askep marasmus

44
ASKEP MARASMUS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196). Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212) Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton

Upload: gusti

Post on 26-Dec-2015

275 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

askep

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP MARASMUS

ASKEP MARASMUS

BAB IPENDAHULUAN

A.    Latar BelakangMarasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat

kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196). Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212)

Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.

Page 2: ASKEP MARASMUS

Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.

Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.Penanganan KKP berat Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.

B.       TUJUANTujuan dari pembuatan  makalah ini asuhan keperawatan ini adalah

untuk membahas mengenai cara mendiagnosis dini dan mekanisme terjadinya MARASMUS pada anak.

C.       MANFAATManfaat dari asuhan keperawatan anak dengan PENYAKIT MARASMUS

Ini bermanfaat untuk melakukuan askep yang valid mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, proses kaperawatan, implementasi, evaluasi.

Page 3: ASKEP MARASMUS

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A.    DEFINISIMarasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan

kalori protein. (Suriadi, 2001:196).Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah

dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).

Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. (Arisman, 2004:157).

Dapat di simpulkan bahwa marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.

B.     KlASIFIKASIUntuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP

ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:

1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema       : gizi kurang (MEP ringan)2) Berat badan 60-80% standar dengan edema    : kwashiorkor (MEP berat)3) Berat badan <60% standar tanpa edema          : marasmus (MEP berat)4) Berat badan <60% standar dengan edema       : marasmik kwashiorkor

(Ngastiyah, 1997)

C.    ETIOLOGIPenyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat

terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).

Page 4: ASKEP MARASMUS

Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116)

D.    PATOFISIOLOGIKurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan

kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).

E.     MANISFESTASI KLINISPada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan

kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit. (Nelson,2004).

Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :

Page 5: ASKEP MARASMUS

1.      Badan kurus kering tampak seperti orangtua2.      Lethargi3.       Irritable4.      Kulit keriput (turgor kulit jelek)5.       Ubun-ubun cekung pada bayi6.       Jaringan subkutan hilang7.       Malaise8.       Kelaparan9.       Apatis

F.     PENATALAKSANAAN1.      Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang

kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.

2.      Pemberian terapi cairan dan elektrolit.3.      Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare

berat.4.      Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan,

pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.

Penanganan KKP beratSecara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.Upaya pengobatan, meliputi :         Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.         Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik         Pengobatan infeksi         Pemberian makanan         Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan

vitamin, anemia berat dan payah jantung.

A. Menurut Arisman, 2004:105 Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100

cc/kg BB biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.

Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.

Page 6: ASKEP MARASMUS

Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.

Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena diberikan dalam kegiatan rehidrasi.

Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75 dan F-100.

B. Menurut Nuchsan LubisPenatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :1. Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan IV.

         cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose 5%.

         Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.         Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.         Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.       

2. Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan         Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60

kalori/ kg BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.

         Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.

         Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.

G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1.  Pemeriksaan Fisik

         Mengukur TB dan BB         Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi

dengan TB (dalam meter)         Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang

(lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.

         Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).

Page 7: ASKEP MARASMUS

2.      Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

BAB IIIKONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.        Pengkajian1.      Identitas

a.    Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan klien tentang : nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan waktu, tempat, pertemuan, dan topik yang akan dibicarakan.

b.     Usia dan nomor Rekam Medik.c.    Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat.

2.      Alasan MasukTanyakan kepada klien / keluarga yang datang :

         Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini?

3.      Focus pengkajian marasmus menurut Mi Ja Kim adalah :a. Data Subjektif

1)             Rasio berat badan2)             Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.3)             BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan &

bentuk tubuh yang normal.

4.      Tinggi aktivitasBerkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus marasmus.

Anak tampak lesu dan tidak bergairah & pada anak yang lebih tua terjadi penurunan produktivitas kerja.

5.      Masukan atau intake nutrisiMelaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah

harian yang dianjurkan.Melaporkan / terlihat kurang makan.

Page 8: ASKEP MARASMUS

   Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan.

6.      Pengetahuan tentang nutrisiMemperlihatkan / terobservasi kurangnya pengetahuan dalam

perilaku peningkatan kesehatan.a.       Data Objektif

1.              Data umuma.       Perubahan rambut

Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus, panjang, halus, mudah lepas    bila ditarik).

b.      Warna kulit lebih mudaSeluruh tubuh / lebih sering pada muka, mungkin menampakan warna lebih muda daripada warna kulit anak sehat.

c.       Tinja encerDisebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula.

d.      Adanya ruam “bercak bersepih”Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas meninggalkan warna kulit yang sangat muda / bahkan ulkus di bawahnya.

e.   Gangguan perkembangan & pertunbuhanf.  Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan

kurang mengandung kalori dan protein.g. Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan

gambaran usus yang jelas.h.   Adanya anemia yang berat

Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam folat dan berbagai vitamin.

i . Mulut dan gigiAdanya tanda luka di sudut-sudut mulut.

j.  Kaji adanya anoreksia, mual.

