asia tenggara - present asteng myanmar kelompok

27
HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA “ SEANWFZ DAN DINAMIKA PROYEK PENGEMBANGAN SENJATA NUKLIR MYANMAR” Kelompok 2 : ISU KEAMANAN Chintia Pratiwi 0810851002 Siti Oktovani 0810852015 Amelia Khaira 0810852024 Nuzul Fithra Yesya 0810852031

Upload: sitioktovani-vn

Post on 21-Oct-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Nuklir Myanmar

TRANSCRIPT

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA

“ SEANWFZ DAN DINAMIKA PROYEK PENGEMBANGAN

SENJATA NUKLIR MYANMAR” Kelompok 2 :

ISU KEAMANANChintia Pratiwi 0810851002Siti Oktovani 0810852015Amelia Khaira 0810852024

Nuzul Fithra Yesya 0810852031

Latar Belakang

Rumusan Masalah

PEMBAHASAN

SEJARAH DAN DINAMIKA MUNCULNYA KAWASAN

BEBAS NUKLIR ASIA TENGGARA

(SEANWFZ – SOUTHEAST ASIAN NUCLEAR WEAPONS

FREE ZONE TREATY)

Deklarasi ZOPFAN - Zone of Peace, Freedom And Neutrality Declaration yang ditandatangani di Kuala Lumpur tahun 1971.

Pedoman pelaksanaan ZOPFAN dirumuskan lebih lanjut pada April 1972. Traktat Persahabatan dan Kerjasama (Treaty Of Amity And Cooperation/TAC) salah satu instrumen penting dalam upaya mewujudkan ZOPFAN dan menciptakan stabilitas politik dan keamanan di kawasan Asia Tenggara adalah TAC.

Prinsip -prinsip yang terkandung di dalam TAC juga tercermin di dalam Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) antara lain prinsip ‘non-interference’ dan penggunaan cara-cara damai dalam menyelesaikan konflik yang timbul diantara negara-negara penandatangan TAC.

cont’ Komponen utama dari ZOPFAN yang dituju oleh

ASEAN adalah pembentukan SEANWFZ

SEANWFZ merupakan suatu kesepakatan di

antara sepuluh negara anggota ASEAN untuk

mengamankan kawasan Asia Tenggara dari

penggunaan nuklir.

Ditandatangani pada Desember 1995, dan

mulai berlaku pada 27 Maret 1997.

SEANWFZ mewajibkan negara - negara anggota untuk tidak

mengembangkan, memproduksi, atapun membeli, serta

mempunyai atau menguasai senjata nuklir, pangkalan senjata

nuklir, ataupun melakukan uji coba atau menggunakannya

baik di dalam maupun diluar kawasan Asia Tenggara.

Selain itu, negara tidak diperbolehkan meminta ataupun

menerima bantuan berkenan dengan nuklir oleh negara

manapun dan juga tidak menyediakan sumber daya atau

material khusus ataupun perlengkapan kepada negara

persenjataan non nuklir dimanapun juga (non nuclear weapon

state-NNWS), terkecuali negara tersebut telah memenuhi

perjanjian keselamatan dengan The International Atomic

Energy Agency.

Traktat SEANWFZ ini disertai protokol yang merupakan suatu

legal instrument mengenai komitmen negara ASEAN dalam

upayanya memperoleh jaminan dari negara yang memiliki

senjata nuklir (Nuclear Weapon State/NWS) bahwa mereka akan

menghormati Traktat SEANFWZ dan tidak akan menyerang

negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

Upaya-upaya negara anggota ASEAN untuk memperjuangkan

traktat SEANWFZ di tingkat internasional salah satunya adalah

dengan diakuinya traktat tersebut melalui resolusi Majelis Umum

PBB pada tanggal 10 Januari 2008 dengan nomor A/Res/62/31

dengan perolehan suara 174 negara mendukung termasuk Rusia

dan China sebagai negara anggota Dewan Keamanan PBB, 1

negara menolak yaitu Amerika Serikat dan 5 negara abstain

yaitu Inggris, Perancis, Israel, Palau dan Micronesia.

SEANWFZ dan Nuklir Myanmar Hingga saat ini, pemerintah Myanmar

masih bersikukuh bahwa negaranya tidak sedang mengembangkan proyek senjata nuklir, dan berdalih hanya menggunakan nuklir untuk tujuan damai

Negara-negara ASEAN berupaya untuk membawa Myanmar ke meja perundingan dan menjelaskan bahwa masalah nuklir Myanmar bukan hanya masalah internal negaranya saja, namun juga menyangkut keamanan kawasan Asia Tenggara.

DINAMIKA PENGEMBANGAN

KAPASITAS NUKLIR MYANMAR

Perjanjian Non-proliferasi senjata nuklir (NPT) yang

ditandatangani oleh Myanmar pada tahun 1992 merupakan instrumen legal utama yang

mengatur negara-negara yang mengembangkan kapasitas nuklirnya.

