analisis penanaman modal asing menggunakan …eprints.ums.ac.id/71671/12/naspub.pdf · analisis...

20
ANALISIS PENANAMAN MODAL ASING MENGGUNAKAN PENDEKATAN TAYLOR RULE TAHUN 1997-2017 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Oleh : YATI OCTAVIANI B 300150172 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: dodan

Post on 17-Apr-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PENANAMAN MODAL ASING MENGGUNAKAN

PENDEKATAN TAYLOR RULE TAHUN 1997-2017

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1

pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh :

YATI OCTAVIANI

B 300150172

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

i

ii

iii

1

ANALISIS PENANAMAN MODAL ASING MENGGUNAKAN

PENDEKATAN TAYLOR RULE TAHUN 1997-2017

Abstrak

Penelitian ini diberi judul “Analisis Penanaman Modal Asing Menggunakan Pendekatan

Taylor Rule Tahun 1997-2017”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi masih relatif

rendahnya kontribusi Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap tingkat pertumbuhan

ekonomi Indonesia. Dengan pendekatan Taylor Rule, analisis kebijakan moneter

dilakukan dalam rangka menentukan pilihan kebijakan yang paling tepat dalam kaitannya

dengan peningkatan peran PMA. Dimana variabel yang digunakan yaitu Inflasi sebagai

variabel dependen dan kurs, suku bunga, dan GNP sebagai variabel independen. Metode

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS).

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh bahwa suku bunga, kurs, dan GNP

memiliki pengaruh yang signifikan. Sedangkan, inflasi tidak memiliki pengaruh yang

signifikan.

Kata kunci : PMA, Taylor Rule, Inflasi, Kurs. OLS

Abstract

This study was entitled "Analysis of Foreign Investment Using the Taylor Rule Approach

in 1997-2017". This research is motivated by the condition of the relatively low

contribution of foreign investment (PMA) to the level of economic growth in Indonesia.

With the Taylor Rule approach, monetary policy analysis is carried out in order to

determine the most appropriate policy choices in relation to increasing the role of FDI.

Where the variables used are inflation as the dependent variable and exchange rate,

interest rate, and GNP as independent variables. The data analysis method used in this

study is Ordinary Least Square (OLS). Based on the results of data processing, it was

found that interest rates, exchange rates, and GNP had a significant effect. Meanwhile,

inflation does not have a significant effect.

Keywords : PMA, Taylor Rule, Inflation, Exchange Rate. OLS

1. PENDAHULUAN

Salah satu negara berkembang yang dalam menjalankan perekonomian terbuka

ialah Indonesia. Kestabilan pertumbuhan ekonomi tentunya tidak terlepas dari

pihak domestik (dalam negeri) maupun asing (luar negeri) keduanya sangat

penting dan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Maka dari

itu, dibutuhkan dana ataupun pembiayaan investasi yang cukup besar dalam

mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang merata di Indonesia. Keterbatasan

pembiayaan menjadi permasalahan dalam membangun ekonomi suatu negara.

2

Salah satu pembiayaan untuk menutupi terbatasnya beban dalam membangun

ekonomi di Indonesia ialah dengan penanaman modal.

Sarwedi (2002) dalam Rademta Bunga dan I Mada Sukarsa (2015)

menyampaikan bahwa sumber pembiayaan yang berasal dari investasi asing

merupakan pembiayaan luar negeri yang paling potensial jika dibandingkan

dengan sumber pembiayaan lainnya. Tidak hanya pihak swasta yang berupaya

dalam melakukan penanaman modal tetapi pemerintah juga ikut berperan.

Misalnya saja pemerintah melakukan perbaikan infrastruktur dan melakukan

penambahan aset. Salah satu alternatif yang memungkinkan pemerintah adalah

dalam memperoleh sumber dana untuk pembangunan adalah dengan

meningkatkan arus modal asing melalui Penanaman Modal Asing (PMA).

Penanaman Modal Asing diperlukan untuk ketersediaan sumber modal lain.

