asuhan keperawatan diare

Upload: dian-rusmiati

Post on 12-Oct-2015

78 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Anak Program Profesi Ners Angkatan XXVII

Disusun oleh:

MELAWATI 220112130547DIAN RUSMIATI 220112130575FITRIYANI DERMAWAN220112130534

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS KEPERAWATANBANDUNG2014

1.1 DEFINISIDiare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali/ hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gr/hari) dan konsistensi (feses cair). Diare secara umum terjadi bila isi bergerak terlalu cepat melalui usus dan kolon dimana terdapat ketidakadekuatan waktu untuk absorbsi sekresi gastrointestinal (Smeltzer, 2001).

1.2 ETIOLOGI Diare dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu (penggatian hormon tiroid, pelunak feses dan laktasif, antibiotik, kemoterapi dan antasida), pemberian makan per selang, gangguan metabolik dan endokrin (diabetes, Addison, tirotoksikosis) serta proses infeksi virus/bakteri (disentri, Shigelosis, keracunan makanan). Proses penyakit lain yang dihubungkan dengan diare adalah gangguan nutrisi dan malabsorbsi (sindrom usus peka, kolitis ulseratif, enteritis regional dan penyakit seliaka), defisit sfingter anal, sindrom Zollinger-Ellison, paralitik ileus dan obstruksi usus (Smeltzer, 2001).

1.3 KLASIFIKASIDiare dapat bersifat akut atau kronis. Ini dapat diklasifikasikan sebagai volume tinggi, volume rendah, sekresi, osmotik atau campuran. Diare dengan volume banyak terjadi bila terdapat lebih dari satu liter feses cair per hari. Diare dengan volume sedikit terjadi bila terdapat kurang dari satu liter feses cair yang dihasilkan per hari (Smeltzer, 2001).Diare dapat dikategorisasi sebagai berikut:a. Diare Sekretorik: sekresi cairan usus netto yang isotonik dengan plasma dan menetap selama puasa b. Diare Osmotik: gaya osmotik berlebihan yang ditimbulkan oleh zat terlarut dalam lumen dan mereda dengan puasac. Penyakit Eksudatif: keluarnya tinja purulen berdarah yang menetap selama puasa; tinja sering keluar, tetapi volumenya mungkin sedikit atau banyakd. Malabsorpsi: keluarnya tinja dalam jumlah besar disertai peningkatan osmolaritas akibat nutrien dan kelebihan lemak (steatorea) yang tidak diserap; hal ini biasanya mereda dengan puasae. Gangguan Moltilitas: sangat bervariasi dalam hal pengeluaran tinja, volume dan konsistensinya; bentuk lain diare harus disingkirkan (Robbins, 2007).

1.4 DERAJAT DEHIDRASIDerajat dehidrasi1. Kehilangan berat badana. 2,5 % tidak ada dehidrasib. 2,5-5% Dehidrasi ringanc. 5-10 % dehidrasi sedangd. > 10% dehidrasi berat2. Skor Maurice KingBagian TubuhN I L A I

Yang Diperiksa012

Keadaan Umum

TurgorMataUUBMulutDenyut NadiSehat

NormalNomralNormalNormalKuat< 120Gelisah cengeng, apatis, ngantukSedikit, kurangSedikit cekungSedikit cekungKeringSedang(120-140)Mengigau, koma/syok

Sangat kurangSangat cekungSangat cekungKering, sianosisLemah> 140

KETERANGAN : Skor : 0-2 dehidrasi ringan 3-6 dehidrasi sedang 7-12 Dehidrasi berat Pada anak-anak Ubun Ubun Besar sudah menutup Untu k kekenyalan kulit :- 1 detik : dehidrasi ringan- 1-2 detik: dehidrasi sedang- > 2 detik : dehidrasi berat

KlasifikasiGejalaTindakan Pengobatan

DiareDehidrasiBeratTerdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut : Letargis atau tidak sadar Mata cekung Tidak bisa minum atau malas minum Cubitan kulit perut kembali sangat lambat Jika tidak ada klasifikasi berat lain : beri cairan untuk dehidrasi berat (Rencana Terapi C) dan Tablet Zinc Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain : Rujuk segera Jika masih bisa minum, berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan Jika ada kolera di daerah tersebut, beli antibiotik untuk kolera

DiareDehidrasi Ringan/SedangTerdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut : Gelisah, rewel/mudah marah Mata cekung Haus, minum dengan lahap Cubitan kulit perut kembali lambat Beri cairan dan makanan sesuai Rencana Terapi B dan Tablet Zinc

Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain : Rujuk segera Jika masih bisa minum, berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan Nasihati kapan kembali segera Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan

1.5 PATOGENESIS DIAREMekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :a. Gangguan osmoticAkibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.b. Gangguan sekresiAkibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga. usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.c. Gangguan motilitas ususHiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.Patogenesis diare akut antara lain :1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare

1.6 MANIFESTASI KLINIS Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lender dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau - hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lender bibir dan mulut serta kulit tampak `kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala - gejalanta yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, kecil, tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis,somnolen, dan kadang-kadang sampai soporokomateus). Akibat dehidrasi, dieresis berkurang, oliguria sampai anuria). Bila sudah ada asidosis metabolic, penderita akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat (kusmaull).

