informasi pada suatu web. Dengan kata

lain, URL merupakan alamat unik dari suatu website. URL terdiri dari

empat bagian utama, antara lain:

1. Protocol

2. Domain Name

3. Directory

4. File Name dan Extension

2.15 Pengertian E-learning

Asal-usul istilah e-Learning tidak pasti, meskipun istilah yang

paling mungkin berasal dari tahun 1980-an. Beberapa penulis secara

eksplisit mendefinisikan e-Learning, Sementara yang lain menyiratkan

definisi tertentu atau pandangan e-Learning dalam artikel (Moore,

Deane,dan Galyen, 2011, p130).

Menurut Effendi dan Zhuang (2005, p6) dalam bukunya menulis

bahwa terminology e-learning sendiri mengacu pada semua kegiatan

penelitihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi.

Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-Learning yaitu

pada kelas yang menggunakan pembelajaran tradisional, guru dianggap

42

sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu

pengetahuan kepada siswa, sedangkan di dalam pembelajaran e-

Learningfokus utamanya adalah siswa. Siswa mandiri pada waktu tertentu

dan bertanggung jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran

elearning akan memaksa siswa memainkan peranan yang lebih aktif dalam

pembelajarannya. Siswa membuat perancangan dan mencari materi dengan

usaha dan inisiatif sendiri (Seno, Kunang, dan Dian, 2012,p1).

2.15.1 Tipe-tipe E-learning

Karena ada bermacam penggunaan e-learning, maka ada

pembagian atau perbedaan e-learning. Pada dasarnya, e-learning

mempunyai dua tipe, yaitu synchronous dan asynchronous.

1. Synchronous Training

Synchronous training adalah tipe pelatihan, dimana proses

pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar sedang

mengajar dan murid sedang belajar. Dan mengharuskan guru dan

semua murid mengakses internet secara bersamaan. Synchronous

training sifatnya mirip pelatihan di ruang kelas. Namun, kelasnya

bersifat maya atauvirtual dan peserta tersebar di seluruh dunia dan

terhubung melalui internet.

2. Asynchronous Training

Pada asynchronous training, seseorang dapat mengambil

pelatihan pada waktu yang berbeda dengan pengajar memberikan

pelatihan. Pelatihan ini lebih populer di dunia e-learning karena

memberikan keuntungan lebih bagi peserta pelatihan karena dapat

mengakses pelatihan kapanpun dan di manapun. Akan tetapi, ada

pelatihan asynchronous training yang terpimpin, dimana pengajar

memberikan materi pelajaran lewat internet dan peserta latihan

2.15.2 Keuntungan dan Kekurangan E-learning

Kemajuan penggunaan e-learning dimotivasi oleh kelebihan dan

keuntungannya. Menurut Effendi dan Zhuang (2005).

2.15.2.1 Keuntungan E-learning

1. Biaya

43

E-learning mampu mengurangi biaya pelatihan.

Dengan adanya elearning, perusahaan/sekolah tidak perlu

mengeluarkan biaya untuk menyewa pelatih dan ruang

kelas serta transportasi peserta pelatihan atau pelatih.

2. Fleksibilitas waktu

E-learning membuat pelajar dapat menyesuaikan

waktu belajar. Mereka dapat menyisipkan waktu belajar di

waktu luang mereka. Ketika waktu sudah tidak

memungkinkan atau ada hal yang lebih mendesak, mereka

dapat meninggalkan pelajaran di e-learning saat itu juga.

3. Fleksibilitas tempat

Adanya e-learning membuat pelajar dapat mengakses

pelatihan dimana pun. Selama komputer terhubung dengan

komputer yang menjadi servere-learning, mereka dapat

mengaksesnya dengan mudah. Terlebih lagi, bila servere-

learning terhubung dengan internet, maka mereka dapat

mengaksesnya dari rumah.

4. Fleksibilitas kecepatan pembelajaran

E-learning dapat disesuaikan dengan kecepatan belajar

masing-masing pelajar. Pelajar mengatur sendiri kecepatan

pelajaran yang diikuti. ini berbeda sekali dengan pelatihan

di kelas karena semua pelajar mulai dan berhenti belajar di

waktu yang sama.

