asi eksklusif, susu formula dan diare

53
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1. Definisi ASI a. Air susu ibu (ASI) merupakan suspensi lemak dan protein dalam larutan karbohidrat-mineral. ASI adalah makanan ideal untuk neonatus. ASI memberikan nutrien yang spesifik usia serta faktor imunologis dan substansi antibakteri. ASI juga mengandung faktor-faktor yang berperan sebagai sinyal biologis untuk meningkatkan pertumbuhan sel dan diferensiasi. (Varney, 2007). b. ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang diseksresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang tersedia setiap saat, siap disajikan dalam suhu kamar dan bebas dari kontaminasi. (Mulyani, 2013) 2.1.2. Definisi ASI Eksklusif a. ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, 7

Upload: maulanapratama

Post on 19-Nov-2015

58 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Pengertian Susu Formula

TRANSCRIPT

39

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Susu Ibu (ASI)1. 2. 2.1. 2.1.1. Definisi ASIa. Air susu ibu (ASI) merupakan suspensi lemak dan protein dalam larutan karbohidrat-mineral. ASI adalah makanan ideal untuk neonatus. ASI memberikan nutrien yang spesifik usia serta faktor imunologis dan substansi antibakteri. ASI juga mengandung faktor-faktor yang berperan sebagai sinyal biologis untuk meningkatkan pertumbuhan sel dan diferensiasi. (Varney, 2007). b. ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang diseksresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang tersedia setiap saat, siap disajikan dalam suhu kamar dan bebas dari kontaminasi. (Mulyani, 2013)2.1.2. Definisi ASI Eksklusifa. ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2013). b. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa pemberian makan tambahan lain pada umur 0-6 bulan. Ini berarti bayi tidak diberi air putih, teh, minuman ramuan, cairan lain, maupun makanan selama 6 bulan pertama usianya. (Maryunani, 2012)2.1.3. Macam-macam ASIASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu, kolostrum, air susu transisi dan air susu matur. Komposisi ASI hari 1-4 (kolostrum), Selama kehamilan, estrogen dan progesteron memicu pertumbuhan alveolus dan duktus, serta merangsang seksresi kolostrum. Kolostrum telah ada sejak minggu ke-16 pada masa kehamilan. (Fraser, 2004). Berbeda dengan ASI hari ke 5-10 (transisi) dan ASI matur. 1) KolostrumKolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mammae yang mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mammae, sebelum dan segera sesudah melahirakan. Kolostrum berwarna kekuning-kuningan. Banyak mengandung protein, antibody (kekebalan tubuh), dan immunoglobin. Kolostrum berfungsi sebagai perlindungan terhadap infeksi pada bayi. 2) Air Susu Transisi/ PeralihanASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Pada ASI peralihan kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi. Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya. 3) Air Susu MaturASI matur disekresikan pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih kekuning-kuningan, karena mengandung casineat, riboflaum, dan karotin. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. ASI matur merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi. (Maryunani, 2012)

Menurut Maryunani (2012) komposisi ASI dapat di bedakan sebagai berikut :

AIR LEMAKPROTEINPROTEIN AIR AIRLAKTOSAPROTEIN LEMAK LEMAKLAKTOSALAKTOSAGambar 2. 1 Perbedaan kolostrum, ASI transisi dan ASI maturSumber : Maryunani A. Inisiasi menyusu dini, asi eksklusif dan manajemen laktasi. Jakarta: Trans Info Medika; 2012.

