analisis kuantitatif kadar glukosa pada sirup ...repository.usd.ac.id/34880/2/141434078_full.pdfi...

114
i ANALISIS KUANTITATIF KADAR GLUKOSA PADA SIRUP HASIL HIDROLISIS AIR LERI BERAS IR-64 DENGAN METODE PENGUKURAN LUFF SCHOORL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Oleh : Maria Gabriela Walman Ratu NIM : 141434078 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    ANALISIS KUANTITATIF KADAR GLUKOSA

    PADA SIRUP HASIL HIDROLISIS AIR LERI BERAS IR-64

    DENGAN METODE PENGUKURAN LUFF SCHOORL

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Biologi

    Oleh :

    Maria Gabriela Walman Ratu

    NIM : 141434078

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    “Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari

    pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat

    dianggap?”

    (Yesaya 2 : 22)

    Karya kupersembahkan untuk :

    Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang menyertai setiap langkah hidupku

    Kedua orangtuaku tercinta, Wilhelmus Ratu dan Rofina Waru

    Kedua adikku terkasih, Dimitris H. W. Ratu dan Yohanes C. W. Ratu

    Sahabat-sahabatku yang selalu memberi dukungan dan doa

    Seluruh keluarga besar Pendidikan Biologi 2014

    Almamaterku Universitas Sanata Dharma

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-

    Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS

    KUANTITATIF KADAR GLUKOSA PADA SIRUP HASIL HIDROLISIS

    AIR LERI BERAS IR-64 DENGAN METODE PENGUKURAN LUFF

    SCHOORL”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Biologi.

    Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan,

    dukungan, semangat, dan doa. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak

    terimakasih kepada :

    1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menyertai dan memberkati dari awal

    perencanaan skripsi hingga penelitian akhir.

    2. Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

    Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    3. Program Studi Pendidikan Biologi yang telah menjadi wadah bagi penulis

    untuk mencari dan mengembangkan ilmu.

    4. Drs. Antonius Tri Priantoro M. For. Sc. selaku Ketua Program Studi

    Pendidikan Biologi dan Para Dosen Pendidikan Biologi yang telah

    meluangkan waktu untuk membagi ilmu dan belajar bersama baik di

    dalam perkuliahan maupun di luar perkuliahan.

    5. Drs. Antonius Tri Priantoro M. For. Sc. selaku dosen pembimbing yang

    telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, semangat, dan selalu

    membantu dalam menyelesaikan tugas akhir.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    6. Orang tua, Bapak Wilhelmus Ratu dan Ibu Rofina Waru yang selalu

    memberi bantuan, semangat, doa, dorongan, dan kasih sayang sehingga

    penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

    7. Saudara, Dimitris Hartono W. Ratu dan Yohanes Cestro W. Ratu, yang

    selalu menemani, memberi semangat dan hiburan dalam mengerjakan

    tugas akhir.

    8. Seluruh keluarga yang telah memberi semangat dan doa kepada penulis.

    9. Keluarga kecil di Yogyakarta, Kornelis N. Making, Brigita B. Lokang,

    Rosalia Dwi Werena, Yohanes Nataliandi Gilo, Novita M. D. Tani,

    Justinho Manuel C. Da Conceicao, Paulus Pega, Elviana Kaka Daha,

    Mariano Pratama Model, Katharina Surach Bato, Angelin S. L. T. Arsi,

    Maria Angelina Corona Tolok, Neli Wende yang telah menjadi keluarga,

    membantu dalam setiap pekerjaan dan perkuliahan, mendoakan, dan

    memberi dorongan.

    10. Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2014 yang telah membantu

    dengan caranya masing-masing, selalu memberi semangat dan menjadi

    teman-teman seperjuangan selama menempuh perkuliahan di Program

    Studi Pendidikan Biologi Sanata Dharma, khususnya untuk Natasya Serri

    Supit, Maria G. W. A. P. Rapar, Oktaviani Suryati, Jeane M. Kandow,

    Miltiades Naru, Stela Maris Gracia yang telah membantu, menemani dan

    memberi semangat selama melakukan penelitian.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    ABSTRAK

    ANALISIS KUANTITATIF KADAR GLUKOSA

    PADA SIRUP HASIL HIDROLISIS AIR LERI BERAS IR-64

    DENGAN METODE PENGUKURAN LUFF SCHOORL

    Maria Gabriela Walman Ratu

    141434078

    Universitas Sanata Dharma

    Air cucian beras atau yang disebut juga air leri merupakan salah satu jenis

    limbah cair yang banyak bersumber dari produksi domestik (limbah rumah

    tangga). Pemanfaatan air leri dikembangkan lagi dengan pengolahan air leri

    menjadi sirup glukosa. Salah satu contoh beras yang dimanfaatkan dalam

    pembuatan sirup yaitu dengan beras IR-64 atau yang sering disebut juga beras

    Setra Ramos. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jumlah glukosa dari hasil pembuatan sirup dengan metode hidrolisis asam pada air leri beras IR-64 dan mengetahui

    pada perlakuan mana terjadi gula reduksi minimal dan gula reduksi maksimal. Metode pembuatan sirup yaitu dilakukan dengan penambahan HCl sebagai

    bahan pembantu pengubahan pati menjadi glukosa. Variabel bebas dalam

    penelitian yaitu waktu hidrolisis glukosa 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20

    menit. Variabel terikat dalam penelitian yaitu kadar glukosa, kenampakan, bau

    dan rasa dari sirup air leri yang dihasilkan. Variabel kontrol dalam penelitian yaitu

    suhu, jumlah akuades, waktu pemanasan akuades, dan berat beras. Analisis data

    dilakukan secara kuantitatif dengan uji organoleptik terhadap kenampakan, bau,

    dan rasa dan uji kadar glukosa dengan metode pengukuran Luff Schoorl.

    Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan rata-rata jumlah glukosa dari

    pembuatan sirup air leri beras IR-64 dengan metode hidrolisis asam pada waktu

    berturut-turut yaitu 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit adalah sebesar 5,6

    mg, 7,2 mg, 12,2 mg, 3,2 mg. Rata-rata jumlah glukosa terendah yaitu sebesar 3,2

    mg dengan perlakuan waktu hidrolisis 20 menit, dan rata-rata jumlah glukosa

    tertinggi yaitu sebesar 12,2 mg dengan perlakuan waktu hidrolisis selama 15

    menit. Dari penelitian diketahui bahwa pembuatan sirup dengan waktu hidrolisis

    yang semakin lama menyebabkan adanya penurunan kadar glukosa.

    Keywords : Glukosa, Air Leri, Luff Schoorl, Hidrolisis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    ABSTRACT

    QUANTITATIVE ANALYSIS OF GLUCOSE LEVELS

    IN HYDRAULIC RESULTS OF IR-64 RICE FLOW WATER

    USING MEASUREMENT METHODS LUFF SCHOORL

    Maria Gabriela Walman Ratu

    141434078

    University of Sanata Dharma

    Rice washing water or also called leri water is one type of liquid waste

    which is sourced mostly from domestic production (household waste). Utilization

    of leri water is further developed by processing leri water into glucose syrup. One

    example of rice that is used in making syrup is with IR-64 rice or often called

    Setra Ramos rice. The aim of the study was to determine the amount of glucose

    from syrup making using the method of acid hydrolysis in IR-64 rice leri water

    and find out that in the treatment there was minimal reduction sugar and

    maximum reducing sugar.

    Syrup making method is done by adding HCl as an auxiliary material to

    convert starch to glucose. The independent variables in the study were glucose

    hydrolysis time of 5 minutes, 10 minutes, 15 minutes, and 20 minutes. Dependent

    variables in the study were glucose levels, appearance, smell and taste of liquid

    water syrup produced. The control variables in the study were temperature,

    number of aquades, heating time of distilled water, and weight of rice. Data

    analysis was carried out quantitatively by organoleptic test on appearance, odor,

    and taste and glucose level test using Luff Schoorl measurement method.

    The results obtained showed the average amount of glucose from the

    manufacture of IR-64 rice water syrup with acid hydrolysis method at consecutive

    times of 5 minutes, 10 minutes, 15 minutes and 20 minutes at 5.6 mg, 7. 2 mg, 12.2

    mg, 3.2 mg. The lowest average amount of glucose is 3.2 mg with the treatment of

    hydrolysis time of 20 minutes, and the highest average amount of glucose is 12.2

    mg with the treatment of hydrolysis time for 15 minutes. From the research, it is

    known that making syrup with the longer hydrolysis time causes a decrease in

    glucose levels.

    Keywords : Glucose, Leri's water, Luff Schoorl, Hydrolysis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................... ii

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. iv

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................ v

    HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

    ABSTRAK ............................................................................................................. x

    ABSTRACT ........................................................................................................... xi

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

    DAFTAR TABEL................................................................................................ xv

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3

    C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4

    D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5

    A. Landasan Teori ............................................................................................ 5

    1. Limbah .................................................................................................... 5

    2. Beras IR-64 ............................................................................................. 6

    3. Sirup ........................................................................................................ 8

    4. Hidrolisis ............................................................................................... 10

    5. Karbohidrat ........................................................................................... 14

    6. Glukosa ................................................................................................. 17

    7. Luff Schoorl ........................................................................................... 19

    8. Uji Organoleptik.................................................................................... 22

    B. Penelitian Relevan ..................................................................................... 24

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    C. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 26

