asuhan keperawatan tn. a dengan gangguan …
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN TN. A DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN
DASAR RASA AMAN DAN NYAMAN : HALUSINASI PENDENGARAN
KELURAHAN SARI REJO MEDAN POLONIA
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
MERIANA SIAGIAN
142500034
PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JUNI 2017
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
i Universitas Sumatera Utara
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia -Nya yang melimpah serta kesehatan dan kesempatan yang
diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul : Asuhan Keperawatan Tn.A Dengan Ganggguan Kebutuhan Aman
Nyaman Pada Halusinasi Pendengaran Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia .
Disusun sebagai persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan diploma bagi
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara , Medan .
Pada kesempatan ini tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Setiawan, S,Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB, selaku Wakil Dekan II
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Siti Saidah Nasution , S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku Wakil Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III
Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku
Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis dengan sabar, dan
memberikan waktunya kepada penulis Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat
selesai tepat waktu
Universitas Sumatera Utara
iii
6. Ibu Jenny Marlindawani Purba, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dosen Penguji
yang dengan sabar telah menguji dan membimbing penulis
7. Ibu Eryunita, S,Kep, Ns, M.Kep, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan program pendidikan
D-III Keperawatan.
8. Seluruh Staf pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan, yang telah memberikan ilmu dan nasehat kepada penulis selama di
bangku perkuliahan.
9. Teristemewa kepada orang tua saya tercinta dan ketiga saudara kandung saya
yaitu Erick Fernando Siagian, ST, Triani Laurenza Siagian, dan Willy
Cardero Siagian yang tidak pernah menyerah dalam memotivasi saya dalam
bentuk nasehat, dorongan dan doa.
10. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan khususnya Teman-teman Program Studi D-III Keperawatan Stambuk
2014, terimakasih atas doa, dukungan dan kebersamaannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa dalam Penulisan Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kata sempurna, dan diharapkan ada kritikan yang membangun, penulis
berharap kiranya karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa Senantiasa melimpahkan rahmatnya dan
karuniaNYA bagi kita semua
Medan, 21 Juli 2017
Penulis
Meriana Siagian
Universitas Sumatera Utara
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 4
1.3 Manfaat ................................................................................................... 5
BAB 2 PENGELOLAAN KASUS .............................................................. 6
2.1 Konsep Dasar Aman Nyaman ................................................................. 6
2.1.1 Defenisi Aman Nyaman .............................................................. 6
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aman dan Nyaman ............ 7
2.1.3 Defenisi Halusinasi Pendengaran ................................................ 11
2.1.4 Jenis Halusinasi ........................................................................... 12
2.1.5 Penyebab Halusinasi ................................................................... 12
2.1.6 Tanda dan Gejala Halusinasi ....................................................... 15
2.1.7 Fase-Fase Halusinasi ................................................................... 16
2.1.8 Faktor-Faktor Halusinasi ............................................................. 19
2.1.9 Penatalaksanaan .......................................................................... 21
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ....................................................... 24
2.1.1 Pengkajian ................................................................................... 24
2.1.2 Analisa Data ................................................................................ 29
2.1.3 Rumusan Masalah ....................................................................... 31
2.1.4 Perencanaan ................................................................................. 31
2.3 Asuhan Keperawatan Kasus................................................................... 34
2.3.1 Pengkajian ................................................................................... 34
2.3.2 Analisa Data ................................................................................ 41
2.3.3 Rumusan Masalah ....................................................................... 41
2.3.4 Perencanaan dan Rasional ........................................................... 42
2.3.5 Implementasi dan Evaluasi.......................................................... 44
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 49
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 49
3.2 Saran ....................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 50
LAMPIRAN .................................................................................................. 51
Lampiran 1: Catatan Perkembangan
Lampiran 2 : Lembat Konsultasi
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang
signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat
sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena
skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor
biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah
kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban
negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.
Data Riskesdas (2013), memunjukkan prevalensi ganggunan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk
usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah
penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000
penduduk.
Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di indonesia terdapat di daerah khusus
Pasien dengan halusinasi jika tidak segera ditangani akan memberikan dampak
yang buruk bagi penderita, orang lain, ataupun lingkungan disekitarnya, karena
pasien dengan halusinasi akan kehilangan kontrol dirinya. Pasien akan mengalami
panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya, pada situasi ini pasien
dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide), bahkan
merusak lingkungan. Untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan dibutuhkan
peran perawat yang optimal dan cermat untuk melakukan pendekatan dan
Universitas Sumatera Utara
2
membantu klien memecahkan masalah yang dihadapinya dengan memberikan
penatalaksanaan untuk mengatasi halusinasi. Penatalaksanaan yang diberikan
antara lain meliputi farmakologis dan non-farmakologis. Penatalaksanaan
farmakologis antara lain dengan memberikan obat-obatan antipsikotik. Adapun
penatalaksanaan non-farmakologis dari halusinasi dapat meliputi pemberian
terapi-terapi modalitas (Direja, 2011).
Seseorang yang menderita halusinasi pendengaran cenderung mengalami
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan aman nyamn. Dimana penderita
halusinasi akan mendengar suara-suara yang mengajak bercakap-cakap
mendengar suara yang memerintah melakukan sesuatu yang berbahaya, tertawa
sendiri dan marah-marah tanpa sebab. Hal ini yang membuat gangguan dalam
kebutuhan aman nyaman dapat menyebabkan bahaya pada kenyamanan fisik,
kenyamanan lingkungan atau tempat, kenyaman psikospiritual, dan kenyamanan
sosiokultural (Dalami, 2010).
Gangguan kejiwaan merupakan masalah klinis dan sosial yang harus
diatasi karena sangat meresahkan masyarakat baik dalam bentuk dampak
penyimpangan prilaku maupun semakin tinginya jumlah penderitahan gangguan
jiwa. Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita
dan keluarganya. Semakin tinggi nya persaingan dan tuntutan dalam memenuhi
kebutuhan dapat menyebabkan seseorang mengalai stres merasa tertekan.
Kebutuhan dapat menyebabkan seseorang mengalami strees maka ia akan
cenderung mengalami atau menujukan gejala gangguan kejiwaan sehingga ia
menjadi maladaptif terhadap lingkungan. Gangguan atau masalah kesehatan jiwa
yang berupa proses pikir maupun ganguan senori persepsi yang sering adalah
Universitas Sumatera Utara
3
halusinasi. Halusinasi merupakan persepsi tanpa adanya rangsangan apapun
panca indera seseorang yag terjadi pada keadaan sadar. Halusinasi satu gejala
skizofrenia. Skizofrenia merupakan kekacauan jiwa yang serius ditandai dengan
kehilangan kontak pada kenyataan (Erlinafsiah, 2010).
Peran perawat dalam menangani halusinasi di rumah sakit salah satunya
melakukan penerapan standar asuhan keperawatan yang mencakup penerapan
strategi pelaksanaan halusinasi. Strategi pelaksanaan adalah penerapan standar
asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk
mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani. Strategi pelaksanaan pada
pasien halusinasi mencakup kegiatan mengenal halusinasi, mengajarkan pasien
menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul,
melakukan aktivitas terjadwal untuk mencegah halusinasi, serta minum obat
dengan teratur (Akemat dan Keliat, 2010).
Sedangkan dari data yang di dapat di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan di
ruangan kenanga dan cempaka terdapat 24 pasien , terbagi : halusinasi
pendengaran berjumlah 17 pasien (70,8 % ), isolasi sosial : menarik diri dan
halusinasi pendengaran sebanyak 1 pasien (4,16%), defisit perawatan diri dan
halusinasi pendengaran berjumlah 3 pasien (12,5%), perilaku kekerasan berjumlah
1 pasien (4,16%), halusinasi pendengaran dan perilaku kekerasan 2 kasus (
8,33%).