2.1.4. Kandungan ASI1) Lemak dan Asam LemakSembilan puluh delapan persen lemak dalam ASI terdapat dalam bentuk trigliserida: tiga asam lemak yang terjalin menjadi satu molekul gliserol. Sejauh ini, lebih dari 100 asam lemak telah teridentifikasi, kira-kira 46% adalah lemak jenuh dan 54% adalah lemak tidak jenuh. Pada beberapa tahun belakangan, terdapat suatu ketertarikan besar-besaran terhadap kandungan asam lemak tidak jenuh dalam ASI, khususnya jenis rantai panjang polyunsaturated (LC-PUFA, long chain-polyunsaturated variety), karena perannya dalam perkembangan otak dan pembentukan mielin. Dua diantaranya, asam arakadonik (AA, arachadonic acid) dan asam dokosaheksanoik (DHA, docosahexanoic acid) tampak berperan penting dalam perkembangan retina dan korteks penglihatan pada bayi baru lahir. Lemak juga mampu memenuhi lebih dari 50% kebutuhan kalori bayi. Lemak dimanfaatkan secara cepat karena ASI itu sendiri mengandung enzim yang dibutuhkan (lipase yang dirangsang garam empedu) untuk mencerna lemak, tetapi dalam bentuk yang hanya aktif jika mencapai usus bayi. Tidak terdapat banyak lipase pankreatis dalam tubuh bayi baru lahir sehingga bayi yang tidak mengkonsumsi ASI kurang dapat mencerna lemak. 2) KarbohidratKomponen karbohidrat dalam ASI kaya laktosa, yang menyediakan sekitar 40% kebutuhan kalori untuk bayi. Laktosa diubah menjadi galaktosa dan glukosa oleh enzim laktase, dan gula ini memberikan energi untuk pertumbuhan otak yang sangat cepat. Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium dan juga mendorong pertumbuhan laktobasilus, yang meningkatkan keasaman usus sehingga dapat mengurangi pertumbuhan organisme patogen. 3) ProteinASI mengandung lebih sedikit protein daripada air susu jenis mamalia lain, dan hal ini menyebabkan tampilan ASI yang lebih bening. ASI didominasi oleh whey (whey terutama tersusun atas laktalbumin alfa) dan membentuk kepala susu yang lembut dan menggumpal ketika terjadi pengasaman dalam lambung. Bayi yang diberi ASI lebih sedikit menghadapi masalah alergi daripada bayi yang diberi susu buatan. Hal ini mungkin disebabkan mukosa usus bayi bersifat permeabel terhadap protein sebelum usia 6-9 bulan, sedangkan protein dalam susu sapi bersifat alergen. Secara khusus, laktoglobulin beta sapi, yang tidak memiliki unsur protein ASI, mampu menimbulkan respons antigenik pada bayi atopik. 4) Vitamina) Vitamin larut lemakVitamin A. Vitamin ini terdapat dalam ASI dalam bentuk retinol, retinil ester, dan beta karoten. Kolostrum mengandung dua kali jumlah yang terdapat dalam ASI matur, dan unsur inilah yang menjadikan kolostrum berwarna kuning. Vitamin D. Nama ini diberikan untuk dua senyawa yang larut lemak: kalsiferol (vitamin ) dan kolekasiferol (vitamin ). vitamin berperan penting dalam metabolisme kalsium dan fosfor di tubuh dan mencegah riketsia pada anak-anak. Vitamin E. Meskipun vitamin ini terdapat dalam ASI, perannya masih kurang jelas. Tampaknya vitamin ini mencegah oksidisasi asam lemak polyunsaturated dan mencegah beberapa jenis anemia yang rentan dialami oleh bayi prematur. Vitamin K. Vitamin ini (83%-nya terdapat dalam bentuk alfa tokoferol), penting untuk sintesis faktor pembekuan darah. Vitamin ini terdapat dalam ASI dan diserap secara efisien. Karena vitamin ini larut dalam lemak, konsentrasinya jauh lebih besar dalam kolostrum dan hindmilk berlemak tinggi. b) Vitamin larut airZat besi. Bayi aterm normal biasanya lahir dengan kadar hemoglobin tinggi (16-22gr/dl), yang berkurang dengan cepat setelah lahir. Zat besi yang diperoleh dari pemecahan hemoglobin digunakan kembali. Bayi tersebut juga memiliki persediaan zat besi dalam jumlah banyak, cukup untuk setidaknya 4-6 bulan. Meskipun jumlah zat besi yang terkandung lebih sedikit dari yang terdapat dalam susu formula, bioavailabilitas zat besi dalam ASI jauh lebih tinggi: 70% zat besi dalam ASI dapat diserap, sedangkan hanya 10% jumlah zat besi yang dapat diserap dlam susu formula. Seng. Defisiensi meniral kelumit ini dapat menyebabkan kegagalan bertumbuh dan lesi kulit tipikal. Meksipun seng lebih banyak terdapat pada susu formula dibanding ASI, bioavailabilitasnya lebih besar pada ASI. Bayi yang diberi ASI mampu mempertahankan kadar seng dalam plasma tetap tinggi dibanding bayi yang diberi susu formula, bahkan meskipun konsentrasi seng yang terdapat di dalamnya tiga kali lebih banyak daripada ASI. 5) Mineral lainASI memiliki kadar kalsium, fosfor, natrium, dan kalium yang lebih rendah daripada susu formula. Tembaga, kobalt, dan selenium terdapat dalam kadar yang lebih tinggi. Semakin tinggi bioavailabilitas mineral dan unsur kelumit ini, dipastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi dan pada saat yang bersamaan, juga menumbulkan beban penyerapan yang lebih rendah pada ginjal neonatus daripada susu pengganti ASI. 6) Faktor anti-infeksia) LeukositSelama sepuluh hari pertama, terdapat jumlah sel darah putih per mililiter yang lebih banyak dalam ASI daripada dalam darah. Makrofag dan neutrofil merupakan leukosit yang paling banayk ditemukan dalam ASI, dan leukosit tersebut mengelilingi dan menghancurkan bakteri berbahaya lewat aktivitas fagositik. b) ImunoglobulinAda lima tipe imunoglobulin yang telah teridentifikasi dalam ASI: IgA, IgG, IgE, IgM, dan IgD. Dari semuanya, yang terpenting adalah IgA, yang tampak disintesis dan disimpan dalam payudara. Meskipun sejumlah IgA diserap oleh bayi, sebagian besar tidak diserap. Fungsi lainnya adalah melapisi epitelium lambung dan melindungi permukaan mukosa dari masuknya bakteri patogen dan enterovirus. Selain itu, memberi perlindungan terhadap Escherichia coli (E. coli), salmonela, shigela, streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, poliovirus dan rotavirus. c) LisozimLisozim membunuh bakteri dengan cara merusak dinding selnya. Konsentrasi lisozim meningkat seiring dengan lamanya laktasi. d) LaktoferinLaktoferin berikatan denagn zat besi dalam usus sehingga mencegah E. coli yang berpotensi patogen mendapatkan zat besi untuk bertahan hisup. Laktoferin juga memiliki aktivitas antivirus (terhadap HIV, CMV, dan HSV), dengan mengganggu penyerapan atau penetrasi virus, atau keduanya. e) Faktor bifidusFaktor bifidus pada ASI meningkatkan pertumbuhan basiluz Gram positif yang terdapat dalam flora usus, khususnya Lactobasillus bifidus, yang melemahkan perkembangbiakan patogen. (Bayi yang diberi susu formula yang berasal dari susu sapi lebih berpotensi untuk mempunyai basilus patogen dalam flora ususnya). (Fraser, 2009)2.1.5. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif1) Manfaat ASI bagi bayi a) Dapat memulai kehidupannya dengan baikBayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas. Jika dibandingkan ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI dan laktasi dengan ibu yang tidak diberikan penyuluhan, umumnya ibu yang diberi penyuluhanlah yang banyak memiliki bayi dengan kenaikan berat badan yang baik setelah lahir (pada minggu pertama kelahiran). Alasannya adalah karena ibu-ibu yang tidak diberi penyuluhan, kurang mengetahui tentang ASI dan manfaatnya. b) Mengandung AntibodyBayi yang baru lahir secara alamiah mendapat immuno-globulin (zat kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta. Tetapi, kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun segera kelahirannya. Badan bayi baru lahir akan memproduksi sendiri immunoglobulin secara cukup saat mencapai usia sekitar 4 bulan. Pada saat kadar immunoglobulin bawaan dari ibu menurun dan yang dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan tersebut hanya dapat dihilangkan atau dikurangi dengan pemberian ASI. ASI merupakan cairan yang mengandung kekebalan atau daya tahan tubuh sehingga dapat menjadi pelindung bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur. Mekanisme pembentukan antibody pada bayi adalah sebagai berikut: apabila ibu mendapat infeksi maka tubuh ibu akan membentuk antybodi dan disalurkan dengan bantuan jaringan limfosit. Antibody di payudara disebut mammae associated immunocompetent lymphoid tissue (MALT). Kekebalan terhadap penyakit saluran pernafasan yang ditransfer disebut Broncus associated immunocompetent lymphoid tissue (BALT) dan untuk penyakit saluran pencernaan ditransfer melalui Gut associated immunocompetent lymphoid tissue (GALT). c) ASI mengandung komposisi yang tepatDimaksud dengan ASI mengandung komposisi yang tepat adalah karena ASI berasal dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama. ASI merupaka sumber gizi yang sangat ideal, berkomposisi seimbang, dan secara alami disesuaikan dengan kebutuhan masa pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas dan kuantitasnya. Dengan mencukupi kebutuhan tumbuh bayi hingga usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai mendapatkan makanan pendamping ASI seperti buah-buahan (pisang, pepaya, jeruk, tomat dan alpukat) ataupun makanan lunak dan lembek (bubur susu dan nasi tim) karena pada usia ini kebutuhan bayi akan zat gizi menjadi semakin bertambah dengan pertumbuhan dan perkeembangan bayi sedangkan produksi ASI semakin menurun. Tetapi walaupun demikian pemberian ASI juga jangan dihentikan, ASI dapat terus diberikan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. d) Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayiHubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun social yang lebih baik. Hormon yang terdapat dalam ASI juga dapat memberikan rasa kantuk dan rasa nyaman. Hal ini dapat membantu menenangkan bayi dan membuat bayi tertidur dengan pulas. Secara psikologis menyusui juga baik bagi bayi dan meningkatkan ikatan dengan ibu. e) Terhindar dari alergiPada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan merangsang aktivitas sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi. f) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayiLemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf. Menyusui juga membantu perkembangan otak. Bayi diberi ASI rata-rata memiliki IQ 6 poin lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula. (Wiji, 2013)2) Manfaat ASI untuk ibua) ASI eksklusif adalah diet alami bagu ibuAdengan memberikan ASI eksklusif, berat badan ibu yang bertambah selama hamil, akan segera kembali mendekati berat semula. Naiknya hormon oksitosin selagi menyusui, menyebabkan kontraksi semua otot polos, termasuk otot-otot uterus. b) Mengurangi tresiko anemiaPada saat pemberian ASI, otomatis risiko perdarahan pasca-bersalin berkurang. Perlu diketahui, perdarahan yang berlangsung dalam tenggang waktu lama merupakan salah satu penyebab anemia. Dengan demikian, memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti mengurangi risiko perdarahan. (Maryunani, 2012)c) Aspek kontrasepsiIbu mungkin tidak menyadari bahwa ASI yang ibu berikan dengan cara menyusui dapat memberikan aspek kontrasepsibagi ibu. Hal ini dapat terjadi karena hisapan mulut bayi pada puting susu ibu merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi. Menjarangkan kehamilan pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali. Tapi jika ibu sudah mengalami menstruasi maka ibu diwajibkan untuk menggunakan alat kontrasepsi lain karena ASI yang diharapkan sebagai alat kontrasepsi sudah dianggap gagal dengan adanya tanda menstruasi. d) Aspek kesehatan ibuIsapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui. Selain itu, mencegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara eksklusif. Penelitian membuktikan bahwa ibu yang memberikan ASI secara eksklusif memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil daripada yang tidak menyusui secara eksklusif. e) Ungkapan kasih sayangMenyusui juga merupakan ungkapan kasih sayang nyata dari ibu kepada bayinya. Hubungan batin antara ibu dan bayi akan terjalin erat karena saat menyusui bayi menempel pada tubuh ibu dan bersentuhan antar kulit. Bayi juga bisa mendengarkan detak jantung ibu, merasakan kehangatan sentuhan kulit ibu dan dekapan ibu. f) Ibu sehat, cantik dan ceriaKetika menyusui, pengeluaran hormon muda bertambah, menyebabkan ibu dalam masa menyusui tidak ada kerepotan terhadap masalah menstruasi, pada masa ini juga mengurangi kemungkinan terjadinya kehamilan diluar rencana. Menyusui setelah melahirkan dapat mempercepat pemulihan kepadatan tulang, mengurangi kemungkinan menderita osteoporosis (keropos tulang) setelah masa menopause. (Wiji, 2013)3) Manfaat ASI untuk keluargaa) Aspek ekonomiASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Kecuali itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat. b) Aspek psikologisKebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

