awetan ka 2 p1
TRANSCRIPT
Laporan Praktikum
Kimia Analisis II
ANALISIS KUANTITATIF SEDIAAN TABLET AMOXICILLIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET (UV)
Oleh :
Hananto Dwi Andono ( G1F008026 )
Nur Fatmi Alisah ( G1F008027 )
Firster Nugroho ( G1F008028 )
Nauli Marsha Andiani ( G1F008030 )
LABOTARORIUM KIMIA-FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2010
ANALISIS KUANTITATIF SEDIAAN TABLET AMOXICILLIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET (UV)
I. Tujuan
Melakukan analisis kuantitatif senyawa obat dengan metode spektrofotometri UV.
II. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktiku kali ini adalah
Beaker glass Tabung reaksi Labu ukur 50 ml Labu ukur 10 ml Pipet ukur 5 ml Pipet ukur 1 ml Pipet tetes Sudip Timbangan Spektofotometer UV-VIS Kertas saring Corong Sentrifus Alat ukur waktu (jam tangan)
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
Serbuk Amoxicillin standar Tablet amoxicillin generik NaOH 0,1N
III. Data Pengamatan
Pembuatan kurva baku kadar amoxicillin
Sebanyak 100 mg amoxicillin standar dilarutkan dalam 50 ml NaOH.
Kadar amoxicillin pada kondisi awal :
Ad 50 ml NaOH kedua, kadar menjadi :
Pengambilan pertama :
Diambil 2 ml ad 10 ml NaOH, kadar menjadi : 2 ml x 0,04
=
Pengambilan kedua :
Diambil 3 ml ad 10 ml NaOH, kadar menjadi : 3 ml x 0,04
=
Pengambilan ketiga :
Diambil 4 ml ad 10 ml NaOH, kadar menjadi : 4 ml x 0,04
=
Absorbansi Kurva Baku :
1. 2 ml ad 10 ml NaOH = 0,263 A
2. 3 ml ad 10 ml NaOH = 0,374 A
3. 4 ml ad 10 ml NaOH = 0,504 A
Persamaan kurva baku (menurut perhitungan regresi linear) absorbansi vs kadar :
Y = 0,0331x – 0,0006 dan R = 0,9979
Pengukuran kadar amoxicillin
1 tablet amoxicillin sampel dilarutkan dalam 50 ml NaOH.
Absorbansi sampel amoxicillin :
Pengenceran pertama : 1 ml ad 10 ml = ****
Pengenceran kedua : 1 ml ad 10 ml = ****
Pengenceran ketiga : 1 ml ad 10 ml = 0,725 A
Pengenceran keempat : 5 ml ad 10 ml = 0,434 A
Nilai absorbansi sampel dimasukkan ke persamaan kurva baku :
Y = 0,0331 ( 0,434 ) – 0,0006
= 0,0137
Atau menggunakan Hk. Lambert Beer
Jika nilai Y kita ganti menjadi = 1.
1 = 0,0331x – 0,0006
1,0006 = 0,0331x
x = 30,229
A = a x b x c
0,434 = 30,229 x 1x c
c =
Dari persamaan kurva baku didapat konsentrasi sampel dengan mengalikan faktor
pengenceran :
= 0,0137 x 50.000
= 688,27
IV. Pembahasan
Dalam ilmu kefarmasiaan spektrofotometri digunakan untuk menganalisis kadar obat.
Spektrofotometri dapat mengindikasikan bahwa setiap obat harus dapat bekerja secara
maksimal dalam tubuh terutama dalam hal penyerapannya. Prinsip yang digunakan adalah
suatu molekul obat dapat menyerap ultraviolet dan cahaya tampak dengan kemungkinan
bahwa elektron molekul obat akan tereksitasi ke tingkat energi yang tinggi. bertujuan untuk
menetukan kadar obat secara spekrofotometri serapan pada daerah ultraviolet dan cahaya
tampak.
Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada absorpsi radiasi
elektromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi terhadap mana mata manusia peka, gelombang
dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan sedangkan campuran
cahaya dengan panjang-panjang ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi
seluruh spektrum nampak 400-760 mm (Anonim, 1979).
Spektrofotometri ini hanya terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari tingkat energi
yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti oleh
perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet (Khopkar, 2003).
Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri bahwa metode ini memberikan
metode sangat sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil (Anonim, 1979).
Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh
suatu sistem kimia itu sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula
pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu
(Underwood, 1986).
Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok ke
dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih panjang-panjang gelombang
tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm (Anonim, 1979).