Penanaman modal asing dapat dimanfaatkan oleh negara untuk memacu kenaikan

pertumbuhan ekonomi, untuk menjaga dan mempertahankan tingakat

pertumbuhan yang lebih tinggi dengan perubahan dan perombakan yang

substansial dalam struktur produksi dan perdagangan. Indonesia menjadi tujuan

utama PMA memiliki keunggulan diantaranya sumber daya alam, tenaga kerja

yang murah, dan jumlah penduduk yang besar merupakan pasar yang potensial.

Dalam hal analisis terhadap pilihan suatu kebijakan moneter beberapa

studi telah dilakukan. Salah satu studi tentang pengunaan inflasi sebagai

instrumen kebijakan moneter. Model ini dikenal dengan Taylor Rule, yang

diperkenalkan pertama kali pada tahun 1993, pada saat tingkat suku bunga

direkomendasikan Taylor kepada bank sentral Amerika Serikat. Model ini

menjelaskan seberapa besar tingkat bunga yang harus ditetapkan agar inflasi dapat

dikendalikan sehingga mencapai target inflasi. Stabilitas nilai tukar, tingkat suku

bunga, dan inflasi merupakan indikator dari kebijakan moneter di Indonesia.

Secara garis besar penanaman modal asing di Indonesia dibutuhkan bukan hanya

investasi jangka pendek tetapi investasi yang mampu mengurangi adanya

permasalahan pendanaan dalam pembangunan secara berkala dan berkelanjutan,

sehingga pada akhirnya mencapai pembangunan ekonomi dan kesejahteraan yang

merata.

3

Hendry Wijaya (2016) peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat diukur

melalui pendapatan nasional sebagai proksi dari pertumbuhan ekonomi suatu

negara merupakan tujuan dari perekonomian suatu negara. Pendapatan nasional

sering diartikan sebagai Produk Domestik Bruto (PDB) yang digunakan sebagai

salah satu pengukuran tingkat pendapatan nasional suatu negara, dengan

menghitung nilai barang dan jasa (output) yang dihasilkan oleh aktifitas

perekonomian suatu negara dalam kurun waktu dan periode tertentu.

Tabel 1. Tabel Penanaman Modal Asing dan PDB

Tahun PMA PDB

2013 28 617,50 8.156.498

2014 28 529,70 8.564.867

2015 29 275,90 8.982.517

2016 28 964,10 9.434.632

2017 32 239,80 9.912.749

Sumber : BPS dan BI yang diolah.

Berdasarkan Tabel 1 pada tahun 2013 PMA mengalami peningkatan

sebesar 28 529,70 juta US $ sedangkan PDB indonesia 8.156.498 miliar PDB

mengalami peningkatan yang relatif sedikit. Pada tahun 2014 PMA 28 529,70 juta

US $ sedangkan PDB mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar

8.564.867 miliar. Pada tahun 2015 PMA 29 275,90 juta US $ sedangkan PDB

Indonesia mencapai 8.982.517 miliar PDB mengalami peningkatan yang sedikit

dari tahun 2014. Pada tahun 2016 PMA mencapai 28 964,10 juta US $ PMA

Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2016 sedangkan PDB Indonesia

selalu mengalami kenaikan. PDB Indonesia pada tahun 2016 adalah 9.434.632

miliar. Pada tahun 2017 PMA mengalami peningkatan yaitu 32 239,80 juta US $

sedangakan PDB juga mengalami kenaikan sebesar 9.912.749 miliar.

Tabel 2. Penanaman Modal Asing dan GNP

Tahun PMA GNP

2013 28 617,50 912,52

2014 28 529,70 890,81

2015 29 275,90 860,85

2016 28 964,10 932,26

2017 32 239,80 1015,54

Sumber : BPS yang diolah

4

Berdasarkan Tabel 2 pada tahun 2013 PMA mengalami peningkatan

sebesar 28.529,70 juta US $ sedangkan GNP indonesia mengalami penurunan

dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 912, 52 juta US $. Pada tahun 2014 PMA 28

529,70 juta US $ sedangkan GNP mengalami penurunan sebesar 890, 81 juta US

$. Pada tahun 2015 PMA 29 275,90 juta US $ sedangkan GNP Indonesia

mengalami penurunan sebesar 860,85 juta US $. Pada tahun 2016 PMA mencapai

28 964,10 juta GNP Indonesia mengalami peningkatan sebesar 932,26 juta US $.

