“co orientasi” kepala desa dan badan …repository.umrah.ac.id/1979/1/umi...
TRANSCRIPT
“CO-ORIENTASI” KEPALA DESA DAN BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PEMBANGUNAN DESA
SEBONG PEREH KECAMATAN TELUK SEBONG TAHUN 2016
(Studi Pada BUMDes Sebong Pereh)
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
UMI LESTARI
NIM : 130565201081
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2018
“CO-ORIENTASI” KEPALA DESA DAN BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PEMBANGUNAN DESA
SEBONG PEREH KECAMATAN TELUK SEBONG TAHUN 2016
(Studi Pada BUMDes Sebong Pereh)
Umi Lestari, Nazaki, Uly Sophia
E-mail: [email protected]
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji
A B S T R A K
Salah satu wujud dari peran pemerintah desa dalam mensejahterakan
masyarakat desa yaitu melalui pembangunan.Tujuan dasar dari pembangunan desa
adalah mengurangi dan akhirnya menghapuskan kemiskinan yang
berkepanjangan, sementara tujuan utamanya yaitu meningkatkan taraf hidup
masyarakat untuk menjadi masyarakat yang makmur dan sejahtera.Upaya tersebut
di lakukan oleh Pemerintah Desa Sebong Pereh melalui pendirian BUMDes yang
diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.Namun upaya tersebut
belum dapat dirasakan oleh masyarakat Desa Sebong Pereh.Komunikasi penting
bagi suatu organisasi karena komunikasi merupakan alat utama untuk dapat
bekerjasama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan atau program yang telah
ditetapkan sebelumnya. Tanpa adanya komunikasi tujuan yang ditetapkan tidak
akan bisa di jalankan dengan sebagaimana mestinya. Sama hal nya dengan proses
pendirian BUMDes di Desa Sebong Pereh. Komunikasi sangat dibutuhkan oleh
Kepala Desa, Ketua Badan Permusyawaratan Desa dan masyarakat desa dalam
proses pendirian BUMDes melalui musyawarah desa. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana “Co-Orientasi” Kepala Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa dalam Pembangunan Desa melalui pendirian BUMDes di
Desa Sebong Pereh Kecamatan Teluk Sebong pada Tahun 2016.Pembahasan
dalam skripsi ini mengacu pada teori Broom, 2005.Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif.Dalam penelitian ini informan berjumlah 12
orang.Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara dan
dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komunikasi
yang terlaksana di dalam pendirian BUMDes belum efektif, masih ada
kekurangan-kekurangan yang sangat berpengaruh terhadap proses pendirian dan
pengelolaan BUMDes Sebong Pereh. Selain faktor komunikasi juga disebabkan
oleh kurangnya sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidang tersebut.
Kata Kunci :“Co-Orientasi”, Kepala Desa, Badan Permusyawaratan Desa
A B S T R A C T
One manifestation of the Government's role in the village community
villagers prosper through development. The basic purpose of development is to
reduce and eventually eliminate the prolonged poverty, while its main purpose,
namely increasing the welfare society to be prosperous and affluent society. The
effort in doing by the Government through the establishment of Village Pereh
Sebong BUMDes which is expected to boost the economy of the community. But
the effort has yet to be felt by villagers Sebong Pereh. Communication is
important to an organization because communication is the main tool to be able
to cooperate in the implementation of various activities or programs that have
been set previously. In the absence of communications goals set will not be on the
run with properly. Same thing with the process of the establishment of the
BUMDes in the village of Sebong Pereh. Communication is urgently needed by
the village chief, Chair of the Consultative Bodies of the village and the villagers
in the process of establishment of BUMDes village in consultation. This research
aims to find out how the "Co-Orientation" the village chief and the Agency's
consultative Village in development through the establishment of the village of
BUMDes in the village of Teluk Sebong Sebong Pereh Sub-district in the year
2016. The discussion in this thesis refers to the theory of Broom, 2005. The
research method used is descriptive qualitative. In this study informants amounted
to 12 people. Engineering data collection performed is observation, interview and
documentation. Based on the results of the study it can be concluded that
communications that were carried out in the establishment of BUMDes has not
been effective, there are still deficiencies are very influential towards the process
of the establishment and management of BUMDes Sebong Pereh. In addition to
the communication factor is also caused by a lack of human resources that are
competent in that field.
