aspek neurologis penyakit tetanus wd. hanum
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
1/33
ASPEK NEUROLOGIS PENYAKIT TETANUS
Waode Hanum Parianum Hani, Sri Muriyati
I. PENDAHULUAN
Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya
tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospamin, suatu toksin
protein yang kuat yang disebabkan oleh Clostridium tetani.1
Tetanus disebut juga dengan "Seven day Disease". Pada tahun 189,
ditemukan toksin seperti stri!hnine, kemudian dikenal dengan tetanospasmin,
yang diisolasi dari tanah anaerob yang mengandung bakteri. lmunisasi dengan
mengaktivasi derivat tersebut menghasilkan pen!egahan dari tetanus.
Tetanus yang juga dikenal dengan lockjaw, merupakan penyakit yang
disebakan oleh tetanospasmin, yaitu sejenis neurotoksin yang diproduksi oleh
Clostridium tetani yang mengin#eksi sistem urat sara# dan otot sehingga sara# dan
otot menjadi kaku $rigid%. ,& ,' ,(
Tetanus diambil dari bahasa )unani yaitu tetanus dari teinein yang berarti
menegang. Penyakit ini adalah penyakit in#eksi di saat spasme otot tonik dan
hiperre#leksia menyebabkan trismus $lo!kja*%, spasme otot umum, melengkungnya
punggung $opistotonus%, spasme glotal, kejang, dan paralisis pernapasan.
II. EPIDEMIOLOGI
Tetanus ditemukan diseluruh dunia,terjadi se!ara sporadis atau se!ara
"outbreak" dalam skala yang ke!il. Saat ini dinegara+negara maju sudah jarang
ditemukan, sedangkan dinegara agraris dimana kontak dengan kotoran he*an
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakithttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tetanospasmin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Neurotoksinhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistem_urat_saraf&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Yunanihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Spasme&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Opistotonus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tetanospasmin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Neurotoksinhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistem_urat_saraf&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Yunanihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Spasme&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Opistotonus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
2/33
masih dimungkinkan, tetanus sering ditemukan. Pada de*asa, laki+laki lebih
sering dari pada *anita, yaitu ,'-1, kebayakan pada usia produkti#.
Tingkat kejadian tetanus di daerah maupun negara tergantung pada
pemberian vaksin sejak masih ke!il hingga de*asa. /enurut data 02
$'% melaporkan bah*a ditemukan 1'.'( kasus tetanus dan diperkirakan
9. kasus meninggal dalam kurun *aktu tahun + dan ditemukan
lebih banyak terjadi pada neonatus.8,9
III.ANATOMI
2
1
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
3/33
Tempat+tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan neuron yang
lain atau dengan organ e#ektor disebut sinaps. Sinaps merupakan satu+satunya
tempat dimana suatu impuls dapat le*at dari suatu neuron ke neuron lain atau
e#ektor. 3uang antara satu neuron dengan neurin lain disebut !elah sinaptik.
4euron yang menghantarkan impuls sara# menuju sinaps disebut neuron
prasinaps. 4euron yang memba*a impuls dari sinaps disebut neuron
postsinaps.1
5ambar 1 - Struktur neuron 1
3
1
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
4/33
5ambar - Sistem sara# dengan organ e#ektor 11
5ambar - Sistem motorik 11
4
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
5/33
5ambar & - Sinaps 11
IV. ETIOLOGI
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positi#. Clostridium tetani 6akteri
ini berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada
manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang
tersebut. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika ia
mengin#eksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda daging atau bakteri
lain, ia akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin
yang bernama tetanospasmin.,1,1
Clostridium tetani bersi#at motil, spora bersi#at obligat anaerob. Spora
tidak akan mati sepenuhnya didalam air mendidih tetapi dapat dihan!urkan
dengan menggunakan autokla# 1 atm dengan suhu 17 selama 1' menit.1
5
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
6/33
Clostridium tetani berbentuk drumsti!k. Spora yang dibentuk oleh
bakteri C. tetani ini sangat resisten terhadap panas dan antiseptik dan juga resisten
terhadap #enol dan agen kimia lainnya.
Clostridium tetani menghasi lkan dua buah eksotoksin , yai tu
tetanolysin dan tetanospasmin. un gsi dar i tetanolysin tidak diketahui
dengan pasti, namun juga dapat menyebabkan lisis dari sel+sel darah merah.
Tetanospasmin merupakan toksin yang !ukup kuat.
Tetanospasmin merupakan protein dengan berat molekul 1'.
