bab 2 kehamilan.doc

32
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Kehamilan Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm. II.2. Diagnosa Kehamilan II.2.1. Lama Kehamilan Lama kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari atau 40 minggu, dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur. Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi atas 3 bagian, masing-masing : (1) Kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu),

Upload: satrio-permadi

Post on 08-Apr-2016

116 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

definisi kehamilan

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 kehamilan.doc

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi

dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm.

II.2. Diagnosa Kehamilan

II.2.1. Lama Kehamilan

Lama kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari

atau 40 minggu, dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu

ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu

disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut

kehamilan prematur.

Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi atas 3 bagian, masing-masing :

(1) Kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu),

(2) Kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu), dan

(3) Kehamilan triwulan terakhir (antara 28 sampai 40 minggu) (Wiknjosastro,

2002).

II.2.2. Tanda dan Gejala Kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan yaitu:

a. Amenorea (tidak dapat haid). Gejala ini sangat penting karena umumnya

wanita hamil tidak dapat haid lagi.

Page 2: BAB 2 kehamilan.doc

7

b. Nausea (enek) dan emesis (muntah). Enek terjadi umumnya pada bulan-

bulan pertama kehamilan, disertai kadang-kadang oleh emesis. Sering

terjadi pagi hari, tapi tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut morning

sickness.

c. Mengidam (mengingini makanan atau minuman tertentu). Mengidam

terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi akan menghilang dengan

makin tuanya kehamilan.

d. Mamma menjadi tegang dan membesar. Keadaan ini disebabkan oleh

pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli

di mamma. Glandula Montgomery tampak lebih jelas.

e. Anoreksia (tidak ada nafsu makan). Biasanya terjadi pada bulan-bulan

pertama tetapi setelah itu nafsu makan akan timbul lagi.

f. Sering kencing terjadi karena kandung kemih pada bulan-bulan pertama

kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar.

g. Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh

pengaruh hormon steroid.

h. Pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi,

hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan,

dikenal sebagai kloasma gravidarum. Areola mamma juga menjadi lebih

hitam karena deposit pigmen yang berlebihan. Daerah leher menjadi lebih

hitam.

i. Epulis adalah suatu hipertrofi papilla gingivae. Sering terjadi pada

triwulan pertama.

Page 3: BAB 2 kehamilan.doc

8

j. Varises sering dijumpai pada triwulan terakhir. Didapat pada daerah

genitalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis (Wiknjosastro, 2002).

II.3. Antenatal care

II.3.1. Pengertian Antenatal Care

Beberapa pengertian antenatal care adalah:

a. Antenatal care ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila

mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin

serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk., 2000).

b. Pelayanan antenatal merupakan salah satu kegiatan dari program

kesehatan ibu dan anak, pelayanan ini bisa dilaksanakan oleh bidan di

poliklinik, BPS (Balai Pengobatan Swasta), dan Rumah Sakit

(Mufdlilah,2009).

II.3.2. Tujuan Antenatal Care

Tujuan umum adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu

dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, sehingga didapatkan ibu

dan anak yang sehat.

Tujuan khusus adalah:

a. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai

dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.

b. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini

mungkin.

c. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan anak.

Page 4: BAB 2 kehamilan.doc

9

d. Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga

berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi (Mochtar, 1998).

II.3.3. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Jadwal pemeriksaan kehamilan yaitu:

1. Pemeriksaan yang pertama kali ideal adalah sedini mungkin ketika

haidnya terlambat satu bulan.

2. Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan.

3. Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan.

4. Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan.

5. Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan.

Kunjungan antenatal care (ANC) sebaiknya dilakukan 4 kali selama

kehamilan, yaitu:

1. 1 kali pada trimester pertama (< 14 minggu).

2. 1 kali pada trimester kedua (antara minggu 14–28).

3. 2 kali pada trimester ketiga (antara minggu 28–36 dan sesudah minggu ke

36).

II.3.4. Pemeriksaan Ibu Hamil

Anamnesa

1. Anamnesa identitas istri dan suami: nama, umur, agama, pekerjaan,

alamat, dan sebagainya.

2. Anamnesa umum:

a. Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, defekasi,

perkawinan dan sebagainya.