Pada tahun 2017 PMA mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 32 239,80

juta US $ sedangakan GNP indonesia juga mengalami peningkatan dari tahun

2016 yaitu 1015, 54 juta US $. Sebagai mana negara-negara lain Indonesia masih

memiliki peluang untuk mengingkatkan PMA dalam pertumbuhan ekonomi.

1.1 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1) Apakah inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PMA ?

2) Apakah suku bunga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PMA ?

3) Apakah kurs mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PMA ?

4) Apakah GNP mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PMA ?

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1) Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap PMA

2) Untuk mengetahui pengaruh suku bunga terhadap PMA

3) Untuk mengetahui pengaruh kurs terhadap PMA

4) Untuk mengetahi pengaruh GNP terhadap PMA

2. METODE

Variabel-variabel yang digunakan adalah Penanaman Modal Asing, Inflasi, Suku

bunga, Kurs, GNP. Penelitian ini memiliki cakupan nasional yang menggunakan

data sekunder yang sebelumnya tersedia di dinas atau instansi yang terkait maka

metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

dengan cara mencari dan membaca literatur yang relevan dan berkaitan dengan

5

penelitian skripsi.. Adapun data-data tersebut didapat dari berbagai instansi-

instansi pemerintah yaitu : Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, World Bank.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif. Uji Asumsi Klasik

terdiri dari Uji Multikolineritas, Uji Normalitas Residual (Ut), Uji

Heteroskendastisitas, Uji Otokorelasi, Uji Ketepatan Spesifikasi Model. Uji

Statistik terdiri dari Uji Eksistensi Model (Uji F), Interpestasi Koefisien

Determinasi (R2), Uji Validitas Pengaruh (Uji t).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Data Penelitian

Perkembangan PMA di Indonesia sampai saat ini telah mengalami

peningkatan dan penurunan yang berfluktuasi.

Sumber : Badan Pusat Statistik

Grafik 1. Perkembangan PMA di Indonesia

Penanaman modal asing di Indonesia tidak stabil, fluktuasi penanaman

modal asing di Indonesia dari tahun 1997-2017 mengalami naik turun terus

menerus. Tingkat penanaman modal asing tertinggi pada tahun 1997 yaitu sebesar

33.665,7 Juta US $ dan penenaman modal asing terendah pada tahun 2006 yaitu

sebesar 5.977,0 Juta US $. Pada tahun 1997 penanaman modal asing di Indonesia

0.0

5,000.0

10,000.0

15,000.0

20,000.0

25,000.0

30,000.0

35,000.0

40,000.0

Penanaman Modal Asing

Penanaman Modal Asing

6

sebesar 33.665,7 Juta US $ hal tersebut dikarenakan inflasi, suku bunga, dan kurs

masih stabil sedangkan tahun 1998 penanaman modal asing mengalami

penurunan sebesar 13.635,0 Juta US $ hal tersebut dikarenakan Indonesia

mengalami krisis moneter pada tahun tersebut. Pada tahu 1999 penanaman modal

asing di Indonesia mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar

10.894,3 Juta US$ dikarenakan inflasi, suku bunga, dan kurs mengalami

penurunan akibat krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998.

Pada tahun 2000 penanaman modal asing di Indonesia sebesar 16.020,8

Juta US $ kenaikan tersebut dipengaruhi oleh kepercayaan investor terhadap

Indonesia setelah krisis moneter. Pada tahun 2001 penanaman modal asing

menurun menjadi 15.189,5 Juta US $. Pada tahun 2002 penanaman modal asing

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 9.931,0 pernurunan tersebut

dikarenakan suku bunga dan inflasi yang tinggi.