    D. Hipotesis .................................................................................................... 28

    BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 29

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 29

    B. Variabel Penelitian .................................................................................... 30

    C. Batasan Masalah........................................................................................ 30

    D. Alat dan Bahan .......................................................................................... 31

    E. Prosedur Kerja ........................................................................................... 31

    1. Pembutan Sirup Air Leri Beras IR-64 ................................................... 31

    2. Pembuatan Blangko (kontrol) Sirup Air Leri Beras IR-64 ................... 32

    3. Penetralan Sirup dengan Pemberian HCl .............................................. 33

    4. Persiapan Uji Organoleptik ................................................................... 33

    F. Teknik Pengambilan Data ......................................................................... 34

    1. Uji Organoleptik Sirup Air Leri Beras IR-64 ....................................... 34

    2. Titrasi dan Perhitungan Glukosa pada Sirup Hasil Hidrolisis .............. 35

    G. Analisis Data ............................................................................................. 37

    1. Uji Skor Tingkat Kesukaan pada Sirup Air Leri IR-64 ........................ 37

    2. Uji ANOVA Perolehan Glukosa Hasil Hidrolisis Sirup ....................... 37

    3. Uji Regresi Variabel Dependen dan Variabel Independen ................... 39

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 40

    A. Hasil Uji Organoleptik Sirup Air Leri Beras IR-64 .................................. 40

    1. Deskripsi Sirup Air Leri Beras IR-64 ................................................... 40

    2. Tingkat Kesukaan Panelis tehadap Kenampakan, Bau, dan Rasa Sirup 44

    B. Hasil Penghitungan Glukosa ..................................................................... 49

    C. Hasil Analisis Data .................................................................................... 51

    1. Hasil Uji Skor pada Sirup ..................................................................... 51

    2. Hasil Uji ANOVA ................................................................................. 53

    D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 56

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    BAB V IMPLEMENTASI PENELITIAN

    DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH ................................................... 57

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 59

    A. Kesimpulan ............................................................................................... 59

    B. Saran .......................................................................................................... 59

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 60

    LAMPIRAN ......................................................................................................... 64

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2. 1 Mutu Gizi Beras IR-64 ........................................................................... 8

    Tabel 2. 2 Syarat Mutu Sirup ................................................................................ 10

    Tabel 2. 3 Ekuivalen Natriumthiosulfat ................................................................ 21

    Tabel 3. 1 Perlakuan Penelitian ............................................................................. 29

    Tabel 3. 2 Titrasi Sirup dengan Natriumthiosulfat................................................ 36

    Tabel 4. 1 Deskripsi Kenampakan, Bau, dan Rasa ............................................... 40

    Tabel 4. 2 Hasil Titrasi Sirup dengan Natriumthiosulfat ...................................... 49

    Tabel 4. 3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov pada Kenampakan Sirup ................... 51

    Tabel 4. 4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov pada Bau Sirup .................................. 52

    Tabel 4. 5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov pada Rasa Sirup ................................ 52

    Tabel 4. 7 Uji Normalitas Data ............................................................................. 53

    Tabel 4. 8 Uji Homogenitas Data .......................................................................... 53

    Tabel 4. 9 Uji ANOVA ......................................................................................... 54

    Tabel 4. 10 Hasil Uji Tukey................................................................................... 54

    Tabel 4. 11 Uji Regresi Linear .............................................................................. 55

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2. 1 Beras Setra Ramos ............................................................................. 7

    Gambar 2. 2 Polisakarida ...................................................................................... 13

    Gambar 2. 3 Mekanisme Hidrolisis Polisakarida dengan Asam ........................... 13

    Gambar 2. 4 Ikatan Amilosa dan Amilopektin ..................................................... 16

    Gambar 2. 5 Gula D-Glukosa dan L-Glukosa ....................................................... 18

    Gambar 2. 6 Isomer Siklik Glukosa ...................................................................... 19

    Gambar 2. 7 Proses Kimia dengan Larutan Luff Schoorl...................................... 20

    Gambar 2. 8 Bagan Kerangka Berpikir ................................................................. 27

    Gambar 4. 1 Reaksi Degradasi Glukosa ............................................................... 43

    Gambar 4. 2 Rata-rata Tingkat Kesukaan terhadap Kenampakan sirup ............... 45

    Gambar 4. 3 Rata-rata Tingkat Kesukaan terhadap Bau Sirup ............................. 46

    Gambar 4. 4 Rata-rata Tingkat Kesukaan terhadap Rasa Sirup ............................ 47

    Gambar 4. 5 Rata-rata Tingkat Kesukaan terhadap Sirup..................................... 48

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Pernyataan Persetujuan Panelis ................................................ 65

    Lampiran 2 Tabel Uji Organoleptik ...................................................................... 66

    Lampiran 3 Uji Normalitas Sirup dan Kadar Glukosa .......................................... 68

    Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian ..................................................................... 75

    Lampiran 5 Silabus Peminatan Matematika dan Ilmu Alam (Biologi) SMA ....... 77

    Lampiran 6 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran .............................................. 80

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Air cucian beras atau yang disebut juga dengan air leri, merupakan salah satu

    jenis limbah cair yang lebih banyak bersumber dari produksi domestik (rumah

    tangga). Dalam kaitannya dengan limbah, air leri dianggap sebagai bahan buangan

    dan tidak dimanfaatkan kembali. Air leri sendiri masih memiliki beberapa

    kandungan yang bermanfaat yang terkikis pada saat pencucian beras. Dengan

    pengolahan kembali, limbah air leri diharapkan dapat meningkatkan mutu

    produksi dan memiliki nilai ekonomi.

    Beberapa kandungan yang terdapat pada air leri yaitu seperti, zat pati sebesar

    89% - 90%, selulosa, hemiselulosa, dan gula. Air leri mengandung vitamin B1

    yang terkikis dari beras pada saat proses pencucian beras (Andrianto, 2007). Pada

    penelitian Oktavia dkk (2012), air leri digunakan sebagai bahan dasar pembuatan

    etanol. Pemanfaatan air leri dikembangkan lagi dengan penelitian Astuti dkk

    (2013), dimana air leri diolah menjadi sirup air leri. Dalam keseharian, beberapa

    masyarakat memanfaatkan air leri secara langsung sebagai pupuk bagi tanaman.

