asuhan keperawatan xeroftalmia (by_muhammad ulul amrie)

56
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Xeropthalmia Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Patofisiologi Dosen Pengampu : Ns. Lantin Setyorini, M.Kep Oleh : NAMA : Muhammad Ulul Amri NIM : 082310101059 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER i

Upload: muhammad-ulul-amrie

Post on 29-Jun-2015

1.202 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Xeropthalmia

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Patofisiologi

Dosen Pengampu : Ns. Lantin Setyorini, M.Kep

Oleh :

NAMA : Muhammad Ulul Amri

NIM : 082310101059

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2011

i

Page 2: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………….

1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………………………

1.2 TUJUAN ……………………………………………………………………….

1.3 MANFAAT …………………………………………………………………….

BAB 2 KONSEP PENYAKIT ………………………………………………………

2.1 DEFINISI ………………………………………………………………………

2.2 ETIOLOGI ……………………………………………………………………..

2.3 EPIDEMOLOGI ……………………………………………………………….

2.4 PATOGENESIS/PATOFISIOLOGI …………………………………………..

2.5 MANIFESTASI KLINIS (TANDA DAN GEJALA) ………………………….

2.6 KOMPLIKASI …………………………………………………………………

2.7 PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER ………………….

2.8 PENATALAKSANAAN ……………………………………………………..

2.9 PROGNOSIS …………………………………………………………………

BAB 3 PATHWAY …………………………………………………………………

3.1 PATOFISIOLOGI GAMBARAN PENYAKIT SECARA MENYELURUH ..

BAB 4` IMPLIKASI DALAM BIDANG KEPERAWATAN …………………….

4.1 IMPLIKASI PATOFISIOLOGI PENYAKIT DALAM BIDANG

KEPERAWATAN……………………………………………………………..

4.2 PERANAN KEPERAWATAN ……………………………………………….

BAB 5 PENUTUP …………………………………………………………………...

5.1 KESIMPULAN………………………………………………………………..

5.2 SARAN ……………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………

LAMPIRAN ………………………………………………………………………..

ii

Page 3: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan kualitas manusia berkaitan dengan banyak faktor, dan faktor

gizi mempunyai peranan yang sangat strategis. Gizi yang baik merupakan hasil

dari konsumsi makanan dengan kecukupan yang dianjurkan dan keseimbangan

antar zat-zat gizi tersebut. Jika keseimbangan ini tidak tercapai maka akan timbul

berbagai jenis kelainan gizi.

Kelainan gizi dihasilkan dari ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh

untuk sumber zat gizi dan energi dengan penyediaan sunstrat matabolisme.

Ketidakseimbangan mungkin terjadi karena kekurangan atau kelebihan yang

ditandai dengan intik yang tidak sesuai atau penggunaan yang kurang baik, atau

kadang-kadang karena kombinasi keduanya. Terlepas dari kebutuhan manusia

untuk mempertahan kesehatan, malnutrisi selanjutnya akan menjadi penyebab

utama kesakitan dan kematian di negara-negara berkembang, khususnya bagi

anak-anak.

Pada masyarakat yang teknologinya sudah maju, gizi kurang sehubungan

dengan keterbatasan tidak lagi merupakan bahaya utama bagi kesehatan, tapi

tetap terjadi pada pasien di rumah sakit dan khususnya pada kelompok yang

rentan. Keadaan kekurangan tetap terjadi dan meningkat pada pasien dengan

masalah alkohol dan penyiksaan jangka panjang dan dalam perilaku konsumsi

pangan. Gizi kurang skunder yang dihasilkan dari kesalahan absorpsi, kegagalan

transportasi, penyimpanan atau penggunaan seluler, atau kehilangan akibat

praktek pengobatan. Penggunaan yang kurang tepat dari suplemen zat gizi

menunjukkan berbagai contoh toksisitas vitamin dan mineral, yang sering

disebabkan oleh kelalaian pengguna atau kekurangan informasi. Vitamin A

merupakan salah satu zat gizi yang mempunyai beragam resiko baik karena

defisiensi maupun kelebihan intik.

iii

Page 4: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

Anak-anak yang mengalami kurang gizi berat berada pada resiko yang

tinggi dari perkembangan kebutaan sehubungan dengan defisiensi vitamin A.

Selain anak-anak, kelompok yang juga rentan terhadap defisiensi gizi adalah

wanita hamil yang selanjutnya akan membahayakan janin yang dikandungnya.

Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena generasi-generasi baru yang

akan lahir sangat ditentukan sejak dalam kandungan.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan

diagnosa medis xeropthalmia.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mengetahui pengkajian pada pasien xeropthalmia.

b. Mahasiwa mengetahui diagnosa yang muncul pada pasien

xeropthalmia.

c. Mahasiswa mengetahui intervensi yang dapat diberikan pada pasien

xeropthalmia.

d. Mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai intervensi yang telah

dibuat pada pasien xeropthalmia.

e. Mahasiswa dapat mengevaluasi pasien xeropthalmia.

1.2.3. Manfaat

a. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar xeropthalmia

b. Mahasiswa dapat mengetahui cara memberikan askep pada pasien

xeropthalmia

iv

Page 5: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

BAB II

KONSEP DASAR TEORI XEROPTHALMIA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Mata

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata

dibagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga

terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda Mata mempunyai reseptor

khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna. Secara keseluruhan struktur

mata terdiri dari bola mata, termasuk otot-otot penggerak bola mata, rongga

tempat mata berada, kelopak, dan bulu mata. Bola mata di bungkus oleh tiga

lapis jaringan, yaitu (Vaughan, 2000):

Sklera merupakan jaringan ikat kenyal memberikan bentuk pada

mata,dan bagian luar yang melindungi bola mata. Bagian depan disebut

kornea yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.

aringan uvea merupakan jaringan vaskuler. Jaringan sklera dan uvea

dibatasi oleh ruang yang mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan

pada ruda paksa di sebut juga perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea

terdiri atas iris, badan sillier dan koroid.

Lapis ketiga bola mata adalah retina yang mempunyai susunan 10 lapis.

Retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.

v

Page 6: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

2.1.1. Kornea

Kornea (latin cornum= seperti tanduk) adalah selaput bening

mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan

yang menutup bola mata sebelah depan terdiri atas lapis (Vaughan,

2000);

1. Epitel

a) Tebalnya 50µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang

saling tumpang tindih, yaitu sel basal, sel poligonal, sel gepeng.

b) Sel basal sering terlihat mitosis sel.

c) Sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel

polygonal didepannya melalui dermosom dan makula okluden,

vi

Page 7: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang

merupakan barrier.

d) Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat. Bila

terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.

e) Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

2. Membran Bowman

a) Terletak dibawah membrane basal epitel kornea yang merupakan

kolagen yang tersusun tak teratur seperti stroma dan berasal dari

bagian depan stroma.

b) Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi

3. Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen. Pada permukaan

terlihat seperti anyaman yang teratur. Keratosit merupakan sel stroma

kornae yang merupakan fibroblast.

4. Membrane Descemet

a) Merupakan membrane aselular dan merupakan batas belakang

stroma kornea yang dihasilkan sel endotel dan merupakan

membrane basalnya.

b) Bersifat sangat elastic dan berkembang terus seumur hidup.

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, melekat pada membrane descement melalui

hemidesmosom dan zonula okluden.

Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus,

humour aquaeus dan air mata. Kornea superfisial juga mendapatkan oksigen

sebagian besar dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari

vii

Page 8: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

percabangan pertama (oftalmika) dari nervus kranialis V (trigeminus).

Transparansi kornea disebabkan oleh strukturnyayang seragam, avaskularitasnya

dan deturgensinya.

2.1.2. Uvea

Uvea terdiri dari iris, korpus silier dan khoroid. Bagian ini adalah lapisan

vascular . tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sclera (Vaughan,

2000);

1. Iris

Merupakan lanjutan dari badan siliar kedepan dan merupakan

diafagma yang membagi bola mata menjadi dua segmen anterior dan

segmen posterior. Berbentuk sirkular yang ditengah- tengahnya

berlubang yang disebut pupil. Secara histologi iris terdiri dari stroma

yang jarang dan diantaranya terdapat lekukan-lekukan yang berjalan

radier yang disebut kripta. Di dalam stroma terdapat sel pigmen yang

bercabang, banyak pembulluh darah dan serat saraf . dipermukaan

anterior ditutup oleh endotel terkecuali kripta, dimana pembuluh

darah dalam stroma dapat berhubungan langsung dengan cairan

coa,yang memungkinkan cepatnya terjadi pengaliran makanan ke coa

dan sebaliknya.

Di bagian posterior dilapisi oleh dua epitel yang mrupakan lanjutan

dari epitel pigmen retina. Permukaan depan iris warnanya sangat

bervariasi tergantung pada sel pigmen yang bercabang yang terdapat

didalam stroma.Jaringan otot iris tersusun longgar dengan otot polos

yang melingkar pupil (m. Sfingter pupil) terletak di dalam stroma

dekat pupil dan di atur oleh saraf parasimpatis (N. III) dan yang

berjalan radial dari akar iris ke pupil (m. dilatator pupillae) terletak di

bagian posterior stroma dan diatur oleh saraf simpatis (Vaughan,

2000).

menipis didekat perlekatannya di badan siliar dan menebal

didekat pupil. Pembuluh darah disekitar pupil disebut sirkulus minor

dan yang berada dekat badan siliar disebut sirkulus mayor. Iris

viii

Page 9: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

dipersarafi oleh nervus nasosiliar cabang dari saraf cranial III yang

bersifat simpatis untuk midriasis dan parasimpatis untuk miosis.

Pupil bekerja sebagai apertura di dalam kamera. Dalam

keadaan radang, didapatkan iris menebal dan pupil mengecil. Dalam

keadaan normal pupil sentral bulat, isokor (sama kanan dan kiri),

reaksi cahaya langsung dan tidak langsung positif. Reaksi pupil ada

tiga, yaitu reaksi cahaya langsung dan tidak langsung, reaksi

terhadap titik dekat, dan terhadap obat-obatan.

2. Badan Siliar

Berbentuk segitiga terdiri dari dua bagian, yaitu (Vaughan, 2000):

a) Pars korona, pada bagian anterior bergerigi panjangnya kira-kira

2mm

b) Pars plana, yang posterior tidak bergerigi, panjangnya 4mm

Badan siliar dimulai dari pangkal iris ke belakang sampai

koroid terdiri atas otot siliar dan prosesus siliar. Otot siliar berfungsi

untuk akomodasi. Jika otot ini berkontraksi ai menarik prosesus siliar

dan koroid kedapan dan ke dalam, mengendorkan zonula zinni

sehingga lensa menjadi lebih cembung. Radang pada badan siliar

akan mengakibatkan melebarnya pembuluh darah di daerah limbus

yang akan mengakibatkan mata merah yang merupakan gambaran

khas peradangan intraokular.

Prosesus siliar menghasilkan cairan mata yaitu, akueous

humour yang mengisi bilik mata depan. Yang berfungsi memberi

makanan untuk kornea dan lensa. Pada peradangan akibat hiperemi

yang aktif, maka pembentukan cairan mata bertambah sehingga

dapat menyebabkan tekanan intraokuler meninggi dan timbullah

glukoma sekunder. Bila peradangan hebat dan merusak sebagian

badan siliar maka produksi akueous humour berkurang, tekanan

berkurang dan berakhir sebagai atrofi bulbi okuli (Sidarta dan Ilyas,

2005).

ix

Page 10: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

c) Koroid

Koroid merupakan suatu membran yang berwarna cokelat

tua, yang terletak diantara sklera dengan retina terbentang dari ora

serata sampai ke papil saraf optik. Koroid terdri dari beberapa

lapisan, yaitu;

i. Lapisan epitel pigmen

ii. Membran Bruch (lamina vitrea)

iii. Koriokapiler

iv. Pembuluh darah sedang dan pembuluh darah besar

v. Suprakoroid

Lapisan suprakoroid terdiri dari lapisan protropoblas

yang mengandung nukleus. Membran bruch merupakan

membran yang tidak berstruktur. Pembuluh darah besar

kebanyakan terdiri dari pembuluh balik yhang kemudian

bergabung menjadi empat vena vortikosa,yang keluar dari tiap

kuadran posterior bola mata yang menembus sclera (Sidarta

dan Ilyas, 2005).

Pembuluh darah arteri berasal dari arteri siliais brevis

yang mengandung serat elastis dan khromatofor. Koroid

melekat erat pada pinggir N.II dan berakhir di oraserata.

2.1.3. Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna

dan hampir transparan sempurna. Tebalnya kira-kira 4mm dan

diameternya 9mm. Lensa digantung oleh zonula, yang

menghubungkannya dengan korpus silier. Di bagian anterior lensa

terdapat humor aquaeus, disebelah posteriornya vitreus. Kapsul lensa

adalah suatu membranyang semi permiabel (sedikit lebih permeabel dari

x

Page 11: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

pada dinding kapiler) yang akan memperoleh air dan elektrolit masuk

(Sidarta dan Ilyas, 2005).

Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum yang dikenal

sebagai zonula (zonula zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari

permukaan korpus siliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.Secara

fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu (Sidarta dan Ilyas, 2005);

a. Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam

akomodasi untuk menjadi cembung.

b. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan

c. Terletak ditempatnya.

Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :

a. Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopi.

b. Keruh atau apa yang disebut katarak

c. Tidak berada ditempat atau subluksasi dan dislokasi.

2.1.4. Retina

Retina adalah selapis lembar tipis jaringan saraf yang semi

transparan. Retina merupa kan reseptor yang menerima rangsangan

cahaya. Retina berbatas dengan koroid dan sel pigmen epitel retina, dan

terdiri atas lapisan (Sidarta dan Ilyas, 2005);

a. Membrana limitans interna

b. Lapisan serat saraf yang mengandung akson-akson sel ganglion yang

berjalan menuju kenervus optikus.

c. Lapisan sel ganglion

d. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan-

sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar

e. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal

f. Lapisan pleskiformis luar, yang mengandung sambungan-sambungan

sel bipolar dan sel horizontal dengan fotoreseptor

g. Lapisan inti luar sel fotoreseptor

h. Membran limitans eksterna

i. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut

j. Epitelium pigmen retina

Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada

anemia dan iskemia dan merah pada hiperemia.

xi

Page 12: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

Pembuluh darah di dalam retina merupakan percabangan arteri

oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik

yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar retina

atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.

2.2. Definisi

Xeroftalmia adalah kelainan mata akibat kekurang vitamin A. Sebelum

terdeteksi menderita xeropthalmia, biasanya penderita akan mengalami buta

senja. Gejala xeropthalmia terlihat pada kekeringan pada selaput lendir

(konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata. Kekeringan berlarut-larut

menyebabkan konjungtiva menebal, berlipat-lipat, dan berkerut. Selanjutnya

pada konjungtiva akan tampak bercak putih seperti busa sabun (bercak

Bitot).Selanjutnya, kornea akan melunak dan terjadi luka (tukak kornea). Jika

kornea telah putih atau bola mata mengempis terjadi kebutaan permanen yang

tak bisa dipulihkan lagi.

2.3. Etiologi

Xeroftalmia disebabkan oleh kekurangan vitamin A yang dipicu oleh

kondisi gizi kurang atau buruk. Kerap terjadi pada bayi lahir berat badan rendah,

gangguan akibat kurang yodium (GAKY) serta anemia gizi ibu hamil.

Kelompok rentan xeroftalmia adalah anak dari keluarga miskin, anak di

pengungsian, anak di daerah yang pangan sumber vitamin A kurang, anak

kurang gizi atau lahir dengan berat badan rendah, anak yang sering menderita

penyakit infeksi (campak, diare, tuberkulosis, pneumonia) serta cacingan serta

anak yang tidak mendapat imunisasi serta kapsul vitamin A dosis

tinggi.Defisiensi vitamin A awalnya merupakan ancaman yang tidak kelihatan,

yang apabila tidak ditangani dapat menyebabkan hilangnya penglihatan

seseorang terutama pada anak-anak. Dampak selanjutnya adalah ketika mereka

tidak lagi bisa melihat pada cahaya yang suram dan akan menderita penyakit

yang disebut night blindness (buta senja) atau xerophthalmia.Apabila

penderitaan terus berlanjut konjangtiva dan cornea mata menjadi kuning)

xii

Page 13: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

kemudian muncul bercorak pada kornea dan selanjutnya berakibat pada

kebutaan yang permanen.

Penyebab utama kekurangan vitamin A adalah asupan zat gizi vitamin A

(preformed retinol) atau prekursor vitamin A yang tidak mencakupi peningkatan

kebutuhan vitamin A pada kondisi fisiologis dan patologis tertentu, penyerapan

yang kurang kehilangan karena diare sering merupakan penyebab kekurangan

vitamin A.

Faktor yang menjadi penyebab tingginya kasus Xeroftalmia di Indonesia adalah:

a. Konsumsi makanan yang tidak mengandung cukup vitamin A atau pro-

vitamin A untuk jangka waktu yang lama.

b. Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif

c. Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn atau zat

gizi lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan

vitamin A dalam tubuh

d. Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A seperti pada

penyakit-penyakit antara lain penyakit pancreas, diare kronik, KEP dan lain-

lain sehingga kebutuhan vitamin A meningkat.

e. Adanya kerusakan hati, seperti pada kwashiorkor dan hepatitis kronik,

menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan

pre-albumin yang penting untuk penyerapan vitamin A.

f. Tingginya angka infeksi pada anak (gastroenteritis/diare)

2.4. Patofisiologi

Terjadinya defisiensi vitamin A berkaitan dengan berbagai faktor

dalam hubungan yang komplek seperti halnya dengan masalah KKP. Makanan

yang rendah dalam vitamin A biasanya juga rendah dalam protein, lemak dan

hubungannya antar hal-hal ini merupakan faktor penting dalam terjadinya

defisiensi vitamin A.

Vitamin A merupakan “body regulators” dan berhubungan erat dengan

proses-proses metabolisme. Secara umum fungsi tersebut dapat dibagi dua (i)

xiii

Page 14: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

Yang berhubungan dengan penglihatan dan (ii) Yang tidak berhubungan

dengan penglihatan.

Fungsi yang berhubungan dengan penglihatan dijelaskan melalui mekanisme

Rods yang ada di retina yang sensitif terhadap cahaya dengan intensitas yang

rendah, sedang Cones untuk cahaya dengan intensitas yang tinggi dan untuk

menangkap cahaya berwarna. Pigment yang sensitif terhadap cahaya dari Rods

disebut sebagai Rhodopsin, yang merupakan kombinasi dari Retinal dan

protein opsin.

Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus)

dan sel batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang

berisi pigmen ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar,

terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen

pada sel basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari

sel konus berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan warna,

makin ke tengah maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di daerah

bintik kuning hanya ada sel konus saja.

Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu

suatu senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar

matahari, maka rodopsin akan terurai menjadi protein dan vitamin A.

Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk

pembentukan kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap (disebut

juga adaptasi rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk melihat.

Pigmen lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang

merupakan gabungan antara retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus,

yaitu sel yang peka terhadap warna merah, hijau, dan biru. Dengan ketiga

macam sel konus tersebut mata dapat menangkap spektrum warna. Kerusakan

salah satu sel konus akan menyebabkan buta warna.

