assei mirobiologi.pdf

Upload: gusti-ayu-suastini

Post on 02-Jun-2018

228 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 assei mirobiologi.pdf

    1/7

    0

    LAPORAN PRAKTIKUM

    MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

    ASSEI MIKROBIOLOGI

    Nama : I Gusti Ayu Nyoman Suastini

    NIM : 1208505061

    Kelompok : V

    Golongan : II

    Tanggal Praktikum : 22 April 2014

    Asisten : Desi Bintari

    JURUSAN FARMASI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS UDAYANA

    2014

  • 8/10/2019 assei mirobiologi.pdf

    2/7

    1

    I. PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang

    Pengontrolan pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan dengan

    menggunakan zat-zat kimia, perlakuan fisik ataupun perlakuan biologis. Senyawa

    kimia yang terdapat dalam tanaman dapat digunakan sebagai antimikroba atau

    menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Assei mikrobiologi dilakukan untuk

    mengetahui aktivitas atau potensi antibiotik yang ditunjukan pada kondisi yang

    sesuai dengan efek daya hambat terhadap mikroorganisme. Suatu penurunan

    aktivitas antimikroba juga dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat

    ditunjukkan oleh metode kimia sehingga pengujian secara mikrobiologi atau

    biologi biasanya merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang

    kemungkinan hilangnya aktivitas (Harmita dan Radji, 2008).

    Zat antimikroba yang digunakan dalam pengobatan bertujuan untuk

    mengeleminasi mikroorganisme infektif atau mencegah terjadina infeksi. Zat

    antimikroba yang berguna untuk terapi harus menghambat mikroorganisme

    infektif dan bersifat toksik hanya terhadap patogen infektif, tetapi tidak terhadap

    inangnya. Antibiotik mewakili kelompok terbesar dari zat antimikroba. Antibiotik

    adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dalam jumlah

    kecil dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain

    (Harmita dan Radji, 2008).

    Kandungan senyawa kimia dalam tumbuhan juga dapat digunakan sebagai

    zat antimikroba. Maka dari itu dilakukan suatu pengujian terhadap beberapa

    tumbuhan yang diduga memiliki aktivitas antimikroba.

    1.2

    Tujuan

    1.Untuk mengetahui teknik yang digunakan dalam menentukan potensi suatu

    senyawa sebagai antimikroba

    2.Untuk mengetahui daya hambat sampel sebagai antimikroba

  • 8/10/2019 assei mirobiologi.pdf

    3/7

    2

    II. MATERI DAN METODE

    Pada praktikum ini dilakukan percobaan assei mikrobiologi untuk mengetahui

    potensi suatu senyawa sebagai antimikroba. Metode yang digunakan adalah metode

    sumur difusi. Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu, kencur, lengkuas,

    bawang putih, daun sirih, jeruk nipis dan rimpang jahe. 200l kulturE. coliditambahkan

    dengan 10 mL nutrient agar (NA). Media yang telah membeku selanjutnya dibuatkan

    sumur difusi sebanyak 4 buah yang masing-masing ditandai sebagai: K1 (kontrol

    antibiotik levofloxacin), K2(kontrol air steril), U1(ulangan ekstrak sampel), U2(ulangan

    ekstrak sampel). Ekstrak sampel dibuat dengan cara menggerus masing-masing sampel

    tersebut pada mortir dan ditambahkan sedikit air steril kemudian diperas dengan kain

    kasa hingga diperoleh ekstrak dari sampel tersebut. Pada sumur difusi masing-masing

    ditambahkan 20l antibiotik pada K1, air steril pada K2dan ekstrak sampel pada U1dan

    U2. Selanjutnya dilakukan inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam dan diamati zona

    bening sebanyak 4 kali ulangan kemudian dihitung rata-ratanya dan % daya hambat.

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1Hasil Pengamatan

    (Terlampir)

    3.2Pembahasan

    Aktivitas atau potensi antibiotik dapat ditunjukkan pada kondisi yang

    sesuai dengan efek daya hambat terhadap mikroorganisme (Harmita dan Radji,

    2008). Pada keenam sampel yang digunakan, 4 dari sampel (lengkuas, bawang

    putih, daun sirih, dan jeruk nipis) menunjukkan adanya aktivitas antimikroba

    yang ditandai dengan adanya zona bening yang mengelilingi sumur difusi tempat

    zat dengan aktivitas antimikroba terdifusi.

    Berdasarkan hasil percobaan, rimpang jahe dan kencur tidak menunjukkan

    adanya aktivitas daya hambat. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang

    menyebutkan bahwa kencur dan jahe mempunyai aktivitas antimikroba terutama

    S. aureus danE. coli.Kencur memiliki minyak atsiri yang tersusun atas etil ester

    asam sinamat, etil ester asam para metoksi sinamat, borneol, campfen, dan

  • 8/10/2019 assei mirobiologi.pdf

    4/7

    3

    golongan senyawa flavonoid (Mursito, 2003). Selain itu, menurut Hapsari (1994)

    yang dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kencur mempunyai daya

    antibakteri terhadapE. coli. Ketidaksesuaian percobaan dengan pustaka yang ada

    dapat disebabkan oleh senyawa yang bersifat sebagai antimikroba yang terdapat

    dalam kencur dan jahe tidak sepenuhnya terdistribusi dalam pelarut air steril,

    sehingga diperlukan ekstraksi khusus untuk memperoleh ekstrak yang diinginkan.

