ara’ ahl al madina al-fadila (presentasi al-farabi)

28
ARA’ AHL AL- MADINA AL- FADILA : AL-FARABI ON THE PERFECT STATE Oleh : Wa Ode Zainab Zilullah Toresano

Upload: wa-ode-zainab-zilullah-toresano

Post on 01-Nov-2014

215 views

Category:

Spiritual


6 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

ARA’ AHL AL-MADINA AL-

FADILA : AL-FARABI ON THE PERFECT STATE

Oleh : Wa Ode Zainab Zilullah Toresano

Page 2: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

LATAR BELAKANG Filsafat Politik Islam? Al-Farabi --- Filosof yang menelurkan karya

berkenaan dengan Filsafat Politik Alasan utama mengapa pemikian Al-Farabi layak

dibahas: Pertama, Al-Farabi adalah filosof politik Islam par

excellence (Para filosof merujuk pada pemikirannya) Kedua, Al-Farabi berhasil mengakomodasikan ajaran-

ajaran Islam ke dalam batang tubuh filsafat klasik. Ketiga, filsafat politik Al-Farabi---seperti diungkapkan

oleh Ibrahim Madkour, seorang ahli filsafat Islam terkemuka--- ia mengandung pengertian-pengertian modern, bahkan kontemporer.

Page 3: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

PERUMUSAN MASALAH Apa yang terkandung dalam Al-Madinah al-Fadilah, karya al-Farabi?

Bagaimana pandangan al-Farabi terkait dengan Politik Islam selaku seorang filosof?

Page 4: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

TUJUAN DAN MANFAATTujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui kandungan dari magnum

opus al-Farabi, yakni Al-Madinah al-Fadilah.

Menelusuri pandangan al-Farabi terkait dengan Politik Islam selaku seorang filosof.

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

Memberikan pemahaman mendalam, khususnya bagi diri pribadi penulis dan pembaca pada umumnya, terkait dengan buku Al-Madinah al-Fadilah.

Page 5: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

METODOLOGI PENELITIAN Metode kualitatif Penelitian kepustakaan (library research).

Metode deskriptif-analitis Pendekatan filsafat.

Page 6: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

BIOGRAFI AL-FARABI Biografinya tidak tercatat dengan baik, tapi

dipastikan Al-Farabi adalah keturunan Persia yang lahir di Turki (Farab).

Abu Nashr Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Al-Uzalagh Al-Farabi, dilahirkan pada sebuah distrik di Farab (sekarang dikenal dengan sebutan Atrar) bernama Wasij pada tahun 870 M.

Wafat pada tahun 950 M di Damaskus, Suriah, pada usia 80 tahun.

Ayahnya seorang opsir militer. Dia dipercaya sebagai qadhi (hakim) di

pemerintahan Saif al-Daulah, seorang Amir Dinasti (Syi’ah) Hamdaniyyah.

Page 7: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Saat muda, Al-Farabi belajar ilmu-ilmu Islam dan musik di Bukhara.

Setelah mendapat pendidikan awal, Al-farabi kemudian pergi ke Marw untuk belajar logika kepada orang Kristen Nestorian, yaitu Yuhanna ibn Hailan.

Pada masa kekhalifahan Al-Mu’tadid (892-902 M), Ibn Hailan dan Al-Farabi pergi ke Baghdad. Al-Farabi selanjutnya banyak memberikan sumbangsih dalam penempatan bahasa filsafat dalam bahasa Arab.

Pada kekhalifahan Al-Muktafi (902-908 M), atau pada tahun awal kekhalifahan Al-Muqtadir (908-932 M), Al-Farabi dan Ibn Hailan meninggalkan Baghdad, menuju Harran.

Kemudian Al-Farabi pergi ke Konstantinopel, dia tinggal selama delapan tahun untuk mempelajari seluruh silabus filsafat.

Page 8: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Pada masa hidupnya, kekuatan politik Islam yang berkuasa bersifat hoterogen. Dinasti Abasiyah di Bagdad secara politis telah jauh dari masa kejayaannya, meski dalam hal pendidikan Bagdad masih menjadi salah satu kota rujukan untuk memperdalam ilmu.

Pada tahun 900-an M terjadi invansi tentara Mongol di Abad 12, Bagdad masih menjadi pusat politik Islam meski sekedar menjadi negara boneka demi kepentingan para pemimpin lokal. Kondisi politik, seperti inilah yang agaknya berpengaruh besar pada pemikiran politik al-Farabi.

