arkeologi ui temukan bukti kerajaan sriwijaya di jambi

45
Arkeologi UI Temukan Bukti Kerajaan Sriwijaya di Jambi Oleh Tanggal Saturday, July 13 th, 2013 · no Comments · @ Berita Guru Besar Arkeologi UI Guru Besar Arkeologi UI Prof. Agus Aris Munandar mengatakan “Kerajaan Sriwijaya diduga berada di kawasan Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Meski terkenal sebagai pusat berkembangnya Kerajaan Sriwijaya, Palembang ternyata tidak memiliki banyak bukti peninggalan.” Asumsi Prof. Agus tersebut didasarkan atas penemuan sisa-sisa peninggalan Kerajaan Sriwijaya serta petirtaan berupa sumur di Situs Kedaton, Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi, oleh 43 mahasiswa dan 5 dosen Pembimbing yang tergabung dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Arkeologi Universitas Indonesia (UI) pada 16 – 28 Juni 2013. Kegiatan utama KKL Arkeolog UI pekan lalu tersebut adalah eskavasi – sebuah metode arkeologi yang bertujuan menemukan kembali sisa-sisa kegiatan manusia masa lalu dengan cara melakukan penggalian. Proses ekskavasi dilakukan di 14 kotak gali di Situs Kedaton, Kawasan Cagar Budaya Muara Jambi. Kawasan tersebut berada sekitar 20 kilometer dari Kota Jambi, atau 30 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten Muaro Jambi. Dosen pembimbing KKL UI Dr. Cecep Eka Permana mengatakan bahwa salah satu regu berhasil menemukan sumur yang terletak di arah timur laut, yang merupakan arah yang paling baik bagi agama Budha. Menurut Cecep, sumur tersebut pada masanya digunakan sebagai sumber mata air. Sumur yang ditemukan tersebut baru digali sedalam 1,5 meter. Di sekitar sumur tim juga menemukan sisa pecahan tembikar, keramik, dan stoneware (barang pecah belah lainnya). Selain sumur, ditemukan pula struktur persegi di pinggir sumur yang diidentifikasi sebagai lantai di sekitar sumur. Selain itu, ada juga struktur lain yang berbentuk bangunan yang terlihat dari pola letak, halaman tengah, dan halaman luarnya. Pada struktur luar, ditemukan fragmen- fragmen yang berbentuk besar dan kasar. Sementara itu, semakin ke dalam fragmen yang ditemukan semakin halus teksturnya. ”Dalam konteks keagamaan, biasanya makin ke (ruangan bagian) dalam akan makin suci,” ujar Cecep. Lebih lanjut, Prof. Agus mengatakan, sebenarnya masih banyak bagian kawasan cagar budaya tersebut yang belum dijamah, termasuk yang berada di seberang

Upload: suryansyah-s-ade

Post on 09-Nov-2015

36 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Arkeologi UI Temukan Bukti Kerajaan Sriwi