Perubahan dari rhodopsin ke retinene terjadi pada proses penglihatan:

Disini mungkin rhodopsin hanya salah satu dari struktur protein yang akan

menjadi stabil setelah dikombinasi dengan vitamin A.

xiv

Page 15: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

Efek lain dari vitamin A pada penglihatan yang berpengaruh secara

tidak langsung ialah pada epitel kornea dan konjungtiva. Pada keadaan

defisiensi, epitel menjadi kering dan terjadi keratinisasi seperti tampak pada

gambaran Xerophthalmia.

Xeroftalmia merupakan mata kering yang terjadi pada selaput lendir

(konjungtiva) dan kornea (selaput bening) mata. Xeroftalmia yang tidak segera

diobati dapat menyebabkan kebutaan. Xeroftalmia terjadi akibat kurangnya

konsumsi vitamin A pada bayi, anak-anak, ibu hamil, dan menyusui.

Patogenesis xeroftalmia terjadi secara bertahap;

1. Buta senja (XN)

Disebut juga rabun senja. Fungsi fotoreseptor menurun. Tidak

terjadi kelainan pada mata (mata terlihat normal), namun penglihatan

menjadi menurun saat senja tiba, atau tidak dapat melihat di dalam

lingkungan yang kurang cahaya. Untuk mengetahui keadaan ini, penderita

sering membentur atau menabrak benda yang berada di depannya. Jika

penderita adalah anak yang belum dapat berjalan, agak susah

mendeteksinya. Biasanya anak akan diam memojok dan tidak melihat

benda di depannya. Dengan pemberian kapsul vitamin A maka

pengelihatan akan dapat membaik selama 2 hingga 4 hari. Namun jika

dibiarkan, maka akan berkembang ke tahap selanjutnya.

2. Xerosis konjungtiva (X1A)

Selaput lendir atau bagian putih bola mata tampak kering, keriput,

dan berpigmentasi pada permukaan sehingga terlihat kasar dan kusam.

Mata akan tampak kering atau berubah menjadi kecoklatan.

3. Xerosis konjungtiva dan bercak bitot (X1B)

X1B merupakan tanda-tanda X1A ditambah dengan bercak seperti

busa sabun atau keju, terutama di daerah celah mata sisi luar. Mata

penderita umumnya tampak bersisik atau timbul busa. Dalam keadaan

berat, tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva (bagian

putih mata), konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat, dan berkerut.

xv

Page 16: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

Dengan pemberian vitamin A yang baik dan pengobatan yang benar,

bercak akan membaik selama 2 hingga 3 hari, dan kelainan mata akan

menghilang dalam waktu 2 minggu.

4. Xerosis kornea (X2)

Kekeringan pada konjungtiva berlanjut hingga kornea (bagian

hitam mata) sehingga tampak kering dan suram, serta permukaan kornea

tampak kasar. Umumnya terjadi pada anak yang bergizi buruk, menderita

penyakit campak, ISPA, diare, dan sebagainya. Pemberian vitamin A yang

benar akan membuat kornea membaik setelah 2 hingga 5 hari, dan

kelainan mata akan sembuh selama 2 hingga 3 minggu.

5. Keratomalasia dan ulserasi kornea (X3A/ X3B)

Kornea melunak seperti bubur dan terjadi ulkus kornea atau

perlukaan. Tahap X3A bila kelainan mengenai kurang dari 1/3 permukaan

kornea. Tahap X3B bila kelainan mengenai sama atau lebih dari 1/3

permukaan kornea. Keadaan umum penderita sangatlah buruk. Pada tahap

ini dapat terjadi perforasi kornea (pecahnya kornea). Bila penderita telah

ditemukan pada tahap ini maka akan terjadi kebutaan yang tidak dapat

disembuhkan.

6. Xeroftalmia Scars (XS)

Disebut juga jaringan kornea. Kornea mata tampak memutih atau

bola mata tampak mengempis. Jika penderita ditemukan pada tahap ini,

maka kebutaan tidak dapat disembuhkan.

Pemenuhan kebutuhan vitamin A sangat penting untuk

pemeliharaan keberlangsungan hidup secara normal. Kebutuhan tubuh

akan vitamin A untuk orang indonesia telah dibahas dan ditetapkan dalam

xvi

Page 17: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (1998) dengan mempertimbangkan

faktor-faktor khas dari keadaan tubuh orang Indonesia

Diagnosis penderita xeroftalmia dapat diperoleh dengan memakai cara

diagnostik, seperti(Wjitcher and Tears, 1995):

1. Tes Schirmer

Tes ini dilakukan dengan mengeringkan lapisan air mata dan

memasukkan strip Schirmer (kertas saring Whartman No. 41) ke dalam

cul de sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah dan

temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar diukur

lima menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10

mm tanpa anestesi dianggap abnormal (produksi air mata

sedikit/berkurang).

2. Tes Break-up Time

Tes ini berguna untuk menilai stabilitas air mata dan komponen lipid

dalam cairan air mata; diukur dengan meletakkan secarik kertas

berfluorescein di konjungtiva bulbi dan meminta penderita untuk

berkedip. Lapisan air mata kemudian diperiksa dengan bantuan filter

cobalt pada slitlamp, sementara penderita diminta tidak berkedip.

Selang waktu sampai munculnya titik-titik kering yang pertama dalam

lapis fluorescein kornea adalah break-up time. Biasanya lebih dari 15

detik. Selang waktu akan memendek pada mata dengan defisiensi lipid

pada air mata.

3. Tes Ferning Mata

Sebuah tes sederhana dan murah untuk meneliti komponen musin air

mata ; dilakukan dengan mengeringkan kerokan lapisan air mata di

atas kaca obyek bersih.

4. Sitologi Impresi

Adalah cara menghitung densitas sel Goblet pada permukaan

konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel Goblet paling tinggi di

kuadran infra nasal.

5. Pemulasan Fluorescein

xvii

Page 18: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

Dilakukan dengan secarik kertas kering fluorescein untuk melihat

derajat basahnya air mata dan melihat meniskus air mata. Fluorescein

akan memulas daerah yang tidak tertutup oleh epitel selain defek

mikroskopik pada epitel kornea.

6. Pemulasan Rose Bengal

Rose Bengal lebih sensitif daripada fluorescein. Pewarna ini akan

memulas semua sel epitel yang tidak tertutup oleh lapisan musin yang

mengering dari kornea dan konjungtiva.

