bab 1-3 hernia inguinal

87
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit hernia atau yang lebih dikenal dengan turun berok adalah penyakit akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot, sehingga penderita hernia kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. 1 Hernia berasal dari bahasa Latin herniae yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada diding rongga bersangkutan. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut yang berisi alat visera dari ronngga perut (abdomen), misalnya usus, dan lain-lain. 1 Hernia yang terjadi pada anak-anak lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. 2 Bila pada orang dewasa disebabkan karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut (tekanan intraabdomen) dan karena faktor usia yang menyebabkan melemahnya otot dinding perut. 1 Hernia diderita oleh orang yang banyak kesibukan dan aktivitas yang membutuhkan stamina dan

Upload: andiregar

Post on 21-Dec-2015

42 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

belajar

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1-3 Hernia Inguinal

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Penyakit hernia atau yang lebih dikenal dengan turun berok adalah penyakit akibat

turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot, sehingga penderita hernia kebanyakan

laki-laki, terutama anak-anak.1

Hernia berasal dari bahasa Latin herniae  yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui

jaringan ikat tipis yang lemah pada diding rongga bersangkutan. Gangguan ini sering terjadi di

daerah perut yang berisi alat visera dari ronngga perut (abdomen), misalnya usus, dan lain-lain.1

Hernia yang terjadi pada anak-anak lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus

vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar.2 Bila pada orang dewasa

disebabkan karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut (tekanan intraabdomen) dan

karena faktor usia yang menyebabkan melemahnya otot dinding perut.1 Hernia diderita oleh

orang yang banyak kesibukan dan aktivitas yang membutuhkan stamina dan energi yang banyak,

sehingga bila stamina tubuhnya kurang bagus dan tetap dipaksakan untuk bekerja maka akan

timbul penyakit hernia. Bila hernia yang didapat bersifat inkarserata maka tindakan pembedahan

harus cepat ditangani untuk menghindari terjadinya stangulata.1

Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi penyedia pelayanan anestesi, baik dokter spesialis

anestesi maupun perawat anestesi. Kemajuan dalam ilmu kedokteran khususnya pembedahan,

tidak terlepas dari peran dan dukungan kemajuan di bidang anestesiologi. Anestesiologi sebagai

cabang ilmu kedokteran, merupakan ilmu yang mendasari usaha dalam hal pemberian anestesi

dan analgesi serta menjaga keselamatan penderitan yang mengalami pembedahan atau tindakan-

Page 2: Bab 1-3 Hernia Inguinal

2

tindakan lainnya termasuk bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien gawat,

pemberian terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun.3

Kemajuan anestesi pada saat ini menyebabkan lebih aman dan menyenangkan bagi pasien.

Faktor yang mempengaruhi kemajuan tersebut adalah sudah adanya pemahaman tentang fisiologi

dan farmakologi tentang obat, sehingga pelaksanaan anestesi yang dimulai dari persiapan pasien

hingga pengawasan perioperatif dapat di laksanakan dengan baik, apalagi dengan tersedianya

tehnik anestesi yang baru seperti pemakaian obat pelumpuh otot, intubasi endotrakeal, dan

penggunaan obat-obatan yang mudah menguap. Penggunaan anestesi ini sangat membantu ahli

bedah dalam menangani operasi yang sulit, salah satunya yaitu operasi herniorafi pada hernia

inkarserata.3 Dua pelopor bedah hernia adalah Bassini dan Halsted, tindakan serta prinsip

operasinya masih dipraktekkan/digunakan sampai pada hari ini.4

Page 3: Bab 1-3 Hernia Inguinal

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1   Definisi Hernia   

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian

lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek

atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.2

Meburut Made Kusala Girl dan Farid Nur Mantu, hernia adalah penonjolan peritonium

yang berisi alat visera dari rongga abdomen melalui suatu lotus baik bawaan maupun didapat.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan isi suatu

rongga karena adanya kelemahan pada dinding organ yang dapat terjadi karena faktor bawaan

maupun didapat.5

2.1.1  Anatomi Hernia

Bagian hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia itu sendiri. Isi hernia dapat berupa

lambung, usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum). Bila ada lapisan yang lemah

dari lapisan otot diding perut, maka usus dapat keluar ke tempat yang tidak seharusnya yakni

bisa ke diafragma, lipatan paha atau ke pusat.4 Berikut ini dapat dilihat gambar anatomi letak

hernia.

2.1.2   Klasifikasi

Berdasarkan penyebab terjadinya hernia dapat dibedakan menjadi hernia bawaan

(congenital) dan hernia didapat. Sedangkan menurut letaknya, hernia dibedakan menjadi hernia

diafragma, umbilikalis, femoralis,  inguinalis, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Page 4: Bab 1-3 Hernia Inguinal

4

Hernia diafragma adalah adanya visera yang masuk kedalam toraks seperti lambung, usus,

omentum, yang dapat menimbulkan gejala atau tanda obstruksi atau pendarahan.2 Sedangkan

hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum

dan kulit. Hernia umbilikalis adalah penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk

melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya diketahui ketika

bayi menangis. Hernia ini umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi

inkarserata.2

Hernia femoralis adalah   penonjolan jaringan preperitoneal ke dalam rongga kanalis

femoralis. Hernia femoralis umumnya terjadi pada orang yang sudah tua, penyebab lainnya

adalah kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut.2

Hernia inguinalis  dapat terjadi karena anomali kongenital  atau karena sebab yang didapat.

Hernia inguinalis ada yang medialis dan lateralis. Hernia inguinalis lateralis yang mencapai

scrotum disebut hernia scoratis. Hernia inguinalis medialis disebut juga direk karena hernia yang

menonjol langsung melalui segitiga Hesselbach, sedangkan hernia inguinalis lateralis,

penonjolan dari perut dilateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar

melalui dua pintu dan saluran. Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak penonjolan

berbentuk lonjong sedangkan hernia medialis, berbentuk tonjolan bulat.

Hernia  Pantalon  merupakan  kombinasi  hernia  inguinalis dan        medialis pada satu

sisi. Kedua kantong hernia dipisahkan oleh vasa epigastrika inferior sehingga membentuk seperti

celana. Untuk menegakkan diagnosa biasanya baru di temukan sewaktu operasi.

Page 5: Bab 1-3 Hernia Inguinal

5

2.1.3 Menurut Sifat

Menurut sifatnya, hernia dapat disebut reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus

keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi ketika berbaring atau didorong masuk perut,

dan juga tidak ada keluhan nyeri atau obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi

kembali kedalam rongga perut disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh

perlengketan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan nyeri ataupun

tanda sumbatan usus.2

Hernia di sebut inkarserata atau strangulata, bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga

isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut yang berakibat

terjadinya gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih

dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan

vaskularisasi di sebut hernia strangulata.2 Berikut ini adalah gambar mengenai hernia usus.

2.1.4   Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat.

Hernia dapat dijumpai pada setiap usia dan lebih banyak terjadi pada kaum laki-laki dari pada

kaum perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia

pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh isi kantong dan hernia.2

Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia

inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur otot oblikus internus

abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia

Page 6: Bab 1-3 Hernia Inguinal

6

transversa yang kuat, yang menutupi trigonum Hasselbach umumnya tidak berotot. Gangguan

pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.2

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,

peninggihan tekanan didalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Proses

turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis

tetap terbuka, sedangkan bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup.

Akan tetapi kejadian hernia pada umur ini tidak sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis

paten menderita hernia. Pada umumnya disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang paten bukan

merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus

inguinalis yang cukup besar.2

2.1.5 Patogenesis

Hernia dapat terjadi pada semua umur, mulai dari bayi sampai dengan orang tua. Hernia

inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus. Kanalis inguinalis

adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi penurunan testis

melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum

sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritoneal.3

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi

(penyempitan/mengecil), sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun

dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Biasanya yang sering terkena hernia

adalah bayi atau anak laki-laki karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis

kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.

Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.3

Page 7: Bab 1-3 Hernia Inguinal

7

Bila prosesus terbuka terus karena tidak mengalami obliterasi, akan timbul hernia

kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena tekanan

intraabdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis

lateralis akuisita (didapat).3

Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah kehamilan,

batuk kronis,  pekerjaan mengangkat beban berat, megejan pada saat defekasi dan mengejan

padasaat miksi misalnya akibat hipertropi prostat.3

Umumnya hernia tidak menimbulkan nyeri. Namun bila sudah terjadi jepitan isi hernia

oleh cincin hernia maka akan menimbulkan nyeri. Akibat banyaknya usus yang masuk,

menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler, menyebabkan

pembuluh darah di daerah tersebut lama kelamaan akan mati dan akan menjadi penimbinan

racun. Jika dibiarkan terus, maka racun tersebut akan menyebar ke seluruh daerah perut sehingga

dapat menyebabkan infeksi didalam tubuh.

Infeksi akibat hernia menyebabkan penderita merasa perut kembung, muntah, konstipasi

dan merasakan nyeri yang hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah dan pasien

gelisah, maka harus segera ditangani oleh dokter, karena dapat mengancam nyawa penderita.2

Sebenarnya tidak semua hernia harus dioperasi. Bila jaringan hernia masih dapat dimasukkan

kembali, maka tindakannya adalah reposisi dengan memasukkan bantalan penyangga untuk

mempertahankan hernia yang telah direposisi. Pada hernia incarserata sering terjadi dibawah 2

tahun.

Reposisi spontan dapat terjadi karena cincin hernia pada anak-anak lebih elastis. Bila usaha

reposisi ini berhasil, anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak

berhasil dalam waktu enam jam, maka harus dilakukan operasi.2

Page 8: Bab 1-3 Hernia Inguinal

8

2.1.6 Gambaran Klinis

Umumnya pada orang dewasa keluhannya berupa benjolan dilipatan    paha yang timbul

pada waktu mengejan, batuk atau pada saat mengangkat     beban berat dan menghilang pada

waktu istirahat baring.  Pada bayi dan         anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul di

lipat paha biasanya       diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu anak atau bayi sering

gelisah, banyak menangis dan kadang-kadang perut kembung harus        dipikirkan kemungkinan

terjadinya hernia strangulata.2

Pada inpeksi, perhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat           paha, skrotum atau

labia dalam posisi berbaring dan berdiri.  Penderita       diminta mengejan atau batuk sehingga

adanya benjolan atau keadaan         asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada

benjolan           hernia, diraba konsistensinya dan dicoba mendorong apakah benjolan            

dapat direposisi.2

2.1.7 Tata laksana hernia

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional pada hernia inguinalis.

Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia ada dua

yaitu herniotomi dan hernioplastik/herniorafi. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong

hernia sampai ke lehernya, kantong hernia dibuka dan isi hernia dibebaskan bila ada

perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-diikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Pada herniorafi dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat

dinding belakang kanalis inguinalis.2

Page 9: Bab 1-3 Hernia Inguinal

9

2.1.8 Tinjauan umum pembedahan

Yang dimaksudkan dengan pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang

menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan dengan membuat sayatan.