Keuntungan dari spektrofotometer untuk keperluan analisis kuantitatif adalah :
• Dapat digunakan secara luas
• Memiliki kepekaan yang tinggi
• Keseletifannya cukup baik
• Tingkat ketelitian tinggi
Syarat larutan yang dapat digunakan untuk analisis campuran dua komponen adalah
• Komponen-komponen dalam larutan tidak boleh saling bereaksi
• Penyerapan komponen-komponen tersebut tiak sama
• Komponen harus menyerap pada panjang gelombang tertentu
Senyawa-senyawa yang diukur dengan metoda spektrofotometri harus memenuhi
hukum Lambert-Beer, yaitu
• Bila suatu sinar monokromatis dilewatkan pada medium pengabsorbsi,maka berkurangnya
intensitas cahaya per unit tebal medium sebanding dengan intensitas cahaya tersebut.
• Berkurangnya intensitas cahaya per unit konsentrasi akan berbanding lurus dengan
intensitas cahaya.
Dari hukum Lambert Beer didapat rumus sebagai berikut
A = a.b.c A = -log T
Rumus yang digunakan untuk analisis dua komponen adalah :
A1 = ax1. b. cx + ay1 . b . cy
A2 = ax2 . b. cx + ay2 . b . cy
Dimana :
A1 = serapan campuran pada panjang gelombang maksimum pertama
A2 = serapan campuran pada panjang gelombang maksimum kedua
C = konsentrasi larutan
Keabsahan Hukum Beer
Kondisi berikut adalah keabsahan hukum Beer. Cahaya yang digunakan harus monokromatis,
bila tidak demikian maka akan diperoleh dua nilai absorbansi pada dua panjang gelombang.
Hukum tersebut tidak diikuti oleh larutan yang pekat. Konsentrasi lebih tinggi untuk
beberapa garam tidak berwarna justru mempunyai efek absorbsi yang berlawanan. Larutan
yang bersifat memancarkan pendar-fluor atau suspensi tidak selalu mengikuti hukum Beer.
Jika selama pengukuran pada larutan encer terjadi reaksi kimia seperti polimerisasi,
hidrolisis, asosiasi atau disosiasi, maka hukum Beer tidak berlaku.
Cara Kerja Spektrofotometer
Cara kerja spektrofotometer secara singkat adalah sebagai berikut. Tempatkan larutan
pembanding, misalnya blanko dalam sel pertama sedangkan larutan yang akan dianalisis pada
sel kedua. Kemudian pilih fotosel yang cocok 200-650 nm ( 650-1100 nm ) agar daerah λ
yang diperlukan dapat terliputi. Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup ” nol ”
galvanometer dengan menggunakan tombol dark-current. Pilih h yang diinginkan, buk fotosel
dan lewatkan berkas cahaya pada blanko dan ” nol ” galvanometer didapat dengan memutar
tombol sensitivitas. Dengan menggunakn tombol transmitansi, kemudian atur besarnya pada
100 %. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan dianalisis. Skala absorbansi
menunjukkan absorbansi larutan sampel.
Spektrofotometer Uv
Spektrum UV merupakam hasil interaksi antara radiasi elektromagentik (REM)
dengan molekul. REM merupakan bentuk energy radiasi yang mempunyai sifat gelombang
dan partikel (foton). Karena bersifat sebagai gelombang maka beberapa parameter perlu
diketahui, misalnya panjang gelombang, frekuensi, bilngan gelombang, dan serapan. REm
mempunyai vector listrik dan vector magnet yang bergetar dalam-dalam bidang-bidang yang
tegak lurus satu sama lain dan masing-masing tegak lurus pada arah perambatan radiasi.
Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan
interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm.
Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium.
Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil
yang terdapat berlimpah di laut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan
satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron.
Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada
intinya yang memiliki dua pertikel.
Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat
menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan
transparan.
Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan
penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa
preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau
centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut
sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi.
Sebagai contoh pada analisa protein terlarut (soluble protein). Jika menggunakan
spektrofotometri visible, sample terlebih dulu dibuat berwarna dengan reagent Folin, maka
bila menggunakan spektrofotometri UV, sample dapat langsung dianalisa.
Ikatan peptide pada protein terlarut akan menyerap sinar UV pada panjang gelombang
sekitar 280 nm. Sehingga semakin banyak sinar yang diserap sample (Absorbansi tinggi),
maka konsentrasi protein terlarut semakin besar.
Spektrofotometri UV memang lebih simple dan mudah dibanding spektrofotometri
visible, terutama pada bagian preparasi sample. Namun harus hati-hati juga, karena banyak
kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada
panjang gelombang UV. Hal ini berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa.
Komponen utama dari spektrofotometer yaitu :
1. 1. Sumber cahaya
Untuk radisi kontinue :
- Untuk daerah UV dan daerah tampak :
- Lampu wolfram (lampu pijar) menghasilkan spektrum kontiniu pada gelombang 320-
2500 nm.
