askep anna yuniar 2

87
Asuhan Keperawatan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan Integumen Pada Anak dengan Gangguan Integumen oleh: Anna Yuniar B.Sc, S.Pd oleh: Anna Yuniar B.Sc, S.Pd

Upload: matrozie-al-muttaqin

Post on 19-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

askep kep anak

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Anna Yuniar 2

Asuhan KeperawatanAsuhan KeperawatanPada Anak dengan Gangguan IntegumenPada Anak dengan Gangguan Integumen

oleh: Anna Yuniar B.Sc, S.Pdoleh: Anna Yuniar B.Sc, S.Pd

Page 2: Askep Anna Yuniar 2

Asuhan Keperawatan pada Anak denganAsuhan Keperawatan pada Anak dengan

ImpetigoImpetigo

Page 3: Askep Anna Yuniar 2

Pengertian ImpetigoPengertian Impetigo

Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang

menyerang lapisan epidermis kulit(Djuanda, 56:2005).

Impetigo biasanya juga mengikuti trauma superficial

dengan robekan kulit dan paling sering merupakan

penyakit penyerta (secondary infection) dari Pediculosis,

Skabies, Infeksi jamur, dan pada insect bites.(Beheshti, 2:2007)

Page 4: Askep Anna Yuniar 2

EtiologiEtiologi Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Group A Beta Hemolitik

Streptococcus (Streptococcus pyogenes). Staphylococcus merupakan pathogen primer pada impetigo bulosa dan ecthyma (Beheshti, 2:2007).

Staphylococcus merupakan bakteri sel gram positif dengan ukuran 1 µm, berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur, kokus tunggal, berpasangan, tetrad, dan berbentuk rantai juga bisa didapatkan. Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit berkat kemampuannya mengadakan pembelahan dan menyebar luas ke dalam jaringan dan melalui produksi beberapa bahan ekstraseluler. Beberapa dari bahan tersebut adalah enzim dan yang lain berupa toksin meskipun fungsinya adalah sebagai enzim. Staphylococcus dapat menghasilkan katalase, koagulase, hyaluronidase, eksotoksin, lekosidin, toksin eksfoliatif, toksik sindrom syok toksik, dan enterotoksin. (Brooks, 317:2005).

Streptococcus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat, yang mempunyai karakteristik dapat berbentuk pasangan atau rantai selama pertumbuhannya. Lebih dari 20 produk ekstraseluler yang antigenic termasuk dalam grup A, (Streptococcus pyogenes) diantaranya adalah Streptokinase, streptodornase, hyaluronidase, eksotoksin pirogenik, disphosphopyridine nucleotidase, dan hemolisin (Brooks, 332:2005).

Page 5: Askep Anna Yuniar 2

EpidemiologiEpidemiologi Impetigo terjadi di seluruh Negara di dunia dan angka kejadiannya

selalu meningkat dari tahun ke tahun. Di Amerika Serikat Impetigo merupakan 10% dari masalah kulit yang dijumpai pada klinik anak dan terbanyak pada daerah yang jauh lebih hangat, yaitu pada daerah tenggara Amerika (Provider synergies, 2:2007). Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. Sekitar 70% merupakan impetigo krustosa (Cole, 1:2007).

Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak atau juga pada tempat dengan hygiene buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk (Cole, 1:2007).

Page 6: Askep Anna Yuniar 2

Faktor PredisposisiFaktor Predisposisi

Kontak langsung dengan pasien impetigo Kontak tidak langsung melalui handuk, selimut, atau

pakaian pasien impetigo Cuaca panas maupun kondisi lingkungan yang lembab Kegiatan/olahraga dengan kontak langsung antar kulit

seperti gulat Pasien dengan dermatitis, terutama dermatitis atopik

(Sumber: Beheshta, 2:2007).

Page 7: Askep Anna Yuniar 2

Manifestasi KlinikManifestasi KlinikImpetigo Krustosa

Tempat predileksi tersering pada impetigo krustosa adalah di wajah, terutama sekitar lubang hidung dan mulut, karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut. Tempat lain yang mungkin terkena, yaitu anggota gerak (kecuali telapak tangan dan kaki), dan badan, tetapi umumnya terbatas, walaupun penyebaran luas dapat terjadi (Boediardja, 2005; Djuanda, 2005).

Biasanya mengenai anak yang belum sekolah. Gatal dan rasa tidak nyaman dapat terjadi, tetapi tidak disertai gejala konstitusi. Pembesaran kelenjar limfe regional lebih sering disebabkan oleh Streptococcus.

Page 8: Askep Anna Yuniar 2

Manifestasi KlinikManifestasi KlinikImpetigo Krustosa

Kelainan kulit didahului oleh makula eritematus kecil, sekitar 1-2 mm. Kemudian segera terbentuk vesikel atau pustule yang mudah pecah dan meninggalkan erosi. Cairan serosa dan purulen akan membentuk krusta tebal berwarna kekuningan yang memberi gambaran karakteristik seperti madu (honey colour).

Lesi akan melebar sampai 1-2 cm, disertai lesi satelit disekitarnya. Lesi tersebut akan bergabung membentuk daerah krustasi yang lebar. Eksudat dengan mudah menyebar secara autoinokulasi(Boediardja, 2005).

Page 9: Askep Anna Yuniar 2

Manifestasi KlinikManifestasi KlinikImpetigo Bulosa

Tempat predileksi tersering pada impetigo bulosa adalah di ketiak, dada, punggung. Sering bersama-sama dengan miliaria. Terdapat pada anak dan dewasa. Kelainan kulit berupa vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter 0,5cm) kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan.

Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi berwarna keruh. Atap dari bulla pecah dan meninggalkan gambaran “collarette” pada pinggirnya. Krusta “varnishlike” terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah. Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh

(Yayasan Orang Tua Peduli, 1:2008).