c) Aspek kemudahanMenyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang lain. (Ambarwati, 2010)4) Manfaat ASI untuk Negaraa) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayiAdanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. b) Menghemat devisa negaraASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8, 6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula. c) Mengurangi subsidi untuk rumah sakitSubsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapatkan susu formula. d) Peningkatan kualitas generasi penerusAnak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin. (Ambarwati, 2010)2.1.6. Hal-hal Yang Memengaruhi Produksi ASIPada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1) Makanan IbuProduksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas/hari. 2) Ketenangan Jiwa dan FikiranProduksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang. 3) Penggunaan Alat KontrasepsiPada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi produksi ASI. 4) Perawatan PayudaraDengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise untuk mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi dan hormon oxytocin. 5) Anatomis Buah DadaBila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobulus pun berkurang. Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan berkurang.

6) FisiologiTerbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolaktin ini merupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu. 7) Faktor IstirahatBila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang. 8) Faktor Isapan anakBila ibu menyusu anak segera jarang dan berlangsung sebentar maka hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang. 9) Faktor obat-obatanDiperkirakan obat-obatan yang mengandung hormon mempengaruhi hormon prolaktin dan oxytocin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu dengan senirinya akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI. (Ambarwati, 2010)2.1.7. Refleks Menyusui Pada IbuTiga refleks maternal utama sewaktu menyusui ialah sekresi prolaktin, ereksi puting susu, dan refleks let-down. a) Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu. Stimulus isapan bayi mengirim pesan ke hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior untuk melepas prolaktin, suatu hormon yang meningkatkan produksi susu oleh sel-sel alveolar kelenjar mamaria. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi menghisap. b) Refleks ereksi puting susu ini membantu propulsi susu melalui sinus-sinus laktiferus ke pori-pori puting susu. c) Refleks let-down akibat stimulus isapan, hipotalamus melepas oksitosin dari hipofisis posterior. Stimulus oksitosin membuat sel-sel mioepitel di sekitar alveoli di dalam kelenjar mamaria berkontraksi. Kontraksi sel-sel yang menyerupai otot ini menyebabkan susu keluar melalui sistem duktus dan masuk ke dalam sinus-sinus laktiferus, dimana susu tersedia untuk bayi. Banyak ibu mengalami refleks let-down hanya karena berpikir tentang bayinya atau mendengar bayi lain menangis. Refleks let-down dapat terjadi selama aktivitas seksual karena oksitosin dilepas selama orgasme. (Bobak, 2004)

2.2 Susu formula2.2. 2.2.1. Pengertian Susu formulaSusu formula menurut WHO (2004) yaitu susu yang diproduksi oleh industri untuk keperluan asupan gizi yang diperlukan bayi. Susu formula kebanyakan tersedia dalam bentuk bubuk. Perlu dipahami susu cair steril sedangkan susu formula tidak steril.Pemberian susu formula diindikasikan untuk bayi yang karena sesuatu hal tidak mendapatkan ASI atau sebagai tambahan jika produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi. Penggunaan susu formula ini sebaiknya meminta nasehat kepada petugas kesehatan agar penggunaannya tepat (Nasar, dkk, 2005).Walaupun memiliki susunan nutrisi yang baik, tetapi susu sapi sangat baik hanya untuk anak sapi, bukan untuk bayi. Oleh karena itu, sebelum dipergunakan untuk makanan bayi, susunan nutrisi susu formula harus diubah hingga cocok untuk bayi. Sebab, ASI merupakan makanan bayi yang ideal sehingga perubahan yang dilakukan pada komposisi nutrisi susu sapi harus sedemikian rupa hingga mendekati susunan nutrisi ASI (Khasanah, 2011).

2.2.2. Jenis Susu FormulaAda beberapa jenis susu formula menurut Khasanah (2011), yaitu:1) Susu Formula Adaptasi atau PemulaSusu formula adaptasi (adapted) atau pemula adalah susu formula yang biasa digunakan sebagai pengganti ASI oleh bayi baru lahir sampai umur 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya (Kodrat, 2010).Susu formula adaptasi ini disesuaikan dengan keadaan fisiologis bayi. Komposisinya hampir mendekati komposisis ASI sehingga cocok diberikan kepada bayi yang baru lahir hingga berusia 4 bulan (Bambang, 2011).Untuk bayi yang lahir dengan pertimbangan khusus untuk fisiologisnya dengan syarat rendah mineral, digunakan lemak tumbuhan sebagai sumber energi dan susunan zat gizi yang12 mendekati ASI. Susu jenis ini merupakan jenis yang paling banyak mengalami penyesuaian dan banyak beredar di pasaran (Febry, 2008).2) Susu Formula Awal LengkapFormula awal lengkap (complete starting formula) yaitu susunan zat gizinya lengkap dan dapat diberikan setelah bayi lahir. Keuntungan dari formula bayi ini terletak pada harganya. Pembuatannya sangat mudah maka ongkos pembuatan juga lebih murah hingga dapat dipasarkan dengan harga lebih rendah. Susu formula ini dibuat dengan bahan dasar susu sapi dan komposisi zat gizinya dibuat mendekati komposisi ASI (Nasar, dkk, 2005).Komposisi zat gizi yang dikandung sangat lengkap, sehingga diberikan kepada bayi sebagai formula permulaan (Bambang, 2011). 3) Susu Formula Follow-Up (lanjutan)Susu formula lanjutan yaitu susu formula yang menggantikan kedua susu formula yang digunakan sebelumnya dan untuk bayi yang berusia 6 bulan ke atas, sehingga disebut susu formula lanjutan ( Bambang, 2011).Susu formula ini dibuat dari susu sapi yang sedikit dimodifikasi dan telah ditambah vitamin D dan zat besi (Praptiani, 2012).Susu formula ini dibuat untuk bayi yang berumur sampai 1 tahun meskipun ada juga yang menyebutkan sampai umur 3 tahun (Nasar, dkk 2005). Febry (2008), juga menjelaskan susu formula ini dibuat untuk bayi usia 6-12 bulan.4) Susu Formula PrematurBayi yang lahir prematur atau belum cukup bulan belum tumbuh dengan sempurna. Menjelang dilahirkan cukup bulan, bayi mengalami pertumbuhan fisik yang pesat. Sehingga dibuat susu formula prematur untuk mengejar tertinggalnya berat badan prematurnya (Nadesul, 2008).Susu formula ini harus dengan petunjuk dokter karena fungsi saluran cerna bayi belum sempurna, maka susu formula ini dibuat dengan merubah bentuk karbohidrat, protein dan lemak sehingga mudah dicerna oleh bayi ( Nasar, dkk, 2005).5) Susu Hipoalergenik (Hidrolisat)Susu formula hidrolisat digunakan apabila tidak memungkinkan ibu menyusui bayinya karena mengalami gangguan pencernaan protein. Susu formula ini dirancang untuk mengatasi alergi dan ada beberapa yang disusun untuk mencegah alergi. Susu formula ini hanya diberikan berdasarkan resep dari dokter ( Praptiani, 2012).6) Susu Soya (kedelai)Department of Health merekomendasikan agar susu soya hanya diberikan jika bayi tidak toleran terhadap susu sapi atau laktosa karena terdapat kekhawatiran tentang kemungkinan efek senyawa yang diproduksi oleh kacang kedelai dan tingkat mangan sera alumunium yang tidak dapat diterima dalam formula tersebut (Praptiani, 2012).Bayi yang terganggu penyerapan protein maupun gula susunya membutuhkan susu yang terbuat dari kacang kedelai. Gangguan metabolisme protein juga sering bersamaan dengan gangguan penyerapan gula susu (Nadesul, 2008).