5. Standarisasi pengajaran

E-learning dapat menghapuskan perbedaan

kemampuan dan metode pengajaran yang diterapkan oleh

guru. Pelajaran e-learning selalu memiliki kualitas yang

sama setiap kali diakses dan tidak tergantung suasana hati

pengajar.

6. Efektivitas pengajaran

E-learning yang didesain dengan instructional design

mutakhir membuat pelajar lebih mengerti isi pelajaran.

Penyampaian pelajaran e-learning dapat berupa simulasi

dan kasus-kasus, menggunakan bentuk permainan dan

44

menerapkan teknologi animasi. Hal tersebut dapat

membantu proses pembelajaran dan mempertahankan

minat belajar.

7. Kecepatan distribusi

Kemajuan teknologi yang pesat menuntut suatu

pelatihan teknologi baru dilaksanakan secepatnya dan

menjangkau area luas secara singkat. Apabila ada

perubahan materi, administrator hanya perlu merubah di

servere-learning.

8. Ketersediaan on-demand

Karena dapat diakses setiap waktu, e-learning dapat

dianggap sebagai “buku saku” yang membantu pekerjaan

setiap saat. Sebagai contoh, apabila pelajar mengalami

kesulitan dalam memahami suatu pelajaran, pelajar

tersebut dapat mengakses e-learning lalu membaca materi

yang berhubungan dengan kesulitannya.

9. Otomatisasi proses administrasi

E-learning menggunakan suatu Learning Management

System (LMS). LMS berfungsi menyimpan data-data

pelajar, pelajaran, dan prosespembelajaran yang sedang

berlangsung. mengakses materi pada waktu yang

berlainan. Pengajar dapat pula memberikan tugas atau

latihan dan peserta mengumpulkan tugas lewat email.

Peserta dapat berdiskusi atau berkomentar dan bertanya

melalui bulletin board.

2.15.2.2 Kekurangan E-Learning

Menurut Effendy dan Zhuang (2005, p15), walaupun e-

Learning menawarkan banyak keuntungan bagi organisasi, tetapi

juga memiliki beberapa kekurangan yang harus diwaspadai oleh

pengelola pelatihan sebelum memutuskan menggunakan e-

Learning.

1. Budaya

45

Beberapa orang merasa tidak nyaman mengikuti pelatihan

melalui komputer. Penggunaan e-Learning menuntut budaya self

learning, di mana seseorang memotivasi diri sendiri agar mau

belajar. Sebaliknya, pada sebagian besar budaya pelatihan di

Indonesia, motivasi belajar lebih banyak tergantung pada

pengajar. Oleh karena itu, beberapa orang masih merasa segan

berpindah dari pelatihan di kelas ke pelatihan e-Learning.

2. Investasi

Walaupun e-Learning menghemat banyak biaya, tetapi

suatu organisasi harus mengeluarkan investasi awal cukup besar

untuk mulai mengimplementasikan e-Learning. Investasi dapat

berupa biaya desain dan pembuatan program Learning

Management System (LMS), paket pelajaran dan biaya-biaya

lain. Apabila infrastruktur yang dimiliki belum memadai,

organisasi harus mengeluarkan sejumlah dana untuk membeli

komputer, jaringan, server, dan lain sebagainya.

3. Teknologi

Karena teknologi yang digunakan beragam, ada

kemungkinan teknologi tersebut tidak sejalan dengan yang

sudah ada dan terjadi konflik teknologi sehingga e-Learning

tidak berjalan baik. Sebagai contoh, ada beberapa paket

pelajaran e-Learning yang hanya dapat dijalankan di browser

Explorer. Oleh karena itu, kompatibilitas teknologi yang

digunakan harus diteliti sebelum memutuskan menggunakan

suatu paket e-Learning.

4. Infrastruktur

Internet belum menjangkau semua kota di Indonesia.

Layanan broadband baru ada di kota-kota besar. Akibatnya,

belum semua orang atau wilayah dapat merasakan e-Learning

dengan internet.

5. Materi

Walaupun e-Learning menawarkan berbagai fungsi, ada

beberapa materi yang tidak dapat diajarkan melalui e-Learning.

