asuhan keperawatan intususepsi

27
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KONGENITAL INTUSUSEPSI PADA ANAK DISUSUN OLEH : EVITA.YULIANTI.R FARADILLA.ATTAMIMI SEPTIA DWI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MH.THAMRIN

Upload: anastasya-tawa-doa

Post on 26-Oct-2015

179 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN KONGENITAL

INTUSUSEPSI PADA ANAK

DISUSUN OLEH :

EVITA.YULIANTI.R

FARADILLA.ATTAMIMI

SEPTIA DWI WAHYUNINGSIH

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MH.THAMRIN

2013

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr…Wb…

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunianya kepada kami sehingga saya dapat menyelesaikan makalah KEPERAWATAN ANAK

yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KONGENITAL

INTUSUSEPSI PADA ANAK .kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepeda

1. Ibu Ns.Luchi Nurfitrianti.Skep ,selaku dosen pembimbing kami2. Ibu Ilah Muhafilah,Skep,MKes selaku Ketua Prodi

Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita

Wassalamualaikum Wr….Wb…

Jakarta 10.juni.2013

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakanng

1.2 Tujuan penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Anatomi fisiologi

2.2 Definisi penyakit

2.3 Etiologi

2.4 Patofisiologi

2.5 Manifestasi klinis

2.6 Komplikasi

2.7 Pemeriksaan penunjang

BAB III ASKEP

3.1 Pengkajian

3.2 Diagnosa

3.3 Intervensi

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus masuk ke dalam segmen lainnya; yang bisa berakibat dengan obstruksi / strangulasi. Umumnya bagian yang peroksimal (intususeptum) masuk ke bagian distal (intususepien).Intususepsi adalah keadaan yang umumnya terjadi pada anak-anak, dan merupakan kejadian yang jarang terjadi pada dewasa, Angka kejadian intususepsi (invaginasi) dewasa sangat jarang , menurut angka yang pernah dilaporkan adalah 0,08% dari semua kasus pembedahan lewat abdomen dan 3% dari kejadian obstruksi usus , angka lain melaporkan 1% dari semua kasus obstruksi usus, 5% dari semua kasus invaginasi (anak-anak dan dewasa), sedangkan angka-angka yang menggambarkan angka kejadian berdasarkan jenis kelamin dan umur belum pernah dilaporkan, sedangkan segmen usus yang telibat yang pernah dilaporkan Anderson 281 pasien terjadi pada usus halus ( Jejunum, Ileum ) 7 pasien ileocolica, 12 pasien cecocolica dan 36 colocolica dari 336 kasus yang ia laporkan . Desai pada 667 pasien menggambarkan 53% pada duodenum,jejunum atau ileum, 14% lead pointnya pada ileoseccal, 16% kolon dan 5% termasuk appendik veriformis.Hampir 70 % kasus invaginasi terjadi pada anak-anak umur kurang dari 1 tahun (Bisset et all, 1988) sedangkan Orloff mendapatkan 69% dari 1814 kasus pada bayi dan anak-anak umur kurang dari 1 tahun (Cohn 1976). Chairl Ismail 1988 mendapatkan insiden tertinggi dicapai pada anak-anak umur antara 4 sampai dengan 9 bulan. Perbandingan antara laki-laki dan wanita adalah 2:1 (Kartono, 1986; Cohn 1976; Chairul Ismail !988).Insidensi tertinggi dari inttususepsiterdapat pada usia dibawah 2 tahun (Ellis 1990). Orloof mendapatkan 69% dari1814 kasus pada anak-anak terjadi pada usia kurang dari 1 tahun (Cohn 1976). Pada bayi dan anak-anak intususepsi merupakan penyebab kira-kira 80-90% dari kasus obstruksi. Pada orang dewasa intususepsi lebih jarang terjadi dan diperkirakan menjadi penyebab kira-kira 5% dari kasus obstruksi (Ellis, 1990)Invaginasi terjadi karena adanya sesuatu di usus yang menyebabkan peristaltik berlebihan, biasanya terjadi pada anak-anak tetapi dapat juga terjadi pada dewasa. Pada anak-anak 95% penyebabnya tidak diketahui, hanya 5% yang mempunyai kelainan pada ususnya sebagai penyebabnya. Misalnya diiverticulum Meckeli, Polyp, Hemangioma (Schrock, 88). Sedangkan invaginasi pada dewasa terutama adanya tumor yang menyebabkannya (Dunphy 80). Perbandingan kejadian antara pria dan wanita adalah : 3 : 2 (Swenson,90), pada orang tua sangat jarang dijumpai (Ellis ,90).

