analisis puisi jilid 2

40
ANALISIS KARYA SASTRA KUMPULAN PUISI “KUSIMPAN KAU DALAM PUISI” KARYA AHMAD SAHIDE A. Pengantar Makna merupakan wilayah isi sebuah puisi. Makna tersebut pada umumnya berkaitan dengan pengalaman dan permasalahan yang dialami dalam kehidupan manusia. Ada yang berhubungan dengan persoalan cinta asmara, cinta sufistis, kemiskinan, pemujaan terhadap tanah air maupun tokoh-tokoh tertentu. (Wiyatmi, 2009:73) Ahmad Sahide juga demikian, tokoh penyair muda alumni UMY ini juga mengangkat persoalan yang hampir sama. Namun, kebanyakan karyanya dalam antologinya bertemakan tentang cinta asmara yang disajikan dengan kentalnya. B. Pembahasan Ahmad Sahide. Lahir di Bulukumba, Sulawesi Selatan. Seorang alumni Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan saat ini kembali menjadi mahasiswa Kajian Timur Tengah, Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada. Tidak hanya antologi yang berjudul “Kusimpan Kau dalam Puisi” ini saja, Ahmad Sahide juga menggarap beberapa buku antara lain berjudul “HMI: Keabadian dan Inovasi Gerakan”, kemudian “Kebebasan dan Moralitas”, dan 1

Upload: adi-septian

Post on 27-Oct-2015

247 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Analisis Puisi Bahasa dan Sastra Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Puisi Jilid 2

ANALISIS KARYA SASTRA KUMPULAN PUISI

“KUSIMPAN KAU DALAM PUISI” KARYA AHMAD SAHIDE

A. Pengantar

Makna merupakan wilayah isi sebuah puisi. Makna tersebut pada

umumnya berkaitan dengan pengalaman dan permasalahan yang dialami

dalam kehidupan manusia. Ada yang berhubungan dengan persoalan cinta

asmara, cinta sufistis, kemiskinan, pemujaan terhadap tanah air maupun

tokoh-tokoh tertentu. (Wiyatmi, 2009:73)

Ahmad Sahide juga demikian, tokoh penyair muda alumni UMY ini

juga mengangkat persoalan yang hampir sama. Namun, kebanyakan karyanya

dalam antologinya bertemakan tentang cinta asmara yang disajikan dengan

kentalnya.

B. Pembahasan

Ahmad Sahide. Lahir di Bulukumba, Sulawesi Selatan. Seorang

alumni Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta dan saat ini kembali menjadi mahasiswa Kajian Timur Tengah,

Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada. Tidak hanya antologi yang berjudul

“Kusimpan Kau dalam Puisi” ini saja, Ahmad Sahide juga menggarap

beberapa buku antara lain berjudul “HMI: Keabadian dan Inovasi Gerakan”,

kemudian “Kebebasan dan Moralitas”, dan sebuah novel yang ia beri judul

“Panggil Ia Gie”. Aktivitasnya saat ini adalah sebagai pegiat di Komunitas

Belajar Menulis (KBM) Yogyakarta.

Ahmad Sahide adalah salah satu penyair muda dari sekian penyair

muda di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, khususnya. Dalam

bukunya kali ini Ahmad Sahide mengangkat tema keagamaan dan cinta kasih

yang terbungkus rapi dalam bait-pait puisi yang ia torehkan di dalamnya.

Seperti puisi berikut ini:

Istana Cinta

Kepada jiwa yang kuberi kebebasan

Berkelana menyeberangi lautan

1

Page 2: Analisis Puisi Jilid 2

Terbang tinggi ke angkasa

Menyapa penjaga sudut-sudut bumi

Mencari dan menemukan istana

Kedamaian cinta

Menyatu dengan sang ratu jiwa

Dalam hidup

Yogyakarta, 8 Maret 2011

Dalam puisi tersebut sangat kental akan aroma kisah cintanya. Dengan

menggunakan sudut pandang orang pertama, Ahmad Sahide melukiskan

sosok tokoh yang berkelana dalam dunia kisah cinta dengan tujuan mencari

tempat yang tepat untuk tokoh tersebut bersandar dan berharap itulah jodoh

yang telah digariskan untuknya. Perjalanan tokoh tersebut dapat diibaratkan

dengan berkelana menyeberangi lautan, mencari dan menemukan istana.

Puisi berikutnya adalah:

Goresan Pena

Kepadamu yang merasakan

Kehadiranku dalam ketiadaan

Kuantarkan kepergianmu dengan

Goresan penaku

Begitulah aku mencintaimu

Cinta yang kekal abadi

Mengabadi bersama keabadian

Goresan penaku

Yogyakarta, 13 Maret 2011

Dalam bait puisi di atas masih dengan suasana cinta kasih yang

diangkat oleh Ahmad Sahide. Puisi tersebut mengisahkan tentang tokoh yang

memiliki cara tersendiri mencintai kekasihnya yang dapat diibaratkan dengan

2

Page 3: Analisis Puisi Jilid 2

goresan pena sebagai pengatar kepergiannya. Namun, dalam puisi tersebut

juga mengisahkan bahwa tokoh merelakan kekasihnya pergi dengan alasan

tertentu. Sepertinya dalam puisi ini ditaburi bumbu kisah-kisah tentang Siti

Nurbaya, karena sepertinya tokoh terpaksa melepaskan kekasihnya tersebut.

Dan begitulah cara tokoh mencintai kekasihnya dengan maksud tidak ingin

melihat kekasihnya bermuram durja.