Dalton, larut dalam air, labil pada panas dan !ahaya, rusak dengan enim
proteolitik. 6entuk vegetative tidak tahan terhadap panas dan
beberapa antisepti!. :uman tetanus tumbuh subur pada suhu
1o7 dalam media kaldu daging dan media agar darah. Demikian
pula media bebas gula karena kuman tetanus tidak dapat meng#ermentasi
glukosa.,',(,
5ambar ' - Clostridium tetanii
V. MASA INKUBASI
6
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Resisten&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Panashttp://id.wikipedia.org/wiki/Antiseptikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Fenolhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tetanolysin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tetanospasmin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Resisten&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Panashttp://id.wikipedia.org/wiki/Antiseptikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Fenolhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tetanolysin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tetanospasmin&action=edit&redlink=1
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
7/33
/asa inkubasi penyakit ini biasanya dalam 1 minggu, tetapi rata+rata +1
hari, meskipun bisa ditemukan sejak 1 hari hingga bulanan tergantung
karakteristik, perluasan dan lokasi luka.,8
VI. PATOFISIOLOGI 3,6
Tetanus disebabkan neurotoksin $tetanospasmin% dari bakteri 5ram positi#
anaerob, 7lostridium tetani, dengan mula+mula 1 hingga minggu setelah
inokulasi bentuk sporake dalam tubuh yang mengalami !edera;luka $masa
inkubasi%. Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa berupa luka yang dalam
yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing
atau sepsis dengan kontaminasi tanah, le!et yang dangkal dan ke!il atau luka
geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang
berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan dan
pemotongan tali pusat yang tidak steril. Pada keadaan anaerobik , spora
bakteri ini akan bergerminasi menjadi sel vegetati# bila dalam lingkungan
yang anaerob, dengan tekanan oksigen jaringan yang rendah.
Selanjutnya,toksin akan diproduksi dan menyebar ke seluruh bagian tubuh
melalui peredaran darah dan system limpa. Toksin tersebut akan beraktivitas
pada tempat+tempat tertentu seperti pusat sistem sara# termasuk otak. 5ejala
klinis timbul sebagai dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan
neuromus!ular jun!tion serta syara# autonom. Toksin dari tempat luka
menyebar ke motor endplate dan setelah masuk le*at ganglioside dijalarkan
7
http://id.wikipedia.org/wiki/Neurotoksinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Inokulasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sporahttp://id.wikipedia.org/wiki/Penyakithttp://id.wikipedia.org/wiki/Lukahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Pembedahanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Anaerobikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vegetatif&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Toksin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Peredaran&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Limpahttp://id.wikipedia.org/wiki/Neurotoksinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Inokulasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sporahttp://id.wikipedia.org/wiki/Penyakithttp://id.wikipedia.org/wiki/Lukahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Pembedahanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Anaerobikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vegetatif&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Toksin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Peredaran&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Limpa
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
8/33
se!ara intraa
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
9/33
spasme. :ekakuan dimulai pada tempat masuk kuman atau pada otot
masseter $trismus%, pada saat to
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
10/33
ujungujung sara# di seluruh tubuh. Toksin kemudian akan menyebar ke
dalam badan sel di batang otak dan sara# spinal.
Transpor terjadi pertama kali pada sara# motorik, lalu ke sara# sensorik
dan sara# otonom. @ika toksin telah masuk ke dalam sel, ia akan berdi#usi
keluar dan akan masuk dan mempengaruhi ke neuron di dekatnya. =pabila
interneuron inhibitori spinal terpengaruh, gejala+gejala tetanus akan mun!ul.
Transpor intraneuronal retroged lebih jauh terjadi dengan meliputi trans#er
mele*ati !elah sinaptik dengan suatu mekanisme yang tidak jelas.
Setelah internalisasi ke dalam neuron inhibitori, ikatan disul#ida yang
menghubungkan rantai ringan dan rantai berat akan berkurang,
membebaskan rantai ringan. A#ek toksin dihasilkan melalui pen!egahan
lepasnya neuritransmiter. Sinaptobrevin merupakan protein membran yang
diperlukan untuk keluarnya vesikel intraseluler yang mengandung
neuritransmiter. 3antai ringan tetanoplasmin merupakan
metalloproteinasezink yang membelah sinaptobrevin pada suatu titik
tunggal, sehingga men!egah perlepasan neurotrnasmiter.
Toksin ini mempunyai e#ek dominan pada neuron inhibitori, dimana
setelah toksin menyebarangi sinapsis untuk men!apai presinaptik, ia akan
memblokade perlepasan neurotransmiterinhibitori yaitu glisin dan asam
aminobutirik $5=6=%. Bnterneuron yang menghambat neuron motorik
al#a yang pertama kali dipengaruhi, sehingga neuron motorik ini kehilangan
#ungsi inhibisinya. Calu$karena jalur yang lebih panjang% neuron
simpatetik preganglionik pada ujung lateral dan pusat parasimpatik juga
10
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
11/33
dipengaruhi. 4euron motorik juga dipengaruhi dengan !ara yang sama, dan
perlepasan asetilkolin ke dalam !elah neuromuskuler dikurangi. Pengaruh
ini mirip dengan aktivitas toksin botulinum yang mengakibatkan paralisis
#laksid. 4amun demikian, pada tetanus, e#ek disinhibitori neuron motorik
lebih berpengaruh daripada berkurangnya #ungsi pada ujung neuromuskuler.