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

1.2 Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Bayi/anak dengan Intususepsi adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui gangguan saluran pencernaan pada bayi dan anak yang disebabkan oleh obstruksi pada usus yaitu intususepsi.

2. Mengetahui dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak dan bayi dengan gangguan obstruksi usus intususepsi

3. Untuk memenuhi tugas keperawatan anak

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Anatomi fisiologi

a. Anatomi usus halusUsus halus terdiri dari 3 bagian yaitu duodenum, yejunum dan ileum. Panjang duodenum 26 cm, sedangkan yejunum + ileum : 6 m Dimana 2/5 bagian adalah yejunum (Snel, 89). Sedangkan menurut schrock 1988 panjang usus halus manusia dewasa adalah 5-6 m. Batas antara duodenum dan yejunum adalah ligamentum treits.Yejunum dan ileum dapat dibedakan dari :

1. Lekukan –lekukan yejunum terletak pada bagian atas rongga atas peritoneum di bawah sisi kiri mesocolon transversum ; ileum terletak pada bagian bawah rongga peritoneum dan dalam pelvis.

2. Jejunum lebih besar, berdinding lebih tebal dan lebih merah daripada ileum Dinding jejunum terasa lebih tebal karena lipatan mukosa yang lebih permanen yaitu plica circularis, lebih besar, lebih banyak dan pada yejunum lebih berdekatan sedangkan pada bagian atas ileum lebar, dan pada bagian bawah lipatan ini tidak ada.

3. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen diatas dan kiri aorta, sedangkan mesenterium ileum melekat dibawah dan kanan aorta.

4. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya menmbentuk satu atau dua aarkade dengan cabang-cabang yang panjang dan jarang yang berjalan ke dinding usus halus. Ileum menerima banyak pembuluh darah yang pendek, yang beraal dari 3 atau 4 atau malahan lebih arkade.

5. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat pangkalan dan lemak jarang ditemukan didekat dinding usus halus. Pada ujung mesenterium ileum lemak disimpan di seluruh bagian , sehingga lemak ditemukan dari pangkal sampai dinding usus halus.

6. Kelompokan jaringan limfoid (Agmen Feyer) terdapat pada mukosa ileum bagian bawah sepanjang pinggir anti mesentrik.

Perbedaan usus halus dan usus besar pada anatomi adalah :» Perbedaan eksterna

1. Usus halus (kecuali duodenum) bersifat mobil, sedang kan colon asenden dan colon desenden terfiksasi tidak mudah bergerak.

2. Ukuran usus halus umumnya lebih kecil dibandingkan dengan usus besar yang terisi.

3. Usus halus (kecuali duodenum) mempunyai mesenterium yang berjalan ke bawah menyilang garis tengah, menuju fosa iliaka kanan.

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

4. Otot longitudinal usus halus membentuk lapisan kontinyu sekitar usus. Pada usus besar (kecuali appendix) otot longitudinal tergabung dalam tiga pita yaitu taenia coli.

5. Usus halus tidak mempunyai kantong lemak yang melekat pada dindingnya. Usus besar mempunyai kantong lemak yang dinamakan appandices epiploideae.