Pelatihan yang memerlukan banyak kegiatan fisik, seperti

46

olahraga dan instrumen musik, sulit disampaikan melalui e-

Learning secara sempurna. Akan tetapi, e-Learning dapat

digunakan untuk memberikan dasar-dasar pelatihan sebelum

masuk ke praktek. Suatu paket e-Learning harus didesain

sedemikian rupa sehingga teratur menurut keingintahuan dan

minat belajar siswa.

2.15.3 Komponen-Komponen E-Learning

Berdasarkan definisi e-Learning tersebut dapat disimpulkan

beberapa komponen e-Learning menurut Wahono (2008) yaitu:

a. Infrastruktur e-Learning : Infrastruktur e-Learning dapat berupa

personal computer (PC), jaringan komputer, internet dan

perlengkapan multimedia. Termasuk di dalamnya peralatan

teleconference apabila kita memberikan layanan synchronous

learning melalui teleconference.

b. Sistem dan Aplikasi e-Learning : Sistem perangkat lunak yang

memvirtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana

manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi,

sistem penilaian (raport), sistem ujian online dan segala fitur yang

berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar. Sistem

perangkat lunak tersebut sering disebut dengan Learning

Management System (selanjutnya disebut LMS). LMS banyak

yang opensource sehingga bisa kita manfaatkan dengan mudah

dan murah untuk dibangun di sekolah dan universitas kita.

c. Konten e-Learning : Konten dan bahan ajar yang ada pada e-

Learning system (Learning Management System). Konten dan

bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based Content

(konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content

(konten berbentuk texts seperti pada buku pelajaran biasa). Biasa

disimpan dalam Learning Management System (LMS) sehingga

dapat dijalankan oleh siswa kapan pun dan di mana pun.

Depdiknas cukup aktif bergerak dengan membuat banyak

kompetisi pembuatan multimedia pembelajaran. Pustekkom juga

mengembangkan e-dukasi.net yang menggratiskan multimedia

47

pembelajaran untuk SMP, SMA dan SMK. Biro PKLN yang

mulai memberikan insentif dan beasiswa untuk mahasiswa yang

mengambil konsentrasi ke Game Technology yang arahnya untuk

pendidikan. Ini langkah menarik untuk mempersiapkan

perkembangan e-Learning dari sisi konten.

2.16 MySQL

MySQL adalah sebuah program basis data yang mampu menerima

dan mengirimkan data dengan sangat cepat, multi-user serta menggunakan

perintah standar SQL (Structured Query Language)

Menurut Welling dan Thomson (2005: 3), MySQL adalah sistem

manajemen basis data yang berhubungan dan sangat cepat. Sebuah basis

data memungkinkan untuk menyimpan, mencari, mengurutkan, dan

menerima data secara efisien. MySQL adalah multi user, multi thread

server, dan menggunakan SQL atau bahasa pemprograman yang terstruktur.

Sedangkan menurut penulis, MySQL merupakan suatu perangkat lunak

yang digunakan untuk memanajeman suatu basis data dengan menggunakan

perintah dasar SQL.

2.16.1 Keuntungan MySQL

Menurut Welling dan Thomson (2005: 6), beberapa

keunggulan MySQL adalah:

a. Performance

MySQL tidak diragukan lagi kecepatannya.

b. Low Cost

MySQL gratis dan bersifat open source serta biayanya yang

rendah dan di bawah izin komersial jika dibutuhkan untuk aplikasi

perusahaan atau organisasi.

c. Ease of Use

Kebanyakan basis data modern menggunakan MySQL, sehingga

lebih mudah untuk diatur dibanding produk lain yang sejenis.

d. Portability

Mysql dapat digunakan hampir disemua sistem operasi, seperti

Linux dan Windows.

e. Source Code

48

Seperti PHP, source code untuk MySQL ini juga dapat diubah.

f. Availability of Support

Tidak semua produk open source memiliki parent company untuk

menawarkan dukungan, pelatihan, konsultasi dan sertifikasi.

Tetapi semua itu dapat didapatkan dari MYSQL AB.