Setelah bagian tubuh yang akan ditangani di tampilkan, dilakukan tindakan perbaikan kemudian

ditutup dengan jahitan.1

Dalam melakukan pembedahan ada tiga proses yang dilalui, yaitu preoperatif/prabedah,

intraoperatif/intrabedah dan postbedah/spostoperatif yang disebut perioperatif.

Preoperatif adalah masa sebelum pembedahan atau anestesi, pasien yang akan menjalani

anestesi dan pembedahan (elektif / darurat) harus dipersiapkan dengan baik. Kunjungan prabedah

pada bedah elektif dilakukan 1-2 hari sebelumnya, dan pada bedah darurat dilakukan sesingkat

mungkin, dengan tujuan mempersiapkan mental dan fisik pasien secara optimal, menentukan

klasifikasi ASA, merencanakan dan memilih obat-obatan anestesi yang sesuai. Persiapkan

prabedah sangat penting sekali untuk mengurangi resiko komplikasi yang mungkin terjadi,

karena hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan awal penderita.3

Intraoperatif adalah masa dimana dilakukan pembedahan, sehingga diperlukan suatu

perhatian khusus baik petugas bedah maupun anestesi. Hal terpenting untuk petugas anestesi

adalah melakukan monitoring pada pasien, sehingga operasi dapat berjalan dengan baik dan juga

untuk mengetahui adanya tanda-tanda kegawatan yang mungkin terjadi.

Postoperatif adalah suatu keadaan atau masa dimana telah dilakukan tindakan anestesi

maupun pembedahan. Pada umumnya setelah dilakukan pembedahan pasien diistirahatkan di

ruang pemulihan sampai pasien pulih atau sadar penuh.

Page 10: Bab 1-3 Hernia Inguinal

10

2.2       Tinjauan Umum Anestesi

2.2.1    Definisi

Anestesi berasal dari bahasa Yunani an yang berarti tidak dan esthesia yang berarti rasa,

sehingga dapat berarti hilangnya rasa atau sensasi. Kata anesthesia diperkenlakan oleh Oliver

Wendell Holmes yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara karena

pemberian obat, dengan tujuan untuk menghilangkan sensasi rasa nyeri pada saat pembedahan.

Sedangkan analgesi ialah pemberian obat untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan

kesadaran pasien.6

2.2.2  Klasifikasi Anestesi

General Anestesi

Anestesi umum atau general anestesi adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri atau sakit

secara sentral yang disertai hilangnya kesadaran dan dapat putih kembali.2 Hilangnya segala

sensasi perasaan panas, dingin, rabaan, kedudukan tubuh (posture), nyeri dan disertai hilangnya

kesadaran.7 Anestesi umumnya terdiri dari tiga komponen yaitu : Hipnotik, analgesi dan

relaksasi. Cara pemberian obat untuk anestesi umum dapat melalui; pertama, Parentetal

(Intramuskural / Intravena), pemberian ini digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi

anestesi.

Yang kedua bisa melalui Perrectal (peranus), diberikan pada anak untuk induksi anestesi

atau tindakan singkat/ diagnostik pada pemeriksaan mata,  telinga, penyinaran, rontgen foto.

Ketiga, dapat melalui inhalasi/ anestesi inhalasi (valatile agent), yaitu menggunakan gas/cairan

anestesi sebagai zat anestetik yang mudah menguap melalui udara pernafasan.3

Page 11: Bab 1-3 Hernia Inguinal

11

Teknik ini digunakan untuk pembedahan abdomen yang luas, intraperitoneum, toraks,

intrakranial, pembedahan yang berlangsung lama, dan operasi dengan posisi tertentu yang

memerluakn pengendalian pernafasan.3

Regional Anestesi

Regional anestesi adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri atau sakit secara regional

tanpa disertai hilangnya kesadaran. Pemberian anestesi regional dapat dengan cara, pertama yaitu

blok sentral (blok neuroksial), yang meliputi blok spinal dan epidural dan tindakan ini sering

dikerjakan. Pengertian blok spinal adalah penyuntikan obat anestesi lokal kedalam ruang

subaraknoid. Sedangkan blok epidural adalah penyuntikan obat anestesi lokal ke dalam ruang

epidural. Yang kedua yaitu blok perifer (blok saraf), misalnya blok pleksus brakialis, aksiler,

dll.6

Page 12: Bab 1-3 Hernia Inguinal

12

BAB III

PEMBAHASAN

3.1  Penatalaksaan Perioperatif

Manajemen Perioperatif

Pada tahap ini petugas anestesi melakukan kunjungan kepada penderita untuk berinteraksi

dengan penderita dan keluarganya, tahap ini juga  diperlukan untuk mengurangi tingkat

kecemasan serta menanamkan rasa kepercayaan penderita kepada petugas. Evaluasi dan

persiapan penderita dilakukan pada saat kunjungan.

Anamnesa

Yang pertama adalah melakukan anamnesa untuk mengetahui identifikasi penderita yang

terdiri dari nama, umur, alamat, pekerjaan, agama, status perkawinan, dll. Menanyakan juga

keluhan saat ini dan tindakan operasi yang akan dihadapi. Adakah riwayat penyakit yang sedang/

pernah diderita yang dapat menjadi penyulit anestesi seperti, diabetes melitus, penyakit paru-

paru kronis, (asma bronkial, pneumnia, dan bronkitis), penyakit jantung (infark miokard, angina

pektoris dan gagal jantung), hipertensi, penyakit hati dan penyakit ginjal.

Riwayat obat-obatan yag meliputi alergi obat, obat yang sedang digunakan dan dapat

menimbulkan interaksi dengan obat anestesi seperti, korsikosteroid, obat antihipertensi,

antidiabetik, golongan aminoglikosida, digitalis, dieuretikal, obat anti alergi, obat penenang dan

bronkodilator. Adakah riwayat anestesi/ operasi sebelumnya yang terdiri dari tanggal, jenis

pembedahan dan anestesi, komplikasi, dan perawatan intensif pascaoperatif untuk menjadi

Page 13: Bab 1-3 Hernia Inguinal

13

acuhan dalam pertimbangan anestesi.3 Ditanyakan juga riwayat kebiasaan sehari-hari yang dapat

mempengaruhi tindakan anestesi, seperti merokok, minum alkohol, obat penenang, narkotik,

riwayat keluarga yang mendrita kelainan seperti hipertermia maligna. Ditanyakan pula

berdasarkan sistem organ yang meliputi keadaan umum, pernapasan, kardiovaskular, ginjal,

gastrointensinal, hematologi, endokrin, psikiatrik, ortopedi, dan dermatologi.3

Pada anak-anak yang belum bisa bicara dilakukan alloanemnesa, yaitu komunikasi

dilakukan dengan orang tua, atau keluarga yang mengantarnya. Apabila perlu, konsultasikan

dengan pediatri. Bila anak ditemukan demam, batuk-batuk, kelainan hidung (rhinitis), atau

gastroenteritis (diare), pembedahan sebaiknya diundurkan.3

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan yang kedua adalah melakukan pemeriksaan fisik, yang dapat dilakukan

dengan pengukuran tinggi badan, menimbang berat badan, yang diperlukan untuk menghitung

dosis obat, terapi pemberian cairan, serta jumlah urin selama dan sesudah pembedahan.

Menghitung frekuensi nadi, tekanan darah, pola dan frekuensi pernapasan, serta suhu tubuh

karena dengan kenaikkan maupun penurunan suhu tubuh dapat mempengaruhi pola dan

frekuensi napas serta nadi.

Pemeriksaan jalan napas (airway), diperiksa juga pada daerah kepala dan leher untuk

mengetahui adanya trismus, keadaan gigi geligi, apakah ada gigi palsu, atau gangguan fleksi,

ekstensi leher, devisiasi trakea, dan massa untuk menilai apakah ada kesulitan intubasi. 3 Lakukan

pemeriksaan jantung, untuk mengevaluasi kondisi jantung, apakah ada kelainan jantung yang

didapat pada orang dewasa dan pada anak-anak sebagai penyakit bawaan (congenital).

Pemeriksaan pada Paru-paru, untuk mengetahui adanya dispnu, ronki, dan mengi yang dapat

Page 14: Bab 1-3 Hernia Inguinal

14

menggangu frekuensi dan pola pernapasan. Pada abdomen lakukan palpasi untuk mengetahui

adanya distensi, massa, asites, atau hernia.

Pemeriksaan daerah ekstremitas terutama untuk melihat perpusi distal, adanya jari tumbuh,

sianosis, atau infeksi kulit, dan juga untuk melihat tempat-tempat fungsi vena atau daerah blok

saraf regional. Daerah punggung juga diperiksa bila ditemukan adanya deformitas, memar atau

infeksi terutama dengan pemilihan anestesi regional. Neurologis, misalnya status mental, fungsi

saraf kranial, kesadaran dan fungsi sensasi motorik, yang diperlukan untuk menentukan status

fisik pasien.3

Pemeriksaan laboratium

Pemeriksaan Laboratium, ada yang dilakukan pemeriksaan rutin seperti, darah

(hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit, golongan darah, masa perdarahan,dan masa

pembekuan), urin (protein, reduksi, dan sedimen), foto dada terutama (untuk bedah mayor),

elektrokardiografi (untuk pasien berusia diatas 40 tahun). Ada juga yang dilakukan secara

khusus, yang dilakukan bila terdapat riwayat atau indikasi, Elektrokardiohrafi pada anak,

bronkospirometri pada pasien tumor paru, fungsi hati pada pasien ikterus, fungsi ginjal pada

pasien hipertensi atau pasien yang mengalami gangguan miksi.3

Konsultasi dengan bagian medis lain

Lakukan konsultasi kepada bagian medis lain bila di temukan adanya kelainan atau

gangguan dari sistem tubuh, selain penyakit bedah yang dapat mempengaruhi keselamatan

penderita. Misalnya, penyakit dalam, neurologi, psikiatri, dll.