7) Susu Rendah Laktosa atau Tanpa LaktosaApabila usus bayi tidak memproduksi lactase gula susu akan utuh tidak dipecah menjadi glukosa dan galaktosa sehingga menyebabkan bayi mencret, kembung, mulas dan pertumbuhan bayi tidak optimal. Selama mengalami gangguan pencernaan gula susu, bayi perlu diberikan formula rendah laktosa (LLM) agar pertumbuhannya optimal (Nadesul, 2008).8) Susu Formula dengan Asam Lemak MCT (Lemak Rantai Sedang) yang TinggiSusu formula dengan lemak MCT tinggi untuk bayi yang menderita kesulitan dalam menyerap lemak. Sehingga, lemak yang diberikaan harus banyak mengandung MCT (Lemak Rantai15 Sedang) tinggi agar mudah dicerna dan diserap oleh tubuhnya (Khasanah, 2011).9) Susu Formula SemierlementerUntuk bayi yang mengalami gangguan pencernaan yakni gula susu, protein dan lemak sehingga membutuhkan formula khusus yang dapat ditoleransi oleh ususnya (Nadesul, 2008).Keterangan: Susu formula yang dimaksud dalam tabel adalah susu formula selain yang berbahan dasar susu sapi, terdiri dari susu formula berbahan dasar kedelai dan susu formula hidrolisa.2.1.4 Kandungan Susu FormulaSusu formula yang dibuat dari susu sapi telah diproses dan diubah kandungan komposisinya sebaik mungkin agar kandungannya sama dengan ASI tetapi tidak 100% sama. Proses pembuatan susu formula, kandungan karbohidrat, protein dan mineral dari susu sapi telah diubah kemudian ditambah vitamin serta mineral sehingga mengikuti komposisi yang dibutuhkan sesuai untuk bayi berdasarkan usianya (Suririnah, 2009).Menurut Khasanah (2011) ada beberapa kandungan gizi dalam susu formula yaitu, lemak disarankan antara 2,7-4,1 g tiap 100 ml, protein berkisar antara 1,2-1,9 g tiap 100 ml dan karbohidrat berkisar antara 5,4-8,2 g tiap 100 ml.2.1.5 Kelemahan Susu FormulaPraptiani (2012) menjelaskan telah teridentifikasi adanya kerugian berikut ini untuk bayi yang diberikan susu formula yaitu:1) Susu formula kurang mengandung beberapa senyawa nutrien.2) Sel-sel yang penting dalam melindungi bayi dari berbagi jenis patogen.3) Faktor antibodi, antibakteri dan antivirus ( misalnya IgA, IgG, IgM dan laktoferin).4) Hormon (misalnya hormon prolaktin dan hormon tiroid).5) Enzim dan prostaglandin.Sutomo dan Anggraini (2010) menjelaskan susu formula mempunyai beberapa kelemahan, antara lain; kurang praktis karena harus dipersiapkan terlebih dahulu, tidak dapat bertahan lama, mahal dan tidak selalu tersedia, cara penyajian harus tepat dapat menyebabkan alergi.Susu formula banyak kelemahannya karena terbuat dari susu sapi sehingga dijelaskan Khasanah (2011) antara lain; kandungan susu formula tidak selengkap ASI, pengenceran yang salah, kontaminasi mikroorganisme, menyebabkan alergi, bayi bisa diare dan sering muntah, menyebabkan bayi terkena infeksi, obesitas atau kegemukan, pemborosan, kekurangan zat besi dan vitamin, mengandung banyak garam. 2.1.6 Efek atau dampak negatif pemberian susu formulaRoesli (2008) menjelaskan berbagai dampak negatif yang terjadi pada bayi akibat dari pemberian susu formula, antara lain:

1) Gangguan saluran pencernaan (muntah, diare)Judarwanto (2007) menjelaskan bahwa anak yang diberi susu formula lebih sering muntah/gumoh, kembung, cegukan, sering buang angin, sering rewel, susah tidur terutama malam hari.Saluran pencernaan bayi dapat terganggu akibat dari pengenceran susu formula yang kurang tepat, sedangkan susu yang terlalu kental dapat membuat usus bayi susah mencerna,18 sehingga sebelum susu dicerna oleh usus akan dikeluarkan kembali melalui anus yang mengakibatkan bayi mengalami diare (Khasanah, 2011). 2) Infeksi saluran pernapasanGangguan saluran pencernaan yang terjadi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang infeksi terutama ISPA (Judarwanto, 2007).Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibiotik sebagai perlindungan tubuh dari infeksi. Proses penyiapan susu formula yang kurang steril dapat menyebabkan bakteri mudah masuk (Khasanah, 2011).3) Meningkatkan resiko serangan asmaASI dapat melindungi bayi dari penyakit langka botulism, penyakit ini merusak fungsi saraf, menimbulkan berbagai penyakit pernapasan dan kelumpuhan otot (Nasir, 2011).Peneliti sudah mengevaluasi efek perlindungan dari pemberian ASI, bahwa pemberian ASI melindungi terhadap asma dan penyakit alergi lain. Sebaliknya, pemberian susu formula dapat meningkatkan resiko tersebut (Oddy, dkk, 2003) dalam (Roesli, 2008).4) Meningkatkan kejadian karies gigi susuKebiasaan bayi minum susu formula dengan botol saat menjelang tidur dapat menyebabkan karies gigi (Retno, 2001).ASI mengurangi penyakit gigi berlubang pada anak (tidak berlaku pada ASI dengan botol), karena menyusui lewat payudara ada seperti keran, jika bayi berhenti menghisap, otomatis ASI juga akan berhenti dan tidak seperti susu botol. Sehingga ASI tidak akan mengumpul pada gigi da menyebabkan karies gigi (Nasir, 2011).5) Menurunkan perkembangan kecerdasan kognitifSusu formula mengandung glutamate (MSG-Asam amino) yang merusak fungsi hypothalamus pada otak glutamate adalah salah satu zat yang dicurigai menjadi penyebab autis (Nasir, 2011). Penelitian Smith, dkk (2003) dalam Roesli (2008), bayi yang tidak diberi ASI mempunyai nilai lebih rendah dalam semua fungsi intelektual, kemampuan verbal dan kemampuan visual motorik dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI.6) Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas)Kelebihan berat badan pada bayi yang mendapatkan susu formula diperkirakan karena kelebihan air dan komposisi lemak tubuh yang berbeda dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI ( Khasanah, 2011).Penelitian yang dilakukan oleh Amstrong,dkk (2002) dalam Roesli (2008) membuktikan bahwa kegemukan jauh lebih tinggi pada anak-anak yang diberi susu formula. Kries dalam Roesli (2008) menambahkan bahwa kejadian obesitas mencapai 4,5%- 40% lebih tinggi pada anak yang tidak pernah diberikan ASI.7) Meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darahASI membantu tubuh bayi untuk mendapat kolesterol baik, artinya melindungi bayi dari penyakit jantung pada saat sudah dewasa. ASI mengandung kolesterol tinggi (fatty acid) yang bermanfaat untuk bayi dalam membangun jaringan-jaringan saraf dan otak. Susu yang berasal dari sapi tidak mengandung kolesterol ini (Nasir, 2011).Hasil penelitian Singhal, dkk (2001) dalam Roesli, 2008; menyimpulkan bahwa pemberian ASI pada anak yang lahir prematur dapat menurunkan darah pada tahun berikutnya.8) Meningkatkan resiko infeksi yang berasal dari susu formula yang tercemarPembuatan susu formula di rumah tidak menjamin bebas dari kontaminasi mikroorganisme patogen. Penelitian menunjukkan bahwa banyak susu formula yang terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen (Sidi, et al. 2004:11).Kasus wabah Enterobacteri zakazakii di Amerika Serikat, dilaporkan kematian bayi berusia 20 hari yang mengalami21 demam, takikardia, menurunnya aliran darah dan kejang pada usia 11 hari (Weir (2002) dalam Roesli, 2008).9) Meningkatkan kurang giziPemberian susu formula yang encer untuk menghemat pengeluaran dapat mengakibatkan kekurangan gizi karena asupan kurang pada bayi secara tidak langsung. Kurang gizi juga akan terjadi jika anak sering sakit, terutama diare dan radang pernafasan (Roesli, 2008).10) Meningkatkan resiko kematianChen dkk (2004) dalam Roesli (2008), bayi yang tidak pernah diberi ASI berisiko meninggal 25% lebih tinggi dalam periode sesudah kelahiran daripada bayi yang mendapat ASI. Pemberian ASI yang lebih lama akan menurunkan resiko kematian bayi.Praptiani (2012), menyusui adalah tindakan terbaik karena memberikan susu melalui botol dapat meningkatkan resiko kesehatan yang berhubungan dengan pemberian susu formula diantaranya yaitu; Peningkatan infeksi lambung, infeksi otitis media, infeksi perkemihan, resiko penyakit atopik pada keluarga yang mengalami riwayat penyakit ini, resiko kematian bayi secara mendadak, resiko diabetes melitus bergantung insulin, Penyakit kanker dimasa kanak-kanak.2.1.7 Faktor yang mempengaruhi pemberian susu formulaArifin (2004), menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan yaitu:1) Faktor pendidikan Seseorang yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas akan lebih bisa menerima alasan untuk memberikan ASI eksklusif karena pola pikirnya yang lebih realistis dibandingkan yang tingkat pendidikan rendah (Arifin, 2004).2) Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif adalah hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, salah 3) satunya kurang memadainya pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI yang menjadikan penyebab atau masalah dalam peningkatan pemberian ASI (Roesli, 2008).4) Pekerjaan Bertambahnya pendapatan keluarga atau status ekonomi yang tinggi serta lapangan pekerjaan bagi perempuan berhubungan dengan cepatnya pemberian susu botol. Artinya mengurangi kemungkinan untuk menyusui bayi dalam waktu yang lama (Amirudin, 2006). Penelitian Erfiana (2012), ibu yang tidak memberikan susu formula sebagian besar oleh ibu yang tidak bekerja yaitu 23 sebanyak 32 responden (88,9%) sehingga status pekerjaan dapat mempengaruhi pemberian susu formula pada bayi.5) Ekonomi Hubungan antara pemberian ASI dengan ekonomi/ penghasilan ibu dimana ibu yang mempunyai ekonomi rendah mempunyai peluang lebih memilih untuk memberikan ASI dibanding ibu dengan sosial ekonomi tinggi kerena ibu yang ekonominya rendah akan berfikir jika ASI nya keluar maka tidak perlu diberikan susu formula karena pemborosan (Arifin, 2004).6) Budaya Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan atau susu formula sebagai jalan keluarnya (Arifin, 2004).7) Psikologis Ibu yang mengalami stres dapat menghambat produksi ASI sehingga ibu kurang percaya diri untuk menyusui bayinya (Kurniasih, 2008).Ibu yang tidak memberikan susu formula sebagian besar dilakukan oleh ibu yang kondisi psikologi baik yaitu sebanyak 33 responden (89,2) sehingga psikologis ibu mempengaruhi pemberian susu formula pada bayi (Erfiani, 2012)8) Informasi susu formula Ibu yang tidak memberikan susu formula sebagian besar yang tidak terpapar produk susu formula sebanyak 4 responden (36,4%) sehingga iklan produk susu formula dapat mempengaruhi pemberian susu formula.9) Kesehatan Ibu yang menderita sakit tertentu seperti ginjal atau jantung sehingga harus mengkonsumsi obat-obatan yang dikhawatirkan dapat mengganggu pertumbuhan sel-sel bayi, bagi ibu yang sakit tetapi masih bisa menyusui maka diperbolehkan untuk menyusui bayinya (Kurniasih, 2008).10) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita Terdapat anggapan bahwa ibu yang menyusui akan merusak penampilan. Padahal setiap ibu yang mempunyai bayi selalu mengalami perubahan payudara, walaupun menyusui atau tidak menyusui (Arifin, 2004).11) Ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI Cara menyusui yang benar dan pemasaran yang dilancarkan secara agresif oleh para produsen susu formula merupakan faktor penghambat terbentuknya kesadaran orang tua dalam memberikan ASI eksklusif (Nuryati, 2007).12) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol Persepsi masyarakat gaya hidup mewah membawa dampak menurutnya kesediaan menyusui. Bahkan adanya pandangan bagi kalangan tertentu bahwa susu botol sangat cocok untuk bayi dan dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu ingin meniru orang lain (Khasanah, 2011).13) Peran petugas kesehatan Masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI (Roesli, 2008).