Puisi selanjutnya adalah:

Kehampaan

Kicauan burung tak lagi menghibur diriku

Cahaya bintang-bintang tak lagi menerangi jiwaku

Tiupan angin malam tak lagi menyejukkan qalbuku

Petuah-petuah tak lagi memberiku kekuatan

Adakah yang lebih hening dari kesendirian?

Jiwaku sedang berkelana ke alam kehampaan

Melangkah jauh menuju ketiadaan

Membawa remuk-remuk kegoncangan jiwa

Mencari sesuatu yang tiada

Mengharapkan kemustahilan

Masihkah kau di situ Tuhan?

Dengan setangkai mawar tanda Kau mencintaiku

Jangan kau tanamkan cinta dalam jiwaku

Bila ia akan menuntunku ke alam kehampaan

Jangan Kau beri aku ruang untuk berharap

Jika Engkau tidak mengabulkannya

Jangan bawa aku ke dalam mimpi-mimpi indah

Bila ia tidak akan mewujud nyata

Janganlan beri aku cinta selain cinta kepada-Mu

Jika itu akan menyiksaku

3

Page 4: Analisis Puisi Jilid 2

TUHAN!

Kepada-Mulah aku mengadu

Engkaulah tempat bersandar

Berilah aku cinta yang dapat menenangkan, menyejukkan jiwaku

Menentramkan hatiku, menjernihkan pikiranku

Menemaniku melangkah kepada kepastian

Yogyakarta, 25 Januari 2011

Bait puisi di atas adalah satu dari beberapa judul bertema keagamaan

atau ketuhanan di dalam bukunya tersebut. Dalam bait tersebut nampak

bahwa Ahmad Sahide mengisahkan tentang seorang tokoh yang berdoa atau

meminta petunjuk kepada Tuhannya untuk urusan dunia fana yang terlihat

dalam bait ketiga puisi tersebut. Dalam puisi tersebut tokoh digambarkan oleh

Ahmad Sahide dengan watak seorang yang taat pada agama dan ikhlas yang

dapat dilihat dalam bait terakhir puisi tersebut.

Ketiga puisi di atas adalah beberapa judul dari sekian banyak yang ada

di buku antologinya yang berjudul “Kusimpan Kau dalam Puisi”. Dalam

bukunya juga, sebenarnya ada satu puisi yang Ahmad Sahide tujukan kepada

temannya yang telah meninggal dunia pada 6 April 2011 silam. Seperti

“Sobat, dengan Puisi Aku Mengabadikanmu”, “Salam untuk Bunga yang

Terbaring”, “Selamat Jalan Sahabat”, “Kau yang Jauh Di Sana”, “Jalan dan

Saksi”, serta “Singgasana Terakhir”.

4

Page 5: Analisis Puisi Jilid 2

ANALISIS KARYA SASTRA KUMPULAN PUISI

“LUKA SEBUAH NEGERI” KARYA M. JUNUS MELALATOA

A. Pengantar

Makna sebuah puisi, pada umumnya baru dapat dipahami setelah

seorang pembaca membaca, memahami arti tiap kata dan kiasan yang dipakai

dalam puisi, juga memperhatikan unsur-unsur puisi lain yang mendukung

makna. (Wiyatmi, 2009:73)

Sama halnya dengan antologi puisi etnografi milik M. Junus

Malalatoe ini, beliau membungkus kata demi katanya dengan manis. Beliau

mengangkat tema tentang kekhasan dan keragaman di setiap daerah dan suku

bangsa di nusantara ini.

B. Pembahasan

Muhammad Junus Melalatoe, laki-laki kelahiran Takengon 26 Juli

1932 ini meraih gelar doctor antropologi dari Universitas Indonesia pada

tahun 1983. Di Universitas Indonesia beliau mengabdi hampir selama 47

tahun. Namun, pada tanggal 13 Juni 2006 dunia antropologi di Indonesia

mendung. Karena salah satu ilmuwan terbaik mereka telah kembali kepada

Sang Khalik tepat diusia 74 tahun. Ketika itu beliau masih aktif mengajar di

Program Diploma III Pariwisata, Program Sarjana dan Pascasarjana

Antropologi, Departemen Antropologi FISIP UI hingga akhir tahun 2005.

Berikut beberapa puisi karya beliau:

Bocah-bocah Mahakam

Kalian pernah kelaparan?

Matanya bersinar

Mereka: menggeleng kepala

Kalian pernah bertanya

Makna sebuah kelaparan?

Matahari bersinar

5

Page 6: Analisis Puisi Jilid 2

Mereka: mengangguk

Kalian tahu

Masih penuhkah lumbung

Di seberang rumah panjang itu

Matanya menatap ladang

Mereka: menganga

Kalian berjalan ke ladang

Pulang bawa kelelahan

Mereka: tersenyum

Mereka menggeleng ketika

Harus mengangguk

Mereka menganga

Lalu tersenyum

Salah satu puisi beliau di atas mengisahkan tentang kehidupan di

sekitar daerah Mahakam. Mengisahkan tentang kehidupan penduduk di sana

melalui pengibaratan pertanyaan yang ada di bait puisinya. Sebenarnya dalam

puisi tersebut, beliau menggambarkan seberapa makmurnya penduduk itu

yang serba kekurangan ditutupinya dengan ketercukupan. Mengingat bahwa

sumber penghidupan mereka kurang mencukupi dan hanya senyum saja yang

mereka keluarkan untuk menghibur diri mereka atas kerja keras mereka

membanting tulang.