    Pembuatan sirup air leri dilakukan dengan memanfaatkan kandungan pati

    pada air leri beras IR-64 sebagai sumber glukosa dengan proses hidrolisis glukosa.

    Hidrolisis glukosa dapat dilakukan dengan metode enzimatis dan dengan

    menggunakan asam. Secara enzimatis hidrolisis glukosa dilakukan dengan

    menggunakan enzim seperti, α amylase, β amylase, atau glukoamilase. Sementara

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    hidrolisis dengan menggunakan asam merupakan metode kimia dengan

    menggunakan asam-asam organik, seperti H2SO4, HCl, dan HNO3.

    Penggunaan enzim glukoamilase pada proses enzimatis dapat diubah dengan

    metode fermentasi oleh mikrobia. Fermentasi merupakan proses penguraian

    senyawa organik yang disertai dengan pengubahan substrat oleh mikrobia,

    sehingga menghasilkan energi atau produk baru (Pelczar, 2007). Dalam metode

    fermentasi, mikrobia yang digunakan yaitu mikrobia yang dapat menghasilkan

    glukoaminase yang kemudian akan melakukan proses hidrolisis. Fermentasi

    dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, keasaman (pH), mikrobia, suhu,

    oksigen, dan waktu. Pada proses hidrolisis dengan asam terjadi pemotongan pati

    oleh asam sehingga membentuk campuran dekstrin, maltosa dan glukosa

    (Assegaf, 2009). Jumlah glukosa yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh proses

    dan faktor pendukung proses hidrolisis dan dapat diukur secara kualitatif maupun

    kuantitatif.

    Pengukuran jumlah kadar glukosa dengan metode kuantitatif dilakukan

    dengan beberapa cara seperti, dengan metode fisika (dengan indeks bias), kimia

    (Luff Schoorl), Nelson Somogy, metode enzimatis dan metode asam fenol sulfat,

    dll (Sumantri, 2017). Pada penelitian Astuti, dkk (2013), kadar glukosa pada sirup

    air leri dianalisis dengan menggunakan metode Nelson Somogy. Penelitian

    Syamsiah dan Hartati (2010), dilakukan analisis kadar glukosa terhadap tepung

    Umbi Amorphophallus sp. dengan metode Anthrone dengan pengukuran

    menggunakan Spektrofotometer. Pengukuran konsentrasi glukosa oleh Rofik dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Riwayati terhadap hidrolisa enzimatis daun api api dilakukan dengan

    menggunakan metode GOD-PAP.

    Pemanfaatan limbah air leri dengan proses hidrolisis glukosa untuk

    pembuatan sirup baik secara enzimatis atau dengan penambahan asam, dapat

    menghasilkan jumlah glukosa yang berbeda-beda. Dari setiap metode hidrolisis

    tersebut, hasil hidrolisis glukosa juga dapat divariasikan sesuai dengan variasi

    perlakuan, seperti perbedaan konsentrasi, waktu, suhu, atau jumlah pati. Untuk

    mengetahui perbedaan jumlah kadar glukosa yang dihasilkan secara objektif

    (kuantitatif), dapat menggunakan salah satu jenis metode kimia seperti metode

    pengukuran Luff Schoorl. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melakukan

    penelitian mengenai jumlah kadar glukosa pada sirup air leri beras IR-64, yang

    dibuat dengan metode hidrolisis glukosa oleh asam (HCl) dengan perlakuan waktu

    hidrolisis berbeda, dan membandingkan jumlah glukosa yang dihasilkan dari

    beberapa variasi perlakuan tersebut. Penelitian dilakukan dengan judul “Analisis

    Kuantitatif Kadar Glukosa pada Sirup Hasil Hidrolisis Air Leri Beras IR-64

    dengan Metode Pengukuran Luff Schoorl”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan beberapa masalah

    sebagai berikut :

    1. Berapa jumlah glukosa yang dihasilkan pada sirup glukosa dengan metode

    hidrolisis asam pada air leri beras IR-64?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    2. Pada perlakuan mana terbentuk gula reduksi minimal dan gula reduksi

    maksimal?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui jumlah glukosa dari hasil pembuatan sirup dengan metode

    hidrolisis asam pada air leri beras IR-64.

    2. Mengetahui pada perlakuan mana terjadi gula reduksi minimal dan gula

    reduksi maksimal.

    D. Manfaat Penelitian

    Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain

    sebagai berikut :

    1. Bagi Peneliti

    a. Menambah wawasan tentang pengelolaan limbah air cucian beras

    sebagai sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ekonomis.

    b. Mengetahui potensi hidrolisis glukosa oleh HCl dengan jenis dan

    jumlah larutan pati yang telah ditetapkan.

    c. Mengetahui sebab akibat terbentuknya glukosa pada sirup air leri serta

    hubungannya terhadap hasil yang diperoleh.

    2. Bagi dunia pendidikan

    Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi penelitian

    selanjutnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Limbah

    Limbah merupakan bahan yang terbuang atau dibuang yang bersumber

    dari hasil aktivitas manusia maupun alam, dimana belum memiliki nilai

    ekonomi. Beberapa aktivitas yang memberikan kontribusi keberadaan limbah

    yaitu industri dan kegiatan sehari-hari, seperti minum, makan, dan mencuci.