- Lampu hidrogen atau deutrium (160-375 nm)
- Lampu gas xenon (250-600 nm)
Untuk daerah IR
Ada tiga macam sumber sinar yang dapat digunakan :
- Lampu Nerst,dibuat dari campuran zirkonium oxida (38%) Itrium oxida (38%) dan
erbiumoxida (3%)
- Lampu globar dibuat dari silisium Carbida (SiC).
- Lampu Nkrom terdiri dari pita nikel krom dengan panjang gelombang 0,4 – 20 nm
- Spektrum radiasi garis UV atau tampak :
- Lampu uap (lampu Natrium, Lampu Raksa)
- Lampu katoda cekung/lampu katoda berongga
- Lampu pembawa muatan dan elektroda (elektrodeless dhischarge lamp)
- Laser
2. Pengatur Intensitas
Berfungsi untuk mengatur intensitas sinar yang dihasilkan oleh sumber cahaya agar sinar
yang masuk tetap konstan.
3. Monokromator
Berfungsi untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai yang
dibutuhkan oleh pengukuran
Macam-macam monokromator :
- Prisma
- kaca untuk daerah sinar tampak
- kuarsa untuk daerah UV
- Rock salt (kristal garam) untuk daerah IR
- Kisi difraksi
Keuntungan menggunakan kisi :
- Dispersi sinar merata
- Dispersi lebih baik dengan ukuran pendispersi yang sama
- Dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum
4. Kuvet
Pada pengukuran di daerah sinar tampak digunakan kuvet kaca dan daerah UV digunakan
kuvet kuarsa serta kristal garam untuk daerah IR.
5. Detektor
Fungsinya untuk merubah sinar menjadi energi listrik yang sebanding dengan besaran yang
dapat diukur.
Syarat-syarat ideal sebuah detektor :
- Kepekan yang tinggi
- Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
- Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
- Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
- Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Macam-macam detektor :
- Detektor foto (Photo detector)
- Photocell
- Phototube
- Hantaran foto
- Dioda foto
- Detektor panas
6. Penguat (amplifier)
Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar dapat dibaca oleh
indikator.
7. Indikator
Dapat berupa :
- Recorder
- Komputer
Spektrum absorbsi
Spectrofotometer dapat digunakan untuk mengukur besarnya energy yang
diabsorbsi/diteruskan. Jika radiasi yang monokromatik melewati larutan yang mengandung
zat yang dapat menyerap, maka radiasi ini akan dipantulkan, diabsorbsi oleh zatnya dan
sisanya ditransmisikan.
Penggunaan Spektrofotometer UV-Vis
Spektro UV-Vis digunakan terutama untuk analisa kualitatif, tetapi dapat juga untuk
analisa kualitatif. Untuk analisa kualitatif yang diperhatikan adalah :
1. Membandingkan serapan, daya serap
2. Membandingkan panjang gelombang.
3. Membandingkan spectrum serapannya.
Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah amoxicillin dan NaOH
Amoxocilin
Amoxicillin adalah antibiotika yang termasuk ke dalam golongan penisilin. Obat lain
yang termasuk ke dalam golongan ini antara lain Ampicillin, Piperacillin, Ticarcillin, dan lain
lain. Karena berada dalam satu golongan maka semua obat tersebut mempunyai mekanisme
kerja yang mirip. Obat ini tidak membunuh bakteri secara langsung tetapi dengan cara
mencegah bakteri membentuk semacam lapisan yang melekat disekujur tubuhnya. Lapisan
ini bagi bakteri berfungsi sangat vital yaitu untuk melindungi bakteri dari perubahan
lingkungan dan menjaga agar tubuh bakteri tidak tercerai berai. Bakteri tidak akan mampu
bertahan hidup tanpa adanya lapisan ini. Amoxicillin sangat efektif untuk beberapa bakteri
seperti H. influenzae, N. gonorrhoea, E. coli, Pneumococci, Streptococci, dan beberapa strain
dari Staphylococci.
Sesuai dengan mekanisme kerja diatas maka Amoxicillin seharusnya memang digunakan
untuk mengobati penyakit penyakit yang disebabkan oleh kuman kuman yang sensitif
terhadap Amoxicillin. Beberapa penyakit yang biasa diobati dengan Amoxicillin antara lain
infeksi pada telinga tengah, radang tonsil, radang tenggorokan, radang pada laring, bronchitis,
pneumonia, infeksi saluran kemih, dan infeksi pada kulit. Amoxicillin juga bisa digunakan
untuk mengobati gonorrhea.
Untuk menjaga khasiat obat ini, maka harus pula diperhatikan cara penyimpanannya.