Halusinasi adalah kemapuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi
atau pendapat tentang ligkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata
sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang
Universitas Sumatera Utara
4
berbicara sehingga tidak dapa memenuhi kebutuhan aman nyaman (Dalami,
2010). Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow dalam. kebutuhan menyatakan
bahwa setiap manusia memiliki 5 kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologi,
keamanan, cinta, harga diri dan aktualisasi diri (Mubarak, 2007)
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan Karya Tulisan Ilmiah ini agar mahasiswa
memperoleh pengalam nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan Tn. A dengan masalah kebutuhan aman nyaman pada halusinasi
pendengaran di Sari Rejo Medan Polonia.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan
kebutuhan aman nyaman pada halusinasi pendengaran
2. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien pada
halusinasi pendengaran
3. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
gangguan masalah kebutuhan aman nyaman pada halusinasi pendengaran
4. Mahasiswa mampu meleksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
gangguan kebutuhan aman nyaman pada halusinasi pendengaran
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
gangguan masalah kebutuhan aman nyaman pada halusinasi pendengaran.
Universitas Sumatera Utara
5
1.3 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir dapat memberikan manfaat:
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Dapat menjadi refresi bagi institusi pendidikan keperawtan dalam
memberikan asuhak keperawatan masalah perawatan aman nyaman pada
halusinasi pendengaran.
2. Bagi Klien
Dapat memberikan informasi tentang asuhan keperawatan dengan perioritas
masalah kebutuhan aman nyaman pada halusinasi pendengaran.
3. Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan dengan perioritas
kebutuhan aman nyaman pada halusinasi pendengaran.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB 2
PENGOLAHAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Aman Nyaman
2.1.1 Defenisi Aman Nyaman
Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologi (Potter &
Perry, 2006). Perawat harus mengkaji bahaya yang mengacam keamanan klien
dan lingkungan, dan selanjut nya melakukan intervensi yang diperlukan. Dengan
melakukan hal ini, maka perawat adalah orang yang perperan aktif dalam usaha
pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, dan peningkatan kesehatan. Ketika
kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa
aman mulai muncul. Keaadaan aman, stabilitas, proteksi dan keteraturan akan
menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi ,maka akan timbul rasa
cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutahan lainnya.
Menurut Potter dan Perry (2006), mengatakan keyamanan atau rasa aman
adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
akan keteraman (suatu kepuasaan yang menngkatkan penanmpilan sehari-hari),
kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden keadaan tentang sesuatu
melebihi masalah).
Kenyaman di pandang secara holistik, yaitu :
1. Fisik berhubungan dengan sensasi tubuh.
2. Sosial berhubungan dengan hubungan interpersonal keluarga dan sosial
3. Psikospritual berhungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang
meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan
Universitas Sumatera Utara
7
4. Lingkungan berhungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia
seperti cahaya, buyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah
memberikan kekuatan harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan.
Secara umum dalam aplikasinya.
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aman dan Nyaman
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan,
antara lain: (Yusuf, 2015)
1. Emosi kecemasan, depresi, dan marah yang tidak terkendali akan mudah
terjadi dan mempengaruhi keamanan dan kenyaman
Kecemasan adalah emosi perasaan yang timbul sebagai respon awal terhadap
stress psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti bagi individu
(Imam Zainuri, 2016)
Gejala-gejala kecemasan menurut Iman Zainuri (2016), yaitu :
Respon Fisiologi Respon Perilaku Respon Kognitif Respon Afektif
1. Kardivaskuler
Palpitasi
Jantung
berdebar
Rasa mau
pingsan
Tekanan
darah
menurun,
nadi menurun
2. Respirasi
Nafas cepat
Pernafasan
dangakal
Rasa tertekan
pada dada dan
tercekik
Terengah-
engah
Gelisah
Ketegangan
fisik
Tremor
Gugup
Bicara cepat
Tidak dapat
koordinasi
Kecendrungan
mendapat
cidera
Menarik diri
Menghindar
Hiperventilasi
Melarikan diri
dari masalah
Perhatian
terganggu
Konsentrasi
hilang
Pelupa
Salah
penilaian
Blocking
Menurunnya
lahan persepsi
Kreaktifitas
menurun
Produktifitas
menurun
Bingung
Sangat
waspada
Mudah
terganggu
Tidak sabar
Tegang
Takut
berleihan
Teror
Gugup yang
luar biasa
Nervous
Universitas Sumatera Utara
8
3. Neuromuskuler
Peningkatan
refleks
Mata
berkedip-
kedip
Insomnia
Gelisah
Wajah tegang
Kelemahan
secara umum
4. Gastroinstestinal
Kehilangan
nafsu makan
Menolak
makanan
Rasa tidak
nyaman pada
abdomen
Rasa tidak
nyaman pada
episgastrium
Nausea, diare
5. Saluran kemih
Tidak dapat
menahan
BAB
Tidak dapat
menahan
BAK
Nyeri saat
BAK
6. Integumen
Rasa terbakar
pada wajah
Berkeringat
setempat
(telapak
tangan)
Gatal-gatal
Perasaan
panas dan
dingin pada
kulit
Muka pucat
berkeringat
seluruh tubuh
Hilang
objektifitas
Takut
kecelakaan
dan mati
Universitas Sumatera Utara
9
Karakiteristik tingkat kecemasan menurut Imam Zainuri 2016 yaitu
Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Panik
1. Tingkah laku
Duduk
dengan
tenang,
posisi
relaks
Isi
pembicar
aan tetap
2. Afektif
Kurang
perhatian
Nyaman
dan aman
3. Kognitif
Mampu
konsentra
si
4. Fisiologis
Nafas
pendek
Nadi
meningk
at
Gejala
ringan
pada
lambung
1. Tingkah laku
Tremor halus
Pada tangan
Tidak dapat
duduk dengan
tenang
Banyak
bicaradan
intonasi cepat
Tekanan
suara
meningkat
secara
intermitten
2. Afektif
Perhatian
terhadap apa
yang terjadi
Khawatir,
nervous
3. Kognitif
Lapangan
persepsi
menyempit
Kurang
mampu
memusatkan
perhatian
pada faktos
yang penting
Kurang sadar
pada detail
disekitar yang
berkaitan.
4. Fisiologis
Nafas pendek
HR
meningkat
Mulut kering
Anoreksia
Diare,
kontipasi
Tidak mampu
relaks
Susah tidur
1. Tingkah laku
Pergerakan
menyentak
saat
gunakan
tangan
Banyak
bicara
Kecepatan
bicara
meningkat
cepat
Tekanan
meningkat,
volume
suara keras
2. Afektif
Tidak
adekuat,
tidak aman
Merasa
tidak
berguna
Takut
terhadap
apa yang
akan terjadi
Emosi
masih dapat
dikontrol
3. Kognitif
Lapangan
persepsi
sangat
sempit
Tidak
mampu
membuat
kaitan
Tidak
mampu
membuat
masalh
secara luas
4. Fisiologis
1. Tingkah laku
Tidak
mampu
mengendali
kan
motorik
Kasar
Aktifikas
yang
dilakukan
tidak
bertujuan
Pembicaraa
n sulit
dimengerti
Suara
meninggi
dan
berteriak
2. Afektif
Merasa
kaget,
terjebak,
ditakuti,
dan teroro
3. Kognitif
Persepsi
menyempit
Berfikir
tidak
teratur
Sulit
membuat
keputusan
dan
penilaian
4. Fisiologis
Nafas
pendek
Terasa
tercekik
atau
tersumbat
Nyeri dada
Gerak
Universitas Sumatera Utara
10
Nafas
pendek
Nausea
Gelisah
Respon
terkejut
berlebihan
Ekspresi
takut
Badan
bergetar
involunter
Tubuh
bergerak
Ekspresi
wajah
mengerikan
2. Status mobilisasi keterbatasan aktivitas, paralisis,kelemahan otot, dan
kesadaran menurut memudahkan terjadinya resiko injury menyebabkan klen
selalu merasa tidak aman dalam beraktivitas dan tidak nyaman dengan
keterbatasan fisik yang dialaminya
3. Gangguan persepsi sensori mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang
berbahaya seperti gangguan penciuman, pendengaran dan penglihatan yang
lebih sering tidak nyata menimbulkan rasa tidak nyaman saat gangguan
datang.
