askep keperawatan

54
ASKEP KEPERAWATAN ASKEP TBC ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D.M DENGAN TUBERKOLOSIS PARU UNIVERSITAS ABULYATAMA PROGRAM STUDI KEPERAWATAN 2016

Upload: husnuzhan-amirul-muminin

Post on 13-Jul-2016

32 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

VARA

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP KEPERAWATAN

ASKEP KEPERAWATAN

ASKEP TBC

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D.M

DENGAN TUBERKOLOSIS PARU

UNIVERSITAS ABULYATAMA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

2016

Page 2: ASKEP KEPERAWATAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “TB”

A. Konsep dasar penyakit1. Pengertian

Tuberkolosis adalah infeksi penyakit menular yan disebabkan oleh mycobacterium

tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam yang ditularkan melalui udara (airborne). Pada

hampir semua kasus infeksi tuberculosis didapatkan melalui inhalasi partikel kuman yang kecil

(sekitar 1-5 mm).

2. Etiologi

Penyakit TB Paru disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Kuman ini

berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, Oleh

karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar

matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab.

Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita

menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang

mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat

terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk

kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru

kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau

penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita

ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif

hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak

negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.

Page 3: ASKEP KEPERAWATAN

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis :

Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkansecara genetik.

Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan

lebih banyak terjadi pada anak perempuan.

Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.

Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan infeksi

cukup tinggi.

Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress

emosional, kelelahan yang kronik).

Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan memudahkan

untuk penyebarluasan infeksi.

Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah.

Nutrisi ; status nutrisi kurang.

Infeksi berulang : HIV, Measles, pertusis.

Tidak mematuhi aturan pengobatan.

3. Patofisiologi

Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah

droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau

suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara

dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang terkandung dalam

droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini  terhirup oleh orang sehat, maka orang itu

berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkolosis. Penularan bakteri lewat udara disebut dengan air-

borne infection. Bakteri yang terisap akan melewati pertahanan mukosilier saluran pernapasan

dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi di mana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan

menggandakan diri (multiplying). Bakteri tuberkolosis dan fokus ini disebut fokus primer atau

Page 4: ASKEP KEPERAWATAN

lesi primer (fokus Ghon). Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersama dengan

fokus primer disebut sebagai kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru

terkena infeksi akan menjadi sensitif terhadap tes tuberkulin atau tes Mantoux.

Berpangkal dari kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui berbagai

jalan, yaitu:

Percabangan bronchus

Dapat mengenai area paru atau melalui sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi

laring), maupun ke saluran pencernaan.

Sistem saluran limfe

Menyebabkan adanya regional limfadenopati atau akhirnya secara tak langsung

mengakibatkan penyebaran lewat darah melalui duktus limfatikus dan menimbulkan tuberkulosis

milier.

Aliran darah

Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat membawa atau mengangkut material

yang mengandung bakteri tuberkulosis dan bakteri ini dapat mencapai berbagai organ melalui

aliran darah, yaitu tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak, dan meningen.

Rektifasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)

Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh dan

bakteri tuberkulosis tak dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur.

Ketika suatu saat kondisi inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat yang

melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberkulosis yang dorman dapat aktif

kembali. Inilah yang disebut reaktifasi infeksi primer atau infeksi pasca-primer. Infeksi ini dapat

terjadi bertahun-tahun setelah infeksi primer terjadi. Selain itu, infeksi pasca-primer juga dapat

Page 5: ASKEP KEPERAWATAN

diakibatkan oleh bakteri tuberkulosis yang baru masuk ke tubuh (infeksi baru), bukan bakteri

dorman yang aktif kembali. Biasanya organ paru tempat timbulnya infeksi pasca-primer terutama

berada di daerah apeks paru.

Infeksi Primer

Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai reaksi

spesifik terhadap bakteri TB. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan

kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem

pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap

disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di

paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman TB

ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara

terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi

dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.

Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan

tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan

perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai

kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu

mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan

menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi

sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.

Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB)

Page 6: ASKEP KEPERAWATAN

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi

primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang

buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan

terjadinya kavitas atau efusi pleura.

Perjalanan Alamiah TB yang Tidak Diobati

Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 % akan

sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap

menular (WHO 1996).

Pengaruh Infeksi HIV

Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular

Immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang

bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah horang

terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita TB akan meningkat, dengan demikian

penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.

4. Manifestasi Klinik

Gejala klinik tuberculosis dapat dibagi dalam dua golongan yaitu gejala respiratorik dan

gejala sistemik.

a.       Gejala respiratorik

1.      Batuk lebih dari 3 minggu

2.      Batuk darah

3.      Nyeri dada

b.      Gejala sistemik

1.      Demam

Page 7: ASKEP KEPERAWATAN

2.      Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun.

5. Pemeriksaan diagnostic

a.       Kultur sputum : positif untuk mycrobacterium tuberculosis

b.      Ziehl-Neelsen : positif untuk basil-basil asam cepat

c.       Teskulit (PPD, Mantoux, Potongan volumer) menunjukkan : infeksi masa lalu dan adanya anti

bodi, tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.

d.      Foto thorax : menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas.

e.       Histologi atau kulutr jaringan: positif untuk mycobacterium tuberculosis.

f.       Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio

udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan satuarasi desigen sekunder terhadap

infiltrasi perenkim atau fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.