Keyword: "Co-Orientation", The Village Head, Village Of Consultative
Bodies
4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sistem pemerintahan
Indonesia dikenal pemerintahan
desa. Desa adalah desa dan desa
adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut Desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan di
hormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Landasan pemikiran
dalam mengenai pemerintahan desa
adalah keanekaragaman, partisipasi,
otonomi asli, demokratisasi dan
pemberdayaan masyarakat.Dimana
dalam perkembangannya desa
kemudian tetap dikenal dalam tata
pemerintahan di Indonesia sebagai
tingkat pemerintahan yang paling
rendah dan diatur dalam peraturan
Perundang-undangan.Pemerintahan
desa dibentuk untuk
menyelenggarakan urusan
pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (Syafrudin, H.
Ateng, 2010).
Penyelenggaraan
pemerintahan diselenggarakan oleh
pemerintah desa. Pemerintah desa
sebagaimana dimaksud adalah
kepala desa atau yang disebut
dengan nama lain dan yang dibantu
oleh perangkat desa atau yang
disebut dengan nama lain. Kepala
Desa bertugas menyelenggarakan
Pemerintahan Desa, melaksanakan
Pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat
Desa.Kepala desa merupakan
lembaga eksekutif di tingkat desa.
Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) merupakan perwujudan
dari sistem demokrasi, didalam
UUDes mengatakan bahwa BPD
merupakan lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan
yang anggotanya merupakan wakil
penduduk desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan
secara demokratis.Dibentuknya
BPD merupakan hasil dari reformasi
sebagai upaya dari perwujudan
demokrasi di tingkat desa, yaitu
untuk menggali, menampung,
menghimpun dan menyalurkan
aspirasi masyarakat.
Pemerintahan Desa secara
yuridis terdiri atas Kepala Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa.
Menurut Syafrudin, H. Ateng
(2010), kedua institusi pemerintahan
desa ini secara bersama-sama dalam
melakukan tugas dan kewenangan:
1) Membahas dan menyepakati
bersama peraturan desa.
2) Memprakarsai perubahan
status desa menjadi
kelurahan melalui
musyawarah desa.
3) Menetapkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja
Desa.
4) Menyusun perencanaan
pembangunan desa.
5) Ikut serta membangun
kawasan perdesaan.
6) Ikut serta dalam kebijakan
kerjasama antar desa yang
sifatnya membebani
masyarakat desa
7) BPD berwenang melakukan
pengawasan terhadap
pelaksanaan Perdes dan
Peraturan Kepala Desa.
8) Membahas bersama
pengelolaan kekayaan milik
desa.
Komunikasi merupakan
aktivitas pokok bagi
manusia.Dengan berkomunikasi,
manusia saling berhubungan dalam
kehidupan sehari-harinya, di rumah,
tempat kerja, pasar, masyarakat, dan
dimana pun manusia berada. Tidak
ada manusia yang tidak akan terlibat
dalam komunikasi karena dengan
komunikasilah semua maksud dan
tujuannya dapat di capai. Pentingnya
komunikasi bagi manusia tidaklah
dapat dipungkiri begitu juga halnya
bagi organisasi.Dengan adanya
komunikasi yang baik, suatu
organisasi dapat berjalan dengan
lancar dan berhasil, begitu pula
sebaliknya, kurangnya atau tidak
adanya komunikasi, suatu organisasi
dapat macet dan berantakan.
Memahami hal demikian,
dalam kenyataan yang ada objek
yang akan diamati menunjukkan
bahwa dalam hal komunikasi
Kepala Desa dan Ketua BPD
memperlihatkan gejala komunikasi
yang kurang efektif. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan, Kepala
Desa dan Ketua Badan
Permusyawaratan Desa justru masih
dikatakan kurang dalam hal
komunikasi.Hal ini terlihat pada
pelaksanaan musyawarah desa
pendirian BUMDesa. Didalam
peraturan dijelaskan bahwa
pendirian BUMDes di bahas melalui
musyawarah desa, tetapi justru
adanya ketua yang terpilih tidak
diketahui oleh BPD dan masyarakat
desa. Hal ini memicu kritikan dari
masyarakat bahwasannya pihak desa
tidak demokrasi dan transparan
dalam penetapan ketua BUMDes
secara sepihak oleh Pemerintah
Desa.Kemudian komunikasi yang
tidak efektif antar Kepengurusan
Organisasi Pengelola BUMDes juga
mengakibatkan tidak berjalannya
BUMDes hingga saat ini.