7. Pengujian kadar lisozim air mata

Air mata ditampung pada kertas Schirmer dan diuji kadarnya dengan

cara spektrofotometri.

8. Osmolalitas air mata

Hiperosmolalitas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungtivitis

sicca dan pemakai lensa kontak; diduga sebagai akibat berkurangnya

sensitifitas kornea. Laporan-laporan penelitian menyebutkan bahwa

hiperosmolalitas adalah tes yang paling spesifik bagi kerato-

konjungtivitis sicca, karena dapat ditemukan pada pasien dengan tes

Schirmer normal dan pemulasan Rose Bengal normal.

9. Laktoferin

Laktoferin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan

hiposekresi kelenjar lakrimal.

2.5. Pathway

Devisit vitamin A

Kekeringan pada retina

Implus yang masuk tidak

Resiko tinggi perubahan dapat di tangkap dengan

baik

Terhadap penglihatan oleh retina dan

xviii

Page 19: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

cedera pada senja hari diteruskan ke saraf optik

ancaman kehidupan gangguan adaptasi gelap

ansietas gangguan sensori-

persepsi penglihatan

2.6. Tanda-tanda dan Gejala Klinis

Kurang vitamin A (KVA) adalah kelainan sistemik yang mempengaruhi

jaringan epitel dari organ-organ seluruh tubuh, termasuk paru-paru, usus, mata

dan organ lain, akan tetapi gambaran yang karakteristik langsung terlihat pada

mata.

Kelainan kulit pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan

dan lengan atas bagian belakang, kulit tampak kering dan bersisik seperti sisik

ikan. Kelainan ini selain disebabkan karena KVA dapat juga disebabkan karena

kekurangan asam lemak essensial, kurang vitamin golongan B atau Kurang

Energi Protein (KEP) tingkat berat atau gizi buruk.

Gejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA

yang telah berlangsung lama. Gejala tersebut akan lebih cepat timbul bila anak

menderita penyakit campak, diare, ISPA dan penyakit infeksi lainnya.

Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO/USAID

UNICEF/HKI/ IVACG, 1996 sebagai berikut :

XN : buta senja (hemeralopia, nyctalopia)

XIA : xerosis konjungtiva

XIB : xerosis konjungtiva disertai bercak bitot

X2 : xerosis kornea

X3A : keratomalasia atau ulserasi kornea kurang dari 1/3 permukaan kornea.

X3B : keratomalasia atau ulserasi sama atau lebih dari 1/3 permukaan kornea

XS : jaringan parut kornea (sikatriks/scar)

XF : fundus xeroftalmia, dengan gambaran seperti ÒcendolÓ.

XN, XIA, XIB, X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan

pengobatan yang baik. Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang

harus segera diobati karena dalam beberapa hari bias berubah menjadi X3.

xix

Page 20: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

X3A dan X3B bila diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan

cacat yang bahkan dapat menyebabkan kebutaan total bila lesi (kelainan) pada

kornea cukup luas sehingga menutupi seluruh kornea (optic zone cornea).

1. Buta senja = Rabun Senja = Rabun Ayam= XN

(Istilah lokal dapat dilihat di lampiran 8)

Tanda-tanda :

Buta senja terjadi akibat gangguan pada sel batang retina.

Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang yang

remang-remang setelah lama berada di cahaya terang

Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita tak dapat melihat

di lingkungan yang kurang cahaya, sehingga disebut buta senja.

Untuk mendeteksi apakah anak menderita buta senja dengan cara :

a) Bila anak sudah dapat berjalan, anak tersebut akan membentur/ menabrak

benda didepannya, karena tidak dapat melihat.

b) Bila anak belum dapat berjalan, agak sulit untuk mengatakan anak

tersebut buta senja. Dalam keadaan ini biasanya anak diam memojok bila

di dudukkan ditempat kurang cahaya karena tidak dapat melihat benda

atau makanan didepannya.

2. Xerosis konjungtiva = XIA

Tanda-tanda :

Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit

kering, berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan

kusam.

Orang tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau berubah warna

kecoklatan.

3. Xerosis konjungtiva dan bercak bitot = X1B.

Tanda-tanda :

Tanda-tanda xerosis kojungtiva (X1A) ditambah bercak bitot yaitu

bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama di daerah celah mata

sisi luar.

Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel yang

merupakan tanda khas pada penderita xeroftalmia, sehingga dipakai

sebagai kriteria penentuan prevalensi kurang vitamin A dalam

masyarakat.

xx

Page 21: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

Dalam keadaan berat :

Tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva.

Konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut.

Orang tua mengeluh mata anaknya tampak bersisik

4. Xerosis kornea = X2

Tanda-tanda :

Kekeringan pada konjungtiva berlanjut sampai kornea.

Kornea tampak suram dan kering dengan permukaan tampak kasar.

Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan menderita, penyakit

infeksi dan sistemik lain)

5. Keratomalasia dan ulcus kornea = X3A, X3B

Tanda-tanda :

Kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus.

Tahap X3A : bila kelainan mengenai kurang dari 1/3 permukaan kornea.

Tahap X3B : Bila kelainan mengenai semua atau lebih dari 1/3

permukaan kornea.

Keadaan umum penderita sangat buruk.

Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea (kornea pecah)

Keratomalasia dan tukak kornea dapat berakhir dengan perforasi dan

prolaps jaringan isi bola mata dan membentuk cacat tetap yang dapat

menyebabkan kebutaan. Keadaan umum yang cepat memburuk dapat

mengakibatkan keratomalasia dan ulkus kornea tanpa harus melalui

tahap-tahap awal xeroftalmia.

6. Xeroftalmia scar (XS) = sikatriks (jaringan parut) kornea

Kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengecil.

Bila luka pada kornea telah sembuh akan meninggalkan bekas berupa

sikatrik atau jaringan parut.

Penderita menjadi buta yang sudah tidak dapat disembuhkan

walaupun dengan operasi cangkok kornea.