6. Penatalaksanaan / Pengobatan

Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan bakteriologi dan

klinis. Kesembuhan tuberculosis paru yang baik akan memperhatikan sputum BTA(-), adanya

perbaikan radiology dan menghilangkan gejalah.

7. Komplikasi

a.       Batuk darah

b.      Pneumothorax

c.       Luluh paru

d.      Gagal nafas

e.       Gagal jantung

f.       Efusi pleura

Page 8: ASKEP KEPERAWATAN

8. Pencegahan

Dapat dilakukan dengan cara;

a.       Vaksinasi BCG pada bayi dan anak.

b.      Terapi pencegahan

c.       Diagnosis dan pengobatan tuberculosis pengobatan (+) untuk mencegah penularan.

Page 9: ASKEP KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian

1. Identitas Pasien

Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.

2. Riwayat Kesehatan

a.       Keluhan utama

Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan batuk yang lebih dari 3 minggu.

b.      Riwayat keluhan utama

Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai peningkatan suhu tubuh, penurunan nafsu

makan dan kelemahan tubuh.

B.     Kebutuhan Dasar Manusia (Gordon)

a.       Resepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan

Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien menangani penyakitnya.

b.      Aktifitas dan latihan

Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh yang

dialami.

c.       Istirahat dan tidur

Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena batuk yang dialami pada malam hari

d.      Nutrisi metabolic

Page 10: ASKEP KEPERAWATAN

Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan dmengalami penurunan akibat nafsu makan

yang kurang / malaise.

e.       Eliminasi

Pasien dengan TB Paru jarang ditemui mengalami gangguan eliminasi BAB dan BAK.

f.       Kognitif Perseptual.

Daya ingat pasien TB Paru kebanyakan dijumpai tidak mengalami gangguan.

g.      Konsep Diri

Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien tidak mengalami

gangguan konsep diri.

h.      Pola Koping

Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan meminta

pertolongan orang lain.

i.        Pola seksual reproduksi

Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai dengan jenis kemalin. Kebanyakan pasien

tidak melakukan hubungan seksual karena kelemahan tubuh

j.        Pola peran Hubungan

Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk

melakukan peran.

Page 11: ASKEP KEPERAWATAN

k.      Nilai dan kepercayaan

Agama yang dianut oleh pasien dan ketaatan pasien dalam melaksanakan ajaran agama biasanya

pasien tidak mengalami gangguan dalam sisitem nilai dan kepercayaan.

Page 12: ASKEP KEPERAWATAN

No.

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret purulen pada jalan nafas.

Bersihan jalan nafas kembali efektif

1.      kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan dan irama.

2.      berikan pasien posisi semi fowler atau fowler tinggi bantu pasien untuk batuk efektif dan latihan nafas dalam.

3.      pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari, kecuali kontra indikasi

4.      kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi, obat mukolitik

Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis, ronchi, mengi menunjukkan akumulasi sekret ketidak mampuan membersihkan jalan nafas.

Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan.

Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret, membuatnya mudah dikeluarkan.

Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan.

2. Perubahan nutrisi kurangn dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi sputum, anoreksia

Menunjukkan berat badan meningkat.

1.      catat status nutrisi pasien, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan, kemampuan / ketidak mampuan menelan, riwayat mual-muntal.

2.      awasi masukan atau pengeluaran dan berat badan secara periodic

3.      berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.

4.      dorong makan sedikit dan sering dengan makanan TKTP

Berguna dalam mendefinisikan derajat / masalah dalam menentukan pilihan interfensi yang tepat.

Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.

Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputum atau sisa obat.

Memaksimalkan masukan nutrisi sebagai kebutuhan energi dan

Page 13: ASKEP KEPERAWATAN

5.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.

menurunkan iritasi gaster.

Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolic dan diet.

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan perpindahan.

Menyatakan pemahaman proses penyakit / prognosis dan kebutuhan pengobatan.

1.      Kaji kemampuan pasien untuk belajar. Contoh : masalah kelemahan, tingkat partisipasi dan lingkungan yang terbaik.

2.      tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diit karbohidrat dan masukan cairan adekuat.

3.      Jelaskan dosis obat, frekwensi, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama

4.      Tekankan untuk tidak minum alkohol dan tidak merokok

Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik ditingkatkan pada tahapan individu.

Memenuhi kebutuhan metabolic, membantu meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan.

Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat.

Kombinasi INH dan Alkohol telah menunjukkan peningkatan insiden hepatitis.

Page 14: ASKEP KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D.M

DENGAN TUBERKOLOSIS PARU

A.    Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama : Tn. D.M

Umur : 55 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SD (tamat)

Pekerjaan : Tani

Status : Kawin

Suku/ bangsa : Aceh/ Indonesia

Tgl. MRS : 15 - 03- 2016

Tgl. Pengkajian : 10 - 08-2016, jam 08.00 wita

Diagnosa medis : TB Paru

No. Med. Reg : 19 09 69

2. Riwayat Kesehatan

a.       Keluhan Utama

Batuk berlendir.

b.      Riwayat Kesehatan Sekarang

Batuk dialami sejak + 6 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, batuk disertai sesak nafas,

keringat dingin pada malam hari dan kelemahan tubuh. Saat dikaji klien mengeluh batuk

berlendir, lendir kental dan berwarna putih, disertai sesak nafas dan aktivitas dibantu orang lain.

c.       Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien belum pernah dirawat di rumah sakit dan baru pertama kali dirawat di rumah sakit.

d.      Riwayat Kesehatan Keluarga

Page 15: ASKEP KEPERAWATAN

Hanya pasien yang menderita penyakit seperti ini di dalam keluarga. Klien memiliki satu orang

istri dan satu orang anak, tinggal di dalam satu rumah, jenis rumah permanen memiliki kamar

tidur 2, dapur 1 dan ruang tamu 1, ventilasi cukup, pencahayaan cukup.