B.       Diagnosa Keperawatan1.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).2.      Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.

Page 9: ASKEP MARASMUS

3.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.

4.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh

5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.

C.        Rencana perawatan

NO No dx kep

Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional

1. I Tujuan : Pasien mendapat nutrisi yang adekuatKriteria hasil : meningkatkan masukan oral

1.     Dapatkan riwayat diet

2.     Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan

3.     Sajikan makansedikit tapi sering

4.     Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah

1.Untuk mengetahui asupan kalori2.untuk meningkatkan selera makan

3.meningkatkan asupan nutrisi4.proses penyembuhan pada anak

2. II Tujuan : Tidak terjadi dehidrasiKriteria hasil : Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.Intervensi :

1.     Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi

2.     Monitor jumlah dan tipe masukan cairan

3.     Ukur haluaran urine dengan

1.mengetahui keadaan umum

2.mengetahui intake dan outputCairan dalam tubuh3. mengetahui output cairan

Page 10: ASKEP MARASMUS

akurat dalam tubuh

3. III Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulitKriteria hasil :kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal

1.    Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi

2.    Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi

3.    Massage kulit Kriteria hasil ususnya diatas penonjolan tulang

1.mengetahui keadaan umum

2.untuk meningkatkan personal hygiene

3.mempelancar peredaran darah

4.

IV Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksiKriteria hasil : suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas normal

1.    Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

2.    Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril

3.    Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur control infeksi

Be4.  antibiotik sesuai program

1.meningkatkan kebersihan personal

2.mencegah terjadinya infeksi

3.meningkatkan pengetahuan pada keluarga

4.sesuai dengan program

Page 11: ASKEP MARASMUS

5. V Tujuan : pengetahuan pasien dan keluarga bertambahKriteria hasil : Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup,mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala.

1.    Tentukan tingkat pengetahuan orangtua pasien

2.    Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi

3.    Dorong konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuat

4.    .      Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien

1.agar keluarga pasien mengetahui kesehatan lebih lanjut2.program kesehatan

3.proses pemulihan penyakit

4.meningkatkan pengetahuan orang tua

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN1.      Mendapatkan riwayat diet2.       Mendorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak

atau ada disaat makan3.      Meminta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan

menjadi menyenangkan4.      Mengunakan alat makan yang dikenalnya5.       Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah

gangguan dan memuji anak untuk makan mereka6.      Menyajikan makansedikit tapi sering7.       Menyajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara

terpisahE. EVALUASI KEPERAWATAN

Masalah dikatakan teratasi apabila Pasien mendapat nutrisi yang adekuat dan mampu meningkatkan masukan oral.

BAB IV

Page 12: ASKEP MARASMUS

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemui pada balita terutama di daerah perkotaan. Penyebabnya merupakan multifaktorial antara lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan untuk menentukan penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit yang lalu.

Pencegahan terhadap marasmus ditujukan pada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet, tinggi kalori dan tinggi protein, dan penatalaksanaan di rumah sakit dibagi atas tahap awal, tahap penyesuaian, dan rehabilitasi.

Sekian banyaknya temuan kasus gizi buruk, baik kwashiorkor, maramus maupun marasmus kwashiorkor menunjukkan bahwa persoalan gizi di Indonesia belum dapat menorehkan tinta emas. Revitalisasi posyandu dan sosialisasi akan kesadaran gizi masyarakat tampaknya perlu terus digaungkan agar penapisan terhadap status gizi dapat berlangsung lebih dini.

B.     SARANuntuk pembuatan makalah ini saya menyadari masih banyak

kekurangan saya berharap bagi pembacanya untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.terima kasih

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R. E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol 1.Jakarta:EGCJohnson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby

Lubis, N. U. 2002. Penatalaksanaan Busung Lapar Pada Balita.     http://www.cerminduniakedokteran.com. diperoleh tanggal 4 Juni 2008

Page 13: ASKEP MARASMUS

Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Media Aescullapius.

Markum, A, H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI.McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC).Mosby

NANDA .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi & Klasifikasi, Alih Bahasa: Budi Santoso. Prima MedikaNgastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi . Jakarta : EGC

asuhan keperawatan marasmus 

0

 

Rate This

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG

Page 14: ASKEP MARASMUS

Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat

dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit

dan otot. (Dorland, 1998:649).Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan

kalori protein. (Suriadi, 2001:196). Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah

dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit

klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212)

Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak

mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus

juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan

atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada

saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan

memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat,

protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan,

karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya

kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat

terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan

asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak

dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan

keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.

Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit

tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.Penatalaksanaan

segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.

Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji

manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.Penanganan

KKP berat Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan

rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara

fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.

2.TUJUAN

Tujuan dari pembuatan  makalah ini asuhan keperawatan ini adalah untuk membahas mengenai cara

mendiagnosis dini dan mekanisme terjadinya MARASMUS pada anak.

3. MANFAAT

Manfaat dari asuhan keperawatan anak dengan PENYAKIT MARASMUS Ini bermanfaat untuk

melakukuan askep yang valid mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, proses kaperawatan,

implementasi, evaluasi.

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. 1. KONSEP DASAR TEORI

A. DEFINISI

Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat

dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit

dan otot. (Dorland, 1998:649).

Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196).

Page 15: ASKEP MARASMUS

Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau

higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau

lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).

B. ETIOLOGI

Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak

cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak

terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).

Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak

mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus

juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan

atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada

saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).

C.ANATOMI FISIOLOGI

Mulut, Tenggorokan & Kerongkongan

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput

lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif

sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di

hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar,

geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan

membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai

mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein

dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara

otomatis.

Lambung

Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai, terdiri

dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkonan

melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal,

sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.

Rektum & Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan

berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu

pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul

keinginan untuk buang air besar (BAB). Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan

keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot

yang penting untuk menunda BAB.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.

Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Suatu cincin

berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur

makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

lendir

asam klorida (HCl)

prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan

lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.

Page 16: ASKEP MARASMUS

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah

protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan

cara membunuh berbagai bakteri.

Usus Halus

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian

pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah

yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung

untuk berhenti mengalirkan makanan.

Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena

porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan

pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang

mencerna protein, gula dan lemak.

D. MANIFESTASI KLINIK

Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai

berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena

lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama

beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar.

Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula

bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi

dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus

dan sedikit. (Nelson,1999).

Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :

1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua

2. Lethargi

3. Irritable

4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)

5. Ubun-ubun cekung pada bayi

6. Jaingan subkutan hilang

7. Malaise

8. Kelaparan

9. Apatis

E. PATOFISIOLOGI

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya

tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu

berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.

Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat

penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan

tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat

sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein

terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat

di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton

bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau

kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai

memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina

Mursada, 2002:11).

F. PENATALAKSANAAN

1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit

tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.

Page 17: ASKEP MARASMUS

2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.

3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.

4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji

manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.

Penanganan KKP berat

Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi.

Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase

rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.

Upaya pengobatan, meliputi :

- Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.

- Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik

- Pengobatan infeksi

- Pemberian makanan

- Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin, anemia berat dan

payah jantung.

Menurut Arisman, 2004:105

- Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB biasanya cukup untuk

mengoreksi dehidrasi.

- Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama peroral atau

NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.

- Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.

- Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena diberikan dalam kegiatan

rehidrasi.

- Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75 dan F-

100.

Menurut Nuchsan Lubis

Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :

1. Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa,

antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan IV.

- cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose 5%.

- Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.

- Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.

- Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.

2. Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan

- Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/ hari atau rata-rata

50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.

- Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein

3-5 gr/ kg BB/ hari.

- Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan Fisik

a. Mengukur TB dan BB

b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)

c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi

lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka

lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak

normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.

2. KONSEP DASAR ASKEP

Page 18: ASKEP MARASMUS

A. PENKAJIAN

I. Biodata

a. Identitas pasien

b. Identitas penanggungjawab

II. Riwyat kesehatan

a. Keluhan utama

b. Riwayat kesehatan sekarang

c. Riwayat kesehatan dahulu

Pasien pernah masuk Rs karena alergi

d. Riwayat kesehatan keluarga

III. Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi terhadap kesehatan

Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila tidak terjadi perubahan pasien

memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.

b. Pola aktivitas latihan

Aktivitas latihan selama sakit :

Aktivitas 0 1 2 3 4

Makan

Mandi

Berpakaian

Eliminasi

Mobilisasi di tempat tidur

c. Pola istirahat tidur

Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.

e. Pola elimnesi

Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau khas dan BAK 4-5x sehari, dengan

bau khas warna kuning jernih.

f. Pola kognitif perceptual

Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan normal.

g. Pola peran hubungan

Klien beragama islam, ibadah dilakukan secara rutin.

i. Pola konep diri

1. Harga diri : tidak terganggu

2. Ideal diri : tidak terganggu

3. Identitas diri : terganggu, karena merasa malu akibat penyakit yang dideritanya

4. Gambaran diri : tidak terganggu

5. Peran diri : tidak terganggu

j. Pola seksual reproduksi

k. Pola koping

d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot rangka

dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).

