asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal nafas

40
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL NAFAS PENGERTIAN Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997) Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2001) Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001) PATOFISIOLOGI Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.

Upload: ida-wahyuningsari

Post on 16-Feb-2015

60 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL NAFAS

PENGERTIAN

Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah

normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh

masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)

Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen

dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS

Jantung “Harapan Kita”, 2001)

Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak

dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh.

Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan

tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)

PATOFISIOLOGI

Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing

masing mempunyai pengertian yang bebrbeda.

Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara

struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.

Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti

bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien

mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap.

Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik

struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.

Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal

ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator

karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah

ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi

jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak

(pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak,

ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat

pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan

anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan

denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia

atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.

ETIOLOGI

1. Depresi Sistem saraf pusatMengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat

pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla)

sehingga pernafasan lambat dan dangkal.

2. Kelainan neurologis primerAkan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul

dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf

spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla

spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan

sangatmempengaruhiventilasi.

3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraksMerupakan kondisi yang mengganggu ventilasi

melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang

mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.

4. TraumaDisebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan

yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat

mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks

dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat

terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi

yang mendasar

5. Penyakit akut paruPnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau

pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain

yang menyababkan gagal nafas.

TANDA DAN GEJALA

TANDA

Gagal Napas Total

1. Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.

2. Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak ada

pengembangan dada pada inspirasi

3. Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan

Gagal nafas parsial

1. Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.

2. Ada retraksi dada

GEJALA

*Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)

* Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemerikasan gas-gas darah arteri

Hipoksemia

Ringan:PaO2<80mmHg

Sedang:PaO2<60mmHg

Berat : PaO2 < 40 mmHg

• Pemeriksaan rontgen dadaMelihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang

tidak diketahui

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

• Hemodinamik

Tipe I : peningkatan PCWP

• EKG

Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan

Disritmia

PENGKAJIAN

Pengkajian Primer

1.Airway

•Peningkatan sekresi pernapasan

• Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi

2. Breathing

• Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.

• Menggunakan otot aksesori pernapasan

• Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis

3. Circulation

• Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia

• Sakit kepala

• Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk

• Papiledema

• Penurunan haluaran urine

PENTALAKSANAAN MEDIS

• Terapi oksigen

Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong

• Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP

• Inhalasi nebuliser

• Fisioterapi dada

• Pemantauan hemodinamik/jantung

• Pengobatan

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

a). Brokodilator

b). Steroid

• Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang

efektif

Kriteria Hasil :

Pasien menunjukkan

• Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal

• Adanya penurunan dispneu

• Gas-gas darah dalam batas normal

Intervensi :

• Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan.

• Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn

• Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg

• Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan

• Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau

kecendurungan penurunan PaO2

• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam

• Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk

mengoptimalkan pernapasan

• Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada selama

batuk

• Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir

• Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan

frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien

memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi

sekunder terhadap hipoventilasi

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang

adekuat

Kriteria Hasil :

Pasien mampu menunjukkan :

• Bunyi paru bersih

• Warna kulit normal

• Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan

Intervensi :

• Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia

• Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan tinmgkat

kesadaran pada dokter.

• Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2

atau penurunan dalam PaO2

• Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.

• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam

• Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau penyimpangan

• Pantau irama jantung

• Berikan cairan parenteral sesuai pesanan

• Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.

• Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen.

3. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan volume cairan

Kriteria Hasil :

Pasien mampu menunjukkan:

• TTV normal

• Balance cairan dalam batas normal

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

• Tidak terjadi edema

Intervensi :

• Timbang BB tiap hari

• Monitor input dan output pasien tiap 1 jam

• Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung

• Kaji tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB , CVP

• Monitor parameter hemodinamik

• Kolaburasi untuk pemberian cairandan elektrolit

4. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan perfusi jaringan.

Kriteria Hasil :

Pasien mampu menunjukkan

• Status hemodinamik dalam bata normal

• TTV normal

Intervensi :

• Kaji tingkat kesadaran

• Kaji penurunan perfusi jaringan

• Kaji status hemodinamik

• Kaji irama EKG

• Kaji sistem gastrointestinal

Daftar pustaka

Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB Lippincott company,

Philadelpia.

Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan,

pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.

Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta.

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

Suddarth Doris Smith, (1991), The lippincott Manual of Nursing Practice, fifth edition, JB

Lippincott Company, Philadelphia.

Artikel ini tidak dapat di copy paste, silahkan download pada link di bawah

Sumber: http://akperppnisolojateng.blogspot.com/

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

ASKEP CA COLON

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tumor  usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau rektum relative umum. Pada kenyataannya, kanker kolon  dan rektum   sekarang   adalah   tipe   paling umum   kedua   dri   kanker internal   di   Amerika   serikat.   Ini   adalah   penyakit   budaya   barat. Diperkirakan   bahwa   150.000   kasus   baru   kanker   kolorektal   di diagnosis  di  negara  ini  setiap  tahunnya.   Kanker   kolon  menyerang individu dua kali lebih besar dibanding kan kanker rektal.

Insidensnya   meningkat   sesuai   dengan   usia   (kebanyakan pada   pasien   yang   berusia   lebih   dari   55   tahun)   dan   makin   tinggi pada   individu   dengan   riwayat   keluarga   mengalami   kanker   kolon, penyakit   usus   inflamasi   kronis   atau   polip.   Perubahan   pada persentase   distribusi   telah   terjadi   pada   tahun   terakhir.   Insidens kanker   pada   sigmoid   dan   area  rektal  telah   menurun,   sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.

Lebih  dari  156.000  orang  terdiagnosa setiap  tahunnya,  kira- kira   setengah   dari   jumlah   tersebut   meninggal   setiap   tahunnya, meskipun   sekitar   tiga   dari   empat   pasien   dapat   diselamatkan dengan   diagnosis   dini   dan   tindakan   segera.   Angka  kelangsungan hidup   di   bawah   lima   tahun   adalah   40%   sampai   50%,   terutama karena   terlambat   dalam   diagnosis   dan   adanya   metastase. Kebanyakan   orang   asimtomatis   dalam   jangka   waktu   lama   dan mencari   bantuan   kesehatan   hanya   bila   mereka   menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.

Penyebab  nyata  dari  kanker  kolon  dan rektal tidak  diketahui, tetapi   faktor   resiko   telah   teridentifikasi,   termasuk   riwayat penyakit atau riwayat   kanker   kolon   atau  polip  dalam   keluarga,   riwayat  usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak,  rotein dan daging serta rendah serat.

B. RUMUSAN MASALAH

Apa dan  bagaimana  pengertian,  etiologi,  klasifikasi,  stadium, pathway,   patofisiologi,   pemeriksaan   diagnostik,   penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada klien dengan Ca KOlon.

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

C. TUJUAN

Mahasiswa   mampu   untuk   memahami   pengertian,   etiologi, klasifikasi,   stadium,   pathway,   patofisiologi,   pemeriksaan diagnostik,  penatalaksanaan,   dan  asuhan  keperawatan  pada  klien dengan Ca Kolon.

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.     

 PENGERTIAN

Tumor   adalah     suatu   benjolan   atau   struktur   yang menempati   area   tertentu   pada   tubuh,   dan   merupakan neoplasma  yang  dapat  bersifat  jinak  atau  ganas   (FKUI,  2008  : 268).

Kanker   adalah   sebuah  penyakit  yang   ditandai   dengan pembagian   sel  yang   tidak   teratur   dan   kemampuan   sel-sel   ini untuk   menyerang  jaringan  biologis   lainnya,   baik   dengan pertumbuhan   langsung   di   jaringan   yang   bersebelahan   (invasi) atau   dengan   migrasi   sel   ke   tempat   yang   jauh   (metastasis). Pertumbuhan   yang   tidak   teratur   ini   menyebabkan   kerusakan DNA,   menyebabkan  mutasi  di  gen  vital   yang   mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).