Page 5: BAB 2 kehamilan.doc

10

b. Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HT). Bila hari pertama

haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan tafsiran tanggal

persalinan memakai rumus Naegele: hari +7, bulan –3, dan tahun +1.

TTP= hari +7, bulan –3, tahun +1 HT

c. Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan ektopik atau

kehamilan mola sebelumnya (Mochtar, 1998).

Inspeksi

Pemeriksaan seluruh tubuh harus diperiksa dengan teliti. Keadaan umum

harus baik. Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan harus diperiksa dan dicatat.

Jantung, paru-paru, mammae, dan seluruh abdomen diperiksa dengan teliti dan

dicatat (Wiknjosastro, 2002).

Palpasi

Ibu hamil disuruh berbaring telentang, dengan bahu dan kepala sedikit

lebih tinggi (memakai bantal) dan pemeriksa berada disebelah kanan yang

diperiksa. Dikenal beberapa cara palpasi, antara lain menurut Leopold, Ahfeld,

Budin dan Knebel. Yang lazim dipakai ialah cara palpasi menurut Leopold,

karena telah hampir mencakupi semuanya.

Cara pemeriksaan menurut Leopold dibagi dalam 4 tahap. Pada

pemeriksaan menurut Leopold I, II, dan III, pemeriksa menghadap kearah muka

wanita yang diperiksa. Pada pemeriksaan menurut Leopold IV pemeriksa

menghadap kaki wanita tersebut. Maksud pemeriksaan Leopold I ialah untuk

menentukan tinggi fundus uteri. Dengan demikian, tua kehamilan dapat diketahui.

Selain itu, dapat pula ditentukanbagian janin mana yang terletak pada fundus

uteri. Bila kepala akan teraba benda bulat dan keras. Sedangkan bokong tidak

Page 6: BAB 2 kehamilan.doc

11

bulat dan lunak. Pada Leopold II dapat ditentukan batas samping uterus dan dapat

pula ditentukan letak punggung janin yang membujur dari atas ke bawah

menghubungkan bokong dengan kepala. Pada letak lintang dapat ditentukan

kepala janin. Pada Leopold III dapat ditentukan bagian apa yang terletak di

sebelah bawah. Sedangkan pada Leopold IV, selain menentukan bagian janin

mana yang terletak di sebelah bawah, juga dapat menentukan berapa bagian dari

kepala telah masuk ke dalam pintu atas panggul (Wiknjosastro, 2002).

Perkusi

Tidak begitu banyak artinya, kecuali bila ada sesuatu indikasi

(Mochtar,1998).

Auskultasi

Digunakan stetoskop monoral (stetoskop obstetrik) untuk mendengarkan

denyut jantung janin (djj). Yang dapat kita dengarkan adalah:

1. Dari janin:

a) djj pada bulan ke 4-5,

b) bising tali pusat, dan

c) gerakan dan tendangan janin.

2. Dari ibu:

a) bising rahim (uterine souffle),

b) bising aorta, dan

c) peristaltik usus (Mochtar, 1998).

Pemeriksaan Dalam

Terdiri dari Vaginal Toucher (VT) dan Rectal Toucher (RT). Sebenarnya,

periksa dalam adalah tindakan yang berbahaya karena akan menyebabkan

Page 7: BAB 2 kehamilan.doc

12

perdarahan dan infeksi. Oleh karena itu, periksa dalam hanya boleh dilakukan bila

ada indikasi dan dikerjakan dengan cara cuci hama atau pemeriksaan rectal touche

(RT).

Pemeriksaan dalam untuk menilai keadaan janin dan jalan lahir hendaknya

dilakukan dengan lembut (with ladies hand), sebaiknya ibu disuruh kencing dan

buang air besar.Ia harus berbaring telentang dengan tungkainya ditekuk pada

pangkal paha dan lutut. Genitalia eksterna dibersihkan dengan kapas lisol atau

dettol atau desinfeksi lainnya (Mochtar, 1998).

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan ialah hematokrit

(hemoglobin), urinalisis, kultur urin, golongan darah, faktor Rhesus, pemeriksaan

antibody, status rubella, pemeriksaan sifilis, pap smear, pemeriksaan HbsAg;

termasuk pemeriksaa HIV.

Ultrasonografi (USG)

Dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen, USG tidak berbahaya untuk

janin, karena memakai prinsip sonar (bunyi).Jadi, boleh dipergunakan pada

kehamilan muda.Pada layar dapat dilihat letak, gerakan, dan gerakan jantung janin

(Mochtar, 1998).