4. Keadaan imunitas gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang
sehingga mudah terserang penyakit
5. Tingkat kesadaran pada pasien koma, respon akan menurun terhadap
rangsanganya paralisis, disorientasi dan kurang tidur
6. Informasi atau komunikasi gangguan kominikasi seperti aphasia atau tidak
dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan
7. Gangguan tingkat pengetahuan kesadaraan akan terjadi gangguan
keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya
8. Pengguanaan antibiotik yang tidak rasioanal, antibiotik dapat menimbulkan
resistensi dan anafilaktik syok.
Universitas Sumatera Utara
11
9. Status nutrisi keadaan nutrisi yang kurang menimbulkan kelemahan dan
mudah menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya kelebihan nutrisi
berisiko terhadap penyakit tertentu
10. Usia perbedaan usia membedakan akibat yang terjadi dari apa yang dilakukan
11. Jenis kelamin secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam berspon terhadap tingkat kenyamanannya
12. Kebudayaan keyakianan dan nilai-nilai kebudayan mempengaruhi cara
individu meningkatkan dan mengatasi kenyamanan dala hidupnya
2.1.3 Defenisi Halusinasi Pendengaran
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata, artinya klien mengetripestasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa
stimulus/rangsangan dari luar (Stuart, 2007). Halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsanga eksternal (dunia luar) . klien memberi persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang bebicara (Dalami, 2010).
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi yang salah tanpa
dijumpai adanya rangsangan dari luar (Yosep, 2011). Menurut Direja, (2011)
halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Sedangkan
halusinasi menurut Keliat dan Akemat (2010), adalah suatu gejala gangguan jiwa
pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan
sensasi palsu berupa penglihatan, pengecapan, perabaan penghiduan, atau
pendengaran.
Universitas Sumatera Utara
12
2.1.4 Jenis Halusinasi
Tabel berikut ini memuat jenis halusinasi, dan objektif dan subjektif yang
bisa di dapatkan bardasarkan pengkajian yaitu:
Jenis Halusinasi Data subjektif Data Objektif
Halusinasi
Pendengaran
Bicara atau Tertawa
sendiri, marah-marah
tanpa sebab,
menyedangkan telinga ke
arah tertentu, menutup
telinga
Mendengar suara-suara
atau kegadungan,
mendengar suara-suara
yang mengajak bercakap
cakap, mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke arah
tertentu, ketakutan pada
sesuatu yang tidak jelas
Melihat bayangan, sinar,
bentuk geometris, bentuk
kartoon, melihat hantu
atau monster
Halusinasi
penghidungan
Menghidung seperti
sedang membau-baui,
bau-bauan tertentu,
menutup hidung
Membaui bau-bauan
seperti bau darah, urin,
feses, kadang- kadang
bau itu menyenangkan
Halusinasi pengecapan Sering meludah, muntah Merasakan rasa seperti
darah, urin dan feses
Halusinasi perabaaan Mengaruk-ngaruk
permukaan kulit
Mengatakan ada serangga
di permukaaan kulit,
merasa seperti tersengat
listrik
2.1.5 Penyebab Halusinasi
1. Faktor predisposisi
Menurut Yosep (2009), faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi
adalah:
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress
Universitas Sumatera Utara
13
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkunganya.
c. Faktor Biokimia
Mempuyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya steres
yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivitasnya neutrotransmitter otak.
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjikan oleh penelitian yang berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perembangan skizofrenia.lesi pada daerah frontal.
Temporal dan limbik berhubungan dengan prilaku psikotik.
2) Beerapa zat kimia di otak seperti dopamin neutroransmitter yang
belebihan dan masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitakan
dengan terjadinya skizoprenia
3) Pemasaraan vertikal pada dan penurunan masa kortotikal
menunjukkan terjadi atropi yang signifikan pada otak manusia pada
anotomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran
lateral atropi koeteks bagian depan dan atropi atak kecil (cerebellum)
temukan kelain anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-
mortem)
Universitas Sumatera Utara
14
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam
nyata menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menjunjukan
bahwa fakor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatakan ketidakmampuan untu secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan
b. Stress lingkungan
Ambang tolenrasi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadi gangguan perilku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
Universitas Sumatera Utara
15
2.1.6 Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut Hamid yang dikutip Jallo (2008), dan menurut Keliat dikutip oleh
Syahbana (2009), prilaku pasein yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai
berikut:
1. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri
2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,dan respon
verbal yang lambat
3. Menarik diri dari orang lain dan berusaha untuk menghindari diri dari orang
lain
4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyaya dan keadaan yang tidak
nyata
5. Terjadi peningkatan denyut jantu
6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya
7. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya),
dan takut
8. Sulit berhubungan dengan orang lain
9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
10. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
11. Tampak tremor dan berkeringat, prilaku panik, agitasi dan katatong,
pernapasan dan tekanan darah
Universitas Sumatera Utara
16
2.1.7 Fase-Fase Halusinasi
Fase / Tahap Karakteristik Prilaku klien
Fase 1 : Comforting
Menyenangkan
atau memberikan
rasa aman
Tingkat ansietas
sedang secara
umum halusinasi
merupakan suatu
kesenaangan
Mengalami ansietas
kesepian rasa bersalah
dan ketakutan.
Mencoba berfokus
pada pikiran yang
dapat menghilangkan
ansietas
Pikiran dan
pengalaman sensori
masalah ada dalam
kontrol kesadaran Non
psikotik
Tertawa/tersenyum tidak
sesuai
Mengerakan bibir tanpa suara
Pergerakan mata yang cepat
Respon verbal yang lambat
Diam dan dipenuhi sesuatu
yang mengasyikan
Fase II : Condeming
halusinasi menjadi
menjijikan
Menyalahkan
Tingkat
kecemasan berat
secara umum
halusinasi
meyebabkan rasa
antipati
Pengalaman sensorik
menakutkan
Merasa dilecehkan
oleh alam sensorik
tersebut.
Mulai merasa
kehilangan kontrol
MD dari orang lain
Non psikotik
Ansietas terjadi peningkatan
denyut jantung RR dan TD
Perhatian dengan lingkungan
kurang
Penyimpitan kemampuan
konsentrasi
Kehilangan kemampuan
konsentarasi
Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi
dengan realita
Fase III : Controling
Tingkat
kecemasan berat
Mengkontrol/
mengendalikan
Pengalaman
sensorik
(halusinasi) tidak
dapat di tolak lagi
Klien meyerahkan dan
menerima pengalaman
sendiri (halusinasi)
Isi halusinasi menjadi
atraktif
Kesepian bila
pengalaman sensorik
berakhir psikotik
Perintah halusinasi ditaati
Sulit berhubungan dengan
orang lain
Perhatian terhadap
lingkungan kurang / hanya
beberapa detilk
Gejala fisik ansietas berat :
berkeringatan, tremor,
ketidakmampuan mengikuti
petunjuk
Fase IV : Conquering
Klien panik
Menakutkan
Klien sudah
dikusai oleh
halusinasi
Pengalaman sensorik
menakutkan jika klien
tidak mengikuti
perintah halusinasi
Bisa berlangsung
dalam beberapa jam
atau hari apabila tidak
ada interaksi terapeutik
Psikotik berat
Prilaku panik
Resti mencederai: bunuh diri
/ membunuh orang lain.
