askep syok

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syok merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perf tidak adekuat. Syok paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan pe hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan 2 penyebab syok yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat per internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen. Penyeba perdarahan internal adalahterjadinya trauma pada organ dan ruptur pada aneurysme aortic abdomen. Syok bisa merupakan akibat dari kehilangan cair tubuh lain selain dari darah dalam jumlah yang banyak. Contoh syok hipovo yang terjadi akibat kehilangan cairan lain ini adalah gastroenteritis ref luka bakar hebat. Objektif dari keseluruhan jurnal ini adalah terfokus ke hipovolemik yang terjadi akibat perdarahan dan pelbagai kontroversi yang seputar cara penanganannya. ebanyakan trauma merbahaya ketika terjadinya perang sekitar !"##an telah memberi kesan yang angat signifikan pada perkembangan prinsi penanganan resusitasi syok hemoragik. etika Perang $unia %& '. . merekomendasikan untuk memperlambat pemberian resusitasi cairan seh penyebab utama terjadinya syok diatasi secara pembedahan. Pemberian krist dan darah digunakan secara ekstensif ketika Perang $unia %% untuk menanga pasien dengan keadaan yang tidak stabil. Pengalaman yang di dapa perang mela an orea dan *ietnam memperlihatkan baha a resusitasi cairan intervensi pembedahan a al merupakan langkah terpenting untuk menyelamatk pasien dengan trauma yang menimbulkan syok hemoragik. %ni dan beberapa pr lain membantu dalam perkembangan garis panduan untuk penanganan s hemoragik kaibat trauma. +kan tetapi& peneliti,peneliti terbarutelah mempersoalkan garis panduan ini& dan hari ini telah timbul pelbagai kontr tentang cara penanganan syok hemoragik yang paling optimal. Askep Gawat Darurat Pada Pasien Syok/B2.UNSRI Page 1

Upload: reza-aulia

Post on 06-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jzxhZ,

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSyok merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan 2 penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen. Penyebab utama perdarahan internal adalah terjadinya trauma pada organ dan ruptur pada aneurysme aortic abdomen. Syok bisa merupakan akibat dari kehilangan cairan tubuh lain selain dari darah dalam jumlah yang banyak. Contoh syok hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan cairan lain ini adalah gastroenteritis refraktrer dan luka bakar hebat. Objektif dari keseluruhan jurnal ini adalah terfokus kepada syok hipovolemik yang terjadi akibat perdarahan dan pelbagai kontroversi yang timbul seputar cara penanganannya. Kebanyakan trauma merbahaya ketika terjadinya perang sekitar tahun 1900an telah memberi kesan yang angat signifikan pada perkembangan prinsip penanganan resusitasi syok hemoragik. Ketika Perang Dunia I, W.B. Cannon merekomendasikan untuk memperlambat pemberian resusitasi cairan sehingga penyebab utama terjadinya syok diatasi secara pembedahan. Pemberian kristalloid dan darah digunakan secara ekstensif ketika Perang Dunia II untuk menangani pasien dengan keadaan yang tidak stabil. Pengalaman yang di dapat semasa perang melawan Korea dan Vietnam memperlihatkan bahawa resusitasi cairan dan intervensi pembedahan awal merupakan langkah terpenting untuk menyelamatkan pasien dengan trauma yang menimbulkan syok hemoragik. Ini dan beberapa prisip lain membantu dalam perkembangan garis panduan untuk penanganan syok hemoragik kaibat trauma. Akan tetapi, peneliti-peneliti terbaru telah mempersoalkan garis panduan ini, dan hari ini telah timbul pelbagai kontroversi tentang cara penanganan syok hemoragik yang paling optimal.B. Rumusan Masalah Apa konsep teori dan asuhan keperawatan pada pasien penderita syok?

C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien syock.2. Tujuan Khusus Mahasiswa dapat mengetahui : pengertian syock, penyebab terjadinya syok, patofisiologi terjadinya syock, tanda dan gejala syock , manifestasi kllinis syock, jenis-jenis syock, penatalaksanaan syock.

D. Manfaat Penulisan1. Bagi masyarakat Masyarakat dapat lebih mengetahui tindakan gawat darurat yang tepat diberikan pada pasien syok.2. Bagi mahasiswaMahasiswa dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat yang tepat pada penderita syok.