II.3.5 Nasihat- Nasihat Untuk Ibu Hamil

Diet dan Pengawasan Berat Badan

Wanita hamil dan menyusui harus betul-betul mendapat perhatian susunan

dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein yang berguna untuk

pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan

anemia, abortus, perdarahan pasca persalinan dan sebagainya. Sedangkan

Page 8: BAB 2 kehamilan.doc

13

makanan berlebihan karena dianggap untuk 2 orang (ibu dan janin), dapat

mengakibatkan komplikasi sepertti gemuk, pre-eklamsi, janin besar dan

sebagainya (Mochtar, 1998). Anjurkan wanita tersebut makan secukupnya saja.

Bahan makanan tidak perlu mahal, akan tetapi cukup mengandung protein baik

hewani maupun nabati. Seperti diketahui, kebutuhan akan gizi selama kehamilan

meningkat. Adapun kebutuhan ini dipergunakan untuk pertumbuhan plasenta,

pertambahan volume darah, mammae yang membesar, dan metabolisme basal

yang meningkat. Sebagai pengawasan akan kecukupan gizi ini dapat dipakai

kenaikan berat badan wanita hamil tersebut. Kenaikan berat badan wanita hamil

rata-rata 6,5 kg sampai 16 kg (Wiknjosastro, 2002).

Merokok

Merokok adalah kebiasaan yang dilarang keras, baik saat hamil maupun

tidak hamil dan baik merokok secara pasif maupun aktif. Adalah kenyataan bahwa

wanita-wanita yang terlalu banyak merokok melahirkan anak yang lebih kecil,

atau mudah mengalami abortus dan partus prematurus. Maka dari itu, sebaiknya

wanita hamil dilarang merokok (Wiknjosastro, 2002).

Obat-obatan

Jangan memberikan obat yang tidak perlu benar, terutama pada triwulan I

dan II kehamilan.Ada obat yang teratogenik sehingga dapat menimbulkan

kelainan teratogenik pada janin, misalnya thalidomide, yang sekarang telah ditarik

dari peredaran (Wiknjosastro, 2002).

Kebersihan dan Pakaian

Kebersihan harus selalu dijaga pada masa kehamilan. Mandi diperlukan

untuk kebersihan/ hygiene terutama perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan

Page 9: BAB 2 kehamilan.doc

14

keringat bertambah. Dianjurkan menggunakan sabun yang lembut/ ringan.Mandi

berendam tidak dianjurkan (Mochtar, 1998). Baju hendaknya yang longgar dan

mudah dipakai. Sepatu atau alas kaki lain dengan tumit yang tinggi sebaiknya

jangan dipakai, oleh karena tempat titik berat wanita hamil berubah, sehingga

mudah tergelincir atau jatuh (Wiknjosastro, 2002).

Koitus

Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang sekarang,

sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada waktu itu plasenta

telah terbentuk, serta kemungkinan abortus menjadi lebih kecil. Pada umumnya

koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati-hati. Pada

akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk ke dalam rongga panggul, koitus

sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan

(Wiknjosastro, 2002).

Perawatan Gigi

Pada triwulan pertama wanita hamil mengalami enek dan muntah

(morning sickness). Keadaan ini menyebabkan perawatan gigi tidak diperhatikan

dengan baik, sehingga timbul karies, gingivitis, dan sebagainya. Bila kerusakan

gigi ini tidak diperhatikan dengan baik, hal itu dapat mengakibatkan komplikasi,

seperti nefritis, septicemia sepsis peurperalis, oleh karena infeksi di rongga mulut,

misalnya pulpitis yang telah menahun, dapat menjadi sarang infeksi yang dapat

menyebar kemana-mana. Maka dari itu bila keadaan mengijinkan, tiap wanita

hamil harus memeriksakan giginya secara teratur sewaktu hamil (Wiknjosastro,

2002).