Pada tahun 2003 PMA mengalami peningkatan sebesar 14.047,2 Juta US $

kenaikan tersebut dipengaruhi oleh inflasi dan suku bunga yang rendah sedangkan

kurs meningkat. Pada tahun 2004 PMA mengalami penurunan sebesar 10.277,3

Juta US $. Pada tahun 2005 PMA meningkat sebesar 13.579,2 Juta US $

dikarenakan kurs menurun. Pada tahun 2006 PMA sebesar 5.977,0 Juta US $

penurunan sangat rendah dikarenakan GNP, inflasi, dan suku bunga rendah.

Pada tahun 2007 PMA mengalami peningkatan sebesar 10.341,4 Juta US $

peningkatan tersebut dikarenakan GNP yang meningkat. Pada tahun 2008 PMA

sebesar 14.871,4 Juta US $. Pada tahun 2009 PMA menurun sebesar 10.815,2 Juta

US $ penurunan tersebut dikarenakan inflasi yang sangat rendah. Pada tahun 2010

PMA meningkat sebesar 16.214,8 Juta US $ peningkatan tersebut dikarenakan

suku bunga, inflasi, dan kurs yang stabil. Pada tahun 2011 PMA di Indonesia

sebesar 19.474,5 Juta US $. Pada tahun 2012 PMA meningkat sebesar 24.564,7

Juta US $. Pada tahun 2013 PMA di Indonesia sebesar 28.617,5 Juta US $. Pada

tahun 2014 PMA mengalami penurunan yang relatif sedikit dari tahun

sebelumnya sebesar 28. 529,7 Juta US $. Pada tahun 2015 PMA sebesar 29.275,9

Jata US $ peningkatan yang relatif sedikit dari tahun sebelumnya. Pada tahun

2016 PMA mengalami penurunan sebesar 28.964,1 Juta US $. Pada tahun 2017

7

PMA mengkat sangat tinggi dari pada tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar

32.239,8 Juta US $ peningkatan tersebut dipengaruhi oleh GNP yang tinggi.

Sumber : Badan Pusat Statistik

Grafik 2. Perkembangan Inflasi di Indonesia

Meningkatnya faktor ketidakpastian dalam negeri maupun luar negeri

berpengaruh terhadap proses pemulihan ekonomi yang mengalami krisis diakhir

periode tahun 1998 sebesar 77,63% menyebabkan lumpuhnya sektor rill dan

dunia usaha di Indonesia. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk

memulihkan perekonomian dengan menekan inflasi serendah mungkin dengan

melakukan ekspansi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Dari data diatas

dapat dilihat bahwa inflasi tertinggi pada tahun 1998 yaitu sebesar 77,63% dan

inflasi terendah terjadi pada tahun 1999 yaitu 2,51%.

Sumber : Badan Pusat Statistik

Grafik 3. Perkembangan Suku Bunga

0

20

40

60

80

100

19

97

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

20

16

20

17

Inflasi

Inflasi

0

10

20

30

40

50

19

97

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

20

16

20

17

Suku Bunga

Suku Bunga

8

Grafik 3 menunjukkan pergerakan suku bunga sebagai akibat dari

kebijakan moneter. Suku bunga tertinggi pada tahun 1998 yang mencapai 38,44%.

Hal tersebut dikarenakan Indonesia sedang mengalami krisis moneter. Suku bunga

terendah pada 2 tahun terakhir sebesar 4,75%.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 4. Perkembangan Kurs di Indonesia

Kurs rupiah paling tinggi terjadi pada tahun 2017 sebesar 13.548 rupiah.

hal tersebut dipicu oleh difisit transaksi berjalan yang masih berlanjut. Kurs

rupiah paling rendah tahun 1997 sebesar 4.650 rupiah.

Sumber : World Bank

Grafik 5. Perkembangan GNP

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

19

97

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

20

16

20

17

Kurs

Kurs

0

200

400

600

800

1000

1200

19

97

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

20

16

20

17

Gross National Product

GNP

9

Dari Grafik 5 GNP dari tahun ketahun mengalami peningkatan dan

penurunan. GNP terendah pada tahun 2005 sebesar 262,51 Juta US $ dan

GNP paling tinggi pada tahun 2017 sebesar 1.015,54 Juta US $.

