analisis putusan hakim tentang hak suami isteri …repository.uinjambi.ac.id/1863/1/siti nur...

94
ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG HAK SUAMI ISTERI TERHADAP “HARTA SEPENCARIAN” SETELAH PERCERAIAN DI MAHKAMAH TINGGI SYARIAH SHAH ALAM, SELANGOR, MALAYSIA SKRIPSI SITI NUR FASYILIN BINTI SARANI SPM 103170034 PEMBIMBING: Dr. ILLY YANTI, M. Ag Drs. H. USMAN HI., M. HI JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1440 H / 2019 M

Upload: others

Post on 01-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG HAK SUAMI ISTERI

    TERHADAP “HARTA SEPENCARIAN” SETELAH

    PERCERAIAN DI MAHKAMAH TINGGI

    SYARIAH SHAH ALAM, SELANGOR,

    MALAYSIA

    SKRIPSI

    SITI NUR FASYILIN BINTI SARANI

    SPM 103170034

    PEMBIMBING:

    Dr. ILLY YANTI, M. Ag

    Drs. H. USMAN HI., M. HI

    JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB

    FAKULTAS SYARIAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

    JAMBI

    1440 H / 2019 M

  • ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG HAK SUAMI ISTERI

    TERHADAP “HARTA SEPENCARIAN” SETELAH

    PERCERAIAN DI MAHKAMAH TINGGI

    SYARIAH SHAH ALAM, SELANGOR,

    MALAYSIA

    Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

    Dalam Perbandingan Mazhab

    SKRIPSI

    SITI NUR FASYILIN BINTI SARANI

    SPM 103170034

    PEMBIMBING:

    Dr. ILLY YANTI, M. Ag

    Drs. H. USMAN HI., M. HI

    JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB

    FAKULTAS SYARIAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

    JAMBI

    1440 H / 2019 M

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    MOTTO

    Artinya: dan janganlah kamu terlalu mengharapkan (ingin mendapat) limpah

    kurnia Yang Allah telah berikan kepada sebagian dari kamu (untuk menjadikan

    mereka) melebihi sebagian Yang lain (tentang harta benda, ilmu

    pengetahuan atau pangkat kebesaran). (karena telah tetap) orang-orang lelaki ada

    bahagian dari apa Yang mereka usahakan, dan orang-orang perempuan pula ada

    bahagian dari apa Yang mereka usahakan; (maka berusahalah kamu) dan

    mohonkanlah kepada Allah akan limpah kurniaNya. Sesungguhnya Allah sentiasa

    mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.1

    1 Surah an-Nisa (4:32)

  • vii

    ABSTRAK

    Siti Nur Fasyilin Binti Sarani, SPM 10317003, Analisis Putusan Hakim di

    Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam Tentang Hak Suami Isteri Terhadap “Harta

    Sepencarian”.

    Skripsi yang berjudul Analisis Putusan Hakim di Mahkamah Tinggi Syariah Shah

    Alam Tentang Hak Suami Isteri Terhadap “Harta Sepencarian” ini adalah untuk

    mengetahui dasar-dasar putusan dikeluarkan oleh Hakim Mahkamah Tinggi

    Syariah Shah Alam berkaitan “harta sepencarian”.Selain itu, skripsi ini juga adalah

    untuk menganalisa metode istinbath Hakim Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam

    dalam mengeluarkan putusan. Metode penelitian yang digunakan yaitu sistem field

    research di Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam. Oleh karena itu, data yang

    diperoleh adalah berasal dari wawancara dan perpustakaan. Data yang digunakan

    dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi dua yaitu pertama data primer yang

    bersumberkan dokumen yang berkaitan dengan kajian ini berupa informasi atau

    keterangan yang diperoleh dari penelitian lapangan di Mahkamah Tinggi Syarah

    Shah Alam. Yang kedua ialah data sekunder yaitu penunjang atau pelengkap dalam

    penulisan skripsi ini yang diambil dari bermacam-macam buku, majalah dan

    sumber internet yang punya hubungan dengan materil yang dibahas penulis. Hasil

    Penelitian yang penulis dapat setelah melakukan penelitian adalah dasar-dasar

    penetapan putusan Hakim adalah berdasarkan fatwa yang dikeluarkan yaitu nilai

    pada tahap sumbangan pasangan dan metode istinbath putusan Hakim yang

    digunakan adalah berpandukan kepada 3 bagian yaitu fatwa yang dikeluarkan,

    mengikut ijtihad Hakim terdahulu dan menjaga kemaslahatan (metode Istislahy).

    Kata Kunci: Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam, Metode Istinbath Hukum,

    Harta Sepencarian

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan skripsi ini Untuk orang-orang yang kucintai

    Ibunda Siti Kahlijah Binti Aziz dan Ayahanda Sarani Bin Iberahim. Yang telah

    mendidik dan mengasuh ananda dari kecik hingga dewasa dengan penuh kasih sayang keluarga, agar kelak ananda menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua dan berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa dan dapat meraih cita-

    cita.

    Terima kasih juga kepada adik-beradik Ayong, Angah, Abang Ngah, Abang, Bang Cik, Kak Ain, Abang Hisyam, Adik Daus Dan Adik Aqi. Sahabat seperjuangan saya

    sepanjang berada di Jambi.

    Penghargaan saya tujukan juga kepada sahabat-sahabatku Hanisah Basyirah, Hajar, Bintu Afiqah, Farhana, Fatini, Aishah, Janna, Afifah dan Syafiqah. Tidak lupa kepada Muzani yang sentiasa memberi sokongan kepada saya ketika saya menjalankan tugasan saya. Tidak lupa juga kepada seluruh sahabat Persatuan

    Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia Cawangan Jambi. Mereka yang banyak memberikan semangat dan dorongan di kala suka maupun duka, semoga pahit

    manis yang kita semua lalui menjadi kenangan terindah dan kita semua menjalani kehidupan yang bahagia dan sejahtera

    Terima kasih atas segalanya.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kiranya pantaslah penulis

    memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah

    diberikan kepada penulis, baik kesempatan maupun kesehatan, sehingga penulis

    dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salam dan salawat selalu tercurah

    kepada junjungan kita Baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia

    dari alam jahiliyah menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.

    Skripsi yang berjudul Analisis Putusan Hakim Tentang Hak Suami Isteri

    Terhadap “Harta Sepencarian” Setelah Perceraian Di Mahkamah Tinggi

    Syariah Shah Alam, Selangor, Malaysia. Skripsi ini dapat hadir seperti sekarang

    ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnya penulis

    mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa

    membantu penulis selama proses pembuatan skripsi ini dari awal hingga akhir.

    Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan

    ilmu syariah dalam bagian perbandingan mazhab dan juga memenuhi sebagian

    persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Jurusan

    Perbandingan Mazhab dan Hukum pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri

    Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia.

    Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis akui tidak terlepas dari menerima

    hambatan dan halangan baik dalam masa pebumpulan data maupun

    penyusunannya. Situasi yang mencabar dari awal hingga keakhir menambahkan

    lagi daya usaha untuk menyelesaikan skripsi ini agar selari dengan penjadualan.

    Dan berkat kesabaran dan sokongan dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat juga

    diselesaikan dengan baik seperti yang diharapkan.

    Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebenar-besarnya atas semua

    bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama

  • x

    penyusunan tugas akhir ini hingga selesai. Secara khusus rasa terima kasih tersebut

    penulis sampaikan kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asy’ari, MA, Ph.D selaku Rektor UIN STS

    Jambi, Indonesia.

    2. Bapak Dr. A.A. Miftah, M. Ag Dekan Fakultas Syariah UIN STS Jambi,

    Indonesia.

    3. Bapak H. Hermanto Harun Lc M. HI., Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang

    Akademik, Ibu Dr. Rahmi Hidayati S. Ag. M. HI Wakil Dekan Bidang

    Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan dan Ibu Dr Yuliantin M,

    HI, Wakil Dekan Kemahasiswaan dan Kerjasama di lingkungan Fakultas

    Syariah UIN STS Jambi, Indonesia.

    4. Bapak Al Husni S.Ag, M. HI Ketua Jurusan Perbandingan Mazhab dan

    Bapak Yudi Armansyah M. Hum Sekretaris Jurusan Perbandingan Mazhab,

    Fakultas Syariah UIN STS Jambi, Indonesia.

    5. Ibu Dr. Illy Yanti M. Ag selaku Pembimbing I dan Bapak H. Usman HI,

    M.HI selaku pembimbing II skripsi ini yang telah banyak memberi

    masukan, tunjuk ajar dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan

    skripsi ini.

    6. Bapak dan Ibu dosen yang telah mengajar sepanjang perkuliahan, asisten

    dosen serta seluruh karyawan dan karyawati yang telah banyak membantu

    dalam memudahkan proses penyusunan skripsi di Fakultas Syariah UIN

    STS Jambi, Indonesia.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, baik dari segi materi

    maupun penyajiannya. Penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran

    yang bersifat membangun kearah pembaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

    Cukup banyak kesulitan yang penulis temui dalam penulisan skripsi ini, tetapi

    Alhamdulillah dapat penulis atasi dan selesaikan dengan baik.

  • xi

    Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

    pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan

    dari Allah SWT.

    Jambi, September 2019

    Penulis,

    SITI NUR FASYILIN BINTI SARANI

    NIM: 103170034

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i

    LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………...ii

    NOTA DINAS…………………………………………………………………...iii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………...iv

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN………………………………………...........v

    MOTTO…………………………………………………………………….........vi

    ABSTRAK…………………………………………………………………........vii

    PERSEMBAHAN……………………………………………….......................viii

    KATA PENGANTAR……………………………………………………….......ix

    DAFTAR ISI…………………………………………………………….............xii

    DAFTAR SINGKAT............................................................................................xv

    TRANSLITERSI.................................................................................................xvi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah……………………………….........…......1

    B. Rumusan Masalah………………....…………………………........6

    C. Batasan Masalah……………………………………………….......6

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitia……………………………............6

    E. Kerangka Teori…………………………………………….............7

    F. Tinjauan Pustaka………………………………...…………….....13

    G. Metode Penelitian...........................................................................15

    H. Sistematika Penulisan.....................................................................19

  • xiii

    BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Latar Belakang Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam.................21

    B. Moto, Visi, Misi, Objektif .............................................................24

    C. Piagam Pelanggan..........................................................................25

    D. Carta Organisasi Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam..............26

    BAB III “HARTA SEPENCARIAN” MENURUT ISLAM DAN

    PERATURAN UNDANG-UNDANG

    A. Pengertian “Harta Sepencarian”........……….....…………............27

    B. Dalil dan Pendapat Ulama’ Tentang “Harta Sepencarian” ………29

    C. Jenis-Jenis Harta Dalam Perkahwinan…………………………...33

    D. “Harta Sepencarian” Menurut Undang-Undang………………….35

    E. Langkah Mengenal Pasti “Harta Sepencarian”………………......37

    BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Dasar-Dasar Penetapan Hukum yang digunakan oleh Hakim

    Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam Tentang “Harta Sepencarian” atas

    Hak Suami dan Isteri....……..................................................................42

    B. Metode Istibath Hukum Hakim Mahkamah Tinggi Syariah Shah

    Alam tentang “Harta Sepencarian” atas Hak Suami dan

    Isteri.........................................................................................................51

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan……………………………………...……….............63

    B. Saran-saran………………………………………………….........64

  • xiv

    C. Kata Penutup……………………………………………..............65

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  • xv

    DAFTAR SINGKATAN

    cet. : Cetakan

    H : Hijrah

    hlm. : Halaman

    KHI : Kompilasi Hukum Islam

    M : Masehi

    No. : Nomor

    SAW : Salla Allahu alaihi wa sallam

    SWT : Subahanahu wa taalla

    UIN STS : Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin

    YA : Yang Arif

  • xvi

    TRANSLITERASI

    k ك dh ض d د a ا

    l ل th ط dz ذ b ب

    m م zh ظ r ر t ت

    n ن ع ’ z ز ts ث

    w و gh غ s س j ج

    h ه f ف sy ش h ح

    ’ ء q ق sh ص kh خ

    y ي

    Â a panjang

    Î i panjang

    Û u panjang

    au او

    ay َاى

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    “Harta sepencarian” adalah suatu istilah yang dikenal pasti dalam

    masyarakat melayu Malaysia dan ia merujuk kepada konsep pemilikan harta

    oleh pasangan suami isteri. Ia juga bisa dituntut apabila terjadinya di antara

    pasangan suami isteri berpisah karena berlaku perceraian hidup seperti fasakh,

    talak, li‘an, atau mati salah seorang, atau semasa tempoh perkahwinan suami

    berpoligami, maka pasangan dianggap mempunyai hak untuk menuntut harta

    yang dimiliki atau yang diperoleh oleh pasangannya selama dalam tempoh

    perkahwinan sebagai “harta sepencarian”.2

    Oleh hal yang demikian, apabila terjadinya perihal tersebut, pasangan

    bisa mengaju permohonan kepada Mahkamah Tinggi Syariah untuk menuntut

    “harta sepencarian” termasuklah uang, harta yang bisa bergerak maupun tidak

    serta aset-aset yang dihasilkan atas perkongsian sepanjang tempoh perkawinan.