Berdasarkan uraian-uraian
diatas, maka penulis mengangkat
permasalahan ini menjadi penelitian
yang berjudul : “Co-orientasi
Kepala Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa dalam
Pembangunan Desa Sebong Pereh
Kecamatan Teluk Sebong Tahun
2016 (Studi pada BUMDes Sebong
Pereh)”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas
maka dapat dirumuskan
permasalahan :
6
Bagaimana Co-Orientasi Kepala
Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa dalam Pembangunan Desa
Sebong Pereh Kecamatan Teluk
Sebong Tahun 2016 ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah peneliti ingin
mengetahui Co-orientasi Kepala
Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa dalam Pembangunan Desa
Sebong Pereh Kecamatan Teluk
Sebong Tahun 2016.
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah
Deskriptif kualitatif. Menurut
Sugiyono (2005), bahwa “penelitian
deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai
variable mandiri, baik satu variable
atau lebih (indevenden) tanpa
membuat perbandingan, atau
menghubungkan antara variable satu
dengan variable lain”. Dengan
menggunakan data kualitatif yang
dinyatakan dalam bentuk kata,
kalimat, dan gambar.
Dengan teknik dan alat
pengumpulan data yakni,
dokumentasi, observasi dan
wawancara yang dilakukan dengan
informan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu upaya
pembangunan desa dimulai dengan
pembangunan sumberdaya dan
keuangan desa agar
penyelenggaraan pemerintahan desa
dapat terwujud secara mandiri.
Terkait dengan pembangunan
sumberdaya dan keuangan desa,
Undang-undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa memberikan
peluang pada desa untuk dapat
membangun desa dengan
mendirikan BUMDes, hal ini
bertujuan agar desa dapat menjadi
bagian dari proses pembangunan
nasional. Desa dengan membangun
BUMDes sebagai bagian dari proses
pengelolaan keuangan desa agar
lebih optimal dan memberikan
pemasukan bagi desa.
Di Desa Sebong Pereh
memiliki BUMDes dengan nama
“Sebong Pereh Gemilang”. Hingga
saat ini belum ada usaha yang
dijalankan sehingga penyertaan
modal tersebut menjadi silpa 2 tahun
berjalan.Perlu ada penanganan oleh
Pemerintah desa untuk hal ini agar
BUMDes kedepannya dapat
menghasilkan kemanfaatan untuk
desa dan masyarakat desa.
Co-orientasi merupakan
gagasan bahwa dua orang yang
berorientasi pada sebuah objek
umum (topik, isu keprihatinan,
situasi, gagasan, tujuan, orang lain,
kelompok, dan sebagainya).Ketika
berorientasi bersama pada suatu
masalah, para pelaku komunikasi
mencoba membicarakan makna
yang sesuai terhadap objek
tersebut.Kadang-kadang mereka
berhasil melakukannya, dan kadang-
kadang tidak, dan membutuhkan
interaksi yang besar untuk mencapai
beberapa pemaknaan tertentu.
Meskipun demikian, manusia saling
terhubung alam apa yang Taylor
sebut dengan tritunggal A-B-X.A
adalah orang 1, B adalah orang 2,
dan X adalah masalah bersama atau
objek yang menjadi fokus interaksi
mereka. Didalam penelitian ini
peneliti memposisikan bahwa
tritungal tersebut adalah Kepala
Desa, Ketua BPD, dan yang menjadi
fokus permasalahan yaitu
BUMDesa.