Page 10: Askep Anna Yuniar 2

Manifestasi KlinikManifestasi KlinikImpetigo Bulosa

Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan itu dapat menyertai dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain. Lesi dapat lokal atau tersebar, seringkali di wajah atau tempat lain, seperti tempat yang lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher. Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening di dekat lesi.

Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah, diare. Jarang sekali disetai dengan radang paru, infeksi sendi atau tulang.(Yayasan Orang Tua Peduli, 1:2008).

Page 11: Askep Anna Yuniar 2

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Penunjang

Bila diperlukan dapat memeriksa isi vesikel dengan pengecatan gram untuk menyingkirkan diagnosis banding dengan gangguan infeksi gram negative.

Bisa dilanjutkan dengan tes katalase dan koagulase untuk membedakan antara Staphylococcus dan Streptococcus.

(Brooks, 332:2005).

Page 12: Askep Anna Yuniar 2

Diagnosis BandingDiagnosis Banding1. Dermatitis atopi: keluhan gatal yang berulang atau

berlangsung lama (kronik) dan kulit kering; penebalan pada lipatan kulit terutama pada dewasa (likenifikasi); pada anak seringkali melibatkan daerah wajah atau tangan bagian dalam.

2. Candidiasis (infeksi jamur candida): papul merah, basah; umumnya di daerah selaput lender atau daerah lipatan.

3. Dermatitis kontak: gatal pada daerah sensitive yang kontak dengan zat-zat yang mengiritasi.

4. Diskoid lupus eritematus: lesi datar(plak), batas tegas yang mengenai sampai folikel rambut.

5. Ektima: lesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus (luka dengan dasar dan dinding) dapat menetap selama beberapa minggu dan sembuh dengan jaringan parut bila infeksi sampai jaringan kulit dalam (dermis).

Page 13: Askep Anna Yuniar 2

Diagnosis BandingDiagnosis Banding6. Herpes simpleks: vesikel berkelompok dengan dasar

kemerahan yang pecah menjadi lecet tertutupi oleh krusta, biasanya pada bibir dan kulit.

7. Gigitan serangga: Terdapat papul pada daerah gigitan, dapat nyeri.

8. Skabies: Papula yang kecil dan menyebar, terdapat terowongan pada sela-sela jari, gatal pada malam hari.

9. Varisela: Vesikel pada dasar kemerahan bermula di badan dan menyebar ke tangan, kaki, dan wajah; vesikel pecah dan membentuk krusta; lesi terdapat pada beberapa tahap (vesikel, krusta) pada saat yang sama

(Cole, 3:2007).

Page 14: Askep Anna Yuniar 2

KomplikasiKomplikasi Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam 2

minggu walaupun tidak diobati. Komplikasi berupa radang ginjal pasca infeksi Streptococcus terjadi pada 1-5% pasien terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan antibiotic.Gejala berupa bengkak dan kenaikan tekanan darah, pada sepertiga terdapat urine seperti warna the. Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan walaupun gejala-gejala tadi muncul.

Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang (osteomielitis), radang paru-paru (pneumonia), selulitis, psoriasis, Staphylococcal scalded skin syndrome, radang pembuluh limfe atau kelenjar getah bening (Yayasan Orang Tua Peduli, 4:2008).

Page 15: Askep Anna Yuniar 2

Penatalaksanaan Penatalaksanaan

1. Terapi nonmedikamentosa Menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30

menit, disertai mengelupaskan krusta dengan handuk basah Mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat dengan

menutup daerah yang lecet dengan perban tahan air dan memotong kuku anak

Lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh Lakukan drainase pada bula dan pustule secara aseptic dengan

jarum suntik untuk mencegah penyebaran local Dapat dilakukan kompres dengan menggunakan larutan NaCl 0,9%

pada impetigo krustosa. Lakukan pencegahan seperti yang disebutkan pada point XI di

bawah

Page 16: Askep Anna Yuniar 2

Penatalaksanaan Penatalaksanaan

2. Terapi medikamentosa

a. Terapi topikal

Pengobatan topikal sebelum memberikan salep antibiotik sebaiknya krusta sedikit dilepaskan baru kemudian diberi salep antibiotik. Pada pengobatan topikal impetigo bulosa bisa dilakukan dengan pemberian antiseptik atau salap antibiotik (mupirocin, fusidic acid, ratapamulin, dan dicloxacilin).

(Djuanda, 57:2005).

Page 17: Askep Anna Yuniar 2

Penatalaksanaan Penatalaksanaan

2. Terapi medikamentosa

b. Terapi sistemik

1. Penisilin dan semisintetiknya (pilih salah satu)

2. Eritromisin (bila alergi penisilin)

3. Clindamisin (alergi penisilin dan menderita saluran cerna)

4. Penggunaan terapi antibiotik sistemik lainnya

Page 18: Askep Anna Yuniar 2

Pencegahan ImpetigoPencegahan Impetigo1. Cuci tangan segera dengan menggunakan air mengalir bila habis kontak

dengan pasien, terutama apabila terkena luka.

2. Jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita

3. Bersihkan dan lakukan desinfektan pada mainan yang mungkin bisa menularkan pada orang lain, setelah digunakan pasien

4. Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan, namun dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif)

5. Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap pendek dan bersih

6. Jauhkan diri dari orang dengan impetigo

7. Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari yang lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar matahari atau pengering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci dengan disinfektan.

8. Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang terinfeksi dan cuci tangan setelah itu.

Page 19: Askep Anna Yuniar 2

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITISASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Impetigo

Page 20: Askep Anna Yuniar 2

PengkajianPengkajian Identitas Penderita dan Orangtua

Mencakup: Nama, Jenis Kelamin, Umur, Suku, Agama, Pekerjaan, dan Alamat.