    Sebagaimana yang disebut di dalam al-Quran surah an-Nisa ayat 32 orang

    lelaki dan perempuan mempunyai bagian dari apa yang telah dikerjakan:

    2 Suwaid bin Tapah (1996), “Konsep dan Amalan Pembahagian Harta Sepencarian Orang-Orang Islam di Malaysia” (Tesis Ph.D, Jabatan Pengajian Islam, Fakulti Sastera dan Sains

    Sosial, Universiti Malaya)

  • 2

    Artinya: dan janganlah kamu terlalu mengharapkan (ingin mendapat) limpah

    kurnia Yang Allah telah berikan kepada sebahagian dari kamu (untuk

    menjadikan mereka) melebihi sebahagian Yang lain (tentang harta benda, ilmu

    pengetahuan atau pangkat kebesaran). (karena telah tetap) orang-orang lelaki

    ada bagian dari apa Yang mereka usahakan, dan orang-orang perempuan pula

    ada bagian dari apa Yang mereka usahakan; (maka berusahalah kamu) dan

    mohonkanlah kepada Allah akan limpah kurniaNya. Sesungguhnya Allah

    sentiasa mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.

    Oleh hal yang demikian, bagi proses tuntutan “harta sepencarian” di

    Malaysia khususnya di lapangan penelitian penulis, putusan yang dibuat oleh

    Hakim Mahkamah akan merujuk kepada fatwa yang telah diwartakan

    berkenaan “Harta Sepencarian” di dalam Enakmen Keluarga Islam dalam fasal

    122 (2) yaitu Mahkamah berhak menetapkan tentang “harta sepencarian”

    maupun takat sumbangan-sumbangan dalam perkawinan baik menyangkut

    jenis uang, harta atau kerja bagi memperoleh harta-harta tersebut. Malah,

  • 3

    mahkamah juga bakal memberi perhatian dalam hutang yang dibuat dalam

    peroleh harta serta keperluan-keperluan anak-anak dalam menetapkan putusan.

    Berlainan pula pembagian “harta sepencarian” di Indonesia, ianya melalui

    Kompilasi Hukum Islam yang diatur pada Pasal 97 disebutkan bahwa: “Janda

    atau duda cerai harta perkawinan sepanjang tidak ditentukan lain dalam

    perjanjian perkawinan masing-masing berhak seperdua dari harta

    perkawinan.”3 Hal ini berdasarkan pada suatu pemikiran bahwa dalam suatu

    perkawinan itu baik pihak isteri maupun suami mempunyai kedudukan yang

    seimbang dalam kehidupan rumahtangga sebagaimana yang dijelaskan dalam

    KHI.

    Namun dalam pelaksanaan sehari-hari masalah “harta sepencarian” ini

    masih menjadi perdebatan di antara suami isteri baik dalam jumlah harta atau

    bagian tertentu yang belum dijelaskan secara terperinci menurut perundang-

    undangan. Namun di sisi lain, penulis temui bahwasanya keputusan Hakim

    Mahkamah Syariah Tinggi Syah Alam itu lebih rinci dalam menentukan bagian

    yang jadi hak suami dan isteri. Misalnya dalam salah satu putusan dalam kasus

    Penggugat adalah Mahatam bt Yaacob dan tergugat adalah Md. Zohri Hj Man.

    Mereka memiliki 6 buah rumah sebagai “harta sepencarian”. Penggugat telah

    mengajukan supaya mendapat separuh bagian daripada jumlah “harta

    sepencarian”. Namun setelah meniliti segala bukti serta dokumen berkenaan

    3 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta, Akademik Pressindo,

    1992) h. 115

  • 4

    harta tersebut, Hakim memutuskan bahwa pengugat tidak memiliki separuh

    dari jumlah tersebut hal ini berdasarkan penilaian yang dibuat oleh Hakim.4

    Aturan hukum berkenaan “harta sepencarian” di Malaysia berbeda dengan

    di Indonesia dimana di Indonesia pembagian tersebut telah ditentukan dengan

    jumlah bagian setengah bagi masing-masing pihak, sedangkan hal ini tidak

    ditentukan di Malaysia sebagaimana yang telah dinyatakan penulis di dalam

    kasus di atas.

    Dari beberapa kasus dilapangan, penulis melakukan penelitian tentang

    “harta sepencarian” ini selama 5 tahun terakhir di Mahkamah Tinggi Syariah

    Shah Alam mendapati bahwa jumlah kasus adalah seperti berikut:

    4 Penggugat adalah Mahatam bt Yaacob dan tergugat adalah Md. Zohri Hj Man. Mereka

    telah berkahwin pada 16 April 1987 dan bercerai pada 11 juni 2014. Hasil daripada perkahwinan

    tersebut mereka mempunyai tiga orang anak dan memeliki 6 buah rumah sebagai harta sepencarian.

    Penggugat telah mengajukan supaya mendapat separuh bagian daripada jumlah harta sepencarian.

    Namun setelah meniliti segala bukti serta dokumen berkenaan harta tersebut, Hakim memutuskan

    bahwa Harta pertama: penggugat (50%) tergugat (50%), Harta kedua: penggugat (48%) tergugat

    (52%), Harta ketiga: penggugat (30%) tergugat (70%), Harta keempat: peng gugat (17%) tergugat

    (83%), Harta kelima: penggugat (30%) tergugat (70%) , Harta keenam penggugat (20%) tergugat

    (80%) (Penelitian Dokumen Di Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam)

  • 5

    Tabel 1

    Tuntutan perkara Harta Sepencarian Di Mahkamah Tinggi Syariah Shah

    Alam

    Tuntutan Harta

    Sepencarian

    Tahun Jumlah

    2015 339

    2016 400

    2017 422

    2018 410

    2019 290

    Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat banyak kasus berkaitan

    tuntutan “harta sepencarian” yang berlaku di Malaysia pada setiap tahun. Maka,

    penulis merasa tertarik dan terpanggil untuk memaparkan tentang bagaimana

    putusan yang telah dikeluarkan hakim berkenaan "harta sepencarian”, harapan

    agar masyarakat memahami berkenaan “harta sepencarian” yang di istilah pada

    situasi zaman sekarang. Dan atas dasar inilah penulis termotivasi mengangkat

    sebuah permasalahan yang dijadikan sebagai karya ilmiah dengan judul:

    “Analisis Putusan Hakim Di Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam

    Tentang Hak Suami Isteri Terhadap “Harta Sepencarian”.

  • 6

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan pembahasan dalam latar belakang permasalahan diatas, maka

    yang menjadi rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

    1. Apakah dasar-dasar penetapan putusan yang digunakan oleh Hakim

    Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam tentang “harta sepencarian” atas hak

    suami dan isteri?

    2. Bagaimana analisis metode istibath hukum yang digunakan hakim tentang

    “harta sepencarian” atas hak suami dan isteri?

    C. Batasan Masalah

    Untuk memudahkan pembahasan serta tidak menyalahi sistematika penulisan

    karya ilmiah sehingga membawa hasil yang diharapkan, maka penulis

    membatasi masalah yang akan dibahaskan dalam skripsi ini, sehingga tidak

    terkeluar dari topik yaitu Analisis Putusan Hakim Di Mahkamah Tinggi

    Syariah Shah Alam tentang Hak Suami Isteri Terhadap “Harta Sepencarian”.

    D. Tujuan Dan Kegunaan Peneltian

    1. Tujuan Penelitian

    a. Ingin mengetahui dasar-dasar putusan yang digunakan oleh Hakim

    Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam tentang “harta sepencarian” atas

    hak suami dan isteri.

    b. Ingin mengetahui analisis metode istibath hukum yang digunakan

    Hakim tentang “harta sepencarian” atas hak suami dan isteri.

    2. Kegunaan Penelitian

  • 7

    a. Sebagai sumbangan terhadap pengembangan khazanah ilmu

    pengetahuan dan penjelasan tentang harta sepencarian atas hak suami

    dan isteri di tengah masyarakat.

    b. Sebagai bahan bacaan dan rujukan bagi mahasiswa, peneliti dan

    masyarakat seluruhnya melalui pembuatan dan penyusunan karya

    ilmiah secara baik.

    c. Sebagai melengkapi pensyaratan dalam menyelesaikan studi dan untuk

    memperoleh gelar Sarjana Srata Satu (S1) pada Fakultas Syari’ah

    dalam jurusan Perbandingan Mazhab, UIN Sultan Thaha Saifuddin

    Jambi.

    E. Kerangka Teori

    Metode pengkajian hukum yaitu metode analisa kebahasaan untuk

    memberikan penjelasan-penjelasan terhadap makna teks al-Quran dan al-

    Sunnah, yang dikenali dengan nama Qawaid Ushuliyyah. Metode ini terbagi

    kepada tiga yaitu Qawaid Al-Lughat (metode analisa kebahasaan), Metode

    Ta’lily (metode analisa illat hukum) dan Metode Istislahy (metode analisis

    kemaslahatan). Ringkasan dari tiga metode adalah seperti berikut:

    1. Qawaid Al-Lughat (Metode Analisa Kebahasaan)5

    Yang dimaksudkan dengan pendekatan analisa kebahasaan dalam

    pembahasan ini adalah, “Kaidah-kaidah yang dirumuskan para ahli bahasa

    dan diadopsi oleh para pakar hukum Islam untuk melakukan pemahaman

    terhadap makna lafaz, sebagai hasil analisa induktif dari tradisi kebahasaan

    5 Hasbi Umar, Nalar Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 66

  • 8

    bangsa Arab sendiri, baik bahasa prosa maupun syair atau nazam”. Skop

    pembahasan metode analisa kebahasaan dalam kajian usul fiqh mencakup

    empat pokok masalah,6 yaitu:

    a. Analisa makna kata sesuai dengan bentuk kata

    Dalam Hal ini terbagi kepada empat yaitu yang pertama disebut sebagai

    Lafaz Khas yaitu satu lafaz yang ditempatkan untuk menunjukkan satu

    makna tertentu. Kedua, Lafaz Am yaitu satu lafaz yang ditempatkan

    untuk menunjukkan makna umum. Ketiga, Lafaz Musytarak yaitu satu

    lafaz yang ditempatkan untuk menunjukkan kepada dua makna atau

    lebih. Lafaz terakhir adalah Lafaz Muradif yaitu dua lafaz atau lebih

    yang menunjukkan kepada satu makna.

    b. Analisa makna lafaz sesuai dengan maksud penggunaan lafaz

    Dalam hal ini, lafaz dibagi kepada dua bentuk, yakni lafaz haqiqah dan

    lafaz majaz. Lafaz Haqiqah adalah lafaz yang digunakan untuk

    mengemukakan sesuatu sesuai makna ungkapannya.7 Sedangkan Lafaz

    Majaz adalah suatu lafaz yang digunakan untuk mengemukakan makna

    di luar ungkapannya.8

    c. Analisa lafaz sesuai kekuatannya dalam menunjukkan makna.