3. Pengkajian Kasus Kelolaan

a.       Persepsi Kesehatan/ Manajemen Kesehatan

Klien menganggap batuk yang dialami selama kurang lebih 6 bulan sebelum masuk rumah sakit

hanya batuk biasa dan menanggulanginya dengan membeli obat di warung. Klien mempunyai

riwayat merokok dan berhenti setelah sakit.

b.      Pola Nutrisi Metabolik

Klien makan 3x sehari, diit TRTB, pagi makan bubur, siang dan malam makan nasi, ikan, sayur.

Klien minum air putih kurang lebih 2000 ml/ hari. BB sebelum masuk rumah sakit 46 kg, BB

setelah sakit 40 kg. Mengalami penurunan BB, nafsu makan menurun, IVFD dextrose 5% 20 gtt/

mnt, HB 5,7 g/ dl, albumin 2,2 mg/dl, protein total 7,6 mg/ dl, GDS 67 mg/ dl.

c.       Eliminasi

Perkemihan : klien BAK 5-6x sehari, tidak ada kesulitan BAK, konsistensi urine

warna kuning pekat dan bau khas, BAK menggunakan urinal dan dilakukan di tempat tidur.

Pencernaan : klien BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek warna kuning, tidak

ada kesulitan BAB, BAB menggunakan alat bantu dan dilakukan di tempat tidur.

Integumen : klien mengatakan sering berkeringat dingin pada malam hari.

Page 16: ASKEP KEPERAWATAN

d.      Aktivitas dan Latihan

Aktivitas 0 1 2 3 4

Mandi

Berpakaian

Eliminasi

Mobiliasasi

Pindah

Ambulasi

Naik tangga

Ket : 0 : mandiri, 1 : dibantu sebagian, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4 :

tidak mampu. Klien mengalami sesak nafas, frekuensi pernafasan 24x/ mnt. Jenis pernafasan

torakul abdominal.

e.       Kognitif Perseptual

Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya, kesadaran compos mentis, merespon

terhadap rangsangan nyeri, pendengaran baik, penglihatan baik, pembicaraan terarah dapat

berinteraksi dengan orang lain.

f.       Pola Istirahat dan Tidur

Sebelum sakit : klien beristirahat dengan baik, tidur siang 15.00-7.00 wita, tidur

malam 20.00-06.00 wita, tidak pernah menggunakan obat tidur

Saat dikaji : klien tidur siang pukul 13.00-16.00 wita, tidur malam 20.00-05.00

wita, klien sering terbangun sekali-kali jika batuk.

g.      Konsep Diri

Identitas : klien berjenis kelamin laki-laki dan senang dengan identitasnya

sebagai laki-laki.

Harga diri : klien merasa bahwa ia berharga bagi anggota keluarga yang lain dan

ingin segera cepat sembuh.

Ideal diri : klien tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai petani karena sakit.

Gambaran diri : klien merasa ia adalah seorang anggota masyarakat yang baik dan

kepala keluarga yang baik.

Peran : klien bekerja sebagai petani yang rajin dan sebagai kepala keluarga

yang baik bagi anggota keluarganya.

Page 17: ASKEP KEPERAWATAN

h.      Pola Koping – Intoleransi Stres

Klien mengatakan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan dan tim medis tentang kondisi

penyakitnya, tingkat kecemasan ringan dengan tanda-tanda klien menyerahkan kesembuhannya

pada Tuhan Yang Maha Esa dan tim medis, N : 80x/ mnt, R : 22x/ mnt, ekspresi wajah tampak

tenang karena klien percaya ia bisa disembuhkan. Dalam mengatasi masalah klien sering

meminta bantuan orang lain.

i.        Pola Peran – Hubungan

Hubungan klien dengan anggota keluarga berjalan dengan baik. Klien bekerja sebagai seorang

petani, sudah menikah. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain baik.

j.        Pola Seksual – Reproduksi

Klien sudah menikah, mempunyai 1 orang anak, istri masih hidup. Klien tidak lagi melakukan

hubungan seksual karena keadaan yang sedang sakit.

k.      Pola Nilai dan Kepercayaan

Klien beragama Kristen Protestan, klien percaya dan yakit pada TYME.

Page 18: ASKEP KEPERAWATAN

4. Pemeriksaan Fisik

TTV

TD : 130/80 mmHg

N : 80 x/ mnt

R : 24 x/ mnt

SB : 36,5oC

BB : 40 kg

Head to Toe

-          Kepala

Inspeksi : warna rambut hitam, kebersihan terjaga, bentuk kepala bulat

Palpasi : nyeri tekan tidak ada

-          Mata

Inspeksi : sclera tidak ikterus, konjungtiva anemis, pupil bulat

Palpasi : nyeri tekan tidak ada

-          Hidung

Inspeksi : bentuk simetris, sekret tidak ada

Palpasi : nyeri tekan tidak ada

-          Mulut

Inspeksi : bibir tampak kering, gigi berlubang, mukosa lembab, bau mulut tidak ada

