aspek neurologis penyakit tetanus wd. hanum

Upload: titi-purnama

Post on 05-Jul-2018

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    1/33

    ASPEK NEUROLOGIS PENYAKIT TETANUS

    Waode Hanum Parianum Hani, Sri Muriyati

     

    I. PENDAHULUAN

    Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya

    tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospamin, suatu toksin

     protein yang kuat yang disebabkan oleh Clostridium tetani.1

    Tetanus disebut juga dengan "Seven day Disease". Pada tahun 189,

    ditemukan toksin seperti stri!hnine, kemudian dikenal dengan tetanospasmin,

    yang diisolasi dari tanah anaerob yang mengandung bakteri. lmunisasi dengan

    mengaktivasi derivat tersebut menghasilkan pen!egahan dari tetanus.

    Tetanus yang juga dikenal dengan lockjaw, merupakan  penyakit  yang

    disebakan oleh  tetanospasmin,   yaitu sejenis  neurotoksin yang diproduksi oleh

    Clostridium tetani yang mengin#eksi  sistem urat sara# dan otot sehingga sara# dan

    otot menjadi kaku $rigid%. ,& ,' ,(  

    Tetanus diambil dari bahasa )unani yaitu tetanus dari teinein yang berarti

    menegang. Penyakit ini adalah penyakit in#eksi di saat spasme  otot tonik dan

    hiperre#leksia menyebabkan trismus $lo!kja*%, spasme otot umum, melengkungnya

     punggung $opistotonus%, spasme glotal, kejang, dan paralisis pernapasan.

    II. EPIDEMIOLOGI

    Tetanus ditemukan diseluruh dunia,terjadi se!ara sporadis atau se!ara

    "outbreak" dalam skala yang ke!il. Saat ini dinegara+negara maju sudah jarang

    ditemukan, sedangkan dinegara agraris dimana kontak dengan kotoran he*an

    1

    http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakithttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tetanospasmin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Neurotoksinhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistem_urat_saraf&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Yunanihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Spasme&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Opistotonus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tetanospasmin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Neurotoksinhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistem_urat_saraf&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Yunanihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Spasme&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Opistotonus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    2/33

    masih dimungkinkan, tetanus sering ditemukan. Pada de*asa, laki+laki lebih

    sering dari pada *anita, yaitu ,'-1, kebayakan pada usia produkti#.

    Tingkat kejadian tetanus di daerah maupun negara tergantung pada

     pemberian vaksin sejak masih ke!il hingga de*asa. /enurut data 02

    $'% melaporkan bah*a ditemukan 1'.'( kasus tetanus dan diperkirakan

    9. kasus meninggal dalam kurun *aktu tahun + dan ditemukan

    lebih banyak terjadi pada neonatus.8,9

    III.ANATOMI

    2

    1

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    3/33

    Tempat+tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan neuron yang

    lain atau dengan organ e#ektor disebut sinaps. Sinaps merupakan satu+satunya

    tempat dimana suatu impuls dapat le*at dari suatu neuron ke neuron lain atau

    e#ektor. 3uang antara satu neuron dengan neurin lain disebut !elah sinaptik.

     4euron yang menghantarkan impuls sara# menuju sinaps disebut neuron

     prasinaps. 4euron yang memba*a impuls dari sinaps disebut neuron

     postsinaps.1

    5ambar 1 - Struktur neuron 1

    3

    1

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    4/33

    5ambar - Sistem sara# dengan organ e#ektor 11

    5ambar - Sistem motorik 11

    4

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    5/33

    5ambar & - Sinaps 11

    IV. ETIOLOGI

    Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positi#. Clostridium tetani  6akteri

    ini berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada

    manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang

    tersebut. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika ia

    mengin#eksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda daging atau bakteri

    lain, ia akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin

    yang bernama tetanospasmin.,1,1

    Clostridium tetani  bersi#at motil, spora bersi#at obligat anaerob. Spora

    tidak akan mati sepenuhnya didalam air mendidih tetapi dapat dihan!urkan

    dengan menggunakan autokla# 1 atm dengan suhu 17 selama 1' menit.1

    5

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    6/33

    Clostridium tetani  berbentuk drumsti!k. Spora yang dibentuk oleh

     bakteri C. tetani ini sangat resisten  terhadap panas  dan  antiseptik dan juga resisten

    terhadap #enol dan agen kimia lainnya.

    Clostridium tetani   menghasi lkan dua buah eksotoksin , yai tu

    tetanolysin  dan tetanospasmin. un gsi dar i tetanolysin tidak diketahui

    dengan pasti, namun juga dapat menyebabkan lisis dari sel+sel darah merah.

    Tetanospasmin merupakan toksin yang !ukup kuat.

    Tetanospasmin merupakan protein dengan berat molekul 1'.