Amoxicillin sebaiknya disimpan dalam suhu kamar yaitu antara 20 sampai 25 derajat Celcius.
Untuk sirop kering yang telah dicampur dengan air sebaiknya tidak digunakan lagi setelah 14
hari atau 2 minggu. Amoxicillin bisa diminum baik sebelum maupun setelah makan dan obat
ini sangat jarang ditemukan berinteraksi dengan obat obat yang lain. Amoxicillin juga aman
diberikan untuk ibu hamil dan menyusui walaupun ada beberapa kasus diare yang terjadi
pada bayi yang disusui oleh ibu yang minum Amoxicillin.
Efek samping dari Amoxicillin antara lain : diare, gangguan tidur, rasa terbakar di dada,
mual, gatal, muntah, gelisah, nyeri perut, perdarahan dan dapat merusak enamel gigi bayi
secara permanen
Natrium Hodroksida
Natrium hidroksida (Na OH ), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa
Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang
kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri,
kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air
minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan
dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,
serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab cair dan secara spontan
menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan
panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH
dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter
dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning
pada kain dan kertas.
NaOH (Natrium Hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, massa melebur,
berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida
dan lembab. Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter.
Titik leleh 318°C serta titik didih 1390°C. Hidratnya mengandung 7; 5; 3,5; 3; 2 dan 1
molekul air (Daintith, 2005).
NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH murni merupakan
padatan berwarna putih, densitas NaOH adalah 2,1 . Senyawa ini sangat mudah terionisasi
membentuk ion natrium dan hidroksida (Keenan dkk., 1989).
Natrium Hidroksida
Nama lain Soda kaustik
Identifikasi
Nomor CAS [1310-73-2]
Sifat
Rumus molekul NaOH
Massa molar 39,9971 g/mol
Penampilan zat padat putih
Densitas 2,1 g/cm³, padat
Titik leleh 318°C (591 K)
Titik didih 1390°C (1663 K)
Kelarutan dalam air 111 g/100 ml (20°C)
Kebasaan (pKb) -2,43 Bahaya
Titik nyala Tidak mudah terbakar.
Senyawa terkait Alkali hidroksida terkait Litium hidroksida Kalium hidroksida
Rubidium hidroksida Sesium hidroksida Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas
berlakupada temperatur dan tekanan standar (25°C, 100 kPa)
Prosedur Percobaan
1. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum
Penetapan panjang gelombang maksimum larutan amoxicillin dengan cara larutan
amoxicillin trihidrat sebanyak 500 mg dalam 250 ml larutan NaOH 0,1 N, kemudian
diencerkan 50 kali dengan NaOH 0,1 N dan dibaca adsorbansinya pada panjang gelombang
220-350 nm. Pada percobaan ini panjang gelombang yang di dapat adalah 248 nm.
2. Penetapan Waktu Reaksi
Pada percobaan kali ini kita tidak melakukan penentuan waktu reaksi.
3. Pembuatan kurva baku kadara amoxicillin
Kurva baku larutan standar Amoxicillin ditentukan dengan cara membuat kurva
kalibrasi regresi linier antara absorbansi larutan dengan konsentrasi Amoxicillin trihidrat
dalam larutan NaOH 0,1 N dengan kadar bertingkat dari 3-25 μg/ml yang di baca pada
panjang gelombang maksimum yang di dapat.
4. Penetapan kadara Amoxicillin
Penentuan kadar secara kuantitatif dilakukan dengan melarutkan serbuk tablet
Amoxicillin yang telah di homogenkan dalam NaOH 0,1 N setelah dilakukan penggojokan
secara mekanik selama 10 menit, larutan kemudian disentrifugasi dan di filtrasi menggunakan
kertas saring. Sebanyak 5 ml larutan filtrat selanjutnya di encerkan dengan menggunakan
larutan NaOH 0,1 N untuk dilakukan pengukuran absorbansinya mengunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum yang di dapatkan. Sebagai blanko di
gunakan larutan NaOH 0,1 N. hitung kadar Amoxicillin sehingga di dapatkan kadar dalam
μg/ml. pada percobaan penentuan kadar Amoxicillin generic didapatkan kadar 688,27 mg.
dalam hal ini terdapat perbedaan kadar antara obat generic dan obat paten. Perbedaan ini
disebabkan oleh faktor adanya zat tambahan pada tablet amoxicillin yang dapat
mempengaruhi besarnya konsentrasi sample.
V. Kesimpulan
Panjang gelombang maksimal yang didapat dari praktikum ini adalah 248 nm.
Kadar amoxicillin sample adalah 688,27 mg.
VI. Daftar Pustaka
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Ed. III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Ed. IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.
Underwood, A. L & R. A. Day, JR. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar penentuan panjang gelombang maksimum.