    Banyaknya aktivitas tersebut menimbulkan tumpukan atau hasil limbah terus

    meningkat dan menyebabkan kemunduran dalam aspek kebersihan lingkungan

    dan estetika, serta perubahan ekologi (Sunarsih, 2018).

    Berdasarkan wujudnya, limbah terdiri dari limbah padat dan limbah cair.

    Limbah pada umumnya dihasilkan oleh rumah tangga, perdagangan,

    perkantoran, peternakan, pertanian, dan pada tempat-tempat umum. Contoh

    limbah padat yaitu kertas, kayu, karet, logam, kaca, dll. Sementara limbah cair

    menurut PP No.82 tahun 2001, yaitu sisa dari hasil suatu kegiatan yang

    berwujud cair. Limbah cair berbeda-beda berdasarkan sifatnya, seperti

    agregat, logam, dan mikrobia. Beberapa jenis limbah cair memiliki sifat

    tertentu yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan hidup (Sunarsih,

    2018).

    Sifat limbah membagi limbah dalam dua kelompok, limbah organik dan

    anorganik. Limbah organik yaitu limbah yang dapat diurai atau membusuk,

    seperti sayuran, buah, dan daun kering. Limbah organik dapat diolah menjadi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    kompos. Sementara limbah anorganik merupakan limbah yang tidak terurai

    dan tidak mudah membusuk, seperti kertas, plastik, kaleng, kayu, dll. Limbah

    anorganik ini dapat dijadikan produk lain agar memiliki nilai jual (Sunarsih,

    2018).

    Air leri merupakan salah satu jenis limbah cair organik yang diperoleh

    dari hasil pencucian beras sebelum dimasak. Air leri dihasilkan setiap harinya

    baik untuk kepentingan rumah tangga maupun bisnis. Air leri berwarna putih

    susu yang menandakan adanya kandungan karbohidrat. Jumlah karbohidrat

    yang tinggi tersebut dapat menimbulkan masalah lingkungan karena

    menimbulkan polusi udara oleh bau yang kurang sedap dan polusi pada

    perairan apabila pembuangannya tidak dilakukan dengan tepat (Jenie dan

    Winalti, 1993).

    Air leri mengandung vitamin 80% B1, vitamin 70% B3, 90% vitamin B6,

    50% mangan, 50% fosfor, 60% zat besi, 100% serat dan asam lemak esensial

    terlarut dalam air (Wardiah dan Hafnati, 2014). Kandungan organik pada air

    leri dimanfaatkan dalam beberapa bidang seperti kompos, pembuatan etanol,

    dan bahan makanan seperti pembuatan nata de leri. Menurut Liu dkk (2015),

    kandungan organik yang terdapat dalam limbah air leri tersebut dapat

    dimanfaatkan dalam sistem Microbial Fuel Cell (MFC) sebagai sumber

    karbon bagi pertumbuhan mikroba.

    2. Beras IR-64

    Merupakan beras dengan golongan cere (padi tidak berambut), yang

    merupakan hasil persilangan dari beras IR5657 dan IR2061. Beras IR-64 ini

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    dikenal juga dengan sebutan Setra Ramos. Di Surabaya, Sidoarjo dan daerah

    sekitarnya sering disebut dengan Beras Bengawan. Sementara di Tasikmalaya,

    beras ini dikenal dengan nama Beras Panjang. Ciri yang dimiliki beras IR-64

    ini yaitu memiliki bulir yang agak lonjong dan tidak memiliki wangi yang

    khas. Beras IR-64 memiliki ketahanan terhadap hama wereng (Dianti, 2010).

    Contoh produk dapat dilihat pada gambar 2.1.

    Gambar 2. 1 Beras Setra Ramos

    (Sumber : Dokumen Pribadi)

    Menurut Soemartono dan Haryono (1972), beras IR-64 merupakan

    varietas padi dengan pengklasifikasian seperti pada padi umumnya. Klasifikasi

    beras ialah sebagai berikut :

    Kerajaan : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Sub divisi : Angiospermae

    Kelas : Monocotyledoneae

    Order : Graminales

    Keluarga : Gramineae

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    Marga : Oryza

    Jenis : Oryza sativa L.

    Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2008), menerangkan

    bawa beras IR-64 yang beredar di pasaran ada dua jenis yakni glosor dan

    kristal. Perbedaanya ialah pada jenis kristal dilakukan pengilapan sehingga

    terlihat lebih putih, mengkilap dan bening. Mutu gizi beras glosor dan kristal

    beras IR-64, dapat dilihat pada tabel 2.1.

    Tabel 2. 1 Mutu Gizi Beras IR-64

    Mutu gizi dan antigizi IR-64

    Beras glosor (%) Beras kristal (%)

    Lemak 0,45 0,15

    Protein 8,25 8,02

    Serat kasar 0,20 0,06

    Abu 0,98 0,65

    Air 10,14 10,10

    Karbohidrat 79,98 81,36

    Energi 367,99 370,42

    Asam Fitat 0,074 0,023

    Sumber : Indrasari (2008)

    3. Sirup

    Sirup ialah salah satu bahan cair baik kental maupun encer yang

    mengandung gula. Perbedaan sirup didasarkan pada konsentrasi dan jenis

    rasanya. Konsentrasi sirup inilah yang menunjukkan banyaknya konsentrasi

    gula yang terlarut di dalamnya. Rasa pada sirup tergantung pada kandungan

    zat terlarut yang ditambahkan pada sirup dan mengandung rasa itu sendiri.