7. Xeroftalmia Fundus (XF)

Dengan opthalmoscope pada fundus tampak gambar seperti cendol

xxi

Page 22: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

2.7. Factor yang Mempengaruhi Terjadinya Xeroftalmia

2.7.1. Faktor Sosial budaya dan lingkungan dan pelayanan kesehatan

a. Ketersediaan pangan sumber vitamin A

b. Pola makan dan cara makan

c. Adanya paceklik atau rawan pangan

d. Adanya tabu atau pantangan terhadap makanan tertentu terutama yang

merupakan sumber Vit A.

e. Cakupan imunisasi, angka kesakitan dan angka kematian karena

penyakit campak dan diare

f. Sarana pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau

g. Kurang tersedianya air bersih dan sanitasi lingkungan yang kurang

sehat

h. Keadaan darurat antara lain bencana alam, perang dan kerusuhan

2.7.2. Faktor Keluarga

a. Pendidikan :

Pendidikan orang tua yang rendah akan berisiko lebih tinggi

kemungkinan anaknya menderita KVA karena pendidikan yang rendah

biasanya disertai dengan keadaan sosial ekonomi dan pengetahuan gizi

yang kurang.

b. Penghasilan :

Penghasilan keluarga yang rendah akan lebih berisiko mengalami

KVA Walaupun demikian besarnya penghasilan keluarga tidak

menjamin anaknya tidak mengalami KVA, karena harus diimbangi

dengan pengetahuan gizi yang cukup sehingga dapat memberikan

makanan kaya vitamin A.

c. Jumlah anak dalam keluarga

Semakin banyak anak semakin kurang perhatian orang tua dalam

mengasuh anaknya.

d. Pola asuh anak.

Kurangnya perhatian keluarga terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak seperti pasangan suami istri (pasutri) yang bekerja

dan perceraian.

2.7.3. Faktor individu

a. Anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BB < 2,5 kg).

xxii

Page 23: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

b. Anak yang tidak mendapat ASI Eksklusif dan tidak diberi ASI sampai

usia 2 tahun.

c. Anak yang tidak mendapat MP-ASI yang cukup baik kualitas maupun

kuantitas

d. Anak kurang gizi atau dibawah garis merah (BGM) dalam KMS.

e. Anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, Tuberkulosis

(TBC), Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), pneumonia dan

kecacingan.

f. Frekuensi kunjungan ke posyandu, puskesmas/pelayanan kesehatan

(untuk mendapatkan kapsul vitamin A dan imunisasi).

2.8. Penatalaksaan

2.8.1. Pencegahan Xeroftalmia

Prinsip dasar untuk mencegah xeroftalmia adalah memenuhi

kebutuhan vitamin A yang cukup untuk tubuh serta mencegah penyakit

infeksi terutama diare dan campak. Selain itu perlu memperhatikan

kesehatan secara umum.

Berikut beberapa langkah untuk mencegah Xeroftalmia:

1. Mengenal tanda-tanda kelainan secara dini

2. Bagi yang memiliki bayi dan anak disarankan untuk mengkonsumsi

vitamin A dosis tinggi secara periodik, yang didapatkan umumnya

pada Posyandu terdekat.

3. Segera mengobati penyakit penyebab atau penyerta

4. Meningkatkan status gizi, mengobati gizi buruk

5. Memberikan ASI Eksklusif

6. Ibu nifas mengkonsumsi vitamin A (<30 hari) 200.000 SI

7. Melakukan Imunisasi dasar pada setiap bayi

2.8.2. Pengobatan

Pengobatan xeroftalmia adalah sebagai berikut;

xxiii

Page 24: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

a. Berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral atau 100.000 IU Vitamin A

injeksi.

b. Hari berikutnya, berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral

c. 1 – 2 minggu berikutnya, berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral

d. Obati penyakit infeksi yang menyertai

e. Obati kelainan mata, bila terjadi

f. Perbaiki status gizi

2.9. Pemeriksaan fisik

Dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda atau gejala klinis dan menentukan

diagnosis serta pengobatannya, terdiri dari :

a. Pemeriksaan umum

dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit yang terkait langsung

maupun tidak langsung dengan timbulnya xeroftalmia seperti gizi buruk,

penyakit infeksi, dan kelainan fungsi hati.

Yang terdiri dari :

Antropometri

Pengukuran berat badan dan tinggi badan

Penilaian Status gizi

Apakah anak menderita gizi kurang atau gizi buruk Bila BB/TB : > -3 SD

- < -2 SD, anak menderita gizi kurang atau kurus Bila BB/TB : £ 3, anak

menderita gizi buruk atau sangat kurus.

Periksa matanya apakah ada tanda-tanda xeroftalmia.

Kelainan pada kulit : kering, bersisik.

b. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan mata untuk melihat tanda Xeroftalmia dengan menggunakan

senter yang terang. (Bila ada, menggunakan loop.)

Apakah ada tanda kekeringan pada konjungtiva (X1A)

Apakah ada bercak bitot (X1B)

Apakah ada tanda-tanda xerosis kornea (X2)

Apakah ada tanda-tanda ulkus kornea dan keratomalasia (X3A/X3B)

xxiv

Page 25: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

Apakah ada tanda-tanda sikatriks akibat xeroftalmia (XS)

Apakah ada gambaran seperti cendol pada fundus oculi dengan

opthalmoscope (XF).

2.10. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnose

kekurangan vitamin A, bila secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda khas

KVA, namun hasil pemeriksaan lain menunjukkan bahwa anak tersebut

risiko tinggi untuk menderita KVA.

Peneriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan serum retinol. Bila

ditemukan serum retinol < 20 ug/dl, berarti anak tersebut menderita KVA

sub klinis.

Pemeriksaan laboratorium lain dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit

lain yang dapat memperparah seperti pada :

pemeriksaan darah malaria

pemeriksaan darah lengkap

pemeriksaan fungsi hati

pemeriksaan radiologi untuk mengetahui apakah ada pneumonia atau

TBC

pemeriksaan tinja untuk mengetahui apakah ada infeksi cacing serta

pemeriksaan darah yang diperlukan untuk diagnosa penyakit penyerta.

Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan di Puskesmas, Rumah

Sakit/Labkesda atau BKMM, sesuai dengan ketersediaan sarana

laboratorium.

xxv

Page 26: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA MEDIS

XEROPTALMIA

3.1. Pengkajian Keperawatan

Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :

3.1.1. Biodata pasien

a. Identitas Pasien

Nama anak

Umur anak

Jenis kelamin

Jumlah anak dalam keluarga

Jumlah anak balita dalam keluarga

Anak ke berapa

Berat Lahir : Normal/BBLR

Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien

baik secara fisik maupun psikologis biasanya xeropthalmia akan

menyerang pada kelompok umur bayi usia 6 – 11 bulan dan balita pada

usia 1 – 5 tahun

xxvi

Page 27: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

Jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui

hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit,

Tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien

tentang masalahnya/penyakitnya, biasnya tingkat pengetahuan yang

rendah akan mempengaruhi resiko terjadinya penyakit.

Biasanya xeropthalmia terjadi pada daerah pengungsian dan

derah yang kurang kandungan vitamin A nya biasnya daerah yang

kekeringan.