Page 15: Bab 1-3 Hernia Inguinal

15

Klasifikasi Status Fisik (ASA)

Berdasarkan hasil pemeriksaan kita dapat menentukan status fisik pasien, American Society

Of Anestesiologists (ASA) membuat klasifikasi pasien menjadi kelas-kelas :

a.       Kelas / ASA I Pasien normal sehat fisik dan mental

b.      Kelas / ASA II Pasien dengan penyakit sistemik ringan dan tidak ada keterbatasan fungsional.

c.       Kelas / ASA III Pasien dengan penyakit sistemik sedang hingga berat yang menyebabkan

keterbatasan fungsi.

d.      Kelas / ASA IV Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam hidup dan

menyebabkan ketidakmampuan fungsi.

e.       Kelas / ASA V Pasien yang tidak dapat hidup / bertahan dalam 24 jam dengan atau tanpa

operasi.

f.       Kelas / ASA VI Pasien mati batang otak yang organ tubuhnya dapat diambil.

g.      E, Bila operasi yang dilakukan darurat (emergency) maka penggolongan ASA di ikuti huruf E

(misalnya I E atau 2 E).3

Pemilihan tehnik anestesi

Pemilihan anestesi berdasarkan atas usia penderita, status fisik penderita (adakah penyakit

sistemik yang diderita, bentuk fisik penderita), jenis pemnedahan (kecil atau besar, terncana atau

darurat, lokasi pembedahan serta posisi penderita), keterampilan dan pengalaman ahli bedah

serta keterampilan dan pengalaman dokter dan perawat anestesi.6

Page 16: Bab 1-3 Hernia Inguinal

16

Indikasi anestesi umum

Anestesi umum digunakan untuk bayi dan anak-anak, dewasa yang ingin dianestesi umum,

prosedur operasi yang lama dan rumit seperti, pembedahan abdomen yang luas, intraperitoneum, 

toraks, intrakranial, pembedahan yang berlangsung lama, dan operasi dengan posisi tertentu yang

memerlukan pengendalian pernafasan, serta penderita dengan gangguan mental.6

Bila pemilihan anestesi umum dengan tindakan langoskopi dan intubasi trakea, maka dapat

menimbulkan komplikasi. Laringoskopi adalah alat yang digunakan untuk melihat laring secara

langsung supaya kita dapat memasukkan pipa trakea dengan baik dan benar. Intubasi trakea

adalah tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima glotis, sehingga ujung

distalnya berada kira-kira di pertengahan trakea antara pita suara dan bifurkasio trakea.

Komplikasi yang timbul selama intubasi antara lain, trauma gigi-geligi, laserasi pada bibir, gusi,

laring, dapat merangsang saraf simpatis sehingga terjadi hipertensi atau takikardi, aspirasi, dan

spasme bronkus. Komplikasi yang timbul setelah ekstubasi adalah, spasme laring, aspirasi,

gangguan fonasi, edema gotis-subglotis, dapat juga menimbulkan infeksi pada laring, faring dan

trakea.6

Indikasi anestesi regional

Anestesi regional digunakan untuk orang dewasa, dengan indikasi bedah ekstremitas

bawah, operasi kebidanan, bedah urologi, tindakan sekitar rektum – perineum. Kontra indikasi 

absolut regional anestesi yaitu tidak boleh diberikan apabila pasien menolak, infeksi pada tempat

suntikan, hipovolema berat, syok, koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan, fasilitas

resusitasi yang minim, kurang pengalaman atau tanpa didampingi konsultan anestesia.6

Page 17: Bab 1-3 Hernia Inguinal

17

3.2 Persiapan alat dan obat anestesi

Persiapan alat

Alat-alat harus dipersiapkan lebih dulu sebelum tindakan anestesi dilakukan, hal ini untuk

menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan selama anestesi berlangsung. Persiapan

alat-alat ini meliputi :

1.      Persiapan mesin anestesi antara lain, Canester yang berisi sodalime    berfungsi sebagai

absorber untuk mengikat karbondioksida yang    dikeluarkan oleh pasien waktu ekspirasi, cairan

volatil seperti isofluran, halotan, enfluran, atau secofluran, nitorus oksida, dan oksigen.

Pastikan flow meter berfungsi dengan baik, vaporiser tidak bocor dan terisi dengan baik

oleh cairan volatil halotan, enfluran, isofluran, atau sevofluran, pastikan sirkuit aliran oksigen

dan nitrous oksida berfungsi dan tidak bocor.3

2.      Persiapan alat-alat intubasi antara lain, Scope yang terdiri dari Stetoskop, untuk mendengarkan

suara paru dan jantung dan laringo-scope untuk    melihat laring. Pilih bilah atau daun (blade)

yang sesuai dengan usia pasien. Blade lurus (Manchintos) untuk bayi atau anak-anak dan blade

lengkung (Miller, Magill) untuk anak besar dan orang dewasa, serta lampunya harus cukup

terang. Tubes atau pipa trakea, pilih nomor sesuai usia yaitu usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed)

dan > 5 tahun dengan balon (cuffed). Menjaga agar airway atau jalan nafas tetap bebas dengan

menggunakan pipa mulut-      faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-

tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar sehingga lidah tidak

menyumbat jalan napas, dan juga agar pipa trakea tidak tergigit.

Diperlukan juga tape atau plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.

Introducer yaitu dipakai mandrin atau stilet dari  kawat dibungkus plastik (kabel), yang mudah

Page 18: Bab 1-3 Hernia Inguinal

18

dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan ke dalam trakea.

Connector sebagai penyambung antara pipa dan peralatan anestesi. Suction untuk penyedot

lendir, ludah dan lain-lain. Spuit 10 cc untuk pengisian udara pada caff pipa trakea.

Face mask atau sungkup muka untuk mengantar udara / gas anestesi   dari alat resusitasi

atau sistem anestesi ke jalan napas pasien dengan napas spontan atau dengan tekanan positif,

tidak bocor sehingga gas masuk semua ke trakea lewat mulut atau hidung. Ukuran untuk anak

1,2, dan 3, sedangkan pada orang dewasa no 4 dan 5. Sungkup laring atau LMA (laringeal mask

airway) adalah alat jalan napas berbentuk sendok terdiri dari pipa besar berlubang dengan ujung

menyerupai sendok, yang pinggirnya dapat dikembang-kempiskan seperti balon pada pipa

trakea. Ukuran untuk anak no 1,dan 2. pada orang dewasa no 3, 4, dan 5.6

3.      Alat-alat intravena line yang terdiri dari abocath dengan ukuran yang sesuai dengan jenis

operasi. Umumnya pada anak-anak digunakan no besar yaitu    no 22 dan 24, tetapi untuk terapi

cairan intravena jangka lama dipasang    kanul besar no 18 atau 20. Sedangkan orang dewasa

dapat menggunakan no 14, 16, 18 dan 20. Untuk terapi cairan intravena jangka lama sebaiknya

dipasang kanul 18 atau 16.

Untuk tranfusi darah atau dalam keadaan syok sebaiknya dipakai      kanul besar No. 14

atau 16 agar dapat memasukkan cairan yang banyak dan cepat. Selang tranfusi set / infusion set

yang digunakan untuk mengalirkan cairan ataupun darah dari flabotnya ke tubuh pasien. Cairan

infus berupa cairan kristaloid dan cairan koloid serta darah bila diperlukan.

Page 19: Bab 1-3 Hernia Inguinal

19

Persiapan Obat

Obat Anestesi Intravena

Natrium tiopental (tiopental, pentotal). Tiopental adalah Tiopental berupa bubuk kuning,

yang bila akan digunakan dilarutkan dalam air menjadi larutan 2,5% atau 5%. Indikasi

pemberian tiopental adalah induksi anestesi umum., operasi/tindakan yang singkat (reposisi

fraktur, insisi, jahit luka, dilatasi serviks, dan kuretase), sedasi pada anestesi regional, dan untuk

mengatasi kejang eklamsia atau epilepsi.

Kontraindikasinya adalah status asmatikus, syok, anemia, disfungsi hepar, dispnu berat,

asma bronkial, miastenia gravis, dan riwayat alergi terhadap tiopental. Keuntungan penggunaan

tiopental adalah induksi mudah dan cepat, tidak ada delirium, tidak ada iritasi mukosa jalan

napas, masa pemulihan cepat, sedangkan kerugiannya adalah dapat menyebabkan depresi

pernapasan, depresi kardiovaskuler, cenderung menyebabkan spasme laring, relaksasi otot perut

kurang, dan bukan analgetik. Dosis induksi tiopental adalah 3-6 mg/kgBB intravena, dosis sedasi

0,5-1,5 mg/kgBB.3

Propofol (diprivan 1%, fresofol 1%, recofol). Propofol adalah campuran 1% obat dalam

air dan emulsi berisi 10% minyak kedelai, 2,25% gliserol, dan lesitin telur. Propofol sebagai obat

anestesi umum yang bekerja cepat, efek obatnya dicapai dalam waktu 30 detik.3 Secara umum,

propofol dapat menimbulkan penurunan tekanan darah dan sedikit perubahan frekuensi denyut

jantung pada saat induksi maupun maintenance.

Akan tetapi gangguan hemodinamik yang serius jarang terjadi. Depresi pernapasan dapat

terjadi, tetapi bila dosis dan cara penberian sesuai dengan yang dianjurkan maka hal ini masih

dalam batas yang bisa di kendalikan. Propofol dapat menurunkan tekanan intrakranial.

Pemulihan cepat, tanpa rasa pusing atau sakit kepala dan tanpa rasa mual dan muntah. Indikasi

Page 20: Bab 1-3 Hernia Inguinal

20

adalah untuk penberian induksi dan maintenance anestesi umum, juga untuk sedasi pada pasien

dewasa yang mendapat perawatan intensive dengan bantuan ventilasi. Propofol tidak dianjurkan

untuk anak-anak-anak dibawah umur 3 tahun.8 Sebaikknya pemberian obat ini pada vena besar

karena dapat menimbulkan nyeri. Dosis induksi 1-2,5 mg/kgBB. Dosis sedasi 25-100

mg/kgBB/menit infus.Dosis maintenance 4-12 mg/kgBB/jam.3

Ketamin (ketalar, anesject). Ketamin adalah obat anestesi umum yang bekerja cepat,

bukan barbiturat. Menyebabkan Perubahan kesadaran yang disertai analgesik kuat yang disebut

anestesi disosiatif. Ketamin menimbulkan produksi saliva meningkat, sehingga bahaya aspirasi

dapat terjadi. Indikasi pemakaian adalah prosedur diagnostik, tindakan ortopedi, pasien resiko

tinggi, untuk analgesi dan anestesi pada obstetric, dan pasien asam.8 Kontraindikasi adalah

tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolik 100 mmHg, riwayat penyakit serebrovaskular, gagal

jantung, penderita alkoholisme, dan pada kasus-kasus dengan tekanan intrakranial yang tinggi.

Ketamin menimbulkan efek halusinasi dan bila penggunaan yang lama pada pasien epilepsi,

dapat meningkatkan frekuensi serangan.

Diperingatkan untuk pemberian secara intravena dilakukan secara perlahan-lahan karena

dapat menimbulkan depresi pernafasan atau apnoe, ketamin dan barbiturat tidak boleh bergabung

karena akan menimbulkan gumpalan dan dapat memperpanjang masa pemulihan.8 Dosis induksi

1-4 mg/kgBB intravena, rata-rata 2 mg/kgBB, dosis tambahan 0,5 mg/kgBB sesuai kebutuhan.