Puisi berikutnya adalah:

Ibu Iren

Apa yang kau pikirkan

Ketika menyisil kacang tanah

Yang kau panen dari lading

6

Page 7: Analisis Puisi Jilid 2

Apa yang kau pikirkan

Ketika suami menugal

Menjaga burung, babi hutan

Yang menggerayangi ladang

Apa yang kau impikan

Ketika anakmu yang lucu

Merangkak-rangkak di ruang

Amin kecil yang kecil rumah panjang

Apa yang kau impikan

Ketika burung berkicau di kejauhan

Yang kemudian menclok di bubungan

Rumahmu yang kekar

Apa yang kau impikan

Ketika orang datang dari jauh

Dengan salamnya yang takzim

Bu Iren penuh adab

Merentangkan jawaban

Lalu diakhirinya dengan senyum

Masih berkutat dengan kekhasan dan kebudayaan daerah. Dalam puisi

di atas, beliau mengisahkan tentang sosok ibu yang bersahaja dan sosok ibu

yang santun murah senyum yang digambarkan lewat bait terakhirnya. Sosok

ibu yang memiliki nafas kesabaran yang hebat serta sosok ibu yang begitu

kental dengan adat istiadat daerahnya yang terlihat pada bait pertama sampai

kelima.

7

Page 8: Analisis Puisi Jilid 2

Karya beliau selanjutnya adalah:

Cipayung Petang

Buat: Sahabat Sdd

Mana lebih bahagia

Memandang petani

Dari balik kaca

Atau berkaca pada petani

Tentang diri kita

Cipayung, 1987

Pada puisi tersebut, M. Junus Melalatoe mengisahkan tentang

pandangan orang lain terhadap diri sendiri. Beliau mengibaratkan tentang

kehidupan petani. Dengan cara kita belajar pada kehidupan yang lain atau

kehidupan lain yang akan mengkritik kita.

Ketiga puisi di atas adalah beberapa dari sekian puisi yang termuat

dalam buku antologi karya M. Junus Melalatoe yang berjudul “Luka Sebuah

Negeri” yang mengangkat tema kekhasan dan kebudayaan yang tersebar di

tanah air tercinta ini. Sepeninggalnya beliau, hanya kata-kata beliaulah yang

abadi. Seperti puisi-puisi yang beliau torehkan dalam buku ini.

8

Page 9: Analisis Puisi Jilid 2

ANALISIS KARYA SASTRA KUMPULAN PUISI

“PATAH” KARYA RAHMAT JABARIL

A. Pengantar

Citraan (imagery) merupakan gambaran-gambaran angan dalam puisi

yang ditimbulkan melalui kata-kata (Pradopo, 1987). Citraan tersebut

meliputi beberapa bagian sesuai dengan indra yang dimiliki manusia, seperti

citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan rabaan, citraan pencecapan,

citraan penciuman, dan citraan gerak. (Wiyatmi, 2009:68)

Menurut Clive Bell, getaran puisi dalam hal ini keindahan puisi hanya

dapat ditemukan oleh orang yang dalam dirinya mempunyai pengalaman

yang bisa mengenali wujud bermaknna dalam satu karya seni tertentu dengan

getaran/rangsangan keindahan. (Rahmat, 2008)

B. Pembahasan

“PATAH”, sebuah judul antologi puisi karya Rahmat Jabaril. Sosok

penyair kelahiran Bandung tepatnya 17 Agustus 1968 silam. Sosok yang

berkonsep kesenian, mengkaji ulang kembali pada setiap persoalan baik

menyangkut politik, sosial, ekonomi, budaya, agama,maupun pada kesenian

itu sendiri. Sosok penyair yang juga aktif dalam aktivitas kesenian dari tahun

1985 sampai tahun 2007 serta seorang yang berpengalaman dalam

berorganisasi yang telah berhasil mendirikan beberapa komunitas sejak 1985

sampai 2005.

Di dalam buku tersebut, Rahmat Jabaril mengusung kisah yang tak

luput dari kehidupan manusia seperti perjuangan, cinta kasih, dan lain

sebagainya. Seperti puisinya berikut ini:

Pagi yang Sibuk

Orang-orang sibuk

Memecah Jalan Supadio

Jalan Ciroyom

Memikul beban

9

Page 10: Analisis Puisi Jilid 2

Mendengus resah

Dikejar ambisi

Dan waktu menyempit

Suara pabrik menderu

Membangunkan hati yang terkubur

tergesa!

Memijakkan kaki, diburu waktu

Dikejar sengat mentari

Makin cepat diburu waktu

Ribuan kaki berpijak dengan sibuk

Mengangkangi tanah leluhurnya

Menerobos gua ketergantungan

Menghembus nafas

Di tahi industry

10 Juli 1988

Dalam puisi tersebut Rahmat Jabaril mengisahkan tentang kehidupan

pagi dimana orang-orang mulai berbondong-bondong beraktivitas dengan

membawa tanggung jawab masing-masing. Melewati gua ketergantungan,

orang-orang yang dimaksud sedang memenuhi jalan-jalan protocol yang

dipenuhi gedung-gedung pencuci uang dimana mereka menyelesaikan

tanggung jawab mereka.