Pusat medulla dan hipotalamus mungkin juga dipengaruhi. Tetanospasmin
mempunyai e#ek konvulsan kortikal pada penelitian pada he*an. A#ek
prejungsional dari ujung neuromuskuler dapat berakibat kelemahan di antara
dua spasme dan dapat berperan pada paralisis sara# kranial yang dijumpai
pada tetanus se#alik, myopati yang terjadi setelah pemulihan.
=liran e#ek yang tak terkendali dari sara# motorik pada korda dan batang
otak akan menyebabkan kekakuan dan spasme muskuler, yang dapat
menyerupai konvulsi. 3e#leks inhibisi dari kelompok otot antagonis hilang,
sedangkan otot+otot agonis dan antagonis berkontraksi se!ara simultan.
Spasme otot sangatlah nyeri dan dapat berakibat #raktur atau ruptur tendon.
2tot rahang, *ajah, dan kepala sering terlibat pertama kali karena jalur
aksonalnya lebih pendek. Tubuh dan anggota tubuh mengikuti, sedangkan
otot+otot peri#er tangan dan kaki relati# jarang terlibat.
=liran impuls otonomik yang tidak terkendali akan berakibat
terganggunya kontrol otonomik dengan aktivitas berlebih sara# simpatik
dan kadar katekolamin plasma yang berlebihan, Terikatnya toksin pada
neuron bersi#at ireversibel. Penulihan membutuhkan tumbuhnya ujung sara#
yang baru yang menjelaskan mengapa tetanus berdurasi lama.
11
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
12/33
Pada tetanus lokal, hanya sara#+sara# yang menginervasi otot+otot yang
bersangkutan yang terlibat. Tetanus generalisata terjadi apabila toksin yang
dilepaskan di dalam luka memasuki aliran lim#e dan darah dan menyebar
luas men!apai ujung sara# terminal- sa*ar darah otak memblokade
masuknya toksin se!ara langsung ke dalam sistem sara# pusat. @ika
diasumsikan bah*a *aktu transport intraneuronal sama pada semua sara#,
serabut sara# yang pendek akan terpengaruh sebelum serabut sara# yang
panjang- hal ini menjelaskan urutan
keterlibatan serabut sara# di kepala, tubuh dan ekstremitas pada
tetanus generalisata.
VII. GEJALA KLINIS
6erdasarkan mani#estasi klinisnya, tetanus dapat diklasi#ikasikan menjadi
tetanus generalisata,lo!al atau se#alik.,(,1&
1. Tetanus generalisata
/erupakan bentuk yang paling sering dijumpai. =*alnya dapat berupa
tetanus lo!al yang berkembang luas setelah beberapa hari, seperti -
a. ipertonus otot
b. Spasme
!. Trismus
d. :aku dileher,bahu serta ekstremitas
e. =bdomen papan $abdomen terasa kerasdan rata%
12
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
13/33
#. 3isus sardonikus
g. 2pistotonus
h. Spasme otot perna#asan
5ambar ( - 2pistotonus pada tetanus
/asa inkubasi bervariasi, tergantung pada lokasi luka dan lebih singkat
pada tetanus berat, median onset setelah trauma adalah hari. Terdapat trias
klinis berupa rigiditas, spasme otot, dan apabila berat dis#ungsi otonomik.
:aku kuduk, nyeri tenggorokan, dan kesulitan untuk membuka mulut,
sering merupakan gejala a*al tetanus. Spasme ini dipi!u oleh stimulus
internal dan eksternal dapat berlangsung se!ara beberapa menit dan dirasakan
nyeri. Pasien dapat demam, *alaupun banyak yang tidak, sedangkan
kesadaran tidak terpengaruh.
Disamping peningkatan tonus otot, terdapat spasme otot yang bersi#at
episodik. :ontraksi otot ini dapat bersi#at spontan atau dipi!u oleh stimulus
berupa sentuhan, stimulus stimulus visual, auditori atau emosional. Spasme
yang terjadi dapat bervariasi berdasarkan keparahannya dan #rekuensinya
tetapi dapat sangat kuat sehingga menyebabkan #raktur atau ruptur tendon.
13
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
14/33
Spasme yang terjadi dapat sangat berat, terus menerus, nyeri bersi#at
generalisata sehingga menyebabkan sianosis dan gagal napas. Spasme ini
dapat terjadi berulang+ulang dan dipi!u oleh stimulus yang ringan.