2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat

(nafsu makan berkurang). (Wong, 2004)

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare. (Carpenito, 2001:140)

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh

Page 19: ASKEP MARASMUS

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi (Doengoes, 2004)

6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik

dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat. (Carpenito,

2001:157).

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat

malnutrisi. (Carpenito, 2001:3)

8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi). (Carpenio,

2001:143).

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat

(nafsu makan berkurang). (Wong, 2004)

Tujuan :

Pasien mendapat nutrisi yang adekuat

Kriteria hasil :

meningkatkan masukan oral.

Intervensi :

a. Dapatkan riwayat diet

b. Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan

c. Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan

d. Gunakan alat makan yang dikenalnya

e. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji anak

untuk makan mereka

f. Sajikan makansedikit tapi sering

g. Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare. (Carpenito, 2001:140)

Tujuan :

Tidak terjadi dehidrasi

Kriteria hasil :

Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.

Intervensi :

a. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi

b. Monitor jumlah dan tipe masukan cairan

c. Ukur haluaran urine dengan akurat

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik. (Doengoes,

2000).

Tujuan :

Tidak terjadi gangguan integritas kulit

Kriteria hasil :

kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal

Intervesi :

a. Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi

b. Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi

c. Massage kulit Kriteria hasilususnya diatas penonjolan tulang

d. Alih baring

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh

Tujuan :

Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

Kriteria hasil:

Page 20: ASKEP MARASMUS

suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas normal

Intervensi :

a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

b. Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril

c. Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur kontrol infeksi

d. Beri antibiotik sesuai program

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi (Doengoes, 2004)

Tujuan :

pengetahuan pasien dan keluarga bertambah

Kriteria hasil:

Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup,mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala.

Intervensi :

a. Tentukan tingkat pengetahuan orangtua pasien

b. Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi

c. Dorong konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuat

d. Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien

6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik

dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat. (Carpenito,

2001:157).

Tujuan :

Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.

Kriteria hasil :

Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif atau aktifitas motorik sesuai

dengan usianya.

Intervensi :

a. Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia.

b. Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II

c. Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan

d. Berikan mainan sesuai usia anak.

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat

malnutrisi. (Carpenito, 2001:3)

Tujuan :

Anak mampu beraktifitas sesuai dengan kemampuannya.

Kriteria hasil :

Menunjukkan kembali kemampuan melakukan aktifitas.

Intervensi :

a. Berikan permainan dan aktifitas sesuai dengan usia

b. Bantu semua kebutuhan anak dengan melibatkan keluarga pasien

8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi). (Carpenio,

2001:143).

Tujuan :

Kelebihan volume cairan tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Menyebutkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode pencegahan edema, memperlihatkan

penurunan edema perifer dan sacral.

Intervensi :

a. Pantau kulit terhadap tanda luka tekan

b. Ubah posisi sedikitnya 2 jam

Page 21: ASKEP MARASMUS

c. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi caira

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

1. Mendapatkan riwayat diet

2. Mendorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan

3. Meminta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan

4. Mengunakan alat makan yang dikenalnya

5.. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji anak

untuk makan mereka

6. Menyajikan makansedikit tapi sering

7. Menyajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Masalah dikatakan teratasi apabila Pasien mendapat nutrisi yang adekuat dan mampu

meningkatkan masukan oral.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan

memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat,

protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan,

karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya

kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat

terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan

asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak

dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan

keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Jakarta :

Media Aesculapius FKUI.

Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.

Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.

Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

WHO-SEARO. Laboratory Manual. Department of Vaccines and

Biologicals.2001.

Doenges E, Marilynn. 1993 Rencana Asuhan Keperawatan. Kajarta : EGC

Page 22: ASKEP MARASMUS

Asuhan Keperawatan MarasmusTINJAUAN PUSTAKA

2.1    DefinisiMarasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan

kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).

Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).

 Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein. Bila kekurangan sumber

Page 23: ASKEP MARASMUS

kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup lama maka anak dapat berlanjut ke dalam status marasmik kwashiorkor.( Mochtar, 2001).

Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196).

Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. http://teguhsubianto.blogspot.com.

Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus atau kwashiorkor (Dorland, 2000).

Marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi Kurang Energi Protein(KEP).Kurang Energi Protein terjadi saat kebutuhan tubuh akan energi, protein, dan lemak tidak tercukupi oleh makanan. Marasmus terjadi saat adanya kekurangan energi yang parah. Marasmus dapat disebabkan oleh asupan makanan yang sangat kurang, penyakit infeksi, prematuritas, maupun penyakit pada masa neonatus. Asupan makanan yang berkurang dapat disebabkan oleh ketiadaan pangan ataupun kemiskinan yang menyebabkan ketidakmampuan membeli makanan. Selain itu, penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan energi, nafsu makan berkurang, dan gangguan penyerapan zat gizi dapat pula menyebabkan kekurangan energi protein.