Kanker   kolon   adalah  suatu   bentuk   keganasan   dari  masa abnormal/neoplasma   yang   muncul   dari   jaringan   epithelial   dari colon (Brooker, 2001 : 72).

Kanker   kolon/usus   besar   adalah   tumbuhnya   sel   kanker yang ganas di dalam  permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805).

Kanker kolon adalah pertumbuhan sel  yang bersifat ganas yang tumbuh   pada   kolon   dan   menginvasi   jaringan   sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).

Dari beberapa  pengertian  diatas  dapat  ditarik kesimpulan bahwa   kanker   kolon   adalah   suatu   pertumbuhan   tumor   yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).

B.      ANATOMI FISIOLOGI

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

a)      Kolon asendens (kanan)

b)      Kolon transversum

c)       Kolon desendens (kiri)

d)      Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.  Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.

Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rectum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar  BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

C.      ETIOLOGI

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

Terdapat  beberapa etiologi utama kanker yaitu:

1.       Diet :  kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran,   buah-buahan),   kebiasaan   makan   makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.

2.       Kelainan kolon

a.       Adenoma   di   kolon   :   degenerasi   maligna   menjadi adenokarsinoma.b.      Familial   poliposis   :   polip   di   usus   mengalami   degenerasi maligna menjadi karsinoma c.       Kondisi ulserative : Penderita   colitis   ulserativa   menahun   mempunyai   risiko terkena

karsinoma kolon.

3.        Genetik : Anak   yang   berasal   dari   orangtua  yang menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi  3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak   yang orangtuanya sehat (FKUI,  2001 : 207).

4.       Radiasi dan paparan zat kimia dan senyawa lain yang berpotensi menimbulkan reaksi karsinogenik.

 D.      PATOFISIOLOGI

Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus) dimulai sebagai polop jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup sertamerusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapatterlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).

Tumor yang berupa massa polipoid besar, tumbuh ke dalam lumen dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datar lebih sering terdapat pada sekum dan kolon asendens. Secara histologis, hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma (terdiri atas epitel kelenjar ) dan dapat mensekresi mukus yang jumlahnya berbeda – beda. Tumor dapat menyebar:

a)      secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih

b)       melalui pembuluh limfe ke kelenjar perikolon dan Mesokolon

c)        melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke sistem portal. Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseksi dilakukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi metastasis ke kelenjar limfe.

E.       KLASIFIKASI

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

Klasifikasi  kanker  kolon menurut  modifikasi  DUKES  adalah sebagai berikut (FKUI, 2001 : 209) :

a.       A  : kanker   hanya   terbatas   pada   mukosa   dan   belum   ada metastasis.

b.      B1 : kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.

c.       B2 : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.

d.      C1 : kanker   telah   mengadakan metastasis   ke   kelenjar   getah bening sebanyak satu sampai empat buah.

e.      C2 : kanker telah  mengadakan   metastasis   ke   kelenjar   getah bening lebih dari 5 buah.

f.        D  : kanker telah mengadakan metastasis  regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas & tidak dapat dioperasi lagi.

F.       MANIFESTASI KLINIS

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahu penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya datah merah segar dalam feses.

Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah.

a)      Colon Asendens : nyeri, adanya massa, perubahan peristaltik usus, anemia

b)      Colon Transversum : nyeri, obstruksi, perubahan pergerakan usus dan anemia.

c)       Colon Desendens : nyeri, perubahan pergerakan usus, terdapat darah merah terang pada feses,   obstruksi. 

d)      Rectum : terdapat darah di dalam feses, perubahan peristaltik usus, ketidaknyamanan rectal.

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

G.     PERTIMBANGAN GERONTOLOGI

Insidens karsinoma kolon dan rektum meningkat sesuai usia. Kanker ini biasanya ganas pada lansia kecuali untuk kanker prostatik pada pria. Gejala sering tersembunyi. Keletihan hampir selalu ada, akibat anemia defisiensi besi primer. Gejala yang sering dilaporkan oleh lansia adalah nyeri abdomen, obstruksi, tenesmus dan perdarahan rektal. Kanker kolon pada lansia berhubungan erat dengan karsinogen diet. Kekurangan serat adalah faktor penyebab utama karena hal ini menyebabkan pasase feses melalui saluran usus menjadi lama, sehingga terpajan karsinogen cukup lama. Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.