    Dalam konteks ini ada dua kategori yaitu lafaz-lafaz yang cukup jelas

    dalam menyatakan pesan-pesan hukumnya tanpa memerlukan lafaz lain

    6 Hasbi Umar, Nalar Fiqh Kontemporer ,..hlm. 66 7Ibid, hlm. 67. 8 Ibid, hlm. 69

  • 9

    untuk memperjelaskan dan lafaz yang kurang jelas petunjuk maknanya

    ia baru menjadi jelas setelah ada lafaz lain yang menjelaskannya.9

    d. Analisa ke-dalalat-an lafaz

    Konteks ini dilihat dari segi cara pengungkapan lafaz dalam kaitannya

    dengan makna yang dikandung oleh lafaz tersebut. Ulama Hanafiyah

    membagikan kepada empat metode yaitu Ibarat al-nas, Isyarat al-nas,

    Dalalat al-nas dan Dalalat al-iqtida’. Jumhur ulama Malikiyah,

    Syafi‟iyah dan Hanabilah mengunaka sistem analisa yang lain, yakni

    pendekatan analisa mantuq dan mafhum.10

    2. Metode Ta’lily (Metode Analisa ‘Illat Hukum)

    Metode Ta’lily adalah analisa hukum dengan melihat kesamaan illat atau

    nilai-nilai substansial dari persoalan aktual tersebut dengan kejadian yang

    telah diungkapkan oleh nas. Metodologi yang telah dikembangkan oleh

    para ulama dalam corak analisa tersebut adalah qiyas dan istihsan.11

    a. Hakikat dan Makanisme Qiyas

    Kata qiyas secara etimologi berarti qadr yaitu ukuran atau bandingan.

    Apabila orang Arab berkata qistu hadza bi dzaka, maka maksudnya,

    saya mengukur ini dan itu. Adapun secara terminologi, terdapat

    beberapa definisi qiyas yang dirumuskan ulama, satu diantaranya

    adalah Menurut Ibnu As-Subki, qiyas adalah menyamakan hukum

    9 Ibid, hlm. 69.

    10 Ibid, hlm. 70-71

    11 Hasbi Umar, Nalar Fiqh Kontemporer,…hlm. 71.

  • 10

    sesuatu dengan hukum sesuatu yang lain kerana adanya kesamaan illah

    hukum menurut mujtahid yang menyamakan hukumnya.12

    b. Istihsan : Sebagai salah satu Manhaj Ta’lily

    Dilihat dari sudut etimologis. Istihsan artinya mengikut sesuatu yang

    menurut analisis nalar adalah baik, baik fisik maupun nilainya. Kata ini

    kemudian digunakan sebagai suatu technische-term yang membentuk

    suatu pengertian baru yang menggambarkan suatu konsep penalaran

    dalam rangka penggunaan rasio secara lebih luas untuk menggali dan

    menemukan hukum suatu peristiwa yang tidak ditetapkan hukumnya

    dalam sumber syariah yang tersurat atau sumber hukum lain yang

    disamakan. Secara khusus, Istihsan berarti berpaling dari satu hasil

    qiyas pada hasil qiyas lain yang lebih kuat, atau dengan kata lain, men-

    takhsis qiyas dengan hasil qiyas lain yang lebih kuat.13 Sejalan dengan

    pengertian di atas, al-Sarkhasi, sebagaimana dikutip Husein Hamid

    Hasan, menjelaskan bahwa istihsan pada hakikatnya merupakan dua

    kajian analogis (qiyas). Hasil kajian pertama sangat jelas kesamaannya

    dengan asal tetapi kurang sesuai dengan tuntutan sosial. Sementara

    hasil kajian kedua kurang kuat (rendah) sisi kesamaannya dengan asal,

    namun sangat kuat relevansinya dengan tuntutan sosial. Dalam Rangka

    mencari yang terbaik (istihsan), mujtahid beralih dari hasil qiyas

    12 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, cet ke-4, (Jakarta: Amzah, 2016), hlm. 161

    13 Hasbi Umar, Nalar Fiqh Kontemporer,…hlm. 108.

  • 11

    pertama kepada hasil qiyas yang kedua, karena menurutnya, hasil kedua

    lebih realitis dan sesuai dengan kemaslahatan masyarakat.14

    3. Metode Istislahy ( Metode Analisis Kemaslahatan)

    Maslahah, secara etimologi adalah kata tunggal dari al-masalih, yang

    berarti dengan kata solah, yaitu “yang mendatangkan kebaikan”.Terkadang

    digunakan juga istilah lain yaitu al-istislah yang berarti “mencari

    kebaikan”. Dari beberapa arti ini dapat diambil suatu pemahaman bahwa

    setiap sesuatu yang mengandung manfaat di dalamnya baik untuk

    memperoleh kemanfaatan, kebaikan, maupun untuk menolak kemudaratan,

    maka semua itu disebut dengan maslahah.15 Sebagaimana halnya metode

    analisa yang lain, maslahah juga merupakan metode pendekatan istinbath

    (penetapan hukum) yang persoalannya tidak diatur secara eksplisit dalam

    al-Quran dan al-Hadis. Hanya saja metode ini lebih menekan pada aspek

    maslahat secara langsung. Sehubungan dengan pendekatan maslahah ini,

    dalam ilmu Usul Fiqh, dikenal tiga jenis maslahah, yaitu yang pertama

    maslahah al-mu’tabarah, yakni kajian hukum dengan melihat dimensi

    kemaslahatan pada berbagai perbuatan syar’i yang masih terakomodasi

    oleh pernyataan eksplisit nas (ain manshush). Kedua, maslahah al-

    mursalah, yakni kajian hukum dengan mempertimbangkan dimensi

    kemaslahatan pada berbagai perbuatan syar’i yang tidak terjangkau oleh

    pernyataan eksplisit nas, tetapi masih termasuk dalam kelompok jenis

    14 Hasbi Umar, Nalar Fiqh Kontemporer,… hlm. 109 15 Ibid, hlm. 112

  • 12

    perbuatan yang terakomodasi oleh nas. Terakhir adalah maslahah maskut,

    yakni kajian hukum dengan mempertimbangkan dimensi kemaslahatan

    pada berbagai perbuatan syar’i yang sama sekali tidak terjangkau oleh nas,

    baik dari segi ain perbuatan itu sendiri maupun jenisnya.16

    4. Metode Ijtihad

    Untuk melakukan ijtihad, menurut Azhar Baasyir ada beberapa cara yang

    dapat ditempuh oleh seorang mujtahid. Cara-cara itu adalah:17

    a. Qiyas, yaitu dengan cara menyamakan atau membandingkan hukum

    sesuatu dengan hukum lain yang sudah ada hukumnya dalam nash

    dikarenakan adanya persamaan sebab.

    b. Ihtihsan, yaitu memandang sesuatu lebih baik sesuai dengan tujuan

    syariat dan meninggalkan dalil khusus dan mengamalkan dalil umum.

    c. Maslahah mursalah, yaitu menetapkan hukum yang sama sekali tidak

    ada nashnya dengan pertimbangan untuk kepentingan hidup manusia

    dengan menarik segala yang memberikan manfaat dan menghindari

    segala yang mendatangkan mudharat.

    d. Istishab, yaitu mengambil hukum yang telah ada atau ditetapkan pada

    masa lalu dan tetap dipakai hingga sekarang, sampai ada ketentuan dalil

    yang dapat mengubahnya.

    e. Urf, yaitu kebiasaan yang sudah mendarah daging dilakukan oleh suatu

    kelompok masyarakat.

    16 Ibid, hlm. 112 17 Indrawan, Metode Ijtihad, Makalah disampaikan di Uin Syarif Hidayatullah

    (Indonesia,2009) hlm.4-9

  • 13

    5. Metode takhayyur

    Memilih pandangan salah satu ulama fikih, termasuk Ibnu Taimiyyah, Ibnu

    Qayyim dan lainnya. Takhayyur seacara substansial dapat pula disebut

    tarjih. Sebab dengan memilih pandangan yang berbeda yang didasarkan

    pada pandangan yang lebih kuat atau pandangan yang lebih sesuai

    dibutuhkan, ternyata ada juga peneliti yang menyebut takhayyur dengan

    sebutan tarjih. Artinya dasar memilih salah satu di antara pendapat adalah

    pendapat yang lebih kuat (rajih)18

    F. Tinjauan Pustaka

    Terdapat pelbagai referensi berkaitan harta sepencarian yang dapat

    ditemui, adapun tulisan dalam bentuk skripsi yang membahas tentang harta

    sepencarian maupun harta bersama antaranya adalah jurnal berjudul “Tuntutan

    Harta Sepencarian Di Mahkamah Syariah Sabah” yang ditulis oleh Nur

    Shafiqqah Mudran & Zuliza Mohd Kusrin. Jurnal ini membahaskan mengenai

    konsep harta sepencarian menurut perundangan di Malaysia serta isu-isu

    berbangkit berkaitan seperti kadar pembahagian harta tersebut dibahagi antara

    suami isteri serta cara-cara penyelesaian harta sepencarian dilakukan yaitu

    melalui persetujuan dalam Majlis Sulh, persetujuan bersama pihak-pihak dan

    perbicaraan di Mahkamah Syariah Sabah. Penulis melakukan penelitian yang

    berbeda tempat dari jurnal ini yakni di Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam

    18 Ibid hlm. 12

  • 14

    yang pasti akan terdapat beberapa perbedaan berkenaan putusan kedua

    Mahkamah karena berbeda provinsi19

    Jurnal berikutnya membahaskan mengenai “Elemen Sumbangan Dalam

    Pembahagian Harta Sepencarian: Pengalaman Kaum Wanita Melayu Di

    Malaysia” yang dikarang oleh Mohd. Anuar Ramli. Jurnal ini mengisahkan

    berkenaan elemen sumbangan wanita Melayu-Islam di Malaysia dalam

    kewangan rumahtangga yang mana akhirnya, mereka mendapat peruntukan

    hak tuntutan harta sepencarian di Malaysia. Pembahagian harta sepencarian ini

    selari dengan sumbangan wanita sama ada secara langsung ataupun tidak

    langsung dalam membantu bebanan kewangan rumahtangga. Dengan itu,

    mereka mendapat bahagian hak kehartaan yang wajar sama ada 1/2, 1/3 dan

    seumpamanya sesuai dengan takat sumbangan.20

    Jurnal yang berjudul “Hubungan Maqasid Al Syariah dengan Metode

    Istinbath Hukum” yang dikarang oleh Nurul Iman. Jurnal ini membahaskan

    maqasid syariah adalah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan metode

    istinbath. Cara yang digunakan oleh para ulama dalam menggali kemaslahatan

    tersebut ada dua macam yakni yang pertama metode Ta‟liili (metode analisis

    substantif) yang meliputi Qiyas dan Istihsan. Kedua metode Istislahi (Metode

    Analisis Kemaslahatan) yang meliputi Al-Masahah al-Mursalah dan al-

    Dharīah baik kategori sadd al-zarīah maupun fath al-zarīah. Penulis

    menjadikan jurnal ini sebagai rujukan dalam permasalahan putusan yang dibuat

    19 Nur Shafiqqah Mudran & Zuliza Mohd Kusrin, Tuntutan Harta Sepencarian Di

    Mahkamah Syariah Sabah, Jurnal Isu Syariah Dan Undang-Undang Siri 22, 2010

    20 Mohd. Anuar Ramli , Elemen Sumbangan Dalam Pembahagian Harta Sepencarian: Pengalaman Kaum Wanita Melayu Di Malaysia, Jurnal Universiti Malaya