3.2 Hasil Estimasi

Untuk mengetahui inflasi, suku bunga, kurs, dan GNP terhadap

penanaman modal asing di Indonesia dengan menggunkan pendekatan

Taylor Rule digunakan alat analisis Ordinary Least Square (OLS) dengan

model ekonometrik sebagai berikut: PMA = β0 + β1Inft + β2It + β3Kurst +

β4GNPt + Ut

Keterangan :

PMA = Penanaman Modal Asing ( Juta US $ )

Inf = Inflasi ( Persen )

I = Suku Bunga ( Persen )

Kurs = Kurs ( Rupiah )

GNP = GNP ( Juta US $ )

β0 = Konstanta

β1...β4 = Koefisien Regresi

Ut = Variabel Pengganggu

Tabel 3. Hasil Estimasi Model Ekonometri

PMA = -19945.02 – 183,3691 INFt + 665,9998 It + 1,747738 KURSt +

(0,0073)* (0,2270) (0,0806)*** (0,0045)*

25,45368 GNPt

(0,0000)*

R2 = 0,884471; DW-stat = 1,808331; F-stat = 26,79539; Sig. F-stat = 0,000002

Uji Diagnosis

(1) Multikolinearitas (VIF)

INF = 10,52951; I = 13,06057; KURS = 1,508837; GNP = 2,198279

(2) Normalitas (Jarque Berra)

JB (2) = 0,639551; Prob. (JB) = 0,726312

(3) Otokorelasi (Breusch-Godfrey)

χ2(3) = 1,451831; Prob. (χ

2) = 0,6934

(4) Heterokedastisitas (White)

χ2(14) = 11.59777; Prob. χ

2 = 0.6386

(5) Uji Spesifikasi Model (Ramsey Reset)

F(2,12) = 2.386710; Prob. (F) = 0.1341

10

Sumber : BPS,BI,World Bank yang diolah: Keterangan : angka di dalam kurung

merupakan probabilitas t-statistic *signifikan pada α 0,01, ** signifikan pada α

0,05, *** signifikan pada α 0,10.

Dari Tabel 3 terlihat untuk nilai VIF untuk variabel Kurs dan GNP lebik

kecil dari pada 10, sedangkan nilai VIF dari variabel Inflasi dan Suku Bunga lebih

besar dari 10. Jadi, terdapat masalah multikoliniaritas pada variabel Inflasi dan

Suku Bunga. Hasil uji VIF terlihat pada Tabel 4

Tabel 4. Hasil Uji VIF

Variabel VIF Kriteria Kesimpulan

Inflasi 10,52951 >10 Menyebabkan multikolineritas

Suku Bunga 13,06057 > 10 Menyebabkan multikolineritas

Kurs 1,508837 < 10 Tidak menyebabkan multikolineritas

GNP 2,198279 < 10 Tidak menyebabkan multikolineritas

Sumber : BPS yang diolah

Dari Tabel 3 terlihat nilai p, probabilitas, signifikansi statistik JB adalah

sebesar 0,639551 (> 10); jadi H0 diterima, distribusi residual normal.

Dari Tabel 3 terlihat nilai p, probabilitas atau signifikansi statistik χ2 uji

BG sebesar 0,6934 (> 10); jadi H0 diterima kesimpulan tidak terdapat masalah

otokorelasi dalam model.

Dari Tabel terlihat nilai p, probabilitas, atau signifikasi statistik χ2 uji

White adalah sebesar 0,6386 (> 10); jadi H0 diterima, kesimpulan tidak terdapat

masalah heteroskedastisitas dalam model.

Nilai p, probabilitas, atau signifikansi statistik F uji Ramsey Reset terlihat

memiliki nilai sebesar 0,1341 (> 0,01) jadi H0 diterima, sehingga spesifikasi

model benar (model linier).

Dari Tabel 3 terlihat nilai p, probabilitas, atau signifikan statistik F pada

estimasi model sebesar 0,000002 ≤ 0,05, jadi H0 ditolak. Simpulannya bahwa

model yang dipakai eksis.