H.   

  STADIUM KLINIS

Stadium pada karsinoma kolon yang ditemukan dengan system TMN (Tambayong, 2000 : 143).

TIS          : Carcinoma in situ

T1           : Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler

T2           : Sudah mengenai otot dinding

T3           : Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar

T4           : Sama dengan T3 dengan fistula

N             : Limfonodus terkena

M            : Ada metastasis

I.        KOMPLIKASI

Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

J.        PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

a)      Endoskopi           : pemeriksaan   endoskopi   perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.

b)      Radiologis           : Pemeriksan   radiologis yang   dapat   dilakukan   antara   lain adalah  foto  dada dan  foto  kolon (barium  enema).  Foto dada dilakukan   untuk   melihat   apakah   ada   metastasis   kanker   ke paru.

c)       Ultrasonografi (USG)     : Sulit   dilakukan   untuk   memeriksa   kanker   pada   kolon,   tetapi digunakan  untuk  melihat  ada  tidaknya metastasis  kanker  ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.

d)      Histopatologi    : Biopsy   digunakan   untuk   menegakkan diagnosis.  Gambar histopatologis   karsinoma  kolon   adalah  adenokarsinoma  dan perlu ditentukan diferensiansi sel.

e)      Laboratorium    : Pemeriksaan   Hb   penting   untuk   memeriksa   kemungkinan pasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210).

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Bila   sudah   pasti   karsinoma   kolon,   maka   kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut :

1. Pembedahan (Operasi)

Operasi   adalah   penangan   yang   paling   efektif   dan cepat untuk tumor yang diketahui   lebih   awal   dan   masih   belum metastatis,   tetapi   tidak   menjamin semua sel  kanker telah terbuang.  Oleh   sebab   itu   dokter   bedah biasanya   juga menghilangkan   sebagian  besar jaringan   sehat   yang mengelilingi sekitar kanker.

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

2. Penyinaran (Radioterapi)

Terapi   radiasi   memakai   sinar   gelombang   partikel   berenergi tinggi misalnya sinar  X,  atau  sinar  gamma,  difokuskan untuk merusak   daerah   yang   ditumbuhi   tumor,   merusak   genetic, sehingga  membunuh   kanker.  Terapi   radiasi   merusak   sel-sel yang   pembelahan   dirinya   cepat,   antara  alin   sel  kanker,   sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan   sel   tubuh   menyebabkan   lemas,   perubahan   kulit dan kehilangan nafsu makan.

3. kemotherapy

Chemotherapy   memakai  obat  antikanker   yang   kuat,   dapat masuk   ke   dalam   sirkulasi   darah,   sehingga   sangat   bagus untuk   kanker   yang telah   menyebar. Obat chemotherapy   ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya  lebih dari  satu   macam  obat,  karena  digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211).

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.      Pengkajian

Pengkajian   adalah  langkah   awal  dan   dasar   dalam   proses keperawatan      secara    menyeluruh      (Boedihartono,        1994     : 10). Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:

1.       Aktivitas/istirahat:

Gejala:

  Kelemahan, kelelahan/keletihan

  Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.

  Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.

2.       Sirkulasi:

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

Gejala:                  Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas

Tanda:                  Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.

3.       Integritas ego:

Gejala:

  Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)

  Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)

  Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.

Tanda:                  Menyangkal, menarik diri, marah.

4.       Eliminasi:

Gejala:                  Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi

Tanda:

  Perubahan bising usus, distensi abdomen

  TEraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah

5.       Makanan/cairan:

Gejala:

  Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)

  Anoreksia, mual, muntah

  Intoleransi makanan

Tanda:                  Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot

6.       Nyeri/ketidaknyamanan:

Gejala:                  Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit

7.       Keamanan:

Gejala:                  Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.