    Dalton, larut dalam air, labil pada panas dan !ahaya, rusak dengan enim

     proteolitik. 6entuk vegetative tidak tahan terhadap panas dan

     beberapa antisepti!. :uman tetanus tumbuh subur pada suhu

    1o7 dalam media kaldu daging dan media agar darah. Demikian

     pula media bebas gula karena kuman tetanus tidak dapat meng#ermentasi

    glukosa.,',(,

    5ambar ' - Clostridium tetanii 

    V. MASA INKUBASI

    6

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Resisten&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Panashttp://id.wikipedia.org/wiki/Antiseptikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Fenolhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tetanolysin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tetanospasmin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Resisten&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Panashttp://id.wikipedia.org/wiki/Antiseptikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Fenolhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tetanolysin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tetanospasmin&action=edit&redlink=1

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    7/33

    /asa inkubasi penyakit ini biasanya dalam 1 minggu, tetapi rata+rata +1

    hari, meskipun bisa ditemukan sejak 1 hari hingga bulanan tergantung

    karakteristik, perluasan dan lokasi luka.,8

     

    VI. PATOFISIOLOGI 3,6

    Tetanus disebabkan neurotoksin  $tetanospasmin% dari bakteri 5ram positi# 

    anaerob, 7lostridium tetani, dengan mula+mula 1 hingga minggu setelah

    inokulasi  bentuk  sporake dalam tubuh yang mengalami !edera;luka $masa

    inkubasi%. Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa berupa luka yang dalam

    yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing

    atau sepsis dengan kontaminasi tanah, le!et yang dangkal dan ke!il atau luka

    geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang

     berhubungan dengan  patah  tulang jari dan luka pada pembedahan  dan

     pemotongan tali pusat yang tidak steril. Pada keadaan anaerobik ,   spora

     bakteri ini akan bergerminasi menjadi sel vegetati#   bila dalam lingkungan

    yang anaerob, dengan tekanan oksigen jaringan yang rendah.

    Selanjutnya,toksin akan diproduksi dan menyebar ke seluruh bagian tubuh

    melalui peredaran darah dan system limpa. Toksin tersebut akan beraktivitas

     pada tempat+tempat tertentu seperti pusat sistem sara# termasuk otak. 5ejala

    klinis timbul sebagai dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan

    neuromus!ular jun!tion serta syara# autonom. Toksin dari tempat luka

    menyebar ke motor endplate dan setelah masuk le*at ganglioside dijalarkan

    7

    http://id.wikipedia.org/wiki/Neurotoksinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Inokulasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sporahttp://id.wikipedia.org/wiki/Penyakithttp://id.wikipedia.org/wiki/Lukahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Pembedahanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Anaerobikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vegetatif&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Toksin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Peredaran&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Limpahttp://id.wikipedia.org/wiki/Neurotoksinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Inokulasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sporahttp://id.wikipedia.org/wiki/Penyakithttp://id.wikipedia.org/wiki/Lukahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Pembedahanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Anaerobikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vegetatif&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Toksin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Peredaran&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Limpa

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    8/33

    se!ara intraa

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    9/33

    spasme. :ekakuan dimulai pada tempat masuk kuman atau pada otot

    masseter $trismus%, pada saat to

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    10/33

    ujungujung sara# di seluruh tubuh. Toksin kemudian akan menyebar ke

    dalam badan sel di batang otak dan sara# spinal.

    Transpor terjadi pertama kali pada sara# motorik, lalu ke sara# sensorik 

    dan sara# otonom. @ika toksin telah masuk ke dalam sel, ia akan berdi#usi

    keluar dan akan masuk dan mempengaruhi ke neuron di dekatnya. =pabila

    interneuron inhibitori spinal terpengaruh, gejala+gejala tetanus akan mun!ul.

    Transpor intraneuronal retroged lebih jauh terjadi dengan meliputi trans#er 

    mele*ati !elah sinaptik dengan suatu mekanisme yang tidak jelas.

    Setelah internalisasi ke dalam neuron inhibitori, ikatan disul#ida yang

    menghubungkan rantai ringan dan rantai berat akan berkurang,

    membebaskan rantai ringan. A#ek toksin dihasilkan melalui pen!egahan

    lepasnya neuritransmiter. Sinaptobrevin merupakan protein membran yang

    diperlukan untuk keluarnya vesikel intraseluler yang mengandung

    neuritransmiter. 3antai ringan tetanoplasmin merupakan

    metalloproteinasezink   yang membelah sinaptobrevin pada suatu titik 

    tunggal, sehingga men!egah perlepasan neurotrnasmiter.

    Toksin ini mempunyai e#ek dominan pada neuron inhibitori, dimana

    setelah toksin menyebarangi sinapsis untuk men!apai presinaptik, ia akan

    memblokade perlepasan neurotransmiterinhibitori yaitu glisin dan asam

    aminobutirik $5=6=%. Bnterneuron yang menghambat neuron motorik 

    al#a yang pertama kali dipengaruhi, sehingga neuron motorik ini kehilangan

    #ungsi inhibisinya. Calu$karena jalur yang lebih panjang% neuron

    simpatetik preganglionik pada ujung lateral dan pusat parasimpatik juga

    10

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    11/33

    dipengaruhi. 4euron motorik juga dipengaruhi dengan !ara yang sama, dan

     perlepasan asetilkolin ke dalam !elah neuromuskuler dikurangi. Pengaruh

    ini mirip dengan aktivitas toksin botulinum yang mengakibatkan paralisis

    #laksid. 4amun demikian, pada tetanus, e#ek disinhibitori neuron motorik 

    lebih berpengaruh daripada berkurangnya #ungsi pada ujung neuromuskuler.