Peneliti menganalisis Co-
orientasi Kepala Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa dalam
permasalahan BUMDesa dengan
menggunakan teori Co-Orientation
oleh Broom. Broom mengatakan
bahwa didalam interaksi antar
individu terhadap suatu isu
memunculkan lima relasi dalam
interaksi. Kemudian dari kelima
relasi tersebut menghasilkan tiga
situasi komunikasi (variabel co-
orientation) yang mewarnai
interaksi antar dua individu terhadap
suatu isu, yaitu Congruen
(Persamaan), Agreement
(Persetujuan), dan
Accuracy(Ketepatan). Berdasarkan
wawancara kepada beberapa
informan, berikut penjelasan hasil
penelitian yang dilakukan :
A. Congruen (persamaan)
Congruen merupakan
tingkatan persamaan persepsi atau
pemikiran dari individu satu dan
individu yang lain tentang suatu
objek. Objek yang dimaksud dalam
konteks penelitian ini adalah
BUMDesa.BUMDesa adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh desa
melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan desa
yang dipisahkan guna mengelola
asset, jasa pelayanan, dan usaha
lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat
desa.Badan Usaha Milik Desa ini
juga berguna untuk mengelola aset
dan kekayaan desa agar dapat
didayagunakan sebesar-besarnya
untuk kesejahteraan masyarakat
desa.
Dari hasil wawancara yang
dilakukan bahwa latar belakang dan
tujuan pendirian BUMDesa di Desa
Sebong Pereh yaitu berdasarkan
yang diamanatkan oleh pemerintah
pusat kepada tiap-tiap desa yang ada
di Indonesia.Kemudian untuk Desa
Sebong Pereh dengan adanya
BUMDesa diharapkan memberi
dampak dengan meningkatnya
kesejahteraan masyarakat melalui
perbaikan pelayanan umum,
pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi desa. Tujuan bagi
pemerintah desa yaitu meningkatnya
perekonomian masyarakat,
membuka lapangan kerja untuk
masyarakat, dan dapat
8
mendatangkan Pendapatan Asli
Desa yang dapat dimanfaatkan
untuk pembangunan desa,
pemberdayaan masyarakat desa, dan
pemberian bantuan untuk
masyarakat miskin melalui hibah,
bantuan sosial dan dana bergulir.
Selain itu pendirian
BUMDesa juga merupakan wujud
dari tujuan pembangunan desa di
Bidang Pemberdayaan Masyarakat
yang tertuang di dalam RPJMDes
dan RKP Desa Sebong
Pereh.Pendirian BUMDes sebagai
upaya menampung seluruh kegiatan
di bidang ekonomi dan pelayanan
umum yang dikelola desa dan
kerjasama antar desa.
B. Agreement (persetujuan)
Persetujuan adalah
persamaan dari segi penilaian
tentang suatu isu/objek yang
menjadi minat bersama.Persetujuan
didapat dengan mengukur
kesesuaian dan ketidaksesuaian
pandangan Kepala Desa dan Ketua
BPD terhadap suatu isu (Broom,
2005). Jika pesetujuan tidak tercapai
atau tingkat persetujuan rendah,
maka akan memunculkan
kesenjangan atau gap. Dengan kata
lain, gap terjadi jika terdapat
perbedaan.
Setelah melihat persepsi
antara Kepala Desa dan Ketua BPD
terhadap BUMDesa, maka dapat
dikatakan bahwa pandangan
keduanya memunculkan persepsi
yang sama. Jika ada persamaan
persepsi yang ada maka
terbentuklah tanggapan
persetujuan.Dalam hal ini maka
keduanya setuju untuk mendirikan
BUMDesa di Desa Sebong Pereh
dengan tujuan untuk mengatasi
persamalahan yang ada.
Didalam Buku 7 Badan
usaha Milik desa, arus prosedural
dan teknokratik pendirian
BUMDesa memerlukan langkah-
langkah pelembagaan BUMDesa
secara partisipatif.Tujuannya,
agenda pendirian BUMDes benar-
benar dengan denyut nadi usaha
ekonomi desa dan demokratisasi
desa.
