awal bulan

17
Makalah Horizontal Parallax, Refraksi dan Semi Diameter dalam Penentuan Awal Bulan Ramadan 1442” Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah “Hisab Awal Bulan Kamariyah’” Dosen Pengampu: Dr. Rupi’i Amri, M.Ag. Oleh: Muhammad Faishol Amin (122111071) PROGRAM STUDI ILMU FALAK FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO 2014

Upload: faishol-muhammad

Post on 11-Jul-2015

461 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Awal bulan

0

Makalah

“Horizontal Parallax, Refraksi dan Semi Diameter

dalam Penentuan Awal Bulan Ramadan 1442”

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah “Hisab Awal Bulan Kamariyah’”

Dosen Pengampu: Dr. Rupi’i Amri, M.Ag.

Oleh:

Muhammad Faishol Amin (122111071)

PROGRAM STUDI ILMU FALAK

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

2014

Page 2: Awal bulan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penentuan awal bulan hijriyah merupakan salah satu dari kajian Ilmu

Falak, yang tak kalah penting dari kajian ilmu falak lainnya, seperti penentuan

arah kiblat, waktu shalat, dan juga penentuan gerhana. Bahkan penentuan awal

bulan ini dianggap menjadi hal yang paling krusial, karena setiap tahunnya

pasti ada perdebatan mengenai penentuan awal bulan ini, khususnya pada

bulan-bulan penting dalam Islam, seperti Muharrom, Ramadan, Syawal dan

Zulhijjah.

Banyak hal yang perlu dikaji ulang dalam penentuan awal bulan ini, baik

itu dari segi fiqih, perhitungan, maupun dampak sosial masyarakat yang akan

muncul dari sering terjadinya perbedaan dalam penentuan awal bulan.

Bila dipandang dari segi perhitungan, banyak teori atau konsep yang

berbeda satu sama lain, dan pastinya beberapa konsep tersebut mempunyai

kelebihan sendiri-sendiri.

Salah satu konsep/metode penentuan awal bulan tersebut adalah dengan

sistem Ephemeris. Salah satu sistem/metode yang memanfaatkan tabel data

astronomis benda-benda langit.

Dalam makalah ini akan coba diulas sedikit mengenai perhitungan awal

bulan dengan metode hisab sistem ephemeris, dan juga contohnya, sekaligus

pembahasan mengenai Horizontal Paralaks, Refraksi, dan Semi Diameter

sebagai acuan yang juga dipakai dalam metode hisab ephemeris ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana model perhitungan hisab awal bulan dengan sistem

Ephemeris?

2. Apa itu Horizontal Paralaks, Refraksi, dan Semi Diameter?

3. Bagaimana contoh perhitungan hisab ephemeris dan bagaimana cara

menentukan Horizontal Paralaks, Refraksi dan Semi Diameter?

Page 3: Awal bulan

2

BAB II

PEMBAHASAN

1. Hisab Awal Bulan Kamariyah dengan Sistem Ephemeris

Dalam Ensiklopedi Hisab Rukyat disebutkan, bahwa Ephemeris

merupakan tabel-tabel yang memuat data astronomis benda-benda langit.

Sebutan lain dari Ephemeris ini adalah Astronomical handbook atau dalam

bahasa arab biasa disebut Zij atau Taqwim.1Jika digabungkan dengan

pengertian diatas, maka Penentuan awal bulan sistem Ephemeris adalah sebuah

sistem penentuan awal bulan Kamariyahyang menggunakan tabel-tabel

astronomis benda-benda langit, dalam hal ini adalah tabel astronomis matahari

dan bulan sebagai objek utama kajian awal bulan.