Dosis pemberian intramuskular 6-13 mg/kgBB, rata-rata 10 mg/kgBB.3

Midazolam (dormikum). Midazolam adalah golongan benzodiazepine obat induksi tidur

jangkah pendek untuk premedeksi, induksi, dan pemeliharaan anestesi. Midazolam bekerja kuat

menimbulkan sedasi dan juga ada efek ansiolitik, antikonvulsan, serta relaksasi otot. Midazolma

Page 21: Bab 1-3 Hernia Inguinal

21

dapat menembus plasenta dan memasuki sirkulasi janin, menyebabkan setelah persalinan denyut

jantung janin tidak teratur, susah menghisap susu serta hypotermia, sehingga midazolam tidak

dianjurkan untuk ibu hamil, juga penderita insufisiensi paru-paru akut, dan depresi pernafasan.

Dosis premedikasi 0,07-0,10 mg/kgBB. Dosis sedasi 2,5 mg diberikan 5-10 menit sebelum

tindakan, selanjutnya 1 mg dapat diberikan jika diperlukan.8

Diazepam (valium). Diazepam adalah golongan obat benzodiazepine yang berkhasiat

ansiolitik, sedatif, relaksasi otot, antikonvulsi dan amnesia. Diazepam diindikasikan untuk sedasi

sebelum melakukan tindakan pengobatan utama atau intervensi seperti kardioversi, kateterisasi

jantung, endoscopi, prosedur radiologi, bedah minor. Dikontrainidikasikan pada pasien depresi

pernapasan, psikosis kronis, serta glaukoma.

Diazepam dapat menimbulkan reaksi withdrawal pada pasien yang ketergantugan obat-

obat dan alkohol. Tanda-tanda withdrawal bervariasi antara beberapa jam hingga satu minggu

atau lebih. Pada kasus ringan biasanya tremor, gelisah, insomnia, ansietas, sakit kepala, dan

ketidakmampuan konsentrasi. Bila sudah berat dapat terjadi spasme otot dan abdomen,

berkeringat, perubahan persepsi, delirium, dan konvulsi. Dosis premedikasi 10-20 mg

intramuskukar, anak-anak 0,1-0,2 mg/kgBB diberikan 1 jam sebelum induksi anestesi.8

Obat anestesi Inhalasi

Obat anestesi dihirup bersama udara pernapasan kedalam paru-paru, masuk kedalam darah

dan sampai di jaringan otak dan mengakibatkan anestesia.

Obat anestesi yang dipakai dengan cara ini, berupa gas yaitu N20 dan cyclopropane (tidak

dipergunakan lagi karena toksisitas terlalu besar). Dan berupa cairan yang menguap yaitu ether

(chloraethyl, trilene, sekarang sudah tidak digunakan), halotan, enfluran, isofluran, cevofluran,

dan defluran (jarang digunakan karena strukturnya menyerupai isofluran).

Page 22: Bab 1-3 Hernia Inguinal

22

Gas anestesi (N2O gas gelak)

N2O merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak iritatif, tidak berasa, lebih

berat dari udara, tidak mudah terbakar/meledak dan tidak bereaksi dengan soda lime absorber

(Pengikat CO2). Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dengan kombinasi N2O : O2

yaitu 60% : 40%, 70% : 30%, dan 50% : 50%. Dosis untuk mendapatkan efek analgesik

digunakan dengan perbandingan 20% : 80%, untuk induksi 80% :20%, dan pemeliharaan 70% :

30%. N2O sangat berbahaya bila digunakan pada pasien pneumotoraks, pneumomediastinum,

obstruksi, emboli udara, dan timpanoplasti. Dosis normal 104-105 volume %.3

Obat Anestesi Inhalasi (volatile)

Halotan

Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, mudah menguap, tidak mudah

terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime. Induksi cepat dan lancar, tidak mengiritasi

jalan nafas, bronkodilatasi, pemulihan cepat, proteksi terhadap shock, jarang menyebabkan

mual/muntah. Harus dikombinasi dengan obat analgetik dan relaksan. Dapat menimbulkan

hipotensi, aritmia, meningkatkan tekanan intrakranial, menggigil pascaanestesi dan hepatotoksik.

Dosis, 0,72 volume %

Enfluran

Enfluran merupakan obat anestesik eter berhalogen berbentuk cairan, mudah menguap,

tidak mudah terbakar, tidak bereaksi dengan soda lime. Induksi dengan enfluran cepat dan

Page 23: Bab 1-3 Hernia Inguinal

23

lancar. Obat ini jarang menimbulkan mual dan muntah serta masa pemulihan cepat. Dosis : 1,7

volume %

Isofluran

Isofluran merupakan halogenasi eter yang pada dosis anestetik atau subanestetik

merupakan laju metabolisme otak terhadap oksigen, tetapi meninggikan aliran darah otak dan

tekanan intra kranial. Efek terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal sehingga

digemari untuk anestesi pada pasien dengan gangguan koroner. Dosis : 1,2 volume %.3

Desfulran

Desfluran (suprane) merupakan halogensi eter yang rumus bangun dan efek klinisnya mirip

isofluran. Desfluran sangat mudah menguap dibandingkan anestetik volatil lain, sehingga perlu

menggunakan vaporizer khusus (TEC – 6). Titik didihnya mendekati suhu ruang (23,50C).

Potensi rendah (MAC 6,0%) bersifat simpatmimetik menyebabkan takikardia dan hipertensi.

Efek depresi nafasnya seperti isofluran dan etran. Desfluran merangsang jalan nafas atas,

sehingga tidak digunakan untuk induksi anestesi. Dosis : 6 volume %

Sevofluran

Sevofluran merupakan halogenasi eter. Induksi dan pasien pulih dari anestesi lebih cepat

dibandingkan dengan isofluran. Baunya enak,tidak menyengat dan tidak merangsang jalan nafas

sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi. Efek terhadap kardiovaskuler cukup stabil,

jarang menyebabkan aritmia. Efek terhadap sistem syaraf pusat seperti isofluran dan belum ada

laporan toksik terhadap hepar. Setelah dihentikan sevofluran cepat dikeluarkan oleh tubuh.

Walaupun dirusak oleh kapur soda (soda lime, baralime), tetapi belum ada laporan

membahayakan terhadap manusia. Dosis : 2 volume %.3

Page 24: Bab 1-3 Hernia Inguinal

24

Obat pelumpuh otot

Obat golongan ini menghambat transmisi neromuskular sehingga menimbulkan

kelumpuhan pada otot rangka. Mekanisme kerja obat ini dibagi menjadi dua golongan, yaitu obat

penghambat secara depolarisasi resisten (misalnya suksinil kolin), dan obat penghambat

kompetitif atau nondepolarisasi (misalnya kurarin). Pada anestesi umum obat ini memudahkan

dan mengurangi cedera tindakan laringoskopi dan intubasi trakes, serta memberi relaksasi otot

yang dibutuhkan dalam pembedahan dab ventilasi kendali.3

Obat Pelumpuh Otot Nondepolarisasi

Pavulon (pankuronium bromida). Pavulon merupakan obat relaksan yang tidak pernah

menimbulkan reaksi anafilaktik yang berat, sedikit menembus sawar plasenta sehingga sangat

bermanfaat pada bedah obstetrik. Obat ini sebagian dikeluarkan melalui ginjal dan sebagian

masuk kedalam cairan empedu, sehingga obat ini jangan diberikan kepada pasien gagal ginjal

dan pasien dengan obstruksi total cairan empedu. Sebagian obat ini dimetabolisme oleh enzim

mikrosomal hepatik, untuk itu pemberian pada pasien cirrosis hepatis perlu dosis yang lebih

besar tetapi dengan resiko apnoe yang memanjang sampai pascaoperatif.8 Mula kerja obat ini

pada menit kedua-ketiga selama 20-40 menit. Dosis dewasa 0,06-0,1 mg/kgBB. Dosis bayi 0,13

mg/kgBB. Kemasan ampul 2 ml berisi pavulon.3

Vekuronium (norkuron). Vekuronium merupakan hormolog pankuronium bromida yang

berkekuatan lebih besar dan lama kerjanya singkat. Zat anestetik ini tidak memiliki efek

akumulasi pada pemberian berulang dan tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskuler

Page 25: Bab 1-3 Hernia Inguinal

25

yang bermakna. Di metabolisme dalam liver dan dikeluarkan melalui ginjal. Mula kerja pada

menit kedua-ketiga dengan masa kerja selama 30 menit. Dosis 0,1-0,2 mg/kgBB. Kemasan

berupa ampul berisi 4 mg bubuk vekuronium. Pelarutnya dapat berupa akuades, garam

fisiologik, ringer laktat, atau dekstrose 5% sebanyak 2 ml.3

Rokuronium (esmeron). Zat rocuronium merupakan analog vekuronium dengan awal

kerja lebih cepat dan efek kerjanya lebih lama. Dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hati,

tetapi tidak mengganggu fungsi ginjal. Obat ini dapat menembus sawar plasenta tetapi tidak

menimbulkan efek yang bermakna. Pada anestesi dengan tehnik hipotermi dapat memperpanjang

efek obat. Mula kerja obat 60-90 detik dan masa kerja 40-50 menit. Dosis 0,6-1 mg/kgBB.

Kemasan berupa flakon, tiap ml mengandung 10 mg rokuronium bromide.8

Trakrium (atrakurium besilat). Atrakurium tidak mempunyai efek akumulasi pasa

pemberian berulang, dan tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskular yang bermakna.

Keunggulan obat ini metabolisme terjadi di dalam darah, sehingga tidak tergantung fungsi hati

dan ginjal. Mula kerja obat ini menit kedua-ketiga dan lama kerja 15-30 menit. Dosis 0,3-0,6

mg/kgBB. Kemasan dalam ampul 5 ml berisi 50 mg trakurium.3

Obat Pelumpuh Otot Depolarisasi

Suksametonium (suksinil kolin). Suksametonium mempengaruhi sistem kardiovaskuler

yang dapat menyebabkan bradikardi dan cardiac arrest pada pemberian ulangan ataupun pada

suntikan pertama. Hal ini dapat dicegah dengan pembetian atropin sebelumnya. Cardiac arrest

akibat hiperkalemi setelah pemberian suksametonium dapat terjadi pada pasien yang sebelumnya

telah ada hiperkalemi, seperti pasca luka bakar, tetanus, dan juga multiple trauma.

Setelah pemberian obat ini terjadi fasikulasi yang diperkuat dengan isoflurance,

anticholinesterase, dan magnesium. Fasikulasi yang terjadi menyebabkan rasa sakit pada otot 3-4

Page 26: Bab 1-3 Hernia Inguinal

26

hari pascaoperatif.8 Mula kerja obat ini 30-60 detik dan lama kerja 3-5 menit. Dosis 1-1,5

mg/kgBB intravena. Kemasan dalam flakon 20, 50 atau 100 mg/ml.