Pertama, Sosialisasi tentang
BUMDes. Langkah sosialisasi ini
bertujuan agar masyarakat desa dan
kelembagaan desa memahami
tentang apa BUMDes, tujuan
pendirian BUMDes, manfaat
pendirian BUMDes dan lain
sebagainya. Sebelum BUMDes
didirikan seharusnya dilakukan
sosialisasi BUMDes ke masyarakat
sangat diperlukan karena untuk
memberikan penjelasan mengenai
apa itu BUMDes ke masyarakat.
Sehingga hal ini akan mendapatkan
respon yang baik dan dapat menarik
aspirasi dan juga partisipasi dari
masyarakat. Tetapi pada
pelaksanaannya pendirian BUMDes
di Desa Sebong Pereh tidak
melakukan sosialisasi, maka hal ini
menyebabkan partisipasi masyarakat
yang rendah akan pemahaman
BUMDes.
Kedua, Pelaksanaan
Musyawarah Desa. Musyawarah
desa adalah musyawarah antara
BPD, Pemerintah Desa, dan unsur
masyarakat yang diselenggarakan
oleh BPD untuk menyepakati hal
yang bersifat strategis.Secara
praktik, musyawarah desa
diselenggarakan oleh BPD yang
difasilitasi oleh pemerintah
desa.Salah satu tahapan dalam
musyawarah desa yang penting
adalah rencana pemetaan
aspirasi/kebutuhan masyarakat
tentang BUMDesa oleh BPD.
Desa Sebong Pereh
melaksanakan musyawarah Desa
pertama pada hari Selasa, 02
Agustus 2016 dengan agenda
“Pembentukan Badan Pengawas
BUMDesa”. Pada musyawarah
pemilihan Ketua BUMDesa tidak
sekaligus membahas mengenai
usaha yang akan dijalankan dan
beberapa hal yang telah dijelaskan
di atas.
Untuk menentukan usaha
yang akan dijalankan, semestinya
diadakan terlebih dahulu sosialisasi
dan pemetaan bersama potensi desa
yang bisa dijadikan dan masuk
kepada kriteria jenis usaha
BUMDes. Karena dengan sosialisasi
dapat menarik partisipasi
masyarakat untuk menyalurkan ide
dan inovasinya untuk usaha yang
akan dijalankan oleh BUMDesa.
Namun, dalam hal usaha yang akan
dijalankan di Desa Sebong Pereh,
seluruhnya langsung diberikan
kepada kepengurusan yang ada.
Dalam menentukan usaha yang akan
dijalankan oleh BUMDes, seluruh
tanggungjawab diberikan kepada
Pengurus tanpa campur tangan
Pihak Desa dan BPD tanpa ada
diskusi dan musyawarah.
Kurangnya sosialisasi mengenai
usaha yang akan dijalankan
BUMDes, dan juga tidak adanya
pemetaan mengenai potensi yang
ada di desa yang masuk ke dalam
kriteria usaha BUMDes sehingga
mengakibatkan terjadinya penolakan
proposal berkali-kali sehingga
BUMDes yang sudah terbentuk
selama 2 tahun ini tidak berjalan
sesuai harapan dan tujuan yang
sudah ditetapkan diawal. Selain itu
juga kurangnya komunikasi yang
dikarenakan terdapat konflik antar
pihak yang berkepentingan yang
membuat komunikasi untuk
menyelesaikan permasalahan
BUMDes yang tidak berjalan sulit
diselesaikan.
Kepengurusan dipilih
langsung dalam musyawarah desa,
kemudian susunan kepengurusan
BUMDesa ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Desa.Susunan
kepengurusan organisasi pengelolan
BUMDesa terdiri dari penasihat,
pelaksana operasional dan
pengawas.Pada saat itu terjadi
penetapan Ketua BUMDesa secara
sepihak dari pihak desa.Ketua
BUMDesa yang terpilih sendiri
10
tidak diketahui oleh Ketua BPD dan
juga masyarakat.Dalam hal
pendirian BUMDesa yang dilakukan
tidak sesuai prosedur peraturan yang
ada, tidak dilakukan pemilihan
melalui musyawarah yang
demokratis. Hal ini dilatarbelakangi
oleh kurang pemahaman akan aturan
dan kurangnya komunikasi. Ketua
yang terpilih tidak diketahui oleh
Ketua BPD dan masyarakat desa,
bahkan masyarakat desa sendiri juga
ada yang tidak tau apa itu
BUMDesa karena kurangnya
sosialisasi. Melihat hal ini maka
masyarakat meminta untuk
diadakannya pemilihan ulang Ketua
BUMDesa.