Hisab awal bulan Kamariyah sistem Ephemeris ini merupakan sistem

hisab yang dikembangkan oleh Departemen Agama RI yang memakai data-

data kontemporer.2 Departemen RI pun menerbitkan sebuah buku Ephemeris

Hisab Rukyat yang memang dikhususkan sebagai kajian dalam penentuan awal

bulan dengan menggunakan sistem Ephemeris ini, juga diluncurkan pula

sebuah aplikasi yang memuat data-data Ephemeris matahari dan bulan, yakni

WinHisab.

Perlu diketahui pula bahwa data bulan dan matahari dalam buku

Ephemeris Hisab Rukyat disajikan berdasarkan tanggal, bulan dan tahun

Masehi. Sehingga apabila kita ingin menentukan ijtimak atau konjungsi pada

bulan Hijriyah maka perlu dilakukan konversi terlebih dahulu.

Selain itu, apabila menggunakan data yang termuat didalamnya dengan

waktu selain Greenwich, maka harus disesuaikan waktunya dengan waktu

Greenwich sebanding dengan selisih bujurnya.

Karena data bulan dan matahari dalam Ephemeris Hisab Rukyat itu

disajikan tiap jam, maka data bulan dan matahari untuk menit dan detiknya

1 Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), hal. 61 2Ahmad Izzudin, Ilmu Falak Praktis (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2012) hal. 98

Page 4: Awal bulan

3

dapat diperoleh denggan melakukan penta’dilan atau interpolasi terhadap data

yang ada.3

2. Horizontal Parallax, Refraksi, dan Semi Diameter

a. Horizontal Parallax

Horizontal Paralaks terdiri dari dua kata, yakni Horizon dan

Parallax. Dalam Endiklopedi Hisab Rukyat, Horizon adalah Kaki

langit/lingkaran besar yang membagi bola menjadi dua bagian yang sama

(bagian langit yang kelihatan dan bagian langit yang tidak kelihatan).

Lingkaran ini menjadi batas pemandangan mata seseorang. Tiap-tiap

otang yang berlainan tempat, berlainan pula kaki langitnya.4 Sementara

Parallaxadalah Beda lihat, sudut yang terjadi antara dua garis yang

ditarik dari benda langit ke titik pusat bumi dan garis yang ditarik dari

benda langit ke mata si peninjau. Biasa disebut Parallax atau Geosentric

Parallax dan biasanya diberi simbol P. Dalam bahasa arab Parallax ini

disebut dengan Ikhtilaf Al-Mandzar.

Beda lihat itu berubah-ubah harganya setiap saat. Harga yang

terbesar terjadi ketika benda langit berada di kaki langit dan harga

terkecil ketika benda langit berada di zenith.5

Dari pengertian kedua istilah diatas, dapat disimulkan bahwa

Horizontal Parallax adalah perbedaan arah pandang ketika benda langit

berada di ufuk. Besar kecilnya Horizontal parallax ditentukan oleh jauh

dekatnya benda langit dengan bumi, semakin dekat jarak benda langit ke

bumi maka horizontal parallax semakin besar, dan semakin jauh

jaraknya maka horizontal parallax semakin kecil, bahkan menjadi tidak

ada. Karena terlalu jauhnya benda langit dengan bumi. Sehingga bumi

seakan-akan merupakan titik saja. Maka arah pandangantar dari titik

pusat bumi dengan di atas permukaan bumi menjadi berimpit.

3Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta : Penerbit BUANA

PUSTAKA, 2004), hal. 154 4Loc. cit, Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, hal.223 5Ibid. hal 97-98

Page 5: Awal bulan

4

Sumber : http://www.jgiesen.de/

Horizontal Parallax matahari rata-rata 0o 8’ 48”, sedangkan bulan

berkisar antara 1o1’ 24” dan 0o5’ 54”. Rata-rata Horizontal Parallax bulan

adalah 0o57’ 03”.6

Untuk mencari nilai Horizontal Parallaxdalam penentuan awal

bulan Kamariyah lebih mudahnya melacak lewat tabel Ephemeris. Yakni

mencari Horizontal Parallax pada jam Ghurub hakiki.

b. Refraksi

Refraksi yang di dalam astronomi disebut dengan pembiasan

angkasa juga harus diperhitungkan jika kita hendak menentukan sebuah

tinggi bintang, lebih-lebih kalau sebuah bintang tadi sangat rendah

kedudukannya.