BAB IITINJAUAN TEORI

1. DefinisiSyok adalah suatu keadaan gawat yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai,syok biasanya berhubungan dengan tekanan darah rendah dan kematian sel maupun jaringan yang pada akhirnya dapat menimbulkan kematian apabila tidak segera ditanggulangi.Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah,termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi).

1. Jenis-Jenis Syok1. Syok Hipovolemik Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik).Kehilangan darah dari luar yang akut akibat trauma tembus dan perdarahan gastrointestinal yang berat merupakan dua penyebab yang paling sering pada syok hemoragik. Syok hemoragik juga dapat merupakan akibat dari kehilangan darah yang akut secara signifikan dalam rongga dada dan rongga abdomen. Dua penyebab utama kehilangan darah dari dalam yang cepat adalah cedera pada organ padat dan rupturnya aneurisma aorta abdominalis. Syok hipovolemik dapat merupakan akibat dari kehilangan cairan yang signifikan (selain darah).

1. Syok Kardiogenik Disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali. Syok kardiogenik dapat didiagnosa dengan mengetahui adanya tanda-tanda syok dan dijumpainya adanya penyakit jantung, seperti infark miokard yang luas, gangguan irama jantung, rasa nyeri daerah torak, atau adanya emboli paru, tamponade jantung, kelainan katub atau sekat jantung.

1. Shock SepticSuatu keadaan dimana tekanan darah turun sampai tingkat yang membahayakan nyawa sebagai akibat dari sepsis, disertai adanya infeksi (sumber infeksi). Syok septik terjadi akibat racun yang dihasilkan oleh bakteri tertentu dan akibat sitokinesis (zat yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk melawan suatu infeksi).Racun yang dilepaskan oleh bakteri bisa menyebabkan kerusakan jaringan dan gangguan peredaran darah.Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman Gram negatif yang menyebabkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil Gram negatif ini menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena perifer. Selain itu terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan terjadinya hipovolemia relatif, sedangkan peningkatan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan cairan intravaskuler ke intertisial yang terlihat sebagai udem. Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan penurunan perfusi jaringan melainkan karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen karena toksin kuman.

1. Shock AnafilaktikSyok anafilaktik merupakan suatu reaksi alergi yang cukup serius. Penyebabnya bisa bermacam macam mulai dari makanan, obat obatan, bahan bahan kimia dan gigitan serangga. Disebut serius karena kondisi ini dapat menyebabkan kematian dan memerlukan tindakan medis segera.Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas. Antigen yang bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi degranulasi, pengeluaran histamin, dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini menyebabkan peningkatan permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Terjadi hipovolemia relatif karena vasodilatasi yang mengakibatkan syok, sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan udem. Pada syok anafilaktik, bisa terjadi bronkospasme yang menurunkan ventilasi.

1. Derajat Syok menurut Kegawatannya1. Syok Ringan1. Kehilangan volume darah 40 mmHg pada pasien hipertensi, menunjukkan masih perlunya transfusi cairan. 1. Produksi urin: Pemasangan kateter urin diperlukan untuk mengukur produksi urin. Produksi urin harus dipertahankan minimal 1/2 ml/kg/jam. Bila kurang, menunjukkan adanya hipovolemia.1. Cairan diberikan sampai vena jelas terisi dan nadi jelas teraba. 1. Bila volume intra vaskuler cukup, tekanan darah baik, produksi urin < 1/2 ml/kg/jam, bisa diberikan Lasix 20-40 mg untuk mempertahankan produksi urine. 1. Dopamin 2--5 g/kg/menit bisa juga digunakan pengukuran tekanan vena sentral (normal 8--12 cmH2O), dan bila masih terdapat gejala umum pasien seperti gelisah, rasa haus, sesak, pucat, dan ekstremitas dingin, menunjukkan masih perlu transfusi cairan.

1. Syok Kardiogenik0. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.0. Berikan oksigen 8 - 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk mempertahankan PO2 70 - 120 mmHg0. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus diatasidengan pemberian morfin0. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.0. Bila mungkin pasang CVP.0. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.0. Medikamentosa :1. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri1. Anti ansietas, bila cemas.1. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi1. Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit1. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung tidak adekuat.Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m1. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m.bila ada dapat diberikan amrinon IV1. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m1. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi jaringan1. Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.