Setelah diadakan diskusi
antara pihak desa dan BPD, maka
diadakanlah pemilihan ulang yang
diadakan pada tanggal 06 Agustus
2016 sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan melalui
musyawarah desa. Pemilihan Ketua
BUMDesa di ikuti oleh partisipasi
masyarakat yang cukup tinggi.
Ketiga, Penetapan Perdes
tentang Pendirian BUMDesa.
Susunan nama pengurus yang telah
dipilih dalam musyawarah desa
dijadikan dasar oleh Kepala Desa
dalam penyusunan surat keputusan
Kepala Desa tentang Susunan
Kepengurusan BUMDesa. Di Desa
Sebong Pereh pendirian BUMDesa
ditetapkan ke dalam Peraturan Desa
Nomor 3 tahun 2016 tentang
Pembentukan Badan Usaha Milik
Desa Sebong Pereh Gemilang.
C. Accuracy (ketepatan)
Variabel terakhir dari Co-
Orientasi yaitu akurasi atau
ketepatan.Dalam hal ini peneliti
menilai dengan seberapa tepat
persetujuan yang dijalankan,
kemudian bagaimana langkah
selanjutnya dan interaksi yang harus
terjalin secara terus menerus melalui
komunikasi.
Berdasarkan wawancara
yang dilakukan bahwa sebenarnya
tujuan yang sudah ditetapkan
tersebut sudah tepat sasaran.Namun
melihat kondisi yang terjadi
dilapangan, pelaksanaannya belum
efektif sesuai tujuan yang
ditetapkan.Melihat hal ini maka
seharusnya perlu dilakukan
pencarian jalan keluar bersama
untuk menjalankan kembali
BUMDes yang sudah dibentuk.
Kepala Desa selaku
penasihat melakukan komunikasi
yang lebih terkait permasalahan
yang dihadapi oleh
BUMDes.Kepala Desa seharusnya
melakukan interaksi melalui
komunikasi secara langsung untuk
menyelesaikan permasalahan
BUMDes sesuai dengan yang telah
dijelaskan didalam Permendes
tentang kewajiban dari
Penasihat.Tetapi yang ditemukan
dalam penelitian ini, hal itu tidak
terjadi.Bahkan komunikasi yang
terjalin antara Kepala Desa dan
Ketua BUMDes hanya melalui
perantara-perantara.Komunikasi
yang terjalin dalam kepengurusan
antara Penasihat dan Pelaksana
Operasional tidak berjalan
maksimal.Tidak ada ketegasan
mengenai pengelolaan BUMDesa
dan bentuk pertanggungjawaban
juga tidak dilaksanakan oleh
kepengurusan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan wawancara
yang dilakukan oleh peneliti dapat
ditarik kesimpulanbahwa didalam
proses pendirian BUMDes
menunjukkan komunikasi yang di
lakukan masih kurang efektif.
Broom mengatakan ada 3 situasi
komunikasi (variabel co-orientation)
yang mewarnai interaksi antar
individu terhadap suatu isu, yaitu :
A. Congruen (Persamaan)
Pada permasalahan yang
dihadapi oleh desa, maka
memunculkan persepsi antara
Kepala Desa dan Ketua BPD untuk
bersama-sama mendirikan BUMDes
dengan tujuan untuk meningkatkan
perekonomian Desa.Hal ini juga
sesuai dengan tujuan Pembangunan
Desa Sebong Pereh di Bidang
Pemberdayaan Masyarakat yang
tertuang di dalam RPJMDes dan
RKP Desa Sebong Pereh. Kemudian
Kepala Desa dan Ketua BPD
sepakat bahwa keduanya memiliki
persepsi yang sama, dan setuju
untuk didirikan BUMDes Sebong
Pereh.