    Beberapa sirup dibuat dengan bahan pengawet dan ada juga sirup yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    ditujukan untuk penggunaan langsung dan tidak mengandung bahan pengawet

    (Sulaiman dkk, 2012).

    Menurut Suprapti (2004), kadar gula pada sirup menjadi penentu kualitas

    sirup tersebut. Kualitas sirup berdasarkan kadar gula, dapat dibedakan

    menjadi :

    a. Sirup kualitas no. 1 yaitu dengan kadar gula minimal 65%

    b. Sirup kualitas no. 2 yaitu dengan kadar gula 60% sampai 65%

    c. Sirup kualitas no. 3 yaitu dengan kadar gula 55% sampai 60%

    Menurut Suprapti (2004), sirup memiliki beberapa persyaratan spesifikasi

    teknis sebagai minuman sehat. Beberapa persyaratan tersebut yaitu seperti :

    a. Memiliki kada gula minimal 55%

    b. Menggunakan bahan pewarna yang diizinkan untuk produk makanan

    dan minuman

    c. Bebas dari bahan pemanis buatan

    d. Bebas logam berbahaya seperti, Cu, Hg, Pb, dan As

    e. Tidak mengandung pati, jamur, dan ragi

    f. Penggunaan bahan pengawet asam benzoat maksimal 250 mg/kg

    produk

    g. Dapat menggunakan bahan pewangi, glukosa, dan bahan pengikat

    seperti agar-agar.

    Mutu sirup berdasarkan Standar Nasional Indonesia menurut Badan

    Standardisasi Nasional pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 2.2.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    Tabel 2. 2 Syarat Mutu Sirup

    No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

    1

    Keadaan

    Bau - Normal

    Rasa - Normal

    2

    Total gula (dihitung

    sebagai sukrosa)

    (b/b)

    % min.65

    3

    Cemaran logam:

    Timbal (Pb) mg/kg maks.1,0

    Kadmium (Cd) mg/kg maks. 0,2

    Timah (Sn) mg/kg maks. 40

    Merkuri (Hg) mg/kg maks. 0,03

    4 Cemaran Arsen (As) mg/kg maks. 0.5

    5

    Cemaran mikrobia :

    Angka lempeng total

    (ALT) koloni/ ml maks. 5 x 10

    2

    Bakteri Coliform APM/ml Maks.20

    Escherichia coli APM/ml

  • 11

    akan membentuk ion H3O+ atau ion OH

    - dalam air (Kamaludin. 2010).

    Hidrolisis pati merupakan proses pemecahan molekul amilum menjadi bagian

    penyusun yang lebih sederhana seperti dekstrin, isomaltosa, maltosa, dan

    glukosa. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses hidrolisasi yaitu

    seperti, enzim, ukuran partikel, temperatur, pH, waktu hidrolisis, volume

    substrat, pengadukan (Purba, 2009).

    Hidrolisis diawali dengan proses mengkonversi pati yang dimulai dengan

    pemanasan bahan pati untuk mengganggu struktur granularnya dan untuk

    melarutkan dua polimer glukosa (amilosa dan amilopektin). Granula pati yang

    bersifat tidak larut dalam air akan larut melalui pemanasan, akibat adanya

    penyerapan uap air oleh granula pati. Amilosa dan rantai samping amilopektin

    bebas pada granula pati akan berinteraksi membentuk jaringan yang kuat

    sehingga menyebabkan peningkatan viskositas dan bersifat

    thermoirreversible. Pemanasan yang berlanjut menyebabkan pecahnya granula

    pati dan keluarnya amilosa dan amilopektin tersebut (Sutrisno, 2017).

    Hidrolisis asam merupakan hidrolisis yang menggunakan asam sebagai

    biokatalis dalam prosesnya. Hidrolisis asam disebut juga dengan hidrolisis non

    enzimatik. Hidrolisis dengan penambahan asam dapat dilakukan dengan HCl,

    H2SO4, dan HNO3. Sementara dengan metode enzimatik hidrolisis dilakukan

    dengan penambahan enzim amilase. Keuntungan pada metode hidrolisis

    dengan penambahan asam ialah waktu hidrolisis yang singkat namun hasil

    hidrolisis tidak begitu tinggi. Sedangkan keunggulan hidrolisis dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    menggunakan enzim ialah hasil hidrolisis yang tinggi namun waktu hidrolisis

    lebih lama (Taherzadeh dan Karimi, 2006).