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama ayah/ibu

Alamat/tempat tinggal

Pendidikan

Pekerjaan

Status Perkawinan

3.1.2. Keluhan Penderita

a. Keluhan Utama

Pasien akan mengeluh biasanya penglihatn rabun atau Ibu mengeluh

anaknya tidak bisa melihat pada sore hari (buta senja) atau ada

kelainan pada matanya. Kadang-kadang keluhan utama tidak

berhubungan dengan kelainan pada mata seperti demam.

b. Keluhan Tambahan

Tanyakan keluhan lain pada mata tersebut dan kapan terjadinya ?

Upaya apa yang telah dilakukan untuk pengobatannya ?

3.1.3. Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya

Apakah pernah menderita Campak dalam waktu < 3 bulan ?

Apakah anak sering menderita diare dan atau ISPA ?

Apakah anak pernah menderita Pneumonia ?

Apakah anak pernah menderita infeksi cacingan ?

Apakah anak pernah menderita Tuberkulosis ?

3.1.4. Riwayat kesehatan keluarga

xxvii

Page 28: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

Keluarga ada yang menderita penyakit yang sama atau penyakit yang

lainnya.

3.1.5. Riwayat tumbuh kembang

a. Tahap pertumbuhan

Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram

mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada

rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5

tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan

berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam

senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun )

x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm,

4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia

ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung

bertambah tinggi.

b. Tahap perkembangan.

Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa

bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika

anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan

menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang

menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.

Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase

oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak

berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat

dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke

ayahnya ).

Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap

preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase

pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum

sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan

magical thinking.

Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai

melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi,

xxviii

Page 29: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan

peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.

Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan

keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah untuk

menghindari hukuman.

vi. Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik,

jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin,

membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.

Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation –

Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya

terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi

perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak

protes.

Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari

2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata

menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti

binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat

menerima atau memberikan perintah sederhana.

Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan

permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa

orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa

dia mempunyai lingkungan luar.

Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain

yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan

pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat,

berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.

3.1.6. Riwayat imunisasi

Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap

antara lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

3.1.7. Riwayat nutrisi

Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan

kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan

berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.

xxix

Page 30: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

Status Gizi

Klasifikasinya sebagai berikut :

Gizi buruk kurang dari 60%

Gizi kurang 60 % - <80 %

Gizi baik 80 % - 110 %

Obesitas lebih dari 120 %

3.1.8. Dampak Hospitalisasi

Sumber stressor :

1. Perpisahan

a. Protes : pergi, menendang, menangis

b. Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi

c. Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi

3.1.9. Riwayat pola makan anak

Apakah anak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?

Apakah anak mendapatkan MP-ASI setelah umur 6 bulan ?

Bagaimana cara memberikan makan kepada anak : Sendiri / Disuapi.

3.1.10. Aktivitas/istirahat

Gejala: perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan

penglihatan khususnya pada senja hari.

3.1.11. Neurosensori

Gejala: gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas) khuisusnya pada sore

hari, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat, perubahan

respons biasanya terhadap rangsangan.

Tanda: kekeringan pada konjungtiva bulbi

Bagian mata putih timbul bercak seperti buih sabun, kering,

kusam, tegang dan keriput.

Bagian mata hitam menjadi kering, kusam, keruh, keriput, dan

timbul bercak yang mengganggu penglihatan.

3.1.12. Nyeri/kenyamanan

xxx

Page 31: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

Gejala: ketidaknyamanan ringan/mata kering, sakit kepala

3.1.13. Integritas Ego

Gejala: peningkatan kepekatan atau kegelisahan

Tanda: cemas, marah, depresi

Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dalam membuat keputusan,

ketakuta dan ragu-ragu.

3.1.14. Interaksi sosial

Gejala: perasaan isolasi/penolakan

Perasaan kesepian

Ketidakamanan dalam situasi sosial

Menggambarkan kurang hubungan yang berarti

Tanda: keinginan terhadap kontak lebih banyak dengan orang lain

Kontak mata buruk

3.1.15. Pemeriksaan diagnostic

a. Tes adaptasi gelap

b. Kadar vitamin A darah (kadar <200 mg/200 ml menunjukkan kurang

intake.

3.2. Pengelompokan Data

A. Data Objektif

Kekeringan pada konjungtiva bulbi

Bagian mata putih tinbul bercak seperti buih sabun, kering, kusam,

tegang dan keriput

Bagian mata hitam menjadi kering, kusam, keruh, keriput dan timbul

bercak yang mrngganggu pengelihatan

xxxi

Page 32: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

Peningkatan kepekatanatau kegelisahan

Isolasi dan penolakan

Ketidak inginan terhadap kontak lebih banyak dengan orang lain

Kontak mata buruk

B. Data subjektif

Keluhanperubahan pengelihatan pada senja hari

Perubahan respon biasanya terhadap rangsangan

Tidak bisa memfokuskan kerja dengan dekat

Ridal suka mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah

Ketik nyamanan ringan/mata kering

Cemas,marah, defresi, ketakutan dan ragu-ragu

Perasaan kesepian

Ketidak amanan dal;am situasi sosial

3.3. Analisa Data

Data Penyebab Masalah

DS:

-perubahan respon

biasanya terhadap

rangsang

DS:

-menurunnya

ketajaman/gangguan

pengelihatan

Defisiensi vit.A

Kekeringan pada retina

Influs yang masuk tidak

dapat ditangkap dengazn

baik oleh retina dan di

teruskan ke saraf optic

Gangguan adaptasi

gelap

Ganggguan sensori-

persepsi penglihatan

DS:

-mata hitam menjadi

kering, kusam, keriput dan

Devisit vit.A Resiko tinggi terhadap

cedera

xxxii

Page 33: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

timbul brcak yang

mengganggu penglihatan

DO:

-keluhan perubahan

penglihatan pada senja

hari

Perubahan penglihatan

pada senja hari

DS:

-ketakutan

-ragi-ragu

DO:

-menyatakan masalah

tentang perubahan hidup

Devisit vit.A

Imflus yang masuk tidak

dapat di tangkap dengan

baik oleh retina dan

diteruskan ke saraf optic

Perubahan penglihatan

pada senja hari

Ancaman kehidupan

Ansietas

3.4. Diagnosa dan Intervensi

1. Gangguan sensori-persepsi penglihatan

Berhubungan dengan:

- gangguan penerimaan sensori/status organ indra

- lingkungan secara terapeutik dibatasi

Ditandai dengan:

- menurunnya ketajaman,gangguan penglihatan

- perubahan respons biasanya terhadap rangsang

Plaining

tujuan:sensori-perseptual:penglihatan tidak mengalami perubahan dengan

criteria:

- meningkatnya ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu

- mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan

- mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalm linkungan.

xxxiii

Page 34: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

Intervefensi atau tindakan

1. Kaji ketajaman penglihatan

Rasional: untuk mengetahui ketajaman penglihatan klien dan member

penglihatan menurut ukuran yang baku.