Refraksi atau pembiasan angkasa ini terjadi disebabkaan karena

adanya perbedaan-perbedaan tingkat suhu dan kepadatan udara. Makin

dekat kepada bumi, makin padat susunan udara, makin jauh dari bumi,

berkurang susunan udara. Perbedaan suhu dan kepadatan udara ini akan

mengakibatkan cahaya yang datang dari sebuah benda langit menjadi

tidak tegak lurus (membelok). Sehingga benda langit tersebut terlihat

lebih tinggi dari yang sebenarnya, kecuali kalu benda langit tersebut

berada pada titik zenith (tegak lurus).

6Slamet Hambali, Ilmu Falak 1, (Semarang : Program Pascasarjana IAIN Walisongo

Semarang, 2011), hal. 77-78, lihat pula Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, (Semarang: Bismillah

Publisher, 2012), hal. 207

Page 6: Awal bulan

5

Cahaya matahari M. Untuk sampai di tempat P tidak diterima

langsung lewat garis pertama (tanda panah no.1), akan tetapi sudah

mengalami beberapa kali belokan karena adanya lapisan udara, sehingga

cahaya tersebut harus berjalan melengkung melalui garis kedua (tanda

panah no.2), oleh karena itu matahari yang menempati titik M dilihat dari

tempat P tampak di titik M1.

Jika matahari menempati titik Z, maka refraksi atau pembiasan

angkasa tidak terjadi sebab cahaya matahari dari Z sampai ke tempat P di

dalam melalui batas-batas lapisan udara menurut arah tegak lurus. Makin

rendah kedudukan matahari makin besar terjadinya refraksi, lebih-lebih

pada saat matahari mendekati ufuk, yaitu pada saat terbit dan terbenam.

Tingggi benda langiit 90o(di titik Z) sampai dengan 60o refraksi

masih terlalu kecil, hanya berjumlah beberapa detik derajat. Sehingga

refraksi belum begitu berarti. Untuk ketinggian 60o sampai 10o refraksi

juga masih kecil, baru berjumlah beberapa menit derajat saja. Baru

setelah 10o ke bawah refraksi bertambah dengan pesat sekali. Pada saat

ketinggian 1o refraksi berjumlah 25’, tinggi 0,5orefraksi berjumlah 29’.

Kemudian apabila benda langit sedang di ufuk tinggi 0orefraksi menjadi

34’30” (refraksi maksimal), atau biasa dibluatkan menjadi 34’ saja.7 Jadi

refraksi terbesar tersebut terjadi pada saat terbit atau terbenam.8

7Ibid. hal. 73-75 8Abdul Jamil, Ilmu Falak (Teori dan Aplikasi), (Jakarta : Amzah, 2009), hal. 36-37

Page 7: Awal bulan

6

Untuk mencari nilai refraksi ada beberapa cara, diantaranya dengan

menggunakan rumus :

Refr = 0,01695 : tan (ho+ 10,3 : (ho+ 5,1255))9

Atau

Refr = 0,0167 : tan (ho+ 7,31 : (ho+ 4,4))10

Atau penentuan refraksi juga dapat diperoleh dari tabel almanak nautika

dengan mencarinya melalui tinggi hilal hakiki

c. Semi Diameter

Semi Diameter adalah jari-jari, Nisfu al-Qatr dalam bahasa arab,

atau dalam bahasa inggris disebut dengan Radius, yaitu jarak titik pusat

Matahari atau Bulan dengan piringan luarnya. Data ini perlu diketahui

untuk menghitung secara tepat saat matahari terbenam, terbit, dan

sebagainya.11

Semi diameter matahari rata-rata adalah 0o 16’, besar kecilnya nilai

semi diameter matahari atau bulan tidak menentu, tergantung jauh

dekatnya bumi dengan matahari atau bulan.12

Untuk mencari nilai Semi Diameterdalam penentuan awal bulan

Kamariyah lebih mudahnya melacak lewat tabel Ephemeris. Yakni

mencari Semi Diameter pada jam Ghurub hakiki.