Berdasarkan mandat NPT, Myanmar menandatangani

sebuah Regional Cooperative Agreement dengan IAEA

tahun 1995. Akibatnya NPT mengharuskan Myanmar

untuk menginformasikan kepada IAEA tentang rencana

pembangunan reaktor nuklir, serta menginzinkan

inspeksi IAEA untk aktifitas verifikasi. Selain itu,

Myanmar juga menandatangani perjanjian Southeast

Asia Nuclear Weapon-Free Zone di tahun 2005.

Pada awalnya reaktor nuklir ini tujuannya damai, yaitu

untuk pembangkit tenaga listrik dari tenaga nuklir.

Setelah IAEA melakukan inspeksi ke Myanmar pada

Desember 2001 untuk mengevaluasi rencana reaktor

Myanmar, IAEA menyimpulkan bahwa Myanmar tidak

memenuhi standar keamanan pendirian reaktor nuklir..

Awal tahun 2005, Amerika Serikat dan beberapa negara lain

mulai mengkhawatirkan teknologi nuklir Burma yang

diperoleh dari Korea Utara (konfirmasi Wiki Leaks).

Pada Mai 2010, seorang tentara Myanmar, Sai Thein Win

membeberkan berupa dokumen dan foto-foto instalasi militer

Myanmar kepada Democratic Voice of Burma (DVB).

kemudian Robert E Kelley, seorang ilmuwan nuklir Amerika

Serikat yang juga merupakan mantan direktur di international

Atomic Energy Agency (IAEA) menganalisa bukti tersebut.

Dan kemudian melaporkan hasil investigasinya terkait

dugaan upaya Junta Militer Burma untuk mengembangkan

senjata nuklir. Menurut Kelley, Myanmar tengah menambang

uranium, bukan untuk keperluan media, atau pembangkit

listrik tetapi kemungkinan untuk senjata nuklir.

Peta Burma yang Menunjukkan Lokasi Reaktor dan Tambang Uranium

Walaupun Myanmar memiliki kemampuan untuk

pengembangan senjata nuklir, penggunaannya oleh

Myanmar lebih pada tujuan defensif seperti Korea Utara.

Menurut seorang pengamat pertahanan dan peneliti asal

Burma, Maung Zarni, program Nuklir Burma ini

merupakan ambisi dari junta militer sebagai pertahanan

luar negeri.

Sebelum hasil investigasi Kelley, kerjasama antara

Myanmar dan Korea Utara telah terbentuk, yaitu

kerjasama militer Myanmar dengan Perusahaan

perdagangan Namchongang.

Nuklir  Myanmar dikelola oleh Directorate

of Defence Services Science and

Technology Research Center (DDSSTRC)

yang terletak di Mei Myo .

DDSSTRC merupakan lembaga yang

bertanggung jawab atas program

pembangunan reaktor nuklir, pengayaan

uranium, dan membangun senjata nuklir.

Respon dan Dampak Nuklir

Myanmar Terhadap ASEAN

Menuju ASEAN Security

Community 2015

Proyek pengembangan senjata nuklir Myanmar sejatinya mengancam upaya integrasi keamanan yang coba dibangun ASEAN dalam kerangka ASEAN Political Security Community 2015.

Negara-negara yang tergabung dalam SEANWFZ tentu akan merasa terancam, dan pada akhirnya akan mengurangi legitimasi ASEAN sebagai organisasi regional di Asia Tenggara. Selain itu, penanganan reaktor yang tidak tepat juga akan akan membahayakan keamanan negara disekitarnya.

PENUTUP

Adanya indikasi bahwa Myanmar sedang menyiagakan persenjataan nuklir dengan bantuan negara di luar kawasan Asia Tenggara – Rusia dan Korea Utara, menimbulkan kekhawatiran bagi banyak pihak, tidak hanya di tingkat regional namun juga tingkat global.

Kebijakan ini telah melanggar prinsip dan tujuan kesepakatan Kawasan Bebas Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ – South East Asia Nuclear Weapon Free Zone)

Pengembangan senjata nuklir yang disinyalir secara diam-diam dikembangkan oleh negara akan menimbulkan ancaman khususnya di kawasan Asia Tenggara, seperti ketidakstabilan politik - keamanan, dan juga akan menghambat terwujudnya ASEAN Security Community 2015 yang menginginkan terciptanya suasana bebas nuklir di kawasan Asia Tenggara.

Saran Lambatnya respon serta upaya ASEAN sebagai

institusi regional di kawasan Asia Tenggara dalam menanggapi isu proliferasi nuklir di Myanmar sebagai bukti lemahnya ASEAN sebagai sebuah institusi regional di Kawasan Asia Tenggara.

Prinsip ‘non-intervensi’ yang dianut ASEAN menjadi salah satu dilemma yang menyebabkan ASEAN tidak mampu menangani permasalahan domestik suatu negara secara maksimal, sehingga menghambat kinerja ASEAN dalam menyelesaikan konflik di kawasan pada tingkat Regional, seperti dalam kasus Indikasi Pengembangan Nuklir di Myanmar.

Indonesia sebagai Ketua ASEAN harus mampu mendesak pemerintah Myanmar untuk mengkonfirmasi keberadaan proyek senjata nuklirnya, sehingga ASEAN mampu mengambil langkah yang tepat dan tegas untuk menyelesaikan masalah ini.

THANK YOu^^

END OF PRESENTATION