2.17 Pengertian PHP

Menurut Welling dan Thomson (2005: 2), PHP adalah sebuah

server-side scripting language yang dirancang khusus untuk web. Di dalam

sebuah halaman HTML yang dapat disatukan dalam kode PHP dan akan

dieksekusi setiap halaman tersebut dikunjungi. Kode PHP yang telah dibuat

diinterpretasikan oleh web server dan menghasilkan tag-tag HTML atau

output lainnya yang dapat dibaca oleh pengguna.

Menurut The PHP Group (2012), PHP adalah bahasa scripting yang

banyak digunakan dan sangat cocok untuk pengembangan web. PHP dapat

juga di embed ke dalam HTML. Sintaks yang digunakan mudah untuk

dipelajari karena mengacu pada bahasa C, Java, dan Perl.

Tujuan utama dari bahasa ini adalah memungkinkan pengembang

web untuk membuat sebuah website yang dinamis dengan bantuan basis

data. DBMS yang sering digunakan oleh PHP adalah MySQL. Namun

selain MySQL, PHP juga mendukung DBMS Oracle, Microsoft Access,

Interbase, dBase, dan PostgreSQL.

Ketika menggunakan PHP sebagai server-side embedded scrip

language maka server akan melalukan hal-hal sebagai berikut:

a. Membaca permintaan dari client/browser.

b. Mencari halaman (page) di server.

c. Melakukan intruksi yang diberikan oleh PHP untuk melakukan

modifikasi pada halaman (page).

d. Mengirim kembali halaman tersebut kepada client melalui internet atau

intranet.

2.17.1 Keuntungan PHP

Menurut Welling dan Thomson (2005: 4), beberapa

keunggulan penting PHP dibandingkan dengan bahasa scripting

lainnya adalah sebagai berikut:

49

a. Performance

PHP sangat efisien, menggunakan sebuah server yang tidak

mahal dan dapat melayani jutaan hits setiap hari.

b. Database Integration

PHP memiliki hubungan atau koneksi ke banyak sistem basis

data. Pengguna dapat langsung terkoneksi ke postgresql, msl,

oracle, dbm, filepro, hyperware, informix, interbase, sybase

database, dan lain-lain.

c. Built-in Libraries

PHP dirancang untuk digunakan di web, sehingga

menjadikannya dapat dibangun dalam fungsi untuk menampilkan

banyak kegiatan web yang berhubungan.

d. Cost

PHP bersifat gratis, dan dapat diunduh kapanpun tanpa biaya.

e. Ease of Learning PHP

Sintaks-sintaks PHP berdasarkan bahasa pemprograman,

seperti C dan Perl.

f. Object-Oriented Support

PHP versi 5 telah dirancang dengan fitur-fitur object-oriented

dengan baik.

g. Portability

PHP tersedia dibanyak sistem operasi yang berbeda dan gratis

seperti Linux, Unix, maupun berbagai versi Windows.

h. Source Code

Source code php dapat diakses dengan mudah sehingga dapat

dimodifikasi sesuai keinginan.

i. Availability of Support

Zend Technologies adalah perusahaan dibalik kehebatan PHP

yang menawarkan dukungan dan berhubungan dengan perangkat

lunak di dalam sebuah commercial basis.

2.18 Interaksi Manusia dan Komputer (IMK)

Interaksi Manusia dan Komputer (IMK) adalah disiplin ilmu yang

berhubungan dengan perancangan, evaluasi, dan implementasi sistem

50

komputer interaktif untuk digunakan oleh manusia, serta studi fenomena-

fenomena besar yang berhubungan dengan hal tersebut (Shneiderman,

Plaisant, Cohen, dan Jacobs, 2005, p4).

Ada delapan aturan yang harus diperhatikan dalam perancangan

layar tatap muka pengguna atau yang sering disebut Eight Golden Rules of

Interface Design. Delapan aturan tersebut, yaitu:

a. Berusaha untuk konsisten.

Berusaha untuk konsisten dalam setiap aksi pada situasi tertentu,

seperti konsisten dalam penggunaan warna, bahasa, tata letak, huruf,

simbol, dan sebagainya.

b. Menyediakan usability universal.