Page 10: BAB 2 kehamilan.doc

15

Imunisasi

Tiap wanita hamil yang akan berpergian ke luar negeri dan di dalam negeri

dibolehkan mengambil vaksinasi ulangan terhadap cacar, kolera, dan tifus. Dahulu

di Indonesia pencacaran merupakan suatu keharusan, maka untuk wanita hamil

pencacaran merupakan pencacaran ulang dan tidak membahayakan. Tapi bila ada

wabah, maka pencacaran walaupun untuk pertama kali tetap dilakukan untuk

melindungi ibu dan janin. Virus vaksin dapat melintasi plasenta dan dapat

menimbulkan kerusakan-kerusakan pada macam-macam alat dan plasenta.

Biasanya infeksi transplasenta hanya terjadi pada wanita hamil yang baru pertama

sekali dicacar. Maka dari itu, dianjurkan agar pencacaran pertama sebaiknya

dilakukan sebelum tua kehamilan melewati 20 minggu. Untuk melindungi janin

yang akan dilahirkan terhadap tetanus neonatonum dewasa ini dianjurkan untuk

diberikan toxoid tetanus pada ibu hamil (Wiknjosastro, 2002).

Perawatan Payudara

Payudara merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi makanan

utama bagi bayi, karena itu, jauh sebelumnya harus sudah dirawat. Kutang yang

dipakai harus sesuai besar payudara, yang sifatnya adalah menyokong payudara

dari bawah, bukan menekan dari depan. Dua bulan sekali dilakukan massage,

kolostrum dikeluarkan untuk mencegah penyumbatan. Untuk mencegah putting

susu kering dan mudah pecah, maka putting susu dan areola payudara dirawat

baik-baik dengan dibersihkan menggunakan air sabun dan biocream atau alcohol.

Bila puting susu masuk ke dalam, hal ini diperbaiki dengan jalan menarik-narik

keluar (Mochtar, 1998).

Page 11: BAB 2 kehamilan.doc

16

II.4 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu manusia, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoadmojo, 2003).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang. Karena itu pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidakdisertai oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).Pengetahuan yang tercakup

dalam domain kognitif memiliki 6 tingkatan,yaitu:

1. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Yang termasuk kedalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yangditerima.

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui.

3. Aplikasi (Aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi manusia di dalam

struktur organisasi terbsebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Page 12: BAB 2 kehamilan.doc

17

5. Sintesis (Synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evalution) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justification atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo,

2003).

II.5 Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorangterhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas dan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap

objek. Sikap terdiri dari empat tingkatan yaitu:

1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding) diartikan memberikan jawaban apabila

ditanya,mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah

suatuindikasi sikap.

3. Menghargai (Valuing) adalah mengajak orang lain untuk mengerjakanatau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalahsuatu

indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling

tinggi (Notoatmodjo, 2003).

Page 13: BAB 2 kehamilan.doc

18

II.6. Kehamilan Risiko Tinggi

II.6.1 Definisi

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin yang

dikandungnya selama kehamilan, persalinan ataupun nifas bila dibandingkan

dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal.

II.6.2 Frekuensi

Frekuensi kehamilan risiko tinggi yang dilaporkan oleh beberapa peneliti

berbeda-beda, tergantung dari cara penilaian faktor yang dimasukkan dalam

kehamilan risiko tinggi. Rochjati (1977) dari RS dr. Sutomo Surabaya melaporkan

frekuensi kehamilan risiko tinggi 30,8%. Daely (1979) dari RS dr. Pirngadi

Medan melaporkan frekuensi kehamilan risiko tinggi 69,7% dengan kriteria

tersendiri yaitu dari jumlah kasus-kasus persalinan sebagai penyebut. Tingginya

angka kehamilan risiko tinggi di RS dr. Pirngadi Medan mungkin karena

banyaknya kasus patologi yang dirujuk setelah ditangani di luar dan setelah terjadi

komplikasi.

II.6.3 Menentukan Kehamilan Risiko Tinggi

Cara penentuan KRT dapat dengan memakai kriteria dan juga

dikelompokkan berdasarkan skoring atau nilai. Kriteria yang dikemukakan oleh

peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda, namun dengan tujuan yang sama

mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi.

Page 14: BAB 2 kehamilan.doc

19

Rochyati, dkk mengemukakan kriteria KRT adalah: primimuda, primitua,

umur 35 tahun atau lebih, tinggi badan kurang dari 145 cm, grandemulti, riwayat

persalinan yang buruk, bekas seksio sesaria, pre-eklampsia, hamil serotinus,

perdarahan antepartum, kelainan letak, kelainan medis, dan lain-lain.