Obat Analgetik Narkotik

Morfin. Morfin dapat digunakan sebagai untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan

pasien menjelang operasi, menghindari takipnu pada pemberian trikloroetilen, dan agar anestesi

dapat berjalan dengan tenang dan dalam. Kerugiannya adalah terjadi perpanjangan waktu

pemulihan, timbul spasme serta kadang-kadang terjadi konstipasi, retensi urin, hipotensi, dan

depresi napas, ini dapat dilawan dengan pemberian atropin secara intravena.3 Dosis premedikasi

dewasa 5-10 mg (0,1-0,2 mg/kgBB). Diberikan 90 menit sebelum anestesi dimulai. Pada orang

tua dan anak-anak dosisnya dikurangi dan tidak boleh diberikan pada anak dibawah 5 tahun

karena membahayakan.8

Pethidin. Daya kerja Pethidin menyerupai morfin tetapi efek yang ditimbulkan lebih

rendah dari morfin. Tujuan dari pemberian Pethidin dapat menekan tekanan darah dan

pernapasan serta merangsang otot polos. Selain itu, efek samping yang dapat timbul antara lain

berkeringat, hipotensi, vertigo dan lengan terasa kesemutan. Dapat juga menimbulkan mual-

muntah pada masa pascaoperatif sama seperti morfin.8 Dosis untuk premedikasi 25 – 100

mg/kgBB. Dosis analgesik pascaoperatif 50 – 100 mg intramuskuler atau per infus. Kemasan

dalam ampul 2 ml / 100 mg.3

Fentanyl. Fentanyl adalah obat analgesik yang kuat berupa cairan isotonik steril. Dapat

dipakai sebagai suplemen narkotik-analgesik dalam anestesi umum atau regional. Efek yang

ditimbulkan adalah depresi pernapasan yang dapat berlanjut sampai masa pascaoperatif, dimana

Page 27: Bab 1-3 Hernia Inguinal

27

efek ini dapat dinetralkan dengan antagonis narkotik yaitu naloxone, dosisnya 0.1 – 0.4 mg/

intravena. Untuk menjaga terjadinya bradikardi dianjurkan memberikan obat anticholinergis

dosis rendah secara intravena sebelum induksi anestesi. Dosis 1 – 5 µg/kgBB. Kemasan dalam

bentuk ampul 2 ml/ 100 µg.8

Analgetik nonnarkotik

Ketorolak (Toradol, Remopain). Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai berat pada

kasus-kasus emergensi, muskuloskeletal, pascabedah minor dan mayor, kolik ginjal dan nyeri

pada kanker. Obat ini baik untuk pemberian pascaoperatif  dengan dosis tunggal intravena 30 mg

dan dapat diulangi tiap enam jam, maksimum 120 mg atau tidak boleh lebih dari lima hari.8

Obat Anestesi Regional

Penggolongan Obat Anestesi Reegional diantaranya yaitu Bupivacaine 0,5% ( Marcaine

0,5% ), Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanut dosisnya dikurangi. Lignocaine HCL, BP 5%,

obat ini dicampur dengan dextrose 3% dan 7%. Dosis    : 1,5 ml dapat memberikan analgesia

kira-kira 2 jam, blockade sampai umbilicus. Prilocaine 5% dalam larutan 5% durasi efeknya

sama dengan lignocaine. Amethocaine HCl, BP dalam bentuk puder isinya 20 mg dalam ampul,

dan dalam bentuk cair 1% berisi 10 mg/ml. dosis maksimum 20 mg. Procaine HCl, BP 5% atau

kurang durasi efek : 40 – 80 menit. Mepivacaine HCl 4% durasi efek kira – kira 1 jam.6

Obat Resuitasi

Obat Anticholinergik yaitu sulfas atropine ,  dosis umumnya 0,1 mg/kgBB, anak-anak

dosis 0,015 mg/kgBB dan hyoscine buytlbromide (buscopan), dosis 10 – 20 mg. Vaso Pressor /

Vaso dilator yaitu adrenalin, untuk cardiac arres dosis 0,5mg (0,5 ml dari larutan 1/1000); untuk

anafilaktik shock 0,1 mg dan ephedrine, Bp, Dosis 15-30 mg. Oksitosin, metergin dan

Page 28: Bab 1-3 Hernia Inguinal

28

magnesium dipersiapkan untuk pasien obsertik. Untuk pasien hipoglikemia dapat diberikan

dekstrose 40%. Dan untuk pasien gangguan respiratorik dapat diberikan aminofilin. Bila pasien

mengalami alergi maka dapat diberikan kortikosteroid antara lain deksametason, dosis 4-100 mg,

Prednisone, dosisnya 20 mg, Hydrocotisone hemisuccitane, dosisnya 100 mg.

Obat furosemid/Lasix; Mannitol, dosisnya 0,5-1mg/ kgBB secara infus digunakan larutan

10% dan 20% digunakan untuk dieuretik. Oba anticholinesterase yaitu neostigmine

(Prostigmen), dosisnya 2,5 mg memiliki efek antagonis terhadap relaksan nondepolarizing.

Naloxone, dosis dewasa 0,1-0,4 mg/intravena; Neonatus, dosis 0,01 mg/kgBB sebagai narkotik

antagonis.8

3.3    Persiapan pasien Sebelum hari operasi

Pembersihan dan pengosongan saluran pencernaan untuk mencegah aspirasi isi lambung,

karena regurgitasi/muntah. Pada operasi elektif, pasien dewasa puasa 6-8 jam, pada anak cukup

3-5 jam. Dan gigi palsu, bulu mata palsu, perhiasan (cincin, gelang, kalung) dilepas serta bahan

kosmetik (lipstik, cat kuku), di bersihkan sehingga tidak mengganggu pemeriksaan.

Kosongkan juga kandung kemih dan bila peelu lakukan katerisasi, bersihkan lendir dari

saluran napas. Jangan lupa memberikan informed consent kepada keluarga dan membuat izin

pembedahan/anestesi secara tertulis. Sebelum pasien masuk kamar operasi harus mengenakan

pakaian khusus (diberi tanda dan label, terutama pada bayi). Pemeriksaan tentang fisik pasien

dapat diulangi di ruang operasi.3

3.4 Premedikasi

Page 29: Bab 1-3 Hernia Inguinal

29

Premedikasi adalah penberian obat-obatan 1 atau 2 jam sebelum induksi secara oral,

intramuskular, intravena maupun perrektal. Adapun tujuan dari pemberian premedikasi adalah,

menimbulkan rasa nyaman pada pasien (menghilangkan kekuatiran, memberikan ketenangan,

membuat amnesia dan memberikan analgesi), juga untuk memudahkan/memperlancar induksi,

rumatan dan sadar dari anestesi serta mengurangi jumlah obat-obatan anestesi. Dapat

mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardi, mual dan muntah pascaoperatif, stress fisiologis

(takikardi, napas cepat) dan keasaman lambung.

Adapun obat-obat yang dapat diberikan antara lain :

Sulfas atropin, 0,1 mg/kgBB dipakai untuk pengobatan bradikardi dan sebagai therapi tambahan

pada pengobatan bronkhospasme serta tukak lambung. Atropin secara kompetisi

mengantagonisir aksi asetil kolin pada reseptor muskarinik, menurunkan sekresi saliva, bronkhus

dan lambung serta merelaksasi otot polos.8

Diazepam per oral 10-15 mg untuk pereda kecemasan.

Pethidin 50 mg untuk mengurangi nyeri atau kesakitan. Simethidin/ranithidin 150 mg untuk

mengurangi ph asam cairan lambung, Ondacetron, 2-4 mg untuk mengurangi mual-muntah

pascabedah.

3.5    Penatalaksanaan pada Hernia

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.

Tujuan dari operasi adalah reposisi isi hernia, menutup pintu hernia untuk menghilangkan LMR,

dan mencegah residif dengan memperkuat dinding perut. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari

herniotomy, hernioraphy, dan hernioplasty.5

Page 30: Bab 1-3 Hernia Inguinal

30

Pada herniotomy dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong

dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi ke cavum abdomen

seperti semula. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioraphy

leher hernia diikat dan digantungkan pada conjoint tendon (pertemuan m. transverses internus

abdominis dan m. obliqus intenus abdominis). Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil

anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.7

 Pada bayi dan anak-anak dengan hernia kongenital lateral yang faktor penyebab adanya

prosesus vaginalis yang tidak menutup sedangkan anulus inguinalis internus cukup elastis dan

dinding belakang kanalis cukup kuat, hanya dilakukan herniotomi tanpa hernioplastik.

 Pada operasi hernia inguinalis, ada 3 prinsip yang harus diperhatikan, yaitu eksisi

kantong hernia, ligasi tinggi kantong hernia, dan repair dinding kanalis inguinalis.

1) Tehnik operasi:7

Insisi inguinal 2 jari medial SIAS sejajar ligamentum inguinal ke tuberculum pubicum

Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE → tampak crus medial dan lateral yg

merupakan annulus eksternus

Aponeurosis MOE dibuka kecil dengan pisau, dengan bantuan pinset anatomis dan gunting

dibuka lebih lanjut ke cranial sampai annulus internus dan ke kaudal sampai membuka

annulus inguinal eksternus.

Funiculus dibersihkan, kemudian digantung dengan kain kasa dibawa ke medial, sehingga

tampak kantong peritoneum

Peritoneum dijepit dengan 2 pinset → dibuka → usus didorong ke cavum abdomen dengan

melebarkan irisan ke proksimal sampai leher hernia. Kantong sebelah distal dibiarkan

Page 31: Bab 1-3 Hernia Inguinal

31

Leher hernia dijahit dengan kromik   → ditanamkan di bawah conjoint tendon dan

digantungkan.

Selanjutnya dilakukan hernioplasty secara:

a. Ferguson

Funiculus spermaticus ditaruh disebelah dorsal MOE dan MOI abdominis MOI

dan transverses dijahitkan pada ligamentum inguinale dan meletakkan funiculus di

dorsalnya, kemudian aponeurosis MOE dijahit kembali, sehingga tidak ada lagi

kanalis inguinalis.

b. Bassini

MOI dan transverus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinal, funiculus

diletakkan disebelah ventral → aponeurosis MOE tidak dijahit, sehingga kanalis

inguinalis tetap ada. Kedua musculus berfungsi memperkuat dinding belakang canalis

sehingga LMR hilang

c. Halsted

Dilakukan penjahitan MOE, MOI dan m. transverses abdominis, untuk

memperkuat/menghilangkan LMR. Funiculus spermaticus diletakkan di subkutis.

Tehnik operasi terbaru pada hernia inguinalis adalah menggunakan mesh, suatu materi

prostese yang digunakan untuk memperkuat otot-otot di region inguinalis sehingga mengurangi

timbulnya residif.