  • 15

    oleh hakim melalui metode istibath apa yang akan digunakan. Pada jurnal ini

    tidak di nyatakan berkenaan metode ijtihad sebagaimana yang penulis nyatakan

    di bahagian kerangka teori.21

    Seterusnya skripsi “Analisis Metode Istibath Hukum Fatwa Mufti Majlis

    Agama Islam Wilayah Persekutuan Mengenai Cara Pembayaran Zakat Fitrah

    dan Implementasi di Pusat Zakat Putrajaya Wilayah Persekutuan Malaysia”

    yang dikarang oleh Abdul Harith Bin Ismail. Dalam skripsi ini menceritakan

    proses pembentukan fatwa serta metode istibath yang digunakan dalam

    penentuan pembayaran zakat fitrah menggunakan uang. Berbanding dengan

    penulis yang akan membahaskan berkenaan metode istibath yang digunakan

    dalam putusan hakim berkenaan harta sepencarian22

    Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang penulis lakukan, membedakan

    tulisan untuk membuat penelitian berkaitan analisis putusan hakim tentang

    harta sepencarian atas hak suami dan isteri.

    G. Metode Penelitian

    Metode kajian merupakan suatu kajian mempelajari peraturan suatu

    metode, oleh itu dalam penyusunan proposal ini penulis menggunakan

    metode sebagai berikut :

    1. Tempat Penelitian Data dan Sumber Data

    1. Tempat Penelitian

    21 Nurul Iman, Hubungan Maqasid al Syariah dengan Metode Istinbath Hukum, Jurnal Hukum 22Abdul Harith Bin Ismail, Analisis Metode Istibath Hukum Fatwa Mufti Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan Mengenai Cara Pembayaran Zakat Fitrah dan Implementasi di Pusat

    Zakat Putrajaya Wilayah Persekutuan Malaysia. Skripsi Falkultas Syariah Uin Sts Jambi

  • 16

    Penelitian ini menggunakan pendekatan yang memasukan dua jenis

    penelitian di dalamnya yaitu :

    a. Penelitian Lapangan (Field Research)

    Penulis langsung turun ke lapangan untuk mendapatkan data

    hasil pengamatan atau informasi dari responden. Responden yang

    di wawancara adalah Hakim Mahkamah Tinggi Syariah Shah

    Alam.

    2. Sumber Data

    1. Data Primer adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan

    studi lapangan, dengan cara melakukan wawancara secara

    disiapkan kepada sejumlah responden yang berkaitan dengan

    permasalahan penelitian yaitu mewawancara Hakim Mahkamah

    Tinggi Syariah Shah Alam berkenaan kajian ini.23

    2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dengan melakukan

    studi kepustakaan yakni melakukan serangkaian kegiatan

    membaca, mengutip, mencatat buku-buku, menelaah perundang-

    undangan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dengan

    mengkaji kedudukan tentang harta sepencarian atas hak suami

    dan isteri dan data dokumentasi yang diperolehi di Mahkamah

    Tinggi Syariah Shah Alam itu sendiri.24

    23 Ishaq, Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skeipsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung, Alfabeta, 2017) h.99

    24 Ibid

  • 17

    2. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

    penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Analisis

    kualitatif dekskriptif ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang

    beberapa kondisi dan menjelaskan setra menggambarkan hasil penelitian

    yang dilakukan di lingkungan tempat penelitian.

    3. Teknis Pengumpulan Data

    1. Observasi

    Yaitu pengamatan dan pencacatan dengan sistematika fenomena yang

    diselidiki dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya

    terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung

    mahupun tidak langsung. Maka penulis akan mengamati secara

    langsung putusan Hakim di Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam

    dalam menetapkan putusan tentang harta sepencarian atas hak suami

    dan isteri.

    2. Wawancara

    Yaitu cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan secara lisan

    guna mencapai sesuatu tujuan. Teknis yang paling esensial adalah

    dengan mewawancara pihak yang terkait seperti seorang Hakim yaitu

    Yang Arif Puan Nenney Shuhaidah dan sorang pegawai yang bertugas

    yaitu Puan Siti Salmiah di Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam,

    Selangor Malaysia.

  • 18

    3. Dokumentasi

    Dalam pengumpulan data, untuk membahas permasalahan yang ada

    kaitannya dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan metode

    dokumen, yaitu suatu cara untuk pengumpulan data melalui

    peninggalan tertulis, terutama dokumen berkaitan Mahkamah. Hal ini

    penulis akan menganalisis putusan hakim dalam penetepan harta

    sepencarian atas hak suami dan isteri.

    b. Teknis Analisis Data

    1. Reduksi Data

    Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan tiga teknik yaitu

    mereduksi data yang diperolehi dari hasil wawancara. Data-data wawancara

    yang telah didapati dari pengawai dengan tujuan memudahkan peneliti

    memilih data-data yang sesuai untuk dianalisis. Data-data ini berhubungan

    dengan metode istinbath hukum dalam keputusan hakim.25

    2. Penyajian data

    Data-data yang telah ditanskripkan ini, kemudian disajikan dengan cara

    dipisahkan dan dipetakan data-data yang serupa ke dalam bagian-bagian

    tertentu yang telah diberikan tanda.26

    3. Penarikan kesimpulan

    25 Suryan, Metodologi Penelitian Model Prakatis Kuantitatif dan Kualitatif (Indonesia: Universitas Pendidikan Indonesia, 2007) 26 Suryan, Metodologi Penelitian Model Prakatis Kuantitatif dan Kualitatif (Indonesia: Universitas Pendidikan Indonesia, 2007)

  • 19

    Langkah selnjutnya adalah membuat kesimpulan sementara dari data-data

    yang terkumpul, sehingga dapat diambil langkah-langkah awal untuk

    penelitian lanjutan dan mengecek kembali data-data asli yang telah

    diperoleh.27

    H. Sistimatika Penulisan

    Penyusunan skripsi ini terbahagi pada lima bab yang mana setiap bab

    terdiri dari sub-sub bab. Masing-masing bab membahas permasalahan-

    permasalahan tertentu tetapi saling berkait antara satu sub bab dengan sub bab

    yang lainnya. Adapun sistematikan perbahasannya seperti berikut:

    Bab pertama adalah pendahuluan yang memberi arah untuk pembahasan

    seluruhnya. Dalam bab ini, dikemukakan latar belakang masalah yang

    menguraikan secara jelas urgensi penelitian ini dilakukan. Pada rumusan dan

    batasan masalah dikemukakan pertanyaan-pertanyaan pokok yang dijadikan

    pijakan dan cakupan serta batasan masalah yang menjadi fokus penelitian. Pada

    bab ini juga dikemukakan tujuan dan kegunaan penelitian yang

    menggambarkan sasaran akhir dari penelitian ini. Kerangka teori juga

    dimuatkan sebagai sub bab dalam bab ini. Selanjutnya dikemukakan tinjauan

    pustaka untuk mengungkapkan beberapa penelitian yang telah ada sebelumnya

    dan menggambarkan spesifikasi yang membedakannya dengan penelitian-

    penelitian yang telah ada sebelumnya.

    27 Suryan, Metodologi Penelitian Model Prakatis Kuantitatif dan Kualitatif (Indonesia: Universitas Pendidikan Indonesia, 2007)

  • 20

    Bab kedua membahas tentang mengenai gambaran umum lokasi

    penelitian. Bab ketika ini terdiri dari sub bab sebagai berikut: pengenalan,

    sejarah Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam, latar belakang, moto, visi, misi,

    objektif dan fungsi dan organisasi Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam di

    Malaysia.

    Bab ketiga pula membahaskan “harta sepencarian” menurut Islam dan

    Peraturan undang-undang. Bab ini terdiri dari sub bab sebagai berikut:

    pengertian harta sepencarian, harta sepencarian Dalam Islam, jenis-jenis harta

    dalam perkawinan, harta sepencarian menurut undang-undang, dan langkah

    mengenal pasti harta sepencarian.

    Bab keempat pula membuat pembahasan dan hasil penelitian yang

    mengandungi sub-sub bab seperti dasar-dasar penetapan putusan yang

    digunakan oleh Hakim Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam tentang harta

    sepencarian atas hak suami dan isteri serta analisis metode istibath hukum

    putusan Hakim Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam.

    Bab kelima adalah akhir pembahasan yang memuat kesimpulan dari

    keseluruhan pembahasan dan saran-saran yang dianggap penting sehubungan

    dengan penelitian ini.

  • 21

    BAB II

    GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Latar Belakang Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam

    Agama Islam di negeri Selangor telah ada diawal kurun 15 melalui Melaka

    kerana Selangor pada masa itu berada di bawah jajah takluk Melaka. Pada

    zaman pemerintahan Melaka tersebut, telah wujud jawatan kadi untuk

    menguruskan hal ehwal agama Islam di negeri tersebut. Sejarah penubuhan

    mahkamah syariah di negeri Selangor Darul Ehsan pula telah wujud dalam

    kurun ke-17.

    Undang-undang Mencegah Berzina Tahun 1894 (Preventation of Adultry

    Regulation 1894) adalah undang-undang pertama yang dikanunkan di negeri

    Selangor. Diluluskan oleh Majlis Mesyuarat Negeri Selangor pada 26hb

    September 1894 dan undang-undang ini hanya berkuatkuasa untuk yang

    beragama Islam sahaja. Mengikut undang-undang ini, seorang lelaki yang

    melakukan perhubungan jenis dengan seorang perempuan yang telah bersuami

    adalah bersalah dan boleh dihukum 2 tahun penjara bagi lelaki dan 1 tahun

    penjara bagi perempuan dan mungkin kedua-duanya didenda.28

    Pada tahun 1900 pula, Majlis Mesyuarat Negeri telah meluluskan Undang-

    undang Pendaftaran Nikah Kahwin dan Cerai Orang-Orang Islam 1900

    (Muhammadan Marriage and Divorce Registration Enactment 1900) iaitu

    28 http://www.jakess.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019

    http://www.jakess.gov.my/

  • 22

    undang-undang berhubung dengan nikah kahwin dan cerai orang-orang Islam

    di negeri Selangor.29

    Undang-undang ini memperuntukkan suami atau wali hendaklah

    melaporkan perkahwinan kepada kadi atau naib kadi daerah dalam masa 7

    (tujuh) hari selepas akad nikah dan kadi atau naibnya hendaklah

    mendaftarkannya dan mengeluarkannya sijil perkahwinan. Begitu juga dengan

    percerian, hendaklah dilaporkan kepada kadi dalam masa 7 tujuh selepas

    bercerai dan sijil cerai akan dikeluarkan kepada mereka yang berkenaan.