-          Leher

Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

-          Thorax/ dada

Inspeksi : simetris kiri dan kanan

Palpasi : stem fremitus kiri dan kanan

Perkusi : sonur kiri dan kanan

Auskultasi : ronchi +/ +, wheezing +/ +a

-          Abdomen

Inspeksi : datar

Palpasi : lemas, nyeri tekan tidak ada, tidak ada massa

Page 19: ASKEP KEPERAWATAN

Perkusi : tidak kembung

Auskultasi : bising usus normal

-          Ekstremitas

Atas : akral hangat, tidak ada oedem, tangan kanan terpasang infuse dextrose 5%

20 gtt/ mnt

Bawah : akral hangat, tidak ada odem

5. Pemeriksaan Penunjang

a.       Pemeriksaan laboratorium tgl. 08-03-2016

Jenis Hasil Normal

HB

Eritrosit

Leukosit

Trombosit

GDS

Ureum

Creatinin

Asam urat

Protein total

Albumin

5,7 g/ dL

2,03 uL

7400 uL

230.000 uL

67 mg/ dL

31 mg/ dL

1,1 mg/ dL

8,5 mg/ dL

7,6 mg/ dL

2,2 mg/ Dl

13-17 g/ dL

4,20-5,40 uL

5.000-10.000 uL

150.000-450.000 uL

110-160 mg/ dL

10-50 mg/ dL

0,6-1,1 mg/ dL

2,4-7,0 mg/ dL

6,6-8,3 mg/ dL

3,7-5,3 mg/ dL

b.      Foto thorax

Hasil : tampak TB Paru

c.       Sputum BTA

Pemeriksaan sputum BTA 3x positif Mycobakterium Tuberkolosis

Page 20: ASKEP KEPERAWATAN

6. Terapi

Tgl : 11-03-2016

IVFD Dextrose : 5% 20 gtt/ mnt

Cefixime : 2 x 100 mg tab

Ranitidine : 2 x 1 amp inj

Codein : 3 x 20 gr tab

Rifampisin : 150 mg 1 x 3 tab

INH : 750 mg 1 x 3 tab

PZA : 400 mg 1 x 3 tab

Etambutol : 275 mg 1 x 3 tab

B6 : 1 x 1 tab

Alupurinol : 100 mg tab 1-0-0

7. Klasifikasi Data

DS : - klien mengeluh batuk berlendir

- klien mengeluh sesak nafas

- klien mengeluh aktivitasnya perlu bantuan orang lain

- klien mengeluh mengalami penurunan nafsu makan

- klien mengeluh mengalami penurunan berat badan

- klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya

DO : - TTV

TD : 130/80 mmHg N : 80 x/ mnt

R : 24 x/ mnt SB : 36,5oC

- auskultasi paru ronchi +/ +, wheezing +/ +

- aktivitas dibantu orang lain

- BAB dan BAK dilakukan di tempat tidur

- terpasang infuse di lengan kanan dextrose 5%

- BB sebelum sakit : 46 kg, BB sesudah sakit : 40 kg

- pendidikan klien tamat SD

Page 21: ASKEP KEPERAWATAN

ANALISA DATA

N

o

Data Dampak Masalah Masalah

1 : - klien mengeluh batuk

berlendir

- klien mengeluh sesak

nafas

: - TTV

TD : 130/80 mmHg

N : 80 x/ mnt

R : 24 x/ mnt

SB : 36,5oC

- auskultasi paru ronchi +/

+

- sputum kental

Peradangan parenkim

paru

Keluarnya eksudut

dalam alveoli

Peningkatan produksi

sputum

Kemampuan batuk

menurun

Tertahannya sekresi

Jalan nafas terganggu

Bersihan jalan

nafas tidak efektif

2 : - klien mengatakan

aktivitasnya dibantu

: - BAB dan BAK

dilakukan di tempat tidur

- terpasang IVFD dextrose

5% di lengan kanan

Proses penyakit

Kelemahan tubuh

Terpasang infuse di

lengan kanan

Aktivitas terbatas

Intoleransi aktivitas

3 : - klien mengeluh

mengalami penurunan nafsu

makan

- klien mengeluh

mengalami penurunan berat

badan

Adanya sputum pada

saluran pernafasan dan

di bagian mulut

Batuk produktif

Peningkatan frekuensi

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Page 22: ASKEP KEPERAWATAN

N

o

Data Dampak Masalah Masalah

: - BB sebelum sakit : 46

kg, BB sesudah sakit : 40 kg

pernafasan

Nafsu makan menurun

4 : - klien mengatakan tidak

mengerti tentang penyakitnya

: - pendidikan klien tamat

SD

Tingkat pendidikan

tamat SD

Kurang informasi

tentang penyakitnya

Kurang pengetahuan

Kurang

pengetahuan

Prioritas Masalah :

1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi sputum yang kental

2.      Intoleransi aktivitas b/d kelemahan tubuh dan proses pengobatan

3.      Ketidakseimbangan nutrisi b/d produksi sputum yang kental

4.      Kurang pengetahuan tentang penyakitnya b/d kurangnya informasi

Page 23: ASKEP KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi

Bersihan jalan nafas

tidak efektif b/d

produksi sputum

ditandai dengan :

klien mengeluh

batuk berlendir

klien mengeluh

sesak nafas

TTV

TD : 130/80mmHg

N : 80 x/ mnt

R : 24 x/ mnt

SB : 36,5oC

auskultasi paru

ronchi +/ +

sputum kental

Bersihan jalan

nafas kembali

efektif setelah

diberikan tindakan

keperawatan

selama 3 hari

dengan kriteria

hasil:

-      batuk berlendir

berkurang atau

hilang

-      sekret encer

-      tanda-tanda vital

dalam putus

normal

-      ronchi -/-

1.    Kaji fungsi pernafasan

seperti bunyi,

kecepatan dan irama

setiap jam 06.00,

12.00, 18.00 setiap

hari

2.    Observasi tanda-tanda

vital setiap jam 06.00,

12.00, 18.00 setiap

hari

3.    Atur posisi klien

dengan posisi semi

fowler setiap kali klien

merasa sesak nafa

1.   Penurunan fungsi

nafas dapat

menunjukkan

ketidakmampuan

untuk membersihkan

jalan nafas.