3. Contoh Perhitungan Sistem Ephemris (Perhitungan Awal Bulan Ramadan

1442 H.)13

1) Perhitungan konversi 29 Syaban 1442 Hijriyah ke Masehi

Menjumlah hari dalam tahun hijriah dan menjadikannya hari dalam

tahun masehi :

9Loc. cit., Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktek, hal 10Abdus Sallam Nawawi, Ilmu falak (cara praktis menghitung waktu shalat arah kiblat dan

awal bulan), Sidoarjo; Aqaba, 2006, hlm 19 11Loc. cit., Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, hal.191 12Loc. cit., Slamet Hambali, Ilmu Falak 1. hal. 141 13Lihat Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktek, hal. 155-169

Page 8: Awal bulan

7

29 Syaban 1442 = 1441 tahun + 7 bulan + 29 hari

1441 : 3014 = 48 daur + 1 tahun

48 daur x 1063115 = 510288 hari

1 tahun x 354 hari = 354 hari

7 bulan (29x7 + 4) = 207 hari

29 hari = 29 hari

Jumlah = 510878 hari16

Selisih Hijriyah-Masehi = 227016 hari17

Anggaran Gregorius = 13 hari18

Jumlah = 737907 hari19

Penetapan hari dan pasaran

Hari (510878 : 7) = 72982 sisa 4 (dimulai jumat)

= Senin

Pasaran (510878 : 5) = 102175 sisa 3 (dimulai legi)

= Pon

Mencari tanggal, bulan dan tahun masehi

737907: 146120 = 505 daur + 102 hari

505x4 = 2020

10221 = 3 bulan 12 hari

141 daur dalam tahun Hijriyah sama dengan 30 tahun, yakni 19 tahunberupa tahun basithoh

dan 11 tahun berupa tahun kabisat kabisat 15Dalam 1 daur Hijriyah (30 tahun) berjumlah 10631 hari yakni 354 x 30 +11 16Penjumlahan ini digunakan untuk mencari hari dan pasaran, untuk hari dibagi 7 karena dalam

satu siklus terdapat 7 hari, dan sisanya menyesuaikan urutan hari dimulai Jumat ( Jumat, Sabtu, Ahad,

Senin, Selasa, Rabu, Kamis), untuk pasaran dibagi 5 karena dalam satu daur terdapat 5 pasaran, dan

sisanya menyesuaikan urutan pasaran dimulai Legi (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). 17Jumlah hari dari tahun ke-1 masehi sampai dengan tahun ke-1 Hijriah 18 Penyesuaian anggaran Gregorius 10 hari, serta penambahan 1 hari pada setiap bilangan abad

yang tidak habis dibagi 4 sejak tanggal tersebut, sehingga sejak tahun 1900 sampai 2099 ada

penambahan koreksi 13 hari (10+3). 19Penjumlahan dari data ini juga bisa digunakan dalam mencari hari dan pasaran, untuk hari

dibagi 7 dan sisanya menyesuaikan urutan hari dimulai Ahad (Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis,

Jumat, Sabtu), untuk pasaran dibagi 5 dan sisanya menyesuaikan urutan pasaran dimulai Pahing

(Pahing, Pon, Wage, Kliwon, Legi). 20Dalam 1 daur Masehi (4 tahun) berjumlah 1461 hari yakni 1 tahun kabisat 366 hari ditambah

3 tahun basithah 365 hari. 21Untuk jumlah hari Masehi Basithoh/Kabisat = Januari (31), Pebruari (59/60), Maret (90/91),

April (120/121), Mei (151/152), Juni (181/182), Juli (212/213), Agustus (243/244), September

(273/274), Oktober (304/305), Nopember (334/335), Desember (365/366).