Keuntungan pemakaian mesh antara lain:

Aman, terutama pada pasien dengan penyakit penyerta kronik

Efektif dan kuat

Page 32: Bab 1-3 Hernia Inguinal

32

Penyembuhan berlangsung lebih cepat

Nyeri pasca operasi minimal

Jarang menimbulkan komplikasi

3.6 Anestesi Regional

Definisi Anestesi Regional

Anestesi regional adalah tindakan analgesia yang dilakukan dengan cara menyuntikkan

obat anestetika lokal pada lokasi serat saraf yang menginervasi regio tertentu, yang

menyebabkan hambatan konduksi impuls aferen yang bersifat temporer. Dapat pula di

definisikan sebagai penggunaan obat analgetik lokal untuk menghambat impuls nyeri suatu

bagian tubuh sementara pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian

tubuh diblokir untuk sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau

seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar.3,4

Pembagian Anestesi Regional

1. Blok sentral (blok neuroaksial), yaitu meliputi blok spinal, epidural, dan kaudal. Tindakan ini

sering dikerjakan.1

2. Blok perifer (blok saraf), misalnya anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok lapangan, dan

analgesia regional intravena.1

Keuntungan Anestesi Regional

1. Alat minim dan teknik relatif sederhana, sehingga biaya relatif lebih murah.

2. Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa (operasi emergency, lambung penuh) karena

penderita sadar.

Page 33: Bab 1-3 Hernia Inguinal

33

3. Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.

4. Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.

5. Perawatan post operasi lebih ringan.1

Kerugian Anestesia Regional

1. Tidak semua penderita mau dilakukan anestesi secara regional.

2. Membutuhkan kerjasama pasien yang kooperatif.

3. Sulit diterapkan pada anak-anak.

4. Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi regional.

5. Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi regional.1

Persiapan Anestesi Regional

Persiapan anestesi regional sama dengan persiapan anestesi umum karena untuk

mengantisipasi terjadinya reaksitoksik sistemik yang bisa berakibat fatal, perlu persiapan

resusitasi. Misalnya: obat anestesi spinal/epidural masuk ke pembuluh darah → kolaps

kardiovaskular sampai cardiac arrest. Juga untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan, sehingga

operasi bisa dilanjutkan dg anestesi umum. Selain itu perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini:1

Informed Consent (Izin dari pasien)

Pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung dan lain-

lainnya.

Pemeriksaan laboratorium anjuran, misalnya hemoglobin, hematokrit, prothrombine time dan

partial trombloplastine time.1

Pembahasan Blok Sentral

Page 34: Bab 1-3 Hernia Inguinal

34

Blok neuroaksial akan menyebabkan blok simpatis, analgesia sensoris dan blok motoris

(tergantung dari dosis, konsentrasi, dan volume obat anestesi lokal).

1. Anestesi Spinal

Anestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid.

Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang

subarachnoid. Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga sebagai analgesi/blok spinal intradural

atau blok intratekal.1

Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus kutis

subkutis Lig. Supraspinosum Lig. Interspinosum Lig. Flavum ruang epidural

durameter ruang subarachnoid.

Gambar 2.Anestesi Spinal

Medula spinalis berada didalam kanalis spinalis dikelilingi oleh cairan serebrospinal,

dibungkus oleh meningens (duramater, lemak dan pleksus venosus). Pada dewasa berakhir

Page 35: Bab 1-3 Hernia Inguinal

35

setinggi L1, pada anak L2 dan pada bayi L3. Oleh karena itu, anestesi/analgesi spinal

dilakukan ruang sub arachnoid di daerah antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5.

Indikasi:

1.  Bedah ekstremitas bawah

2.  Bedah panggul

3.  Tindakan sekitar rektum perineum

4.  Bedah obstetrik-ginekologi

5.  Bedah urologi

6.  Bedah abdomen bawah

7.  Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan dengan

anestesi umum ringan.1

Kontra indikasi absolut:

1.  Pasien menolak

2.  Infeksi pada tempat suntikan

3.  Hipovolemia berat, syok

4.  Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan

5.  Tekanan intrakranial meningkat

6.  Fasilitas resusitasi minim

7.  Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi.1

Kontra indikasi relatif:

1.  Infeksi sistemik

2.  Infeksi sekitar tempat suntikan

3.  Kelainan neurologis

Page 36: Bab 1-3 Hernia Inguinal

36

4.  Kelainan psikis

5.  Bedah lama

6.  Penyakit jantung

7.  Hipovolemia ringan

8.  Nyeri punggung kronik.1

Persiapan anestesi spinal

Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada anestesia

umum. Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan,

misalnya ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga tak

teraba tonjolan prosesus spinosus. Selain itu perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:

1. Informed consent, kita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anestesia spinal

2. Pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung

3. Pemeriksaan laboratorium anjuran, Hemoglobin, Hematokrit.1,3

Peralatan anestesi spinal

1.      Peralatan monitor: tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dll.

2.      Peralatan resusitasi

3.      Jarum spinal

Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcing/ quinckebacock) atau jarum

spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare).3

Page 37: Bab 1-3 Hernia Inguinal

37

Gambar 3. Jarum Spinal

Anastetik lokal untuk anestesi spinal

Berat jenis cairan serebrospinalis (CSS) pada 37º C adalah 1.003-1.008.  Anastetik

lokal dengan berat jenis sama dengan CSS disebut isobarik. Anastetik lokal dengan berat

jenis lebih besar dari CSS disebut hiperbarik. Anastetik lokal dengan berat jenis lebih kecil

dari CSS disebut hipobarik. Anastetik lokal yang sering digunakan adalah jenis hiperbarik

diperoleh dengan mencampur anastetik lokal dengan dextrose. Untuk jenis hipobarik

biasanya digunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi.4

Anestetik lokal yang paling sering digunakan:

1. Lidokaine (xylocain, lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobarik, dosis 20-100 mg

(2-5 ml)

2. Lidokaine (xylocain, lignokain) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.033, sifat

hiperbarik, dosis 20-50 mg (1-2 ml)

3. Bupivakaine (markaine) 0.5% dalam air: berat jenis 1.005, sifat isobarik, dosis 5-20 mg

(1-4 ml)

4. Bupivakaine (markaine) 0.5% dalam dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat hiperbarik,

dosis 5-15 mg (1-3 ml)

Page 38: Bab 1-3 Hernia Inguinal

38

Teknik anestesi spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah

ialah posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa

dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien. Perubahan posisi

berlebihan dalam 30 menit pertama akan menyebabkan menyebarnya obat.1,2

1. Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral dekubitus. Beri bantal

kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang stabil. Buat pasien

membungkuk maximal agar processus spinosus mudah teraba. Posisi lain adalah duduk.

Gambar 4. Posisi Duduk dan Lateral Decubitus

Page 39: Bab 1-3 Hernia Inguinal

39

2. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis Krista iliaka, misal L2-L3,

L3-L4, L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau diatasnya berisiko trauma terhadap medula

spinalis.

3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.

4. Beri anestesi lokal pada tempat tusukan,misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3 ml

5. Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G, 25G dapat

langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G atau 29G dianjurkan

menggunakan penuntun jarum yaitu jarum suntik biasa semprit 10cc. Tusukkan

introduser sedalam kira-kira 2cm agak sedikit kearah sefal, kemudian masukkan jarum

spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum tersebut. Jika menggunakan jarum tajam

(Quincke-Babcock) irisan jarum (bevel) harus sejajar dengan serat duramater, yaitu pada

posisi tidur miring bevel mengarah keatas atau kebawah, untuk menghindari kebocoran

likuor yang dapat berakibat timbulnya nyeri kepala pasca spinal. Setelah resistensi

menghilang, mandarin jarum spinal dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi

obat dan obat dapat dimasukkan pelan-pelan (0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit,

hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik. Kalau yakin ujung jarum spinal pada

posisi yang benar dan likuor tidak keluar, putar arah jarum 90º biasanya likuor keluar.

Untuk anestesi spinal kontinyu dapat dimasukan kateter.

Page 40: Bab 1-3 Hernia Inguinal

40

Gambar 5. Tusukan Jarum pada Anestesi Spinal

6. Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah hemoroid (wasir)

dengan anestetik hiperbarik. Jarak kulit-ligamentum flavum dewasa ± 6cm.3

Penyebaran anastetik lokal tergantung2:

1. Faktor utama:

a. Berat jenis anestetik lokal (barisitas)

b. Posisi pasien

c. Dosis dan volume anestetik lokal

2. Faktor tambahan

a. Ketinggian suntikan

b. Kecepatan suntikan/barbotase

c. Ukuran jarum

d. Keadaan fisik pasien

e. Tekanan intra abdominal

Lama kerja anestetik lokal tergantung2:

1.  Jenis anestesi lokal

2.  Besarnya dosis

3.  Ada tidaknya vasokonstriktor

4.  Besarnya penyebaran anestetik local

Page 41: Bab 1-3 Hernia Inguinal

41

Komplikasi pasca tindakan:

1.  Nyeri tempat suntikan

2.  Nyeri punggung

3.  Nyeri kepala karena kebocoran likuor

4.  Retensio urine

5.  Meningitis.2

2. Anestesi Epidural

Anestesi epidural adalah blokade saraf dengan menempatkan obat di ruang epidural.

Ruang ini berada diantara ligamentum flavum dan duramater. Kedalaman ruang ini rata-rata

5 mm dan dibagian posterior kedalaman maksimal pada daerah lumbal.2

Obat anestetik lokal diruang epidural bekerja langsung pada akar saraf spinal yang

terletak dilateral. Awal kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi spinal,

sedangkan kualitas blokade sensorik-motorik juga lebih lemah.2

Gambar 6. Anestesi Epidural

Keuntungan epidural dibandingkan spinal2:

Bisa segmental

Tidak terjadi headache post op

Page 42: Bab 1-3 Hernia Inguinal

42

Hipotensi lambat terjadi

Kerugian epidural dibandingkan spinal2:

Teknik lebih sulit

Jumlah obat anestesi lokal lebih besar

Reaksi sistemis

Komplikasi anestesi/analgesi epidural2:

1. Blok tidak merata

2. Depresi kardiovaskular (hipotensi)

3. Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)

4. Mual – muntah

Indikasi anestesi epidural:

1. Untuk anestesi saja, di mana operasi tidak dipertimbangkan. Sebuah anestesi epidural

untuk menghilangkan nyeri (misalnya pada persalinan) kemungkinan tidak akan

menyebabkan hilangnya kekuatan otot, tetapi biasanya tidak cukup untuk operasi.

2. Sebagai tambahan untuk anestesi umum. Hal ini dapat mengurangi kebutuhan pasien akan

analgesik opioid. Ini cocok untuk berbagai macam operasi, misalnya histerektomi, bedah

ortopedi, bedah umum (misalnya laparotomi) dan bedah vaskuler (misalnya perbaikan

aneurisma aorta terbuka).

Page 43: Bab 1-3 Hernia Inguinal

43

3. Sebagai teknik tunggal untuk anestesi bedah. Beberapa operasi, yang paling sering operasi

caesar, dapat dilakukan dengan menggunakan anestesi epidural sebagai teknik tunggal.

Biasanya pasien akan tetap terjaga selama operasi. Dosis yang dibutuhkan untuk anestesi

jauh lebih tinggi daripada yang diperlukan untuk analgesia.

4. Untuk anestesi pasca-operasi, di salah satu situasi di atas. Analgesik diberikan ke dalam

ruang epidural selama beberapa hari setelah operasi, asalkan kateter telah dimasukkan.