1. Syok SepticPada saat gejala syok septik timbul:0. Penderita segera dimasukkan ke ruang perawatan intesif untuk menjalani pengobatan.0. Cairan dalam jumlah banyak diberikan melalui infus untuk menaikkan tekanan darah dan harus diawasi dengan ketat.0. Bisa diberikan dopamin atau nor-epinefrin untuk menciutkan pembuluh darah sehingga tekanan darah naik dan aliran darah ke otak dan jantung meningkat.0. Jika terjadi gagal paru-paru, mungkin diperlukan ventilator mekanik.0. Antibiotik intravena (melalui pembuluh darah) diberikan dalam dosis tinggi untuk membunuh bakteri.0. Jika ada abses, dilakukan pembuangan nanah.0. Jika terpasang kateter yang mungkin menjadi penyebab infeksi, harus dilepaskan.0. Mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk mengangkat jaringan yang mati, misalnya jaringan gangren dari usus.

1. Syok AnafilaktikPenanggulangan syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat sebab penderita berada pada keadaan gawat. Kalau terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat kimia, baik peroral maupun parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan, adalah: 7. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah. 7. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu: 1. Airway = jalan napas. Jalan napas harus dijaga tetap bebas, tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala, leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka mulut. 1. Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial. Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen. Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi. 1. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.karotis, atau a. emoralis), segera lakukan kompresi jantung luar. Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan hidup dasar yang penatalaksanaannya sesuai dengan protokol resusitasi jantung paru. 7. Segera berikan adrenalin 0.3--0.5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita dewasa atau 0.01 mk/kg untuk penderita anak-anak, intramuskular. Pemberian ini dapat diulang tiap 15 menit sampai keadaan membaik. Beberapa penulis menganjurkan pemberian infus kontinyu adrenalin 2--4 ug/menit. 7. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang memberi respons, dapat ditambahkan aminofilin 5--6 mg/kgBB intravena dosis awal yang diteruskan 0.4--0.9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus. 7. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau deksametason 5--10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi efek lanjut dari syok anafilaktik atau syok yang membandel. 7. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena untuk koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan didasarkan atas keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3--4 kali dari perkiraan kekurangan volume plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik berat diperkirakan terdapat kehilangan cairan 20--40% dari volume plasma. Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat diberikan dengan jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan volume plasma. Tetapi, perlu dipikirkan juga bahwa larutan koloid plasma protein atau dextran juga bisa melepaskan histamin. 7. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok anafilaktik dikirim ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam perjalanan. Kalau terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan transportasi penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap dalam posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung. 7. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat dipulangkan, tetapi harus diawasi/diobservasi dulu selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2--3 kali suntikan, harus dirawat di rumah sakit semalam untuk observasi.

1. Penanggulangan Kegawatan Syok secara UmumPenanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal. Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC. 6. (A = air way) Jalan nafas harus bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa endotrakeal. 6. (B = breathing) Pernafasan harus terjamin, kalau perlu dengan memberikan ventilasi buatan dan pemberian oksigen 100%. 6. (C = circulation) Defisit volume peredaran darah pada syok hipovolemik sejati atau hipovolemia relatif (syok septik, syok neurogenik, dan syok anafilaktik) harus diatasi dengan pemberian cairan intravena dan bila perlu pemberian obat-obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi jantung atau obat vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer. Langkah-langkah yang perlu dilakukan sbg pertolongan pertama dalam menghadapi syok:1. Bawa penderita ke tempat teduh dan aman.1. Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak luka. Secara umum posisi penderita dibaringkan telentang dengan tujuan meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital. 1. Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, penderita jangan digerakkan sampai persiapan transportasi selesai, kecuali untuk menghindari terjadinya luka yang lebih parah atau untuk memberikan pertolongan pertama seperti pertolongan untuk membebaskan jalan napas.1. Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau penderita tidak sadar, harus dibaringkan pada salah satu sisi tubuh (berbaring miring) untuk memudahkan cairan keluar dari rongga mulut dan untuk menghindari sumbatan jalan nafas oleh muntah atau darah. Penanganan yang sangat penting adalah meyakinkan bahwa saluran nafas tetap terbuka untuk menghindari terjadinya asfiksia.1. Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan telentang datar atau kepala agak ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya. 1. Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita, sebaiknya penderita dibaringkan dengan posisi telentang datar. 1. Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan penderita telentang dengan kaki ditinggikan 20-30 cm sehingga aliran darah balik ke jantung lebih besar dan tekanan darah menjadi meningkat. Tetapi bila penderita menjadi lebih sukar bernafas atau penderita menjadi kesakitan segera turunkan kakinya kembali.1. Pakaian dilonggarkan1. Beri selimut 1. Tenangkan penderita 1. Pastikan jalan nafas & Pernafasan baik1. Kontrol perdarahan & rawat cedera lainnya 1. Beri Oksigen sesuai protocol1. Jangan beri makan & minum1. Periksa berkala tanda vital1. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