Keluhan UtamaMisalnya: luka garukan di regio lumbal posterior dekstra.

Riwayat Penyakit SekarangMisalnya: menurut ibu pasien, mulai 10 hari yang lalu pasien mengeluhkan gatal pada regio lumbal posterior dekstra, tanpa adanya keluhan gatal di daerah lain. Awalnya muncul vesikel, karena gatal lalu digaruk oleh pasien kemudian vesikel pecah dan menimbulkan kerak. Vesikel semakin lama semakin bertambah banyak dan menyebar. Pasien sudah dibawa berobat ke dokter, diberi salep dan tablet namun keluhannya tidak berkurang. Akhirnya pasien berobat ke RSUD.

Page 21: Askep Anna Yuniar 2

PengkajianPengkajian Riwayat Penyakit Dahulu

Misalnya: pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit KeluargaAda atau tidak keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.

Riwayat PengobatanTanyakan, apakah pernah berobat ke dokter umum? Apakah keluhan berkurang setelah diberi obat?

Riwayat AlergiKaji apakah pada riwayat alergi makanan atau obat atau jenis alergi lainnya.

Page 22: Askep Anna Yuniar 2

Pemeriksaan FisikPemeriksaan Fisik

Status GeneralisKesadaran : komposmentis

Keadaan Umum : baik

Kepala/Leher : dalam batas normal

Thorak cor : S1S2 tunggal, lain-lain dalam batas normal

Pulmo : Vesikuler, Rh-/-, Wh -/-,

lain-lain dalam batas normal

Abdomen : Soepel, bising usus (+),

lain-lain dalam bts normal

Ekstremitas : dalam batas normal

Genitalia : dalam batas normal

Page 23: Askep Anna Yuniar 2

Pemeriksaan FisikPemeriksaan Fisik

Status LokalisLokasi : regio lumbal dekstra bagian posterior

Efloresensi : Pada pemeriksaan didapatkan lesi kulit berupa

papula

berisi cairan keruh, tidak dikelilingi daerah eritematus,

selain itu juga ditemukan bekas bula yang pecah

berupa kulit yang eritematus dengan krusta tipis

kecoklatan pada bagian tepi.

Page 24: Askep Anna Yuniar 2

Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat:

1. Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan cedera mekanik (garukan pada kulit yang gatal)

2. Resiko penyebaran infeksi b/d daya tahan tubuh menurun, malnutrisi, proses inflamasi, dan prosedur infasif

3. Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder

4. Cemas b/d perubahan status kesehatan

5. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

Page 25: Askep Anna Yuniar 2

IntervensiIntervensiDiagnosa 1

Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan cedera mekanik (garukan pada kulit yang gatal)

Intervensi:

1. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar

2. Potong kuku dan jaga kebersihan tangan klien

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

4. Monitor kulit akan adanya kemerahan

5. Mandikan pasien dengan air hangat dan sabun (antiseptik)

6. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik topikal pada klien7. Beri pengetahuan pada klien agar jangan menggaruk lukanya

Page 26: Askep Anna Yuniar 2

IntervensiIntervensiDiagnosa 2

Resiko penyebaran infeksi b/d daya tahan tubuh menurun, malnutrisi, proses inflamasi, dan prosedur infasif

Intervensi:1. Monitor tanda dan gejala infeksi2. Monitor kerentanan terhadap infeksi3. Batasi pengunjung bila perlu4. Instruksikan pengunjung untuk cuci tangan saat berkunjung dan saat meninggalkan pasien5. Pertahankan lingkungan aseptic selama pengobatan berlangsung6. Berikan perawatan kulit pada area epidema7. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas8. Inspeksi kondisi luka9. Berikan terapi antibiotik bila perlu10.Ajarkan cara menghindari infeksi

Page 27: Askep Anna Yuniar 2

IntervensiIntervensiDiagnosa 3

Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder

Intervensi:

1. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan

khususnya

mengenai pikiran dan pandangan dirinya.

2. Dorong individu untuk bertanya mengenai masa

penanganan, perkembangan kesehatan

Page 28: Askep Anna Yuniar 2

IntervensiIntervensiDiagnosa 4

Cemas b/d perubahan status kesehatan

Intervensi:

1. Identifikasi kecemasan

2. Gunakan pendekatan yang menenangkan

3. Temani pasien untuk memberi keamanan dan mengurangi takut

4. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

5. Berikan informasi faktual tentang diagnosis, tindakan prognosis

6. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

Page 29: Askep Anna Yuniar 2

IntervensiIntervensiDiagnosa 5

Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan Intervensi: Ajarkan tentang proses penyakit

1. Tentukan tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit

2. Jelaskan patofisiologi penyakit, hubungkan dengan anatomi dan fisiologi

3. Jelaskan penyebab, tanda, gejala, dan proses penyakit

4. Sediakan informasi tentang kondisi pasien dan tindakan diagnostik

5. Gambarkan rasionalitas dari perawatan yang diberikan

6. Gambarkan komplikasi

7. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin pasien butuhkan

8. Diskusikan tentang pilihan perawatan

9. Sediakan waktu mengeksplorasi pendapat kedua

10. Gali sumber daya pendukung

11. Anjurkan pasien dan keluarga mengenali tanda gejala dan melaporkannya

12. Klarifikasi informasi yg diberikan tim kesehatan lain sebelum informasi diberikan

Page 30: Askep Anna Yuniar 2

EvaluasiEvaluasi

Evaluasi didasarkan pada kemajuan pasien dalam mencapai hasil akhir yang ditetapkan yaitu meliputi:

Kesejahteraan fisik pasien dipertahankan.

Pasien akan mengembangkan koping yang efektif.

Setiap anggota keluarga akan melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.