Tanda:                  Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

8.       Interaksi sosial

Gejala:

  Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)

  Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

9.       Penyuluhan/pembelajaran:

  Riwayat kanker dalam keluarga

  Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya

  Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.

  Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari

B.      Prioritas Masalah Keperawatan

1.   Dukungan proses adaptasi dan kemandirian

2.   Meningkatkan kenyamanan

3.   Mempertahankan fungsi fisiologis optimal

4.   Mencegah komplikasi

5.   Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.

C.      Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama

mencakup yang berikut :

1.       Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi

2.      Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.

Ditandai dengan:

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

a.       Peningkatan bunyi usus/peristaltic

b.      Peningkatan defekasi cair

c.       Perubahan warna feses

d.      Nyeri/kram abdomen

3.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi

4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.

Ditandai dengan:

a.        Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk

b.      Peningkatan  bunyi usus

c.       Konjungtiva dan membran mukosa pucat

d.      Mual, muntah, diare

5.       Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi

6.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal

7.       Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker

8.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi

9.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.

Ditandai dengan:

a.       Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan konsep

b.      Tidak akurat mengikuti instruksi

c.       Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah

D.    Intervensi Dan Rasional

1.       Diagnosa : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan dapatmempertahan hidrasi adekuat.

Kriteria Hasil : membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda vital stabil, dan secara individual mengeluarkan urine dengan tepat

INTERVENSI RASIONAL

1)      Awasi masukan dan haluaran dengan cermat, ukur feses cair. Timbang berat badan tiap hari.

2)      Kaji tanda vital (TD, Nadi, Suhu)

3)      Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat

4)      Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring; hindari kerja

5)      Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah samar

6)      Kolaborasi pemberian cairan paranteral, transfusi darah sesuai indikasi

7)      Kalaborasi pemberian obat sesuai indikasi: Antiemetik, mis, trimetobenzamida (Tigan); hidroksin (Vistaril); proklorperazin (Compazine), Antipiretik, mis, asetaminofen (Tyenol), Vitamin K

Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan

Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukkan respons terhadap dan/atau efek kehilangan cairan

Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi

Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus

Diet tak adekuat dan penurunan absorbsi dapat menimbulkan defisiensi vit. K dan merusak koagulasi, potensial resiko pendarahan

Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/ anemia

Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi akut, Mengontrol demam, Merangsang pembentukan protrombin

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

hepatik, menstabilisasi koagulasi dan menurunkan resiko perdarahan

2.       Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.

Tujuan: Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan diare atau penurunan frekuaensi defekasi.

Kriteria hasil : Klien melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali normal

INTERVENSI RASIONAL

1.       Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah baring siapkan alat yang diperlukan dekat tempat tidur, pasang tirai dan segera buang feses setelah defekasi).

2.       Tingkatkan/pertahankan asupan cairan per oral.

3.       Ajarkan tentang makanan-minuman yang dapat memperburuk/mencetuskan diare.

4.       Observasi dan catat frekuensi defekasi, volume dan karakteristik feses.

5.       Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.

Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda sehingga perlu diantisipasi dengan menyiapkan keperluan klien

Mencegah timbulnya maslah kekurangan cairan.

Membantu klien menghindari agen pencetus diare.

Menilai perkembangan masalah.

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

6.       Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program terapi (antibiotika, antikolinergik, kortikosteroid).

Mengantisipasi tanda-tanda bahaya perforasi dan peritonitis yang memerlukan tindakan kedaruratan.

Antibiotika untuk membunuh /menghambat pertumbuhan agen patogen biologik, antikolinergik untuk menurunkan peristaltik usus dan menurunkan sekresi digestif, kortikosteroid untuk menurunkan proses inflamasi.

3.       Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang atau skala nyeri berkurang.

Kriteria Hasil : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat

Intervensi Rasional

1.       Dorong pasien untuk melaporkan nyeri

2.       Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, mis lutut fleksi

3.       Berikan tindakan yang nyaman ( pijatan punggung, ubah posisi) & aktivitas senggang

4.       Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis,

Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada meminta analgesic

Menurukan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control

Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan menigkatkan kemampuan koping.