1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya penyakit diare pada balita menurut Staf pengajaran ilmu kesehatan anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), 2007: a. Pemeriksaan tinjaMakroskopis dan mikroskopis. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensib. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau pemeriksaan analisa gas darah menurut Satrup (bila memungkinkan).c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).e. .Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik

1.8 PENATALAKSANAANTiga elemen utama dalam tatalaksana semua anak dengan diare adalah terapi rehidrasi, pemberian zinc, dan lanjutkan pemberian makanan. rejimen rehidrasi dipilih sesuai dengan derajat dehidrasi yang ada. Zinc merupakan mikronutrien yang penting untuk kesehatan dan perkembangan anak. Zinc hilang dalam jumlah banyak selama diare. Penggantian zinc yang hilang ini penting untuk membantu kesembuhan anak dan menjaga anak tetap sehat di bulan-bulan berikutnya.Selama diare, penurunan asupan makanan dan penyerapan nutrisi dan peningkatan kebutuhan nutrisi, sering secara bersama-sama menyebabkan penurunan berat badan dan berlanjut ke gagal tumbuh. Anak dengan dehidrasi berat harus diberi rehidrasi intravena secara cepat yang diikuti dengan terapi rehidrasi oral. Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infuse disiapkan, beri larutan oralit jika anak bias minum. (catatan : larutan intravena terbaik adalah Ringer Laktat, jika tidak ada dapat diberikan Ringer Asetat, jika tidak ada juga bias larutan garam normal (NaCL 0.9%). Larutan glukosa 5% (dextrose) tunggal tidak efektif dan jangan digunakan. Beri 100 ml/kg larutan yang dipilih dan dibagi sesuai table dibawah ini :Tabel 1.3 pemberian cairan intravena bagi anak dengan dehidrasi beratPertama, berikan 30 ml/kg dalamSelanjutnya, berikan 70 ml/kg dalam

Umur < 12 bulan1 jam5 jam

Umur 12 bulan30 menit2 jam

Nilai kembali anak setiap 15-30 menit hingga denyut nadi radial anak teraba. Jika hidrasi tidak mengalami perbaikan, beri tetesan infuse lebih cepat. Selanjutnya nilai kembali anak dengan memeriksa turgor, tingkat kesadran dan kemampuan anak untuk minum, sedikitnya setiap jam, untuk memastikan bahwa telah terjadi perbaikan hidrasi. Jika tanda dehidrasi masih ada, ulangi pemberian cairan intravena seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Dehidrasi berat yang menetap (persisten) setelah pemberian rehidrasi intravena jarang terjadi; hal ini biasanya terjadi hanya bila anak terus menerus BAB cair selama dilakuan rehidrasi.Jika kondisi anak membaik walaupun masih menunjukkan tanda dehidrasi ringan, hentikan infuse dan berikan cairan oralit selama 3-4 jam. Jika anak bias menyusu dengan baik, semangati ibu untuk lebih sering memberikan asi pada anaknya.Jika tidak terdapat tanda dehidrasi, anjurkan ibu untuk menyusui anaknya lebih sering. Lakukan observasi pada anak setidaknya 6 jam sebelum pulang dari rumah sakit, untuk memastikan bahwa ibu dapat meneruskan penanganan hidrasi anak dengan member larutan oralit.Semua anak harus mulai minum larutan oralit (sekitar 5 ml/kgBB/jam) ketika anak bisa minum tanpa kesulitan (biasanya dalam waktu 3-4 jam untuk bayi, atau 1-2 jam pada anak yang lebih besar). Hal ini memberikan basa dan kalium, yang mungkin tidak cukup disediakan melalui cairan infus. Ketika dehidrasi berat berhasil diatasi, beri tablet zinc.< 6 bulan tablet (10 mg) per hari (selama 10 hari)

6 bulan keatas1 tablet (20 mg) per hari (selama 10 hari)

1.9 KOMPLIKASIMenurut Suriyadi dan Yuliani (2005), akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, hipertonik), hipokalemia, hipokalsemia, cardiac dysrhythmias akibat hipokalemi dan hipokalsemi, hiponatremia, syok hipovolemik, dan asidosis.