Refleksi isi halusinasi amuk,
agitasi menarik diri atau
katatonik
Tidak mampu berespon
terhadap pejuntuk yang
kompleks
Tidak mampu berespon
terhadap lebih dari satu orang
Universitas Sumatera Utara
17
Rentang Respon Halusinasi
Respon Adptif Respon Psikososial Respon
Maladaptif
1. Pikiran logis 1. Kadang-kadang 1. Waham
2. Persepsi akurat proses pikir/terganggu 2. Halusinasi
3. Emosi kosisten dengan 2. Ilusi 3. Kerusakan
proses
Pengalaman 3. Emosi berlebihan emosi
4. Prilaku cocok 4. Prilaku yang tidak biasa 4. Prilaku tidak
5. Hubungan sosial 5. Menarik diri terorganisasi
Harmonis 5. Isolasi sosial
Keterangan gambar :
1. Respon Adaptif adalah respon yang dapat norma-norma sosial budaya yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan tersebut.
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
d. Prilaku sosial adalah sikap dan tingkah yang masih dalam batas
kewajaran
Universitas Sumatera Utara
18
2. Respon psikososial meliputi :
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
b. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera
c. Emosi berlebihan atau berkurang
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain
3. Respon maladaptif
Respon maladaptif respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan. Adapun
maladaptif meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentang dengan kenyataan
sosial
b. Halusinasi merupakan defenisi persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada
c. Kerusakan proses adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
d. Perilaku tidak terorganisasi merupakan suatu yang tidak teratur
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yng dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang negatif mengacam
Universitas Sumatera Utara
19
2.1.8 Faktor-Faktor Halusinasi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya halusinasi, yaitu:
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber dan dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.
Diperoleh dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat
mengikuti faktor perkembangan, sosiokultural biokimia, psikologis dan
genetik. Menurut Yosep (2009), faktor predisposisi yang menyebabkan
halusinasi adalah:
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasein terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasein tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah prustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap
stress.
b. Faktor sosiokoltural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian dsn tidsk percaya pada lingkungannya.
c. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adektif. Hal ini berpengaruh pada
Universitas Sumatera Utara
20
ketidakmampuan pasein dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Pasein lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik
Penelitian menunjukkan bawah anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bawah faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan,seperti partisipasi klien
dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi,objek yang ada
dilingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencitus
terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan
yang meranggsang tubuh mengelurkan zat halusinogenik.
Menurut Stuart dan sundeen yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi
terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak,yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidak mampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
Universitas Sumatera Utara
21
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap sestresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
c. Sumber Koping
Sumber Koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi
stress
2.1.9 Penatalaksanaan
Menurut Townsend (2003), ada 2 (dua) jenis penatalaksanaan yaitu
sebagai berikut:
1. Terapi Farmakologi
a. Haloperidol (HLP)
1) Klasifikasi antipsikotik, neuroleptik, butirofenon
2) Indikasi
Penatalaksanaan psikosis kronik dan akut, pengendalian
hiperaktivitas dan masalah prilaku berat pada anak-anak.
3) Mekanisme kerja
Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipahami
sepenuhnya, tampak menekan SSP pada tingkat subkortikal formasi
reticular otak, mesenfalon dan batang otak.
4) Kontra indikasi
Hipersensitifitas terhadap obat ini pasien depresi SSP dan sumsum
tulang, kerusakan otak subkortikal, penyakit Parkinson dan anak
dibawah usia 3 tahun.
Universitas Sumatera Utara
22
5) Efek samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, mulut kering dan
anoreksia.
b. Chlorpromazin
1) Klasifikasi sebagai antipsikotik, antiemetik.
2) Indikasi
Penanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia, fase mania pada
gangguan bipolar, gangguan skizoaktif, ansietas dan agitasi, anak
hiperaktif yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan.
3) Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja antipsiotik yang tepat belum dipahami sepenuhnya,
namun mungkin berhubungan dengan efek antidopaminergik.
Antipsikotik dapat menyekat reseptor dopamine postsinaps pada
ganglia basal, hipotalamus, system limbik, batang otak dan medula.
4) Kontra Indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi sum-
sum tulang, penyakit Parkinson, insufiensi hati, ginjal dan jantung,
anak usia dibawah 6 bulan dan wanita selama kehamilan dan laktasi.
5) Efek Samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipotensi, ortostatik,
hipertensi, mulut kering, mual dan muntah.
Universitas Sumatera Utara
23
c. Trihexypenidil (THP)
1) Klasifikasi antiparkinson
2) Indikasi
Segala penyakit Parkinson, gejala ekstra pyramidal berkaitan dengan
obat antiparkinson
3) Mekanisme kerja
Mengoreksi ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan kelebihan
asetilkolin dalam korpus striatum, asetilkolin disekat oleh sinaps
untuk mengurangi efek kolinergik berlebihan.
4) Kontra indikasi
Hipersensitifitas terhadap obat ini, glaucoma sudut tertutup,
hipertropi prostat pada anak dibawah usia 3 tahun.
5) Efek samping
Mengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi, mulut kering, mual dan
muntah.
2. Terapi non Farmakologi
a. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok yang sesuai dengan Gangguan Sensori
Persepsi: Halusinasi adalah TAK Stimulasi Persepsi.
b. Elektro Convulsif Therapy (ECT)
Merupakan pengobatan secara fisik menggunakan arus listrik dengan
kekuatan 75-100 volt, cara kerja belum diketahui secara jelas namun
dapat dikatakan bahwa terapi ini dapat memperpendek lamanya serangan
Skizofrenia dan dapat mempermudah kontak dengan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
24
c. Pengekangan atau pengikatan
Pengembangan fisik menggunakan pengekangannya mekanik seperti
manset untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki sprei
pengekangan dimana klien dapat dimobilisasi dengan membalutnya,cara
ini dilakukan pada klien halusinasi yang mulai menunjukan perilaku
kekerasan diantaranya : marah-marah/mengamuk.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi : merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghidungan. Pasien merasakan
stimulus yang tidak sebenarnya tidak ada (Keliat, 2010)
1. Faktor presipitasi
a. Sosial budaya
Teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan dapat meyebabkan terjadi
respon neurobiologis yang maladaptif, misalnya lingkungan yang penuh
dengan kritik (bermusuhan) : kehilangan kemandirian dalam kehidupan :
kehilangan harga diri : kerusakan dalam hubungan interpersonal dan
gangguan dalam gangguan interpersonal, kesepian, tekanan dalam
pekerjaan dan kemiskinan. Teori ini mengatakan bahwa stress yang
menumpuk dapat menunjang terhadap terjadi gangguan psikotik tetapi
tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
Universitas Sumatera Utara
25
b. Biokimia
Dopamine, norepineprin, zat halusinagen dapat menimbulkan persepsi
yang dingin oleh klien sehingga klien cenderung membenarkan apa yang
dikhayal
2. Predisposisi
a. Faktor Biologi
Adanya hambatan dalam perkembangan otak khusus konteks lobus
provital, temporal dan limbik yang disebabkan gangguan perkembangan
dan fungsi susunan saraf pusat. Sehingga menyebabkan hambatan dalam
belajar, berbicara, daya ingat dan mun kin prilaku menarik diri dapat
menyebabkan orang tidak mau bersosialisasi sehingga kemampuan dalam
menilai dan berespon dengan realita dapat hilang dan sulit memberikan
rangsang internal dan eksternal.
b. Faktor psikologis
Halusinasi dapat terjadi pada orang yang mempunyai keluarga
overprotektif, sangat cemas hubungan dalam keluarga yang dingin dan
tidak harmonis, perhatian dengan orang lain yang sangat berlebih
ataupun yang sangat kurang sehingga menyebabkan koping individu
dalam menghadapi stress tidak adaptif
c. Faktor sosial Budaya
Kemiskinan dapat sebagai faktor terjadi halusinasi bila individu
mempunyai koping yang tidak efektif maka ia akan suka berkhayal
menjadi orang hanya dan lama kelamaan
Universitas Sumatera Utara
26
3. Perilaku
Pengkajian pada klien dengan halusinasi perlu ditekanan pada fungsi kognitif
(proses pikir), fungsi, persepsi, fungsi emosi, fungsi metorik dan fungsi
sosial.
a. Fungsi kognitif
Pada fungsi kognitif terjadi perubahan daya ingat, klien mengalami
kesukaran dalam menilai dan menggunakan memorinya atau klien
mengalami daya ingat jangka panjang/pendek klin menjadi pelupa dan
tidak berminat.