B. Agreement (Persetujuan)
Persetujuan didapatkan
setelah Kepala Desa dan Ketua BPD
setuju bahwa keduanya sepakat
untuk mendirikan BUMDes.Namun
dalam pelaksanaannya, ditemukan
ketidakefektifan komunikasi yang
terjalin antara Kepala Desa dan
Ketua BPD.Hal ini ditandai dengan
awal pendirian BUMDes yang
ditetapkannya Ketua BUMDes oleh
pihak desa tanpa melalui
musyawarah desa.Kemudian usaha
yang dijalankan tidak dibicarakan
secara bersama, lebih kepada
pelimpahan keseluruhan
tanggungjawab kepada
Kepengurusan BUMDes yang
terpilih.Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tingkat persetujuan rendah
ditandai dengan terjadinya
perbedaan antar keduanya.
C. Accuracy (Ketepatan)
Variabel ketepatan masih
rendah, hal ini ditandai dengan
dampak dari pendirian BUMDesa
yang belum tepat sasaran dan
kurangnya interaksi melalui
komunikasi secara terus menerus
untuk mengatasi permasalahan dari
persetujuan yang telah ditetapkan
bersama.Komunikasi yang terjadi
kurang efektif dalam mengontrol
pelaksanaan pengelolaan
BUMDesa.Bentuk
pertanggungjawaban juga tidak
dilaksanakan oleh kepengurusan
BUMDesa.
12
B. Saran
1. Perlu di agendakan terlebih
dahulu hal-hal yang akan
dilakukan melalui
persetujuan bersama dari
semua pihak yang ada di
Desa. Sehingga memiliki
arah yang jelas mengenai
proses yang akan dijalankan
kedepannya.
2. Sebaiknya dilakukan
sosialisasi dan kemudian
pemetaan bersama terlebih
dahulu mengenai jenis usaha
yang akan dijalankan.
Kemudian melibatkan orang
yang berkompeten dalam
bidangnya sehingga dapat
diperhitungkan dengan
cermat dan tepat.
3. Meningkatkan komunikasi
dan kerjasama antar
Kepengurusan Organisasi
Pengelolaan BUMDes.
4. Evaluasi dan penyegaran
Kepengurusan Organisasi
Pengelolaan BUMDes.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Nurcholis, Hanif. 2011.
Pertumbuhan &
Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
Jakarta: Erlangga.
Syafrudin, H. Ateng. 2010. Republik
Desa, Pergulatan Hukum
Tradisional dan Hukum
Modern dalam Desain
Otonomi Desa. Cetakan ke
1. Bandung: PT Alumni.
Widjaja. HAW. 2003. Otonomi
Desa Merupakan Otonomi
yang Asli, Bulat, dan
Utuh.Cetakan ke 5. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Sugiyono. 2005. Metodelogi
Penelitian Administratif.
Bandung: Alfabeta.
Wasistiono, Sadu., Irwan Tahir.
2007. Prospek
Pengembangan Desa.
Bandung: Fokusmedia.
Suprapto, Tommy. 2011.Pengantar
Ilmu Komunikasi dan
Peran Manajemen dalam
Komunikasi.Yogyakarta:
CAPS.
Syafiie, Inu Kencana. 2011.
Manajemen Pemerintahan.
Bandung: Pustaka Reka
Cipta.
Abidin, Zainal Yusuf. 2016.
Komunikasi Pemerintahan
Filosofi, Konsep, dan
Aplikasi. Bandung: Pustaka
Setia.
Arianto, Bismar. 2016.
Pemerintahan Desa.
Tanjungpinang: UMRAH
Press.
Kriyantono, rachmat. 2014. Teori
Public Relation Perspektif
Barat dan Lokal. Jakarta:
Kencana.
Putra, Surya Anom. 2015. Buku 7
Badan Usaha Milik Desa
Spirit Usaha Kolektif Desa.
Jakarta : Kementerian Desa
dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Jurnal
Adhari, Agus dan Ismaidar.Analisis
Hukum Pembentukan
Badan Usaha Milik Desa
dalam Upaya
Meningkatkan Pendapatan
Asli Desa di Kecamatan
Babalan Kabupaten
Langkat.Jurnal Hukum
Bisnis dan Investasi, Vol.
9, No. 1, 2017.
Undang-Undang
Undang-undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa.
Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun
2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan
Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha
Milik Desa.