Puisi berikutnya adalah:

Keyakinanku

Aku tidak punya cukup waktu

Untuk bersedu sedan itu! Sebab

Di tanganku penuh batu, pada

Keyakinan semati tugu, aku

10

Page 11: Analisis Puisi Jilid 2

Pelempar batu di rumah-rumah

Kaca para jenderal itu! Sebab

Mereka pelanggar pertama

Kesepakatan kita

7 Maret 1998

Dalam puisi di atas mengisahkan tentang kekecewaan mendalam yang

dialami tokoh. Dengan sudut pandang orang pertama, Rahmat

menggambarkan kekecewaan yang begitu besar. janji yang diingkari

kemudian murka menuntut kembali atas janji-janji yang telah terpatri

sebelumnya yang juga diibaratkan dalam kalimat akulah pelempar batu di

rumah-rumah kaca para jenderal itu!.

Jika dibandingkan dengan keadaan zaman sekarang, tokoh yang

berada dalam puisi tersebut sedang mendemo para pembuat janji. Menagih

segala omongan yang telah diberikan sebagai janji. Tokoh tidak

menginginkan janji itu hanya sebuah wacana saja, melainkan bukti yang

membuat kehidupan mereka sejahtera dan merdeka. Mereka pelanggar

pertama kesepakatan kita, merupakan kalimat pembuktinya.

Kemudian, puisi selanjutnya berjudul:

Cermin

Lihat!

Cermin ini

Berwajah lagi

Mukanya

Penuh

Peluru dan batu

2005

11

Page 12: Analisis Puisi Jilid 2

Ketika tokoh mulai geram sebab kesedihan menyelimuti

kehidupannya. Sesak di dada mulai meledak seperti yang dilukiskan dalam

kisah puisi di atas. Puisi tersebut mengisahkan tentang amarah seorang tokoh

yang menginginkan pandangan tentang apa yang telah terjadi dengan bukti

tergeletaknya mayat-mayat yang mati akibat puluru dan juga batu yang

menghujaninya. Seperti pahlawan yang ingin memerdekakan umatnya,

namun gugur dalam medan pertempuran.

Mengingat tema yang diusungoleh Rahmat Jabaril, ketiga puisi di atas

adalah perwakilan puisi yang diambil dari sekian banyak puisi yang ada di

dalam buku antologi puisi yang berjudul “Patah”. Dimana dalam buku ini

mengisahkan tentang perjuangan, cinta kasih, kepedulian, dan sebagainya.

Seperti halnya manusia, buku ini bisa merasakan asam manis kehidupan

dunia manusia yang mana goresan pena yang ada dalambuku ini adalah

curahan unek-unek penyair.

12

Page 13: Analisis Puisi Jilid 2

ANALISIS KARYA SASTRA KUMPULAN PUISI

“PERCAKAPAN LILIN” KARYA RIKI DHAMPARAN PUTRA

A. Pengantar

Penyair adalah orang yang berkesadaran bahwa anugerah dan hikmah

kehidupannya bukanlah untuk dirinya sendiri, melainkan untuk orang lain

juga. Kesadaran personalnya juga berangkat dari penghayatan sosial karena

penyair selalu melakukan apa yang disebut transpersonalisasi atau

transubjektivikasi kehidupan. (Sayuti, 2002:8)

“Percakapan Lilin”, sebuah judul buku antologi puisi terpilih karya

Riki Dhamparan Putra. Melahirkan karya-karya yang nilai estetisnya mampu

mengundang banyak pembaca. Tema yang diangkatnya pun tidaklah begitu

jauh dari kehidupan sehari-hari, kebudayaan, dan kekhasan suatu daerah.

Seorang penyair yang menulis tanpa “banyak bagai” serta seorang penyair

pada dasarnya tidak ingin muluk-muluk dicatat sebagai “sastrawan” atau

“penyair” besar.

B. Pembahasan

Riki Dhamparan Putra, penyair berdarah penduduk Sumatra ini lahir 1

Juli 1975 di sebuah dusun di kaki gunung Talamau, Sumatra Barat. Riki

mulai menulis kreatif ketika masih duduk di bangku SMA pada tahun 1991.

Karya-karyanya seperti cerpen dan puisi kerap dimuat di beberapa media

lokal. Sosok Riki ketika SMA pernah diskors sekolah karena dituduh sebagai

pembangkang kesenian dan sejak saat itu Riki memutuskan untuk

meninggalkan sekolah. Kemudian pada tahun 1994, dia merantau ke Bali.

Dimana di sanalah Riki merasa dilahirkan kembali dan di Bali pula adalah

titik awal kekayaan pengalaman pengetahuan yang luar biasa Riki dapat.

Tidak hanya sebagai penulis saja, Riki Dhamparan Putra adalah sosok pendiri

beberapa komunitas dan juga aktivis pendukung beberapa komunitas lain.

13

Page 14: Analisis Puisi Jilid 2

Berikut beberapa puisi karya Riki Dhamparan Putra:

Gadis Buruh di Kintamani

Luh Sukerti

Atau siapapun namamu

Kenalkan aku pada air dan tanah

Pada musim yang mengirim jeruk

Dan segarnya sayur mayur

Yang selalu kau pikul

Ketika matahari jatuh

Di atas dadamu subur

Karena aku sudah tak memilikinya

lagi

Semenjak segala yang kucintai

tenggelam Saat

di dasar gerimis

aku mencoba mengayuh jam

Bawalah aku pada siang

di tanah lapang

pada kebun-kebun yang luas

kala di situ tanganmu harum

menebar pupuk

Sehingga mataku fana

Dan kulitku mulai meragu

Pada cahaya

Mungkin engkaulah cahaya

Mungkin kaulah yang membuat pondok-

pondok

menjadi persinggahan yang kekal

14

Page 15: Analisis Puisi Jilid 2

Dimana kita harus bangun

Untuk berangkat bersama hari yang

penuh daun

penuh daun

Maka kenalkan aku padanya

Pada air dan tanah ini

Pada bisu pegunungan

Dimana kepundan sajakku

abadi

2001

Dalam puisi di atas, sosok Riki mengisahkan tentang aktivitas yang

dilakukan oleh perempuan-perempuan di Bali terutama tokoh yang sedang

dikisahkan di atas. Lewat puisi tersebut penulis ingin belajar tentang

memaknai dan menikmati hidup setelah penulis merasa sesuatu yang berharga

hilang seperti yang diibaratkan dengan maka kenalkan aku padanya, pada

air, pada bisu pegunungan, dimana kepundan sajakku abadi. Penulis

menganggap bahwa tokoh adalah pencerah dalam kehidupannya, sebagai

pandangan hidup bagaimana manis pahitnya kehidupan.

Puisi selanjutnya adalah:

Orang Pulang

Seperti ikan

Aku pulang membawa tulang dan insang

Hanya tulang dan insang.

Dengan sepasang mata es yang kehausan

Ambillah wahai Ibuku

Inilah yang paling indah yang bisa kubawa

untukmu

Sebab ikan-ikan adalah binatang ajaib

15

Page 16: Analisis Puisi Jilid 2

ketika semua cermin pecah

oleh mereka yang pergi mengadu nasib

2000

Dalam puisi tersebut, penulis masih mengangkat tema tentang

kehidupan sehari-hari. Dimana penulis mengibaratkan seekor ikan adalah

seorang anak yang rindu akan tanah kelahiran. Seperti yang dilukiskan dalam

puisi di atas, penulis ingin mengatakan bahwa penulis merindukan tanah

kelahiran yang penulis cintai. Namun, posisi tokoh dalam puisi di atas

dikondisikan sebagai sosok yang biasa-biasa saja. Sebab ikan adalah

binatang ajaib kalimat ini diibaratkan sebagai seorang perantau yang

mengadu nasib. Dan seperti ikan pula perantau digambarkan, karena ikan

akan kembali ke sarang dimana ikan itu pertama kali menatap dunia. Keluar

sarang berwujud seekor ikan dan pulang tetaplah seekor ikan, tetapi

membawa sebuah kedewasaan dan bekal hidup yang lebih matang.

Karya Riki Dhamparan Putra selanjutnya adalah:

Surat Kepada Ibu

Selalu kutanyakan

Beberapa ngarai lagi mesti kugali

Agak terlerai gelombang ini, Ibunda

Kapal-kapal terus berlayar

Helai tangimu yang hanyut

Membawaku karam

Dalam

Pinta demi pinta

Beribu camar telah kulepas

Jauh dalam sujud

Dalam kabut

Yang menggenang

16

Page 17: Analisis Puisi Jilid 2

Di teba-teba jalan

Entah berapa lautan lagi

Selamatkan aku, Ibunda

Beribu hilal telah berganti

Aku tak tergambar di dalamnya

1997

Puisi Surat Kepada Ibu menggambar sosok tokoh yang sedang

terhimpit suatu masalah. Kepada sosok ibu, tokoh menceritakan kehidupan

yang sedang dialaminya, lewat do’a yang tokoh panjatkan tersimpan keluh

kesah pula yang juga terbukti dalam bait terakhir dalam puisi di atas. Tokoh

ingin segera terlepas dari keributan yang menyelimutinya yang entah sampai

kapan akan berakhirnya belum terlihat jalan terangnya.

Ketiga puisi karya Riki Dhamparan Putra tersebut mewakili dari

sekian puisi yang diusung dalam buku berjudul Percakapan Lilin. Tidak

hanya tema yang diangkat dalam ketiga puisi di atas saja, melainkan ada

beberapa lagi tema yang diangkat oleh Riki Dhamparan Putra. Seperti agama,

politik, dan cinta kasih berkolaborasi dalam buku yang berjudul Percakapan

Lilin ini.

17

Page 18: Analisis Puisi Jilid 2

ANALISIS KARYA SASTRA KUMPULAN PUISI

“ADA WAKTU BUAT KITA” KARYA RINA EKLESIA

A. Pengantar

Pemanfaatan bahasa dalam puisi memang berbeda dengan pemakaian

bahasa pada umumnya. Hal ini secara instingtif disadari atau dirasakan oleh

kebanyakan pembaca, bahkan oleh pembaca tak terpelajar sekalipun. Bahasa

puisi seolah-olah memiliki semacam “tata bahasa” khusus yang terkadang

tampak sangat menyimpang, apalagi jika dilihat dari segi tata bahasa

normatif. Akan tetapi, penyimpangan tersebut dilakukan dengan maksud

pencapaian tujuan estetis. (Sayuti, 2002:23)

Rina Eklesi dalam bukunya, “Bagi saya puisi adalah jiwa, dimana

saat saya menulis puisi-puisi ini, roh saya lebur di dalamnya. Dan puisi-puisi

saya adalah sahabat sejati saya. Yang paling memahami dan menerima saya

apa adanya, tanpa saya harus merubah diri”.

Kebenaran terlihat dengan apa yang dikatakan Rina Eklesi dalam

bukunya tersebut. Puisi adalah sesuatu yang menjadi tempat kita bernaung,

melukiskan segala emosi dalam kehidupan. Seperti buku harian, namun

dengan tata bahasa yang berbeda. Puisi adalah sosok yang paling bersahabat,

mengetahui, dan paling memahami jati diri kita. Karena puisi sebenarnya

adalah diri kita, tetapi dalam rupa yang berbeda.