Page 9: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Ketika terjadi pergolakan di Bagdad pada tahun 942, Al-Farabi menetap di Damaskus. Di kota inilah karyanya al-Madinah al-Fadhilah selesai dikerjakan.

Al-Farabi mendapat sebutan “guru kedua”.

Beliau dikenal sebagai ahli logika. Al-Farabi membaca (barangkali

mengajar) Physics-nya Aristoteles empat puluh kali, dan Rhetoric-nya Aristoteles dua ratus kali.

Page 10: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Al-Farabi menulis sedikitnya tujuh puluh buku, terdiri dari buku-buku tentang logika dan topic-topik filosofis dan sufistik lainnya. Karya-karya Al-Farabi tersebar luas di Dunia Timur pada abad ke-4-5 H/10-11 M sebelum akhirnya mencapai Barat ketika pikiran-pikiran Al-Farabi mendapatkan pengikut-pengikut di Andalusia. Beberapa karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani dan Latin dan memberikan pengaruh kepada Skolastisisme Yahudi dan Kristen.

Page 11: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Ketenaran Al-Farabi terutama bersumber pada karya-karya di bidang ilmu-ilmu praktis, yakni di bidang ilmu-ilmu kemasyarakatan, khususnya ilmu politik. Di antara karyanya adalah :

- Ara Ahl Al-Madinah Al-Fadhilah (Pendapat-pendapat para Warga Kota Utama).

- Al-Siyasah Al-Madaniyyah (Pemerintahan Negara Kota).

- Fushul Al-Madani (Aforisme-aforisme Negarawan)

- Tahshil Al-Sa’adah (Pencapaian Kebahagiaan).

Page 12: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

MAGNUM OPUS AL-FARABI : MADINAH AL-FADHILAH Setiap manusia secara alami membutuhkan

banyak hal yang tak semuanya dapat ia penuhi sendiri, demi mempertahankan (keberadaan)-nya dan mencapai kesempurnaan tertingginya.

Segala sesuatu yang dibutuhkan semua orang untuk mempertahankan diri dan mencapai kesempurnaan (dapat) dikumpulkan dan diditribusikan dalam sebuah asosiasi.

Kota utama adalah kota yang bertujuan untuk bekerja sama dalam mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Page 13: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Kota utama adalah kota yang diperintah oleh penguasa tertinggi dengan syarat sebagai berikut:

- Memiliki berbagai ilmu dan pengetahuan- Mampu memahami dengan baik segala yang

harus dilakukannya.- Mampu membimbing dengan baik.- Mampu memanfaatkan orang-orang yang

memiliki kemampuan untuk mengarahkan pada kebahagiaan.

- Hal ini hanya terdapat pada orang yang memiliki kecenderungan alami yang besar lagi unggul, bila jiwanya bersatu dengan akal aktif.

Page 14: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Menurut Al-Farabi, ada tiga kelompok orang, dari segi kapasitas untuk memimpin, yaitu untuk memandu dan menasihati:

1) Penguasa tertinggi atau penguasa sepenuhnya,

2) Penguasa subordinat (tingkat kedua) yang berkuasa dan sekaligus dikuasai,

3) Yang dikuasai sepenuhnya.

Page 15: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

RINGKASAN BAB DALAM ARA’ AHL AL-MADINA AL-FADILAH

Bab 1 : ‘Sesuatu' yang harus diyakini sebagai Tuhan (Allah): apa itu, bagaimana itu, bagaimana harus dijelaskan, bagaimana wujud tersebut menjadi penyebab dari semua eksistensi lainnya, bagaimana keterkaitan di antara keduanya, bagaimana wujud tersebut dikenal dan diskursus lainnya terkait dengan “Tuhan”.

Bab 2 : Eksistensi yang harus diyakini sebagai malaikat, siapa mereka, bagaimana itu, dan apa asalnya dan bagaimana posisi mereka dalam kaitannya dengan “Yang Pertama”, dan tingkatan mereka dalam hubungannya dengan satu sama lain. Pembahasan berkenaan dengan teori Emanasi.

Bab 3 kelompok benda-benda langit, yang masing-masing terkait dengan salah satu eksistensi sekunder.

Page 16: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Bab 4. Benda-benda material, bagaimana mereka menjadi ada, berapa banyak benda-benda, dan bagaimana relasi di antara mereka.

Bab 5. Materi dan bentuk; bagaimana relasi antara keduanya.