5ejala autonomik terjadi dengan adanya instabilitas kardiovaskular yang
tampak nyata. ipertensi berat dan takikardia dapat terjadi bergantian
dengan hipotensi berat, bradikardia dan henti jantung berulang. Pergantian ini
lebih merupakan akibat perubahan resistensi vaskular sistemik daripada
perubahan pengisian jantung dan kekuatan jantung. Disamping system
kardiovaskuler, e#ek otonomik yang lain men!akup salivasi pro#us dan
meningkatnya sekresi bronkial. Stasis gaster, ileus, diare, dan gagal ginjal
!urah tunggi $high output renal failure% semua berkaitan dengan gangguan
otonomik.
5ambar - 3isus Sardonikus pada tetanus 1
. Tetanus lo!al
/erupakan yang paling ringan dibandingkan tetanus lainnya. 6iasanya
gejala yang mun!ul berupa rasa kaku, ken!ing, dan nyeri pada otot
disekitar luka. Sering kali terjadi spasme dan t*it!hing dari otot yang
terkena.
14
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
15/33
Pada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten, pada
daerah tempatdimana luka terjadi $agonis, antagonis, dan #i
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
16/33
:eluhan konstipasi, nyeri kepala, berdebar, dan berkeringat sering di
jumpai pada umumnya ditemukan demam serta bertambahnya #rekuensi
napas, kejang otot yang merupakan kekakuan karena hipertonus dan tidak
bersi#at klonus dapat timbul karena rangsangan yang lemah, seperti bunyi+
bunyian, dan !ahaya. Selama sakit, sensorium tidak terganggu sehingga hal
tersebut menimbulkan penderitaan terhadap pasien karena merasa nyeri
akibat kaku otot, dan dapat pula timbul gangguan pernapasan yang
menyebabkan ano
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
17/33
Variabe T!a" U"#r Niai
/asa inkubasi &8 jam
+' hari
(+1 hari
11+1& hari
E 1& hari
'
&
1
Cokasi in#eksi Bnternal;umbili!al
:epala;leher;dinding tubuh
Proksimal peri#er
Distal peri#er
Tidak diketahui
'
&
1
3i*ayat imunisasi Tidak pernah dapat
/ungkin dapat
F1 tahun
1 tahun
Bmunisasi komplit
1
8
&
Penyulit;penyakit penyerta Trauma;penyulit yang mengan!am nya*a
Trauma berat;penyulit tidak segera
mengan!am nya*a
Trauma;penyulit tidak mengan!am nya*a
Trauma;penyulit ringan
Tidak ada penyulit
1
8
&
Bnterpretasi - skor 9 dapat ra*at jalan, skor 1+1( dira*at dalam rungan biasa,
skor 1 atau lebih dira*at diruang intensi#
Tabel 1 - Skor Philip untuk pasien tetanus (, 1&
:lasi#ikasi beratnya tetanus oleh =blett- (,1'
!"#$#% & 'ringan( - Trismus ringan sampai sedang, spasitisitas generalisata,
tanpa gangguan perna#asan, tanpa spasme, sedikit atau tanpadis#agia.
17
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
18/33
!"#$#% && 'sedang( - Trismus sedang, rigiditas yang tampak jalas, spasme
singkat sampai sedang, gangguan perna#asan sedang dengan #rekuensi
perna#asan lebih dari kali per menit, dis#agia ringan.
!"#$#% &&& ')erat( - Trismus berat, spasitisitas generalisata, spasme re#lek
berkepanjangan, #rekuensi perna#asan lebih dari & kali per menit, serangan
apnea, dis#agia berat, dan takikardi $ lebih dari 1 kali per menit%.
!"#$#% &* 'sangat )erat( - Derajat BBB dengan gangguan otonomik berat,
melibatkan sistem kardiovaskuler, hipertensi berat dan takikardi terjadi
berselingan dengan hipotensi dan bradikardi, salah satunya dapat menetap.
7ole dan )oungman $19(9% membagi tetanus umum atas -
1% 5rade B $ringan% -
a. /asa inkubasi lebih dari 1& hari.
b. Period o# onset F ( hari
!. Trismus positi# tapi tidak berat
d. Sukar makan dan minum tetapi dis#agi tidak ada
e. Cokalisasi kekakuan dekat dengan luka berupa spasme disekitar luka
dan kekakuan umum terjadi beberapa jam atau hari.
% 5rade BB $sedang% -
a. /asa inkubasi 1+1& hari
b. Period o# onset hari atau kurang
!. Trismus dan dis#agi ada
d. :ekakuan umum terjadi dalam beberapa hari tetapi dispnoe dan
sianosis tidak ada
% 5rade BBB $berat%-
a. /asa inkubasi 1 hari+ Period o# onset hari
b. Trismus dan dis#agia berat
!. :ekakuan umum dan gangguan pernapasan as#iksia, ketakutan,
keringat banyak dan takikardia.