    Hidrolisis glukosa dengan metode penambahan asam disebut juga dengan

    metode hidrolisis non-enzimatik. Menurut Hartono dan Wahyudi (1999), HCl

    digunakan sebagai bahan katalis karena merupakan salah satu jenis oksidator

    kuat dengan harga lebih murah dan mudah diperoleh. HCl lebih aman

    digunakan dibandingkan dengan beberapa jenis asam lainnya. Penggunaan

    katalis HNO3 dapat menyebabkan terbentuknya gas NO2 selama proses

    hidrolisis berlangsung. Sementara penggunaan H2SO4 memberikan laju reaksi

    hidrolisis yang lebih cepat dan hasil glukosa yang rendah.

    Pada proses hidrolisis dengan asam terjadi pemutusan rantai pati secara

    acak. Hidrolisis dengan asam akan lebih cenderung sensitif pada ikatan alfa-

    1,4-D-glikosidik daripada alfa-1,6-D-glikosidik. Namun struktur linier pada

    alfa-(1,4) terdapat pada bagian kristalin, dimana bagian ini sangat rapat

    sehingga susah dimasuki oleh air dan atau asam (tahan asam). Bagian yang

    tersusun oleh ikatan alfa-(1,6) merupakan bagian amorf dan ikatannya kurang

    padat sehingga pada bagian ini mudah terjadi penetrasi dan hidrolisis asam

    terhadap granula pati (Wurzburg, 1989).

    Rumus bangun polimer glukosa adalah sebagai berikut :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Gambar 2. 2 Polisakarida

    (Sumber : Xiang dkk, 2003)

    Reaksi hidrolisis glukosa dengan penambahan asam dapat digambarkan

    sebagai berikut :

    Gambar 2. 3 Mekanisme Hidrolisis Polisakarida dengan Asam

    (Sumber : Xiang dkk, 2003)

    Menurut Fahry dkk (2013), proses hidrolisis dapat dipengaruhi oleh

    beberapa faktor, seperti :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    a. Suhu reaksi

    Jalannya reaksi hidrolisis dipengaruhi oleh suhu terutama pada

    kecepatannya. Kecepatan hidrolisis pada setiap pati sendiri berbeda-

    beda. Pada umumnya kecepatan reaksi hidrolisis meningkat setiap

    kenaikan suhu 10 C. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

    penurunan hasil konversi, karena pecahnya glukosa menjadi arang.

    b. Waktu reaksi

    Semakin lama waktu reaksi maka hasil konversi akan semakin tinggi.

    Hal ini disebabkan karena semakin lamanya kesempatan reaktan untuk

    bereaksi.

    c. Konsentrasi katalis

    Semakin cepatnya raksi dapat dipicu dengan jumlah konsentrasi yang

    semakin banyak. Konsentrasi katalisator yang sedikit dan

    menyebabkan reaksi hidrolisis menjadi lambat dapat dibantu dengan

    meningkatkan suhu reaksi.

    d. Jumlah kandungan karbohidrat

    Kandunga karbohidrat yang sedikit dapat menyebabkan pembentukkan

    glukosa yang sedikit, sementara kandungan karbohidrat yang terlalu

    banyak menyebabkan reaksi hidrolisis melambat.

    5. Karbohidrat

    Karbohidrat merupakan senyawa yang menyimpan energi kimia yang

    tersusun sebagai polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton atau zat yang

    jika dihidrolisis menghasilkan salah satu senyawa tersebut. Karbohidrat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    berasal dari pengertian atom karbon yang terhidrasi dengan rumus (CH2O)n.

    Namun beberapa senyawa karbohidrat tidak mengandung atom hidrogen dan

    oksigen dengan perbandingan 2:1, seperti gula deoksiribosa (C5H10O4). Selain

    itu, banyak karbohidrat yang mengandung atom lain seperti nitrogen dan

    sulfur. Nama karbohidrat masih terus digunakan hingga sekarang meskipun

    beberapa hal di atas menunjukkan ketidaksesuaian terhadap rumus karbohidrat

    tersebut (Girindra, 1993).

    Karbohidrat terdiri atas tiga kelompok yaitu monosakarida, oligosakarida,

    dan polisakarida. Monosakarida merupakan gula sederhana yang tidak dapat

    dihidrolisis lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Oligosakarida merupakan

    senyawa yang jika dihidrolisis menghasilkan dua sampai enam gula

    monosakarisa. Polisakarida merupakan karbohidrat yang menghasilkan

    sejumlah monosakarida apabila dihidrolisis. Pada umumnya monosakarida

    dan disakarida (karbohidrat yang menghasilkan dua gula monosakarida)

    merupakan senyawa yang mengkristal, larut dalam air, dan memiliki rasa yang

    manis. Sedangkan senyawa polisakarida berbentuk serbuk atau amorf, tidak

    larut dalam air, dan tidak berasa (Girindra, 1993).

    Senyawa karbohidrat sebagai sumber energi pada tumbuhan disimpan

    dalam bentuk pati. Pati memiliki rantai panjang glukosa yang dapat dipecah

    menjadi molekul glukosa sederhana. Senyawa ini merupakan alfa polisakarida

    yang terdiri dari monomer D-glukosa dalam dua bentuk dasar yaitu amilosa

    (rantai glukosa yang lurus) dan amilopektin (rantai glukosa yang bercabang)

    (James dkk, 2008).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    Amilosa merupakan glukosa yang hampir linear, dimana residu glukosa

    dihubungkan melalui ikatan alfa-1,4 glikosidik. Molekul ini relatif kecil

    dengan ukuran beberapa ratus hingga beberapa ribu residu glukosa. Amilosa

    mengandung satu gugus pereduksi dan satu gugus non pereduksi. Jumlah

    amilosa pada pati bervariasi, dari hampir tidak ada (pati sepenuhnya

    mengandung amilopektin) hingga 70% (terdapat pada jagung kualitas tinggi

    amilosa) (Sutrisno, 2017).