2.   Penyimpangan

normal TTV

menunjukkan

perubahan status

pasien.

3.   Posisi membantu

ekspansi paru dan

menurunkan upaya

pernafasan.

11-3-16, jm.08.00

1.   Melakukan pengkajian

frekuensi pernafasan

24x/ mnt, iramanya

teratur, terdengar

ronchi dan jenis

pernafasan torakal

abdominal

11--16, jm.12.00

2.   Mengukur TTV

TD : 130/80mmHg

N : 84 x/ mnt

R : 24 x/ mnt

SB : 36,2oC

- Mengawasi klien

minum obat codein 1

tablet dan cefixime 1

tablet

11-3-16, jm.12.15

3.   Merubah posisi tidur

klien dari tidur satu

bantal menjadi posisi

semi fowler

11-3-16, jm.13.15

4.   Mengajarkan teknik

: - klien mengatakan

sesak berkurang

setelah diatur pada

posisi semi fowler

- klien mengatakan

sputum yang keluar

banyak

: - TTV

TD : 130/80mmHg

N : 82 x/ mnt

R : 24 x/ mnt

SB : 36,2oC

A : masalah belum

teratasi

: - kaji fungsi

pernafasan setiap jam

06.00, 12.00, 18.00

- observasi TTV

setiap 8 jam

- pertahankan posisi

tidur semi fowler

- anjurkan klien

untuk minum air putih

yang banyak

- anjurkan klien

untuk tetap

menggunakan teknik

Page 24: ASKEP KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi

4.    Ajarkan teknik nafas

dalam dan batuk

efektif pada pertemuan

pertama

5.    Anjurkan pasien untuk

gunakan teknik batuk

efektif setiap ingin

batuk

6.    Anjurkan klien untuk

meningkatkan asupan

cairan sedikitnya

2.500 ml/ hari

7.    Kolaborasi beri obat

sesuai instruksi dokter

Ranitidine inj 2x1 amp

(06.00 & 18.00)

Cefixime 2x1 tab

(06.00, 12.00, 18.00)

Codein 3x1 tab (06.00,

12.00, 18.00)

4.   Memaksimalkan

ventilasi dan

meningkatkan gerakan

sekret ke dalam jalan

nafas besar sebagai

mudah dikeluarkan

5.   Melatih pasien untuk

dapat belajar

mengatasi batuk yang

dialaminya.

6.   Pemasukan cairan

yang banyak

membantu

mengencerkan sekret.

7.   Beri obat dengan

teratur mempercepat

proses penyembuhan

nafas dalam dan batuk

efektif pada klien

11-3-16, jm.13.30

5.   Menganjurkan pasien

untuk gunakan teknik

batuk efektif setiap

batuk

11-3-16, jm.13.45

6.   Menganjurkan

keluarga dan klien

untuk memenuhi

asupan cairan yang

cukup bagi klien

dengan minum air

putih yang banyak +

2500 ml/ hari

11-3-16, jm.18.00

7.   Memberikan obat

sesuai instruksi

ranitidine inj 1 ampul/

3 cc melalui IVFD

Menganjurkan klien

untuk minum obat

tablet secara teratur

dan tidak boleh

berhenti

batuk efektif setiap

batuk

Page 25: ASKEP KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi

Rifampisin 1x3 tab

(06.00)

INH 1x3 tab (06.00)

PZA 1x3 tab (06.00)

Etambutol 1x3 tab

(06.00)

B6 1x1 tab (06.00)

Alupurinol 1-0-0

(06.00)

Intoleransi aktivitas b/d

kelemahan tubuh dan

proses penyakit ditandai

dengan :

klien mengatakan

aktivitasnya dibantu

BAB dan BAK

dilakukan di tempat

terpasang infus

dextrose 5% di lengan

Klien dapat

beraktivitas dengan

baik dengan

kriteria hasil :

-      Klien dapat

beraktivitas secara

mandiri

-      BAB dan BAK

dilakukan sendiri

di toilet

1.    Monitor derajat

mobilitas dengan

menggunakan skala

ketergantungan

2.    Bantu pasien dalam

pemenuhan kebutuhan

berdasarkan tingkat

ketergantungannya

1.   Untuk mengetahui

tingkat

ketergantungan

2.   Memenuhi kebutuhan

sehari-hari klien

11-3-16, jm.08.00

1.   Melakukan observasi

derajat ketergantungan

pada klien. mandi = 4,

berpakaian = 4,

eliminasi = 3,

mobilisasi = 2, pindah

= 4, ambulasi = 4, naik

tangga = 4. Hasil :