1.10 Kebutuhan Cairan AnakTubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti protein, lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila terganggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral, secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan sebagai berikut :UmurBerat BadanTotal/24 jamKebutuhan Cairan/Kg BB/24 jam

3 hari10 hari3 bulan6bulan9 bulan1 tahun2 tahun4 tahun6 tahun10 tahun14 tahun18 tahun3.03.25.47.38.69.511.816.220.028.745.054.0250-300400-500750-850950-11001100-12501150-13001350-15001600-18001800-20002000-25002000-27002200-270080-100125-150140-160130-155125-165120-135115-125100-110090-10070-8550-6040-50

Whaley and Wong (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil 1998), Suharyono, Aswitha, Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI (1988), menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut :Derajat DehidrasiPWLNWLCWLJumlah

RinganSedangBerat5075125100100100252525175200250

Keterangan :PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)

1.11 PENCEGAHAN DIARE Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006) adalah sebagai berikut: 1. Pemberian ASI ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare (Depkes RI, 2006). Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Depkes RI, 2006). 2. Pemberian Makanan Pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian (Depkes RI, 2006). Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik yaitu : a) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin. b) Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacangkacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta menyuapi anak dengan sendok yang bersih. c) Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak (Depkes RI, 2006).3. Menggunakan air bersih yang cukup Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006). Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006). Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes RI, 2006). Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah: a) Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia. b) Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber. c) Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air. d) Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan. (Depkes RI, 2006) 4. Mencuci Tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006). 5. Menggunakan Jamban Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006). Yang harus diperhatikan oleh keluarga : a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.b) Bersihkan jamban secara teratur. c) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki. (Depkes RI, 2006) 6. Membuang Tinja Bayi yang Benar Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang harus diperhatikan: a) Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus. b) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus. c) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya. d) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus. e) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya (Depkes RI, 2006) 7. Pemberian Imunisasi Campak Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006). Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio (Depkes RI, 2006). Pencegahan terhadap diare atau pencarian terhadap pengobatan diare pada balita termasuk dalam perilaku kesehatan. Adapun perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok : 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance). Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. 2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan (health seeking behavior) Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. 3. Perilaku kesehatan lingkungan Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya. Untuk menilai baik atau tidaknya perilaku kesehatan seseorang, dapat dinilai dari domain-domain perilaku. Domain-domain tersebut adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dalam penelitian ini domain sikap tidak dinilai, karena merupakan perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup merupakan persepsi seseorang terhadap suatu stimulus, yang mana persepsi ini tidak dapat diamati secara jelas. Sementara tindakan termasuk perilaku terbuka, yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Hal ini dapat secara jelas diamati oleh orang lain (Notoadmodjo, 2003).

ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian 1. Biodata Klien Nama : Tanggal lahir :Usia :Jenis Kelamin :Alamat :Nama orang tua :Pekerjaan orang tua :No Medrek :Tanggal pengkajian :Diagnosa medis :

2. Keluhan Utama : Buang air berkali-kali dengan konsistensi encer

3. Riwayat Kesehatan SekarangPada umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dpat bercampur lendir dan atau darah, keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran

4. Riwayat Kesehatan Masa LaluMeliputi pengkajian riwayat :1) PrenatalKehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (fulterm, prematur, post matur), abortus atau lahir hidup, kesehatan selama sebelumnya/kehamilan, dan obat-obat yang dimakan serta imunisasi.2) NatalLamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang menolong persalinan, penyulit persalinan.3) Post natalBerat badan nomal 2,5 Kg 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm, kondisi kesehatan baik, apgar score , ada atau tidak ada kelainan kongenital.4) FeedingAir susu ibu atau formula, umur disapih (2 tahun), jadwal makan/jumlahnya, pengenalan makanan lunak pada usia 4-6 bulan, peubahan berat-badan, masalah-masalah feeding (vomiting, colic, diare), dan penggunaan vitamin dan mineral atau suplemen lain.5) Penyakit sebelumnyaPenyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan, kompliksi, insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi terhadap rawat inap sebelumnya.6) AlergiApakah pernah menderita hay fever, asthma, eksim. Obat-obatan, binatang, tumbuh-tumbuhan, debu rumah7) Obat-obat terakhir yang didapatNama, dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian.8) ImunisasiPolio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, reaksi yang terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain, gamma globulin/transfusi, pemberian tubrkulin test dan reaksinya.9) Tumbuh KembangBerat waktu lahir 2, 5 Kg 4 Kg. Berat badan bertambah 150 200 gr/minggu, TB bertambah 2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan. Gigi mulai tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, dan bisa berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan.