Koefisien determinasi (R2) menujukkan adanya ramalan dari model

terestimasi. Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat R-Square (R2) adalah sebesar 0,884471

berarti 88,5%. Variasi variabel dependen Penanaman Modal Asing (PMA) di

Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu Inflasi (INF), Suku

Bunga (I), Kurs, dan Gross National Product (GNP) dalam bentuk statistik

sebesar 88,5%. Sedangkan sisanya variasi Penanaman Modal Asing di Indonesia

11

dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model statistik

sebesar 11,5%.

Tabel 5. Tabel Olah Data Uji t

Varibael Sig. t Keriteria Keterangan

INF 0,2270 > 0,10 Tidak signifikan pada α = 0,10

I 0,0806 ≤ 0,10 Signifikan pada α = 0,10

KURS 0,0045 ≤ 0,01 Signifikan pada α =0,01

GNP 0,0000 ≤ 0,01 Signifikan pada α = 0,01

Sumber : BI dan BPS yang diolah.

Dari uji validitas pengaruh di muka terlihat bahwa variabel independen

yang memiliki pengaruh signifikan adalah variabel Suku Bunga(I), Kurs dan

Gross NationalProduct (GNP). Sementara variabel Inflasi (INF ) tidak memiliki

pengaruh yang signifikan.

Variabel suku bunga memiliki koefisien regresi sebesar 665,9998. Pola

hubungan antara variabel independen suku bunga dan penanaman modal asing

adalah logaritma-linier sehingga apabila suku bunga naik sebesar 1 persen maka

penanaman modal asing akan turun sebesar 665,9998 . 100 = 66,599,98 persen.

Sebaliknya apabila suku bunga turun 1 persen maka penanaman modal asing akan

naik sebesar 66,599,98 persen.

Variabel kurs memiliki koefisien regresi sebesar 1,747738. Pola hubungan

antara variabel independen kurs dan penanaman modal asing adalah logaritma-

linier sehingga apabila kurs naik sebesar 1 persen maka penanaman modal asing

akan turun sebesar 1,747738 . 100 = 174,7738 persen. Sebaliknya apabila kurs

turun 1 persen maka penanaman modal asing akan naik sebesar 174,7738 persen.

Variabel GNP memiliki koefisien regresi sebesar 25,45368. Pola

hubungan antara variabel independen GNP dan penanaman modal asing adalah

logaritma-linier sehingga apabila GNP naik sebesar 1 persen maka penanaman

modal asing akan turun sebesar 25,45368 . 100 = 2,545,368 persen. Sebaliknya

apabila GNP turun 1 persen maka penanaman modal asing akan naik sebesar

2,545,368 persen.

3.3 Pembahasan

3.3.1 Inflasi (INF) terhadap Penanaman Modal Asing (PMA)

12

Berdasarkan hasil penelitian variabel inflasi menunjukkan hasil

negatif dan tidak signifikan. Artinya variabel inflasi berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap penanaman modal asing dengan

pendekatan Taylor Rule tahun 1997-2017. Hal ini sejalan dengan

penelitian (Hendry Wijaya, 2017) bahwa penggunaan inflasi model

Taylor Rule variabel inflasi berpengaruh negatif terhadap variabel

dependen. Hal ini berarti bahwa apabila terjadi kenaikan point pada

variabel inflasi, maka hal ini akan berdampak kepada penurunan

variabel penanaman modal asing. Taylor Rule juga menjelaskan

seberapa besar tingkat bunga nominal yang ditetapkan agar inflasi

dapat dikendalikan sehingga mencapai target inflasi.

3.3.2 Suku Bunga dengan Penanaman Modal Asing

Berdasarkan hasil penelitian variabel suku bunga menunjukkan hasil

positif dan signifikan. Artinya variabel suku bunga berpengaruh

positif dan signifikan terhadap penanaman modal asing

menggunakan pendekatan Taylor Rule tahun 1997-2017. Hal ini

sejalan dengan penelitian (Amida Tri S. 2015) bahwa penanaman

modal asing dapat dipengaruhi signifikan oleh suku bunga maka

penanaman modal asing akan mengalami peningkatan secara nyata.

Hal ini menunjukkan bahwa suku bunga dan jumlah penanaman

modal asing berbanding lurus.