terjadi ketergantungan

11-3-16, jm.08.10

2.   Membantu pasien

dalam eliminasi BAK

dengan menyediakan

urinal dan pispot pada

saat BAB

11-3-16, jm.08.15

3.   Menganjurkan klien

: - klien mengeluh

belum bisa sepenuhnya

beraktivitas masih

terbatas pada

mobilisasi

- klien mengeluh

merasa lelah

: - klien belum bisa

melakukan seluruh

aktivitas

- BAB dan BAK di

tempat tidur

A : masalah belum

teratasi

: - bantu klien dalam

pemenuhan kebutuhan

- anjurkan klien

untuk beraktivitas

secara mandiri

Page 26: ASKEP KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi

3.    Anjurkan klien untuk

beraktivitas secara

bertahap

4.    Beri reinforcement

positif terhadap tingkat

keberhasilan klien

3.   Melatih klien untuk

tidak tergantung dan

secara bertahap bisa

mandiri

4.   Pujian

membangkitkan

semangat pasien

untuk bisa mandiri

untuk bisa melakukan

mobilisasi miring kiri,

miring kanan dan

duduk secara mandiri

tanpa bantuan orang

lain. Hasil : klien bisa

melakukan mobilisasi

miring kiri dan miring

kanan

11-3-16, jm.08.15

4.   Memberikan pujian

pada klien karena

klien sudah bisa

mobilisasi secara

mandiri

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan b/d produksi

sputum dan anoreksia

ditandai dengan :

klien mengeluh

mengalami penurunan

nafsu makan

klien mengeluh

Menunjukkan

peningkatan nutrisi

dengan kriteria

hasil :

-      Peningkatan BB

-      Bebas tanda

malnutrisi

1.    Catat nutrisi klien

pada penerimaan, BB,

turgor kulit, adanya

riwayat mual muntah

atau tidak

1.   Berguna dalam

mendefinisikan

derajat masalah dan

pilihan intervensi

yang tepat

12-3-16, jm.08.00

1.   Mencatat status nutrisi

klien, hasil nutrisi

pasien kurang dari

kebutuhan, BB saat

masuk : 40 kg, turgor

kulit baik, mual

muntah tidak ada,

nafsu makan menurun

: - klien mengatakan

sudah bisa makan

walaupun masih dalam

porsi

: - porsi makan

dihabiskan

- frekuensi makan

meningkat

- BB 40 kg

Page 27: ASKEP KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi

mengalami penurunan

berat badan

BB sebelum sakit :

46 kg, BB sesudah

sakit : 40 kg

2.    Awasi masukan

makanan dan cairan.

Awasi pengeluaran

urine, keringat

timbang BB setiap hari

3.    Anjurkan klien makan

dalam porsi sedikit

tapi sering dengan

makanan TKTP

4.    Kolaborasi ahli gizi

komposisi diit

Pagi : bubur dan telur,

Siang : nasi, telur/

ikan, sayur, sup, buah,

Sore : ekstra telur,

Malam : nasi, telur/

ikan, sayur

2.   Berguna mengukur

keefektifan nutrisi dan

dukungan cairan

3.   Memaksimalkan

masukan nutrisi

sebagai kebutuhan

energi

4.   Memberikan bantuan

dalam perencanaan

diit dengan nutrisi

yang adekuat

12-3-16, jm.08.058

2.   Mengganti cairan

infuse dari NaCl 0,9%

diganti dextrose 5% 20

gtt/ mnt, BB : 40 kg

12-3-16, jm.08.10

3.   Menganjurkan klien

untuk makan sedikit

tapi sering

12-3-16, jm.12.00

4.   Mengawasi pola

makan pasien, hasil

klien menghabiskan

makanannya, porsi

makan sedikit

A : masalah teratasi

sebagian

: - awasi masukan dan

pengeluaran

- timbang BB setiap

hari

- menganjurkan

klien untuk tetap

mempertahankan

masukan nutrisi

Kurang pengetahuan

tentang penyakitnya b/d

kurangnya informasi

ditandai dengan :

klien mengatakan

tidak mengerti tentang

Klien mengerti

tentang

penyakitnya

setelah diberikan

penyuluhan dengan

kriteria hasil :

1.    Kaji pengetahuan

klien tentang penyakit

TBC yang dialaminya

1.   Belajar tergantung

pada emosi dan

kesiapan fisik

13-3-16, jm.08.00

1.   Mengukur

kemampuan klien

untuk belajar, hasil

klien mau diberikan

penyuluhan

: - klien dan keluarga

mengatakan mengerti

tentang penyakit yang

diderita

: - klien dapat

menjelaskan kembali

Page 28: ASKEP KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi

penyakitnya

tingkat pendidikan

klien tamat SD

-      Klien

mengungkapkan

pemahaman

tentang penjelasan

yang diberikan

-      Klien dapat

menjelaskan

kembali secara

umum penjelasan

yang diberikan

2.    Jelaskan pada klien

pentingnya perawatan

dan pengobatan di

rumah sakit

3.    Jelaskan pada klien

tentang proses

penyakit, pengobatan

dan pencegahan

4.    Jelaskan pada klien

dan keluarga tentang

dosis obat, frekuensi,

alasan pengobatan

lama dan akibat putus

obat

2.   Perawatan

pengobatan di rumah

sakit penting untuk

mengurangi

komplikasi

3.   Memberikan

pengetahuan pada

klien tentang

penyakitnya

4.   Mencegah pasien

putus obat, dan

meningkatkan kerja

sama dalam

pengobatan

13-3-16, jm.08.20

2.   Memberikan

penyuluhan kepada

klien dan keluarga

tentang pentingnya

perawatan di rumah

sakit

13-3-16, jm.09.00

3.   Memberikan

penyuluhan pada klien

dan keluarga tentang

penyakit yang diderita

klien

13-3-16, jm.09.30

4.   Menjelaskan pada

klien dan keluarga

tentang pentingnya

pengobatan dan

dampak berhenti

minum obat yaitu

pengobatan dimulai

dari pertama dan

penyakit yang diderita

pentingnya putus obat

dan akibat putus obat

A : masalah teratasi

: - anjurkan klien dan

keluarga berobat

secara teratur dan tidak

boleh putus obat

Page 29: ASKEP KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi

bisa bertambah parah.