B. Pembahasan

Ada Waktu Buat Kita, seperti itulah judul buku antologi puisi karya

Rina Eklesi. Rina Eklesi adalah sosok penulis yang telah menamatkan

studynya di University of Toronto dengan gelar Master of Hospitality

Management. Kini Rina Eklesi mengabadikan hidupnya dalam pekerjaannya

sebagai pekerja sosial di sebuah yayasan Gita Eklesia yang didirikannya

tahun 2000.

Panti asuhan ini adalah medianya dalam menyatakan kasih dan rasa

syukurnya kepada Tuhan. Tidak hanya sebagai pekerja sosial di panti

asuhannya saja, Rina adalah seorang konsultan di sebuah hotel tempatnya

18

Page 19: Analisis Puisi Jilid 2

bekerja juga. Buku miliknya ini adalah sebuah tulisan yang kesekian dari

beberapa tulisannya, seperti: “Selamat Pagi”, Novelet Tahun 1986,

“Gerhana”, Novel Tahun 1999, “Cerita Hati” Kumpulan Puisi, Tahun 2003,

“Perahu Jingga”, Novel Tahun 2009.

Ada Waktu Buat Kita karya Rina Eklesi ini begitu kental dengan kisah

romannya. Kisah cinta kasih dimana-mana, mulai dari asamnya cinta kasih

sampai manisnya cinta kasih berkolaborasi dalam satu bingkai. Beberapa

diantaranya adalah puisi berikut ini:

Dalam Rindu

Kasih

datanglah!

Saat ini aku haus belaimu

Kini aku terbaring

Lihatlah dalam gairah jamahmu

tubuhku bergelora menanti dekapmu

Kasih

datanglah!

Aku lapar akan kecupmu

Pengharapan begitu terasa, tokoh yang menanti kedatangan

kekasihnya seperti permintaannya dalam puisi tersebut kasih datanglah!.

Dimana penulis meletakkan tokoh dalam kondisi sedang terjatuh dan

terselimuti kerinduan yang begitu dalam yang dilukiskan dalam kalimat kini

aku terbaring. Terjatuh karena kerinduan yang begitu mendalam, menguras

habis pikiran.

Puisi selanjutnya:

Di Ujung Senja

19

Page 20: Analisis Puisi Jilid 2

Di ujung senja ini,

Sekilas hati bergetar,

Manatap apa yang terpapar,

Oh, betapa indah cintamu,

Kau beriku arti bahagia,

Bukan… bukan…,

Bukan bahagia yang semu,

Tapi bahagia sebab kau buat ku bermakna,

Bahagia saat kumampu hayati perih,

Dan bahagiaku saat kurasa indahnya sunyi,

Di ujung senja ini,

Tak henti kubersenandung,

Satu nada yang kau cipta,

Tentang indahnya dicinta…

(terima kasih tulusku kepadamu yang membuatku ada di tempat kini,

dan memberiku sebuah hati…)

Rasa hati berbunga-bunga ketika merasakan cinta hadir dalam

kehidupan. Menemukan pelabuhan hati, tentunya. Kebahagiaan begitu kental

dalam puisi tersebut, tokoh diposisikan sangat menikmati cinta kasihnya.

Saling percaya antara satu sama lain terlihat juga begitu kental. Terlihat

dalam sepenggal kalimat terakhir dalam puisi tersebut.

Serenada lantunan cinta kasih yang terbungkus rapi dengan tata

bahasa yang begitu khas dibuatnya. Tentang indahnya cinta tulus diberikan.

Amazinng…

Karyanya selanjutnya berjudul:

Selamat Jalan

Saat terdiam dalam perenungan

Saat menghitung detik yang pernah berdetak

20

Page 21: Analisis Puisi Jilid 2

Bahkan saat mimpi mulai kembali dirajut

Dan saat asa mulai ditebar

Dalam setiap doa yang terucap

Engkau menghentak

Menorehkan sejarah baru

Ya, kepergianmu menyadarkan negeri

Bahwa engkau pernah ada

Membuat bangsa penuh warna

Sayang,

Kami baru menghargaimu

Saat semua menjadi kenangan

(selamat jalan pahlawan bangsa: Gus Dur)

Berwujud pujian sekaligus mengisahkan tentang gerak juang. Puisi ini

satu diantara sekian puisi dengan tema yang berbeda. Tema yang diangkat

untuk mengenang salah satu tokoh di negeri ini, Indonesia. Dalam setiap doa

yang terucap penulis mengisahkan tentang sebuah gambaran tentang gerak

juang Gus Dur membuat sebuah kisah baru. Membuat warna baru.

Rina Eklesi penulis karya sastra romance, membungkus kata demi

kata dengan sebuah bingkai indah bertubuh prosa. Lekuk karyanya begitu

indah dirasakan, seperti Di Ujung Senja yang menjebak pembaca Dalam

Rindu dan seolah-olah tidak ingin mengucapkan Selamat Jalan untuknya.