    Sekiranya ini tidak dipatuhi, tindakan boleh diambil dengan hukum denda tidak

    melebihi daripada RM 25.00. Dengan adanya undang-undang tersebut dan

    untuk membicarakan hal nikah kahwin dan cerai, maka diadakan mahkamah

    kadi.

    Pada tahun 1900 juga, jawatan kadi mula diperluaskan ke daerah-daerah

    dalam negeri Selangor dan pada tahun 1922 tiap-tiap daerah ada kadinya

    masing-masing iaitu daerah Klang, Kuala Lumpur, Kuala Langat, Ulu Langat,

    Kuala Selangor, Sabak Bernam, Kuala Kubu dan Rawang.30

    Pada tahun 1948 Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS) telah ditubuhkan,

    dengan itu usaha menggubal undang-undang telah dilakukan dan menghasilkan

    Undang-undang Pentadbiran Agama Islam Selangor No. 3 tahun 1952 dengan

    nama Enakmen Undang-undang Pentadbiran Agama Islam Selangor No. 3

    29 Ibid 30 http://www.jakess.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019

    http://www.jakess.gov.my/

  • 23

    tahun 1952 dan mula dikuatkuasakan pada 5 Disember 1952. Dengan adanya

    undang-undang ini maka termansuhlah undang-undang terdahulu daripadanya.

    Sehingga ke hari ini undang-undang ini telah mengalami pindaan sebanyak 7

    kali iaitu pada tahun 1969, 1960, 1961, 1962, 1966, 1972 dan pada 1979.

    Pindaan ini dibuat berkaitan dengan urusan mengemaskinikan pentadbiran hal

    ehwal Islam di negeri Selangor.

    Pada tahun 1984 Undang-undang Keluarga Islam Selangor No. 4 tahun

    1984 telah diluluskan dan dikuatkuasakan pada 23 Januari,1989 di seluruh

    negeri Selangor. Perlaksanaan Undang-undang ini telah memansuhkan

    bahagian ke 6 dan 7 seksyen 155, 156, 158, 160 dan 178 perenggan (n) Undang-

    undang Pentadbiran Agama Islam Selangor No. 3 tahun 1952.31

    Pada tahun 1989 Enakmen Perundangan Islam Selangor No. 2 tahun 1989

    telah diluluskan. Berdasarkan enakmen ini, Mahkamah Syariah Selangor

    ditubuhkan secara rasmi dan berasingan dari Jabatan Agama Islam Selangor

    (JAIS). Pada tahun 1991, Enakmen Kanun Prosedur Jenayah Syariah Selangor

    No. 6 tahun 1991 dan Enakmen Kanun Prosedur Mal Syariah Selangor No. 7

    tahun 1991 telah diluluskan dan mula dikuatkuasakan pada 1hb September

    1991. Mulai tarikh itu Mahkamah Syariah Selangor telah diasingkan secara

    rasminya dari JAIS.32

    31 http://www.jakess.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019 32 http://www.jakess.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019

    http://www.jakess.gov.my/http://www.jakess.gov.my/

  • 24

    Pada tahun 2003 nama Mahkamah Syariah Selangor telah ditukar kepada

    Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Selangor (JAKESS) selaras dengan

    perkembangan dan peningkatan kualiti perkhidmatan kepada

    pelanggan.Penubuhan Mahkamah Syariah di Negeri Selangor adalah di bawah

    peruntukan Seksyen 55(1), 55(2), 55(3) dan 55(4) dalam Enakmen Pentadbiran

    Agama Islam (Negeri Selangor) 2003.

    B. Visi, Misi dan Objektif

    1. Visi

    Menjadi Institusi Kehakiman Syariah yang TERUNGGUL di Malaysia pada

    tahun 2020 yang berteraskan kepada keadilan Islam.

    2. Misi

    Melaksanakan pengadilan dan pengurusan Mahkamah Syariah secara berkesan

    dan sistematik berasaskan peruntukan Undang-Undang.33

    3. Objektif Jabatan

    i. Mengurus dan mengendalikan kes-kes mal dan jenayah secara tepat

    dan teratur mengikut hukum syarak dan undang-undang mengikut

    masa yang ditetapkan.

    ii. Menguatkuasakan dan melaksanakan penghakiman secara teratur

    dan berkesan.

    33 Ibid

  • 25

    iii. Memberi perkhidmatan penyelesaian kes secara alternatif yang

    berkesan.

    iv. Merancang dan membangunkan sumber manusia yang mencukupi,

    terlatih dan kompeten.34

    C. Piagam Pelanggan

    Piagam Pelanggan Bagi Jabatan Kehakiman Syariah Selangor adalah seperti

    berikut;35

    1. Pelanggan akan diberi tarikh sebutan, bicara atau Majlis Sulh pada hari yang

    sama selepas permohonan sempurna didaftarkan;

    2. Kes Mal akan mula disebut atau mula dibicarakan atau dibawa ke Majlis

    Sulh dalam tempoh 19 hari selepas didaftarkan;

    3. Kes Saman Jenayah akan mula disebut atau mula dibicarakan dalam tempoh

    19 hari selepas didaftarkan;

    4. Keputusan kes akan dibuat dalam tempoh 30 hari setelah perbicaraan selesai

    bagi setiap tahun;

    5. Perintah Faraid sedia dikeluarkan kepada pelanggan dalam tempoh 14 hari

    selepas kes diputuskan;

    6. Perintah perbicaraan bagi kes perceraian boleh diberikan dalam tempoh 21

    hari selepas kes diputuskan dan dipohon oleh pelanggan;

    34 http://www.jakess.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019

    35 http://www.jakess.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019

    http://www.jakess.gov.my/http://www.jakess.gov.my/

  • 26

    D. Carta Organisasi Jabatan36

    36 http://www.jakess.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019

    http://www.jakess.gov.my/

  • 27

  • 28

    BAB III

    “HARTA SEPENCARIAN” MENURUT ISLAM DAN PERATURAN

    UNDANG-UNDANG

    A. Pengertian “Harta Sepencarian”

    “Harta sepencarian” yang turut dikenali sebagai harta bersama maupun

    harta gono-gini adalah merupakan harta yang diperoleh bersama antara suami

    atau isteri atas karena usahanya, baik mereka bersama-sama atau hanya suami

    yang bekerja sedangkan isteri hanya mengurus rumah tangga beserta menjaga

    anak-anak di rumah. Prinsipnya adalah sekali mereka terikat dalam perjanjian

    perkawinan sebagai suami isteri, maka semuanya menjadi satu baik harta

    maupun anak-anak.37

    Manakala “harta sepencarian” dalam hukum Islam pula disebut syirkah,

    yaitu cara penyatuan atau peggabungan harta kekayan seseorang dengan harta

    orang lain. Al-Quran dan hadis tidak membicarakan harta sepencarian secara

    detail, akan tetapi dalam kitab-kitab fikih ada pembahasan yang dapat diartikan

    sebagai pembahasan harta sepencarian, yaitu yang disebut syirkah atau

    syarikah. Perkataan syarikah atau syirkah berasal dari bahasa Arab.38

    37 M. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan,Hukum Kewarisan. Hukum Acara Peradilan Agama dan Zakat Menurut Hukum Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 34

    38 H.A Damanhuri, Segi-Segi Hukum Perjanjian Perkawinan Harta Bersama, (Bandung: Mandar Maju, 2007) h. 40

  • 29

    Di dalam Pasal 1 Komplikasi Hukum Islam39 menyebutkan bahwa harta

    kekayaan dalam perkawinan atau syirkah adalah harta yang diperoleh baik

    sendiri-sendiri atau bersama-sama suami isteri selama ikatan perkawinan

    berlangsung, dan selanjutnya disebut harta bersama tanpa mempersoalkan

    terdaftar atas nama siapapun. KHI menyatakan bahwa tidak ada percampuran

    antara harta suami dan harta isteri karena perkawinan. Harta isteri tetap

    menjadi hak isteri dan dikuasai sepenuhnya oleh isteri. Demikian pula harta

    suami tetap menjadi hak suami dan dikuasai sepenuhnya oleh suami. Pasal 87

    KHI menyatakan bahwa harta bawaan dari masing-masing suami isteri dan

    harta yang diperoleh masing-masing, sebagai hadiah atau warisan adalah di

    bawah penguasaan masing-masing, sepanjang para pihak tidak menentukan

    lain. Suami isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan

    hukum atas harta masing-masing berupa hibah, sodaqah atau lainnya.

    Manakala menurut tafsiran Akta Undang-Undang Keluarga Islam Wilayah

    Persekutuan, Enakmen Keluarga Islam Negeri Selangor, Johor, Pulau Pinang,

    Sabah, Sarawak, Terengganu, Melaka, Pahang, Perak, Perlis dan Kelantan,

    “harta sepencarian” membawa arti harta yang diperoleh bersama suami isteri

    semasa perkahwinan berkuatkuasa mengikut hukum syarat-syarat yang

    ditentukan oleh hukum syarak. Manakala Enakmen Keluarga Islam Negeri

    Sembilan pula menafsirkan “harta sepencarian” adalah harta yang diperoleh

    39 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta, Akademik Pressindo,

    1992) h. 115

  • 30

    oleh suami isteri sama ada secara langsung atau tidak semasa perkawinan

    berkuatkuasa mengikut syarat-syarat yang ditentukan oleh hukum syarak.40

    B. Dalil dan Pendapat Ulama’ Tentang “Harta Sepencarian”41

    Agama Islam mengakui kepemilikan individu terhadap harta. Setiap

    individu termasuk suami dan isteri berhak memiliki harta apa pun karena ikatan

    perkawinan Islam sama sekali tidak menyangkal atau membatasi hak tersebut.

    Islam menganggap “harta sepencarian” sebagai satu cara mengakui harta yang

    boleh dimiliki oleh seseorang di atas daya usahanya untuk memiliki harta

    tersebut. “Harta Sepencarian” adalah harta yang dimiliki atau diperolehi dalam

    tempoh perkawinan dengan usaha secara langsung atau tidak langsung. Ini

    dibuktikan dengan firman Allah s.w.t di dalam Surah al-Nisa’, ayat 32;

    Artinya: dan janganlah kamu terlalu mengharapkan (ingin mendapat) limpah

    kurnia Yang Allah telah berikan kepada sebahagian dari kamu (untuk

    menjadikan mereka) melebihi sebagian Yang lain (tentang harta benda, ilmu

    40 Enakmen Keluarga Islam Negeri Selangor, Johor, Pulau Pinang, Sabah, Sarawak, Terengganu, Melaka, Pahang, Perak, Perlis dan Kelantan, Negeri Sembilan

    41 http://kelantan.jksm.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019

    http://kelantan.jksm.gov.my/

  • 31

    pengetahuan atau pangkat kebesaran). (karena telah tetap) orang-orang lelaki

    ada bagian dari apa Yang mereka usahakan, dan orang-orang perempuan pula

    ada bagian dari apa Yang mereka usahakan; (maka berusahalah kamu) dan

    mohonkanlah kepada Allah akan limpah kurniaNya. Sesungguhnya Allah

    sentiasa mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.42

    Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap orang laki-laki maupun perempuan

    memiliki bagian dalam apa yang telah mereka kerjakan. Begitu juga dengan

    “harta sepencarian” yang telah mereka kerjakan sepanjang tempoh perkawinan.