    Pusat medulla dan hipotalamus mungkin juga dipengaruhi. Tetanospasmin

    mempunyai e#ek konvulsan kortikal pada penelitian pada he*an. A#ek 

     prejungsional dari ujung neuromuskuler dapat berakibat kelemahan di antara

    dua spasme dan dapat berperan pada paralisis sara# kranial yang dijumpai

     pada tetanus se#alik, myopati yang terjadi setelah pemulihan.

    =liran e#ek yang tak terkendali dari sara# motorik pada korda dan batang

    otak akan menyebabkan kekakuan dan spasme muskuler, yang dapat

    menyerupai konvulsi. 3e#leks inhibisi dari kelompok otot antagonis hilang,

    sedangkan otot+otot agonis dan antagonis berkontraksi se!ara simultan.

    Spasme otot sangatlah nyeri dan dapat berakibat #raktur atau ruptur tendon.

    2tot rahang, *ajah, dan kepala sering terlibat pertama kali karena jalur 

    aksonalnya lebih pendek. Tubuh dan anggota tubuh mengikuti, sedangkan

    otot+otot peri#er tangan dan kaki relati# jarang terlibat.

    =liran impuls otonomik yang tidak terkendali akan berakibat

    terganggunya kontrol otonomik dengan aktivitas berlebih sara# simpatik 

    dan kadar katekolamin plasma yang berlebihan, Terikatnya toksin pada

    neuron bersi#at ireversibel. Penulihan membutuhkan tumbuhnya ujung sara# 

    yang baru yang menjelaskan mengapa tetanus berdurasi lama.

    11

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    12/33

    Pada tetanus lokal, hanya sara#+sara# yang menginervasi otot+otot yang

     bersangkutan yang terlibat. Tetanus generalisata terjadi apabila toksin yang

    dilepaskan di dalam luka memasuki aliran lim#e dan darah dan menyebar 

    luas men!apai ujung sara# terminal- sa*ar darah otak memblokade

    masuknya toksin se!ara langsung ke dalam sistem sara# pusat. @ika

    diasumsikan bah*a *aktu transport intraneuronal sama pada semua sara#,

    serabut sara# yang pendek akan terpengaruh sebelum serabut sara# yang

     panjang- hal ini menjelaskan urutan

    keterlibatan serabut sara# di kepala, tubuh dan ekstremitas pada

    tetanus generalisata.

    VII. GEJALA KLINIS

    6erdasarkan mani#estasi klinisnya, tetanus dapat diklasi#ikasikan menjadi

    tetanus generalisata,lo!al atau se#alik.,(,1&

    1. Tetanus generalisata

    /erupakan bentuk yang paling sering dijumpai. =*alnya dapat berupa

    tetanus lo!al yang berkembang luas setelah beberapa hari, seperti -

    a. ipertonus otot

     b. Spasme

    !. Trismus

    d. :aku dileher,bahu serta ekstremitas

    e. =bdomen papan $abdomen terasa kerasdan rata%

    12

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    13/33

    #. 3isus sardonikus

    g. 2pistotonus

    h. Spasme otot perna#asan

    5ambar ( - 2pistotonus pada tetanus

    /asa inkubasi bervariasi, tergantung pada lokasi luka dan lebih singkat

     pada tetanus berat, median onset setelah trauma adalah hari. Terdapat trias

    klinis berupa rigiditas, spasme otot, dan apabila berat dis#ungsi otonomik.

    :aku kuduk, nyeri tenggorokan, dan kesulitan untuk membuka mulut,

    sering merupakan gejala a*al tetanus. Spasme ini dipi!u oleh stimulus

    internal dan eksternal dapat berlangsung se!ara beberapa menit dan dirasakan

    nyeri. Pasien dapat demam, *alaupun banyak yang tidak, sedangkan

    kesadaran tidak terpengaruh.

    Disamping peningkatan tonus otot, terdapat spasme otot yang bersi#at

    episodik. :ontraksi otot ini dapat bersi#at spontan atau dipi!u oleh stimulus

     berupa sentuhan, stimulus stimulus visual, auditori atau emosional. Spasme

    yang terjadi dapat bervariasi berdasarkan keparahannya dan #rekuensinya

    tetapi dapat sangat kuat sehingga menyebabkan #raktur atau ruptur tendon.

    13

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    14/33

    Spasme yang terjadi dapat sangat berat, terus menerus, nyeri bersi#at

    generalisata sehingga menyebabkan sianosis dan gagal napas. Spasme ini

    dapat terjadi berulang+ulang dan dipi!u oleh stimulus yang ringan.