Perawat dapat yakin bahwa perawatan berlangsung efektif jika kesejahteraan fisik pasien dipertahankan.

Pasien dan keluarganya dapat mengatasi masalahnya secara efektif, dan setiap anggota keluarga dapat meneruskan pola pertumbuhan dan perkembangan yang sehat

Page 31: Askep Anna Yuniar 2

Asuhan Keperawatan pada Anak denganAsuhan Keperawatan pada Anak dengan

Diaper Rash / Ruam PopokDiaper Rash / Ruam Popok

Page 32: Askep Anna Yuniar 2

Pengertian Ruam PopokPengertian Ruam Popok Iritasi pada kulit bayi Ibu di daerah pantat. Bisa terjadi

jika ia popok basahnya telat diganti, popoknya terlalu kasar dan tidak menyerap keringat, infeksi jamur atau bakteri atau bahkan eksema.

Masalah kulit pada daerah genital bayi yang ditandai dengan timbulnya bercak-bercak merah dikulit, biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit sensitif dan mudah terkena iritasi. Bercak-bercak ini akan hilang dalam beberapa hari jika dibasuh dengan air hangat, dan diolesi lotion atau cream khusus ruam popok, atau dengan melepaskan popok beberapa waktu.

Gangguan yang lazim ditemukan pada bayi. Gangguan ini banyak mengenai bayi berumur kurang dari 15 bulan, terutama pada kisaran usia 8 – 10 bulan.

Page 33: Askep Anna Yuniar 2

EtiologiEtiologiRuam disebabkan oleh roseola dan erythema infectiosum (penyakit fith) adalah tidak berbahaya dan biasanya mereda tanpa pengobatan. Ruam disebabkan campak, rubella, dan cacar air menjadi tidak umum karena anak mendapatkan vaksin.

Beberapa faktor penyebab terjadinya ruam popok ( diaper rash, diaper dermatitis, napkin dermatitis ), antara lain:

Iritasi atau gesekan antara popok dengan kulit. Faktor kelembaban. Kurangnya menjaga hygiene. popok jarang diganti atau

terlalu lama tidak segera diganti setelah pipis atau BAB (feces).

Infeksi mikro-organisme (terutama infeksi jamur dan bakteri) Alergi bahan popok. Gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup

popok.

Page 34: Askep Anna Yuniar 2

Gejala KlinisGejala Klinis

Gejalanya antara lain ruam kemerahan atau lecet pada kulit di daerah yang ditutupi popok.

Selain itu, bayi biasanya terlihat rewel, terutama saat penggantian popok. Bayi juga mungkin menangis saat kulit di daerah yang ditutupi popok dicuci atau disentuh.

Terdapat bercak-bercak kemerahan pada daerah pantat karena iritasi popok.

Page 35: Askep Anna Yuniar 2

PatofisiologiPatofisiologi

Hampir semua bayi pernah mengalami ruam atau lecet karena pemakaian popok.

Lokasi yang sering terkena adalah bagian pantat, sekitar kemaluan, maupun paha.

Bahkan, jika bakteri yang terdapat dalam urine bayi Anda terurai menjadi amonia, ruam ini bisa bertambah parah. Tentu saja keadaan ini sangat tidak menyenangkan buat si kecil.

Page 36: Askep Anna Yuniar 2

PenatalaksanaanPenatalaksanaan Sering-seringlah mengganti popok. Jangan biarkan popok yang sudah

basah karena menampung banyak urin berlama-lama dipakai bayi. Kontak lama antara urin / tinja dengan kulit bayi bisa menimbulkan ruam popok.

Saat membersihkan bayi, tepuk daerah yang biasa ditutupi popok (bokong, paha, selangkangan, daerah genital bayi) secara perlahan dengan handuk bersih. Hindari menggosok-gosok dengan keras daerah tersebut.

Sesekali biarkan bokong bayi terbuka (tidak memasang popok) selama beberapa saat. Hal ini bisa menjaga daerah popok tetap kering dan bersih.

Hati-hati dalam memilih popok, beberapa jenis bahan popok dapat merangsang ruam popok. Jika terjadi, ganti popok merk lain yg lebih cocok.

Jika bayi anda memakai popok kain yang digunakan berulang kali, cucilah popok kain tersebut dengan deterjen yang formulanya tidak terlalu keras. Hindari memakai pelembut, karena pewangi dalam pelembut tersebut dapat mengiritasi kulit bayi. Pastikan bilas popok dengan baik agar deterjen tidak tertinggal di dalam popok.

Jangan memasang popok terlalu kuat. Usahakan ada ruang antara popok dengan kulit bayi.

Page 37: Askep Anna Yuniar 2

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITISASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Diaper Rash / Ruam Popok

Page 38: Askep Anna Yuniar 2

PengkajianPengkajian

Identitas pasien dan keluarga

Pola sensori

Pemeriksaan fisik(status kesehatan umum, pemeriksaan head to toe, pemeriksaan penunjang)

Pemeriksaan tanda-tanda vital

Riwayat penggunaan obat-obatan.

Page 39: Askep Anna Yuniar 2

Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan kulit / jaringan

2. Gangguan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit karena destruksi jaringan

3. Gangguan mobilitas fisik, kerusakan

Page 40: Askep Anna Yuniar 2

IntervensiIntervensiDiagnosa 1

Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan kulit / jaringan

Intervensi: Pastikan ibu mengganti popoknya secara rutin.

Rasional: supaya permukaan tidak dalam keadaan lembab/ basah.

Berikan tempat tidur ayunan secara indikasiRasional: peninggian linen dari luka membantu

menurunkan nyeri Membasuh pantat bayi dan mengeringkanya

Rasional: Untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit bayi

Melepas ppopok dan membiarkan kulitnya terkena anginRasional: Mempercepat penyembuhan ruam popok

Page 41: Askep Anna Yuniar 2

IntervensiIntervensiDiagnosa 2

Gangguan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit karenadestruksi jaringan.