5. Riwayat PsikososialAnak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua orang tuanya dan sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia 3 tahun (toddlers) sudah belajar bermain dengan teman sebaya.

6. Riwayat SpiritualAnak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa.

7. Reaksi HospitalisasiKecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan lingkungan yang dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sediha. Perubahan pola kegiatan rutinb. Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasic. Kehilangan otonomid. Takut keutuhan tubuhe. Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan terbatasnya kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya

8. Aktivitas Sehari-Hari1. Kebutuhan cairan sesuai usia anak 2. Output cairan :(a) IWL (Insensible Water Loss)(1) Anak : 30 cc / Kg BB / 24 jam(2) Suhu tubuh meningkat : 10 cc / Kg BB + 200 cc (suhu tubuh 36,8 oC)(b) SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang dapat diamati, misalnya berupa kencing dan faeces. Yaitu :(1) Urine : 1 2 cc / Kg BB / 24 jam(2) Faeces : 100 200 cc / 24 jam

9. Pemeriksaan Fisika) Tanda-tanda vitalSuhu badan : mengalami peningkatanNadi : cepat dan lemahPernafasan : frekuensi nafas meningkatTekanan darah : menurun

b) AntropometriPemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan.c) PernafasanBiasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi nafas tambahan.d) CardiovasculerBiasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.e) PencernaanDitemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encerf) PerkemihanVolume diuresis menurun.g) MuskuloskeletalKelemahan fisik akibat output yang berlebihan.h) Integumenlecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jeleki) EndokrinTidak ditemukan adanya kelaianan.j) PenginderaanMata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainank) ReproduksiTidak mengalami kelainan.l) NeorologisDapat terjadi penurunan kesadaran.

10 Pemeriksaan Tingkat Perkembangan1) Motorik KasarSudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju dengan bantuan, mulai bisa bersepeda roda tiga.2) Motorik HalusMenggambat lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi3) Personal SosialSudah belajar bermain dengan teman sebayanya.

B. Analisa Data DataEtiologiMasalah

DS :Nyeri perutUrgensi Kejang perutDO : Lebih dari 3x BAB perhariBising usus hiperaktif1. Faktor infeksi -> berkembang di usus -> hipersekresi air dan elektrolit -> peningkatan isi usus -> diare 2. Faktor makanan -> racun/allergen -> peradangan saluran cerna -> hiperperistaltik -> penyerapan makanan di usus menurun -> diare Diare

DS : HausDO : Penurunan turgor kulit/lidahMembran mukosa/kulit keringPeningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darahPengisian vena menurunPerubahan status mentalKonsentrasi urin meningkatTemperatur tubuh meningkat Kehilangan berat badan secara tiba-tiba Penurunan urin outputHmt meningkatKelemahan

Faktor makanan -> racun/allergen -> peradangan saluran cerna -> hiperperistaltik -> penyerapan makanan di usus menurun -> diare -> cairan keluar bersama feses -> kehilangan Na, K -> defisit volume cairan Defisit volume cairan

DS :Nyeri abdomenMuntahKejang perutRasa penuh tiba-tiba setelah makan DO : DiareRontok rambut yang berlebihKurang nafsu makanBising usus berlebihKonjungtiva pucatDenyut nadi lemahFaktor makanan -> racun/allergen -> peradangan saluran cerna -> hiperperistaltik -> penyerapan makanan di usus menurun -> diare -> distensi abdomen -> mual, muntah, -> nyeri abdomen -> nafsu makan menurun -> ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

DS : Menyatakan secara verbal adanya masalahDO :Ketidakakuratan mengikuti instruksiPerilaku tidak sesuaiFaktor makanan -> racun/allergen -> peradangan saluran cerna -> hiperperistaltik -> penyerapan makanan di usus menurun -> diare -> klien banyak bertanya tentang mas alah penyakitnya ->kurangnya informasi tentang penyakit dan pengobatan -> kurang pengetahuan Kurang pengetahuan

C. Diagnosa Keperawatan 1. Diare bd faktor psikologis, situasional, fisiologis2. Defisit volume cairan bd kehilangan volume cairan secara aktif 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan bd ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis4. Kurang pengetahuan bd keterbatasan kognitif, tidak mengetahui sumber-sumber informasi