    Jahe mengandung senyawa antimikroba golongan fenol, flavonoid,

    terpenoid dan minyak atsiri yang terdapat pada ekstrak jahe merupakan golongan

    senyawa bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba (Nursal, dkk.,

    2006). Adanya senyawa fenol mengakibatkan terjadinya penghambatan pada

    sintesis dinding sel. Penghambatan pertumbuhan sel mikroba oleh komponen

    fenol atau alkohol dari rempah-rempah disebabkan kemampuan fenol untuk

    mendenaturasi protein dan merusak membran sel dengan cara melarutkan lemak

    yang terdapat pada dinding sel, karena senyawa ini mampu melakukan migrasi

    dari fase cair ke fase lemak (Purwani, dkk., 2009). Lengkuas menurut Sinaga,

    dkk., (2009) yang dalam penelitiannya menyebutkan bahwa lengkuas juga

    memiliki aktivitas antibakteri akibat adanya kandungan minyak atsiri di

    dalamnya.

    Allium sativum (bawang putih) memiliki zat aktif allicin yang efektif

    untuk membunuh mikroba. Allicin merupakan senyawa sulfur yang reaktif dan

    cenderung tidak stabil yang mempunyai kemampuan untuk melawan katalisator

    biologis (enzim) khususnya yang berda di dalam atau di bawah lapisan bakteri

    yang dibutuhkan untuk pertumbuhan reproduksi bakteri (Ramadanti, 2008). Daun

    sirih mengandung senyawa fenol yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

    Fenol dapat berperan sebagai racun bagi mikroba yaitu dengan menghambat

    aktivitas enzim, berikatan dengan gugus sulfhidril dan protein (Suliantari, dkk.,

    2008). Pada percobaan ini jeruk nipis memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi

    yaitu 90,22%. Aktivitas antibakteri dari buah jeruk nipis karena mengandung

    sejumlah asam organik seperti asam sitrat yang merupakan komponen utama,

  • 8/10/2019 assei mirobiologi.pdf

    5/7

    4

    asam malat, asam laktat dan asam tartarat. Penghambatan sebagai antibakter dari

    asam organuk karena penurunan pH di bawah kisaran pertumbuhan

    mikroorganisme dan penghambatan metabolisme oleh molekul asam yang tidak

    terdisosiasi (Rahardjo, 2012).

    IV. KESIMPULAN

    4.1Teknik yang digunakan dalam menentukan potensi suatu senyawa sebagai

    antibiotik adalah metode sumur difusi. Metode ini berdasarkan difusi senyawa

    dari sumur yang dibuat tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri.

    Mikroorganisme yang ditambahkan senyawa antibiotic akan dihambat

    pertumbuhannya yang membentuk zona bening di sekeliling sumur yang berisi

    senyawa antibiotik.

    4.2Berdasarkan percobaan, empat sampel yaitu, lengkuas, bawang putih, daun sirih

    dan jeruk nipis memiliki aktivitas daya hambat terhadap mikroorganisme, dimana

    aktivitas daya hambat terbesar terdapat pada jeruk nipis sebesar 90,22%. Sampel

    kencur dan jahe tidak menunjukkan aktivitas daya hambat, ha ini tidak sesuai

    dengan literatur yang menyebutkan bahwa kencur dan jahe dapat menghambat

    pertumbuhan mikroorganisme.

    DAFTAR PUSTAKA

    Hapsari, R. 1994. Daya Antibakteri Kencur (Kaempferia galangal, Linn) TerhadapStaphyloccocus aureus dan Escherichia coli Koleksi Laboratorium

    Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Secara In Vitro.

    Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan

    Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. JakartaHarmita dan M. Radji. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. Cetakan I. Penerbit Buku

    Kedokteran EGC. Jakarta

    Mursito, B. 2003. Ramuan Tradisional Untuk Pelangsing Tubuh. Penebar Swadaya.

    JakartaNursal, S. Wulandari., W. S. Juwita. 2006. Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber

    officinale Roxb) dalam Mengahambat Pertumbuhan Koloni Bakteri

    Escherichia colidan Bacillus subtilis. Jurnal Biogenesis 2 (2) : 64-66. ISSN:1829-5460

  • 8/10/2019 assei mirobiologi.pdf

    6/7

    5

    Purwani, E. S. W. N. Hapsari., R. Rauf. 2009. Respon Hambatan Bakteri Gram

    Positif dan Negatif Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Diawetkan

    Dengan Ekstrak Jahe (Zingiber officinale). Jurnal Kesehatan 2 (1) : 61-70:ISSN 1979-7621Rahardjo, A. H. D. 2012. Efektivitas Jeruk Nipis Dalam Menurunan Bakteri

    Salmonella danE. coliPada Dada Karkas Ayam Broiler.IJAS2 (3) : 91-94

    Ramadanti, I. A. 2008. Uji Aktivitas Bawang Putih (Allium sativum) TerhadapBakteri E. coli In Vitro. (Skripsi). Fakultas Kedokteran Universitas

    Diponegoro

    Sinaga, E., Noverita., dan D. Fitria. 2009. Daya Antibakteri Jamur Endofit Yang

    Diisolasi dari Daun Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga). Jurnal FarmasiIndonesia 4 (4) : 161-170

    Suliantari., B. S. L. Jenie., M. T. Suhartono., dan A. Apriyantono. 2008. Aktivitas

    Antibakteri Ekstrak Sirih Hijau (Piper betle L) Terhadap Bakteri PatogenPangan.Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 19 (1) : 1-7

  • 8/10/2019 assei mirobiologi.pdf

    7/7

    6

    LAMPIRAN

    Gambar 1. Hasil Inkubasi Sampel Jeruk Nipis