18
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
19/33
I$. DIAGNOSA
?ntuk mendiagnosa tetanus -,1&
1. =namnesa
Pertanyaan seputar luka sangat penting terutama *aktu terkena luka
serta *aktu dari luka sampai mun!ulnya gejala. Selain itu tanyakan
lokasi, jenis luka $kotor atau bersih%
Port d+entre lain seperti penggunaan jarum suntik, adanya otitis
media media supurati# kronik berulang,dll
3i*ayat imunisasi tetanus
-. Pemeriksaan #isik
Dapat ditemukan tanda dan gejala sesuai dengan mani#estasi klinis.
Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan #isik pasien se*aktu
istirahat, berupa -
5ejala klinik G:ejang tetani!, trismus, dysphagia, risus sardoni!us
$sardoni! smile%.
=danya luka yang mendahuluinya. Cuka adakalanya sudah
dilupakan.
. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium biasanya tidak menunjukkan perubahan.
:ultur - C. tetani $H%. Cab - S52T, 7P: meninggi serta dijumpai myoglobinuria.
Diagnosis tetanus berdasarkan atas pemeriksaan klinis, pemeriksaan
darah dan !airan !erebrospinal normal, basil tetanus ditemukan hanya pada
sekitar > kultur anaerob dari luka yang di!urigai.,
$.
PENATALAKSANAAN
3
19
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
20/33
1. ?mum
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani,
menetralisirkan peredaran toksin, men!egah spasme otot dan
memberikan bantuan pema#asan sampai pulih. Dan tujuan tersebutdapat
diperin!i sebagai berikut -
1% /era*at dan membersihkan luka sebaik+baiknya, berupa -
/embersihkan luka, irigasi luka, debridement luka $eksisi jaringan
nekrotik%,membuang benda asing dalam luka serta kompres dengan
, dalam hal ini penatalaksanaanterhadap luka tersebut
dilakukan 1 + jam setelah =TS dan pemberian =ntibiotika ,
Sekitar luka disuntik =TS.
% Diet !ukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung
kemampuan membuka mulut dan menelan. 6ila ada trismus,
makanan dapat diberikan personde atau parenteral.
% Bsolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan
terhadap penderita
&% 2ksigen, perna#asan buatan dan tra!heostomi bila perlu.
'% /engatur keseimbangan !airan dan elektrolit.
(% Pasien yang diduga menderita tetanus harus ditempatkan pada
tempat yang tenang, dibagian yang gelap dari ruangan 7?. Tempat
yang benar+benar tenang perlu sebagai men!egah kebisingan yang
bisa menimbulkan kejang dan nyeri. Pera*at khusus harus terus
menerus hadir sepanjang hari dan malam untuk memonitor perjalan
penyakit dan memberitahukan pada dekter perubahan #rekuensi atau
beratnya kejang. asilitas untuk endotra!!heal su!tion dan intubasi
20
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
21/33
termasuk tra!heostomi dan ventilasi dengan oksigen harus dapat
segera dapat digunakan. @ika diren!anakan pasien pindah ke rumah
sakit lain ,intubasi harus dilakukan sebelum pasien dipindahkan pada
semua kasus ke!uali kasus+kasus yang ringan. 7egah terjadi
dekubitus dan kontraktur.
. 2bat+ obatan ,
a. =ntibiotika
Diberikan parenteral Peni!iline 1, juta unit ; hari selama 1 hari,
B/. Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peni!iline dosis
'. ?nit ; :g66; 1 jam se!a#a B/ diberikan selama +1 hari.
6ila sensiti# terhadap peni!iline, obat dapat diganti dengan preparat
lain seperti tetrasiklin dosis +& mg;kg66; & jam, tetapi dosis
tidak melebihi gram dan diberikan dalam dosis terbagi $ & dosis %.
6ila tersedia Peni!iline intravena,dapat digunakan dengan dosis
. unit ;kg66; & jam, dibagi ( dosis selama 1 hari.
=ntibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetati# dari
C.tetani, bukan untuk toksin yang dihasilkannya. 6ila dijumpai
adanya komplikasi pemberian antibiotika broadspektrum dapat
dilakukan. Tetrasiklin, Aritromisin dan /etronidaole Diberikan
terutama bila penderita alergi penisilin.
- Tertasiklin - +' mg;kgbb;hari dalam & dosis
- Aritromisin - ' mg;kgbb;hari dalam & dosis, selama 1 hari.