Bab 6. Bagaimana eksistensi harus dijelaskan. Bab 7. Bagaimana benda-benda langit pada

umumnya harus dijelaskan. Bab 8. Bagaimana badan material alam secara

umum timbul di antara mereka yang muncul pertama, yang kedua, yang ketiga, dan seterusnya dalam urutan peringkat pertama sampai 'hal' terakhir yang muncul adalah manusia; informasi secara garis bagaimana masing-masing kelas benda-benda alam materi muncul.

Page 17: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Bab 9. Bagaimana keberadaan terus menerus dari setiap spesies dari tubuh materi yang dibawa, dan bagaimana individu-individu dari setiap spesies tetap eksis.

Bab 10. Manusia, fakultas-fakultas jiwa manusia, bagaimana mereka muncul dari Yang Pertama, yang kedua dan yang terakhir, dan relasi dengan yang lain.

Bab 11. Bagaimana organ-organ dan anggota badan manusia muncul, bagaimana mereka saling terkait, yang dari mereka adalah penguasa dan yang hamba, bagaimana putusan organ yang mengatur dan bagaimana organ yang melayani.

Bab 12. Pria dan wanita, apa fakultas masing-masing, dan apa fungsi dari masing-masing dari mereka, bagaimana anak muncul dari mereka, apa persamaan dan perbedaan di antara mereka, bagaimana anak lahir menyerupai kedua orang tua, kadang-kadang salah satu dari mereka saja, kadang-kadang salah satu nenek moyang, dan kadang-kadang tidak ada dari mereka.

Page 18: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Bab 13. Bagaimana intelligible tersebut berpengaruh dalam rasional jiwa, berapa banyak jenis intelligible, apa potensi intelek dan bagaimana aktualisasi intelek yang sebenarnya, apa itu intelek, mengapa mereka diberi nama 'intelek Aktif', apa fungsinya, bagaimana intelligible berpengaruh pada potensi intelek sehingga menjadi intelek yang aktual, apa keutamaan dari kebahagiaan, apa itu kebajikan dan keburukan; mana tindakan yang baik dan jahat, dan apa yang indah dan apa yang buruk.

Bab 14. Bagian (representasi) dari jiwa, dan berapa banyak fungsinya, bagaimana mimpi terjadi, berapa banyak jenis mimpi, apa yang menyebabkan mimpi menjadi benar; bagaimana 'wahyu 'datang, dan bagaimana orang yang harus menerima wahyu.

Page 19: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Bab 15. Manusia membutuhkan hubungan dan kerjasama, berapa banyak jenis masyarakat (manusia), yang mana masyarakat terbaik, yang mana kota terbaik, bagaimana jenis penguasa terbaik seharusnya, berapa banyak jenis kota yang bertentangan dengan kota terbaik (utama).

Bab 16. Kebahagiaan utama yang dapat dicapai oleh jiwa warga kota utama (terbaik), dan jenis kemalangan yang dicapai setelah kematian jiwa warga kota yang bertentangan dengan warga kota terbaik.

Page 20: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Bab 17. Bagaimana ‘pengaruh’ yang seharusnya di kota terbaik. Hal-hal yang muncul dalam jiwa orang yang salah dan palsu dari prinsip-prinsip 'bodoh' atas pandangan yang dideduksi.

Bab 18. Detil (catatan) dari jenis pandangan bodoh dimana tindakan bodoh, masyarakat dan kota dihasilkan.

Bab 19. Detil (catatan) prinsip-prinsip yang salah dimana pandangan tersebut dapat menimbulkan dosa dalam agama.

Page 21: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Dalam hal ini, al-Farabi membedakan negara menjadi lima kategori, yakni;

Pertama, negara utama (al-madinah al-fadhilah). Ia merupakan cermin negara yang memperjuangkan kemakmuran dan kesejahteraan warga negaranya. Segala kebijakan yang ditetapkan, senantiasa diorientasikan demi kemaslahatan rakyat, bukan kepentingan golongan apalagi pribadi.

Page 22: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Kedua, negara sesat (al-madinah al-dhalalah), yaitu negara yang berdiri congkak di atas kebodohan rakyat tentang kebenaran. Rakyat akan berbuat semaunya, tanpa ada kontrol dan etika kebenaran. Kebebasan benar menjadi nomor satu. Kehidupan akan kacau, karena tidak terikat perilaku kebenaran. Tatanan norma tidak berlaku sama sekali. Bahkan tindakan-tindakan mereka lebih mengarah pada perilaku destruktif dan anarkis.