Intervensi: Berikan perawatan ruam popok dengan tepat dan tindakan kontrol

infeksi.Rasional: menyiapkan jaringan baru dan menurunkan

infeksi.

Tinggikan area graft bila mungkinRasional: menurunkan pembengkakan / mengatasiresiko

pemisahan graft

Pantau kondisi luka yang terjadi akibat ruam popok.Rasional: memberikan informasi dasar tentang keb

penanaman kulit

Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci dan minyai dengan krim.Rasional: kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh

memerlukan perawatan khusus

Page 42: Askep Anna Yuniar 2

IntervensiIntervensiDiagnosa 3

Gangguan mobilitas fisik, kerusakan.

Intervensi: Pertahankan posisi tubuh tepat dan dukungan

Rasional: meningkatkan fungsional pada ekstremitas.

Lakukan rehabilitasi pada penerima.Rasional: akan lebih mudah membuat partisipasi

Berikan obat sebelum aktivitas/ latihanRasional: menurunkan kekuatan otot/ jaringan.

Bersihkan daerah luka dengan cepat.Rasional: eksisi dinidiket untuk menurunkan jaringan parut

serta resiko infeksi.

Page 43: Askep Anna Yuniar 2

EvaluasiEvaluasi

Keefektifan tindakan.

Peran anggota keluarga untuk membantu mobilisasi pasien.

Kepatuhan pengobatan dan mengefaluasi masalah baru yang kemungkinan muncul.

Page 44: Askep Anna Yuniar 2

Asuhan Keperawatan pada Anak denganAsuhan Keperawatan pada Anak dengan

MorbiliMorbili

Page 45: Askep Anna Yuniar 2

Pengertian MorbiliPengertian Morbili

Morbili penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak kopli.

Morbili penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi.

Page 46: Askep Anna Yuniar 2

EtiologiEtiologi

Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah sealma masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak.

Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus.

Cara penularan dengan droplet infeksi.

Page 47: Askep Anna Yuniar 2

EpidemiologiEpidemiologi Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan

kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita

morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili.

Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

Page 48: Askep Anna Yuniar 2

PatofisiologiPatofisiologiSecara sederhana dan dengan pembuatan pohon masalah, patofisiologi morbili dapat dijelaskan sebagai berikut :

Patologi Anatomi Pada organ limfoid dijumpai Hiperplasia folikuler yang nyata Sentrum germinativum yang besar Sel Warthin-Finkeldey Sel datia berinti banyak yang tersebar secara acak Sel ini memiliki nukleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam Sitoplasma Sel ini merupakan tanda patognomonik campa Pada bercak Koplik dijumpai: Nekrosis Neutrofil Neovaskularisasi

Page 49: Askep Anna Yuniar 2

Manifestasi KlinikManifestasi Klinik Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari

dan kemidian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium

Stadium kataral (prodormal)Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringa hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis.Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai.Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapandengan molar dibawah, tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi.Meski jarang, mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat karena diiringi demam tinggi mendadak disertai kejang-kejang dan pneumoni.Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.

Page 50: Askep Anna Yuniar 2

Manifestasi KlinikManifestasi Klinik Stadium erupsi

Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema / titik merah dipalatum durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “Black Measles” yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.

Stadium konvalesensiErupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri.Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi.Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi

Page 51: Askep Anna Yuniar 2

KomplikasiKomplikasi

Otitis media akut Pneumonia / bronkopneumoni Encefalitis Bronkiolitis Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis

Page 52: Askep Anna Yuniar 2

PencegahanPencegahan1. Imunusasi aktif Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah

dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.

Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.

2. Imunusasi pasif Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan, serum

stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.

Page 53: Askep Anna Yuniar 2

PengobatanPengobatanTerdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.

Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Darah Penetalaksanaan Teraupetik Pemberian vitamin A Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi Pemberian obat batuk dan sedativum

Page 54: Askep Anna Yuniar 2

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITISASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Morbili

Page 55: Askep Anna Yuniar 2

PengkajianPengkajianA. Identitas diri :

B. Riwayat Imunisasi

C. Kontak dengan orang yang terinfeksi

D. Pemeriksaan Fisik :

1) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia

2) Kepala : sakit kepala

3) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung (pada stad eripsi ).

4) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.

5) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam).

6) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum

7) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.

Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare

9) Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan

E. Keadaan Umum : Kesadaran, TTV

Page 56: Askep Anna Yuniar 2

Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:

1. Resiko penyebaran infeksi b/d organisme virulen

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d adanya batuk

3. Gangguan integritas kulit b/d adanya rash

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak memadai

5. Gangguan aktivitas diversional b/d isolasi dari kelompok sebaya

Page 57: Askep Anna Yuniar 2

IntervensiIntervensiDiagnosa 1

Resiko penyebaran infeksi bd/ organisme virulen

Intervensi: Tempatkan anak pada ruangan khusus Pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit Gunakan prosedur perlindugan infeksi jika melakukan

kontak dengan anak Mempertahankan istirahat selama periode prodromal

(kataral) Berikan antibiotik sesuai dengan order

Page 58: Askep Anna Yuniar 2

IntervensiIntervensiDiagnosa 2

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d adanya batuk

Intervensi: Mengkaji ulang status pernafasan (irama, edalaman, suara nafas,

penggunaan otot bantu pernafasan, bernafas melalui mulut) Mengkaji ulang tanda-tanda vital (denyut nadi, irama, dan frekuensi) Memberikan posisi tempat tidur semi fowler / fowler Membantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan

kemampaunnya Menganjurkan anak untuk banyak minum Memberikan oksigen sesuai dengan indikasi Memberikan obat-obatan yang dapat meningkatkan efektifnya jalan

nafas (seperti Bronkodilator, antikolenergik, dan anti peradangan)