6. Dinding usus halus adalah halus, sedangkan dinding usus besar sakular.

» · Perbedaan interna1. Mucosa usus halus mempunyai lipatan yang permanen yang dinamakan plica

silcularis, sedangkan pada usus besar tidak ada.2. Mukosa usus halus mempunyai fili, sedangkan mukosa usus besar tidak

mempunyai.3. Kelompokan jaringan limfoid (agmen feyer) ditemukan pada mukosa usus halus ,

jaringan limfoid ini tidak ditemukan pada usus besar

2.2 Definisi Penyakit

intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus masuk ke dalam segmen lainnya; yang bisa berakibat dengan obstruksi / strangulasi. Umumnya bagian yang peroksimal (intususeptum) masuk ke bagian distal (intususepien). Intususepsi paling sering mengenai daerah ileosekal, dan lebih jarang terjadi pada orang tua dibandingkan dengan pada anak-anak. Pada kebanyakan kasus pada orang tua dapat diketemukan penyebab yang jelas, umumnya tumor yang membentuk ujung dari intususeptum.

2.3 Etiologi

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

Menurut kepustakaan 90-95% terjadi pada anak dibawah 1 tahun akibat idiopatik. Pada waktu operasi hanya ditemukan penebalan dinding ileum terminal berupa hipertrophi jaringan limfoid (plaque payer) akibat infeksi virus (limfadenitis) yang mengkuti suatu gastroenteritis atau infeksi saluran nafas. Keadaan ini menimbulkan pembengkaan bagian intusupseptum, edema intestinal dan obstruksi aliran vena à obstruksi intestinal à perdarahan. Penebalan ini merupakan titik permulaan invaginasi.Pada anak dengan umur > 2 tahun disebabkan oleh tumor seperti limpoma, polip, hemangioma dan divertikel Meckeli. Penyebab lain akibat pemberian anti spasmolitik pada diare non spesifik. Pada umur 4-9 bulan terjadi perubahan diet makanan dari cair ke padat, perubahan pola makan dicurigai sebagai penyebab invaginasi.Invaginasi pada anak-anak umur kurang dari 1 tahun, tidak dijumpai kelinan yang jelas sebagai penyebabnya, sehingga digolongkan sebagai invantile idiophatic intususeption.Sedangkan pada anak-anak umur lebih dari 2 tahun dapat dijumpai kelinan pada usus sebagai penyebabnya, misalnya divertical meckel, hemangioma, polip. Pada orang tua sangat jarang dijumpai kasus invaginasi (Tumen 1964; kume GA et al, 1985; Ellis 1990), seta tidak banyak tulisan yang membahas tentang invaginasi pada orangtua secar rinci.Penyebab terjadinya invaginasi bervariasi, diduga tindakan masyarakat tradisional berupa pijat perut serta tindakan medis pemberian obat anti-diare juga berperan pada timbulnya invaginasi. Infeksi rotavirus yang menyerang saluran pencernaan anak dengan gejala utama berupa diare juga dicurigai sebagai salah satu penyebab invaginasi Keadaan ini merupakan keadaan gawat darurat akut di bagian bedah dan dapat terjadi pada semua umur. Insiden puncaknya pada umur 4 – 9 bulan, hampir 70% terjadi pada umur dibawah 1 tahun dimana laki-laki lebih sering dari wanita kemungkinan karena peristaltic lebih kuat. Perkembangan invaginasi menjadi suatu iskemik terjadi oleh karena penekanan dan penjepitan pembuluh-pembuluh darah segmen intususeptum usus atau mesenterial. Bagian usus yang paling awal mengalami iskemik adalah mukosa. Ditandai dengan produksi mucus yang berlebih dan bila berlanjut akan terjadi strangulasi dan laserasi mukosa sehingga timbul perdarahan. Campuran antara mucus dan darah tersebut akan keluar anus sebagai suatu agar-agar jeli darah (red currant jelly stool).Keluarnya darah per anus sering mempersulit diagnosis dengan tingginya insidensi disentri dan amubiasis. Ketiga gejala tersebut disebut sebagai trias invaginasi. Iskemik dan distensi sistem usus akan dirasakan nyeri oleh pasien dan ditemukan pada 75% pasien. Adanya iskemik dan obstruksi akan menyebabkan sekuestrisasi cairan ke lumen usus yang distensi dengan akibat lanjutnya adalah pasien akan mengalami dehidrasi, lebih jauh lagi dapat menimbulkan syok. Mukosa usus yang iskemik merupakan port de entry intravasasi mikroorganisme dari lumen usus yang dapat menyebabkan pasien mengalami infeksi sistemik dan sepsis.Intususepsi pada dewasa kausa terbanyak adalah keadaan patologi pada lumen usus, yaitu suatu neoplasma baik yang bersifat jinak dan atau ganas, seperti apa yang pernah dilaporkan ada perbedaan kausa antara usus halus dan kolon sebab terbanyak intususepsi pada usus halus adalah neoplasma yang bersifat jinak (diverticle meckel’s, polip) 12/25 kasus sedangkan pada kolon adalah bersifat ganas (adenocarsinoma)14/16 kasus. Etiologi lainnya yang frequensiny labih rendah seperti tumor extra lumen seperti lymphoma, diarea , riwayat pembedahan abdomen sebelumnya,