    5ejala autonomik terjadi dengan adanya instabilitas kardiovaskular yang

    tampak nyata. ipertensi berat dan takikardia dapat terjadi bergantian

    dengan hipotensi berat, bradikardia dan henti jantung berulang. Pergantian ini

    lebih merupakan akibat perubahan resistensi vaskular sistemik daripada

     perubahan pengisian jantung dan kekuatan jantung. Disamping system

    kardiovaskuler, e#ek otonomik yang lain men!akup salivasi pro#us dan

    meningkatnya sekresi bronkial. Stasis gaster, ileus, diare, dan gagal ginjal

    !urah tunggi $high output renal failure% semua berkaitan dengan gangguan

    otonomik.

    5ambar - 3isus Sardonikus pada tetanus 1

    . Tetanus lo!al

    /erupakan yang paling ringan dibandingkan tetanus lainnya. 6iasanya

    gejala yang mun!ul berupa rasa kaku, ken!ing, dan nyeri pada otot

    disekitar luka. Sering kali terjadi spasme dan t*it!hing dari otot yang

    terkena.

    14

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    15/33

    Pada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten, pada

    daerah tempatdimana luka terjadi $agonis, antagonis, dan #i

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    16/33

    :eluhan konstipasi, nyeri kepala, berdebar, dan berkeringat sering di

     jumpai pada umumnya ditemukan demam serta bertambahnya #rekuensi

    napas, kejang otot yang merupakan kekakuan karena hipertonus dan tidak 

     bersi#at klonus dapat timbul karena rangsangan yang lemah, seperti bunyi+

     bunyian, dan !ahaya. Selama sakit, sensorium tidak terganggu sehingga hal

    tersebut menimbulkan penderitaan terhadap pasien karena merasa nyeri

    akibat kaku otot, dan dapat pula timbul gangguan pernapasan yang

    menyebabkan ano

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    17/33

    Variabe T!a" U"#r Niai

    /asa inkubasi &8 jam

    +' hari

    (+1 hari

    11+1& hari

    E 1& hari

    '

    &

    1

    Cokasi in#eksi Bnternal;umbili!al

    :epala;leher;dinding tubuh

    Proksimal peri#er 

    Distal peri#er 

    Tidak diketahui

    '

    &

    1

    3i*ayat imunisasi Tidak pernah dapat

    /ungkin dapat

    F1 tahun

    1 tahun

    Bmunisasi komplit

    1

    8

    &

    Penyulit;penyakit penyerta Trauma;penyulit yang mengan!am nya*a

    Trauma berat;penyulit tidak segera

    mengan!am nya*a

    Trauma;penyulit tidak mengan!am nya*a

    Trauma;penyulit ringan

    Tidak ada penyulit

    1

    8

    &

    Bnterpretasi - skor 9 dapat ra*at jalan, skor 1+1( dira*at dalam rungan biasa,

    skor 1 atau lebih dira*at diruang intensi# 

    Tabel 1 - Skor Philip untuk pasien tetanus (, 1&

    :lasi#ikasi beratnya tetanus oleh =blett- (,1'

     !"#$#% & 'ringan( - Trismus ringan sampai sedang, spasitisitas generalisata,

    tanpa gangguan perna#asan, tanpa spasme, sedikit atau tanpadis#agia.

    17

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    18/33

     !"#$#% && 'sedang(  - Trismus sedang, rigiditas yang tampak jalas, spasme

    singkat sampai sedang, gangguan perna#asan sedang dengan #rekuensi

     perna#asan lebih dari kali per menit, dis#agia ringan.

     !"#$#% &&& ')erat(  - Trismus berat, spasitisitas generalisata, spasme re#lek 

     berkepanjangan, #rekuensi perna#asan lebih dari & kali per menit, serangan

    apnea, dis#agia berat, dan takikardi $ lebih dari 1 kali per menit%.

     !"#$#% &* 'sangat )erat(  - Derajat BBB dengan gangguan otonomik berat,

    melibatkan sistem kardiovaskuler, hipertensi berat dan takikardi terjadi

     berselingan dengan hipotensi dan bradikardi, salah satunya dapat menetap.

    7ole dan )oungman $19(9% membagi tetanus umum atas -

    1% 5rade B $ringan% -

    a. /asa inkubasi lebih dari 1& hari.

     b. Period o# onset F ( hari

    !. Trismus positi# tapi tidak berat

    d. Sukar makan dan minum tetapi dis#agi tidak ada

    e. Cokalisasi kekakuan dekat dengan luka berupa spasme disekitar luka

    dan kekakuan umum terjadi beberapa jam atau hari.

    % 5rade BB $sedang% -

    a. /asa inkubasi 1+1& hari

     b. Period o# onset hari atau kurang

    !. Trismus dan dis#agi ada

    d. :ekakuan umum terjadi dalam beberapa hari tetapi dispnoe dan

    sianosis tidak ada

    % 5rade BBB $berat%-

    a. /asa inkubasi 1 hari+ Period o# onset hari

     b. Trismus dan dis#agia berat

    !. :ekakuan umum dan gangguan pernapasan as#iksia, ketakutan,

    keringat banyak dan takikardia.