Page 59: Askep Anna Yuniar 2

IntervensiIntervensiDiagnosa 3

Gangguan integritas kulit b/d adanya rash

Intervensi: Mempertahankan kuku anak tetap pendek, menjelaskan

kepada anak untuk tidak menggaruk rash Memberikan obat antipruritus topikal, dan anestesi

topikal Memberikan antihistamin sesuai order dan memonitor

efek sampingnya Memandikan klien dengan menggunakan sabun yang

lembut untuk mencegah infeksi Jika terdapat fotofobia, gunakan bola lampu yang tidak

terlalu terang di kamar klien Memeriksa kornea mata terhadap kemungkinan ulserasi

Page 60: Askep Anna Yuniar 2

IntervensiIntervensiDiagnosa 4

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak memadai

Intervensi: Kaji ketidakmampuan anak untuk makan Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak,

rencanakan memperbaiki status gizi saat selera makan anak meningkat. Berikan makanan yang disertai dengan supleman nutrisi untuk meningkatkan

kualitas intake nutrisi Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi melalui

oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar lengan,

membran mukosa) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik

porsi kecil tapi sering Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan

skala yang sama Mempertahankan kebersihan mulut anak Menjelaskan pentingya intake nutrisi yang memadai untuk penyembuhan

penyakit

Page 61: Askep Anna Yuniar 2

IntervensiIntervensiDiagnosa 5

Gangguan aktivitas diversional b/d isolasi dari kelompok sebaya

Intervensi: Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak

(permainan, keterampilan tangan, nonton televisi) Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan

stimulasi yang bervariasi bagi anak Melibatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih

aktivitas yang diinginkan Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di

rumah sakit, menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika memungkinkan

Page 62: Askep Anna Yuniar 2

EvaluasiEvaluasi

1. Perluasan infeksi tidak terjadi

2. Anak menunjukkan tanda-tanda pola nafas efektif

3. Anak dapat mempertahankan integritas kulit

4. Anak menunjukan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan nutrisi

5. Anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan selama menjalani isolasi dari teman sebaya atau anggota keluarga.

Page 63: Askep Anna Yuniar 2

Asuhan Keperawatan pada Anak denganAsuhan Keperawatan pada Anak dengan

RubellaRubella

Page 64: Askep Anna Yuniar 2

Pengertian RubellaPengertian Rubella Rubella (campak Jerman) Infeksi yang menyerang,

terutama, kulit dan kelenjar getah bening.

Disebabkan oleh virus rubella (berbeda dari virus yang menyebabkan campak), yang biasanya ditularkan melalui cairan yang keluar dari hidung atau tenggorokan.

Dapat ditularkan melalui aliran darah seorang wanita yang sedang hamil kepada janin yang dikandungnya. Karena penyakit ini tergolong penyakit ringan pada anak-anak, bahaya medis yang utama dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil, yang dapat menyebabkan sindrom cacat bawaan pada janin tersebut.

Page 65: Askep Anna Yuniar 2

Rubella dan Anak-AnakRubella dan Anak-Anak

Sebelum vaksin untuk melawan Rubella tersedia pada tahun 1969, epidemi rubella terjadi setiap 6 s.d. 9 tahun. Anak-anak dengan usia 5 - 9 menjadi korban utama dan muncul banyak kasus rubella bawaan. Sekarang, dengan adanya program imunisasi pada anak-anak dan remaja usia dini, hanya muncul sedikit kasus rubella bawaan.

Saat ini, sebagian besar infeksi rubella terjadi pada pria-wanita dewasa usia muda dan bukan pada anak-anak. Hal ini memicu bahaya laten yang mungkin akan berdampak pada anak-anak yang akan mereka miliki di masa datang.

Page 66: Askep Anna Yuniar 2

Tanda dan GejalaTanda dan Gejala Tanda dan gejala Infeksi rubella dimulai dengan demam ringan

selama 1 atau 2 hari (99 - 100 Derajat Fajrenheit atau 37.2 - 37.8 derajat celcius) dan kelenjar getah bening yang membengkak dan perih, biasanya di bagian belakang leher atau di belakang telinga. Pada hari kedua atau ketiga, bintik-bintik (ruam) muncul di wajah dan menjalar ke arah bawah. Di saat bintik ini menjalar ke bawah, wajah kembali bersih dari bintik-bintik. Bintik-bintik ini biasanya menjadi tanda pertama yang dikenali oleh para orang tua.

Ruam rubella dapat terlihat seperti kebanyakan ruam yang diakibatkan oleh virus lain. Terlihat sebagai titik merah atau merah muda, yang dapat berbaur menyatu menjadi sehingga terbentuk tambalan berwarna yang merata. Bintik ini dapat terasa gatal dan terjadi hingga tiga hari. Dengan berlalunya bintik-bintik ini, kulit yang terkena kadangkala megelupas halus.

Page 67: Askep Anna Yuniar 2

Tanda dan GejalaTanda dan Gejala Gejala lain dari rubella, yang sering ditemui pada remaja dan

orang dewasa, termasuk: sakit kepala, kurang nafsu makan, conjunctivitis ringan (pembengkakan pada kelopak mata dan bola mata), hidung yang sesak dan basah, kelenjar getah bening yang membengkak di bagian lain tubuh, serta adanya rasa sakit dan bengkak pada persendian (terutama pada wanita muda). Banyak orang yang terkena rubella tanpa menunjukkan adanya gejala apa-apa.