2.2    Etiologi Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:1.   Masukan makanan yang kurang

Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.

2.   InfeksiInfeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.

3.   Kelainan struktur bawaanMisalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.

4.   Prematuritas dan penyakit pada masa neonates

Page 24: ASKEP MARASMUS

Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang5.   Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet

yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).

6.   Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).

2.3    Menifestasi KlinisPada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan

berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit.Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :

1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua2. Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit3. Cengeng, rewel4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)5. Ubun-ubun cekung pada bayi6. Jaringan lemak subkutis sangat sedikit bahkan sampai Jaingan subkutan    hilang7. Iga gambang8. Kelaparan9. Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air, serta penyakit    kronik

10. Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang.

2.4    Tanda dan GejalaMenurut FKUI (1985 : 361), Ngastiyah (2005 : 259) dan Markum (1991 : 166) tanda dan gejala dari marasmus adalah :1.      1. Anak cengeng, rewel, dan tidak bergairah.

Page 25: ASKEP MARASMUS

2.       Diare.3.       Mata besar dan dalam.4.      Wajah seperti orang tua.5.       Pertumbuhan dan perkembangan terganggu.6.       Terjadi atrofi otot.7.      Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput dan turgor kulit menurun8.       Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.9.       Nadi lambat dan metabolisme basal menurun.10.   Vena superfisialis tampak lebih jelas.11.  Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol.12.   Anoreksia.13.  Sering bangun malam.

2.5    PatofisiologiKurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau

keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).

2.6    Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan Fisik

a. Mengukur TB dan BBMenghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)

b. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan    trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya   dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper).   Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan   lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada   wanita.

Page 26: ASKEP MARASMUS

c. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk    memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa   tubuh yang tidak berlemak).

2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht,    transferin.

2.7    Penatalaksanaan1.  Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya

baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.2.  Pemberian terapi cairan dan elektrolit.3.  Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.4.  Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian

antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.a. Penatalaksanan Diet

Tujuan Diet :Memberikan Makanan TETP secara bertahap sesuai dengan keadaanpasien untuk mencapai keadaan gizi optimal.Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.Upaya pengobatan, meliputi :

- Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi,  dehidrasi.- Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik- Pengobatan infeksi- Pemberian makanan- Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti  kekurangan vitamin, anemia berat dan payah jantung.  Menurut Arisman, 2004:105

b. Pemberian Cairan/Makanan    Tahapan pemberian cairan/makanan :

1.   Tahapan Stabilisasi (Initial)- Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena.- Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%.

Page 27: ASKEP MARASMUS

- Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.

2.   Tahapan Transisi (Penyesuaian)Tujuan : memberi bentuk, jenis, dan cara pemberian makanan yg sesuai dg kemampuan digesti dan absorbsi penderita.-          Porsi kecil tapi sering ( 6-12x pemberian sehari)-          Umur < 1 tahun / BB < 7 kg :Cair- semi solid spt mkn bayi, ASI diteruskan bila masih ada dan diperlukan pada saat setelah makan atau mau tidur.-          Umur > 1 tahun / BB > 7 kg :Semi solid-solid berupa makanan anak 1 th bentuk cair kemudian lunak dan makanan padat, cairan 150-200 ml/kg BB/hari.-          Kalori yang diberikan 50- 100 kalori/kgBB/hr dengan protein 2 g/ kgBB/

hari-          Susu formula / rendah laktosa-          Bila tak minum susu formula diberi makanan yang yang tak mengandung

protein susu sapi dan bebas laktosa ( preda = formula bubur- tempe).

3.   Tahap Rehabilitasi- Intake kalori 100- 175 kalori/kgBB/hari. Bentuk jenis dan cara pemberian disesuaikan dengan makin meningkatnya kemampuan digesti dan absorbsi.- Jenis makanan diupayakan disesuaikan dengan apa yang mungkin dapat diberikan di rumah.

4.   Tahapan PembinaanBimbingan pada orang tua untuk memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan, dapat dimulai setiap tahap, dalam bentuk dan jenis makanan yang dapat disediakan oleh mereka dirumahTujuan : ibu dapat merawat anak KEP dan menghindari berulangnya KEP-          Intake 100-120 kalori / kgBB/hari, protein 2-3 g/kgBB/hari-          Anak dengan Gizi Buruk boleh dipulangkan bila terjadi kenaikan sampai

kira-kira 90% BB normal menurut umurnya, bila nafsu makannya telah kembali dan penyakit infeksi telah teratasi.

-          Penderita yang telah kembali nafsu makannya dibiasakan untuk mendapat makanan biasa seperti yang dimakan sehari-hari.