1) Cara berpikir magis dan primitif : klien menaggap bahasa diri dapat
melakukan sesuatu yang mustahil bagi orang lain, misalnya dapat
berubah menjadi spiderman. Cara berpikir klien seperti anak pada
tingkat perkembangan anak pra sekolah
2) Perhatian : klien tidak mampu mempertahankan perhatianya atau
mudah teralih, serta konsentrasi buruk, akibatbya mengalami
kesulitan dan berkonsentrasi terhadap tugas
3) Isi pikir : klien tidak mampu memproses stimulus interna dan
eksterna dengan baik sehingga terjadi curiga, siar pikir, sisip pikir,
somatic.
4) Bentuk dan perorganisasi bicara : klien tidak mampu
mengorganisasian peikiran dan menyususn pembicaraan yang logis
derta kohern. Gejala yang sering ditimbulkan adalah kehilangan
asosiasi, kongensial, inkoheren/ neologisme, sirkumfansial, tidak
masuk akal. Hal ini dapat diidentifikasi dari pembicaraan klien yang
tidak relevan, tidak logis bicara yang berbelit.
Universitas Sumatera Utara
27
b. Fungsi Emosi
Emosi digambarkan dengan istilah mood adalah situasi emosi sedangkan
efek adalah mengacu kepada ekspresi yang dapat diamati dalam ekspresi
wajah .Gerakan tangan, tubuh dan nada suara ketika individu
menceritakan perasaannya pada proses neurologis yang maladaptive
terjadi gangguan emosi yang dapat dikaji melelui perubahan efek :
1) Afek Tumpul : kurangnya respon emosional terhadap pikiran, orang
lain atau pengalaman klien tampak apatis.
2) Afek Datar : tidak tampak ekspresi aktif, suara menahan dan wajah
datar, tidak ada keterlibatan perasaan.
3) Afek tidak sesuai : afek tidak sesuai dengan isis pembicaraan
4) Reaksi Berlebihan : reaksi emosi yang berlebihan terhadap suatu
kejadiaan
5) Ambivalen : timbulnya dua perasaan yang bertentangan pada saat
yang bersamaan.
c. Fungsi Motorik
Respon Neurologis Maladaptive menimbulkan prilaku yang aneh,
membinggungkan dan kadang nampak ridak kenal dengan orang lain.
perubahan tersebut adalah:
1) Impulsif : cenderung melakukan gerakan yang tiba-tiba dan spontan
2) Manerisme : dilihat melalui gerakan dan ucapan seperti grimasentik
3) Streobipik : gerakan yang di ulang tidak bertujuan dan tidak
dipengaruhi oleh stimulus yang jelas
4) Katatonia : kekacauan psikomotor pada skizofrenia tipe katatonik
(eq : catatonic excitement, stupor, catalepsy, flexibilitascerea),
Universitas Sumatera Utara
28
imobilitas karena faktor psikologis, kadang kala ditandai oleh
periode agitasi atau gembira, klien tampak tidak bergerak seolah-
olah dalam keadaan setengah sadar
d. Fungsi sosial
Perilaku yang terkait dengan hubungan sosial sebagai akibat orang lain
respon neurobiologis yang maladaptive adalah sebagai berikut:
1) Kesepiaan
Perasaan terisolasi dan terasing, perasaan kosong dan merasa putus
asa sehngga klien dengan orang lain.
2) Isolasi sosial
Terjadi ketika klien menarik diri secara fisik dan emosional dan
lingkungan. Isolasi diri klien tergantung pada tingkat kesedihan dan
kecemasan yqang berkaitan dalam berhubungan dengan orang lain.
Pengalaman hugungan tidak menyenagkan klien mengganggap
hubungan saat ini berbahaya. Klien merasa teracam setiapditemani
orang lain karena dia mengganggap orang tersebut akan
mengontrolnya, mengacamnya, menuntunya oleh karena itu klien
tetap mengisolosi diri dari pada pengalaman yang menyedihkan
terulang kemnbali.
3) Harga diri rendah
e. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan setiap upaya yang diarahkan pada
pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara
langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan untuk
melindungi diri. Mekanisme koping sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
29
a. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
b. Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha
untuk mengalihka tanggung jawab kepada orang lain
c. Menarik diri : sulit mempercyai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal
2.2.2 Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehata
klien, kemapuan klien unuk menegelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan
hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainya. Data fokus adalah data
tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatanya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap
klien (Potter & Perry, 2005).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menetukan masalah-masalah, serta kebutuhan
keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap
awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul didapatkan data
dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien.
Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis
keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperwatan
untuk mengatasi masalah-masalah klien. pengumpulan data dimulai sejak
pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data (Prasetyo, 2010).
Tujuan pengumpulan data studi kasus dalam Penulisan Tulisan Ilmiah ini
antra lain sebagai berikut :
1. Memperoleh informasi tentang kesehatan klien
Universitas Sumatera Utara
30
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya
Data yang perlu dikaji ada dua tipe sebagai berikut :
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan
kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup
persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya.
Misalnya : tentang nyeri, perasaan lemah ketakuta, kecemasan, frustasi, mual,
peasaan malu (Potter & Perry, 2005)
2. Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan pabca
indera (lihat, dengar, cium dan raba) selama pemeriksaa fisik. Misalnya :
Frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan tingkat kesadaraan
(Potter & Perry, 2005).
Sedangkan data yang diperoleh pada pengkajian yang dilakukan Tn. A
sebagai berikut :
a. Data subjektif : klien sering mendengar : “kamu gak bisa membeli
narkoba, kamu miskin dan gara-gara kamu hancur” dan klien sering
berbicara dan tertawa sendiri klien sering mengurung di kamar.
b. Data objektif : bicara atau tertawa sendiri, klien kurang bergairah,
geliseh, lesu sering menyendiri dikamar dan sering melamun dikamar
pandangan mata tidak terarah.
Universitas Sumatera Utara
31
2.2.3 Rumusan Masalah
Masalah yang mungkin muncul pada pasien Tn .A adalah sebagai berikut :
1. Halusinasi pendengaran
2. Isolasi sosial
2.2.4 Perencanaan
Langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah perencanan dimana
perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi
masalahnya, perencanaan di susun berdasarkan diagnosa keperawatan (Yosep,
2009).
1. Tindakan keperawatan untuk klien halusinasi pendengaran yaitu :
a. Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:
1) Klien mengenali halusinasi yang di alaminya
2) Klien dapat mengontrol halusinasinya
3) Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan keperawatan
1) Membantu klien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, kita dapat melakukan
cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang di
dengar dan dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan
perasaan pasien saat halusinasi muncul.