Ketika rubella terjadi pada wanita hamil, dapat terjadi sindrom rubella bawaan, yang potensial menimbulkan kerusakan pada janin yang sedang tumbuh. Anak yang terkena rubella sebelum dilahirkan beresiko tinggi mengalami keterlambatan pertumbuhan, keterlambatan mental, kesalahan bentuk jantung dan mata, tuli, dan problematika hati, limpa dan sumsum tulang

Page 68: Askep Anna Yuniar 2

Tanda dan GejalaTanda dan Gejala

Penularan Virus rubella menular dari satu orang ke orang lain melalui sejumlah kecil cairan hidung dan tenggorokan. Orang yang mengidap rubella sangat berpotensi menularkan virus tersebut dalam periode satu minggu sebelum sampai satu minggu sesudah ruam muncul. Seseorang yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala rubella tetap dapat menularkan virus tersebut.

Balita yang memiliki rubella bawaan dapat melepaskan virus tersebut melalui urin dan cairan hidung dan tenggorokan selama satu tahun atau lebih dan dapat menularkan virus terhadap orang yang belum terimunisasi.

Page 69: Askep Anna Yuniar 2

PencegahanPencegahan Pencegahan Rubella dapat dicegah dengan vaksin rubella. Imunisasi

rubella secara luas dan merata sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini, yang pada akhirnya dapat mencegah cacat bawaan/lahir akibat sindrom rubella bawaan.

Vaksin ini biasanya diberikan kepada anak-anak berusia 12 - 15 bulan dan menjadi bagian dari imunisasi MMR yang telah terjadwal. Dosis kedua MMR biasanya diberikan pada usia 4 - 6 tahun, dan tidak boleh lebih dari 11 - 12 tahun. Sebagaimana dengan imunisasi lainnya, selalu ada pengecualian tertentu dan kasus-kasus khusus. Dokter anak akan memiliki informasi yang tepat.

Vaksin rubella tidak boelh diberikan kepada wanita hamil atau wanita yang akan hamil dalam jangka waktu satu bulan sesudah pemberian vaksin. Wanita hamil yang tidak kebal terhadap rubella harus menghindari orang yang mengidap penyakit ini harus diberikan vaksinasi setelah melahirkan sehingga dia akan kebal terhadap penyakit ini di kehamilan berikutnya

Page 70: Askep Anna Yuniar 2

Masa InkubasiMasa Inkubasi

Periode inkubasi rubella adalah 14 - 23 hari, dengan rata-rata inkubasi adalah 16 - 18 hari.

Jangka waktu

Ruam rubella biasanya berlangsung selama 3 hari. Pembengkakan kelenjar akan berlangsung selama satu minggu atau lebih dan sakit persendian akan berlangsung selama lebih dari dua minggu. Anak-anak yang terkena rubella akan pulih dalam jangka waktu satu minggu sementara pada orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih.

Page 71: Askep Anna Yuniar 2

PenangananPenanganan Rubella tidak dapat ditangani dengan antibiotik karena AB tidak

dapat digunakan untuk mengatasi infeksi virus Wanita hamil yang terkena rubella harus segera menghubungi dokter spesialis.

Penanganan di rumah Rubella biasanya penyakit yang ringan, terutama pada anak-anak

dan hanya membutuhkan penanganan kecil di rumah. Awasi suhu badan anak dan hubungi dokter jika demamnya meninggi.

Untuk mengurangi keyidaknyamanan, balita dapat diberikan acetaminophen atau ibuprofen. Cegah penggunaan aspirin kepada anak-anak yang terkena infeksi virus karena penggunaan aspirin pada kasus tersebut dicurigai menyebabkan terjadinya sindrom Reye, yang dapat menyebabkan kegagalan hati dan kematian

Page 72: Askep Anna Yuniar 2

Asuhan Keperawatan pada Anak denganAsuhan Keperawatan pada Anak dengan

VariselaVarisela

Page 73: Askep Anna Yuniar 2

Pengertian VariselaPengertian Varisela Penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster (V-Z

virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya menganai anak, yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa makulopapular untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan keropeng (Thomson, 1986, p. 1483).

Varisela (cacar air) atau chickenpox adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa yang secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama dibagian sentral tubuh (Djuanda, 1993).

Page 74: Askep Anna Yuniar 2

EtiologiEtiologi

Penyebab dari varisela adalah virus varisela-zoster.

Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan timbulnya penyakit varisela, sedangkan reaktivasi (keadaan kambuh setelah sembuh dari varisela) menyebabkan herves zoster.

Page 75: Askep Anna Yuniar 2

Manifestasi KlinisManifestasi Klinis Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14-21 hari. Gejala

klinis mulai dari gejala prodromal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malese dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung timbul lagi vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.

Penyebarannya terutama didaerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran nafas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terjadi pembesaran kelenjar getah bening regional (lymphadenopathy regional). Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal.

Page 76: Askep Anna Yuniar 2

PatofisiologiPatofisiologi Varicella primer disebabkan oleh infeksi Varicella Zooster Virus, suatu

Herpes Virus. Penularan melalui inhalasi (droplet) atau kontak langsung dengan lesi di kulit penderita.

Infeksi biasanya terjadi dengan menembus selaput konjungtiva atau lapisan mukosa saluran napas atas penderita. Kemudian terjadi replikasi virus di limfonodi setelah dua sampai empat hari sesudahnya, dan diikuti viremia primer yang terjadi setelah empat sampai enam hari setelah inokulasi awal. Virus kemudian menggandakan diri di liver, spleen, dan organ lain yang memungkinkan.

Viremia kedua, ditandai dengan adanya partikel – partikel virus yang menyebar di kulit 14 sampai 16 hari sejak paparan awal, menyebabkan typical vesicular rash. Ensefalitis, hepatitis, atau pneumonia dapat terjadi pada saat itu.