2.8    Komplikasi1. Infeksi tuberculosisi

Page 28: ASKEP MARASMUS

2. Parasitosis, disentri3. Malnutrisi kronik4. Gagguan tumbuh kembang.5. Hipoglikemia6. Hipotermia7. Dehidrasi8. Gangguan fungsi vital9. Gangguan keseimbangan elektrolit

2.9    Konsep Asuhan KeperawatanA.  Pengkajian     I. Biodata

a. Identitas pasien, umur, jenis kelamin, alamat, No.Reg, Diagnosa Medis, identitas penanggung jawab, Tanggal masuk rumah sakit dll.

II. Riwayat kesehatan    a. Keluhan utama    b. Riwayat kesehatan sekarang

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.

c. Riwayat kesehatan dahuluPasien pernah masuk Rs karena alergi, Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).

d. Riwayat kesehatan keluargaMeliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit pasien dan lain-lain.

e. Pengkajian FisikMeliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit pasien dan lain-lain.Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum

Page 29: ASKEP MARASMUS

dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:

-          Penurunan ukuran antropometri.-          Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah

dicabut).-          Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema

palpebra.-          Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi

otot intercostal).-          Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat

bila terjadi diare.-          Edema tungkai.-          Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement

dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)

-           f. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratoriumAnemia selalu ditemukan  terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru

B.  Diagnosa1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan

tidak adekuat (nafsu makan berkurang).2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan

melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.

Page 30: ASKEP MARASMUS

7.  Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat malnutrisi.

8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi).

C.  Intervensi1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).Tujuan : Pasien mendapat nutrisi yang adekuatKriteria hasil : meningkatkan masukan oral.Intervensi :a. Dapatkan riwayat diet.b. Dorong orang tua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau    ada disaat makan.c. Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan    menjadi menyenangkan.d. Gunakan alat makan yang dikenalnya.e. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah   gangguan dan memuji anak untuk makan mereka.f. Sajikan makansedikit tapi sering.g. Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah.

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.Tujuan : Tidak terjadi dehidrasiKriteria hasil : Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.Intervensi :a. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasib. Monitor jumlah dan tipe masukan cairanc. Ukur haluaran urine dengan akurat

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulitKriteria hasil : kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normalIntervesi :a. Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasib. Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandic. Massage kulit Kriteria hasil ususnya diatas penonjolan tulangd. Alih baring

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh

Page 31: ASKEP MARASMUS

Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksiKriteria hasil : Suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas                     normalIntervensi :a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakanb. Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/sterilc. Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur    control infeksid. Beri antibiotik sesuai program

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.Tujuan                     : pengetahuan pasien dan keluarga bertambahKriteria hasil           : Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup,mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala.Intervensi :a. Tentukan tingkat pengetahuan orangtua pasienb. Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasic. Dorong konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuatd. Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien

6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.Tujuan : Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.Kriteria hasil : Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya.Intervensi :

a.     Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengankelompok usia.

b.    Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II.c.     Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan.d.    Berikan mainan sesuai usia anak.

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat malnutrisi.Tujuan : Anak mampu beraktifitas sesuai dengan kemampuannya.Kriteria hasil : Menunjukkan kembali kemampuan melakukan aktifitas.Intervensi :a. Berikan permainan dan aktifitas sesuai dengan usiab. Bantu semua kebutuhan anak dengan melibatkan keluarga pasien

8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi).

Page 32: ASKEP MARASMUS

Tujuan : Kelebihan volume cairan tidak terjadi.Kriteria hasil : Menyebutkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode pencegahan edema, memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral.Intervensi :a. Pantau kulit terhadap tanda luka tekanb. Ubah posisi sedikitnya 2 jamc. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.

Rabu, 05 Januari 2011

Asuhan Keperawatan Anak dengan Marasmus plux_mee   No comments

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Page 33: ASKEP MARASMUS

2.1 Definisi

Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan

hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor

lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga

berpengaruh terhadap terjadinya marasmus (Nuchsan Umar Lubis,2002).

Marasmus sering kali terjadi pada bayi umur di bawah 12 bulan. Tanda khusus pada

marasmus ialah kurangnya bahkan tidak ajaringan lemak di bawah kulit, sehingga tampak seperti

bayi yang memakai pakaian yang terlalu besar untuk ukwajahnya tampak menua (old man atau

monkey face). Atrofi jaringan, otot lemah terasa kendor atau lembek ini dilihat pada paha dan

pantat bayi yang seharusnya kuat, kenyal dan tebal. Udema tidak terjadi, demikian pula

warrambut tidak berubah. Tanda-tanda lainnya seperti tanda spesifik pada defisiensi mikronutrin

yaberhubungan dengan pola diet setempat. Bayi dengan marasmus biasanya akan merasa

kelaparan dan cengeng.