Page 30: ASKEP KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi

Senin,

11-03-16

I

I, II

I

I

08.0

0

08.1

5

13.1

5

13.2

-     Mengkaji fungsi

pernafasan klien

Hasil : pernafasan cepat,

frekuensi 24 x/ mnt,

irama teratur, jenis

pernafasan torakal/

abdominal

-     Melakukan pengukuran

TTV :

TD : 130/80mmHg

N : 82 x/ mnt

R : 24 x/ mnt

SB : 36,2oC

-     Mengajarkan teknik

nafas dalam dan batuk

efektif

Hasil : klien dapat

melakukan dengan baik,

klien dapat

mengeluarkan sekret,

warna putih, encer

jumlah + ½ sendok

makan

-     Merubah posisi tidur

klien dari tidur

terlentang menjadi semi

fowler

: - klien mengatakan

masih batuk berlendir

- klien mengeluh

masih sesak nafas

: - TTV

TD : 130/80mmHg

N : 82 x/ mnt

R : 22 x/ mnt

SB : 36,2oC

A : masalah belum

teratasi

: - kaji fungsi

pernafasan setiap jam

06.00, 12.00, 18.00

- observasi TTV

setiap pukul 06.00,

12.00, 18.00

- anjurkan klien untuk

menggunakan teknik

batuk efektif setiap ingin

batuk

- anjurkan klien untuk

tetap mengkonsumsi

cairan yang banyak

- pertahankan posisi

semi fowler

Page 31: ASKEP KEPERAWATAN

Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi

I

I

I, II, III

I, II

5

13.3

0

13.4

5

18.0

0

18.0

0

-     Menganjurkan klien

untuk menggunakan

teknik batuk efektif

setiap kali ingin batuk

-     Menganjurkan keluarga

dan klien untuk

memenuhi asupan cairan

yang cukup bagi klien

dengan minum air yang

banyak

-     Memberikan obat sesuai

instruksi

Ranitidine 1 ampul dan

menganjurkan klien

untuk minum obat tablet

secara teratur dan tidak

boleh putus

-     Mengkaji TTV dan

fungsi pernafasan

Hasil :

TD : 130/80mmHg

N : 82 x/ mnt

R : 22 x/ mnt

SB : 36,2oC

Fungsi pernafasan baik,

irama teratur, frekuensi

22 x/ mnt

Selasa,

12-3-16

II 08.0

0

-     Melakukan observasi

derajat ketergantungan

Diagnosa I

: - klien mengatakan

Page 32: ASKEP KEPERAWATAN

Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi

III

I

III

II, III

08.0

0

08.0

0

08.0

5

pada klien

Hasil :