TRANSCRIPT

Arkeologi UI Temukan Bukti Kerajaan Sriwijaya di JambiOlehTanggalSaturday, July 13 th, 2013 no Comments @BeritaGuru Besar Arkeologi UI Guru Besar Arkeologi UIProf. Agus Aris Munandarmengatakan Kerajaan Sriwijaya diduga berada di kawasan Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Meski terkenal sebagai pusat berkembangnya Kerajaan Sriwijaya, Palembang ternyata tidak memiliki banyak bukti peninggalan. Asumsi Prof. Agus tersebut didasarkan atas penemuan sisa-sisa peninggalan Kerajaan Sriwijaya serta petirtaan berupa sumur di Situs Kedaton, Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi, oleh 43 mahasiswa dan 5 dosen Pembimbing yang tergabung dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Arkeologi Universitas Indonesia (UI) pada 16 28 Juni 2013.Kegiatan utama KKL Arkeolog UI pekan lalu tersebut adalah eskavasi sebuah metode arkeologi yang bertujuan menemukan kembali sisa-sisa kegiatan manusia masa lalu dengan cara melakukan penggalian. Proses ekskavasi dilakukan di 14 kotak gali di Situs Kedaton, Kawasan Cagar Budaya Muara Jambi. Kawasan tersebut berada sekitar 20 kilometer dari Kota Jambi, atau 30 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten Muaro Jambi.Dosen pembimbing KKL UI Dr. Cecep Eka Permana mengatakan bahwa salah satu regu berhasil menemukan sumur yang terletak di arah timur laut, yang merupakan arah yang paling baik bagi agama Budha. Menurut Cecep, sumur tersebut pada masanya digunakan sebagai sumber mata air. Sumur yang ditemukan tersebut baru digali sedalam 1,5 meter. Di sekitar sumur tim juga menemukan sisa pecahan tembikar, keramik, danstoneware(barang pecah belah lainnya). Selain sumur, ditemukan pula struktur persegi di pinggir sumur yang diidentifikasi sebagai lantai di sekitar sumur. Selain itu, ada juga struktur lain yang berbentuk bangunan yang terlihat dari pola letak, halaman tengah, dan halaman luarnya. Pada struktur luar, ditemukan fragmen-fragmen yang berbentuk besar dan kasar. Sementara itu, semakin ke dalam fragmen yang ditemukan semakin halus teksturnya. Dalam konteks keagamaan, biasanya makin ke (ruangan bagian) dalam akan makin suci, ujar Cecep.Lebih lanjut, Prof. Agus mengatakan, sebenarnya masih banyak bagian kawasan cagar budaya tersebut yang belum dijamah, termasuk yang berada di seberang Sungai Batanghari. Sedangkan Arca-arca lepas yang ditemukan di Palembang bertuliskan ancaman-ancaman, maka dapat diartikan bahwa Palembang merupakan kota yang telah ditaklukan oleh Sriwijaya.Departemen Arkeologi UI bersama pemerintah setempat saat ini tengah bekerja sama menjadikan Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi sebagai laboratorium penelitian, sehingga dapat dimanfaatkan untuk penelitian arkeologi baik oleh dosen maupun mahasiswa Arkeologi. Kegiatan penelitian tersebut merupakan salah satu kegiatan perkuliahan wajib bagi para mahasiswa Arkeologi yang berada di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI. Indonesia sebagai negara yang sangat kaya akan peradaban dan sejarah membutuhkan banyak arkeolog. UI sebagai salah satu dari (hanya) empat perguruan tinggi yang memiliki program studi Arkeologi di Indonesia, diharapkan dapat memberikan kontribusi optimal dalam melakukan studi, penggalian, pengumpulan, pengkajian, serta segala menyampaikan fakta-fakta sejarah sampai ribuan tahun lalu kepada generasi penerus bangsa serta masyarakat di Indonesia maupun dunia.(Humas-UI)http://www.ui.ac.id/berita/arkeologi-ui-temukan-bukti-kerajaan-sriwijaya-di-jambi.html

WISATA JAMBI PONDOK BRENTI, DESA BARU, KABUPATEN MUARO JAMBI, PROVINSIJAMBI1 Vote

Kabupaten Muara Jambi terletak di sebelah utaraKota Jambi. Berjarak sekitar 17km dari perbatasan Kota Jambi. Kabupaten ini merupakan tempat dimana sejarah asal usul Jambi dimulai. Percandian Muara Jambi merupakan salah satu objek wisata di kabupaten ini. Dan merupakan komplek percandian terluas di Indonesia.Tapi siapa sangka, ada objek wisata baru di kabupaten ini. BernamaPondok Brenti Desa Baru.

Ini merupakan perjalanan baru dan pengalaman baru. Berjalan mengikuti arus kehidupan di tengah kesibukan bekerja, saya mencoba bergabung dengan komunitas JDCC ( Jambi Digital Camera Community ). Di hari pertama mengikuti kegiatannya, kita dibawa ke sebuah desa baru bernamaPondok Brenti Desa Baru.Berdiri sejak dua tahun silam, desa ini mencoba menjadi desa wisata baru di Provinsi Jambi.Kedatangan tim JDCC dalam rangka ulang tahun yang ke-7 mengundang tim fotografer lainnya. Kegiatan ini ikut memromosikan Desa Baru ini ke luar lewat foto-foto yang dipotret oleh para fotografer senior (kecuali saya) yang sudah tentu akan dipublikasikan ke media sosial:DKawasan ini dipelopori oleh empat pemuda daerah sekitar. Mereka terispirasi dari desa-desa wisata yang ada di Indonesia karena mengikuti berbagai pelatihan untuk memromosikan daerahnya.

Di sini fokus saya tidak bercerita tentang fotografi meskipun saya telah bergabung di JDCC, tapi saya lebih berceritatentang kawasanPondok Brenti Desa Barumenurut saya sebagai calon arsitek dan juga penulis blog:D

Pertama memasukiPondok Brenti Desa Baruini kami disuguhkan dengan pemandangan khas desa-desa pada umumnya. Anak-anak bermain dengan riangnya. Bermain permainan gundu khas masyarakat Jambi. Masyarakat sekitar ingin menunjukkan kekhasan daerahnya kepada pengunjungDesa Baru.

Ada pula ibu-ibu yang sedang menganyam tikar. Kegiatan menganyam tikar juga menjadi ciri khas masyarakatDesa Baru.Inilah kegiatan ibu-ibu rumah tangga tersebut di waktu senggang sembari bersenda gurau dengan tetangganya dan anak-anak mereka.