    Selanjutnya, pendapat dari Al-Imam al-Shafie telah berkata didalam kitabnya

    “al-‘um”43 ;

    اذا اختلف الرجل واملراة ىف متاعالبيت الذي مها فيه ساكنان وقد افرتقا او ماات او

    فذالك كله سواء مات احدمها فاختلف ورثتهما او ورثت احدمها بعد موته

    Artinya: ketika seorang lelaki dan seorang perempuan bertengkar atas suatu

    benda atau perkakas rumah di mana mereka berdua mendiami rumah berkenaan,

    karena mereka berpisah (bercerai); atau sekali pun tidak berpisah; atau kedua

    pasangan meninggal dunia; atau salah satu daripadanya meninggal dunia; yang

    mana dalam keadaan kedua suami isteri itu meninggal dunia; atau salah seorang

    daripada mereka berdua meninggal dunia, berlaku pertelingkahan di antara

    42An-nisa (4:32) 43 Imam Syafi’i, Ringkasan Kitab al-Umm, Pent. Imron Rosadi,Amiruddin dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013) h. 328

  • 32

    waris kepada kedua-dua pihak atau pertelingkahan oleh waris kepada salah satu

    dari kedua pihak itu; maka kedudukan cara penyelesaian semuanya adalah

    serupa..44

    Seterusnya, pendapat Ibn Qayyim yang menyebut di dalam kitabnya “Al-

    Turuq al-hukmiyyah fi al-siyasah al-Syari’iyyah”, Artinya: dengan demikian

    sejumlah besar Anggota Perundangan (Jumhur fuqaha’) telah mengutip dua

    kasus dakwaan dua orang suami isteri berhubung dengan perabot rumah dan

    dua orang tukang rumah berhubung dengan sebuah toko, mengatakan bahwa

    pendapat dari percakapan seseorang yang ada menunjukkan satu petunjuk pada

    kebenarannya itulah yang diterima. Dan yang tepat dalam persoalan seperti ini

    tidak bisa dianggap semata-mata karena memegang dengan tangan atau

    menguasai atas sesuatu harta dengan mendapat nama dalam pemberian tanah

    dan sebagainya akan menjadikan haknya seorang sahaja, malah adanya sama

    seperti ketiadaannya, dan jika ini bisa diterima, nescaya kita akan terima juga

    pengakuan seorang yang merampas serban daripada seorang yang sedang

    mengikutinya dibelakangnya dalam keadaan kepalanya terdedah tanpa kain

    serban. Jadi kami memutuskan bahwa ini adalah tangan yang zalim lagi

    perampas. Maka tidak bisa diterima pengakuannya”.45

    Al Bajuri pula menjelaskan di dalam “Hasyiah al-Bajuri” Juz. 2, bahwa

    artinya; “Jika mereka dua mendakwa sesuatu terhadap pemilik salah satu dari

    mereka, maka kata pemutusnya ialah pemilik itu sendiri dengan sumpah tetapi

    44 http://kelantan.jksm.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019 45 http://kelantan.jksm.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019

    http://kelantan.jksm.gov.my/http://kelantan.jksm.gov.my/

  • 33

    jikalau ketika itu dalam milik kedua-duanya, maka kedua-duanya hendaklah

    bersumpah, kemudian barang-barang itu termasuk hamparan yang diduduki dan

    unta yang ditunggang, dan juga rumah yang didiami”.

    Seterusnya, “harta sepencarian” ini dapat dilihat dalam kaedah fiqh Islam

    yang ada seperti yang dijelaskan oleh al-Sayuti dalam kitab “al-Asybah wa al-

    Nazair fi al-Qawaid wa al-Furu’ ” bahwa Adat resam sesuatu bangsa atau kaum

    yang tidak bertentangan dengan Islam adalah dapat diterima sebagai bagian dari

    aturan hidup dan hukum suatu Negara”.46

    Di dalam kaedah fiqh atau “al-qawaid al-Fiqhiyyah” pula ia di kenal sebagai

    kaedah “al-Adat Muhakkamah”. Adat yang juga di kenal sebagai ‘urf menurut

    jumhur fuqaha’ telah didefinisikan sebagai suatu yang telah menjadi kebiasaan

    umat manusia dan megikutinya dalam kehidupan sehari-hari sehingga sebati

    dengan mereka dan menjadi suatu perkara yang lumrah, sama ada ‘urf itu qauli

    atau amali, am atau khas, sahih atau fasid.47

    46 http://kelantan.jksm.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019 47 Abdul Krim Zaidan, Al-Wajiz Fi Usul al-Fiqh tt (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2001) h.

    252

    http://kelantan.jksm.gov.my/

  • 34

    C. Jenis-jenis Harta Dalam Perkawinan

    1. Harta Keluarga

    Harta keluarga adalah harta suami atau isteri atau harta bersama yang

    digunakan untuk memperoleh kepentingan keluarga. Harta keluarga dapat

    dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut:48

    a. Harta hangus: kebutuhan sehari-hari. Misalnya, pengeluaran untuk

    makanan, minuman, pakaian dan peralatan dapur.

    • Tidak dapat mengklaim kembali

    • Tidak dapat di faraidkan setelah kematian

    • Dianggap sebagai amal dan nafkah (sumbangan yang di

    lakukan oleh suami)

    • Dianggap bantuan kepada nafkah suami (jika di belanjakan

    oleh isteri)

    b. Harta tidak hangus: kebutuhan jangka panjang. Misalnya, perabot

    dan peralatan dapur yang berharga, dekorasi rumah.

    • Harus dirujuk kepada kepemilikan

    • Harus memiliki bukti untuk membuktikannya

    2. Harta Bawaan

    Harta bawaan artinya harta-harta yang didaftarkan atas nama suami

    sebelum pernikahan atau harta yang di peroleh sebelum pernikahan atau

    warisan atau hibah atau hadiah dan sebagainya. Harta-harta tersebut harus

    48 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 7

  • 35

    memiliki keterangan serta bukti yang sah bahwa harta tersebut adalah

    miliknya.49

    a. Kedudukan harta bawaan

    • Kepemilikan mutlak suami

    • Suami memiliki hak membelanjakan sebagian atau semua atau

    memberi atau menghadiahkan kepada siapa yang dia suka

    dengan tujuan, keadaan dan niat yang baik membelanjakan

    harta sendiri.

    b. Pembagian harta bawaan

    • Jika suami meninggal, harta itu dibagi dengan faraid

    • Jika berlaku cerai dalam kasus isteri nusyuz, isteri tidak

    memiliki bagian daripada harta bawaan dan begitu sebaliknya.

    c. Hasil harta bawaan

    • Dibagi di antara ahli waris menurut hukum faraid

    • Jika perceraian disebabkan oleh kezaliman suami, isteri dapat

    bagian daripada harta bawaan

    • Jika isteri nusyuz, isteri tidak berhak atas bagian apa pun dar harta

    bawaan

    3. Harta dapatan atau harta perolehan

    Artinya harta yang disahkan atas nama isteri dan dapat sebelum pernikahan

    berlangsung. Harta dapatan bisa dalam bentuk hadiah atau pemberian serta

    49 Ibid hlm.8

  • 36

    pusaka. Sekiranya, dimiliki selepas pernikahan, ia masih di anggap sebagai

    harta dapatan.50

    4. Harta Sepencarian

    Artinya harta sepencarian adalah harta yang diperoleh bersama suami isteri

    semasa perkahwinan berkuatkuasa mengikut hukum syarat-syarat yang

    ditentukan oleh hukum syarak.

    D. “Harta sepencarian” menurut Undang-Undang

    Memandangkan harta sepencarian telah menjadi bagian dari undang-

    undang bertulis di Malaysia, yang terbaik adalah melihat definisinya sesuai

    dengan ketentuan hukum. Menurut Seksyen 2, Akta Undang-undang Keluarga

    Islam (Wilayah-wilayah Persekutuan) 1984 (Akta 303) harta sepencarian

    ditakrifkan sebagai: "Harta yang diperolehi bersama oleh suami dan isteri

    semasa perkahwinan berkuatkuasa mengikut syarat-syarat yang ditentukan oleh

    hukum syarak." Elemen-elemen penting untuk menetapkan hak untuk

    mengklaim “harta sepencarian” adalah seperti berikut:51

    1. Memperoleh Harta Secara Bersama

    "Bersama" berarti suami dan isteri berperan dalam perolehan harta dalm

    lingkup tugasnya masing-masing. Tidak harus kedua belah pihak

    menyumbang jumlah yang sama atau melakukan pekerjaan yang sama. Apa

    50 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 9

    51 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 11

  • 37

    yang paling penting adalah terdapat sumbangan sama ada secara langsung

    atau tidak langsung Harta atau apa-apa aset dalam bentuk anugerah ke atas

    kecemerlangan atau pencapaian seseorang bukanlah “harta sepencarian”

    karena ia bukanlah diperoleh atas usaha bersama. Sumbangan dapat berlaku

    dalam tiga bentuk:52

    i. Pengumpulan harta atau modal.

    ii. Upaya meningkatkan harta yang ada.

    iii. Sumbangan lain termasuk pandangan, saran dan dorong.

    2. Selama pernikahan:

    • Masa setelah pernikahan sampai pasangan bercerai atau mati.

    • harta yang diperoleh sebelum bernikah atau setelah perceraian tidak

    dapat dianggap sebagai “harta sepencarian”

    3. Mengikut Syarat-Syarat Yang Ditentukan Oleh Hukum Syarak

    Elemen yang ketiga adalah sesuatu perkahwinan itu harus sesuai

    hukum syarak dan di akui oleh undang-undang. Jika pasangan menikah di

    luar negara, mereka harus mendaftarkan pernikahan di Malaysia terlebih

    dahulu sebelum mereka dapat mengajukan tuntutan “harta sepencarian”.

    Demikian pula dengan syarat harta, sesuatu harta yang hendak dituntut

    sebagai “harta sepencarian” itu, mestilah harta yang halal menurut hukum

    syarak.53

    52 Siti Zalikha Md Noor, Pemilikan Harta Dalam Perkawinan, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pistaka, 1996) hlm. 32

    53 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 14

  • 38

    E. Langkah Mengenal Pasti “Harta Sepencarian”

    Mengenal pasti “harta sepencarian” dapat memudahkan penyelesaian

    perselisihan harta. Berikut adalah langkah bagi menganl pasi “harta

    sepencarian”.54

    1. Jenis

    Kenal pasti dahulu sama ada harta itu jenis harta bergerak atau harta tidak

    bergerak.

    i. Harta bergerak. Harta yang dapat dipindahkan atau di gerakkan dari

    satu tempat ke satu tempat yang lain.

    • Kenderaan.

    • Mesin.

    • Peralatan dan perkakasan rumah.

    • Perabot dan sebagainya.

    ii. Harta tidak bergerak. Harta yang melekat pada tanah atau melekat

    pada sesuatu yang melekat di tanah.

    • Rumah: kondominium, apartment.

    • Rumah toko.

    • Tanah pertanian

    • Kilang

    54 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 23

  • 39

    iii. Harta bergerak yang biasanya digunakan oleh isteri.55

    • Peralatan dapur seperti kuali, pinggan mangkuk, senduk,

    garfu dan sebagainya.

    • Alat-alat persolekan seperti pengering rambut, meja berhias,

    anting-anting, dan sebagainya.

    • Harta ini akan diberikan kepada isteri

    iv. Harta bergerak yang biasa digunakan oleh suami.

    • Pakaian seperti songkok, sepatu, kain sampin, keris

    tengkolok, tali leher dan sebagainya

    • Harta ini akan diberikan kepada suami

    v. Harta bergerak yang digunakan kedua belah pihak.56

    • Komputer, kulkas, mesin cuci, dapur, meja makan, televisi,

    set sofa, perabot hiasan, rak buku dan sebagainya.