BAB IIIKONSEP KEPERAWATAN

2. PengkajianData-data yang dapat ditemukan pada saat pengkajian meliputi :0. Gelisah, ansietas, tekanan darah menurun0. Tekanan darah sistolik < 90 mmHg (hipotensi)0. Tekanan ventrikel kiri peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, peningkatan tekanan atrium kiri, peningkatan tekanan baji arteri pulmonal (PCWP)0. Curah jantung 2,2 l/mnt, penurunan fraksi ejeksi, penurunan indeks jantung0. Peningkatan tekanan vena sentral 1600 dyne/dtk/cm-50. Peningkatan tekanan pengisian ventrikel kanan adanya distensi vena jugularis, peningkatan CVP (tekanan > 15 cm H2O, refleks hepatojugular meningkat0. Takikardia nadi radialis halus, nadi perifer tidak ada atau berkurang0. Terdengar bunyi gallop S3, S4 atau murmur0. Distress pernafasan takipnea, ortopnea, hipoksia0. Perubahan tingkat kesadaran apatis, letargi, semicoma, coma0. Perubahan kulit pucat, dingin, lembab, sianosis0. Perubahan suhu tubuh subnormal, meningkat0. Sangat kehausan0. Mual, muntah0. Status ginjal haluaran urine di bawah 20 ml/jam, kreatinin serum meningkat, nitrogen urea serum meningkat0. Perubahan EKG perubahan iskemi, disritmia, fibrilasi ventrikel0. Kenyamanan nyeri dada, nyeri abdominal

2. Diagnosa keperawatan 0. Perubahan perfusi jaringan (serebral, kardiopulmonal, perifer) berhubungan dengan penurunan curah jantung.0. Penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor mekanis (preload, afterload dan kontraktilitas miokard).0. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler pulmonal.0. Asietas / takut berhubungan dengan ancaman biologis yang aktual atau potensial.

2. Intervensi Keperawatan 1. Perubahan perfusi jaringan (serebral, kardiopulmonal, perifer) berhubungan dengan penurunan curah jantung.2. Tujuan :Perfusi jaringan dipertahankan dengan kriteria :0. Tekanan darah dalam batas normal0. Haluaran urine normal0. Kulit hangat dan kering0. Nadi perifer > 2 kali suhu tubuh2. Rencana tindakan Kaji tanda dan gejala yang menunjukkan gangguan perfusi jaringan1. Pertahankan tirah baring penuh (bedrest total) dengan posisi ekstremitas memudahkan sirkulasi1. Pertahankan terapi parenteral sesuai dengan program terapi, seperti darah lengkap, plasmanat, tambahan volume1. Ukur intake dan output setiap jam1. Hubungkan kateter pada sistem drainase gravitasi tertutup dan lapor dokter bila haluaran urine kurang dari 30 ml/jam1. Berikan obat-obatan sesuai dengan program terapi dan kaji efek obat serta tanda toksisitas1. Pertahankan klien hangat dan kering