2) Melatih pasien mengontrol halusiinasi untuk membantu pasien agar
mampu mengontor halusinasi kita dapat melatih pasien empat cara
yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara
tersebut adalah :
Universitas Sumatera Utara
32
a) Menghardik halusinasi
b) Bercakap-cakap dengan orang lain
c) Melakukan aktifitas terjadwal
d) Menggunakan obat secara terarut
2. Tindakan keperawata pada pasien Isolasi sosial adalah :
a. Tujuan tindakan untuk pasien
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menyadari penyebab Isolasi sosial
3) Mengetahui keuntugan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
4) Melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap
b. Tindakan keperawatan
1) Membina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
b) Berkenalan dengan klien. Perkenalan nama panggilan yang
saudara sukai, tanyakan nama dan nama panggilan klien
c) Menyakan perasaan dan keluhan klien saat ini
d) Buat kontrak asuhan keperawatan, mencakup hal-hal apa yang
saudara akan lakukan bersama klien, berapa lama akan
dikerjakan dan dimana tempatnya
e) Jelaskan bahwa saudara akan merahasikan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi
f) Tunjukan sikap empati terhadap klien setiaap saat
g) Penuhi kebutuhan dasar klien bila memungkinkan
Universitas Sumatera Utara
33
2) Meyadari penyebab isolasi sosial
a) Tanyakan siapa saja orang yang satu rumah dengan klien
b) Tanyakan siapa orang yang dekat dengan klien dan apa
sebabnya
c) Tanyakan setiap orang yanggtidak dekat dengan klien dan apa
sebabnya
3) Mengetahui keuntungan dan kerugiaan berinteraksi dengan orang
lain
a) Tanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan
orang lain
b) Tanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain
c) Diskusikan pada klien keuntungan bila klien memilki banyak
teman dan tidak bergaul akrab dengan mereka
d) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien
Universitas Sumatera Utara
34
2.3 Asuhan Keperawatan Kasus
2.3.1 Pengkajian
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN USU
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 31 tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : STM
Pekerjaaan : Wiraswasta
Alamat : Sari Rejo Medan Polonia
Tanggal Pengkajian : 13 Juni 2017
Diagnosa Medis : Halusinasi Pendengaran
II. Keluhan Utama
Keluarga Tn. A mengatakan pasien sering ngomong-ngomong sendiri,
klien juga sering mengatakan gara-gara aku hancur dan kamu tidak
mampu untuk membeli narkoba, kamu miskin.
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
A. Propocative / Palliative
1. Apa penyebabnya : klien sering mendengar suara-suara yang
mengatakan kamu tidak mampu membeli narkoba, dan kamu
Universitas Sumatera Utara
35
miskin, klien sering mengatakan gara-gara kamu aku hancur,
klien sering berbicara sendiri di kamar pasien, dan tertawa
sendiri
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : ketika orang tua (ibu) klien
menegurnya klien langsung sadar, tetapi hanya beberapa menit
saja, setelah itu klien langsung kembali seperti berbicara sendiri
dan tertawa sendiri.
B. Quantity / Quality
1. Bagaimana dirasakan : Apakah pasien merasa nyaman dengan
situasi tersebut
2. Bagaimana dilihat: klien tampak lebih gelisah dan klien arah
pandangan mata tidak terarah,klien lebih sering melamun di
kamarnya sendiri
C. Severity
Keluarga klien mengatakan suara-suara tersebut merasa tempat
menganggu Tn . A dengan kondisi nya sekarang.
D. Time
Keluarga klien mengatakan Tn. A suara itu muncul pada saat klien
sendiri dikamar dan melamun pada malam hari
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah mengalami gangguan
jiwa, klien seperti ini karna menggunakan narkoba dari SMP, maka
klien mengalami gangguan jiwa
Universitas Sumatera Utara
36
B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Kelurga klien pernah melakukan pengobatan ke RS PRINGADI ke
bagian saraf dengan Dokter Mawar
Keluarga mengatakan di berinya obat saraf dan penenang klien
C. Pernah dirawat / dioperasi
Keluarga mengatakan Tn.A pernah dirawat di RS. Pringadi
D. Lama dirawat
1 minggu klien dirawat di RS. Pringadi
E. Alergi
Klien tidak mengalami riwayat alergi
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang Tua
Orang tua klien tidak memiliki riwayat gangguan jiwa seperti klien
B. Saudara kandung
Tidak memiliki riwayat gangguan jiwa
C. Penyakit keturunan yang ada
Tidak ada memeliki riwayat gangguan jiwa
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada memilki riwayat gangguan jiwa
E. Anggota keluarga yang meninggal
Ayah klien meninggal dunia saat klien STM (Kelas 1)
F. Penyebab Meninggal
Ayah klien meninggal karna ayahnya memiliki riwayat DM
G. Genogram
Klien anak 3 dari 3 bersaudara
Universitas Sumatera Utara
37
IV. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi klien tentang penyakitnya :
Klien mengetahui bawa dirinya menggalami gangguan jiwa.
B. Konsep Diri
Gambaran diri :
Klien menyukai anggota tubuh nya
Ideal diri :
Klien ingin cepat sembuh dan melakukan aktivitas seperti biasa
(membantu orang tuanya) dan dapat berkerja
Harga diri :
Klien mengatakan dirinya tidak berarti
Peran diri :
Klien sebagai anak dalam keluarganya
Identitas :
Klien berpendidikan STM, dan belum menikah
C. Keadaan Emosi
Pasien dapat menggontrol emosinya
D. Hubungan Sosial
Orang yang berarti:
Bagi klien orang yang berarti adalah orang tuanya (ibu)
Hubungan dengan keluarga :
Klien mengatakan hubungan dengan kelurganya baik
Hubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan hubungan dengan tetangganya baik dan
hubungan dengan masyarakat nya baik.
Universitas Sumatera Utara
38
Hambatan dalam hubungan dengan orang lain :
Tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
VII. STATUS MENTAL
Penampilan :
Klien berpakaian rapi yang sesuai, kuku tangan pendek karena
orang tua klien selalu memotang nya kuku klien saat panjang
Pembicaraan :
Selama wawancara dengan klien mudah diajak biscara tetapi
terkadang ngahur saat diajak bicara, dan kontak mata klien tidak
terarah
Interaksi selama wawancara :
Selama wawancara dengan perawat, klien tampak kooperatif dan
kontak mata mudah beralih kearah yang tak menentu dan sulit
konsentrasi
Alam perasaan :
Klien tampak tidak semangat dan tidak bergairah, lesu
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan klien sadar, dengan tanda-tanda vital.
Tekanan darah : 120 / 90 mmHg , Nadi : 80x/i , Pernapasan : 18x/i dan
suhu tubuh 36.5̊ C. Bentuk kepala bulat, simetris, kulit kepala bersih
dan penyebaran rambut merata, wajah klien oval. klien memiliki dua
mata dengan simetris, dua telingga dengan simetris dan tidak ada
kelainan pendengaran, posisi hidung simetris dan terdapat dua lubang
hidung, keadaan bibir simetris dan lembab klien juga dapat
Universitas Sumatera Utara
39
membedakan rasa asam, manis, pahit, dan asin, keadaan leher simetris
tidak kelainan pada leher klien, kulit klien bersih tidak kelainan kulit.
IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. Pola makan dan minum
Frekuensi makan /hari : 3 kali sehari
Nafsu / selera makan : klien tidak nafsu makan
Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati
Alergi : klien tidak memilki alergi
Mual dan muntah :tidak ada mual dan muntah
Tampak makan memisahkan diri : klien tidak ada memisahkan
diri saat makan , klien makan dengan keluarga nya
Waktu pemberian makan : pagi, siang, dan malam
Jumlah dan jenis makan : 1 porsi, jeni nasi + lauk pauk dan
sayur dan klien apa yang dimasak keluarganya dimakan
Waktu pemberian cairan : tidak ditentukan
Masalah makan dan minum : klien tidak mengalami kesulitan
makan dan menelan
2. Perawatan diri / personal hygiene
Kebersihan tubuh : terlihat bersih
Kebersihan gigi dan mulut : terlihat bersih
Kebersihan kuku dan kaki : bersih dan pendek
3. Pola kegiatan / aktivitas
Kegiatan aktivitas klien : mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan mandiri
Universitas Sumatera Utara
40
Kegiatan ibadah klien : klien terkadang sholat, dan sering orang
tua klien membaca kan Alqura pada klien
X. POLA ELIMINASI
1. BAB
Pola BAB : 2x/ sehari
Karakter feses : lembek
Riwayat pendarahan : klien tidak memiliki riwayat pendrahan
BAB Terakhir : malam hari
Diare : klien tidak mengalami diare
Penggunaan laksatif : klien tidak menggunakan laksatif
2. BAK
Pola BAK : 5-6 x/sehari
Kateter urine : klien tidak menggunakan kateter urine
Nyeri / kesulitan BAK : tidak ada rasa nyeri atau kesulitan BAK
XI. MAKANISME KOPING
Saat ada masalah klien sering bercerita pada ibunya.