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

inflamasi pada apendiks juga pernah dilaporkan intususepsi terjadi pada penderita AIDS , pernah juga dilaporkan karena trauma tumpul abdomen yang tidak dapat diterangkan kenapa itu terjadi dan idiopatik .Perbedaan dalam etiologi merupakan hal utama yang membedakan kasus yang terjadi pada bayi/ anak-anak penyebab intususepsi tidak dapat diketahui pada kira-kira 95% kasus. Sebaliknya 80% dari kasus pada dewasa mempunyai suatu penyebab organik, dan 65% dari penyebabnya ini berupa tumor baik benigna maupun maligna.Oleh karenannya banyak kasus pada orang dewasa harus ditangani dengan anggapan terdapat keganasan. Insidensi tumor ganas lebih tinggi pada kasus yang hanya mengenai kolon saja (Cohn 1976).

2.4 Patofisiologi

Berbagai variasi etiologi yang mengakibatkan terjadinya intususepsi pada dewasa pada intinya adalah gangguan motilitas usus terdiri dari dua komponen yaitu satu bagian usus yang bergerak bebas dan satu bagian usus lainya yang terfiksir/atau kurang bebas dibandingkan bagian lainnya, karena arah peristaltik adalah dari oral keanal sehingga bagian yang masuk kelumen usus adalah yang arah oral atau proksimal, keadaan lainnya karena suatu disritmik peristaltik usus, pada keadaan khusus dapat terjadi sebaliknya yang disebut retrograd intususepsi pada pasien pasca gastrojejunostomi . Akibat adanya segmen usus yang masuk kesegmen usus lainnya akan menyebabkan dinding usus yang terjepit sehingga akan mengakibatkan aliran darah menurun dan keadaan akhir adalah akan menyebabkan nekrosis dinding usus.Perubahan patologik yang diakibatkan intususepsi terutama mengenai intususeptum. Intususepien biasanya tidak mengalami kerusakan. Perubahan pada intususeptum ditimbulkan oleh penekanan bagian ini oleh karena kontraksi dari intususepien, dan juga karena terganggunya aliran darah sebagai akibat penekanan dan tertariknya mesenterium. Edema dan pembengkakan dapat terjadi. Pembengkakan dapt sedemikian besarnya sehingga menghambat reduksi. Adanya bendungan menimbulkan perembesan (ozing) lendir dan darah ke dalam lumen. Ulserasi pada dindidng usus dapat terjadi. Sebagai akibat strangulasi tidak jarang terjadi gangren. Gangren dapat berakibat lepasnya bagian yang mengalami prolaps. Pembengkakan ddari intisuseptum umumnya menutup lumen usus. Akan tetapi tidak jarang pula lumen tetap patent, sehingga obstruksi komplit kadang-kadang tidak terjadi pada intususepsi (Tumen 1964).Invaginasi akan menimbulkan gangguan pasase usus (obstruksi) baik partiil maupun total dan strangulasi (Boyd, 1956). Hiperperistaltik usus bagian proksimal yang lebih mobil menyebabkan usus tersebut masuk ke lumen usus distal. Usus bagian distal yang menerima (intussucipient) ini kemudian berkontraksi, terjadi edema. Akibatnya terjadi perlekatan yang tidak dapat kembali normal sehingga terjadi invaginasiIntestinal obstruksi terdapat dua bentuk yaitu : mekanik obstruksi dan neurogenik obstruksi paralitik (Meingot’s 90 ; Bailey 90).