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor mekanis (preload, afterload dan kontraktilitas miokard)3. Tujuan Klien memperlihatkan peningkatan curah jantung dengan kriteria :0. Tanda-tanda vital dalam batas normal0. Curah jantung dalam batas normal0. Perbaikan mental2)Rencana tindakan 1. Pertahankan posisi terbaik untuk meningkatkan ventilasi optimal dengan meninggikan kepala tempat tidur 30 60 derajat1. Pertahankan tirah baring penuh (bedrest total)1. Pantau EKG secara kontinu1. Pertahankan cairan parenteral sesuai dengan program terapi1. Pantau vital sign setiap jam dan laporkan bila ada perubahan yang drastis1. Berikan oksigen sesuai dengan terapi1. Berikan obat-obatan sesuai dengan terapi1. Pertahankan klien hangat dan kering1. Auskultasi bunyi jantung setiap 2 sampai 4 jam sekali 1. Batasi dan rencanakan aktifitas ; berikan waktu istirahat antar prosedur1. Hindari konstipasi, mengedan atau perangsangan rektal

1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler pulmonal16. Tujuan Klien memperlihatkan peningkatan ventilasi dengan kriteria :0. Klien bernafas tanpa kesulitan0. Paru-paru bersih0. Kadar PO2 dan PCO2 dalam batas normal

2) Rencana tindakan 0. Kaji pola pernafasan, perhatikan frekwensi dan kedalaman pernafasan0. Auskultasi paru-paru setiap 1 2 jam sekali0. Pantau seri AGDA0. Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan klien0. Lakukan penghisapan bila ada indikasi0. Bantu dan ajarkan klien batuk efektif dan nafas dalam

1. Asietas / takut berhubungan dengan ancaman biologis yang aktual atau potensial7. Tujuan Ansietas / rasa takut klien terkontrol dengan kriteria :0. Klien mengungkapkan penurunan ansietas0. Klien tenang dan relaks0. Klien dapat beristirahat dengan tenang2) Rencana tindakan 0. Tentukan sumber-sumber kecemasan atau ketakutan klien0. Jelaskan seluruh prosedur dan pengobatan serta berikan penjelasan yang ringkas bila klien tidak memahaminya0. Bila ansietas sedang berlangsung, temani klien0. Antisipasi kebutuhan klien0. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tidak penuh dengan stress0. Biarkan keluarga dan orang terdekat untuk tetap tinggal bersama klien jika kondisi klien memungkinkan0. Anjurkan untuk mengungkapkan kebutuhan dan ketakutan akan kematian0. Pertahankan sikap tenang dan menyakinkan

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan0. Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama pasien mengalami syok.0. Syok adalah gangguan sistem sirkulasi dimana sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi)

B. Saran1. Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi seorang perawat professional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan gejala ketika menemukan pasien yang mengalami syock sehingga dapat melakukan pertolongan segera.1. Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency untuk melakukan pertolongan segera kepada pasien yang mengalami syock.

DAFTAR PUSTAKA

Alexander R H, Proctor H J. Shock. Dalam buku: Advanced Trauma Life Support Course for Physicians. USA, 1993 ; 75 - 94Atkinson R S, Hamblin J J, Wright J E C. Shock. Dalam buku: Hand book of Intensive Care. London: Chapman and Hall, 1981; 18-29.Bartholomeusz L, Shock, dalam buku: Safe Anaesthesia, 1996; 408-413Franklin C M, Darovic G O, Dan B B. Monitoring the Patient in Shock. Dalam buku: Darovic G O, ed, Hemodynamic Monitoring: Invasive and Noninvasive Clinical Application. USA : EB. Saunders Co. 1995 ; 441 - 499.Haupt M T, Carlson R W. Anaphylactic and Anaphylactoid Reactions. Dalam buku: Shoemaker W C, Ayres S, Grenvik A eds, Texbook of Critical Care. Philadelphia, 1989 ; 993 - 1002.Thijs L G. The Heart in Shock (With Emphasis on Septic Shock). Dalam kumpulan makalah: Indonesian Symposium On Shock & Critical Care. Jakarta-Indonesia, August 30 - September 1, 1996 ; 1 - 4.Wilson R F, ed. Shock. Dalam buku: Critical Care Manual. 1981; c:1-42.Zimmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C, Diagnosis and Management of Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support. Society of Critical Care Medicine, 1997.

Askep Gawat Darurat Pada Pasien Syok/B2.UNSRIPage 24