2.2 2.3 Diare2. 2.1. 2.3.1 Definisi DiareSecara umum, diare dapat diartikan sebagai keadaan dimana telah terjadinya pengeluaran tinja cair dengan frekuensi lebih dari 3kali dalam 24 jam dan bertambahnya frekuensi BAB lebih dari biasanya (yang lazimnya frekuensi ini lebih dari 3kali per hari) disertai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderitanya. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3kali/hari pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Hidayat, 2011)Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk. Diare adalah gejala gangguan yang mempengaruhi proses pencernaan, absorpsi, dan sekresi (Monica dkk, 2006)Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Diare ialah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buang air yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya dan dengan lendir darah ataupun tanpa lendir darah. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3kali terjadinya diare, sedangkan pada neonatus dikatakan diare bila sudah terjadi diare lebih dari 4kali buang air besar dalam sehari. (Yongki dkk, 2012)Diare adalah kumpulan gejala yang ditandai buang air besar encer (Cair), lebih banyak dari biasa, bisa atau tidak disertai darah dan lendir, dapat atau tidak disertai muntah, frekuensi pada bayi baru lahir lebih dari 3kali, sedangkan pada bayi dan anak lebih dari 2kali/hari (Sabrina, 2008). Pengertian diare menurut (Anik, 2010), Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, kadang-kadang disertai dengan darah atau lendir. Dan dapat disimpulkan dari beberapa pengertian diatas dapat dikatakan Diare merupakan suatu pengeluaran tinja atau Buang air besar yang tidak seperti biasanya dideteksi encer dengan atau tanpa lendir darah dengan frekuensi lebih dari 3kali sehari. 2.3.2 Tanda Tejadinya Diare Tanda-tanda terjadinya diare adalah cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair, lendir kadang-kadang terdapat darah, lama-lama tinja berwarna hijau dan asam, anus lecet, terjadi dehidrasi barat akan terjadi volume darah berkurang, nadi cepat atau kecil, denyut jantung cepat, kesadaran menurun, dan diakhiri dengan syok, berat badan turun, turgor kulit menurut, mata dan ubun-ubuncekung, selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering. (Yongki dkk, 2012). Menurut Hidayat 2011, tanda-tanda balita mengalami diare adalah seperti letargis atau tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas makan, turgor jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak minum, ada darah dalam tinja (feses bercampur dengan darah). Menurut Ngastiyah tanda terjadinya diare adalah mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian muncul lah diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan ampedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defeksi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laknat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorpsi oleh usus selama diare.

2.3.3 Faktor Penyebab Diare Ada beberapa penyebab terjadinya diare, diantaranya : a. Faktor inspeksiProses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadi perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan system transport menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. b. Faktor Malabsorpsi (Gangguan Penyerapan Zat Gizi)Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat mengakibatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. Menurut (Yongki dkk, 2012) penyebabnya karena :1. Karbohidrat : disakarida, monosakarida. 2. Lemak3. Proteinc. Faktor MakananDapat terjadi apabila toksin yang ada, toksin mampu diserap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan. Menurut (Yongki, 2012) Penyebab dari makanan adalah karena makanan basi, beracun dan alergi. Menurut Hidayat (2006) seperti alergi susu atau proteind. Faktor PsikologisDapat memengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang dapat memengaruhi proses penyerapan makanan. (Hidayat, 2011). Menurut (Yongki, 2012) misalnya karena rasa takut atau cemas. 2.3.4 Patogenesis Diare (menyebabkan timbulnya diare)2.3.4.1 Gangguan Osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare. 2.3.4.2 Gangguan SekresiAkibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan-peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus sehingga timbul diare. 2.3.4.3 Gangguan mobilitas ususHiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan `timbul diare. Tetapi apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan didalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare juga (Yongki dkk, 2012)2.3.5 Bahaya DiareSebagai akibat diare akut maupun kronik akan terjadi : 1. Kehilangan Cairan (dehidrasi)Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak dari pada pemasukan air, merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan SirkulasiSebagai akibat diare dengan disertai muntah dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia-asidosis bertambah hebat dapat mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal. 3. Gangguan giziSewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat (Maharani, 2008). 2.3.6 Dampak DiareKarena terjadinya mencret dan adanya muntah yang terus menerus pada awalnya anak akan merasa haus karena telah terjadi dehidrasi (kekurangan cairan tubuh ) ringan. Bila tidak segera ditolong atau ditangani, dehidrasi bertambah berat dan timbullah gejala-gejala seperti anak tampak cengeng, gelisah, dan bisa tidak sadarkan diri pada pada dehidrasi berat. Mata akan tampak cekung, ubun-ubun cekung (pada bayi), bibir dan lidah kering, tidak tampak air mata walaupun menangis, turgor berkurang yaitu yaitu bila perut kulit dicubit tetap berkerut, nadi melemah sampai tidak teraba, tangan dan kaki teraba dingin, dan kencing berkurang. Pada keadaan dehidrasi berat, nafas tampak sesak karena tubuh kekurangan zat basa (menderita) asidosis. Bila terjadi kekurangan elektrolit dapat terjadi kejang. (Maharani, 2008). Menurut Hidayat 2006 penyebab dari diare menimbulkan beberapa komplikasi yaitu sebagai berikuta. Kurang Volume CairanKurang volume cairan disebabkan karena hilangnya cairan dalam tubuh atau juga masukan cairan yang kurang. b. Kurang NutrisiKurangnya nutrisi dapat disebabkan karena menurunnya nafsu makan dan kurangnya asupan, gangguan absorpsi dan lainnya. c. Gangguan Integritas KulitGangguan integritas kulit disebabkan karena terlalu seringnya defekasi kotoran yang bersifat asam yang berasal dari laktosa yang tidak mampu diserap oleh usus selama diared. Kurang PengetahuanKurannya pengetahuan dari keluarga pada anak dengan diare ini dapat disebabkan oleh karena informasi yang kurang atau budaya yang menyebabkan kurang mementingkan pola hidup yang sehat. Menurut Ngastiyah akibat dari terjadinya diare adalah sebagai berikut :1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipoglikemia). 2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah), 3. Hipoglikemia. 4. Gangguan Sirkulasi Darah. 2.3.7 Pencegahan DiareDiare umumnya ditularkan melalui 4F yaitu Food, feces, fly, dan finger. Oleh karena itu, upaya pencegahan yang praktis adalah dengan memutuskan rantai penularan tersebut. Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah :1. Penyiapan makanan yang higienis. Yaitu menyiapkan makanan yang jauh dari jangkauan lalat yang dapat menyebarkan bakteri yang dibawanya dengan menutup makanan dengan penutup atau disimpan dilemari. dan memasak makanan dengan sebelum dimasak dicuci terlebih dahulu. 2. Penyediaan air minum yang bersih dan sehat Yaitu dengan menyediakan air minum yang telah diolah antara lain dengan cara merebus.