- /etronidaole loading dose 1' mg;:g66;jam selanjutnya
,' mg;:g66 tiap ( jam
b. =nti tetanus toksin
21
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
22/33
Selama in#eksi, toksin tetanus beredar dalam bentuk -
+ Toksin bebas dalam darah
+ Toksin bergabung dengan jaringan sara#
uman anti tetanus gamma+glubumin +(. unit , diberikan
se!ara intra muskuler dan dapat diulang bila diperlukan. Tetanus anti
toksin tidak akan menetralisir toksin yang sudah terikat pada susunan
sara# pusat, tetapi hanya menetralisir toksin yang masih beredar. 6ila
TB5 tidak tersedia maka diberikan =TS dengan dosis 1.+.
unit diberikan '. unit intramus!ular dan '. intravena pada hari
pertama, kemudian (. unit dan &. unit intramuskuler masing+
masing pada hari kedua dan ketiga. Setelah penderita sembuh, sebelum
keluar rumah sakit harus diberikan immunisasi akti# dengan toksoid,
oleh karena seseorang yang sudah sembuh dari tetanus tidak memiliki
kekebalan.
)ang dapat dinertalisir adalah toksin yang bebas dalam darah.
Sedangkan yang telah bergabung dengan jaringan sara# tidak dapat di
netralisir oleh antioksidan. Sebelum pemberian antitoksin harus
dilakukan - anamnesa apakah ada ri*ayat alergi, tes kulit dan mata, dan
harus sedia adrenalin 1-1. Bni dilakukan karena antitoksin berasal dari
serum kuda, yang bersi#at heterolog sehingga mungkin terjadi syok
ana#ilaktik. Dosis =TS yang diberikan ada berbagai pendapat.
6erhrmann $198% dan 5rossman$198% menganjurkan dosis '.+
22
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
23/33
1. ? yang diberikan setengah le*at i.v dan setengahnya i.m.
pemberian le*at i.v diberikan selama 1+ jam.
Di :?B , =TS diberikan dengan dosis . u selama hari. Di
/anado, =TS diberikan dengan dosis i.m, sekali pemberian. =ntitoksin
lainnya =ntitoksin dapat digunakan uman Tetanus Bmmunoglobulin
$ TB5% dengan dosis +( ?, satu kali pemberian saja, se!ara B/
tidak boleh diberikan se!ara intravena karena TB5 mengandung "anti
!omplementary aggregates o# globulin ", yang mana ini dapat
men!etuskan reaksi allergi yang serius.
Tabel - Perbandingan =TS dan TB5 1'
!. Tetanus Toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid $TT% yang pertama, dilakukan
bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang
berbeda dengan alat suntik yang berbeda.Pemberian
23
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
24/33
di la ku kan se!ara B./. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai
imunisasi dasar terhadap tetanus selesai.
d. =ntikonvulsan
2bat yang laim digunakan ialah -
1% Diaepam.
6ila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan
dosis ,'mg;kgbb;kali i.v. perlahan+lahan dengan dosis optimum
1mg;kali diulang setiap kali kejang. :emudian diikuti
pemberian diaepam peroral $sonde lambung% dengan dosis
,';kgbb;kali sehari diberikan ( kali.+ Dosis maksimal diaepam
&mg;hari. 6ila masih kejang $tetanus yang sangat berat%, harus
dilanjutkan dengan bantuan ventilasi mekanik, dosis
diaepam dapat ditingkatkan sampai &8mg;hari dengan
bantuan ventilasi mekanik, dengan atau tanpa kurarisasi. Dapat
pula dipertimbangkan penggunaan magnesium sul#at, bila ada
gangguan sara# otonom.
% enobarbital.
Dosis a*al - 1 tahun ' mg i.m.I 1 tahun ' mg i.m. Dilanjutkan
dengan dosis oral '+9 mg;kgbb;hari dibagi dalam dosis.
% Carga!til. Dosis yang dianjurkan & mg;kgbb;hari dibagi dalam (
dosis.
@A4BS 26=T D2SBS AA: S=/PB45
Diaepam ,'+1,mg;kg66 & jam $B/% Stupor, koma
/eprobamat G & mg; & jam $B/% Tidak ada
24
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
25/33
:lorpromasin ' G ' mg; & jam $B/% ipotensi
enobarbital ' G 1 mg; & jam $B/% Depresi pernapasan
Tabel - jenis antikonvulsan
e. Sedasi
Sebagian besar pasien ditemukan bah*a tetanus dan
pengobatannya merupakan siksaan yang menakutkan dan sangat
menyakitkan. Sebagai konsek*ensinya, mereka harus menerima
sedasi sebanyak yang aman yang dapat diberikan. 6agaimanapun
obat+obat yang menyebabkan depresi perna#asan dan !ardiovas!uler
harus dihindari. 2pium dan dan barbiturat merupakan kontra
indikasi. Paraldehhyde masih tetap merupakan preparat yang
biasanya banyak digunakan, dalam dosis diatas 1 ml setiap & jam
dengan menggunakan nasogastri! tube $pengen!eran% 1-1% atau
dengan intramuskular. 1+ mg diaepam setiap &+( jam atau 1+
mg !holorpromaine setiap & jam juga dapat diberikan meskipun
sidrom dari simpatik dapat sering terjadi.