Page 9: Awal bulan

8

Jadi secara taqribi, 29 Syaban 1442 H. bertepatan dengan Senin Pon

12 April 2021M.

2) Mencari saat ijtimak

Mencari FIB ( Fraction Illumination Bulan ) terkecil dengan melihat

tabel ephemeris pada tanggal 12 April 2014, FIB terkecil terjadi pada

pukul 3 GMT dengan nilai FIB 0,0011522

Menentukan Sabaq Matahari perjam (B1), dengan menghitung

selisih ELM (Ecliptic Longitude Matahari)

ELM 04.00 GMT = 22° 28’ 55”

ELM 03.00 GMT = 22°26’ 27” –

B1 = 0°02’ 28”

Menentukan Sabaq Bulan perjam (B2), dengan menghitung selisih

ALB (Apparent Longitude Bulan)

ALB 04.00 GMT = 23° 08’ 24”

ALB 03.00 GMT = 22° 38’ 24”-

B2 = 0°30’00”

Menentukan Jarak Matahari dan Bulan (MB), dengan rumus :

MB = ELM - ALB

ELM 03.00 GMT = 22° 26’ 27”

ALB 03.00 GMT = 22° 38’ 24”-

MB = -0°11’57”

Menentukan Sabaq Bulan Muaddal SB, yakni kecepatan bulan

relatif terhadap matahari, dengan rumus :

SB = B2-B1

B2 = 0°30’00”

B1 = 0° 02’ 28”-

SB = 0° 27’ 32”

Menentukan Titik Ijtimak, dengan rumus :

Titik Ijtimak = MB: SB

22Cara menentukan FIB terkecil yaitu dengan melacak pada hari konversi, hari sebelum

konversi dan hari setelah konversi.

Page 10: Awal bulan

9

= -0°11’57” : 0° 27’ 32”

= -0j 26m 02,47d

Menentukan Waktu Ijtimak, dengan rumus :

Ijtimak = Waktu FIB terkecil + Titik Ijtimak + KWD (WIB)

= 03j 00m 00d + (-0j 26m 02,47d) + 07j 00m 00d

= 09j 33m 57,55d

Jadi, Ijtima akhir Sya’ban 1442 H terjadi pada Senin

Pon,12April2021 pukul 9:33: 57,55 WIB

3) Memperkirakan terjadinya ghurub pada tanggal 12 April 2021 dengan

tempat Menara Al-Husna Masjid Agung Jawa Tengah

Koordinat dan tinggi Menara Al-Husna Masjid Agung Jawa Tengah

Lintang tempat = -6o 59’ 05”

Bujur tempat = 110o 26’ 47”

Tinggi tempat = 95 mdpl

Menghitung tinggi Matahari terbenam (ho), dengan rumus :

ho = - (Dip + Ref + SD)

Keterangan :

o Dip/kerendahan ufuk dapat diperoleh dengan rumus :

Dip = 0° 1’.76 √tt

Dip = 0° 1’.76 √95

= 00°17’ 9,26’’

o Refr = 0° 34’ 30”(pembiasan tertinggi saat ghurub)23

o SD = 0° 16’Semi Diameter matahari rata-rata.24

ho = - (00° 17’ 9,26’’+ 0° 34’ 30”+ 0° 16’)

= -01°07’ 39,26’’

Menentukan data deklinasi Matahari ( δo), equation of time (e) pada

tanggal 29 Sya’ban 1442 H / 12 April 2021, saat ghurub di Semarang

23Nilai Refraksi maksimum lain 0o 34’, lihat Ahmad Izzudin, Ilmu Falak Praktis (Semarang :

Pustaka Rizki Putra, 2012) hal. 98 24Ada pula yang memberikan nilai SD rata-rata 0o 16’ 7.20” , lihat Ahmad Izzudin, Ilmu Falak

Praktis. hal. 98

Page 11: Awal bulan

10

secara perkiraan, kurang lebih pukul 18 WIB atau 11 GMT,

diperoleh :

Deklinasi Matahari ( δo) = 08° 51’ 03 ’’

Equation of time (e) = - 0° 0’ 43”

Menentukan sudut waktu Matahari Taqribi (Perkiraan), dengan

rumus:

Cos to = sin ho : cos ϕ : cos δo – tan ϕ x tan δo

Cos to = - 01° 07’ 39,26’’ :cos -6o 59’ 05” :cos 08° 51’ 03 ’’–

tan -6o 59’ 05” x tan 08° 51’ 03 ’’

to = 90° 03’ 23,62’’

Menentukan saat terbenam Matahari Taqribi (perkiraan),dengan

rumus :

Ghurub perkiraan = (12 + (t : 15)) – e + (BD – BT) : 15

=(12 +(90° 03’ 23,62’’:15)) –(- 0° 0’ 43”)+

(105°–110o 26’ 47”):15

= 17j39m09,44d WIB/10: 39: 09,44 GMT

4) Mencari saat Matahari terbenam secara hakiki.

Menentukan data deklinasi Matahari ( δo), equation of time (e) dan

Semi Diameter (SD) pada tanggal 29 Sya’ban 1442 H/ 12April

2012 saat ghurub perkiraan di Semarang yaitu pukul 10: 39: 09,44

GMTdengan melakukan interpolasi sebagai berikut :

o Deklinasi Matahari pukul 10: 39: 09,44 GMT dengan rumus

interpolasi:

δo = δo1 + k x (δo2 – δo1)

δo1 (pkl 17 WIB / pkl 10 GMT) = 8°50’ 08’’

δo2 (pkl 18 WIB / pkl 11 GMT) = 8° 51’ 03’’

k (selisih waktu) = 0j39m09,44d

δo = 8°50’ 43,89’’

o Equation of time pukul 10: 39: 09,44 GMTdengan rumus

interpolasi :

e = e1 + k (e2 – e1)

Page 12: Awal bulan

11

e1 (pkl 17 WIB / pkl 10 GMT) = -0j0m44d

e2 (pkl 17 WIB / pkl 10 GMT) = -0j0m43d

k (selisih waktu) = 0j39m 09,44d

e = -0j0m43,35d

o Deklinasi Matahari pukul 10: 39: 09,44 GMT dengan rumus

interpolasi:

SDo = SDo1 + k x (SDo2 – SDo1)

SDo1 (pkl 17 WIB / pkl 10 GMT) = 0°15’ 57,23’’

SDo2 (pkl 18 WIB / pkl 11 GMT) = 0° 15’ 57,22’’

k (selisih waktu) = 0j39m 09,44d

SDo = 0°15’ 57,22’’

Menghitung Tinggi Matahari Hakiki

ho = - (Dip + Ref + SD)

ho = - (00° 17’ 9,26’’+ 0° 34’ + 0° 15’ 57,22’’)

= - 01° 7’ 36,48’’

Sudut waktu Matahari Hakiki, dengan rumus :

Cos to = sin ho : cos ϕ : cos δo – tan ϕ x tan δo

Cos to = sin- 01° 7’ 36,48’’: cos -6o 59’ 05”: cos8° 50’

43,89’’– tan -6o 59’ 05” x tan 8° 50’ 43,89’’

to = 90° 3’ 23,12’’

Saat terbenam Matahari Hakiki, dengan rumus :

Ghurub Hakiki = (12 + (t : 15)) – e + (BD – BT) : 15

= (12 + (90° 3’ 23,12’’:15) – (-0j 0m43,35d)+(105° –

110o 26’ 47”) : 15

= 17j39m9,76d

= 17: 39: 9,76 WIB

5) Menentukan Right Ascensio Matahari (ARAo)pkl. 17: 39: 9,76 WIB,

dengan melakukan interpolasi :