Page 23: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Ketiga, negara jahil (al-madinah al-jahilah), yakni negara yang rakyatnya selalu mengikuti jalan kejahatan. Negara ini berbeda dengan negara sesat yang rakyat tidak menyadari kejahatannya. Rakyat dalam negara jahil sadar atas kejahatan yang diperbuat. Mereka sadar menyimpang, tapi tidak malakukan pertaubatan. Mereka justru mencari kebahagiaan dan kenikmatan lain yang fana. Menurut al-Farabi, negara jahil dapat dicirikan dengan, 1) rakyatnya melulu berusaha memenuhi kebutuhan jasmani, 2) berdagang untuk menumpuk kekayaan (kapitalis), 3) terpesona oleh kenikmatan keji, 4) gila hormat, 5) haus (rakus) kekuasaan, dan 6) membiarkan hawa nafsu terumbar secara liar.

Page 24: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Keempat, negara imoril (al-madinah al-al-fusqah), yakni negara yang rakyatnya telah mengenal kebenaran mengenai tuhan, akhirat, dan kebahagiaan sejati. Hanya saja, mereka hidup di luar konsep-konsep itu. Padahal, kebahagiaan sejati hanya akan dicapai melalui kebaikan dan pengamalan terhadap konsep-konsep itu. Karenanya, mereka tidak akan pernah mengenyam kebahagiaan sejati.

Page 25: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Kelima, negara massa (al-madinah al-jami'ah). Dalam negara bentuk ini, rakyat cenderung melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya (kebebasan dan keleluasaan untuk melakukak apa yang diinginkan). Semua unsur masyarakat itu sama. Warga pribumi dan non-pribumi disamakan secara mutlak. Pemimpin yang 'baik' dan 'ideal' dalam pandangan mereka, adalah yang paling cakap menyediakan kesempatan untuk melampiaskan nafsu. Bahkan lebih jauh lagi, rakyat tidak perlu mentaati perundang-perundangan yang diberlakukan pemerintah.

Page 26: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Dalam kaitannya dengan lima bentuk negara di atas, al-Farabi memandang bentuk negara pertamalah, al-madinah al-fadhilah, yang dapat disebut sebagai negara ideal. Menurutnya, dalam negara ini, kepala negara adalah satu-satunya person yang memegang peranan penting sekaligus sebagai person terpenting. Kepala negara dituntut berasal dari sosok yang paling sempurna dan cakap -- baik moril, intelektual, maupun menejerial – di antara masyarakat yang ada. Kepala negara dituntut berani, tegas, dan cepat dalam mengambil keputusan. Ia tidak boleh tergiur oleh iming-iming duniawi.

Page 27: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

Menurut al-Farabi, ketika sebuah kota utama terbentuk, tugas para pemimpin ini adalah mengatur jalannya aktivitas penduduknya agar tetap pada kapasitas masing-masing. Agar asosiasi yang tercipta pun berjalan harmonis. Dengan begitu dalam sebuah kota utama, spesialisasi penduduknya memang harus ada dan seorang pemimpin harus dapat mengatur ini dengan baik.

Tujuan kota utama adalah kebahagiaan. Baik secara individual maupun komunal, kota utama harus memberikan kebahagiaan bagi penghuninya. Pemimpin dalam kota ini memiliki tugas untuk membimbing dan menunjukkan warganya pada kebahagiaan itu.

Page 28: Ara’ ahl al Madina al-Fadila (Presentasi al-Farabi)

PENUTUP Kesempurnaan kota (kota utama) yang digagas al-Farabi

pertama kali harus dipahami secara konseptual (pada tataran teoritis/ ideal). Kedua, pembaca juga harus menyadari bahwa yang namanya konsep (ideal), bagaimana pun akan sempurna pada tataran gagasannya, namun ketika diturunkan pada wilayah praktis akan terjadi reduksi, bagaimanapun canggihnya sebuah konsep.

Pola kehidupan politik yang digambarkan al-Farabi telah kita temukan-sekali lagi meski tidak sesempurna yang digambarkannya-pada pemerintahan yang dipimpin Muhammad SAW. Di mana legitimasi kekuasaan didapat dari Tuhan, dan diterapkan berdasarkan keadilan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Model pemerintahan yang sekarang ini paling dekat dengan konsep al-Madinah al-Fadilah al-Farabi dapat kita temui pada konsep Teo-demokrasi yang kini telah dijalankan di Iran. Dengan konsep wilayatul fakih dan demokrasi, tujuan kebahagiaan itu hendak diraih ---- debatable.