Universitas Sumatera Utara
41
2.3.2 Analisa Data
No Data Masalah Keperawatan
1 DS :
Klien sering mendengar suara kamu
tidak mampu membeli narkoba dan
kamu miskin, dan klien sering
mengatakan gara-gara kamu aku hancur,
klien bercakap-cakap dan tertawa sendiri
DO :
bicara dan tertawa sendiri
klien tampak tidak semangat
klien gelisah
klien kurang konsentrasi
Halusinasi
pendengaran
2 DS :
Klien mengatakan tidak suka bergabung
dengan keluarganya
Klien mengatakan lebih suka di kamar
menyendiri dari pada gabung dengan
keluarganya
DO :
Klien terlihat tidak peduli dengan
keluarganya
Klien menyendiri di kamarnya
Kontak mata klien tidak terarah
Isolasi sosial
2.3.3 Rumusan Masalah
1. Halusinasi pendengaran
2. Isolasi sosial
Universitas Sumatera Utara
42
2.3.4 Perencanaan Keperawatan dan Rasional
Hari /
Tanggal
No.
Dx Perencanaan Keperawatan
Selasa/
13 Juni
2017
Halusinasi
pendengaran Tujuan dan Kriteria Hasil
Halusinasi :
Tujuan : klien dapat mengontrol atau mengendalikan
halusinasi yang dialami
Kriteria Hasil :
Pasien Kooperatif
Pasien koopertif bercerita dengan perawat
tentang halusinasinya
Menunjukan rasa percaya dirinya kepada orang tua
nya dan perawat yang datang ke rumah klien
Rencana Tindakan Rasional
1. Strategi Pertemuan 1
Mengindentifikasi
jenis halusinasi
Mengidentifikasi isi
halusinasi
Mengidentifikasi
waktu halusinasi
Mengidentifikasi
frekuensi halusinasi
Mengidentifikasi
situasi yang
menimbulkan isi
halusinasi
Mengidentifikasi
respon pasien
terhadap halusinasi
Mengajarkan pasien
menghardik
halusinasinya
Dalam jadwal
kegiatan harian
pasien
Tingkah laku klien
terkait halusinasinya
menunjukan isi, waktu
frekuensi serta situasi
dan kondisi yang
menimbulkan
halusinasi
2. Starategi Pertemuan 2
Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien
Memberikan
pendidikan
kesehatan tentang
penting nya
penggunaan obat
pada pasien
Memantau
kemajuan serta
efektivitas pilihan
yang dipilih dan
dilatih bersama
dengan klien.
Memudahkan
klien dalam
menyukseskan
program
pengobatan yang
Universitas Sumatera Utara
43
Menganjurkan
pasien memasukan
dalam jadwal
kegiatan harian
pasien
optimal bagi klien
Menganjurkan
keluarga untuk
berobat ke
puskesmas
terdekat
Membantu klien
dalam membangun
hubungan sosial.
3. Strategi pertemuan 3
Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien
Melatih pasien
mengendelikan
dengan bercakap-
cakap pada dengan
orang lain
Melatih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
yang telah diajarkan
perawat
Menganjurkan
pasien memasukan
dalam jadwal
kegiatan harian
pasien
Membantu klien
dalam melakukan
kegiatan harian
Memantau
kmajuan
efektivitas klien.
Membantu klien
dalam membangun
hubungan sosial.
4. Strategi pertemuan 4
Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien
Melatih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
yang telah diajarkan
perawat
Menganjurkan
pasien dalam jadwal
kegiatan harian
pasien
Membantu klien
dalam melakukan
kegiatan harian
Memantau
kmajuan
efektivitas klien
Universitas Sumatera Utara
44
2.3.5 Implementasi Dan Evaluasi
Hari /
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Selasa/
13 Juni
2017
Halusinasi
pendengaran Strategi Pertemuan 1
1. Membina hubungan
saling percaya pada
pasien
2. Mengidentifikasi jenis
halusinasi (kalau boleh
tahu suara apa yang
abang dengar ?)
3. Mengidentifikasi isi
halusinasi (apa isi
suara yang abang
dengar ?)
4. Mengidentifikasi
waktu halusinasi
(waktu pada saat apa
suara itu muncul
abang ?)
5. Mengidentifikasi
frekuensi halusinasi
(berapa kali sehari
abang alami bisikan
suara itu?)
6. Mengidentifikasi
situasi yang
menimbulkan isi
halusinasi (pada saat
bagaimana suara-suara
itu muncul abang ?)
7. Mengidentifikasi
respon pasien terhadap
halusinasi (apa yang
abg rasakan pada saat
mendengar suara itu ?
apa yang bisa abang
lakukan?)
8. Mengajarkan pasien
cara menghardik
halusinasinya (cara
menghardik halusinasi
: saat suara-suara itu
muncul, abang
lngsung tutup telingga
dengan kedua tangan
dan abang bila pergi
S: Klien mengatakan
merasa senang dan
lega bisa menceritakan
halusinasinya.
Klien mengatakan
dirinya mendengar
suara-suara kamu
tidak mampu untuk
membeli narkoba, dan
kamu miskin, gara-
gara kamu aku hancur
O : Klien tampak
gelisah , tidak
semangat/ bergairah
Klien kurang
konsentrasi
A : Klien masih
mengalami halusinasi
pendengaran +
P: lanjutkan intervensi
Universitas Sumatera Utara
45
sana jauh, saya tidak
mau dengar, suara-
suara itu palsu, itu
tidak mau, begitu
lakukan ya abang
sampai suara-suara itu
hilang atau tidak
muncul
9. Menganjurkan pasien
memasukkan cara
menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan
harian pasien
Rabu Strategi Pertemuan 2
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
(apakah abang sudah
dipakai cara yang telah
kita latih menghardik
halusinasinya ?
Bagus, sesuai janji
semalam kita hari ini
akan m embahas
penting nya
penggunaan obat
halusinasi
2. Memberikan
pendidikan kesehatan
tentang penggunaan
obat secara teratur
(Nah bang obat
halusinasi itu ada 3
macam yaitu (ZPC
warna orange, THP
warna putih, HP
merah jambu)
Ketiga macam obat ini
dapat abang gunakan
untuk mengendalikan
halusinasi yang abang
rasakan
Jika uang orang tua
abang gak ada abang
bisa kok berobat ke
puskesmas ya bang)
3. Menganjurkan pasien
memasukan dalam
jadwal kegiatan harian
S : Pasien
mengatakan halusinasi
nya masih jarang
muncul, ketika
halusinasi nya muncul
klien langsung
menghardik
halusinasinya
O : Klien tampak
tenang, gelisah
berkurang konsentrasi
sedikit lebih baik.
Klien dapat
mempraktekan
kembali atau
mengulannggi cara
mengontrol halusinasi
yang 1 dan 2 dengan
benar
A : pasien masih
mengalami halusinasi
+
P : intervensi
dilanjutkan
Universitas Sumatera Utara
46
pasien.
Bagaimana perasaan
abang setelah latihan
hari ini ? jadi sudah
dua cara yang abang
pelajari untuk
mencegah suara-suara
tu ? Baik, coba lah
kedua cara ini jika
suara-suara itu muncul
kembali.
Agaiman kalau kita
masukkan kejadwal
kegiatan harian abang
Kamis Strategi Pertemuan 3
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
(apakah sudah dipakai
dua cara yang telah
kita latih ? bagaimana
hasil nya? Bagus
sesuai janji hari ini
kita akan membahas
cara mengontrol
halusinasi dengan
mengendalikan
halusinasi dengan
bercakap-cakap
dengan orang lain.