    • Ia akan ditentukan sebahagiannya mengikut kadar

    sumbangan dan bukti hak milik.

    • siapapun menunjukkan sumbangan yang lebih besar akan

    mendapatkan lebih banyak bagian yang lebi tanpa mengira

    suami atau isteri.

    2. Hak Kepemilikan

    55 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala

    Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 23 56 Ibid

  • 40

    Harta-harta dengan catatan hak milik.

    • Hartanah, kendaraan, saham-saham dan sebagainya.

    • Penama yang tercatat namanya atas harta tersebut dianggap pemilik

    terdaftar dan memiliki wewenang penuh untuk menangani aset.

    • Pemilik terdaftar dapat menjualnya, mencagarkannya,

    menghibahkannnya kepada orang atau lembaga tertentu.

    Cara pembagian:

    • Harta-harta yang mempunyai hak milik terdaftar ini akan dianggap

    sebagai pemilik harta.

    • Siapa pun yang ingin mengklaim harta tersebut harus menunjukkan

    bukti sumbangan untuk memungkinkan mahkamah membuat

    keputusan yang menguntungkannya.

    3. Harta Perusahaan/Harta Individu 57

    Harta perusahaan harus dibedakan dari harta individu karena perusahaan adalah

    entitas lain. Harta perusahaan harus dilihat oleh pemegang saham perusahaan

    tersebut.

    • Perusahaan Perkongsian

    • Perusahaan Keluarga

    F. Cara Menuntut “Harta Sepencarian”

    1. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:58

    57 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 24 58 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 97

  • 41

    i. Pastikan ada harta yang diletakkan atas nama suami. Jika harta itu

    diletakkan atas nama isteri, maka tidak perlu lagi dituntut. Suamilah

    harus menuntut saat itu.59

    ii. Dapatkan salinan bukti kepemilikan asset yang akan dituntut. Jika

    ingin menuntut hartanah. anda mestilah mempunyai geran tanah.

    Jika anda ingin menuntut saham perusahaan anda harus memiliki

    dokumen yang terkait dengannya seperti surat saham, laporan akaun

    dan sebagainya. Begitulah seterusnya asset apapun yang hendak

    dituntut.

    iii. Sediakan resit pembayaran atau bukti sumbangan anda kepada

    pasangan. Jika anda menyumbang uang untuk membantu melakukan

    bayaran ke bank, maka slip bank harus tetap utuh. Begitu juga bukti-

    bukti lain seperti dokumen pinjaman bank (jika anda membuat

    pinjaman bank membantu pasangan anda membayar sebagian

    pengeluran) dan dokumen terkait lainnya.

    iv. Buat janji temu dengan pengacara syarii. Dalam kasus syariah, anda

    tidak boleh berkonsultasi dengan pengacara sipil karena mereka

    tidak memiliki mandat untuk berpraktik di mahkamah syariah.

    Selain itu, yurisdiksi yang berkaitan “harta sepencarian” hanya ada

    di mahkamah syariah. Kirimkan dokumen yang relevan kepada

    pengacara syarii. Agar pengacara dapat menyiapkan kasus, anda

    59 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala

    Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 97

  • 42

    harus memberikan dokumen yang relevan untuk memungkinkan

    pengacara membawa kasus ke pengadilan.

    2. Setelah Pelantikan Pengacara

    Setelah membuat pelantikan pengacara, berikut adalah langkah-langkah

    yang akan diambil oleh pihak pengacara syarii:60

    i. Menyediakan dokumen saman dan pernyataan klaim.

    ii. Ajukan saman dan pernyataan tuntutan di Mahkamah Tinggi

    Syariah di negeri masing-masing.

    iii. Kasus ini dibawa ke proses negosiasi penyelesaian (sulh).

    iv. Jika para pihak gagal mencapai kesepakatan, maka kasus tersebut

    akan dibawa ke Mahkamah.

    v. Makhamah akan menetapkan tanggal penyebutan.

    vi. Saman dan Pernyataan Tuntutan akan diserahkan kepada suami (jika

    isteri yang mengajukan tuntutan). Jika suami telah meninggal,

    gugatan tersebut harus diteruskan kepada kepada semua waris faraid

    yang terdiri daripada anak-anak, ibu bapa, suami dan bahkan

    mungkin kepada saudara mara suami (jika tidak ada anak laki-laki).

    vii. Jika pasangan atau ahli waris melantik pengacara, maka pasangan

    anda atau waris anda akan membela diri dengan memasukkan

    dokumen pembelaan.

    viii. Setelah itu, Mahkamah akan menetapkan tanggal persidangan.

    60 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 97

  • 43

    BAB IV

    PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Dasar-dasar Penetapan Hukum Yang Digunakan Oleh Hakim

    Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam Tentang “Harta Sepencarian”

    Atas Hak Suami Dan Isteri

    Agama Islam mengakui kepemilikan individu atas harta. Setiap individu

    termasuk suami dan isteri berhak atas harta karena ikatan perkawinan. Islam

    tidak menyangkal atau membatasi haknya. Islam memandang “harta

    sepencarian” sebagai cara mengakui kepemilikan sesorang atas upaya sendiri

    untuk memiliki harta.

    “Harta Sepencarian” adalah harta yang diperoleh oleh suami dan isteri

    selama perkawinan mereka dengan kata lain itu juga disebut harta bersama.

    Tujuan dari istilah ini adalah untuk melindungi hak-hak yang dapat dituntut

    oleh pasangan jika terjadi perceraian, kematian pasangan atau poligami. Secara

    tidak langsung juga mampu memberikan keadilan bagi kedua belah pihak

    dalam memenuhi hak-hak mereka.

    Dalam penelitian wawancara, penulis menemukan bahwa Hakim

    Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam menetapkan pembagian terhadap “harta

    sepencarian” sesuai dengan beberapa dasar-dasar penetapan hukum dari yang

    termaktub dalam Enakmen Keluarga Islam. Di sini penulis akan membagikan

    pembahasan sebagai berikut:

  • 44

    Isi Enakmen Keluarga Islam

    Mahkamah adalah mempunyai kuasa apabila membenarkan lafaz talaq atau

    apabila membuat suatu perintah peceraian, memerintah supaya apa-apa aset

    yang diperolehi oleh pihak-pihak itu dalam masa perkahwinan mereka dengan

    usaha bersama mereka dibahagi antara mereka supaya mana-mana aset dijual

    dan hasil jualan itu dibahagi antara pihak-pihak itu.

    Pada menjalankan kuasa yang diberi oleh subseksyen (1). Mahkamah

    hendaklah mengambil perhatian tentang

    a. Takat sumbangan-sumbangan yang telah dibuat oleh tiap-tiap satu

    pihak dalam bentuk wang, harta atau kerja bagi memperolehi aset-

    aset tersebut;

    b. Apa-apa hutang yang terhutang oleh salah satu pihak yang telah

    dilakukan bagi manfaat bersama mereka;

    c. Keperluan-keperluan anak-anak yang belum dewasa dari

    perkahwinan itu, jika ada. Dan tertakluk kepada pertimbangan-

    pertimbangan itu, mahkamah hendaklah membuat pembahagian

    yang sama banyak.

    Mahkamah adalah mempunyai kuasa, apabila membenarkan lafaz talaq atau

    apabila membuat perintah perceraian, memerintah supaya apa-apa aset

    yang diperolehi dalam masa perkawinan dengan usaha tunggal satu pihak

    kepada perkawinan itu dibahagi antara pihak-pihak itu. 61

    61 Enakmen Keluarga Islam (Negeri Selangor) 2003

  • 45

    Pada menjalankan kuasa yang diberi oleh subseksyen (3). Mahkamah

    hendaklah memberi perhatian kepada

    a. Takat sumbangan-sumbangan yang telah dibuat oleh pihak yang

    tidak memperolehi aset itu, kepada kebajikan keluarga dengan

    memelihara rumahtangga atau menjaga keluarga

    b. Keperluan anak-anak yang belum dewasa dari perkawinan itu, jika

    ada, dan tertakluk kepada pertimbangan-pertimbangan itu,

    Mahkamah boleh membahagikan aset-aset itu atau hasil jualan itu

    mengikut apa-apa kadar yang difikirkannya munasabah. Tetapi,

    walau bagaimana pun, pihak yang telah memperoleh aset-aset itu

    dengan usahanya hendaklah menerima suatu kadar yang lebih besar.

    Bagi maksud seksyen ini, rujukan-rujukan mengenai aset yang dipunyai

    oleh satu pihak sebelum perkahwinan itu yang telah dimajukan pada

    sebagaian besarnya dalam masa perkawinan itu oleh pihak yang satu lagi itu

    atau dengan usaha bersama mereka.62

    Ringkasan daripada Isi Enakmen Keluarga Islam

    • Mahkamah mempunyai kuasa untuk memrintahkan pembagian harta

    sepencarian yang diperolehi atas usaha tunggal.

    • Mahkamah juga mempunyai kuasa memerintahkan aset (yang

    diperolehi atas usaha tunggal itu) dijual dan hasil jualan dibagi antara

    suami isteri.

    62 Enakmen 122 Keluarga Islam Tahun 2003, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Selangor), 2003

  • 46

    • Pihak yang tidak menyumbang dalam pembelian atau pemerolehan aset

    tersebut, mahkamah akan melihat kepada sumbangan beliau untuk

    kebajikan keluarga seperti menguruskan rumah tangga atau menjaga

    anak-anak.

    • Mahkamah juga melihat kepada keperluan anak-anak yang belum

    dewasa yang diletakkan di bawah jagaan pihak yang memberi

    sumbangan tidak langsung (bagi kasus perceraian hidup).

    • Mahkamah akan memberikan bagian yang lebih kepada pihak yang

    memperolehi aset tersebut secara langsung berbanding pihak yang

    memberikan sumbangan tidak langsung atau yang kurang

    sumbangannya.63

    Daripada kesimpulan di atas dapat disimpulkan bahwa dasar-dasar

    penetapan hukum yang digunakan oleh Hakim Yang Arif Puan Nenney

    Shuhaidah tentang “harta sepencarian” sesuai dengan apa yang telah dinyatakan

    pada Enakmen 122 yaitu:64

    1. Takat Sumbangan

    Takat sumbangan adalah perkara yang sangat penting bagi pihak

    Mahkamah dalam membuat penetapatan pembagian “harta sepencarian”

    63 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 98

    64 Wawancara dengan Yang Arif Puan Neyney Hakim Mahkahmah Tinggi Syariah Shah Alam pada tanggal 4 Juli 2019

  • 47

    baik sumbangan secara langsung maupun tidak langsung. Bahkan, takat

    sumbangan itu juga akan dianggap sebagai pembuktian “harta sepencarian”

    oleh pihak Mahkamah. Berikut penulis menyatakan huraian:

    a. Sumbangan Langsung

    Sumbangan langsung juga dikenali sebagai sumbangan bersama di

    mana kedua-dua belah pihak mempunyai sumbangan masing-masing

    dalam memperoleh sesuatu harta. Kedua-dua menyumbang modal dan

    usaha ke arah memperoleh harta tersebut. Sumbangan langsung

    terbahagi kepada dua:

    1. Sumbangan keuangan.65

    2. Sumbangan tenaga.

    b. Sumbangan Tidak Langsung

    Sebagian besar kasus sumbangan tidak langsung biasanya berasal

    dari isteri karena isteri yang mengurus makanan dan anak-anak di

    rumah. Sangat jarang pria mengurus rumah tangga . Meskipun ada

    suami yang tidak bekerja karena berhenti atau menganggur, sulit bagi

    kita untuk menemukan suami yang mampu mencuci pakaian, memasak,

    mengelola anak-anak sebagai peran isteri di rumah. Jika seorang suami

    melakukannya dengan keinginan isterinya, suami juga mungkin dapat

    mengklaim bagian sumbangan tidak langsung. Untuk isteri yang tidak

    bekerja tentu saja dia tidak memiliki penghasilan untuk disumbangkan

    65 Wawancara dengan Yang Arif Puan Neyney Hakim Mahkahmah Tinggi Syariah Shah

    Alam pada tanggal 4 Juli 2019

  • 48

    kepada suami dalam membela aset keluarga. Meskipun demikian,

    Mahkamah akan menganalisis sumbangan tidak langsung isteri dalam

    membuat pembagian “harta sepencarian”.