$I. DIAGNOSIS BANDING
?ntuk membedakan diagnosis banding dari tetanus, dimulai dari
pemeriksaan #isik, laboratorium test $dimana !airan serebrospinal normal
dan pemeriksaan darah rutin normal atau sedikit meninggi, sedangkan
S52T, 7P: dan SA3?/ aldolase sedikit meninggi karena kekakuan otot+
otot tubuh%, serta ri*ayat imunisasi yang lengkap atau tidak lengkap,
kekakuan otot+otot tubuh%, risus sardoni!us dan kesadaran yang tetap
normal.,1&
25
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
26/33
1. /eningitis ba!terial
Pada penyakit ini trismus tidak ada, kesadaran penderita biasanya
menurun. Diagnosis ditegakkan dengan melakukan lumbal pungsi,
dimana adanya kelainan !airan serebrospinal yaitu jumlah sel
meningkat, kadar protein meningkat dan glukosa menurun.
. Poliomyelitis
Didapatkan adanya paralisis #laksid dengan tidak dijumpai adanya
trismus.Pemeriksaan !airan serebrospinalis menunjukan lekositosis.
Jirus polio diisolasi dari tinja dan pemeriksaan serologis titer antibody
meningkat.
. 3abies
Sebelumnya ada ri*ayat gigitan anjing atau he*an lain .Trismus
jarang ditemukan, kejang bersi#at klonik.
&. :era!unan stry!hnine
Pada keadaan ini trismus jarang, gejala berupa kejang tonik umum
'. Tetani
Timbul karena hipokalsemia dan hipo#os#atemia dimana kadar kalsium
dan #os#at dalamserum rendah. )ang khas bentuk spasme otot ialah
karpopedal spasme dan biasanya diikuti dengan laringospasme, jarang
dijumpai trismus.
(. 3etropharyngeal absesTrismus selalu ada pada penyaikit ini, tetapi kejang umum tidak ada.
. A#ek samping #enotiasin
=danya ri*ayat minum obat #enotiasin. :elainan berupa sindrom
ektrapiramidal. =danya reaksi distonik akut, torsi!olis dan kekakuan
otot.
8. :aku kuduk juga dapat terjadi pada mastoiditis, pneumonia lobaris atas,
miositis leher dan spondilitis leher.
$II. KOMPLIKASI
26
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
27/33
=dapun komplikasi pada tetanus ',(,9 -
Tabel & - :omplikasi Tetanus',1
aktor+#aktor yang mempengaruhi prognose penyakit -
Derajat Spasme epistotonus nilai (
re#lek spasme umum nilai &
spasme terbatas nilai
spastistas umum nilai
trismus nilai 1
rek*ensi spasme spontan F
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
28/33
,+, nilai
(,+,1 nilai
Pernapasan trakheostomi nilai 1
henti napas tiap konpulasi nilai 8
henti napas, kadang+kadang tiap nilai &
konvulasi.
henti napas, hanya selama konvulasi nilai
normal nilai
Bnterpretasi -
1 - 3B45=4, dapat sembuh sepontan
1+1& - SAD=45, harus selamat dengan pera*atan standar yang layak
1'+ - 6A3=T, harapan hidup tergantung pada k*alitas pengobatan.
F & - S=45=T 6A3=T, umumnya berakhir dengan kematian.
aktor yang mempengaruhi mortalitas pasien tetanus adalah masa
inkubasi, periode a*al pengobatan, imunisasi, lokasi #okus in#eksi,
penyakit lain yang menyertai, beratnya penyakit, dan penyulit yang
timbul. /asa inkubasi dan periode onset merupakan #aktor yang
menentukan prognosis dalam klasi#ikasi 7ole dan Spooner. (
:lasi#ikasi prognostik menurut ColeSpooner
Ke!%&!" &r!'(!)*i" Peri!+e aa Ma)a i("#ba)i
28
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
29/33
B ( jam K( hari
BB F( jam F( hari
BBB Tidak diketahui Tidak diketahui
Pasien yang termasuk dalam kelompok prognostik B mempunyai
angka kematian lebih tinggi daripada kelompok BB dan BBB. Pera*atan
intensi# menurunkan angka kematian akibat kegagalan napas dan kelelahan
akibat kejang. Selain itu, pemberian nutrisi yang !ukup ternyata juga
menurunkan angka kematian.