ARAo = ARAo1 + k x (ARAo2 – ARAo1)

ARAo1 (pkl.17 WIB / 10 GMT) = 21° 00’ 44’’

ARAo2 (pkl.18 WIB / 11 GMT) = 21°03’ 02’’

Page 13: Awal bulan

12

k (selisih waktu) = 0° 39’ 9,76”

ARAo = 21°02’ 14,07’’

6) Menentukan Right Ascension Bulan (ARA()pkl. 17: 39: 9,76 WIB,

dengan melakukan interpolasi :

ARA( = ARA(1 + k x (ARA(2 – ARA(1)

ARA(1 (pkl.17 WIB / 10 GMT) = 25° 34’ 18’’

ARA(2 (pkl.18 WIB / 11 GMT) = 26°01’ 41’’

k (selisih waktu) = 0° 39’ 9,76”

ARA( = 25° 52’ 58,23’’

7) Menentukan Deklinasi Bulanpkl. 17: 39: 9,76 WIB, dengan melakukan

interpolasi :

δ( = δ(1 + k x (δ(2– δ(1)

δ(1 (pkl 17 WIB / pkl 10 GMT) = 6° 40’ 50”

δ(2 (pkl 18 WIB / pkl 11 GMT) = 6° 53’ 18’’

k (selisih waktu) = 0° 39’ 9,76”

δ( = 6° 48’ 58,23’’

8) Menentukan Semi Diameter Bulan pukul 17: 39: 9,76 WIB, dengan

melakukan interpolasi :

SD( = SD (1 + k x (SD (2– SD (1)

SD(1 (pkl 17 WIB / pkl 10 GMT) = 0° 14’ 47,07”

SD(2 (pkl 18 WIB / pkl 11 GMT) = 0° 14’ 46,93’’

k (selisih waktu) = 0° 39’ 9,76”

SD ( = 0° 14’ 46,98’’

9) Menentukan Horizontal Parallaks pkl. 17: 39: 9,76 WIB, dengan

melakukan interpolasi :

HP( = HP(1 + k x (HP(2– HP(1)

HP(1 (pkl 17 WIB / pkl 10 GMT) = 0° 54’ 15”

HP(2 (pkl 18 WIB / pkl 11 GMT) = 0° 54’ 15”

k (selisih waktu) = 0° 39’ 9,76”

HP( = 0° 54’ 15”

10) Menentukan Sudut Waktu Bulan, dengan rumus :

Page 14: Awal bulan

13

t( = ARAo + to – ARA(

t( = 21° 02’ 14,07’’+ 90° 3’ 23,12’’- 25° 52’ 58,23’’

t( = 85° 13’ 26,79”

11) Menentukan Tinggi Hilal Hakiki, dengan menggunakan rumus :

Sin h( = sin ϕ x sin δ(+ cos ϕx cos δ(x cos t(

= sin -6o 59’ 05” x sin 6° 48’ 58,23’’+ cos -6o 59’ 05” x cos 6° 48’

58,23’’x cos 85° 13’ 26,79”

h( = 3° 52’ 39,1’’

12) Menentukan Parallaks Bulan, dengan rumus :

P( = cos h( x HP(

= cos 3° 52’ 39,1’’ x 0° 54’ 15”

= 0° 54’ 07,55

13) Menghitung Tinggi Hilal, dengan rumus :

ho = h( - P( + SD(

= 3° 52’ 39,1’’ - 0° 54’ 07,55 +0° 14’ 46,98’’

= 3° 13’ 18,53’’

14) Menghitung nilai Refraksi, dengan rumus :

Refr = 0,01695 : tan (ho+ 10,3 : (ho+ 5,1255))25

= 0,01695 : tan (3° 13’ 18,53’’+ 10,3 : (3° 13’ 18,53’’+ 5,1255))