Hasil ini sebagaimana penjelasan dari model persamaan Taylor Rule,

dimana tingkat bunga nominal pada tingkat tertentu yang dilakukan

oleh bank sentral sehingga pada keseimbangan jangka panjang

tingkat bunga nominal setara yaitu tingkat bunga rill ditambah

inflasi. Penentuan tingkat bunga nominal yang baik antara lain

memperhatikan sasaran laju inflasi dan output gap yang diyakini

sebagai penyebab munculnya inflasi sehingga dalam Taylor Rule

mempunyai 2 cakupan dalam target moneter yaitu inflasi yang

rendah dan stabil serta pertumbuhan output yang berkelanjutan.

13

3.3.3 Kurs dengan Penanaman Modal Asing

Berdasarkan hasil penelitian variabel kurs menunjukan hasil positif

dan signifikan. Artinya kurs berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penanaman modal asing dengan pendekatan Taylor Rule

tahun 1997-2017. Hal ini sejalan dengan penelitian (Ni Made. 2014)

bahwa kurs berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal asing

maka kestabilan kurs harus terus diperhatikan mengingat

menguatnya rupiah terhadap dollar menunjukkan adanya

kepercayaan terhadap kondisi perekonomian yang nantinya

diharapkan dapat meningkatkan penanaman modal asing.

3.3.4 GNP dengan Penanaman Modal Asing

Berdasarkan hasil penelitian variabel Gross National Product (GNP)

menunjukkan hasil positif dan signifikan. Artinya GNP berpengaruh

positif dan signifikan terhadap penanaman modal asing

menggunakan pendekatan Taylor Rule tahun 1997-2017.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Rahmad Habibuloh. 2018)

bahwa GNP berpengaruh terhadap PMA. Sebab peningkatan GNP

selalu diimbangi oleh masuknya PMA, maka dari setiap peningkatan

atau penurunan PMA diimbangi dengan GNP.Hasil ini sebagaimana

penjelasan dari model persamaan Taylor Rule, dimana gambaran

output total ekonomi ditentukan oleh produktivitas, partisipasi

angkatan kerja dan perubahan dalam pekerjaan.Untuk persamaan,

melihat output nyata terhadap output potensial.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1) Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik diketahui bahwa model regresi

mempunyai distribusi data normal dan terdapat masalah multikoineritas,

sedangkan untuk otokorelasi dan heteroskedastisitas tidak terdapat masalah,

14

serta dalam spesifikasi model (linearitas). H0 diterima sehingga spesifikasi

model benar (model linier logaritma).

2) Berdasarkan hasil uji eksistensi model (uji F) yang digunakan untuk menguji

eksistensi model, diperoleh hasil nilai signifikansi statistik F sebesar 0,000002

≤ 0,05, maka model yang dipakai eksis.

3) Hasil uji koefisien determinasi R2 menunjukkan bahwa hasil estimasi

menunjukkan nilai R2 sebesar 0,884471, artinya 88,44% variasi variabel

dependen penanaman modal asing dapat dijelaskan oleh variabel inflasi, suku

bunga, kurs, dan GNP, sedangkan sisanya sebesar 11,56% dijelaskan oleh

faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model statistik.

4) Berdasarkan hasil uji validitas pengaruh (uji t) yang dilakukan untuk

mengetahui signifikansi dan tidaknya pengaruh variabel-variabel independen

dalam model, diperoleh hasil bahwa variabel suku bunga, kurs, dan GNP

berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal asing, sedangkan variabel

inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal asing.

DAFTAR PUSTAKA

Ade Novialiana,SE,M.Si dan Rusiadi,SE,M.Si. 2017. Kemampuan BI 7- Day

Repo Rate (BI7DRR) Dalam Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia

(Pendekatan Transmisi Moneter Jangka Panjang ). Vol.1 No. 1.

Amida Tri Septifani, Rustam Hidayat, Sri Sulasmiyati. 2015. Analisis Pengaruh

Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah Dan Cadangan Devisa

Terhadap Penanaman Modal Asing di Indonesia. Jurnal Admistrasi Bisnis

Vol. 25 No. 2.