Cara ketiga untuk
mencegah halusinasi
dengan cara bercakap-
cakap dengan orang
lain, jadi kalau abang
mendengar suara-
suara, langsung ajak
diajak orang tua nya
ngobrol misalnya :
tolong, saya mulai
mendengar suara-
suara, ayok ngobrol
dengan saya
2. Menganjurkan pasien
memasukan dalam
jadwal kegiatan harian
pasien.
(Bagaimana perasaan
abang ? Coba abang
S : klien sudah
mampun menyebut
kan 2 cara
mengontrol halusinasi
O: klien tampak
tenang , dan
bersemangat
A: masalah teratasi
sebagian
P: intervensi
dilanjutkan
Universitas Sumatera Utara
47
sebutkan 3 cara untuk
mencegah halusinasi
yang telah kita latih,
wah bagus ya bang.
nah mari kita masukan
dalam ke jadwal
kegiatan harian abang.
Besok kita akan
membahas cara
mengontrol halusinasi
dengan melakukan
kegiatan rumah seperti
menyapu rumah ya
bang )
Strategi Pertemuan 4
1 Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
(apakah suara-
suaranya masih sering
muncul ? apakah
sudah dipakai 3 cara
yang telah kita latih ?
bagaimana hasilnya ?
coba saya lihat jadwal
kegiatan harian abang.
Bagus ya bang. sesuai
janji kita, hari ini akan
mendiskusikan tentang
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
rumah seperti
menyapu abang)
2 Melatih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
yang dirumah.
(Apa saja yang bisa
abang lakukan di
rumah ? wah bagus ya
bang banyak yang bisa
abang lakukan di
rumah ini
Nah sekarang kita
akan melakukan
menyapu rumah ya
bang ?
S : klien mengatakan
bawa dirinya sudah
dapat mengontrol
halusinasinya
O : klien tampak
tenang
A : masalah teratasi
sebagian
P: intervensi di
hentikan karna orang
tua klien
menghentikan kami
datang kerumah klien
Universitas Sumatera Utara
48
Caranya : Ambil sapu,
pegang gangangnya,
menyapu dengan
searah ya bang.
kegiatan ini dapat
abang lakukan jika
suara-suara itu
muncul)
3 Menganjurkan pasien
memasukan dalam
jadwal kegiatan harian
pasien.
(Bagaimana perasaan
abang ? Coba abang
sebutkan 3 cara untuk
mencegah halusinasi
yang telah kita latih,
wah bagus ya bang.
nah mari kita masukan
dalam ke jadwal
kegiatan harian abang.
Besok kita akan
membahas cara
mengendalikan
haluisnasi dengan
melakukan kegiatan
sehari-hari abg seperti
menyapu ya bang)
Universitas Sumatera Utara
49
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pengakajian yang dilakukan kepada Tn. A mendengar suara-
suara yang mengatakan kamu tidak mampu untuk membeli narkoba, kamu miskin,
gara-gara kamu aku hancur, tertawa sendiri dan bercakap-cakap sendiri. Suara-
suara itu muncul saat Tn. A melamun di siang hari, Tn. A nampak tidak
bersemangat dan kurang kosentrasi, tampak lesu. Klien juga mengatakan dia tidak
nyaman di kamar nya karena orang yang disekitar nya memukul dan menyekitin
Tn. A. Dari data diatas Tn. A mengalami halusinasi pendengaran dan gangguan
rasa nyaman.
3.2 Saran
Diharapkan harus melakukan pendek atan yang kooperatif kepada klien
dengan dan mengenal asuhan keperawatan pada pasien halusinasi pendengaran .
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan harus melakukan pendek atan yang kooperatif kepada klien
dengan dan mengenal asuhan keperawatan pada pasien halusinasi
pendengaran dan evalusi perkembangan klien.
2. Bagi Kepala Desa
Diharapkan harus melakukan data kesehatan untuk mengetahui warga ada
yang mengalami gangguan kesehatan jiwa dan mengatasi masalah kesehatan
jiwa warga dan segera membawa ke puskemas terdekat.
Universitas Sumatera Utara
50
DAFTAR PUSTAKA
Akemat, dkk. (2010). Model Pratik Keperawatan Prefesional Jiwa , Jakarta :
Penerbit Buku Kedoktera EGC
Dalami. E. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta:
Trans Info Media
Deden, dkk. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep Dan Kerangka Kerja I Asuhan
Keperawatan Jiwa . Yogyakarta : Gosyen Publishing
Direja. A. H. S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :Nuha
Medika
Fitria. N. (2012). Prinsip Dasar aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Jakarta :
Salemba Medika
Keliat, B. A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta :
EGC
Potter dan Perry. (2006) Buku Ajar Fundamental keperawatan : Konsep Dasar
dan Pratik .Edisi ke – 4 . Alih Bahasa Renata Komalsari dkk . Penerbit
Buku Kedokteran , Jakarta : EGC
Prabowo. E, (2014) . Konsep &Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Nuha Medika
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian RI. Diakses 28 Juni 2017, dari
www.depkes.go.id<download>general
Stuart, G. W dan Sunden, S. J. (2007). Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa ,
Jakarta : EGC
WHO. (2016). Kesehatan Jiwa. www.depkes.go.id.
Zainuri. I, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa . Yogyakarta:
Nuha Medika
Universitas Sumatera Utara
51
Lampiran 1
CATATAN PERKEMBANGAN
No
Dx
Hari /
Tanggal Pukul Tindakan keperawatan
1 Selasa 13
juni 2017
10 : 00 s/d
12 :30
1. Strategi Pertemuan 1
Membina hubungan saling percaya
Mengidentifikasi jenis halusinasi
Mengidentifikasi isi halusinasi
Mengidentifikasi waktu halusinasi
Mengidentifikasi frekuensi
halusinasi
Mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan isi halusinasi
Mengidentifikasi respon pasien
terhadap halusinasi
Mengajarkan pasien menghardik
halusinasi
Menganjurkan pasien memasukan
cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian
S : klien mengatakan merasa
senang dan lega bisa menceritakan
tentang halusinasinya. Klien
mengatakan dirinya mendengar
suara-suara kamu gak mampu
membeli narkoba, kamu miskin,
gara-gara kamu aku hancur.
O : klien tampak tidak bergairah,
gelisah dan kurang konsenterasi
A : klien masih mengalami
halusinasinya
P : intervensi dilanjutkan : SP2
2 Rabu 14 juni
2017
10.00-12.00 2. Strategi Pertemuan 2
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
Menganjurkan pasien minum obat
secara teratur
Menganjurkan pasien untuk
memasukan dalam jadwal kegiatan
harian pasien
S : pasien mengatakan
halusinasinya sudah jarang muncul
ketika muncul pasien menghardik
Universitas Sumatera Utara
52
halusinasinya
O : klien tampak tenang, gelisah
berkurang konsenterasi sedikit
lebih baik klien dapat
memperatekkan kembali cara
mengotrol halusinasi dan dengan
benar dan menganjurkan minum
obat secara teratur
A : pasien masih mengalami
haluinasinya
P : intevensi dilanjutkan SP3
3 Kamis 15
juni 2017
11.00 -
12.00
3. Strategi Pertemuan 3
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
Mengendalikan halusinasi dengan
bercakap-cakap pada orang lain
Menganjurkan klien memasukan
jadwal kegiatan harian pasien
S : klien sudah mampu
menyebutkan 4 cara mengontrol
halusinasi
O : klien tampak tenang
A : masalah teratasi sebagian klien
masih mendengar suara-suara
hanya sesekali
P : intervensi dilanjutkan SP4
4 Jumat 16 juni
2017
13.00 –
14.00
4 Strategi Pertemuan 4
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
Melatih pasien mengendalikan
hlusinasi dengan melakukakan
kegiatan yang biasa dilakukan
dirumah, seperti menyapu rumah
Menganjurkan klien memasukan
jadwal kegiatan harian pasien
S : klien mengatakan sudah dapat
mengontrol halusinasi
O : klien tampak tenang
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Universitas Sumatera Utara
53
Universitas Sumatera Utara