Menurut etiologinya ada 3 keadaan :

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

1. sebab didalam lumen usus

2. sebab pada dinding usus

3. sebab diluar dinding usus (Meingot’s 90)

Menurut tinggi rendahnya dibagi : obstruksi usus halus letak tinggi , obstruksi usus halus letak rendah dan obstruksi usus besar.

Berdasarkan waktunya dibagi :

1. Acuta intestinal obstruksi

2. Cronik intestinal obstruksi

3. Acut super exposed on cronik

Sekitar 85 % dari obstruksi mekanik usus terjadi di usus halus dan 15 % terjadi di usus besar (Schrock, 82).

Aethiologiobstruksi usus halus menurut Schrock 88 adalah :

1. Adhesion

2. Hernia

3. Neoplasma

4. Intussusception

5. volvulus

6. benda asing

7. batu empedu

8. imflamasi

9. strictura

10. cystic fibrosis

11. hematoma

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

2.5 Maniestasi klinis

Umumnya bayi dalam keadaan sehat dan gizi baik. Pada tahap awal muncul gejala strangulasi berupa nyeri perut hebat yang tiba – tiba. Bayi menangis kesakitan saat serangan dan kembali normal di antara serangan. Terdapat muntah berisi makanan/minuman yang masuk dan keluarnya darah bercampur lendir (red currant jelly) per rektum. Pada palpasi abdomen dapat teraba massa yang umumnya berbentuk seperti pisang (silindris).Dalam keadaan lanjut muncul tanda obstruksi usus, yaitu distensi abdomen dan muntah hijau fekal, sedangkan massa intraabdomen sulit teraba lagi. Bila invaginasi panjang hingga ke daerah rektum, pada pemeriksaan colok dubur mungkin teraba ujung invaginat seperti porsio uterus, disebut pseudoporsio. Pada sarung tangan terdapat lendir dan darah.

Gejala yang dapat timbul adalah :

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

a. Nyeri kolik hebat yang timbul mendadak, hilang timbul, serangan tiap 15-30 menit dan lamanya 1-2 menit.

b. Anak merasa tersiksa, gelisah dan menangis keras.

c. Anak menjadi rewel, letargi intermiten atau progresif.

d. Dehidrasi, nyeri tekan dan distensi abdomen ( penyakit lanjut )

e. Kembung, perut berbentuk scaphoid.

f. Muntah, kadang ada cairan empedu.

g. Pucat, lemas, berkeringat dan lesu.

h. Nadi lemah dan cepat.

i. Pernafasan dangkal dan cepat.

j. Kentut jarang atau tidak ada.

k. Diare, karena penyumbatan sebagian ( sedikit ).

l. Sembelit, karena penyumbatan total.

m. Palpasi abdomen teraba massa berbentuk sosis.

n. Anoreksia, penurunan berat badan ( bila lebih lanjut ).

o. Demam, terutama bila usus mengalami perforasi.

p. Bila defekasi bercampur darah dan lendir ( curant jelly stool ).

q. Kemudian berangsur-angsur defekasi bercampur jaringan nekrosis

( terry stool ).

2.6 Komplikasi

Bila intususepsi tidak segera ditangani, maka dapat terjadi komplikasi seperti :

1. Perforasi usus

Apabila kondisi usus semakin memburuk dari obstruksi usus sampai nekrosis jaringan segmen usus. Awalnya aliran darah yang melewati usus mengalmi penurunan sehingga menyebabkan adanya pembengkakan dan peradangan. Pembengkakan dapat menyebabkan perforasi.

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

2. Syok

Sebagai akibat dari kemajuan penyakit dengan gejala yang meliputi kelesuan, denyut jantung cepat, denyut nadi lemah, tekanan darah rendah, dan nafas cepat.

3.7 Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan perut dapat teraba sausage shape pada 24 % penderita. Suatu massa dengan lekukan dan posisinya mengikuti garis usus colon ascendens sampai ke sigmoid dan rektum.Perkusi pada tempat invaginasi terkesan suatu rongga kosong. Bising usus terdengar meninggi selama serangan kolik, menjadi normal kembali di luar serangan. Colok dubur memperlihatkan darah lendir dan kadang-kadang teraba pseudo-portio bila invaginasi sudah mencapai recto-sigmoid.

Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :

Foto polos abdomen memperlihatkan kepadatan seperti suatu massa di tempat intususepsi.Posisi supine dan lateral dekubitus kiri. Posisi lateral dekubitus kiri ialah posis penderita yang dibaringkan dengan bagian kiri di atas meja dan sinar dari arah mendatar. Dengan posisi ini, selain untuk mengetahui invaginasi juga dapat mendeteksi adanya perforasi.Pada foto abdomen tampak bagian proksimal invaginasi banyak darah sedangkan bagian kanan kosong.Pemeriksaan dengan barium enema didapatkan gambaran cuping dari intususepsi. ( kontra indikasi bila sudah terdapat tanda-tanda peritonitis ).Foto setelah pemberian enema barium memperlihatkan gagguan pengisisan atau pembentukan cekungan pada ujung barium ketika bergerak maju dan dihalangi oleh intususepsi tersebut.

Plat datar dari abdomen menunjukkan pola yang bertingkat (invaginasi tampak seperti anak tangga).Barium enema di bawah fluoroskopi menunjukkan tampilan coiled spring pada usus.Ultrasonogram dapat dilakukan untuk melokalisir area usus yang masuk.

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a. Lakukan pengkajian fisik secara rutin

b. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama deskripsi keluarga tentang gejala.

c. Observasi pola defekasi dan perilaku praoperasi dan pasca operasi

d. Observasi perilaku anak

e. Observasi adanya manifestai intususepsi:

Nyeri abdomen akut tiba-tiba

Anak berteriak dan menarik lutut ke dada

Anak tampak normal dan nyaman selama interval di antara episode nyeri

Muntah

Letargi

Keluarnya feses seperti jeli merah ( feses bercampur darah dan mucus abdomen lunak ( pada awal penyakit )

Nyeri tekan dan distensi abdomen ( penyakit lanjut )

Massa berbentuk sosis yang dapat diraba dikuadran kanan atas

Kuadran kanan bawah kosong ( tanda dance )

Demam, prostasi dan tanda-tanda lain peritonitis

Observasi adanya manifestasi intususepsi yang lebih kronis:

Diare

Anoreksia

Penurunan berat badan

Muntah (kadang-kadang )

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

Nyeri periodic, Nyeri tanpa gejala lain ( pada anak yang lebih besar )

3.2 Diagnosa Keperawatan

a.Pre operasi

Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.

Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

Resiko konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus.

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelainan absorbsi cairan.

Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi.

Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi berlebih.

Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang relevan.

Syok hipolemik berhubungan dengan muntah, perdarahan dan akumulasi cairan dan elektrolit dalam lumen.

Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, lingkungan yang asing

· Inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi, demam.

b. Post operasi

Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif.

Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.

Koping tidak efektif berhubungan dengan tingkat kontrol persepsi

tidak adekuat, krisis situasional.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi.

Cemas berhubungan dengan krisis situasional, nyeri.

Nyeri berhubungan dengan invaginasi usus.

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.

3.3 Intervensi

a. Preoperasi

Diagnosa keperawatan : nyeri berhubungan dengan invaginasi usus.

Intervensi :

Observasi perilaku bayi sebagai indikator nyeri, dapat peka rangsang- dan sangat sensitif untuk perawatan atau letargi atau tidak responsive.

Perlakukan bayi dengan sangat lembut.

Jelaskan penyebab nyeri dan yakinkan orangtua tentang tujuan tes- diagnostik dan pengobatan.

Yakinkan anak bahwa analgesik yang diberikan akan mengurangi rasa- nyeri yang dirasakan.

Jelaskan tentang intususepsi dan reduksi hidrostatik usus yang dapat mengurangi intususepsi.

Jelaskan resiko terjadinya nyeri yang berulang.

Diagnosa keperawatan : syok hipovolemik berhubungan dengan muntah, perdarahan dan akumulasi cairan dan elektrolit dalam lumen..

Intervensi :

Pantau tanda vital, catat adanya hipotensi, takikardi, takipnea,- demam.

Pantau masukan dan haluaran.

Perhatikan adanya mendengkur atau pernafasan cepat dan dangkal jika berada pada keadaan syok.

Pantau frekuensi nadi dengan cernat dan ketahui rentang nadi yang- tepat untuk usia anak.

Laporkan adanya takikardi yang mengindikasikan syok.

Kurangi suhu karena demam meningkatkan metabolisme dan membuat oksigenasi selama anestesi menjadi lebih sulit.

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

Diagnosa keperawatan : Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan

Intervensi :

Hindarkan palpasi area operasi jika tidak diperlukan.

Masukkan selang rektal jika diindikasikan, untuk membebaskan udara.

Dorong untuk buang air untuk mencegah distensi vesika urinaria.

Berikan perawatan mulut untuk memberikan rasa nyaman.

Berikan posisi yang nyaman pada anak jika tidak ada kontraindikasi.

Diagnosa keparawatan : inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi,

Intervensi :

Gunakan tindakan pendinginan untuk mengurangi demam, sebaiknya 1 jam setelah pemberian antipiretik.

Cegah terjadi kedinginan, bila anak menggigil tambahkan pakaian.

b. Post operasi

Diagnosa keperawatan : nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.

Intervensi :

Hindarkan palpasi area operasi jika tidak diperlukan.

Masukkan selang rektal jika diindikasikan, untuk membebaskan udara.

Dorong untuk buang air untuk mencegah distensi vesika urinaria.

Berikan perawatan mulut untuk memberikan rasa nyaman.

Lubrikasi lubang hidung untuk mengurangi iritasi.

Berikan posisi yang nyaman pada anak jika tidak ada kontraindikasi.

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

Diagnosa keparawatan : inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi, demam.

Intervensi :

Gunakan tindakan pendinginan untuk mengurangi demam, sebaiknya 1 jam setelah pemberian antipiretik.

Meningkatkan sirkulasi udara.

Mengurangi temperatur lingkungan.

Menggunakan pakaian yang ringan / tipis.

Paparkan kulit terhadap udara.

Gunakan kompres dingin pada kulit.

Cegah terjadi kedinginan, bila anak menggigil tambahkan pakaian.

Monitor temperatur.

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

BAB IVPENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berbagai gangguan yang terdapat pada saluran pencernaan bayi dan anak salah satunya adalah adanya obstruksi pada usus dan hal ini mencakup mekanik maupun paralitik. Sedangkan intususepsi merupakan salah satu bentuk gangguan obstruksi usus yang sifatnya mekanik.Intususepsi merupakan gangguan saluran pancernaan yang dimanifestasikan dengan terjadinya invaginasi usus ke dalam bagian usus di bawahnya. Masalah yang utama muncul yaitu terjadinya rasa nyeri abdomen yang paroksismal. Serta terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit hingga terjadi syok hipovolemik.

4.2 Saran

Dalam memberikan perawatan kepada bayi atau anak dengan gangguan saluran pencernaan obstruksi usus mekanik ini yaitu intususepsi harus diperhatikan ancaman yang dapat muncul selain rasa nyeri yaitu resiko terjadinya syok yang dapat menyebabkan kematian. Sehingga tenaga kesehatan harus benar – benar memperhatikan tanda – tanda yang mengarah ke arah syok.

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN INTUSUSEPSI

DAFTAR PUSTAKA

1. Wong, Donna L, Marilyn Hockenberry- Eaton, Wilson- Winkelstein, Wong’s essentials of pediatric nursing, America, Mosby, 2001.

2. Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan,dkk. Jakarta, 2001.

3. Wong, Donna L. Wong and Whaley’s clinical Manual Of Pediatric Nursing. St. Louis Nissori: Mosby, 1996

4. Brought, Helen.dkk. 2008. Rujukan Cepat Pediatrik dan Kesehatan Anak. EGC: Jakarta