askep gangguan orientasi diri (jiwa)

17
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Orientasi Diri. Kasus ! Tn. K umur 25 th. Masuk rumah sakit jiwa dengan alasan amuk. Klien membanting barang-barang gelisah tidak bisa tidur,mengurung diri dikamar. Sudah 2 kali dirawat dirumah sakit dengan alasan yang sama. Penyebab kelainan amuk karena klien merasa bahwa ada seseorang yang berusaha membunuhnya. Klien melihat orang yang ingin membunuhnya datang, sehingga setiap klien merasa melihat orang tersebut dia akan melempar barang-barang kearah orang tersebut. Klien kelihatan sangat ketakutan, gemetar, wajah tegang ketika menceritakan masalahnya. 2 tahun yang lalu klien pernah mengalami percobaan perkosaan. Perilaku tersebut timbul setelah kejadian 2 tahun yang lalu, dimana klien merupakan percobaan perkosaan. Klien yakin bahwa orang tersebut berusaha membunuhnya. Klien sering kelihatan ketakutan, gelisah, susah tidur. Klien sering menunjukkan kecurigaan dan klien akan mulai melempar barang-barang jika merasa melihat orang tersebut datang.

Upload: setiawan-amirrudin-setiawan-amirrudin

Post on 08-Jul-2016

54 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

gangguan jiwa

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Gangguan Orientasi Diri (Jiwa)

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Orientasi Diri.

Kasus !

Tn. K umur 25 th. Masuk rumah sakit jiwa dengan alasan amuk. Klien membanting

barang-barang gelisah tidak bisa tidur,mengurung diri dikamar. Sudah 2 kali dirawat

dirumah sakit dengan alasan yang sama.

Penyebab kelainan amuk karena klien merasa bahwa ada seseorang yang berusaha

membunuhnya. Klien melihat orang yang ingin membunuhnya datang, sehingga setiap

klien merasa melihat orang tersebut dia akan melempar barang-barang kearah orang

tersebut. Klien kelihatan sangat ketakutan, gemetar, wajah tegang ketika menceritakan

masalahnya. 2 tahun yang lalu klien pernah mengalami percobaan perkosaan. Perilaku

tersebut timbul setelah kejadian 2 tahun yang lalu, dimana klien merupakan percobaan

perkosaan. Klien yakin bahwa orang tersebut berusaha membunuhnya. Klien sering

kelihatan ketakutan, gelisah, susah tidur. Klien sering menunjukkan kecurigaan dan klien

akan mulai melempar barang-barang jika merasa melihat orang tersebut datang.

Page 2: Askep Gangguan Orientasi Diri (Jiwa)

A Analisa Data

No Analisa Data Masalah Keperawatan

1. Do:

Mengurung dikamar.

Mekanisme pertahanan tidak

sesuai.

Ketakutan.

Wajah tegang.

Koping individu tidak efektif.

2. Do :

Waham curiga

Klien terlihat mendengar

atau melihat sesuatu.

Dan susah berkonsentrasi.

Kewaspadaan berlebih.

Mengurung diri dikamar.

Ds :

Klien menyatakan keyakinan

bahwa ada sesorang yang

ingin membunuhnya.

Perubahan persepsi sensori halusinasi

dengar atau penglihatan.

3. Do :

Klien kelihatan ketakutan.

Wajah tegang.

Ds :

Keluarga mengatakan klien

sering melempar-lempar

barang.

Perilaku kekerasan.

Pohon Masalah

Page 3: Askep Gangguan Orientasi Diri (Jiwa)

Perilaku Kekerasan.

CP :

Koping individu tidak efektif.

B Diagnosa Keperawatan

1. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi dengar atau

penglihatan.

2. Perubahan persepsi sensori halusinasi dengar atau penglihatan berhubungan

dengan koping individu tidak efektif.

Perubahan persepsi sensori halusinasi dengar atau penglihatan.

Page 4: Askep Gangguan Orientasi Diri (Jiwa)

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN ORIENTASI DIRI

Disusun oleh :

1. Antok Wicaksono (010201001)

2. Apro Dita (010201002)

3. Baiq Yestika (010201003)

4. Basuki (010201004)

5. Dewi Pratiwi (010201007)

6. Dian Ari .W. (010201008)

7. Emilia Puspita .S. (010201010)

8. Erwin Afandi (010201012)

9. Tulus Cahyo .M. (01020106 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NGUDI WALUYO UNGARAN

2005

Page 5: Askep Gangguan Orientasi Diri (Jiwa)
Page 6: Askep Gangguan Orientasi Diri (Jiwa)

C Rencana Tindakan Keperawatan.

NoDiagnosa

KeperawatanTujuan Kriteria Evaluasi Intervensi.

1. Resiko

perilaku

kekerasan

berhubungan

dengan

halusinasi

dengar atau

penglihatan.

TUM : Klien

tidak

melakukan

perilaku

kekerasan

TUK 1 :

Klien dapat

membina

hubungan

saling

percaya.

Ekspresi wajah bersahabat

menunjukkan rasa senang, ada

kontak mata, mau berjabat tangan,

mau menyebut nama, mau

menjawab salam, klien mau

duduk berdampingan dengan

perawat, mau mengutarakan

masalah yang dihadapi.

Bina hubungan saling percaya

dengan mengungkapkan prinsip

komunikasi terapeutik.

a. Sapa klien dengan ramah baik

verbal maupun non verbal.

b. Perkenalkan diri dengan sopan.

c. Tanyakan nama lengkap klien dan

nama panggilan yang disukai

klien.

d. Jelaskan tujuan pertemuan.

e. Jujur dan menepati janji.

f. Tunjukkan sifat empati dan

menerima klien apa adanya.

g. Beri perhatian pada klien dan

perhatikan kebutuhan dasar klien.