D. Rencana Asuhan KeperawatanDiagnosa KeperawatanTujuanIntervensiRasional

Diare bd faktor psikologis (stress, cemas), faktor situasional (keracunan, kontaminasi, pemberian makanan melalui selang, penyalahgunaan laksatif, efek samping obat, travelling, malabsorpsi, proses infeksi, parasit, iritasi)DS :Nyeri perutUrgensi Kejang perutDO : Lebih dari 3x BAB perhariBising usus hiperaktifSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama diare klien teratasi dengan kriteria :Tidak ada diareFeses tidak ada darah dan mucusNyeri perut tidak adaPola BAB normalElektrolit normalAsam basa normalHidrasi baik (membran mukosa lembab, tidak panas, TTV normal, hematokrit dan urin output dalam batas normal 1. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan diare 2. Kelola pemeriksaan kultur sensitivitas feses

3. Evaluasi jenis intake makanan

4. Evaluasi pengobatan yang berefek samping gastroinstestinal

5. Instruksikan pada keluarga klien untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi feses6. Monitor hasil lab (elektrolit dan leukosit)

7. Monitor turgor kulit, mukosa oral sebagai indikator dehidrasi8. Kolaborasi dengan dokter jika tanda dan gejala diare menetap1. Untuk mengetahui penyebab dari diare2. Untuk mengetahui jenis bakteri, virus yang menyebabkan diare3. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan diare4. Obat-obatan yang mempunyai efek samping gastrointestinal dapat menyebabkan diare5. Untuk menentukan intervensi yang tepat

6. Saat diare elektrolit biasanya menurun dan leukosit meningkat7. Menentukan derajat dehidrasi

8. Pemberian obat dengan tepat

Defisit Volume Cairan bd kehilangan volume cairan secara aktif DS : HausDO : Penurunan turgor kulit/lidahMembran mukosa/kulit keringPeningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darahPengisian vena menurunPerubahan status mentalKonsentrasi urin meningkatTemperatur tubuh meningkat Kehilangan berat badan secara tiba-tiba Penurunan urin outputHMT meningkatKelemahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil : Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normalTekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normalTidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Orientasi terhadap waktu dan tempat baikJumlah dan irama pernapasan dalam batas normalElektrolit, Hb, HMT dalam batas normalpH urin dalam batas normalIntake oral dan intravena adekuat 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2. Monitor status hidrasi (kelembaban mebran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah)3. Monitor hasil lab (BUN, Hmt, osmolalitas urin, albumin, total protein)4. Monitor TTV setiap 15 menit-1jam5. Berikan cairan oral

6. Monitor status nutrisi

7. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam 8. Kolaborasi pemberian cairan IV1. Memberikan status keseimbangan cairan dan untuk menentukan kebutuhan cairan pengganti2. Menentukan derajat dehidrasi

3. Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa4. Monitor status hidrasi5. Memenuhi kebutuhan cairan yang keluar bersama feses 6. Pembatasan diet peroral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik usus7. Menetapkan kebutuhan cairan klien8. Pemberian cairan IV penting untuk mengganti kebutuhan cairan tubuh saat terjadi dehidrasi berat

Ketidakseimbangan nurtrisi kurang dari kebutuhan bd ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis DS :Nyeri abdomenMuntahKejang perutRasa penuh tiba-tiba setelah makan DO : DiareRontok rambut yang berlebihKurang nafsu makanBising usus berlebihKonjungtiva pucatDenyut nadi lemahSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama nutrisi kurang teratasi dengan indikator : Albumin serum, pre albumin serum, hematokrit, hemoglobin, total iron binding capacity, jumlah limfosit 1. Kaji adanya alergi makanan 2. Monitor adanya penurunan BB 3. Monitor lingkungan selama makan 4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva5. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb, dan Ht6. Monitor mual dan muntah7. Monitor intake nutrisi8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan klien

Kurang pengetahuan bd keterbatasan kognitif, tidak mengetahui sumber-sumber informasi

DS : Menyatakan secara verbal adanya masalahDO :Ketidakakuratan mengikuti instruksiPerilaku tidak sesuai Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama klien/keluarga menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil : -klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan-klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar-klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya 1.Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga

2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit diare dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi fisiologi, dengan cara yang tepat3. gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit diare

4.identifikasi kemungkinan penyebab diare

5. diskusikan pilihan terapi dan penanganan

1. Mengetahui informasi apa saja yang dibutuhkan klien dan keluarga2. Meningkatkan pemahaman tentang perjalanan penyakit diare

3. Meningkatkan pemahaman tentang diare sehingga klien dan keluarga dapat mencegahnya4. Pemahaman tentang masalah ini dapat menekan terjadinya diare5. Meningkatan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan

24

DAFTAR PUSTAKA

------------------------. 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik IndonesiaRobbiins, Stanley L. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: EGCSmeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC