asuhan keperawatan gangguan muskuloskeletal

30
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL DISLOKASI Posted on June 3, 2013 by dhanti “DISLOKASI” A. DEFINISI Beberapa Pengertian Dislokasi: Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) ( Brunner & Suddarth ). Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000). Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138). Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya

Upload: ridho-cinta-nita

Post on 09-Apr-2016

63 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN

MUSKULOSKELETAL DISLOKASI

Posted on June 3, 2013 by dhanti

“DISLOKASI”

A.  DEFINISI

Beberapa Pengertian Dislokasi:

Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan

secara anatomis (tulang lepas dari sendi) ( Brunner & Suddarth ).

Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan

suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur,

dkk. 2000).

Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah

tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. ( Buku Ajar Ilmu

Bedah, hal 1138).

Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.

Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya

seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah

sendi  yang ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi

kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila

dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus

dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan,

semakin baik penyembuhannya.

Page 2: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

B.  ETIOLOGI

Dislokasi disebabkan oleh :

1.    Cedera olahraga. Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak

bola dan hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat

bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan keeper pemain sepak bola paling

sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja

menangkap bola dari pemain lain.

2.    Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga. Benturan keras pada sendi saat

kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.

3.    Terjatuh. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.

4.    Patologis. Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan

komponen vital penghubung tulang.

C.      PATOFISIOLOGI

Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital

yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas

sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari

patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi.

Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan

timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan

panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi

kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan

cara dibidai.

 D.     MANIFESTASI KLINIS

1.

Page 3: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

1. Deformitas pada persendiaan

Kalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat suatu celah.

1. Gangguan gerakan

Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.

1. Pembengkakan

Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi

deformitas.

1. Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi

Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.

5.   Kekakuan.

 E.      KLASIFIKASI

Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1.  Dislokasi kongenital. Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

2.  Dislokasi patologik. Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.

misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan

tulang yang berkurang.

3. Dislokasi traumatik. Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan

mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat edema (karena

mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat

mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur

sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :

Page 4: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

a. Dislokasi Akut

Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan

pembengkakan di sekitar sendi

b. Dislokasi Berulang.

Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut

dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi

pada shoulder joint dan patello femoral joint. Dislokasi biasanya sering dikaitkan

dengan patah tulang/fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang

patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

 Berdasarkan tempat terjadinya :

1. Dislokasi Sendi Rahang

Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :

1. Menguap atau terlalu lebar.

2. Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita

tidak dapat menutup mulutnya kembali.

2.   Dislokasi Sendi Bahu

Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial

glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid

(dislokasi inferior).

3.   Dislokasi Sendi Siku

Page 5: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat

menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk

dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.

4.   Dislokasi Sendi Jari

Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi

tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah

telapak tangan atau punggung tangan.

1. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal

Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.

6.   Dislokasi Panggul

Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum

(dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur

menembus acetabulum (dislokasi sentra).

7.   Dislokasi Patella

1. a.  Paling sering terjadi ke arah lateral.

1. Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi

lateral patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.

2. c.  Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi

secara bedah.

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan

oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau

kontraksi otot dan tarikan.

 F.      PENATALAKSANAAN

Page 6: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan pada tempat

kejadian. Dislokasi dapat direposisi tanpa anastesi, misalnya pada sendi bahu atau

siku. Reposisi dapat diadakan dengan gerakan atau perasat yang  barlawanan dengan

gaya trauma dan kontraksi atau tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan dengan

kekuatan, sebab mungkin sekali mengakibatkan patah tulang. Untuk mengendurkan

kontraksi dan spasme otot perlu diberikan anastesi setempat atau umum. Kekenduran

otot memudahkan reposisi.

1. Lakukan  reposisi segera.

2. Dengan manipulasi secara hati-hati permukaan sendi diluruskan kembali.

Tindakan ini sering dilakukan anestesi umum untuk melemaskan otot-ototnya.

3. Dislokasi sendi :

1. Dislokasi sendi kecil dapat direposisi ditempat kejadian tanpa anestesi.

Misalnya dislokasi jari ( pada fase shock ), dislokasi siku, dislokasi

bahu.

2. Dislokasi sendi besar. Misalnya panggul memerlukan anestesi umum

3. Fisioterapi harus segera mulai untuk mempertahankan fungsi otot dan

latihan yang aktif dapat diawali secara dini untuk mendorong gerakan

sendi yang penuh, khususnya pada sendi bahu.

4. Tindakan pembedahan harus dilakukan bila terdapat tanda-tanda

gangguan neumuskular yang berat atau jika tetap ada gangguan

vaskuler setelah reposisi tertutup berhasil dilakukan secara lembut.

Pembedahan terbuka mungkin diperlukan, khususnya kalau jaringan

lunak terjepit diantara permukaan sendi.

5. Persendian tersebut disangga dengan pembedahan, dengan

pemasangan gips, misalnya pada sendi panngkal paha, untuk

memberikan kesembuhan pada ligamentum yang teregang.

6. Dislokasi reduksi: dikembalikan ke tempat semula dengan

menggunakan anastesi jika dislokasi berat.

Page 7: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

7. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan

dikembalikan ke rongga sendi.

8. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi

dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.

9. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi

halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi.

10. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa

penyembuhan.

 G.     ASUHAN KEPERAWATAN

1. 1.      Pengkajian

Ø Identitas Pasien dan Penanggung Jawab

Ø Nama

Ø Jenis kelamin

Ø Usia

Ø Status

Ø Agama

Ø Alamat

Ø Pekerjaan

Ø Pendidikan

Ø Bahasa

Ø Suku bangsa

Ø Dx Medis

Ø Sumber biaya

Ø Riwayat keluarga

Ø Genogram

Ø Keterangan genogram

Ø Status kesehatan

Ø Status kesehatan saat ini

Page 8: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

-   Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)

-   Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini

-  Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

Ø Status kesehatan masa lalu

-   Penyakit yang pernah dialami

-   Pernah dirawat

-   Alergi

-   Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol atau lain – lain yang merugikan kesehatan)

Ø Riwayat penyakit keluarga

Ø Diagnosa Medis dan Therapi

Ø Pola Kebutuhan dasar (menurut Virginia Hunderson)

Ø Bernafas

Ø Makan dan minum

Ø Eleminasi

Ø Gerak dan aktifitas

Ø Istirahat tidur

Ø Pengaturan suhu tubuh

Ø Kebersihan diri

Ø Rasa nyaman

Ø Rasa aman

Ø Sosial

Ø Pengetahuan

Ø Rekreasi

Ø Spiritual

Page 9: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

Ø Prestasi

Ø Pemeriksaan fisik

Ø Tanda – tanda vital (Nadi,Temp,RR,TD)

Ø Keadaan Fisik (IPPA)

-   Pemeriksaan neurologis

-   Ekstremitas (atas dan bawah )

Ø Pemeriksaan penunjang

-  Foto X-ray

-  Foto rontgen

Ø Data Subyektif :

-   Terjadi kekauan pada sendi

-   Adanya nyeri pada sendi

Ø Data Obyektif :

-  Perubahan panjang ekstremitas

-  Sulit menggerakkan ekstremitas

-  Meringis

-  Foto rontgen menunjukkan tulang lepas dari sendi

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan pergeseran sendi ditandai dengan adanya

trauma jaringan dan tulang

Page 10: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan pergesaran sendi ditandai

dengan kekakuan pada sendi

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan dilakukannya reposisi ditandai

dengan pembidaian

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang ekstremitas

ditandai dengan perubahan postur tubuh

5. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan dilakukannya reposisi

ditandai dengan pembedaian

6. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terjepitnya pembuluh

darah ditandai dengan edema

3. Intervensi Keperawatan

Nyeri yang berhubungan dengan kompresi serabut saraf pinggul.

Tujuan  :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 jam diharapkan nyeri

berkurang atau teratasi.

Kriteria Hasil   :

Nyeri berkurang/terkontrol (skala nyeri 1-3)

Pasien tidak gelisah

Tanda-tanda vital normal

INTERVENSI RASIONAL

Jelaskan dan bantu klien

dengan tindakan pereda

nyeri non faramakologis

dan non invasif

Pendekatan dengan menggunakan relaksasi

dan nonfarmakologis lainnya telah

menunjukan keefektifan dalam mengurangi

nyeri.

Lakukan manajemen Istirahat secara fisiologis akan mengurangi

Page 11: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

nyeri keperawatan :

Istirahatan klien

kebutuhan oksigen yang di perlukan untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme basal.

Dekatkan dengan orang

terdekat

Bayi yang mengalami nyeri akibat dislokasi

kongenital memerlukan orang terdekat

untuk mengurangi kegelisahannya.

Ajarkan teknik relaksasi

pernafasan dalam ketika

nyeri muncul

Meningkatkan asupan O2 sehingga akan

menurunkan nyeri sekunder akibat iskemia

spina .