    18

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    19/33

    I$. DIAGNOSA

    ?ntuk mendiagnosa tetanus -,1&

    1. =namnesa

    Pertanyaan seputar luka sangat penting terutama *aktu terkena luka

    serta *aktu dari luka sampai mun!ulnya gejala. Selain itu tanyakan

    lokasi, jenis luka $kotor atau bersih%

       Port d+entre  lain seperti penggunaan jarum suntik, adanya otitis

    media media supurati# kronik berulang,dll

      3i*ayat imunisasi tetanus

    -. Pemeriksaan #isik

    Dapat ditemukan tanda dan gejala sesuai dengan mani#estasi klinis.

    Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan #isik pasien se*aktu

    istirahat, berupa -

    5ejala klinik G:ejang tetani!, trismus, dysphagia, risus sardoni!us

    $sardoni! smile%.

    =danya luka yang mendahuluinya. Cuka adakalanya sudah

    dilupakan.

    . Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan laboratorium biasanya tidak menunjukkan perubahan.

    :ultur - C. tetani $H%. Cab - S52T, 7P: meninggi serta dijumpai myoglobinuria.

    Diagnosis tetanus berdasarkan atas pemeriksaan klinis, pemeriksaan

    darah dan !airan !erebrospinal normal, basil tetanus ditemukan hanya pada

    sekitar > kultur anaerob dari luka yang di!urigai.,

    $.

    PENATALAKSANAAN

    3

    19

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    20/33

    1. ?mum

    Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani,

    menetralisirkan peredaran toksin, men!egah spasme otot dan

    memberikan bantuan pema#asan sampai pulih. Dan tujuan tersebutdapat

    diperin!i sebagai berikut -

    1% /era*at dan membersihkan luka sebaik+baiknya, berupa -

    /embersihkan luka, irigasi luka, debridement luka $eksisi jaringan

    nekrotik%,membuang benda asing dalam luka serta kompres dengan

    , dalam hal ini penatalaksanaanterhadap luka tersebut

    dilakukan 1 + jam setelah =TS dan pemberian =ntibiotika ,

    Sekitar luka disuntik =TS.

    % Diet !ukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung

    kemampuan membuka mulut dan menelan. 6ila ada trismus,

    makanan dapat diberikan personde atau parenteral.

    % Bsolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan

    terhadap penderita

    &% 2ksigen, perna#asan buatan dan tra!heostomi bila perlu.

    '% /engatur keseimbangan !airan dan elektrolit.

    (% Pasien yang diduga menderita tetanus harus ditempatkan pada

    tempat yang tenang, dibagian yang gelap dari ruangan 7?. Tempat

    yang benar+benar tenang perlu sebagai men!egah kebisingan yang

     bisa menimbulkan kejang dan nyeri. Pera*at khusus harus terus

    menerus hadir sepanjang hari dan malam untuk memonitor perjalan

     penyakit dan memberitahukan pada dekter perubahan #rekuensi atau

     beratnya kejang. asilitas untuk endotra!!heal su!tion dan intubasi

    20

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    21/33

    termasuk tra!heostomi dan ventilasi dengan oksigen harus dapat

    segera dapat digunakan. @ika diren!anakan pasien pindah ke rumah

    sakit lain ,intubasi harus dilakukan sebelum pasien dipindahkan pada

    semua kasus ke!uali kasus+kasus yang ringan. 7egah terjadi

    dekubitus dan kontraktur.

    . 2bat+ obatan ,

    a. =ntibiotika

    Diberikan parenteral Peni!iline 1, juta unit ; hari selama 1 hari,

    B/. Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peni!iline dosis

    '. ?nit ; :g66; 1 jam se!a#a B/ diberikan selama +1 hari.

    6ila sensiti# terhadap peni!iline, obat dapat diganti dengan preparat

    lain seperti tetrasiklin dosis +& mg;kg66; & jam, tetapi dosis

    tidak melebihi gram dan diberikan dalam dosis terbagi $ & dosis %.

    6ila tersedia Peni!iline intravena,dapat digunakan dengan dosis

    . unit ;kg66; & jam, dibagi ( dosis selama 1 hari.

    =ntibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetati# dari

    C.tetani, bukan untuk toksin yang dihasilkannya. 6ila dijumpai

    adanya komplikasi pemberian antibiotika broadspektrum dapat

    dilakukan. Tetrasiklin, Aritromisin dan /etronidaole Diberikan

    terutama bila penderita alergi penisilin.

    - Tertasiklin - +' mg;kgbb;hari dalam & dosis

    - Aritromisin - ' mg;kgbb;hari dalam & dosis, selama 1 hari.