2. Dorong menegkspresikan perasaan tentang kehilangan atau

kemungkinan kehilangan penglihatan.

Rasional : sementara intervensi dini mencegah kebutaan, psien

menghadapi kemungkinan kehilangan penglihatan sebagian atau

total.meskipun kehilangan penglihatan telah terjadi tidak dapat

diperbaiki meskipun dengan pengobatan kehilangan lanjut dapt dicegah.

3. Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani keterbatasan

penglihatan.

Contoh: kurangikekacauan, atur perabot,perbaiki sinar yang suram dan

masalah penglihatan malam.

Rasional: menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan

lapang pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil

terhadap sinar lingkungan.

4. Kolaborasi

a. Test adaptasi gelap

Rasional : untuik mengetahui adanya kelainan atau abnormalitas dari

ffungsi penglihatan klien.

b. Pemeriksaan kadar vitamin A dalam darah.

Rasional: untuk mengetahui keadaan defisiensi keadaan vitamin A

dalama darah sebagai pemicu terjadinya penyakit xeroftalmia.

c. Pemberian obat sesuai indikasi :

Pemberian vitamin A dalam dosis terapeutik yaitu vitamin A oral

50.000 – 75.000 IU/kg BB tidak lebih dari 400.000 -500.000 IU.

Rasional : pemberian vitamin A dosis terapeutok dapat mengatasi

gangguan penglihatan tahap dini. Dengan memlberikan dosis

vitamin secara teratur dapat mengembalikan perubahan

penglihatan pada mata.

Pengobatan kelaina pada mata

o stadium I : tanpa pengobatan

xxxiv

Page 35: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

o stadium II : berikan AB

o stadium III : berikan sulfa atropine 0,5% ,tetes mata pada

anak atau SA 4% pada orang dewasa.

Rasional: mengembalikan ke fungsi penglihatan yang baik

dan mencegah terjadinyakomplikasi lebih lanjut.

2. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan

penglihatan ditandai dengan:

- mata hitam menjadi kering,kusam, keruh, keriput, dan timbul bercak yang

mengganggu penglihatan.

- keluhan PA penglihatan pada senja hari

Planning

Tujuan: cedera tidak terjadi

Dengan criteria:

-klien dapat mengidentifikasi potensial bahaya dalam

lingkungan.

Intervensi/tindakan

1. Orientasi klien dengan lingkungan sekitarnya

Rasional: meningkatkan pengenalan terhadap lingkungannya.

2. Anjurkan keluarga untuk tidak memberikan mainan kepada klien yang

yang mudah pecah seperti kaca dan benda-benda tajam.

Rasional: menghindari pecahnya alat mainan yang dapat mencedera

klien atas benda tajam yang dapat melukai klien.

3. Arahkan semua alat mainan yang dibutuhkan klien pada tempat yang

sentral dari pandangan klien.

Rational: memfakuskan lapang pandang dan menghindari cedera.

3. Ansietas berhubungan dengan:

- Factor fisiologis

- Perubahan status kesehatan: kemungkinan/kenyataan

- Kehilangan penglihatan

xxxv

Page 36: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

Planning

Tujuan: klien akan mengungkapkan bahwa kecemasan sudah

berkurang/hilang

Dengan criteria:

- Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat

diatasi

- Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah

- Menggunakan sumber secara efektif

Intervensi/Tindakan

1. Kaji tingkat ansietas, timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan

kondisi saat ini.

Rasional: factor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman

diri, potensial siklus ansietas dan dapat mempengaruhi upaya medic

untuk mengontrol terapi yang diberikan.

2. Berikan informaasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan

bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan

penglihatan tambahan

Rasional: menurunkan ansietas sehubungan dengan

ketidaktahuan/harapan yang akan dating dan berikan dasar fakta untuk

membuat pilihan informasi tentang pengobatan.

3. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan

perasaan.

Rasional: memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi

nyata, mengkelarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.

4. Identifikasi sumber/orang yang menolong.

Rasional: meberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam

menghadapi maslah.

3.5. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi.

3.6. Evaluasi Keperawatan

a. Ketajaman penglihatan klien dalam batas normal.

xxxvi

Page 37: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

b. Klien dapat mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap

perubahan.

c. Klien dapat memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

d. Klien dapat menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan

cedera.

e. Klien dapat Menyatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan

pengobatan.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Xerophthalmia Gangguan kekurangan vitamin A pada mata yang

mengakibatkan kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi retina yang

berakibat kebutaan.

Vitamin sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan hidup, tidak hanya

pada fungsi penglihatan tetapi juga pada proses perkembangan yang dimulai

sejak pembentukan embrio. Vitamin A terus diperlukan untuk mempertahankan

diferensiasi sel secara nornal sepanjang hidup. Dapat dipahami pentingnya jika

vitamin A digunakan sepanjang waktu untuk pencegahan dan kontrol penyakit

kanker.

4.2. Saran

Untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan metabolisme dalam tubuh

seseorang sebaiknya mengkonsumsi zat-zat gizi sesuai dengan kecukupannya.

Karena vitamin A mempunyai efek yang kurang baik bagi keseimbangan di

dalam tubuh, baik jika dikonsumsi dalam jumlah yang kurang maupun

berlebihan maka sangat penting untuk dipertimbangkan kembali untuk

mengkonsumsinya dalam jumlah yang berlebih (misalnya dengan suplemen).

xxxvii

Page 38: Asuhan Keperawatan Xeroftalmia (By_Muhammad Ulul AMrie)

DAFTAR PUSTAKA

Hasan,R.2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan

Anak Fakultas Universitas Indonesia.

Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba

Medika.

Ranuh, I.G.N,Dkk. 2001. Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi

Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi

NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.

Staf pengajar ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran UI. 1985. Buku Kuliah Ilmu

Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika

http://duta4diagnosa.blogspot.com/2010/06/asuhan-keperawatan-xeropthalmia.html

http://Blog pada WordPress.com/2010/xeroftalmia.html

http://www.healthnewflash.com/2009/05/xeroftalmia.

http://www.eyemdlink.com/.

http://www.eyescenters.com/.

xxxviii