Bank Indonesia. 2017. Indonesia dalam Angka tahun 1997-2017.

Boediono. 2008. Ekonomi Moneter, edisi 3, BPFE, Yogyakarta.

BPS Indonesia. 2017. Indonesia dalam Angka tahun 2007-2017.

Bunga Rademta dan I Made Sukarsa. 2015. Pengaruh PDB, Suku Bunga, dan

Nilai Total Ekspor Terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia (

1993-2012 ). E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 4

No. 8, Agustus 2015.

Desi Novita.S dan Chenny Seftarita. 2016. Pengaruh Inflasi dan Pengangguran

Terhadap The Great Moderation Di Indonesia. Vol. 1 No. 1 Agustus 2016

329-338.

15

Gusti Agung.M.K dan I Gede K.B. 2018. Pengaruh Perumbuhan Ekonomi, Suku

Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia.

E-Jurnal Manajemen Unud, Vol.7 No. 7 2018 :4002-4030. Bali :

Universitas Udayana.

Habiulloh Rarmad. 2018. Analisi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingat Suku

Bunga, Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, PDRB, Dan Pengangguran

Terhadap Penanaman Modal Asing Di Jawa Tengah. Universitas

Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Ilmia Jami, Regina Niken.W, dan Agus Luthfi. 2017. The Inpact Of World Food

Price Ffluctuation Toword Indonesia Macro Ekonomic. Sebelas Maret

Business Review Vol. 2 Issue 1.

Julfiansyah Doni. 2013. Pengaruh Investasi PMA / PDMN dan Jumlah Penduduk

Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Pendapatan Asli Daerah

Kota Samarinda. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 11 No.2

Khalid Norlin, Zulkefly.A.K, dan Izzuddin Yussof. 2014. Testing a Non-Linier

Model Of Monetary Policy Reaction Malaysia 48(2) 2014 19-27

Mankiw. 2003. Teori Makro Ekonomi. Jakarta : Erlangga

M.L. Jhingan. 2007. Ekonomi Pengembangan Dan Perncanaan. Jakarta :

Rajawali Pers

Murwani, Sri. 2007. Analisis Kebijakan Moneter Kaitannya Dengan Penanaman

Modal Asing: Pendekatan Taylor Rule. Tesis. Program Pascasarjana

Universitas Diponegoro Semarang. Semarang.

Ni Made Krisna Marsela. 2014. Pengaruh Tingkat Inflasi, PDRB, Suku Bunga

Kredit, Serta Kurs Terhadap Investasi. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan

Universitas Udayana Vol.3 No. 3, Maret 2014.

Nopirin. 2016. Ekonomi Moneter. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Reza Lainatul Rizky, Grisvia Agustin, dan Imam Mukhlis. 2016. Pengaruh

Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri dan Belanja

Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Indonesia. JESP –

Vol. 8 No. 1.

Ruvendi Ramlan dan Herdiah Kusweni. 2006. Pengaruh Pergerakan Nilai Tukar

dan Volume Transaksi Terhadap Pendapatan Transaksi Devisa ( studi

kasus pada PT. BII, tbk kantor cabang Bogor ). Jurnal Ilmiah Binaniaga

Vol. 2 No. 2 2006.

Setiawan Arif. 2012. Inflation Targeting Framework Dan Perubahan Respon

Kebijakan Moneter. Badan Pendidikan Dan Pelatihan Kauangan

Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Jurnal BPPK Volume 5,

Halaman 65-76.

16

Sukirno, Sadono. 2002. Teori Mikro Ekonomi. Cetakan Keempat Belas. Rajawali

Press: Jakarta.

Todaro Michael P. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (Terjemahan).

Penerbit Erlangga : Jakarta.

Triyaki Ahmet, Resat Ceylan dan Levent Erdogan. 2018. Emrical Support For

Argument Taylor Rule With Asymentary In Slected Emerging Markets.

Vol. 8 Issue 1

Wijaya Hendry.2016. Pengaruh Inflasi dan Produk Domestik Bruto (PDB)

Terhadap Suku Bunga Rill Dengan Menggunakan Pendekatan Taylor

Rule. Vol. 1 No. 2.