    - /etronidaole loading dose 1' mg;:g66;jam selanjutnya

    ,' mg;:g66 tiap ( jam

     b. =nti tetanus toksin

    21

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    22/33

    Selama in#eksi, toksin tetanus beredar dalam bentuk -

    + Toksin bebas dalam darah

    + Toksin bergabung dengan jaringan sara#

    uman anti tetanus gamma+glubumin +(. unit , diberikan

    se!ara intra muskuler dan dapat diulang bila diperlukan. Tetanus anti

    toksin tidak akan menetralisir toksin yang sudah terikat pada susunan

    sara# pusat, tetapi hanya menetralisir toksin yang masih beredar. 6ila

    TB5 tidak tersedia maka diberikan =TS dengan dosis 1.+.

    unit diberikan '. unit intramus!ular dan '. intravena pada hari

     pertama, kemudian (. unit dan &. unit intramuskuler masing+

    masing pada hari kedua dan ketiga. Setelah penderita sembuh, sebelum

    keluar rumah sakit harus diberikan immunisasi akti# dengan toksoid,

    oleh karena seseorang yang sudah sembuh dari tetanus tidak memiliki

    kekebalan.

    )ang dapat dinertalisir adalah toksin yang bebas dalam darah.

    Sedangkan yang telah bergabung dengan jaringan sara# tidak dapat di

    netralisir oleh antioksidan. Sebelum pemberian antitoksin harus

    dilakukan - anamnesa apakah ada ri*ayat alergi, tes kulit dan mata, dan

    harus sedia adrenalin 1-1. Bni dilakukan karena antitoksin berasal dari

    serum kuda, yang bersi#at heterolog sehingga mungkin terjadi syok 

    ana#ilaktik. Dosis =TS yang diberikan ada berbagai pendapat.

    6erhrmann $198% dan 5rossman$198% menganjurkan dosis '.+

    22

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    23/33

    1. ? yang diberikan setengah le*at i.v dan setengahnya i.m.

     pemberian le*at i.v diberikan selama 1+ jam.

    Di :?B , =TS diberikan dengan dosis . u selama hari. Di

    /anado, =TS diberikan dengan dosis i.m, sekali pemberian. =ntitoksin

    lainnya =ntitoksin dapat digunakan uman Tetanus Bmmunoglobulin

    $ TB5% dengan dosis +( ?, satu kali pemberian saja, se!ara B/

    tidak boleh diberikan se!ara intravena karena TB5 mengandung "anti

    !omplementary aggregates o# globulin ", yang mana ini dapat

    men!etuskan reaksi allergi yang serius.

    Tabel - Perbandingan =TS dan TB5 1'

    !. Tetanus Toksoid

    Pemberian Tetanus Toksoid $TT% yang pertama, dilakukan

     bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang

     berbeda dengan alat suntik yang berbeda.Pemberian

    23

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    24/33

    di la ku kan se!ara B./. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai

    imunisasi dasar terhadap tetanus selesai.

    d. =ntikonvulsan

    2bat yang laim digunakan ialah -

    1% Diaepam.

    6ila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan

    dosis ,'mg;kgbb;kali i.v. perlahan+lahan dengan dosis optimum

    1mg;kali diulang setiap kali kejang. :emudian diikuti

     pemberian diaepam peroral $sonde lambung% dengan dosis

    ,';kgbb;kali sehari diberikan ( kali.+ Dosis maksimal diaepam

    &mg;hari. 6ila masih kejang $tetanus yang sangat berat%, harus

     dilanjutkan dengan bantuan ventilasi mekanik, dosis

     diaepam dapat ditingkatkan sampai &8mg;hari dengan

     bantuan ventilasi mekanik, dengan atau tanpa kurarisasi. Dapat

     pula dipertimbangkan penggunaan magnesium sul#at, bila ada

    gangguan sara# otonom.

    % enobarbital.

    Dosis a*al - 1 tahun ' mg i.m.I 1 tahun ' mg i.m. Dilanjutkan

    dengan dosis oral '+9 mg;kgbb;hari dibagi dalam dosis.

    % Carga!til. Dosis yang dianjurkan & mg;kgbb;hari dibagi dalam (

    dosis.

    @A4BS 26=T D2SBS AA: S=/PB45

    Diaepam ,'+1,mg;kg66 & jam $B/% Stupor, koma

    /eprobamat G & mg; & jam $B/% Tidak ada

    24

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    25/33

    :lorpromasin ' G ' mg; & jam $B/% ipotensi

    enobarbital ' G 1 mg; & jam $B/% Depresi pernapasan

    Tabel - jenis antikonvulsan

    e. Sedasi

    Sebagian besar pasien ditemukan bah*a tetanus dan

     pengobatannya merupakan siksaan yang menakutkan dan sangat

    menyakitkan. Sebagai konsek*ensinya, mereka harus menerima

    sedasi sebanyak yang aman yang dapat diberikan. 6agaimanapun

    obat+obat yang menyebabkan depresi perna#asan dan !ardiovas!uler 

    harus dihindari. 2pium dan dan barbiturat merupakan kontra

    indikasi. Paraldehhyde masih tetap merupakan preparat yang

     biasanya banyak digunakan, dalam dosis diatas 1 ml setiap & jam

    dengan menggunakan nasogastri! tube $pengen!eran% 1-1% atau

    dengan intramuskular. 1+ mg diaepam setiap &+( jam atau 1+

    mg !holorpromaine setiap & jam juga dapat diberikan meskipun

    sidrom dari simpatik dapat sering terjadi.