Daely (Medan) memakai kriteria kehamilan risiko tinggi terbagi berdasarkan:

a. Komplikasi Obstetrik :

o Umur (≤19 tahun atau > 35 tahun)

o Paritas (primigravida atau para lebih dari 6)

o Riwayat kehamilan yang lalu :

≥ 2 kali abortus

≥ 2 kali partus prematur

Kematian janin dalam kandungan atau kematian perinatal

Perdarahan paska persalinan

Pre-eklampsi dan eklampsi

Kehamilan mola

Pernah ditolong secara obstetri operatif

Pernah operasi ginekologik

Pernah inersia uteri

Disproporsi sefalo pelvik, perdarahan antepartum, pre-eklampsi dan

eklampsi, kehamilan ganda, hidramnion, kelainan letak pada hamil tua,

dismaturitas, kehamilan pada infertilitas, persalinan terakhir ≥ 5

tahun,inkompetensi serviks, postmaturitas, hamil dengan tumor (mioma

atau kista ovarii), uji serologis lues positif.

Page 15: BAB 2 kehamilan.doc

20

b. Komplikasi medis

• Anemia, hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, obesitas, penyakit

saluran kencing, penyakit hati, penyakit paru dan penyakit-penyakit lain dalam

kehamilan.

II.6.4 Faktor Risiko

Faktor risiko merupakan situasi dan kondisi serta keadaan umum ibu

selama kehamilan, persalinan dan nifas akan memberikan ancaman pada

kesehatan dan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya. Keadaan dan kondisi

tersebut bisa digolongkan sebagai faktor medis dan non medis.

Faktor non medis antara lain adalah kemiskinan, ketidak tahuan, adat,

tradisi, kepercayaan, dan lain-lain. Hal ini banyak terjadi terutama pada negara

berkembang, yang berdasarkan penelitian ternyata sangat mempengaruhi

morbiditas dan mortalitas. Dimasukkan pula dalam faktor non medis adalah sosial

ekonomi rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran memeriksakan kehamilan

secara teratur, fasilitas dan sarana kesehatan yang serba kekurangan.

Faktor medis antara lain adalah penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan

obstetri, gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi persalinan, penyakit

neonatus dan kelainan genetik.

Menurut Backett faktor risiko itu bisa bersifat biologis, genetika,

lingkungan atau psikososial. Namun dalam kesehatan reproduksi kita dapat

membaginya secara lebih spesifik, yaitu:

1. Faktor demografi: umur, paritas dan tinggi badan

Page 16: BAB 2 kehamilan.doc

21

2. Faktor medis biologis: underlying disease, seperti penyakit jantung dan

malaria.

3. Faktor riwayat obstetri: abortus habitualis, SC, dan lain-lain.

4. Faktor lingkungan: polusi udara, kelangkaan air bersih, penyakit endemis,

dan lain-lain.

5. Faktor sosioekonomi budaya : pendidikan, penghasilan.

Seharusnya faktor risiko dikenali oleh ibu hamil serta keluarga sehingga ibu-ibu

dengan kehamilan risiko tinggi mendapat pertolongan yang semestinya.

II.7. Kehamilan Usia Tua

II.7.1 Definisi

Adalah seorang wanita yang hamil pada usia sama dengan 35 tahun atau

lebih. Faktor usia tua menyebabkan resiko timbulnya penyakit-penyakit yang

menyertai umur jadi semakin meningkat. Terjadinya penyakit jantung dan kanker

menjadi lebih besar. Kombinasi antara penyakit usia tua dan kehamilan tersebut

yang menyebabkan resiko meninggal atau cacat pada bayi atau ibu hamil menjadi

bertambah tinggi.

Bagi seorang perempuan, usia tua juga dapat menyebabkan kemampuan

untuk melahirkan (fertilitas) menurun. Kemungkinan bayi lahir kembar juga

sangat tinggi terjadi pada kehamilan pertama yang terlambat, khususnya pada usia

35-39 tahun. Selanjutnya, setelah usia 39 tahun, frekuensi bayi lahir kembar

menjadi menurun. Hamil terlambat juga menyebabkan resiko terhadap diabetes,

tumbuhnya jaringan ikat di dalam rahim (fibroid) dan berisiko tinggi untuk

mendapatkan kelainan kromosom, seperti Down Syndrome.