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

bimbingan imajinasi, visualisasi. Berikan aktivitas tenggang

5.       Berikan obat sesuai indikasi, mis, analgesik

Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian, sehingga menurunakan nyeri dan ketidak nyamanan

Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.

 

4.       Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.

Tujuan: setelsh dilskuksn tindakan keperawwatn selama 3x24 jam di harapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria hasil : klien melaporkan selera makannya meningkat

INTERVENSI RASIONAL

Page 24: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

1.       Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi

2.       Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).

3.       Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa)

4.       Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)

5.       Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.

Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.

Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.

Asupan kalori dan protein tinggi perlu diberikan untuk mengimbangi status hipermetabolisme klien keganasan.

Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12 dapat mencegah anemia; pemberian asam folat mungkin perlu untuk mengatasi defisiensi karen amalbasorbsi.

Pemberian peroral mungkin dihentikan sementara untuk mengistirahatkan saluran cerna.

5.       Diagnosa :  Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi

Tujuan : setelsh dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola eliminasi klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan jumlah dan konsistensi.

Kriteria hasil : klien melaporkan sudah dapat b.a.b dengan teratur.

Intervensi Rasional

Page 25: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

1.  pastikan kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelunya

2.   observasi gerakan usus, warna, konsistensi, dan jumlah

3.   berikan pelunak feses, supositoria gliserin sesuai indikasi

Membantu dalam jadwal irigasi efektif untuk pasien dengan kolostomi

Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi

Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan/evakuasi feses

6.       Diagnosa : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 3x24 jam diharapkan dapat meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanpa infeksi.

Kriteria hasil : klien melaporkan luknya sudah sembuh atau mulai sembuh / mengering

INTERVENSI RASIONAL

1.        Observasi luka, catat karakteristik drainase

2.     Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan tekhnik aseptic

3.     Dorong posisi miring dengan kepala tinggi, hindari duduk lama

Perdarahan pascaoperasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama, dimana infeksi dapat terjadi kapan saja

Sejumlah besar drainase serosa menuntut penggantian dengan sering untuk menurunkan iritasi kulit dan potensial ptensi

Meningkatkan drainase dari luka parineal atau drain menurunkan resiko pengumpulan. Duduk lama meningkatkan tekanan parineal, menurunkan sirkulasi keluka, dan memperlambat penyembuhan

Page 26: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

4.    Kalaborasi irigasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan garam faal, larutan hidrogen peroksida, atau larutan antibiotic

5.    Kalaborasi rendam duduk

Diperlukan untuk menginflamasi/ infekasi praoperasi atau kontaminasi intraoperasi

Meningkatkan kebersihan dan memudahkan penyembuhan.

7.       Diagnosa :  Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker

Tujuan: Setelah dilkukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam menunjukkan rileks

Kriteria hasil : Klien melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani. 

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1.    Orientasikan klien dan orang terdekat

terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang

diharapkan.

2.    Eksplorasi kecemasan klien dan berikan

umpan balik.

3.    Tekankan bahwa kecemasan adalah

masalah yang lazim dialami oleh banyak

orang dalam situasi klien saat ini.

4.     Ijinkan klien ditemani keluarga

Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/ rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.

Mengidentifikasi faktor pencetus/ pemberat masalah kecemasan dan menawarkan solusi yang dapat dilakukan klien.

Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami oleh klien satu-satunya dengan harapan klien dapat memahami dan menerima

Page 27: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

(significant others) selama fase

kecemasan dan pertahankan ketenangan

lingkungan.

5.    Kolaborasi pemberian obat sedatif.

6.    Pantau dan catat respon verbal dan non

verbal klien yang menunjukan kecemasan.

keadaanya.

Memobilisasi sistem pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan menurunkan kecemsan.

Menurunkan kecemasan, memudahkan istirahat.

Menilai perkembangan masalah klien.

Mendapatkan informasi keefektifan terapi yang diberikan.