    $I. DIAGNOSIS BANDING

    ?ntuk membedakan diagnosis banding dari tetanus, dimulai dari

     pemeriksaan #isik, laboratorium test $dimana !airan serebrospinal normal

    dan pemeriksaan darah rutin normal atau sedikit meninggi, sedangkan

    S52T, 7P: dan SA3?/ aldolase sedikit meninggi karena kekakuan otot+

    otot tubuh%, serta ri*ayat imunisasi yang lengkap atau tidak lengkap,

    kekakuan otot+otot tubuh%, risus sardoni!us dan kesadaran yang tetap

    normal.,1&

    25

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    26/33

    1. /eningitis ba!terial

    Pada penyakit ini trismus tidak ada, kesadaran penderita biasanya

    menurun. Diagnosis ditegakkan dengan melakukan lumbal pungsi,

     dimana adanya kelainan !airan serebrospinal yaitu jumlah sel

    meningkat, kadar protein meningkat dan glukosa menurun.

    . Poliomyelitis

    Didapatkan adanya paralisis #laksid dengan tidak dijumpai adanya

    trismus.Pemeriksaan !airan serebrospinalis menunjukan lekositosis.

    Jirus polio diisolasi dari tinja dan pemeriksaan serologis titer antibody

    meningkat.

    . 3abies

    Sebelumnya ada ri*ayat gigitan anjing atau he*an lain .Trismus

     jarang ditemukan, kejang bersi#at klonik.

    &. :era!unan stry!hnine

    Pada keadaan ini trismus jarang, gejala berupa kejang tonik umum

    '. Tetani

    Timbul karena hipokalsemia dan hipo#os#atemia dimana kadar kalsium

    dan #os#at dalamserum rendah. )ang khas bentuk spasme otot ialah

    karpopedal spasme dan biasanya diikuti dengan laringospasme, jarang

    dijumpai trismus.

    (. 3etropharyngeal absesTrismus selalu ada pada penyaikit ini, tetapi kejang umum tidak ada.

    . A#ek samping #enotiasin

    =danya ri*ayat minum obat #enotiasin. :elainan berupa sindrom

    ektrapiramidal. =danya reaksi distonik akut, torsi!olis dan kekakuan

    otot.

    8. :aku kuduk juga dapat terjadi pada mastoiditis, pneumonia lobaris atas,

    miositis leher dan spondilitis leher.

    $II. KOMPLIKASI

    26

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    27/33

    =dapun komplikasi pada tetanus ',(,9 -

    Tabel & - :omplikasi Tetanus',1

    aktor+#aktor yang mempengaruhi prognose penyakit  -

    Derajat Spasme epistotonus nilai (

      re#lek spasme umum nilai &

      spasme terbatas nilai

      spastistas umum nilai

      trismus nilai 1

    rek*ensi spasme spontan F

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    28/33

      ,+, nilai

      (,+,1 nilai

    Pernapasan trakheostomi nilai 1

    henti napas tiap konpulasi nilai 8

    henti napas, kadang+kadang tiap nilai &

    konvulasi.

    henti napas, hanya selama konvulasi nilai

    normal nilai

    Bnterpretasi -

     1 - 3B45=4, dapat sembuh sepontan

    1+1& - SAD=45, harus selamat dengan pera*atan standar yang layak 

    1'+ - 6A3=T, harapan hidup tergantung pada k*alitas pengobatan.

    F & - S=45=T 6A3=T, umumnya berakhir dengan kematian.

    aktor yang mempengaruhi mortalitas pasien tetanus adalah masa

    inkubasi, periode a*al pengobatan, imunisasi, lokasi #okus in#eksi,

     penyakit lain yang menyertai, beratnya penyakit, dan penyulit yang

    timbul. /asa inkubasi dan periode onset merupakan #aktor yang

    menentukan prognosis dalam klasi#ikasi 7ole dan Spooner. (

    :lasi#ikasi prognostik menurut ColeSpooner 

    Ke!%&!" &r!'(!)*i" Peri!+e aa Ma)a i("#ba)i

    28

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    29/33

    B ( jam K( hari

    BB F( jam F( hari

    BBB Tidak diketahui Tidak diketahui

    Pasien yang termasuk dalam kelompok prognostik B mempunyai

    angka kematian lebih tinggi daripada kelompok BB dan BBB. Pera*atan

    intensi# menurunkan angka kematian akibat kegagalan napas dan kelelahan

    akibat kejang. Selain itu, pemberian nutrisi yang !ukup ternyata juga

    menurunkan angka kematian.