Sepulang sekolah, anak-anak ini bermain bersama mengisi waktu mereka. Permainan kambing dan kancil di atas adalah permainan saya sewaktu kecil. Ternyata permainan ini masih ada sampai sekarang. Dan permainan ini sudah jarang sekali saya lihat di kota. Di sini masyarakat setempat ingin menunjukkan suasana khas desa mereka yang terasa kuat.

Sebenarnya suasana tersebut merupakan suasana yang diciptakan untuk menggambarkan suasana pedesaan sebagai objek fotografi. Untuk pengembangan desa ini selanjutnya, suasana seperti ini akan terus diciptakan sebagai promosi daerah ini sebagai desa wisata. Kerja sama antar warga untuk memromosikan daerahnya sebagai desa wisata patut diacungkan jempol karena ibu-ibu dan anak-anak tersebutkompak menunjukkan kekhasan daerahnya menjadi objek fotografi.

Skulptur bambu ini menjadipoint of interestyang terletak di tengah kawasan dan memilikidaya tarik tersendiri. Masyarakat menunjukkan kreatifitasnya lewat ornamen-ornamen kawasan yang sederhana ini.

Ada yang membuat saya terpesona di Desa Baru ini. Saya menemukan sesosok bunga bangkai yang baru kali ini saya lihat. Selama ini saya hanya melihatnya di internet dan di buku. Ternyata saya menemukan bunga bangkai ini asli dan merasakan aroma khasnya yang berbau khas bangkai. Luar biasa, bunga ini masih ada dan belum punah. Tanaman khas Sumatera yangmenjadi primadona daerahini bahkan telah dijadikan sebagai ikon daerah Muara Bungo.

Berukuran tinggi sekitar 20 cm dengan diameter 15 cm. Bunga ini berbunga hanya sekitar 7 hari. Jarang sekali melihat bunga bangkai berbunga. Setelah berbunga seperti gambar di atas dan berbau, bunga ini akan mati. Tunas-tunas yang muncul dari tanah itulah yang akan berkembang lagi melalui fase vegetatif dan generatif.Di perancangan saya untuk Taman Monumen Seiyo Sekato di Muaro Bungo yang belum bisa saya posting sekarang, saya mengambil bentuk dasar bunga bangkai sebagai skulptur taman yang akan menjadi ikon Kabupaten Muaro Bungo.

Masyarakat juga menyuguhkan kami dengan makanan khas daerahnya. Kue di atas sebagai wujud dari bentuk penyambutan masyarakat terhadap tamu. Sayang sekali, saya lupa nama kuenya:D. Yang saya ingat ada kue yang bernama kue penuaan, yang diberikan kepada orang yang dituakan sebagai wujud penghormatan masyarakat kepada tamu yang dituakan. Kue penuaan tersebut diberikan kepada Ketua JDCC, berjumlah tujuh karena JDCC berusia 7 tahun. (Fotonya kelupaan:()

Di sana masyarakat juga memromosikan kerajinan tangan khas Desa Baru seperti mainan kunci di atas. Kerajinan tersebut ikut menaikkan pendapatan masyakarat sekitar. Gantungan kunci bertuliskan JAMBI di atas terbuat dari bambu yang dipotong kecil dan dicetak tulisan. Gantungan berbentuk tengkuluk terbuat dari kain. Tulisan JAMBI menunjukkan kekhasan daerah. Karena tulisan sangat mudah dikenali sebagai identitas daerah.

Selain daerah Kota Jambi, pemasaran paling jauh hingga ke Pontianak. Kerajinan tangan ini juga sering diiikutsertakan dalam pameran-pameran daerah sampai ke Jakarta. Promosi benar-benar dilakukan maksimal. Jika kalian pernah melihat miniatur ini di Temphoyac (sebuah distro di Kota Jambi), maka miniatur ini berasal dari Muara Jambi. Dikerjakan oleh masyarakat setempat.

Tas-tas anyaman di atas adalah kerajinan tangan yang dibuat oleh ibu-ibu di desa tersebut. Bernilai seni dan terbuat dari sampah. Gerakan ini ikut meminimalisir sampah anorganik yang dapat merusak lingkungan. Saya pernah melihat kerajinan ini di pameran yang diadakan di Museum Siginjai, Broni beberapa bulan lalu.

Gambar di atas adalah detail dari tas tangan. Terbuat dari bungkus kopi ABC Mocca. Unik sekali bukan? Tas ini seperti anyaman dan kokoh sekali. Saya tau karena ibu saya memilikinya. Tas ini luar biasa tahan untuk mengangkat bawaan yang berat sekalipun. Tahan air dan cantik. Gerakan pemanfaatan sampah menjadi barang berguna bernilai seni ini ikut mewujudkan kotagreen.