$III. PEN-EGAHAN
Pen!egahan terdiri atas aspek yaitu- imunisasi, pera*atan luka, dan
pemberian =TS;TB5 pro#ilaksis. Peranan imunisasi sangatlah penting
dalam memberikan proteksi pada in#eksi tetanus. Pen!egahan sangat
penting, mengingat pera*atan kasus tetanus sulit dan mahal. ?ntuk
pen!egahan, perlu dilakukan-1
a. Bmunisasi akti#
Bmunisasi dengan toksoid tetanus $TT% merupakan salah satu
pen!egahan yang sangat e#ekti#. =ngka kegagalannya relati# rendah. TT
pertama kali diproduksi pada tahun 19&. Bmunisasi TT digunakan
se!ara luas pada militer selama perang dunia BB. Terdapat dua jenis TT
yang tersedia, adsorbed $aluminium salt pre!ipitated% to
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
30/33
pertusis aselular sebagai DaPT. :ombinasi toksoid di#teri dan tetanus
$DT% yang mengandung 1+1 C# dapat diberikan pada anak yang
memiliki kontraindikasi terhadap vaksin pertusis. @enis imunisasi
tergantung dari golongan umur dan jenis kelamin. ?ntuk men!egah
tetanus neonatorum, salah satu pen!egahan adalah dengan pemberian
imunisasi TT pada *anita usia subur $0?S%. 2leh karena itu, setiap
0?S yang berkunjung ke #asilitas pelayanan kesehatan harus selalu
ditanyakan status imunisasi TT mereka dan bila diketahui yang
bersangkutan belum mendapatkan imunisasi TT harus diberi imunisasi
TT minimal kali dengan jad*al sebagai berikut- dosis pertama
diberikan segera pada saat 0?S kontak dengan pelayanan kesehatan
atau sendini mungkin saat yang bersangkutan hamil, dosis kedua
diberikan & minggu setelah dosis pertama. Dosis ketiga dapat diberikan (
+ 1 bulan setelah dosis kedua atau setiap saat pada kehamilan
berikutnya. Dosis tambahan sebanyak dua dosis dengan interval satu
tahun dapat diberikan pada saat 0?S tersebut kontak dengan #asilitas
pelayanan kesehatan atau diberikan pada saat kehamilan berikutnya.
Total ' dosis TT yang diterima oleh 0?S akan memberi perlindungan
seumur hidup. 0?S yang ri*ayat imunisasinya telah memperoleh + &
dosis DPT pada *aktu anak+anak, !ukup diberikan dosis TT pada saat
kehamilan pertama, ini akan memberi perlindungan terhadap seluruh
bayi yang akan dilahirkan.
b. Pera*atan luka
30
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
31/33
Pera*atan luka harus segera dilakukan terutama pada luka tusuk,
luka kotor atau luka yang diduga ter!emar dengan spora tetanus.
Pera*atan luka dilakukan guna men!egah timbulnya jaringan anaerob.
@aringan nekrotik dan benda asing harus dibuang. ?ntuk pen!egahan
kasus tetanus neonatorum sangat bergantung pada penghindaran
persalinan yang tidak aman, aborsi serta pera*atan tali pusat selain dari
imunisasi ibu. Pada pera*atan tali pusat, penting diperhatikan adalah
jangan membungkus punting tali pusat;mengoleskan !airan;bahan
apapun ke dalam punting tali pusat, mengoleskan alkohol; po/idon
iodine masih diperkenankan tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat lembab.
!. Pemberian =TS dan TB5 pro#ilaksis
Pro#ilaksis dengan pemberian =TS hanya e#ekti# pada luka baru $ (
jam% dan harus segera dilanjutkan dengan imunisasi akti#. Dosis =TS
pro#ilaksis B?. TB5 juga dapat diberikan sebagai pro#ilaksis luka.
Dosis untuk anak tahun- & B?;kg B/ dosis tunggal, sedangkan dosis
untuk anak L tahun- ' B? B/ dosis tunggal.
D=T=3 P?ST=:=
0. Bsmanoe 5. Tetanus dalam
-. 02. 1. Current recommendations for treatment of tetanus during
humanitarian emergencies. S*iterland - 02.
31
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
32/33
1. :athleen /. 1. %etanus. /anitoba. Publi! ealth and Primary ealth 7are
Division 7ommuni!able Disease 7ontrol.
2. S/ 3S?P/. 11. %etanus. /edan - 3S?P/
3. 6jornar . 1. %etanus4 Pathophysiology, %reatment, and the Possi)ility of
5sing 6otulinum %o7in against %etanus&nduced "igidity and Spasms.
S*iterland - /DPB. To
-
8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum
33/33
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh
neurotoksin yang dihasilkan oleh 7lostridium tetani ditandai denganspasme otot yang periodik dan berat
.
Tetanus ini biasanya akut dan
menimbulkan paralitik spastik yang disebabkan tetanospasmin.
Tetanospamin merupakan neurotoksin yang diproduksi oleh 7lostridium
tetani. Tetanus disebut juga dengan "Seven day Disease ". Dan pada tahun
189, diketemukan toksin seperti stri!hnine, kemudian dikenal dengan
tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob yang mengandung
bakteri. lmunisasi dengan mengaktivasi derivat tersebut menghasilkan
pen!egahan dari tetanus