3. Kebersihan peroranganDengan menjaga kebersihan diri yaitu mandi sehari minimal 2kali dan mencuci tangan sebelum makan ataupun setelah memegang benda. 4. Cuci tangan sebelum makanKebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah dengan mencuci tangan. Mencuci tangan dengan dengan sabun terutama sesudah buang air besar ataupun buang air kecil, pada saat menyiapkan makanan, setelah memegang barang, setelah membersihkan anak setelah BAB, dan sebelum makan5. Pemberian ASI EkslusifKarena minuman yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun kecerdasan bayi adalah air susu ibu (ASI). 6. Buang air besar pada tempatnya (WC atau Toilet)7. Tempat buang sampah yang memadai agar makanan tidak tercemar serangga. 8. Berantas lalat agar tidak menghinggapi makananKarena dengan adanya lalat akan menyebarkan bakteri yang dibawanya dari luar, seperti dari tempat sampah yang akan menyebar pada makanan yang lalat hinggapi. 9. Lingkungan hidup yang sehat. Yaitu dengan sering membuang sampah pada tempatnya dan dengan membuang sampah ke TPA seminggu 3kali. Dengan lokasi rumah jauh dari tempat sampah dan jauh dari selokan yang mengendang didepan rumah, dan sering membersihkan lingkungan. Karena itu diare pada anak dapat menyebabkan kematian dan gizi kurang. Kematian dapat dicegah dengan mencegah dan mengatasi dehidrasi dengan pemberian Oralit. Gizi kurang dapat dicegah dengan pemberian makanan yang memadai selama berlangsungnya diare. Pencegahan dan pengobatan diare harus dimulai dirumah. (Maharani, 2008) 2.3.8 Prinsip penanganan DiareBagian paling penting dalam penanganan diare adalah :1. Mencegah agar tidak terjadi dehidrasiMencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air tajin, air sup. 2. Mengobati dehidrasi Bila terjadi dehidrasi penderita harus segera membawa ke petugas kesehatan untuk mendapat pengobatan yang tepat dan cepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat segeralah berikan cairan intravena dengan RL sebelum dilanjutkan ke terapi oral. Langkah yang dapat dilakukan apabilan balita terkena diare menurut (Siti, 2009)1. Tingkatkan pemberian ASI. Sebab ASI mengandung bahan yang mampu mengatasi mikroorganisme penyebab diare. 2. Pada bayi yang telah diberi makanan selain ASI, ubah pola makanannya dengan mengurangi makanan padat atau susu formula. 3. Untuk balita yang sudah cukup besar, pertolongan pertama dapat dilakukan dengan pemberian oralit. Untuk itu sediakanlah selalu oralit dirumah anda. 4. Jika intensitas BAB pada anak terlalu tinggi dan mengkhawatirkan, segera bawa ke dokter untuk diberi penanganan dan obat-obatan tertentu. (Siti. 2009). Menurut Yongki dkk, 2012 prinsif perawatan diare adalah1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)2. Diadentik (pemberian makanan)3. Pemberian obat-obatan.

2.3 Kerangka TeoriPemberian ASI eksklusif merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan yang ada di masyarakat. Menurut Notoaatmodjo (2007), tingkat pendidikan dan pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku kesehatan.

Faktor Predisposisi :PendidikanPengetahuanSikapKepercayaanNilaiSosial EkonomiUmur

Faktor Pendukung :Fasilitas Pelayanan KesehatanTempat Pelayanan Kesehatan

Perilaku Pemberian ASIEksklusif (Hanya diberi ASI)Tidak Eksklusif (Diberi makanan atau minuman tambahan)

Faktor Penguat :Sikap petugas kesehatanPerilaku petugas kesehatanTokoh masyarakat

2. 1 Gambar kerangka teoriSumber: Adaptasi Notoatmodjo (2007) dan Maryunani (2012)

7