Ajarkan teknik distraksi

pada saat nyeri

Distraksi (pengalihan perhatian) dapat

menurunkan stimulus internal.

Kolaborasi dengan

dokter : pemberian

analgetik

Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga

nyeri akan berkurang.

Kolaborasi untuk

pemasangan traksi

pinggul

Penarikan femur dapat menurunkan

kompresi saraf sehingga dapat menurunkan

respon nyeri.

Kolaborasi untuk

dilakukan reduksi tertutup

Dislokasi harus di reduksi secepat mungkin

di bawah pengaruh anastesi umum. Reduksi

tertutup akan menurukan kompresi saraf

skiatika.

Risiko tinggi trauma yang berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang

panggul, cedera neuromuskular, pemasangan fiksasi eksterna.

Tujuan  :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, risiko trauma tidak terjadi.

Kriteria hasil  :

klien mau berpartisipasi dalam pencegahan trauma.

Page 12: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

INTERVENSI RASIONAL

Pertahankan tirah baring

dan mobilisasi sesuai

indikasi.

Meminimalkan rangsangan nyeri akibat

antara fragmen tulang dengan jaringan

lunak disekitarnya.

Gunakan pagar tempat

tidur.

Mencegah klien jatuh.

Kolaborasi pemberian

obat antibiotik pasca

bedah.

Antibiotik bersifat

bakteriosida/bakteriostatik untuk

membunuh/menghambat perkembangan

kuman.

Evaluasi tanda/gejala

perluasan cedera jaringan

(peradanagn

lokal/sistemik,seperti

peningkatan nyeri, edema,

demam).

Meniali perkembangan masalah klien.

Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan cedera neuromuskulular

sekunder akibat dilokasi sendi pinggul.

Tujuan    :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hambatan mobilitas

hilang/berkurang/teradaptasi.

Kriteria hasil    :

Klien terlihat mampu melakukan mobilitas fisik secara bertahap.

Klein dapat mengenal cara melakukan mobilisasi

Klien secara kooperatif mau melaksanakan teknik mobilisasi secara bertahap

INTERVENSI RASIONAL

Page 13: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

Kaji kemampuan

mobilisasi 9 ekstermitas.

Membantu dalam mengantisifasi dan

merencanakan pertemuan kebutuhan

individual.

Kaji kemampuan

ekstermitas untuk menilai

adanya defisit neurologis

pada kondisi motorik.

Kelemahan pada ekstermitas di periksa

untuk mengetahui adanya defisit neurologis.

Ajarkan berjalan dengan

penggunaan alat bantu.

Penggunaan alat bantu dapat membantu

mobilisasi berjalan tanpa memberikan beban

pada sendi pinggul yang mengalami

dislokasi atau pasca bedah.

Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasional, ancan terhadap konsep

diri, perubahan status kesehatan/status ekonomi/fungsi peran.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, ansietas klien berkurang/hilang.

Kriteria Hasil   :

Klien terlihat rileks dan secara subjektif menyatakan ansietas berkurang.

INTERVENSI RASIONAL

Bantu klien untuk

mengungkapkan

perasaannya.

Ansietas berkelanjutan menimbulkan

dampak serangan jantung selanjutnya.

Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa

marah, menurunkan kerjasama dan

mungkin memperlambat proses

penyembuhan.

Mulai melakukan Mengurangi rangsangan eksternal yang

Page 14: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

tindakan untuk

mengurangi ansietas. Beri

lingkungan yang tenang

dan suasana penuh

istirahat.

tidak perlu.

Tingkatkan kontrol

sensasi klien.

Kontrol sensasi klien dengan cara

memberikan informasi tentang keadaan

klien, menekankan terhadap sumber koping

yang posistif, membantu latihan relaksasi

dan teknik pengalihan dan memberikan

respon yang posistif.

Orientasikan klien

terhadap prosedur rutin

dan aktivitas yang

diharapakan.

Orientasi dapat mengurangi ansietas .

Beri kesempatan kepada

klien untuk

mengungkapkan

ansietasnya.

Dapat menghilangkan ketegangan terhadap

kekhawatiran yang tidak di ekspresikan.

Berikan privasi untuk

klien dan orang

terdekatnya.

Memberiakan waktu untuk

mengekspresikan perasaan, menghilangkan

ansietas dan perilaku adaptasi. Adanya

keluarga atau teman yang dipilih klien

untuk melayani aktivitas dan pengalihan

akan mengurangi terisolasi.

5. Evaluasi

Evaluasi : fase akhir dari keperawatan adalah evaluasi terhadap keperawatan yang

diberikan, sedangkan hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan

Page 15: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

kualitas data teratasi atau tidaknya masalah klien, pencapaian tujuan serta ketetapan

intervensi keperawatan

Evaluasi adalah penilaian terhadap respon pasien setelah dilakukan keperawatan yang

disusun pada tahap perencanaan. Pada pasien fraktur tibia dan fibula (cruris) post op

orif dengan tujuan dan kriteria hasil seperti yang ada di atas, maka evaluasi yang

diharapkan :

1.   Menyatakan perasaan nyeri, hilang atau terkontrol.

2.   Pasien memperlihatkan kemandirian dalam aktifitas.

3. Pasien mengetahui kondisi, prognosis dan kebutuhan tindakan medis, 

memperlihatkan tanda vital yang normal.

4.   Tidak mengalami infeksi lokal maupun sistemik.

5.   Memperlihatkan suhu tubuh yang normal.

 

 

KASUS DISLOKASI

 

STATUS PASIEN

A.      IDENTITAS PASIEN

Nama                   : Tn. I

Umur                    : 20 tahun

Page 16: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

Alamat                 : Tulang Bawang

Pekerjaan                         : Wiraswasta

Agama                 : Islam

Masuk RSUAM    : 30 April 2007

B.      ANAMNESIS (Autoanamnesa)

1.       Keluhan Utama                     : Panggul kiri belakang terasa linu

2.       Keluhan Tambahan              : Kesulitan berjalan secara normal.

3.       Riwayat Perjalanan Penyakit            :

Tiga bulan yang lalu pasien mengalami kecelakaan antara motor dengan motor dan

keduanya saling bertabrakan dengan kecepatan tinggi ± 80 km/jam. Pasien mengaku

terpental ke kiri sejauh 3m hingga jatuh ke selokan dengan panggul kiri menghantam

dinding selokan . Pasien merasakan ada pembengkakan di panggul kiri belakang.

Pasien mengaku tidak hilang kesadaran saat kecelakaan.

Sesaat setelah terjatuh pasien mencoba berdiri namun tidak sanggup karena merasa

nyeri pada panggul kiri belakangnya. Setelah kecelakaan di bawa ke tukang urut

hingga belasan kali dan berhenti pergi ke tukang urut sejak 1 bulan yang lalu karena

masih merasa ada benjolan pada panggul kiri belakang yang terasa nyeri disekitarnya

dan terpincang-pincang saat berjalan. Hal ini yang kemudian membawa pasien datang

berobat ke RSUAM.

4.         Riwayat Keluarga     :

Tidak ada anggota keluarga yang menderita gangguan perdarahan, hipertensi dan

diabetes mellitus.

Page 17: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

5.         Riwayat Terdahulu   : -

6.         Riwayat Pengobatan

Skeletal traksi 10 kg : Mulai tanggal 1 April 2007

C.      PEMERIKSAAN FISIK, 1 Mei 2007

1.       Status Present

* Keadaan umum : Tampak sakit sedang

* Kesadaran : komposmentis

* Tekanan Darah : 120/70 mmHg

* Nadi : 80x/mnt

* RR : 20 x/mnt

* Suhu : 36,8 o C

2.       Status Generalis

a.       Kepala

* Bentuk               : Normal

* Rambut                         : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut

* Mata                 : sokor, refleks pupil (+), sklera tidak kuning, konjungtiva palpebra

tidak tampak pucat, palpebra tak tampak bengkak

* Telinga              : Simetris, liang lapang, sekret (-)

Page 18: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

* Mulut                : Bibir tidak pucat, tidak kering, gusi tak berdarah, lidah tak

nampak kotor

b.      Leher

* Inspeksi             : Simetris, tak tampak benjolan, JVP tak tampak.

* Palpasi   : trakea di tengah, tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid

c.       Thoraks

- Inspeksi : Bentuk simetris

- Palpasi : Tidak ada pembesaran KGB supraklavikula dan aksila

d.      Paru-Paru

* Inspeksi : Pernafasan simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan abnormal,

* Palpasi : Fremitus vokal kanan = kiri, KGB aksila tak ada pembesaran.

* Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

* Auskultasi : suara vesikuler normal, suara nafas tambahan (-)

e.       Jantung

* Inspeksi                         : Ictus cordis tak terlihat

* Palpasi               : Ictus tak teraba

* Perkusi               : Batas kanan : ICS 4, sternal kanan

Batas kiri       : ICS 5, midklafikula kiri

Page 19: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

* Auskultasi           : Bunyi jantung murni, frekuensi normal, regular, bunyi jantung

tambahan (-)

f.        Abdomen

Inspeksi                : Perut datar, simetris.

Palpasi                   : Hepar tak teraba, lien tidak teraba, ginjal tak teraba nyeri tekan

(-), KGB inguinal tak ada pembesaran.

Perkusi                 : Suara timpani

Auskultasi            : Bising usus normal

g.      Ekstremitas

* Superior            : Oedem (-)

* Inferior              : Oedem (-)

3.       Status Lokalis Ekstremitas Inferior regio coxae sinistra:

a.       Look. (persiapan operasi)

v  Pemendekan pada tungkai kiri

v  Tungkai atas kiri nampak flexi, serta keseluruhan tungkai kiri tampak adduksi dan

endorotasi

v  Warna kulit sama dengan daerah sekitar

v  Terdapat benjolan pada panggul kiri belakang yang keras

(hari ke1, post operasi)

Page 20: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

v Terpasang traksi dengan beban 10 kg pada femur distal sinistra

b.      Feel.( tgl 1 Mei 2007, persiapan operasi )

v Nyeri tekan     : (-) pada pelvis sinistra

v Nyeri sumbu   : (-) pada pelvis sinistra

v Suhu kulit hangat

v Krepitasi (-)

( Hari ke 1, post operasi)

v Nyeri tekan : (+) pada tempat traksi( femur distal sinistra)

v Nyeri sumbu tidak silakukan

c.       Move (tgl 1 Mei 2007, persiapan operasi )

v ROM : Aktif (+)200 , Pasif (+) 400

(hari ke 1, post operasi )

v Tak dapat dinilai karena nyeri pada lokasi pemasangan traksi

d.      Neurovaskuler

v Sensibilitas                  : Rangsangan raba (+)

v A.dorsalis pedis          : Teraba (+)

D.     DIAGNOSIS KERJA

Dislokasi caput femur posterior sinistra

Page 21: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

E.       PENATALAKSANAAN

1.       Medikamentosa

- Antibiotik

- Analgetik

2.       Tindakan

- Skeletal Traksi

- Reposisi dislokasi

F.       PROGNOSIS

1.       Mekanisme trauma

Caput femur dipaksa keluar dan ke belakang acetabulum melalui suatu trauma yang

dihantarkan pada diafisis femur dimana sendi panggul dalam posisi fleksi atau

semifleksi. Trauma biasanya terjadi karena kecelakaan lalu lintas dimana lutut

penumpang dalam keadaan fleksi dan menabrak dengan keras bagian depan lutut.

misalnya kecelakaan mobil dimana lutut terbentur ke dasboard.

Lima puluh persen dislokasi disertai fraktur pada pinggir acetabulum dengan fragmen

kecil atau besar.

2.       Gambaran klinis

Penderita biasanya datang setelah suatu trauma yang hebat disertai nyeri dan

deformitas pada daerah sendi panggul. Sendi panggul teraba menonjol ke belakang

dalam posisi adduksi, fleksi dan rotasi interna. Terdapat pemendekan anggota gerak

bawah.

Page 22: Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal

3.       Pemeriksaan Radiologis

Dengan sinar-x akan diketahui jenis dislokasi dan apakah dislokasi disertai fraktur

atau tidak. Pemeriksaan radiografi menunjukkan caput os femur berada di atas

acetabulum.

4.       Terapi

Dislokasi harus direposisi secepatnya dengan pembiusan umum disertai relaksasi

yang cukup. Penderita dibaringkan dengan pembantu menahan panggul. Sendi

panggul difleksikan serta lutut difleksikan 900 dan kemudian dilakukan penarikan

pada paha secara vertikal. Setelah direposisi, stabilitas sendi diperiksa apakah sendi

panggul dapat didislokasi dengan cara menggerakkan secara vertikal pada sendi

panggul.

Pada tipe II setelah reposisi, maka fragmen yang besar difiksasi dengan screw secara

operasi. Pada tipe III biasanya dilakukan reduksi tertutup dan apabila ada fragmen

yang terjebak dalam acetabulum dikeluarkan melalui tindakan operasi. Tipe IV dan V

juga dilakukan reduksi secara tertutup dan apabila bagian fragmen yang lepas tak

tereposisi maka harus dilakukan reposisi dengan operasi.

5.       Perawatan pasca reposisi

Traksi kulit selama 4-6 minggu, setelah itu tidak menginjakkan kaki dengan jalan

mempergunakan tongkat selama 3 bulan.