    $III. PEN-EGAHAN

    Pen!egahan terdiri atas aspek yaitu- imunisasi, pera*atan luka, dan

     pemberian =TS;TB5 pro#ilaksis. Peranan imunisasi sangatlah penting

    dalam memberikan proteksi pada in#eksi tetanus. Pen!egahan sangat

     penting, mengingat pera*atan kasus tetanus sulit dan mahal. ?ntuk 

     pen!egahan, perlu dilakukan-1 

    a. Bmunisasi akti#

    Bmunisasi dengan toksoid tetanus $TT% merupakan salah satu

     pen!egahan yang sangat e#ekti#. =ngka kegagalannya relati# rendah. TT

     pertama kali diproduksi pada tahun 19&. Bmunisasi TT digunakan

    se!ara luas pada militer selama perang dunia BB. Terdapat dua jenis TT

    yang tersedia, adsorbed $aluminium salt pre!ipitated% to

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    30/33

     pertusis aselular sebagai DaPT. :ombinasi toksoid di#teri dan tetanus

    $DT% yang mengandung 1+1 C# dapat diberikan pada anak yang

    memiliki kontraindikasi terhadap vaksin pertusis. @enis imunisasi

    tergantung dari golongan umur dan jenis kelamin. ?ntuk men!egah

    tetanus neonatorum, salah satu pen!egahan adalah dengan pemberian

    imunisasi TT pada *anita usia subur $0?S%. 2leh karena itu, setiap

    0?S yang berkunjung ke #asilitas pelayanan kesehatan harus selalu

    ditanyakan status imunisasi TT mereka dan bila diketahui yang

     bersangkutan belum mendapatkan imunisasi TT harus diberi imunisasi

    TT minimal kali dengan jad*al sebagai berikut- dosis pertama

    diberikan segera pada saat 0?S kontak dengan pelayanan kesehatan

    atau sendini mungkin saat yang bersangkutan hamil, dosis kedua

    diberikan & minggu setelah dosis pertama. Dosis ketiga dapat diberikan (

    + 1 bulan setelah dosis kedua atau setiap saat pada kehamilan

     berikutnya. Dosis tambahan sebanyak dua dosis dengan interval satu

    tahun dapat diberikan pada saat 0?S tersebut kontak dengan #asilitas

     pelayanan kesehatan atau diberikan pada saat kehamilan berikutnya.

    Total ' dosis TT yang diterima oleh 0?S akan memberi perlindungan

    seumur hidup. 0?S yang ri*ayat imunisasinya telah memperoleh + &

    dosis DPT pada *aktu anak+anak, !ukup diberikan dosis TT pada saat

    kehamilan pertama, ini akan memberi perlindungan terhadap seluruh

     bayi yang akan dilahirkan.

     b. Pera*atan luka

    30

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    31/33

    Pera*atan luka harus segera dilakukan terutama pada luka tusuk,

    luka kotor atau luka yang diduga ter!emar dengan spora tetanus.

    Pera*atan luka dilakukan guna men!egah timbulnya jaringan anaerob.

    @aringan nekrotik dan benda asing harus dibuang. ?ntuk pen!egahan

    kasus tetanus neonatorum sangat bergantung pada penghindaran

     persalinan yang tidak aman, aborsi serta pera*atan tali pusat selain dari

    imunisasi ibu. Pada pera*atan tali pusat, penting diperhatikan adalah

     jangan membungkus punting tali pusat;mengoleskan !airan;bahan

    apapun ke dalam punting tali pusat, mengoleskan alkohol; po/idon

    iodine masih diperkenankan tetapi tidak dikompreskan karena

    menyebabkan tali pusat lembab.

    !. Pemberian =TS dan TB5 pro#ilaksis

    Pro#ilaksis dengan pemberian =TS hanya e#ekti# pada luka baru $ (

     jam% dan harus segera dilanjutkan dengan imunisasi akti#. Dosis =TS

     pro#ilaksis B?. TB5 juga dapat diberikan sebagai pro#ilaksis luka.

    Dosis untuk anak tahun- & B?;kg B/ dosis tunggal, sedangkan dosis

    untuk anak L tahun- ' B? B/ dosis tunggal.

    D=T=3 P?ST=:=

    0. Bsmanoe 5. Tetanus dalam

    -. 02. 1. Current recommendations for treatment of tetanus during 

    humanitarian emergencies. S*iterland - 02.

    31

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    32/33

    1. :athleen /. 1. %etanus. /anitoba. Publi! ealth and Primary ealth 7are

    Division 7ommuni!able Disease 7ontrol.

    2. S/ 3S?P/. 11. %etanus. /edan - 3S?P/

    3. 6jornar . 1. %etanus4 Pathophysiology, %reatment, and the Possi)ility of 

    5sing 6otulinum %o7in against %etanus&nduced "igidity and Spasms.

    S*iterland - /DPB. To

  • 8/16/2019 Aspek Neurologis Penyakit Tetanus WD. Hanum

    33/33

    Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh

    neurotoksin yang dihasilkan oleh 7lostridium tetani ditandai denganspasme otot yang periodik dan berat

    .

    Tetanus ini biasanya akut dan

    menimbulkan paralitik spastik yang disebabkan tetanospasmin.

    Tetanospamin merupakan neurotoksin yang diproduksi oleh 7lostridium

    tetani. Tetanus disebut juga dengan "Seven day Disease ". Dan pada tahun

    189, diketemukan toksin seperti stri!hnine, kemudian dikenal dengan

    tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob yang mengandung

     bakteri. lmunisasi dengan mengaktivasi derivat tersebut menghasilkan

     pen!egahan dari tetanus