TUK 2 :

Klien dapat

mengenal

Klien dapat menyebutkan

waktu, isi, frekuensi timbulnya

halusinasi

Adakan kontak sering dan singkat

secara bertahap.

Observasi tingkah laku klien terkait

Page 7: Askep Gangguan Orientasi Diri (Jiwa)

halusinasinya. dengan halusinasinya, bicara dan

tertawa tanpa stimulus, memandang

kekiri, kanan dan depan seolah-olah ada

teman bicara.

Bantu klien mengenal halusinasinya:

a. Jika menemukan klien yang sedang

halusinasi, tanyakan apakah ada

suara yang didengar.

b. Jika klien menjawab ada, lanjutkan

apa yang dikatakan.

c. Katakan bahwa perawat percaya

klien mendengar suara itu, namun

perawat sendiri tidak mendengarnya

(dengan nada bersahabat tanpa

menuduh atau menghakimi).

d. Katakana bahwa klien lain juga ada

seperti klien

e. Katakan bahwa perawat akan

membantu klien.

Page 8: Askep Gangguan Orientasi Diri (Jiwa)

TUK 3 : klien

dapat

mengontrol

halusinasinya.

Klien dapat mengungkapkan

perasaan terhadap halusinasinya.

Klien dapat menyebutkan

tindakan yang biasanya dilakukan

untuk untuk mengendalikan

halusinasinya.

Klien dapat menyebutkan cara

baru.

Diskusikan dengan klien :

a. Situasi yang menimbulkan /tidak

menimbulkan halusinasi.

b. Waktu dan frekuensi halusinasi

(pagi, siang, sore, dan malam/jika

sendiri, jengkel/sedih).

Diskusikan dengan klien apa yang

dirasakan jika terjadi halusinasinya

( marah/takut, sedih,senang) beri

kesempatan mengungkapkan perasaan.

Identifikasi bersama klien cara

tindakan yang dilakukan jika terjadi

halusinasinya (tidur, marah,

menyibukkan diri dan lain-lain).

Diskusikan manfaat dan cara yang

diiginkan klien, jika bermanfaat berikan

pujian.

Diskusikan cara baru untuk

memutus atau mengontrol timbulnya

halusinasinya :

Page 9: Askep Gangguan Orientasi Diri (Jiwa)

Klien dapat memilih cara

mengatasi halusinasi seperti yang

telah di diskusikan dengan klien.

Klien dapat melaksanakan cara

yang telah dipilih untuk

mengendalikan halusinasinya.

a. Katakana “saya mau

dengar kamu”(pada saat

halusinasi terjadi).

b. Menemui orang lain

(perawat/teman/anggota keluarga)

untuk bercakap-cakap atau

mengatakan halusinasinya yang

didengar.

c. Membuat jadwal

kegiatan sehari-hari agar

halusinasi tidak sempat muncul.

d. Meminta

keluarga/teman/perawat menyapa

jika tampak bicara sendiri.

Bantu klien memilih dan melatih

cara memutus halusinasi secara

bertahap.

Beri kesempatan untuk melakukan

cara yang telah dilatih. Evaluasi

hasilnya dan beri pujian jika berhasil.

Page 10: Askep Gangguan Orientasi Diri (Jiwa)

TUK 4: klien

dapat

dukungan dari

keluarga

dalam

mengotrol

halusinasinya.

Klien dapat mengikuti terapi

aktivitas kelompok.

Keluarga dapat membina

hubungan saling oercaya dengan

perwat.

Keluarga dapat menyebutkan

pengertian, tanda dan tindakan

untuk mengedalikan

halusinasinya.

Anjurkan klien mengikuti terapi

aktivitas kelompok, orientasi realita,

stimulasi persepsi.

Anjurkan klien untuk memberi tahu

keluarga jika mengalami halusinasi.

Diskusikan dengan keluarga (pada

saat keluarga berkunjung/pada saat

kunjungan rumah).

a. Gejala halusinasi yang

dialami klien.

b. Cara yang dapat

dilakukan klien dan keluarga

untuk memutus halusinasi.

c. Cara merawat anggota

keluarga yang halusinasi

dirumah :beri kegiatan, jangan

biarkan sendiri,makan bersama,

bepergian bersama.

Page 11: Askep Gangguan Orientasi Diri (Jiwa)

TUK 5 : klien

dapat

memanfaatka

n obat dengan

baik.

Klien dan keluarga dapat

menyebutkan manfaat, dosis dan

efek samping obat.

Klien dapat

mendemonstrasikan penggunaan

obat dengan benar.

Klien dapat informasi tentang

manfaat dan efek samping obat,

Klien dapat memahami akibat

terhentinya obat tanpa konsultasi.

Klien dapat menyebuetkan

d. Beri informasi waktu

follow up atau kapan perlu

mendapat bantuan : halusinasi

tidak terkontrol, dan resiko

menciderai orang lain.

Diskusikan dengan klien dan

keluarga tentang dosis, frekuensi dan

manfaat obat.

Anjurkan klien minta sendiri obat

pada perawat dan merasakan

manfaatnya.

Anjurkan klien bicara dengan dokter

tentang manfaat dan efek obat yang

dirasakan.

Diskusikan akibat berhenti obat-obat

tanpa konsultasi.

Bantu klien menggunakan obat

Page 12: Askep Gangguan Orientasi Diri (Jiwa)

prisip 5 benar penggunaan obat. dengan prisip 5 benar.

a