8.       Diagnosa :  Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperaawatn selama 2x24 jam di harapkan klien dapat menerima kondisi diri sesuai situasi, menerima perubahan kedalam konsep diri tanpa harga diri yang negative.

Kriteria hasil : klien menyatakan penerimaan tentang kondisi diri dengan baik.

INTERVENSI RASIONAL

Page 28: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

1.       Pastikan apakah konseling dlakukan bila mungkin dan/atau ostomi perlu untuk diskusikan

2.    Dorong pasien/orang tedekat untuk menyatakn perasaan tentang ostomi

3.     Catat prilaku menarik diri. Peningkatan ktergantungan, manipulasi, atau tidak terlibat pada perawatan.

4.    Berikan kesempatan pada pasien untuk menerima ostomi melalui partisipasi pada perawatan diri.

5.     Rencanakan/jadwalkan perawatan dengan pasien

6.    Pertahankan pendekatan positif selama aktifitas perawatan. Jangan perlihatkan rasa marah secara pribadi

7.    Diskusikan kemungkinan kontak dengan pengunjung ostomi, dan buat perjanjian untuk kunjungan berikutnya bila diperlukan.

Memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan pasien terhadap pengetahuan tentang situasi pasien.

Membantu pasien untuk menyadari perasaannya tidak biasa dan perasaan bersalah tentng mereka tidak perlu/tidak membantu

Dugaan masalah pada pnilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih ketat.

Ketergantungan pada perawatan diri membantu untuk memperbaiki kepercayaan diri dan peneriman situai

Meningkatkan rasa kontroling dan memberikan pesan pada pasien bahwa ia dapat menangani hal tersebut, meningkatkan harga diri

Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan merasakan baik tentang diri sendiri.

Dapat  memberikan sistem pendukung yang baik

Page 29: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

9.       Diagnosa : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.

Tujuan :  setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan dapat meningkatkan pemahaman klien kondisi/tentang penyakit, tindakan dan prognosis. Dengan melakukan prosedur yang diperlukan, menjelaskan alasan tindakan.

Kriteria hasil : klien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan penyakit serta prosedur yang akan dilakukan pada dirinya.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1.       Kaji tingkat pengetahuan klien/ orang terdekat dan

kemampuan/kesiapan  belajar klien.

2.        

3.   Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab/faktor

risiko, dan dampak penyakit terhadap perubahan

status kesehatan-sosio-ekonomi, fungsi-peran dan

pola interaksi sosial klien.

4.    Jelaskan tentang terapi pembedahan, radiasi dan

kemoterapi serta efek samping yang dapat terjadi

5.   Tekankan pentingnya mempertahan kan asupan

nutrisi dan cairan yang adekuat.

Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh

kesiapan fisik dan mental klien.

Meningkatkan pengetahuan klien tentang masalah

yang dialaminya.

Meningkatkan partisipasi dan kemandirian klien

untuk mengikuti program terapi.

Penderita kanker yang mengikuti program terapi yang tepat dengan status gizi yang adekuat meningkatkan kualitas hidupnya. 

BAB IV

Page 30: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas

PENUTUP

A.    Simpulan

Penyakit hemoroid dan Ca kolorektal adalah penyakit yang menyerang bagian kolon dan rectum .Resiko terkena kedua penyakit tersebut dapat diturunkan dengan menjaga gaya hidup individu tersebut.

B.     Saran

Dianjurkan untuk selalu mengkonsumsi makanan yang bayak mengandung serat, kecukupan nutrisi tubuh sebaiknya dipenuhi secara seimbang

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah,Edisi 8,Vol.2.  Jakarta: EGC

Doenges dkk. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC

Price & Wilson. 2006. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.6. Jakarta: EGC

Prayuda hendi, Muhammad. Asuhan Keperawatan Pasien dengan  Ca Colon. Inhttp://www.scribd.com. Lustupdate 13 november 2011

Malini, eva. 2009. Askep Hemeroid Pasien Hemeroid dan Ca Colorectal. Inhttp://www.scribd.com. Lustupdate 27 november 201