Page 17: BAB 2 kehamilan.doc

22

II.7.2 Segi negatif kehamilan di usia tua (Sulistyawati, 2009).

a. Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun akan sangat menentukan

proses kelahirannya. Hal ini pun turut mempengaruhi kondisi janin.

b. Pada proses pembuahan, kualitas sel telur wanita usia ini sudah menurun jika

dibandingkan dengan sel telur pada wanita dengan usia reproduksi sehat (25-30

tahun).Jika pada proses pembuahan, ibu mengalami gangguan sehingga

menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan buah

kehamilan, maka kemungkinan akan menyebabkan terjadinya Intra Uterine

Growth Retardation (IUGR) yang berakibat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

c. Kontraksi uterus juga sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik ibu, jika ibu

mengalami penurunan kondisi, terlebih pada primitua (wanita hamil pertama

dengan usia ibu lebih dari 40 tahun) maka keadaan ini harus benar-benar

diwaspadai.

II.7.3. Segi positif hamil diusia tua

a. Kepuasan peran sebagai ibu

b. Merasa lebih siap

c. Pengetahuan mengenai perawatan kehamilan dan bayi lebih baik

d. Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan

e. Mampu mengambil keputusan

f. Karier baik dan status ekonomi lebih baik

g. Perkembangan intelektual anak lebih tinggi

h. Periode menyusui lebih lama

i. Toleransi pada kelahiran lebih besar.

Page 18: BAB 2 kehamilan.doc

23

II.7.4. Hal-hal yang direncanakan kehamilan untuk perempuan usia 35

tahun ke atas (Sinsin, 2008):

a. Diskusikan dengan dokter sebelum menginginkan kehamilan

b. Konsumsi 400 mg asam folat tiap hari sebelum hamil dan ketika bulan pertama

kehamilan untuk mencegah cacat bayi.

c. Lakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur

d. Makanlah makanan yang bervariasi, khususnya yang mengandung asam folat,

seperti jus jeruk, kacang-kacangan, kedelai dan biji-bijian lainnya, sereal, dan

sayuran berdaun hijau

e. Sebelum hamil, ukur berat badan agar tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu

kurus

f. Jangan meminum alkohol sebelum hamil dan selama hamil

g. Jangan merokok, termasuk hindari asap rokok disekitar lingkungan

h. Jangan konsumsi obat-obatan apapun, khususnya obat bebas di apotik atau

ramuan tumbuh-tumbuhan, seperti jamu, kecuali yang disarankan oleh dokter.

II.8 Ketuban Pecah Dini

II.8.1 Definisi

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun

jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari

12 jam sebelum waktunya melahirkan.

Page 19: BAB 2 kehamilan.doc

24

Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1%

dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD

merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.

Gambar 1. Ketuban Pecah

II.8.2 Penyebab

Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang

disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur,

merokok, dan perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor risiko dari KPD :

1. Inkompetensi serviks (leher rahim)

2. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

3. Riwayat KPD sebelumya

4. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

5. Kehamilan kembar

Page 20: BAB 2 kehamilan.doc

25

6. Trauma

7. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

8. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

Gambar 2. Inkompetensi leher Rahim

II.8.3 Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui

vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin

cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris

warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi

sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah

terletak di bawah biasanya "mengganjal" atau "menyumbat" kebocoran untuk

sementara.

Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin

bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. Pemeriksaan

Page 21: BAB 2 kehamilan.doc

26

penunjang Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat

dilakukan dengan kertas nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH

normal dari vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes

tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan

trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni. Pemeriksaan melalui

ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk mengkonfirmasi jumlah air ketuban

yang terdapat di dalam rahim.

II.8.4 Komplikasi KPD

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37

minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru

lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD.Semua ibu hamil dengan KPD

prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis

(radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali

pusar dapat terjadi pada KPD.

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm.

Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm.

Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia

kehamilan kurang dari 23 minggu.

Page 22: BAB 2 kehamilan.doc

27

Gambar 3. Keluarnya Tali Pusar

II.8.5 Pencegahan

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang terbukti

cukup efektif. Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir triwulan kedua atau

awal triwulan ketiga dianjurkan.