Periode inkubasi biasanya berlangsung antara 10 sampai 21 hari. Pasien mampu menularkan penyakitnya sejak satu sampai dua hari sebelum muncul rash sampai muncul lesi yang mengeras, biasanya lima sampai enam hari setelah muncul rash pertama kali.

Page 77: Askep Anna Yuniar 2

PatofisiologiPatofisiologi Meskipun kebanyakan infeksi varicella menimbulkan kekebalan

seumur hidup, pernah dilaporkan infeksi ulangan pada anak yang sehat.

Hal lain yang harus dijelaskan, setelah infeksi primer VZV bertahan hidup dengan cara menjadi dormant di system saraf sensorik, terutama Geniculatum, Trigeminal, atau akar Ganglia Dorsalis dan dormant. Mekanisme imunologi host gagal menekan replikasi virus, namun VZV diaktifkan kembali jika mekanisme host gagal menampilkan virus. Kadang – kadang terjadi setelah ada trauma langsung. Viremia VZV sering terjadi bersama dengan herpes zoster. Virus bermigrasi dari akar saraf sensoris dan menimbulkan kehilangan sensoris pada dermatom dan rash yang nyeri dan khas.

Page 78: Askep Anna Yuniar 2

PenatalaksanaanPenatalaksanaan Pengobatan bersifat simtomatik dengan antipiretik dan

analgesik, untuk menghilangkan rasa gatal dapat diberikan sedativ. Secara lokal diberikan bedak yang ditambah dengan zat anti gatal (antipruritus) seperti menthol, kamfor dll, untuk mencegah pecahnya vesikel secara dini serta menghilangkan rasa gatal. Jika timbul infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika berupa salep dan oral.

Dapat pula diberikan obat-obat anti virus seperti asiklovir dengan dosisi 5 x 400 mg sehari selama 7 hari dengan hasil yang cukup baik. Selain itu dapat pula diberikan imunotimulator seperti isoprinosin. Satu tablet 500 mg. Dosisnya 50 mg/kg berat badan sehari, dengan dosisi maksimum 3000 mg sehari. Umumnya dosis untuk orang dewasa 6 x 1 tablet atau 4 x 1 tablet sehari. Lama pengobatan sampai penyakit membaik. Obat ini diberikan jika lama penyakitnya telah lebih 3 hari

Page 79: Askep Anna Yuniar 2

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITISASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Ensefalitis

Page 80: Askep Anna Yuniar 2

PengkajianPengkajian Gejala subyektif berupa keluhan nyeri kepala, anorexia

dan malese.

Pada kulit dan membran mukosa :Lesi dalam berbagai tahap perkembangannya : mulai dari makula eritematosa yang muncul selama 4-5 hari kemudian berkembang dengan cepat menjadi vesikel dan krusta yang dimulai pada badan dan menyebar secara sentrifubal kemuka dan ekstremitas. Lesi dapat pula terjadi pada mukosa, palatum dan konjunctiva.

Suhu : dapat terjadi demam antara 38°-39° C

Page 81: Askep Anna Yuniar 2

Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan integritas kulit b/d Trauma

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d kerusakan kulit / jaringan

3. Potensial penularan infeksi b/d kerusakan perlindungan kulit

4. Kurang pengetahuan b/d salah interpretasi informasi

Page 82: Askep Anna Yuniar 2

IntervensiIntervensiDiagnosa 1

Gangguan integritas kulit b/d Trauma

Intervensi: Anjurkan mandi secara teratur Hindari menggaruk lesi Gunakan pakaian yang halus/lembut

Page 83: Askep Anna Yuniar 2

IntervensiIntervensiDiagnosa 2

Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d kerusakan kulit / jaringan

Intervensi: Gunakan analgetik dan bedak antipruritus. Pertahankan suhu ruangan tetap sejuk dengan

kelembaban yang adekuat.

Page 84: Askep Anna Yuniar 2

IntervensiIntervensiDiagnosa 3

Potensial penularan infeksi b/d kerusakan perlindungan kulit

Intervensi: Lakukan isolasi (strict isolation) :

Prosedur strict isolation :

a. Ruangan tersendiri; pintu harus selalu tertutup. Klien yang terinfeksi karena organisme yang sama dapat ditempatkan dalam ruangan yang sama.

b. Gunakan masker, pakaian khusus, dan sarung tangan bagi semua orang yang masuk kedalam ruangan.

c. Selalu cuci tangan setelah menyentuh klien atau benda-benda yang kemungkinan terkontaminasi serta sebelum memberikan tindakan kepada klien lain.

d. Semua benda-benda yang terkontaminasi dibuang atau dimasukan kedalam tempat khusus dan diberi label sebelum dilakukan dekontaminasi atau diproses ulang kembali

Page 85: Askep Anna Yuniar 2

IntervensiIntervensiDiagnosa 4

Kurang pengetahuan b/d salah interpretasi informasi

Intervensi: Ajarkan pada orang tua dalam melakukan perawatan

terhadap anaknya di ruamah tentang hal-hal di atas.

Jelaskan bahwa demam dapat diatasi dengan melakukan tepid sponge bath.

Jealskan bahwa penggunaan medikasi harus sesuai dengan petunjuk dikter

Page 86: Askep Anna Yuniar 2

EvaluasiEvaluasiMasalah gangguan intebritas kulit dikatakan teratasi apabila :

Fungsi kulit dan membran mukosa baik dengan parut minimal. Krusta berkurang Suhu kulit, kelembaban dan warna kulit serta membran

mukosa normal alami

Tidak terjadi komplikasi dan infeksi sekunder Tidak terdapat kelainan neurologik Tidak terjadi kelainan respiratorik.

Suhu tubuh normal.

Page 87: Askep Anna Yuniar 2

SEKIANSEKIAN

TerimakasihTerimakasih