    Sumbangan tidak langsung dalam bentuk dukungan moral.

    Dukungan moral berarti dorongan yang seseorang berikan kepada

    seseorang yang lain dan setuju terhadap perbuatan seseorang. Dukungan

    moral ini menperkuat semangat pasangan dan memberi mereka

    ketenangan dalam melakukan pekerjaan dalam kehidupan. Bentuk-

    bentuk dukungan yang dapat dilakukan pasangan meliputi66:

    • Membantu pekerjaan rumah tangga.

    • Membantu mengelola anak-anak

    • Menyediakan makanan keluarga.

    • Menjadi penghubung kepada keluarga pasangan yang dapat

    membantu dalam karier mereka

    Tugas-tugas berikut dapat memberikan dukungan moral dalam bentuk:

    • Kurangi pekerjaan pasangan jika tidak suami harus melakukan

    semua pekerjaan.

    • Menghilangkan kecemasan pasangan tentang keamanan anak-

    anak di rumah.

    66 Wawancara dengan Yang Arif Puan Neyney Hakim Mahkahmah Tinggi Syariah Shah

    Alam pada tanggal 4 Juli 2019

  • 49

    • Menghilangkan stres karena tidak perlu khawatir tentang

    rumah.

    • Membantu pasangan fokus dan meningkatkan prestasi kerja

    • Perluas jaringan kontak dalam bisnis.

    Inilah yang dinamakan sumbangan tidak langsung yang tidak dapat

    dihitung oleh mesin untuk menentukan nilai mata uang dari sumbangan

    isteri. Sumbangan jenis ini akan diperhitungkan oleh Mahkamah dalam

    menentukan pembagian “harta sepencarian” suami isteri.

    c. Bukti Dalam Mendapatkan “Harta Sepencarian”

    Bukti adalah faktor yang sangat penting dalam Mahkamah untuk

    memastikan keadilan ditegakkan.67 Pembuktian akan memudahkan

    hakim dalam menentukan takat sumbangan pasangan yang bernikah.

    Jika tidak ada bukti , itu akan melemahkan tuntutan “harta sepencarian”

    tersebut.

    2. Hutang Salah Satu Pihak Untuk Kepentingan Bersama

    Pasangan suami isteri membuat hutang untuk saling menguntungkan.

    Misalnya membeli rumah dan mobil dengan mengambil pinjaman

    pembiayaan dengan lembaga keuangan baik bank, koperasi dan sebagainya.

    Jika terjadi perceraian dan pembiayaan tersebut belum dibayarkan, maka

    67 Wawancara dengan Yang Arif Puan Neyney Hakim Mahkahmah Tinggi Syariah Shah

    Alam pada tanggal 4 Juli 2019

  • 50

    harta tersebut akan dinilai berdasarkan penilaian harga semasa sebelum

    dibuat pembagian kepada “harta sepencarian”.68

    3. Kebutuhan Anak Dibawah Umur

    Sebagaimana diatur dalam seksyen 122, (4)(b) Kebutuhan anak-anak di

    bawah umur dari perkawinan itu, jika ada, dan tertakluk kepada

    pertimbangan-pertimbangan itu, Mahkamah dapat membagikan aset-aset

    itu atau hasil perjualan sesuai dengan kadar yang difikirkannya munasabah.

    Tetapi, walau bagaimana pun, pihak yang telah memperoleh aset-aset itu

    dengan usahanya hendaklah menerima suatu kadar yang lebih besar.69

    Ringkasnya, jika pasangan yang sudah menikah memiliki anak dari

    pernikahan mereka, dan anak itu memilih untuk tinggal bersama ibunya,

    peratusan “harta sepencarian” yang dapat dimiliki isteri adalah lebih. Ini

    karena anak di bawah asuhannya.

    Berdasarkan dasar penetapan yang dinyatakan di atas dapat

    disimpulkan bahwa dasar yang digunakan dalam penetapan “harta

    sepencarian” oleh mayoritas Hakim lebih kearah prinsip keadilan mengenai

    hak dan kewajiban. Untuk sumbangan secara langsung, baik dalam segi

    energi atau mata uang maka pembagian adalah sama banyak. Situasi ini

    tanpa memandang isteri, seorang yang makan gaji ataupun tidak. Jika

    sumbangan itu berbentuk tidak secara langsung, isteri menjadi suri rumah

    68 Wawancara dengan Yang Arif Puan Neyney Hakim Mahkahmah Tinggi Syariah Shah

    Alam pada tanggal 4 Juli 2019

    69 Enakmen 122 Keluarga Islam Tahun 2003, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Selangor), 2003

  • 51

    sahaja, maka mahkamah memutuskan isteri berhak mendapat ⅓. Prinsip

    kadar pembagian berdasarkan sumbangan adalah satu prinsip keadilan

    Namun dalam beberapa kasus, isteri berhak mendapat ½ meskipun dia

    adalah seorang suri rumah. Kadar berdasarkan prinsip usaha yang dilakukan

    oleh pengamal undang-undang adalah prinsip yang adil. Berdasarkan

    prinsip ini, ada kemungkinan bahwa isteri berhak mendapat kadar yang

    lebih dari separuh jika mereka memberi sumbangan yang lebih besar. 70

    70 Wawancara dengan Yang Arif Puan Neyney Hakim Mahkahmah Tinggi Syariah Shah

    Alam pada tanggal 4 Juli 2019

  • 52

    B. Analisis Metode Istibath Hukum Hakim Mahkamah Tinggi Syariah Shah

    Alam tentang Harta Sepencarian atas Hak Suami dan Isteri

    Setelah meneliti dan mewawancara pihak Hakim Mahkamah Tinggi

    Syariah Shah Alam, penulis telah mendapatkan informasi bahwa metode

    istibath hukum yang berlaku dalam harta sepencarian ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Mengikut enakmen dan fatwa yang telah dikeluarkan

    di dalam Enakmen Keluarga Islam dalam fasal 122 sebagaimana berikut71:

    Mahkamah adalah mempunyai kuasa apabila membenarkan lafaz talaq atau

    apabila membuat suatu perintah peceraian, memerintah supaya apa-apa aset

    yang diperolehi oleh pihak-pihak itu dalam masa perkahwinan mereka

    dengan usaha bersama mereka dibahagi antara mereka supaya mana-mana

    aset dijual dan hasil jualan itu dibahagi antara pihak-pihak itu.

    Pada menjalankan kuasa yang diberi oleh subseksyen (1). Mahkamah

    hendaklah mengambil perhatian tentang

    a. Takat sumbangan-sumbangan yang telah dibuat oleh tiap-tiap satu pihak

    dalam bentuk wang, harta atau kerja bagi memperolehi aset-aset

    tersebut;

    b. Apa-apa hutang yang terhutang oleh salah satu pihak yang telah

    dilakukan bagi manfaat bersama mereka;

    71 Enakmen 122 Keluarga Islam Tahun 2003, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Selangor), 2003

  • 53

    c. Keperluan-keperluan anak-anak yang belum dewasa dari perkahwinan

    itu, jika ada. Dan tertakluk kepada pertimbangan-pertimbangan itu,

    mahkamah hendaklah membuat pembahagian yang sama banyak.

    Mahkamah adalah mempunyai kuasa, apabila membenarkan lafaz talaq atau

    apabila membuat perintah perceraian, memerintah supaya apa-apa aset

    yang diperolehi dalam masa perkawinan dengan usaha tunggal satu pihak

    kepada perkawinan itu dibahagi antara pihak-pihak itu.

    Pada menjalankan kuasa yang diberi oleh subseksyen (3). Mahkamah

    hendaklah memberi perhatian kepada

    a. Takat sumbangan-sumbangan yang telah dibuat oleh pihak yang

    tidak memperolehi aset itu, kepada kebajikan keluarga dengan

    memelihara rumahtangga atau menjaga keluarga

    b. Keperluan anak-anak yang belum dewasa dari perkawinan itu,

    jika ada, dan tertakluk kepada pertimbangan-pertimbangan itu,

    Mahkamah boleh membahagikan aset-aset itu atau hasil jualan

    itu mengikut apa-apa kadar yang difikirkannya munasabah.

    Tetapi, walau bagaimana pun, pihak yang telah memperoleh

    aset-aset itu dengan usahanya hendaklah menerima suatu kadar

    yang lebih besar.

    Bagi maksud seksyen ini, rujukan-rujukan mengenai aset yang dipunyai

    oleh satu pihak sebelum perkahwinan itu yang telah dimajukan pada

  • 54

    sebagaian besarnya dalam masa perkawinan itu oleh pihak yang satu lagi itu

    atau dengan usaha bersama mereka.72

    Fatwa-fatwa Negeri dan Kebangsaan

    Fatwa tentang harta sepencarian yang telah dikeluarkan pada 13 April 1982:

    Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal

    Ugama Islam Malaysia kali ke 4 yang bersidang pada 13-14 April 1982

    telah membincangkan harta sepencarian. Muzakarah telah memutuskan

    bahwa:

    a. Segala apa yang diberi atau dihibahkan oleh suami kepada isteri atau

    sebaliknya dengan bukti secara syarak atau dengan pengakuan daripada

    pihak yang memberi adalah menjadi hak kepada yang menerima

    b. Mengenai rumah tempat tinggal dan perabot pada dasarnya adalah

    menjadi hak suami kecuali bila ada kenyataan menunjukkan bahwa

    suami menghibahkan kepada isterinya atau isteri yang punya.

    c. Mas kawin, pakaian dan nafkah pada dasarnya menjadi hak isteri.

    Fatwa Negeri Selangor

    Harta Sepencarian Selepas Kematian Salah Satu Pihak dalam Perkawinan

    di Negeri Selangor(18 April 2005)

    Keputusan:

    72 Enakmen 122 Keluarga Islam Tahun 2003, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Selangor), 2003

  • 55

    1. Harta sepencarian selepas kematian salah satu pihak dalam perkawinan

    di negeri Selangor boleh dibahagikan kepada suami atau isteri sebelum

    difaraidkan termasuk setelah dilepaskan tanggungan si mati.

    2. Pembagian harta sepencarian tersebut hendaklah diberikan mengikut

    takat sumbangan sama ada secara langsung atau tidak langsung

    daripada kedua-dua belah pihak

    3. Persetujuan pembagian hendaklah dibuat melalui perintah mahkamah.

    Berdasarkan kajian fatwa dan enakmen yang dilampirkan diatas

    yaitu berkenaan harta sepencarian, penulis sudah wawancara dengan pihak

    Hakim Mahkahmah Tinggi Syariah Shah Alam bersama Yang Arif Puan

    Nenney Shuhaidah dan antara hujah yang timbulnya fatwa dan enakmen

    ini karena pertanyaan orang ramai kepada Jabatan Kehakiman mengenai

    harta sepencaria