5. Untuk perawatan sakit punggung. Injeksi dari analgesik dan steroid ke dalam ruang

epidural dapat meningkatkan beberapa bentuk sakit punggung.

6. Untuk mengurangi rasa sakit kronis atau peringanan gejala dalam perawatan terminal,

biasanya dalam jangka pendek atau menengah.3

Ada beberapa situasi di mana resiko epidural lebih tinggi dari biasanya :

1. Kelainan anatomis, seperti spina bifida, meningomyelocele, atau skoliosis

2. Operasi tulang belakang sebelumnya (di mana jaringan parut dapat menghambat

penyebaran obat)

3. Beberapa masalah sistem saraf pusat, termasuk multiple sclerosis

4. Beberapa masalah katup jantung (seperti stenosis aorta, di mana vasodilatasi yang

diinduksi oleh obat bius dapat mengganggu suplai darah ke jantung).4

Anestesi epidural sebaiknya dilakukan pada:

1. Kurangnya persetujuan

2. Gangguan pendarahan (koagulopati) atau penggunaan obat antikoagulan (misalnya

warfarin)

3. Risiko hematoma

4. Kompresi tulang belakang

Page 44: Bab 1-3 Hernia Inguinal

44

5. Infeksi dekat titik penyisipan

6. Hipovolemia

Penyebaran obat pada anestesi epidural bergantung :

1. Volume obat yang disuntikan

2. Usia pasien

3. Kecepatan suntikan

4. Besarnya dosis

5. Ketinggian tempat suntikan

6. Posisi pasien

7. Panjang kolumna vetebralis.1

Teknik anestesi epidural :

Pengenalan ruang epidural lebih sulit dibanding dengan ruang subarakhnoid.2

1. Posisi pasien saat tusukan seperti pada analgesia spinal.

2. Tusukan jarum epidural biasanya dilakukan pada ketinggian L3-4.

3. Jarum yang digunakan ada 2 macam, yaitu:

a) jarum ujung tajam (Crawford)

b) jarum ujung khusus (Tuohy)

Page 45: Bab 1-3 Hernia Inguinal

45

Gambar 7. Jarum Anestesi Epidural

4. Untuk mengenal ruang epidural digunakan banyak teknik. Namun yang paling populer

adalah teknik hilangnya resistensi dan teknik tetes tergantung.

a) Teknik hilangnya resistensi (loss of resistance)

Teknik ini menggunakan semprit kaca atau semprit plastik rendah resistensi

yang diisi oleh udara atau NaCl sebanyak ± 3ml. Setelah diberikan anestetik lokal pada

tempat suntikan, jarum epidural ditusuk sedalam 1-2 cm. Kemudian udara atau NaCl

disuntikkan perlahan dan terputus-putus. Sembari mendorong jarum epidural sampai

terasa menembus jaringan keras (ligamentum flavum) yang disusul hilangnya resistensi.

Setelah yakin ujung jarum berada dalam ruang epidural, lakukan uji dosis (test dose).1

b) Teknik tetes tergantung (hanging drop)

Persiapan sama seperti teknik hilangnya resistensi, tetapi pada teknik ini

menggunakan jarum epidural yang diisi NaCl sampai terlihat ada tetes Nacl yang

Page 46: Bab 1-3 Hernia Inguinal

46

menggantung. Dengan mendorong jarum epidural perlahan secara lembut sampai terasa

menembus jaringan keras yang kemudian disusul oleh tersedotnyatetes NaCl ke ruang

epidural. Setelah yakin, lakukan uji dosis (test dose).1

5. Uji dosis (test dose)

Uji dosis anestetik lokal untuk epidural dosis tunggal dilakukan setelah ujung jarum

diyakini berada dalam ruang epidural dan untuk dosis berulang (kontinyu) melalui kateter.

Masukkan anestetik lokal 3 ml yang sudah bercampur adrenalin 1:200.000.

Tak ada efek setelah beberapa menit, kemungkinan besar letak jarum sudah benar

Terjadi blokade spinal, menunjukkan obat sudah masuk ke ruang subarakhnoid karena

terlalu dalam.

Terjadi peningkatan laju nadi sampai 20-30%, kemungkinan obat masuk vena epidural.4

7. Dosis maksimal

Dewasa muda sehat 1,6 ml/segmen yang tentunya bergantung pada konsentrasi

obat. Pada manula dan neonatus dosis dikurangi sampai 50% dan pada wanita hamil

dikurangi sampai 30% akibat pengaruh hormon dan mengecilnya ruang epidural akibat

ramainya vaskularisasi darah dalam ruang epidural.

8. Uji keberhasilan epidural

Keberhasilan analgesia epidural :

a. Tentang blok simpatis diketahui dari perubahan suhu.

b. Tentang blok sensorik dari uji tusuk jarum.

c. Tentang blok motorik dari skala bromage

Melipat Lutut Melipat Jari

Blok tak ada ++ ++

Page 47: Bab 1-3 Hernia Inguinal

47

Blok parsial + ++

Blok hampir lengkap - +

Blok lengkap - -

Tabel 1. Skala bromage untuk Blok Motorik

Anestetik lokal yang digunakan untuk epidural

1. Lidokain (Xylokain, Lidonest)

Umumnya digunakan 1-2%, dengan mula kerja 10 menit dan relaksasi otot baik.

Konsentrasi 0.8% blokade sensorik baik tanpa blokade motorik. Konsentrasi 1.5% lazim

digunakan untuk pembedahan. Konsentrasi 2% untuk relaksasi pasien berotot.

2. Bupivakain (Markain)

Konsentrasi 0.5% tanpa adrenalin, analgesianya sampai 8 jam. Volum yang

digunakan <20ml

Komplikasi:

1. Blok tidak merata

2. Depresi kardiovaskuler (hipotensi)

3. Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)

4. Mual-muntah.1

Page 48: Bab 1-3 Hernia Inguinal

48

Tabel 2. Obat Anestesi Epidural

3. Anestesi Kaudal

Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena kanalis

kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang kaudal

melalui hiatus sakralis. Hiatus sakralis ditutup oleh ligamentum sakrokoksigeal tanpa

tulang yang analog dengan gabungan antara ligamentum supraspinosum, ligamentum

interspinosum, dan ligamentum flavum. Ruang kaudal berisi saraf sakral, pleksus venosus,

felum terminale dan kantong dura.2

Indikasi : Bedah daerah sekitar perineum, anorektal misalnya hemoroid, fistula

paraanal.

Kontra indikasi: Seperti anestesi spinal dan anestesi epidural.

Teknik anesthesia kaudal :

1. Posisi pasien terlungkup dengan simfisis diganjal (tungkai dan kepala lebih rendah

dari bokong) atau dekubitus lateral, terutama wanita hamil.

Page 49: Bab 1-3 Hernia Inguinal

49

2. Dapat menggunakan jarum suntik biasa atau jarum dengan kateter vena ukuran 20-22

pada pasien dewasa.

3. Untuk dewasa biasa digunakan volum 12-15 ml (1-2 ml/ segmen)

4. Identifikasi hiatus sakralis dengan menemukan kornu sakralis kanan dan kiri dan spina

iliaka superior posterior. Dengan menghubungkan ketiga tonjolan tersebut diperoleh

hiatus sakralis.

5. Setelah dilakukan tindakan dan antisepsis pada daerah hiatus sakralis, tusukkan jarum

mula-mula 90o terhadap kulit. Setelah diyakini masuk kanalis sakralis, ubah jarum jadi

450-600 dan jarum didorong sedalam 1-2 cm. Kemudian suntikan NaCl sebanyak 5 ml

secara agak cepat sambil meraba apakah ada pembengkakan di kulit untuk menguji

apakah cairan masuk dengan benar di kanalis kaudalis.4

Gambar 8. Anestesi Kaudal

4. Anestesi Spinal Total

Anestesi spinal total ialah anestesi spinal intratekal atau epidural yang naik

sampai di atas daerah servikal. Anestesi ini biasanya tidak disengaja, pasien batuk-batuk,

Page 50: Bab 1-3 Hernia Inguinal

50

dosis obat berlebihan, terutama pada analgesia epidural dengan posisi pasien yang tidak

menguntungkan.1

Tanda-tanda klinis:

1. Tangan kesemutan

2. Lidah kesemutan

3. Napas berat

4. Mengantuk kemudian tidak sadar

5. Bradikardi dan hipotensi berat

6. Henti napas

7. Pupil midriasis.

Walaupun saraf phrenikus mungkin terkena blockade namun henti napas lebih

disebabkan oleh hipoperfusi pusat kendali napas. Kejadian ini timbul segera setelah

tindakan atau setelah 30-45 menit kemudian. Kejadian ini bersifat sementara namun

apabila tidak ditanggulangi dapat mengakibatkan henti jantung yang dapat merenggut

nyawa pasien. Pengenalan dini anestesia spinal total ini amat penting agar pertolongan

dapat segera dilakukan.1

Tindakan terhadap anestesi spinal total ini adalah dengan menaikkan curah

jantung, infuse cairan koloid 2-3 L, menaikkan kedua tungkai, kendalikan pernapasan

dengan O2 100% kalau perlu dengan intubasi dan intubasi ini dapat dilakukan dengan

mudah karena telah terjadi relaksasi otot maksimal, beri atropine untuk melawan

bradikardi dan beri efedrin untuk melawan hipotensi.3

Anestesi pada Hernioraphy

Page 51: Bab 1-3 Hernia Inguinal

51

Anestesi spinal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat

anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Anestesi spinal /subaraknoid juga disebut sebagai

analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal. Anestesi spinal dapat diberikan pada tindakan

yang melibatkan tungkai bawah, panggul dan perineum. Hernia pada dinding perut merupakan

penyakit yang sering dijumpai dan memerlukan suatu tindakan pembedahan. Hernia inguinalis

lateralis sering dijumpai pada pria. Pada kasus ini seorang pria 77 tahun datang dengan keluhan

timbul benjolan di lipat paha kiri sejak 2 bulan yang lalu, sejak 3 minggu terasa nyeri. Dari

anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien di diagnosis menderita hernia inguinalis lateralis sinistra

dan akan dilakukan hernioraphy dengan anestesi spinal.

Berikut langkah-langkah dalam melakukan anestesi spinal, antara lain:

1. Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalnya dalam posisi dekubitus lateral. Beri bantal

kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang stabil. Buat pasien

membungkuk maksimal agar prosesus spinosus mudah teraba. Posisi lain adalah duduk.

2. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista iliaka dengan tulang punggung

ialah L4 atau L4-5. Tentukan tempat tusukan misalnya L2-3, L3-4 atau L4-5. Tusukan pada

L1-2 atau diatasnya berisiko trauma terhadap medula spinalis.

3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau alkohol.

4. Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22 G, 23 G atau 25G dapat

langsung digunakan. Sedangkan untuk kecil 27 G atau 29 G, dianjurkan menggunakan

penuntun jarum (introducer), yaitu jarum suntik biasa semprit 10 cc. Tusukkan introducer

sedalam kira-kira 2 cm agak sedikit kearah sefal, kemudianmasukkan jarum spinal berikut

mandrinnya ke lubang jarum tersebut. Jika menggunakan jarum tajam (Quincke-Babcock)

irisan jarum (bevel) harus sejajar dengan serat duramater, yaitu pada posisi tidur miring

Page 52: Bab 1-3 Hernia Inguinal

52

bevel mengarah keatas atau kebawah, untuk menghindari kebocoran likuor yang dapat

berakibat timbulnya nyeri kepala pasca spinal. Setelah resistensi menghilang, mandrin jarum

spinal dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat dimasukkan

pelan-pelan (0,5 ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum

tetap baik. Kalau anda yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak

keluar, putar arah jarum 9.00 biasanya likuor keluar. Untuk analgesia spinal kontinyu dapat

dimasukkan kateter.

5. Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah hemoroid (wasir)

dengan anestetik hiperbarik. Jarak kulit-ligamentum flavum dewasa 6 cm. Pada tindakan

anestesi disuntikan secara SAB pada vertebra lumbal 3-4 obat yang digunakan adalah

bupivacain 20 mg, kemudian untuk menjaga oksigenasi diberikan O2 2 L/m. Ranitidin

adalah suatu antagonis reseptor H2, diberikan dengan tujuan mencegah mual dan muntah

pasca operasi agar tidak terjadi aspirasi dan rasa tidak nyaman. Induksi anestesi pada kasus

ini adalah dengan menggunakan anestesi lokal yaitu bupivacain 20 mg , bupivacain

merupakan obat anestesi lokal yang mekanismenya adalah mencegah terjadinya depolarisasi

pada membran sel saraf pada tempat suntikan obat tersebut, sehingga membran akson tidak

dapat bereaksi dengan asetil kolin sehingga membran tetap semipermeabel dan tidak terjadi

perubahan potensial. Hal ini menyebabkan aliran impuls yang melewati saraf tersebut

berhenti sehingga segala macam rangsang atau sensasi tidak sampai ke sistem saraf pusat.

Hal ini menimbulkan parestesia, sampai analgesia, paresis sampai paralisis dan vasodilatasi

pembuluh darah pada daerah yang terblock. Pemberian O2 2 L/menit adalah untuk menjaga

oksigenasi pasien.

Page 53: Bab 1-3 Hernia Inguinal

53

Pada anestesi regional seharusnya pasien tidak perlu lagi diberikan obat-obatan induksi

intra Vena seperti ketamin, propovol, dan tiopental.

Komplikasi tindakan pada analgesia spinal berupa hipotensi berat akibat blok simpatis

sehingga terjadi venous pooling, bradikardia, hipoventilasi akibat paralisis saraf frenikus atau

hipoperfusi pusat kendali napas, trauma pembuluh darah.

Monitoring Intraoperatif

Kontrol tekanan darah systole dan diastole tidak boleh naik diatas 20% baseline atau

turun 20% dibawah baseline, dapat dilakukan dengan menggunakan alat monitor automatik atau

dengan tensimeter manual. Monitoring pada nadi dapat dilakukan dengan, tehnik palpasi

(merasakan dengan tangan) dan dibantu dengan alat elektronika / pulse oximetri dan juga

stethoscope untuk mendengarkan detak jantung. Pernapasan dapat dilihat pada monitor,bila ada

gangguan dapat di pantau dengan pemasangan saturasi, dapat dilakukan melalui suatu monitor

dengan alat sensor yang dipasang pada jari utuk melihat nadi dan saturasi oksigen. Monitoring

Diuresis dilakukan untuk mengetahui adanya kekurangan cairan atau gangguan pada ginjal.

Monitoring pemberian cairan infus perlu dilakukan agar pasien tidak mengalami kekurangan

cairan akibat puasa maupun pembedahan.7Monitoring suhu badan dengan menggunakan

thermometer secara manual atau dengan monitor outomatik.

Ekstubasi

Setelah operasi selesai, obat anestesi dihentikan pemberiannya. Berikan oksigen 4-6 liter

dalam waktu 5-15menit. Bersihkan rongga hidung dan mulut dari lendir. Bila perlu berikan obat

anticholinesterase (prostigmin 0,04 mg/kgbb) dan atropin 0,02 mg/kgbb. Jika masih ada depresi

Page 54: Bab 1-3 Hernia Inguinal

54

nafas oleh narkotik-analgesik berikan Narkotik Antagonis (Nalolxone) 0,1-0,4 mg secara

intravena. Ekstubasi dilakuakan saat pasien masih teranastesi/tidur dalam, untuk mengurangi

traumatis dan mencegah batuk. Dikerjakan bila nafas spontannya adekuat, keadaan umumnya

baik serta tidak ada resiko aspirasi pulmonal dan tidak memerlukan intubasi awake atau rapid

sequence induction.

Penatalaksanaan Pascaanestesi di recovery room.

Ruang pemulihan atau Recovery room (RR) disebut juga unit perawatan pascaanestesi atau

postanesthesia caru unit ( PACU ). Setelah operasi selesai pasien dibawa ke ruang pemuluhan

atau ke ruang rawat intensif bila ada indikasi. Di ruang pemulihan dilakukan pemantauan atau

monitor sampai pasien sadar betul. Yang harus di monitor antara lain, keadaan umum, kesadaran,

tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, sensibilitas nyeri, perdarahan dari drain, dll.9

Awasi keadaan vital penderita secara saksama, periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan

frekuensi pernapsan dilakukan paling tidak setiap 5 menit dalam 15 menit pertama atau hingga

stabil, setelah itu dilakukan setiap 15 menit. Perbaiki defisit yang masih ada (cairan, darah, nyeri,

mual–muntah,menggigil karena hipotermia,dll). Seluruh pasien yang sedang dalam pemulihan

dari anestesi umum harus mendapat oksigen 30-40% selama pemulihan.

Bila keadaan umum dan tanda vital pasien normal dan stabil, maka pasien dapat

dipindahkan ke ruangan dengan pemberian intruksi postoperatif menilai keadaan umum sebelum

pasien dipindahkan ke ruang perawatan, dapat dipakai aldrete score untuk orang dewasa dan

steward Score untuk anak dengan berbagai kriteria penilaian. Nilai score yang normal 8 -10,

pasien dapat di pindahkan ke ruang perawatan ataupun pulang bila pasien rawat jalan, tetapi atas

ijin dokter anestesi yang bertugas.9 Score tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 dan 3.2

Page 55: Bab 1-3 Hernia Inguinal

55

Tabel Aldrete Score, 3.1.

Parameter Kriteria Score

Warna

-    Merah muda 2

-    Pucat 1

-    Sianosis 0

Pernapasan

-    Mampu bernafas dalam dan batuk 2

-    Dangkal namun pertukaran udara adekuat 1

-    Apnoe atau ada sumbatan jalan nafas 0

Sirkulasi

-    Tekanan darah menyimpang<20% pre op 2

-    Tekanan darah menyimpang<20-50% pre op 1

-    Tekanan darah menyimpang<50% pre op 0

Kesadaran

-    Bangun, sadar penuh dan orientasi baik 2

-    Beraksi bila dipanggil namun cepat tertidur 1

-    Tidak berespon 0

Aktivitas

-    Mampu menggerakkan 4 ekstremitas 2

-    Dapat menggerakkan 2 ekstremitas 1

-    Tidak begerak 0

Page 56: Bab 1-3 Hernia Inguinal

56

Tabel Steward Score, 3.2

Kesadaran Pasien Kriteria Skor

Kesadaran

-    Bangun 2

-    Bereaksi bila dirangsang 1

-    Tidak ada rekasi terhadap rangsang 0

Jalan Nafas

-    Batuk atas perintah atau menangis 2

-    Jalan nafas terpelihara baik 1

-    Perlu rumatan jalan nafas 0

Gerakan tubuh

-    Mampu menggerkkan lengan dan tungkai 2

-    Gerakkan lengan dan tungkai tak terarah 1

-    Tidak ada gerakkan tubuh 0

Page 57: Bab 1-3 Hernia Inguinal

57

BAB IV

KESIMPULAN

`

4.1 KESIMPULAN

Hernia terjadi pada semua usia mulai dari bayi sampai orang dewasa. Hernia merupakan

penonjolan isi suatu rongga karena adanya kelemahan pada dinding organ yang bersangkutan,

yang terjadi karena faktor bawaan ataupun didapat. Bagian hernia terdiri dari cincin, kantong dan

isi hernia itu sendiri, dimana pilihan terapi untuk hernia ireponible yaitu melalui operasi.

Pembedahan dapat dilakukan terencana, tidak harus segera yang meliputi tahap,

praoperatif, intraoperatif dan postoperatif. Khusus untuk hernia inkarserata penatalaksanaan

ditujukan untuk mengatasi nyeri penderita dan mencegah terjadinya strangulata, sehingga

tindakan operasi harus segera dilakuakan. Bila tidak, bagian isi yang terjepit akan membusuk dan

bisa menjadi sumber infeksi ke seluruh dinding usus, yang dapat berakibat buruk yaitu kematian

bagi penderita tersebut.

Tindakan pembedahan membutuhkan pemberian anestesi. Anestesi adalah keadaan tidak

sadar yang bersifat sementara karena pemberian obat, ataupun tidak disertai dengan hilangnya

kesadaran, dengan tujuan untuk menghilangkan sensasi rasa nyeri pada saat pembedahan.

Penatalaksanaan anestesi terhadap pasien yang menjalani operasi herniorafi pada hernia inginal

lateralis incarserata yaitu operasinya bersifat segera, oleh karena itu anestesi disesuaikan dengan

kondisi umum penderita, maka anamnesa, pameriksaan fisik serta analisis penunjang

(laboratorium) mutlak dilakukan dengan teliti, hal ini menuntut pengetahuan dan keterampilan

dari tenaga anestesi untuk menghasilkan suatu kondisi anestesi yang aman dan efektif.

Page 58: Bab 1-3 Hernia Inguinal

58

DAFTAR PUSTAKA

1.      Anoname, 2008 , hernia, www.Ashared.com

2.      R.Sjamsuhidayat, Wim de jong, buku ajar ilmu bedah, edisi ke-2, jakarta 2004

3.      Arif Mansjoer, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke-3. 2000.

4.      David C.sabiston, Jr,Md, buku ajar bedah

5.      Made kusmala, dkk, hernia inguinalis pada anak, FKU Hasannudin, www.kalbe.com

6.      Said A Latif, dkk, Petunjuk Praktis Anestesiologi, Ed. 2, FKUI Jakarta 2002

7.      Wargahadibrata, A. Himendra, Anestesiologi Untuk Mahasiswa Kedokteran SAGA, Bandung,

2008

8.      Yuswana, farmokologi obat-obat anestesi dan obat-obat bantuan dalam anestesi, Bandung 2005

9.      Morgan G Edward, Mikhail, Maged S.”Clinical Anesthesiologi”. Edisi ke4. 2007.