Menyediakan shortcut yang universal yang sudah biasa digunakan

dan dapat dimengerti orang lain.

c. Memberikan umpan balik yang informatif.

Dalam setiap aksi yang dilakukan pengguna, maka harus ada umpan

balik yang sesuai dengan aksi tersebut sehingga pengguna dapat

mengerti bahwa sistem pada aplikasi tersebut sedang melakukan proses

tertentu.

d. Merancang dialog yang memberikan penutupan (keadaan akhir).

Adanya keadaan akhir yang menandakan suatu proses telah selesai

yang diberitahukan kepada pengguna melalui umpan balik. Urutan aksi

harus tersusun dalam bagian awal, tengah, dan akhir suatu grup. Umpan

balik penyelesaian aksi yang informatif memberikan kepada pengguna

perasaan lega, sinyal untuk mendapatkan kemungkinan rencana dan

pilihan dari pikiran pengguna, serta indikasi bahwa cara tersebut jelas

untuk mempersiapkan aksi berikutnya.

e. Memberikan pencegahan kesalahan dan penanganan kesalahan

yang sederhana.

Merancang tampilan yang memungkinkan pengguna untuk tidak

melakukan kesalahan fatal. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan

solusi kepada pengguna untuk menangani kesalahan tersebut.

Penggunaan desain antarmuka yang terbaik pun, pemakai tetap dapat

membuat kesalahan. Kesalahan ini dapat secara fisik (secara tidak sengaja

merujuk ke perintah dan data yang salah) dan secara mental (membuat

51

keputusan yang salah mengenai perintah dan data yang salah). Maka sistem

didesain sedemikian rupa agar pengguna tidak membuat kesalahan serius.

Jika terjadi kesalahan, sistem harus mendeteksi dengan menawarkan

mekanisme penanganan yang sederhana dan mudah dimengerti.

f. Memungkinkan pembalikan aksi yang mudah.

Memberikan kebebasan kepada pengguna untuk dapat bergerak

kemana saja dimana bila terjadi kesalahan maka pengguna dapat kembali

tampa harus khawatir akan merusaknya hal yang sedang dikerjakan.

g. Mendukung pusat kendali internal.

Dengan adanya pengaturan internal, maka pengguna dapat

menggunakan sistem sesuai kebutuhan. Misalanya, adnya perbedaan hak

akses antara anggota dengan bukan anggata pada aplikasi tersebut.

h. Mengurangi beban ingatan jangka pendek.

Kemampuan manusia untuk memproses informasi dalam jangka waktu

pendek memiliki keterbatasan, sehingga perlu dirancang tampilan yang

sederhana dan efektif, agar tidak membebani ingatan terlalu berat.

2.19 Hasil Rancangan Sistem Basis Data yang Serupa

Dalam sub bab hasil rancangan sistem basis data yang serupa

menjelaskan kumpulan jurnal-jurnal yang berisikan tentang bahasan yang

mempunyai tema atau topik yang sejenis yang diambil untuk menjadikan tolak

ukur dan sebagai acuan dalam melakukan analisis dan perancangan nantinya.

Agar tujuan implementasi dari sistem aplikasi basis data akademis dan

kesiswaan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka

penulis membatasi pembangunan sistem ini dengan ruang lingkup. Ruang

lingkup menjadikan tolak ukur dan sebagai acuan dalam melakukan

perbandingan rancangan aplikasi serupa. Dibawah ini merupakan perbandingan

rancangan aplikasi serupa.