Bangunan sederhana di atas merupakan toilet. Didesain dengan batu bata ekspos, bukan dari kayu agar lebih tahan terhadap cuaca dan tidak mudah keropos. Di belakang toilet ini direncanakan jalan untuktracking. ( Masih dalam tahap pengerjaan )

Semboyan Selamat Tibo Besak Begelar Kecik Benamo ini merupakan semboyan masyarakat Jambi pada umumnya. Terbuat dari kayu potong yang dicat kuning pada tulisannya. Unik dan sederhana sekali namun tetap indah.

Ups, abaikan model di atas dan sandal lepas. Saya ingin menunjukkan rumah-rumah panggung buatan masyarakat sekitar. Atap ijuk dengan dinding anyaman bambu ini dibangun oleh masyarakat setempat. Rumah panggung ini adalah rumah khas masyarakat melayu Jambi.

Masyarakat juga menanam bibit cabe sebagai bentuk dari gerakan Jambi berkebun. Selain itu, tanaman ini juga bisa dimanfaatkan dan dipetik buahnya jika sudah berbuah.

Sekali lagi, jangan perhatikan modelnya karena yang jadi objek saya bukan modelnya melainkan bangunan gubuk panggung tersebut yang unik khas melayu. Saya suka dengan tiang panggungnya yang dicat hitam dari potongan kayu tidak beraturan. Bagi saya, itu menjadi ritme yang unik.

Selain itu, peringatan-peringatan ini ikut mengingatkan pengunjung untuk ikut menjaga kebersihan kawasan dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Saya suka sekali dengan suasana ibu-ibu yang sedang menumbuk padi ini. Saya sendiri tidak pernah melihat secara langsung momen seperti ini sebelumnya:D

Di antara foto yang lain, saya suka momen pada foto ini. Saya sering melihat momen ini sebelumnya. Natural sekali.

Fokus bukan pada model, tapi saya ingin menceritakan bahwa kawasan ini adalah kebun duku. Salah konsep dari Pondok Brenti Desa Baru ini adalah agar pengunjung bisa menikmati bagaimana rasanya memetik buah duku langsung saat musim buah. Jarang-jarang pengunjung bisa merasakan rasa buah duku yang langsung dipetik dari batangnya. Biasanya saya sendiri bisa menikmati buah duku yang dibeli dari pasar saja. Saya tidak tau dari mana asal buah duku. Dan biasanya, rasa buah duku yang dibeli di pasar terkadang sudah layu ataupun busuk. Nah, di kawasan inilah pengunjung bisa menikmatinya langsung dari pohon. Seperti di Taman Mekar Sari, Bogor.

Ini adalah salah satu rumah lainnya. Sementara baruada 4 buah rumah panggung, 1 pendopo, 1 toilet, dan lapangan bermain di tengah kebun duku.

Cantik kan? Iya donk model:)

Gambar di atas adalah salah satu momen yang diciptakan oleh fotografer senior kemarin. Asik ya, duduk di teras rumah panggung sambil memilih padi. Hmmm foto-foto saya jauh dari kata indah. Tapi saya pun ingin ikut memromosikan kawasan ini lewat blog saya.

Kira-kira beginilah suasana Pondok Brenti Desa Baru. Belum terlalu dikembangkan karena dana yang terbatas. Dana yang diperoleh untuk membangun desa ini berasal dari dana iuran masyarakat sekitar. Sepertinya pemerintah harus ikut mendukung kegiatan masyarakat ini agar lebih berkembang dan menjadi desa wisata terpadu. Selain itu, menurut pemuda pelopor pembangun desa ini yang saya wawancarai kemarin, kawasan ini juga sering dijadikan area foto prawedding:D

Foto-foto di atas adalah foto kegiatan tim JDCC. Ramai bukan? Mereka adalah fotografer-fotografer profesional.Semoga tulisan ini bermanfaat. Yuk, main ke Pondok Brenti Desa Baru:DShare this: Twitter1 Facebook57 RelatedGagasan Perancangan Master Plan Pondok Pesantren An-Nur, Tangkit, JambiIn "#Opus_octopus"Wisata Arsitektur - Kota Semarang (Wisata Mampir)In "#visit_trombosit"Konsep Perencanaan Masterplan Gedung Utama Balai Kota Jambi dan Plaza Balai Kota JambiIn "#Opus_octopus"MAY 18, 2015ARCHITECTUREDIARY #PONDOK #VISITJAMBI #VISITMUAROJAMBI #DESAWISATA #WISATATERPADU #JAMBI #DESABARU #KEBUNDUKU #ARCHITECTUREDIARY #JDCC #FOTOGRAFI #PROMOTION

https://destiasoewoyo.wordpress.com/2015/05/18/wisata-jambi-pondok-brenti-desa-baru-kabupaten-muaro-jambi-provinsi-jambi/