21

Page 22: Analisis Puisi Jilid 2

ANALISIS KARYA SASTRA KUMPULAN PUISI

“AKU BUKAN MASA DEPAN” KARYA SHINTA FEBRIANY

A. Pengantar

Bahasa puisi cenderung mengitegrasikan satuan-satuan ekspresi dari

tahapan arti secara mimesis ke tahapan makna secara semiosis. Jadi, makna

merupakan praksis transformasi yang memang dilakukan secara sadar oleh

pembaca. (Sayuti, 2002:348)

Aku Bukan Masa Depan karya Shinta Febriany adalah sebuah buku

antologi puisi yang menjadi sebuah langkah lain dalam dunia sastra Indonesia

yang dibuat oleh penyair perempuan. Langkah yang menjelaskan

berlangsungnya pemaknaan gender antara teks perempuan dengan teks laki-

laki. Dimana kelamin teks ini tidak hanya membawa konsekuensi terhadap

pilihan kata, konsep, dan pesan. Melainkan juga kerja metaforik yang

dilakukan, termasuk pelaksanaan terhadap ruang, waktu, dan gerak.

B. Pembahasan

Shinta Febriany Sjahrir, lahir di Palopo pada 5 Januari 1979.

Dibesarkan di beberapa kota di Sulawesi, seperti Palopo, Soppeng, Toraja,

dan Makasar. Puisi buah tangannya lebih banyak dibacakan untuk anggota

keluarganya sendiri juga teman-teman terdekatnya dengan sebuah lingkungan

kecil yang Shinta kenal.

Hasil karya Shinta pernah dimuat di beberapa buku antologi juga.

Kegiatannya adalah seorang aktivis teater pada tahun 1996 ketika bergabung

dengan komunitas kesenian Sanggar Merah Putih Makasar. Sosok Shinta

juga menjadi salah satu pendiri komunitas bernama Angkatan Muda

Perempuan Indunesia (AMPUNI) yang memperjuangkan penghapusan

kekerasan pada tahun 1999.

22

Page 23: Analisis Puisi Jilid 2

Berikut adalah hasil karya Shinta Febriany dalam bukunya:

Buatlah Kalimat dari Kata Perpisahan

Apa yang lelaki harapkan setelah sebuah ciuman, cinta?

Sebuah rumah dengan jendela yang menabur daun-

daun gugur di atas tempat tidur.

Sebuah pertanyaan tentang apa yang lelaki dapat ketika bersama

pasangannya. Dalam puisi tersebut mengisahkan sosok perempuan yang

bertanya-tanya tentang sosok lelaki. Perjalanan cinta yang sulit untuk dicerna.

Sebuah makna dimana kekandasan perjalanan cinta diibaratkan dengan daun-

daun yang gugur. Dan kisah kasih antara keduanya diibaratkan dengan sebuah

rumah dengan jendela.

Puisi selanjutnya adalah:

Hujan dalam Kamar

Hujan menerpa jendela kamar. Hujan semakin lama

semakin lebat, seperti padian yang ditabur menjelang

musim panen. Langit amat gelap dan jendela berkabut.

Jendela dari kaca membentuk rambut yang pecah-pecah

menjadi sapu ijuk, tetapi sapu ijuk tak mampu

mengeringkan wajah yang basah. Wajah tempatnya

tumbuh dan berbunga. Tak ada lampu yang menyala di

dalam kamar, tetapi mengapa selalu ada hujan?

Seperti halnya puisi sebelumnya, puisi ini masih bertemakan tentang

kisah kasih yang menyelimuti tokoh. Namun, dalam puisi ini tokoh

dikondisikan sedang menangis yang diibaratkan dengan hujan. Emosi

kejiwaan tokoh juga digambarkan melalui wajah adalah tempat tumbuh dan

berbunga yang dapat diartikan manusia adalah sosok yang berkembang dan

murah senyum. Kemudian juga dikisahkan ketika tokoh merasa seolah-olah

23

Page 24: Analisis Puisi Jilid 2

sudah tidak menemukan jawaban tentang keadaannya tersebut yang

diibaratkan dengan sebuah pertanyaan tentang hujan yang selalu ada dalam

kamarnya.

Karya Shinta berikutnya berjudul:

Opera Kanak-kanak

Aku selalu menyangka kalau cinta kita layaknya

dongeng masa kanak-kanak, menderas sejenak lantas

mengeras di setiap detak waktu.

Dalam puisinya kali ini, penulis mengibaratkan kisah kasihnya seperti

sebuah opera kanak-kanak. Dimana ketika masih awal merajut kisah mereka

selalu bersama kemanapun mereka melangkah. Namun, ketika mereka telah

merasakan manisnya sebuah kisah kasih, mereka terjatuh merasakan pahitnya

sebuah hubungan yang penulis ibaratkan dengan kalimat menderas sejenak

lantas mengeras di setiap detak waktu. Kalimat tersebut juga dapat diartikan

bahwa keduanya berpisah dan menutup kisah mereka untuk selama-lamanya.

24

Page 25: Analisis Puisi Jilid 2

ANALISIS KARYA SASTRA KUMPULAN PUISI

“BERABAD-ABAD SETELAH PEREMPUAN BERSEMBUNYI DALAM

TUBUHKU” KARYA NANOQ DA KANSAS

A. Pengantar

Ciri utama puisi adalah kesatuannya, baik kesatuan semantis maupun

kesatuan formal. Hal ini bisa dipahami karena puisi merupakan hasil dari

intensifikasi dan konsentrasi, baik dilihat dari perspektif ekspresif, objektif,

imitative, maupun konatif. (Sayuti, 2002:350)

Dalam bukunya ini, puisi yang disajikan terlahir dari tempat-tempat

yang tak terduga. Seperti di kebun, di jalanan setapak, juga di sebuah

kampung yang tidak begitu besar. Penulis yang membuat karyanya tanpa

mencamtumkan kapan penulis mulai menulis karyanya, karena penulis selalu

berharap bahwa karyanya selalu berjalan sejalan dengan waktu.