1. Judul : Analisis dan Perancangan Aplikasi “E-learning”

Berbasis Web Pada SMK Bisnis dan Teknologi Bekasi

Penulis : Miftah Firdaus dan Edo Asshiddiq

Tahun Penulisan : 2013

Universitas : Bina Nusantara

52

2. Judul : Analisis dan Perancangan Basis Data Sistem E-Learning

Berbasis Web Pada SMA Negeri 65 Jakarta

Penulis : Oktaria Kusumawardani, Dewi Kusrini dan Al Kamillia

Tahun Penulisan : 2013

Universitas : Bina Nusantara

3. Judul : Analisis dan Perancangan Basis Data Sistem E-Learning

Pada SMA PGRI Cikampek

Penulis : Victor Nikko dan Johan

Tahun Penulisan : 2013

Universitas : Bina Nusantara

Tabel 2.3 Perbandingan Aplikasi Serupa

NO

Ruang Lingkup

E-learning SMA

Negeri 50

Jakarta

E-learning SMK

Bisnis dan

Teknologi Bekasi

(Firdaus dan

Asshiddiq. 2013,

p3)

E-learning SMA

Negeri 65

Jakarta

(Kusumawardani,

Kusrini dan

Kamila. 2013, p4)

E-learning

SMA PGRI

Cikampek

(Nikko dan

Johan. 2013, p4)

1. Pengelolahan data pribadi siswa, guru dan wali

murid

Pengelolahan data pribadi

siswa dan guru

Pengelolahan data pribadi siswa dan

guru

-

2. Pengelolahan jadwal kegiatan belajar mengajar bagi siswa dan

guru

- Menampilkan jadwal kegiatan belajar mengajar

Pengelolahan jadwal kegiatan belajar mengajar bagi siswa dan

guru

3. Penyajian materi setiap pelajaran

dan tugas

Penyajian materi tambahan

Penyajian materi setiap pelajaran

Penyajian materi setiap pelajaran

4. Penyajian dan pengumpulan

tugas

Penyajian Tugas Penyajian dan pengumpulan

tugas

-

53

5. Forum diskusi Forum Diskusi Forum diskusi -

No Ruang Lingkup E-learning SMA

Negeri 50

Jakarta

E-learning SMK

Bisnis dan

Teknologi Bekasi

(Firdaus dan

Asshiddiq. 2013,

p3)

E-learning SMA

Negeri 65

Jakarta

(Kusumawardani,

Kusrini dan

Kamila. 2013, p4)

E-learning

SMA PGRI

Cikampek

(Nikko dan

Johan. 2013, p4)

6. Jadwal ujian - Jadwal ujian -

7 Pengolahan data hasil nilai siswa

Pengolahan Nilai Siswa

Hasil nilai siswa Pengolahan data hasil nilai siswa

8 Pemantauan absensi dan nilai oleh orang tua

wali murid

- - -

9 Pengumuman Pengumuman Pengumuman Pengumuman

10 Notifikasi Pemberitahuan

- Notifikasi Pemberitahuan

-

11 - - - Status Keuangan

Dari tabel di atas dapat terlihat kelebihan dari sistem e-Learning SMA

Negeri 50 Jakarta yang akan dibuat dibandingkan dengan sistem yang sudah

ada sebelumnya. Pada e-Learning SMA Negeri 50 Jakarta user dapat

mengolah data pribadi siswa, guru dan wali murid. mengolah jadwal

kegiatan belajar mengajar bagi siswa dan guru. Penyajian dan pengumpulan

tugas. Terdapat forum diskusi yang akan memudahkan siswa dan guru

saling berhubungan di luar jam kegiatan belajar mengajar. Dapat pengolahan

jadwal ujian dengan menggunakan sistem. Pemantauan absensi dan nilai

oleh orang tua wali murid. Terdapat Notifikasi setiap pemberitahuan. Dan

54

sistem sistem e-Learning SMA Negeri 50 Jakarta tidak ada status keuangan

karena pemerintah telah menggeratiskan keungan sekolah

2.19.1 Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui E-Learning

Jurnal Pendidikan Penabur / Drs. Tafiardi : Meningkatkan

Mutu Pendidikan Melalui E-Learning / Nomor 04 / Th.IV / Juli 2005.

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi terutama teknologi

informasi, pemanfaatan internet dalam bidang pendidikan terus

berkembang. Pemanfaatan internet ini tidak hanya untuk pendidikan

jarak jauh, akan tetapi juga dikembangkan dalam sistem pendidikan

konvensional. E-learning adalah suatu model pembelajaran yang

dibuat dalam format digital melalui perangkat elektronik. Tujuan

digunakannya e-learning dalam sistem pembelajaran adalah untuk

memperluas akses pendidikan ke masyarakat luas.