Refr= 0° 13’ 3,07”

15) Menentukan Tinggi Hilal Mar’i (h(’) menggunakan rumus :

h( = ho + Refr + Dip

= 3° 13’ 18,53’’ + 0° 13’ 3,07” + 00° 17’ 9,26’’

= 03° 43’ 30,86’’

25Rumus penentuan Refraksi bulan yang lain Refr = 0,0167 : tan (h(+ 7,31 : (h(+ 4,4)), lihat

Abdus Sallam Nawawi, Ilmu falak (cara praktis menghitung waktu shalat arah kiblat dan awal

bulan), Sidoarjo; Aqaba, 2006, hlm 19. Cara lain untuk menentukan refraksi adalah dengan melihat

tabel almanak nautika, lihat Ahmad Izzudin, Ilmu Falak Praktis. hal. 286

Page 15: Awal bulan

14

BAB III

KESIMPULAN

1. Penentuan awal bulan sistem Ephemeris adalah sebuah sistem penentuan awal

bulan Kamariyah yang menggunakan tabel-tabel astronomis benda-benda

langit, dalam hal ini adalah tabel astronomis matahari dan bulan sebagai objek

utama kajian awal bulan

2. Diantara data-data yang diperlukan dalam perhitungan sistem Ephemeris

adalah :

a. Horizontal Parallax adalah perbedaan arah pandang ketika benda langit

berada di ufuk

b. Refraksi disebut dengan pembiasan angkasa, data ini juga harus

diperhitungkan jika kita hendak menentukan sebuah tinggi bintang, lebih-

lebih kalau sebuah bintang tadi sangat rendah kedudukannya.

c. Semi Diameter adalah jarak titik pusat Matahari atau Bulan dengan

piringan luarnya. Data ini perlu diketahui untuk menghitung secara tepat

saat matahari terbenam, terbit, dan sebagainya

3. Contoh Perhitungan Awal Bulan Ramadan 1442, didapat hasil sebagai berikut :

a. Ijtima akhir Sya’ban 1442 H terjadi pada Senin Pon, 12 April 2021 pukul

9 : 33: 57,55 WIB

b. Ghurub terjadi pada pukul 17: 39: 9,76 WIB

c. Semi Diameter bulan pada saat Ghurub 0° 54’ 15”

d. Horizontal Parallax bulan pada saat Ghurub 0° 14’ 46,98’’

e. Refraksi saat tinggi hilal 3° 13’ 18,53’’adalah0° 13’ 3,07”

f. Tinggi hilal hakiki 3° 52’ 39,1’’

g. Tinggi hilal mar’i 3° 43’ 30,86’’

Page 16: Awal bulan

15

BAB IV

PENUTUP

Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih

jauh dari kata sempurna, karena didalamnya masih terdapat kesalahan dan

kekurangan. Penulis hanya dapat mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya

kepada pembaca, sekaligus mengharapkan kririk dan saran yang konstruktif dari

pembaca demi perbaikan makalah-makalah selanjutnya.

Page 17: Awal bulan

16

DAFTAR PUSTAKA

Azhari,Susiknan.Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008

Hambali,Slamet.Ilmu Falak 1, Semarang : Program Pascasarjana IAIN Walisongo

Semarang, 2011

_______, Pengantar Ilmu Falak, Semarang: Bismillah Publisher, 2012

Jamil,Abdul. Ilmu Falak (Teori dan Aplikasi), Jakarta : Amzah, 2009

Izzudin, Ahmad.Ilmu Falak Praktis,Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2012

Khazin,Muhyiddin. Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Penerbit

Buana Pustaka, 2004

Nawawi, Abdus Sallam.Ilmu falak (cara praktis menghitung waktu shalat arah kiblat

dan awal bulan), Sidoarjo : Aqaba, 2006