B. Pembahasan

Wayan Udiana adalah nama sebenarnya dari Nanoq da Kansas.

Penulis ini lahir pada Desember 1965 dari sebuah keluarga petani di Dusun

Moding, Candikusuma, Jembrana, Bali. Pada awalnya Nanoq belajar sastra

secara otodidak, namun kemudian berguru kepada Umbu Landu Paranggi.

Karya-karyanya juga pernah dimuat di media-media yang tersebar di

Indonesia.

Nanoq da Kansas juga seorang pendiri sebuah komunitas teater yang

dinamakannya Teater Kene pada tahun 1988. Kemudian mendirikan Bali

Eksperimental Teater (BET). Tidak hanya itu, Nanoq juga seorang aktivis

dalam bidang seni serta sosok yang memprakarsai penerbitan jurna Kertas

Budaya.

25

Page 26: Analisis Puisi Jilid 2

Berikut puisi-puisinya:

Cahaya Waktu

- kepada ayah

Aku berteduh di gigir isyaratmu

Tapi aku jatuh cinta pada gunung

Yang mengingatkan kemarau pada keheningan

O, air sungai!

Maka seluas misterikah hatimu?

Rinduku hanyut dalam dahaga zaman

Lalu di gelombang kasihmu

Aku terdampar jadi puisi

Aku berteduh di gigir isyaratmu, adalah sebuah pengibaratan tentang

tokoh yang patuh terhadap apa yang orang tuanya katakan. Namun suatu

ketika, tokoh lepas dari kedua orang tuanya yang mengakibatkan sebuah

boomerang bagi kehidupannya. Kerinduan yang dia miliki telah hilang dalam

perjalanannya.

Cinta yang Sederhana

Siapakah yang menyemaikan terang

Ketika kabut demi kabut purba

Dalam hatiku dalam hatimu

Menjadi ladang-ladang harapan

Senantiasa harapan

Siapakah yang mengerjakan cinta

Meniup gumpalan demi gumpalan rindu

Dalam hatiku dalam hatimu

Menjadi musim-musim pelangi

26

Page 27: Analisis Puisi Jilid 2

Yang mematangkan kita

Dan kepompong itu pun membuka rahasia

Ketika hidup menyerahkan kepercayaannya

Pada kekuatan sayap kupu-kupu

Untuk kesempurnaan cahaya semesta

Lalu bunga-bunga menjadi senyum bumi

Dan aku, bolehkah jadi kupu-kupu?

Bait pertama dalam puisi ini, mengibaratkan seorang tokoh yang

sedang jatuh cinta. Melalui sajak seperti ini, tokoh memberikan sebuah lampu

hijau untuk pasangannya yang kemudian diikuti bait kedua. Dalam bait kedua

ini adalah kelanjutan cerita mereka yang lebih dalam. Dan kepompong itu pun

membuka rahasia, hati manusia diibaratkan sebagai kepompong membuka

rahasia hati tentang perasaannya kepada pasangannya yang kemudian

memberikan kepercayaan kepada pasangannya. Dan tokoh ingin menjadi

sosok kupu-kupu, karena kupu-kupu dalam puisi tersebut disimbolkan

sebagai ungkapan isi hati yang tersimpan di dalam sebuah kotak rahasia

dalam hatinya.

Karya berikutnya adalah:

Di manakah Tempat Anak-anak Bermain

Diperingatkan iklan,

Anak-anak menjadi musuh bagi dunianya

Kesepian pada kelengangan usia merdeka

Mereka disembunyikan para babu di layar televisi

Dibebaskan dari kecup kasih lantai

Bunga-bunga dijauhkan dari jangkauan

Karena jamban Kristal dialiri insektisida

Sementara pada orang tuanya pun mereka tak dapat

27

Page 28: Analisis Puisi Jilid 2

waktu

untuk sedikit dekap dan kecup

di manakah tempat anak-anak bermain?

Begitu meraba hati, puisi di atas mengisahkan tentang kehidupan

seorang anak yang tidak dapat menikmati masa kecilnya dengan sempurna

seperti terlihat pada bunga-bunga dijauhkan dari jangkauan. Sementara itu,

anak-anak itu juga hampir tidak merasakan bagaimana kehangatan kedua

orang tua mereka. Dan televisi diibaratkan sebagai penjara kehidupan seorang

anak, karena lebih menghipnotis mereka dengan tawaran hiburan yang

bermacam-macam.

28

Page 29: Analisis Puisi Jilid 2

DAFTAR PUSTAKA

Junus, M. Melalatoe. 2006. Luka Sebuah Negeri. Jakarta: Yayasan Obor

Jabaril, Rahmat. 2008. Patah. Bandung: Ultimus

Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Sahide, Ahmad. 2011. Kusimpan Kau dalam Puisi. Yogyakarta: The Phinisi Pers

Putra, Riki Dhamparan. 2004. Percakapan Lilin. Yogyakarta: AKYPRESS

Eklesia, Rina. 2004. Ada Waktu Buat Kita. Malang: Kedai Buku Sinau

Febriany, Shinta. 2003. Aku Bukan Masa Depan. Yogyakarta: Bentang Budaya

Sayuti, Suminto A. 2002. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media

Da Kansas, Nanoq. 2005. Berabad-abad Setelah Perempuan Bersembunyi dalam

Tubuhku. Bali: PANAKOM

29