Pada marasmus tingkat berat terjadi retradasi pertumbuhan, berat badan dibanding

usianya samapai kurang 60% standart berat normal. Sedikitnya jaringan adiposa pada marasmus

berat tidak menghalangi homeostatis, oksidasi lemtetap utuh namun menghabiskan cadangan

lemak tubuh. ”Keberadaan persedian lemak dalam tubuh adalah faktor yang menentukan apakah

bayi marasmus dapat bertahan”

BMR pada marasmus sedikit meningkat sesuai kebutuhan (60 kkal per kg berat badan

per hadalam masa penyembuhan, mencapai puncaknya (100 kkal per kg berat badan per hari).

2.2 Etiologi

Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:

1. Masukan makanan yang kurang

Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan

yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu

kaleng yang terlalu encer.

2. Infeksi

Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil

gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.

Page 34: ASKEP MARASMUS

3. Kelainan struktur bawaan

Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis,

micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.

4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus

Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat.

5. Pemberian ASI

Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.

6. Gangguan metabolik

Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.

7. Tumor hypothalamus

Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain telah disingkirkan.

8. Penyapihan

Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang akan menimbulkan

marasmus.

9. Urbanisasi

Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus; meningkatnya arus

urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian

susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu; dan bila disertai dengan

infeksi berulang, terutama gastro enteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.

 2.3 Patofisiologi

Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.

Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent

(kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang

peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan. Gopalan menyebutkan marasmus

adalah compensated malnutrition.

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan

hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk

mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk

mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh

sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat

sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein

Page 35: ASKEP MARASMUS

terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi

karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak,

gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai

sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan

diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

2.4 Pathways

2.5 Manifestasi Klinis

Marasmus sering dijumpai pada usia 0 - 2 tahun. Keadaan yang terlihat mencolok adalah

hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya ialah wajah si anak lonjong,

berkeriput dan tampak lebih tua (old man face). Otot-otot lemah dan atropi, bersamaan dengan

hilangnya lemak subkutan maka anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang. Tulang rusuk

Page 36: ASKEP MARASMUS

tampak lebih jelas. Dinding perut hipotonus dan kulitnya longgar. Berat badan turun menjadi

kurang dari 60% berat badan menurut usianya. Suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan

panas hilang.

 2.6 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis marasmus dibuat berdasarkan gambaran klinis, tetapi untuk mengetahui

penyebab harus dilakukan anamnesis makanan dan kebiasaan makan serta riwayat penyakit

yang lalu.

1. Tanda klinis

- Wajah seperti orang tua

- Sering terdapat penurunan kesadaran

- Kulit kering, dingin dan kendor

- Otot-otot mengecil sehingga tulang-tulang terlihat jelas

- Sering disertai diare atau konstipasi

- Tekanan darah, frekuensi jantung dan frekuensi pernafasan berkurang

2. Antropometrik

Lebih ditujukan untuk menemukan malnutrisi ringan dan sedang. Pada pemeriksaan antropometrik,

dilakukan pengukuranpengukuran fisik anak (berat, tinggi, lingkar lengan, dll) dan dibandingkan dengan

angka standard (anak normal).

Untuk anak, terdapat 3 parameter yang biasa digunakan, yaitu:

- Berat dibandingkan dengan umur anak

- Tinggi dibandingkan dengan umur anak

- Berat dibandingkan dengan tinggi/panjang anak

Parameter tersebut lalu dibandingkan dengan tabel standard yang ada Untuk membandingkan

berat dengan umur anak, dapat pula digunakan grafik pertumbuhan yang terdapat pada KMS.

3. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium, misalnya pemeriksaan kadar darah merah (Hb) dan kadar protein

(albumin/globulin) darah, dapat dilakukan pada anak dengan malnutrisi. Dengan pemeriksaan

laboratorium yang lebih rinci, dapat pula lebih jelas diketahui penyebab malnutrisi dan komplikasi-

komplikasi yang terjadi pada anak tersebut.

2.7 Penatalaksanaan Medis

Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori dan

tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat

jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita

Page 37: ASKEP MARASMUS

yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat

perawatan di rumah sakit.

Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap. Tahap

awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa,

antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena.

Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%. Cairan

diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.

Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.

Tahap kedua yaitu penyesuaian. Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi

cairan dan elektrolit, sehingga dapat langsung dimulai dengan penyesuaian terhadap pemberian

makanan. Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/kg BB/hari

atau rata-rata 50 kalori/kg BB/hari, dengan protein 1-1,5 g/kg BB/hari. Jumlah ini dinaikkan

secara berangsur-angsur tiap 1-2 hari sehingga mencapai 150-175 kalori/kg BB/hari dengan

protein 3-5 g/kg BB/hari. Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet tinggi kalori tinggi protein ini

lebih kurang 7-10 hari.