Electronic learning disingkat menjadi e-learning. Kata ini

terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari

‘electronica’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-

learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan

perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya e-learning

menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau

kombinasi dari ketiganya. Dengan kata lain e-learning adalah

pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi

seperti telepon, audio, vidiotape, transmisi satelite atau komputer.

Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet.

Karena teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap,

maka hal ini akan mempengaruhi tugas guru dalam proses

pembelajaran. Dahulu, proses belajar mengajar didominasi oleh peran

guru, karena itu disebut the era of teacher. Kini, proses belajar dan

mengajar, banyak didominasi oleh peran guru dan buku (the era of

teacher and book) dan pada masa mendatang proses belajar dan

mengajar akan didominasi oleh peran guru, buku dan teknologi (the

era of teacher, book and technology). Dalam era global seperti

sekarang ini, setuju atau tidak, mau atau tidak mau, kita harus

55

berhubungan dengan teknologi khususnya teknologi informasi. Hal ini

disebabkan karena teknologi tersebut telah mempengaruhi kehidupan

kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita sebaiknya tidak ‘gagap’

teknologi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa siapa yang

terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh

kesempatan untuk maju.

Kebijakan institusi pendidikan dalam memanfaatkan teknologi

internet menuju e-learning perlu kajian dan rancangan mendalam. E-

learning bukan semata-mata hanya memindahkan semua

pembelajaran pada internet. Hakikat e-learning adalah proses

pembelajaran yang dituangkan melalui teknologi internet. Di samping

itu prinsip sederhana, personal, dan cepat perlu dipertimbangkan.

Untuk menambah daya tarik dapat pula menggunakan teori games

Oleh karena itu prinsip dan komunikasi pembelajaran perlu didesain

seperti layaknya pembelajaran konvensional. Di sini perlunya

pengembangan model e-learning yang tepat sesuai dengan kebutuhan.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa media pembelajaran

secanggih apapun tidak akan bisa menggantikan sepenuhnya peran

guru/dosen. Penanaman nila-nilai dan sentuhan kepribadian sulit

dilakukan. Di sini tantangan bagi para pengambil kebijakan dan

perancang e-learning. Oleh karena itu penulis sependapat bahwa

dalam sistem pendidikan konvensional, fungsi e-learning adalah

untuk memperkaya wawasan dan pemahaman peserta didik, serta

proses pembiasaan agar melek sumber belajar khususnya teknologi

internet.

2.19.2 E-learning Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Teknologi Informasi

Jurnal Ilmiah Foristek / Mohammad Yazdi : E-learning

Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Teknologi Informasi

/ Universitas Tadulako / Volume 2 / Nomor 1 / Maret 2012.

Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan e-learning yaitu

kelas “tradisional”, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan

ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya.

56

Sedangkan di dalam pembelajaran “e-learning” fokus utamanya

adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-

jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran “e-learning”

akan “memaksa” pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam

pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi

dengan usaha, dan inisiatif sendiri.

E-learning adalah proses pembelajaran yang dituangkan

melalui teknologi internet. Di samping itu prinsip sederhana, personal,

dan cepat perlu dipertimbangkan. Untuk menambah daya tarik dapat

pula menggunakan teori games Oleh karena itu prinsip dan

komunikasi pembelajaran perlu di desain seperti layaknya

pembelajaran konvensional. Di sini perlunya pengembangan model e-

learning yang tepat sesuai dengan kebutuhan.

Prototype modul e-learning yang dikembangkan sesuai dengan

existing system yang diamati penulis adalah terbagi dua, yaitu : konten

guru dan konten siswa. Konten guru mempunyai aksesibitas luas,

seperti : membuat soal, membuat pengumumasn akademik, meng-

upload materi pelajaran, memeriksa dan mengumumkan hasi ujian.

Sedangkan konten siswa, hanya terbatas pada akses melihat saja

(pengumuman akademik, hasil ujian), mengikuti ujian, men-download

materi pelajaran dan tugas. Selain itu ada aktivitas interaktif antara

guru dan siswa, yaitu : chatting, Diskusi/Forum.