Mandi = 2, berpakaian =

2, eliminasi = 3,

mobilisasi = 2, pindah =

3, ambulasi = 2, naik

tangga = 3

-     Mencatat status nutrisi

klien

Hasil : nutrisi kurang

dari kebutuhan, BB saat

masuk RS : 40 kg,

turgor kulit baik, mual

muntah tidak ada, nafsu

makan menurun

-     Melakukan pengkajian

frekuensi pernafasan

22x/ mnt, irama teratur,

jenis pernafasan torakal

abdominal

-     Mengganti cairan infuse

dari NaCl 0,9% diganti

dextrose 5% 20 gtt/ mnt,

menimbang BB hasil

BB : 40 kg

-     Membantu pasien untuk

eliminasi BAK dan

mobilisasi

-     Menganjurkan klien

untuk makan sedikit tapi

masih batuk berlendir

- klien mengatakan

sesak nafas berkurang

: - sputum putih kental

- R : 22 x/ mnt

A : masalah teratasi

sebagian

: - pertahankan posisi

semi fowler

- kaji frekuensi

pernafasan, jenis dan

irama setiap jam 06.00,

12.00, 18.00

Diagnosa II

: - klien mengatakan

aktivitasnya masih

dibantu

: - BAK dilakukan di

tempat tidur

A : masalah belum

teratasi

: - bantu klien dalam

pemenuhan kebutuhan

sehari

- anjurkan untuk

beraktivitas secara

mandiri dengan bertahap

Diagnosa III

Page 33: ASKEP KEPERAWATAN

Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi

II

I, III

I

I, II

08.1

0

08.1

5

12.0

0

sering

-     Menganjurkan klien

untuk bisa melakukan

mobilisasi sendiri tanpa

bantuan orang lain

Hasil : klien mau

melakukan aktivitas

-     Mengukur TTV

TD : 130/80mmHg

N : 82 x/ mnt

R : 22 x/ mnt

SB : 36,5oC

-     Mengawasi pola makan

pasien

Hasil : klien

menghabiskan

makanannya porsi

makan sedikit

-     Menganjurkan klien

untuk tetap

menggunakan teknik

batuk efektif setiap

ingin batuk

-     Memberikan suntikan

ranitidine inj 1 ampul

via IVFD,

menganjurkan klien

untuk minum obat tablet

secara teratur

: - klien mengatakan

sudah bisa makan

walaupun dalam porsi

yang sedikit

: - porsi makan

dihabiskan

- frekuensi makan

meningkat

A : masalah teratasi

sebagian

: - awasi pemasukan

dan pengeluaran

- timbang BB tiap hari

- anjurkan klien untuk

tetap makan dalam porsi

sedikit tapi sering

Page 34: ASKEP KEPERAWATAN

Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi

13.1

5

18.0

0

Rabu,

13-8-08

I, II,

III, IV

III

08.0

0

08.2

0

-     Melakukan pengkajian

frekuensi pernafasan 24

x/ mnt, irama teratur,

jenis pernafasan torakal

abdominal

-     Observasi derajat

ketergantungan, mandi

= 2, berpakaian = 2,

eliminasi = 2, mobilisasi

= 0, pindah = 3,

ambulasi = 2, naik

tangga = 3

-     Mengukur kemampuan

klien untuk belajar

Hasil : klien mau

diberikan penyuluhan

-     Memberikan

penyuluhan kepada

klien tentang pentingnya

perawatan di rumah

sakit, proses penyakit,

alasan pengobatan lama

Diagnosa I

: - klien mengeluh

batuk berlendir

: - sputum kental

- TTV

TD : 130/80mmHg

N : 80 x/ mnt

R : 22 x/ mnt

SB : 36,5oC

A : masalah belum

teratasi

: - pertahankan posisi

semi fowler

- anjurkan klien untuk

meningkatkan asupan

cairan

- anjurkan untuk tetap

gunakan teknik batuk

efektif

Diagnosa II

: - klien mengatakan

Page 35: ASKEP KEPERAWATAN

Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi

08.3

0

09.0

0

10.0

0

10.1

0

12.0

0

dan akibat putus obat

-     Mengatur posisi pasien

semi fowler

-     Mengganti cairan dari

dextrose 5% dengan

dextrose 5%

-     Menganjurkan klien

untuk menggunakan

teknik batuk efektif

setiap ingin batuk

-     Menganjurkan klien

untuk terus

meningkatkan aktivitas

secara mandiri

-     Mengobservasi TTV

TD : 130/80mmHg

N : 80 x/ mnt

R : 22 x/ mnt

SB : 36,5oC

-     Mengawasi pola makan

klien, klien makan

dengan porsi sedikit

makanan dihabiskan

-     Menimbang BB pasien

Hasil : BB = 40 kg

-     Memberikan suntikan

via IVFD ranitidine 1

ampul

-     Menganjurkan untuk

minum obat secara

belum bisa beraktivitas

sepenuhnya masih

terbatas pada mobilisasi

: - BAB dan BAK di

tempat tidur

- berpakaian dibantu

oleh keluarga

A : masalah belum

teratasi

: - anjurkan klien

beraktivitas mandiri

secara bertahap

Diagnosa III

: - klien mengatakan

sudah bisa dalam porsi

sedikit

- klien mengatakan

sering makan

: - porsi makan sedikit,

makanan dihabiskan

- BB : 40 kg

A : masalah teratasi

sebagian

: - anjurkan klien tetap

mempertahankan asupan

nutrisi yang

- timbang BB setiap

hari

Page 36: ASKEP KEPERAWATAN

Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi

13.0

0

18.0

0

teratur jangan sampai

putus obat dan akibat

putus obat

-     Menjelaskan bahwa

tugas di ruangan telah

selesai

Diagnosa IV

: - klien

mengungkapkan

mengerti tentang cara

pencegahan penularan

penyakit dan akibat

putus obat

: - klien dapat

menjelaskan kembali

cara pencegahan dan

akibat putus obat

- klien dapat minum

obat sendiri

A : masalah teratasi

: -

Page 37: ASKEP KEPERAWATAN

RENCANA PENDIDIKAN KESEHATANTopik : Tuberkolosis Paru, Pencegahan dan Akibat Putus ObatTujuan : Meningkatkan Pengetahuan dan Mencegah Klien Putus ObatSasaran : Klien dan KeluargaTempat : Irina C2 Kamar 212 RSU ZAINAL ABIDIN Tanggal : 13 Maret 2016 jam 08.20 wita

No Tujuan Khusus Materi Metode Media

Aktivitas KMBPetugas

Kesehatan Klien Proses

1 Klien dan keluarga memahami penyakit tuberkulosis paru

Konsep TB Paru

1.    Pengertian2.    Penyebab3.    Gejala4.    Cara

penularan

-  Ceramah Tanya

jawab

-       Flip chart-       Leaflet

Menjelaskan kepada klien dan keluarga konsep tuberkolosis paru

Memperhatikan penjelasan petugas dan bertanya jika tidak mengerti

-       Apa itu penyakit tuberkolosis?

-       Penyebabnya?-       Gejalanya?-       Cara

penularan?2 Klien dan

keluarga mengerti tentang alasan dirawat di RS, pentingnya pengobatan dan akibat dari putus obat

-       Alasan dirawat di RS

-       Pentingnya pengobatan dan akibat putus obat

-       Ceramah-       Tanya

jawab

-       Flip chart-       Leaflet

Menjelaskan :-       Alasan dirawat

di RS-       Pentingnya

pengobatan dan akibat putus obat

Memperhatikan penjelasan petugas dan bertanya jika putus obat satu hari saja

-       Mengapa dirawat di RS?

-       Kenapa pentingnya pengobatan?

-       Akibat dari putus obat