Cairan diberikan sebanyak 150 ml/kg BB/hari. Pemberian vitamin dan mineral yaitu

vitamin A diberikan sebanyak 200.000. i.u peroral atau 100.000 i.u im pada hari pertama

kemudian pada hari ke dua diberikan 200.000 i.u. oral. Vitamin A diberikan tanpa melihat

ada/tidaknya gejala defisiensi Vitamin A. Mineral yang perlu ditambahkan ialah K, sebanyak 1-2

Meq/kg BB/hari/IV atau dalam bentuk preparat oral 75-100 mg/kg BB/hari dan Mg, berupa MgS04

50% 0,25 ml/kg BB/hari atau megnesium oral 30 mg/kg BB/hari. Dapat diberikan 1 ml vit Bc dan 1

ml vit. C im, selanjutnya diberikan preparat oral atau dengan diet.

Jenis makanan yang memenuhi syarat untuk penderita malnutrisi berat ialah susu. Dalam

pemilihan jenis makanan perlu diperhatikan berat badan penderita. Dianjurkan untuk memakai

pedoman BB kurang dari 7 kg diberikan makanan untuk bayi dengan makanan utama ialah susu

formula atau susu yang dimodifikasi, secara bertahap ditambahkan makanan lumat dan makanan

lunak. Penderita dengan BB di atas 7 kg diberikan makanan untuk anak di atas 1 tahun, dalam

bentuk makanan cair kemudian makanan lunak dan makanan padat.

Antibiotik perlu diberikan, karena penderita marasmus sering disertai infeksi. Pilihan obat

yang dipakai ialah procain penicillin atau gabungan penicilin dan streptomycin.

Hal-hal yang lain perlu diperhatikan :

a) Kemungkinan hipoglikemi dilakukan pemeriksaan dengan dextrostix. Bila kadar gula darah

kurang dari 40% diberikan terapi 1-2 ml glukose 40%/kg BB/IV

b) Hipotermi

Diatasi dengan penggunaan selimut atau tidur dengan ibunya. Dapat diberikan botol panas atau

pemberian makanan sering tiap 2 jam.

Pemantauan penderita dapat dilakukan dengan cara penimbangan berat badan,

pengukuran tinggi badan serta tebal lemak subkutan. Pada minggu-minggu pertama sering

belum dijumpai pertambahan berat badan. Setelah tercapai penyesuaian barulah dijumpai

pertambahan berat badan. Penderita boleh dipulangkan bila terjadi kenaikan sampai kira-kira

90% BB normal menurut umurnya, bila nafsu makannya telah kembali dan penyakit infeksi telah

teratasi.

Penderita yang telah kembali nafsu makannya dibiasakan untuk mendapat makanan

biasa seperti yang dimakan sehari-hari. Kebutuhan kalori menjadi normal kembali karena tubuh

telah menyesuaikan diri lagi. Sementara itu kepada orang tua diberikan penyuluhan tentang

Page 38: ASKEP MARASMUS

pemberian makanan, terutama mengenai pemilihan bahan makanan, pengolahannya, yang

sesuai dengan daya belinya.

Mengingat sulitnya merawat penderita dengan malnutrisi, maka usaha pencegahan perlu

lebih ditingkatkan.

 2.8 Komplikasi

2.9 Prognosis

Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering

disebabkan oleh karena infeksi; sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena infeksi atau

karena malnutrisi sendiri. Lebih dari 40% anak-anak yang menderita marasmus meninggal.

Kematian yang terjadi pada hari pertama pengobatan biasanya disebabkan oleh gangguan

elektrolit, infeksi, hipotermia dan kegagalan jantung. Keadaan setengah sadar (stupor), jaundice

(sakit kuning), pendarahan kulit, rendahnya kadar natrium darah dan diare yang menetap

merupakan pertanda buruk. Pertanda yang baik adalah hilangnya apati, edema dan

bertambahnya nafsu makan.

Efek jangka panjang dari malnutrisi pada masa kanak-kanak tidak diketahui. Jika anak-

anak diobati dengan tepat, sistem kekebalan dan hati akan sembuh sempurna. Tetapi pada

beberapa anak, penyerapan zat gizi di usus tetap mengalami gangguan. Beratnya gangguan

mental yang dialami berhubungan dengan lamanya anak menderita malnutrisi, beratnya

malnutrisi dan usia anak pada saat menderita malnutrisi. Keterbelakangan mental yang bersifat

ringan bisa menetap sampai anak mencapai usia sekolah dan mungkin lebih.

Page 39: ASKEP MARASMUS