    Amilopektin merupakan bagian pati dimana sebagian besar residu

    glukosa dihubungi melalui ikatan alfa-1,4 glikosidik dengan alfa-1,6 rantai

    samping terkait. Pada ujung rantai polimer terdapat gugus aldehida laten yang

    disebut juga dengan ujung pereduksi. Amilopektin memiliki ukuran lebih

    besar dari amilosa dengan kandungan hinga 100.000 residu glukosa.

    Amilopektin memiliki satu gugus pereduksi dan banyak gugus non-pereduksi

    (Sutrisno, 2017).

    Gambar 2. 4 Ikatan Amilosa dan Amilopektin

    (Sumber : Srtyer, 2000)

    Ikatan glikosidik pada amilosa dan amilopektin bersifat stabil pada pH

    yang lebih tinggi dan netral, dan akan mengalami hidrolisis kimia pada pH

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    rendah. Amilosa dan amilopektin terkemas bersama dalam granula pati, serta

    memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi tergantung sumbernya. Granula

    pati dianggap sebagai substrat yang relatif stabil, dimana hanya perlahan-lahan

    terdegradasi oleh enzim. Pada umumnya, pati mengandung 10-25% amilosa

    dan 75-90% amilopektin (tergantung pada sumber biomassanya) (Sutrisno,

    2017).

    6. Glukosa

    Salah satu bentuk monosakarida ialah glukosa, dengan rumus C6H12O6

    yang disebut juga heksosa karena memiliki enam atom karbon (C). Glukosa

    berasal dari bahasa yunani (glukus) yang berarti manis. Beberapa nama lain

    dari glukosa yaitu, dekstrosa, D-glukosa, atau gula buah. Glukosa memiliki

    dua struktur yaitu glukosa rantai terbuka dan glukosa rantai tertutup (siklis)

    (Sumardjo, 2006).

    Glukosa rantai terbuka digambarkan dalam dua notasi, yaitu D-glukosa

    dan L-glukosa. Hal ini karena atom C memiliki konfigurasi asimetris. Gula

    dalam bentuk D (D-glukosa) merupakan bayangan cermin dari gula dalam

    bentuk L (L-glukosa). Sementara glukosa membentuk siklis melalui reaksi

    gugus keton atau aldehida dengan gugus OH dari atom C asimetrik terjauh

    (Sumardjo, 2006).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    Gambar 2. 5 Gula D-Glukosa dan L-Glukosa

    (Sumber : Sumardjo, 2006)

    Struktur rantai terbuka glukosa memiliki enam rantai karbon. Pada C1

    memiliki gugus fungsi aldehida, sedangkan C2-C6 mengikat gugus hidroksi

    dan atom hidrogen. Gugus hidroksi pada C2, C4, dan C5 berada pada sebelah

    kanan, sedangkan gugus hidroksi C3, berada pada sebelah kiri (proyeksi

    Fischer). Posisi keempat hidroksi yang terbalik dalam diagram Fischer L-

    glukosa dan D-glukosa adalah dua dari kemungkinan 16 aldoheksosa. Pada

    gula yang lebih panjang, bentuk L dan D ditentukan dari atom karbon kiral

    yang paling jauh dari gugus karbonil (Cairns, 2004).

    Glukosa rantai terbuka berada dalam kesetimbangan dengan beberapa

    isomer siklis ketika berada dalam larutan. Hal tersebut menyebabkan siklisasi

    yaitu reaksi antara gugus aldehida pada C1 dengan gugus hidroksi pada C4

    atau C5 membentuk hemiasetal. Glukosa rantai tertutup digambarkan dengan

    proyeksi Haworth, dengan empat macam isomer siklis D-glukosa. Empat

    macam isomer siklis tersebut yaitu alfa-D-glukopiranosa, beta-D-

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    glukopiranosa, alfa-D-glukofuranosa, dan beta-D-glukofuranosa (Cairns,

    2004).

    Gambar 2. 6 Isomer Siklik Glukosa

    (Sumber : Cairns, 2004)

    7. Luff Schoorl

    Luff Schoorld merupakan salah satu metode untuk menentukan jumlah

    monosakarida bahan tertentu secara kimiawi. Penentuan jumlah gula reduksi

    yaitu perbandingan antara jumlah kuprooksida sebelum reaksi dan sesudah

    reaksi. Dalam penentuan monosakarida, kuprooksida dalam reagen akan

    membebaskan iod dari garam KI (banyaknya iod setara dengan banyaknya

    kuprooksida). Banyaknya iod tersebut dapat diketahui melalui titrasi dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    dengan menggunakan Natriumtiosulfat. Pada akhir proses, ditambahkan

    dengan indikator amilum untuk mengetahui apakah titrasi sudah cukup atau

    belum (Sudarmadji. 1996).

    Luff Schoorl ditetapkan sebagai metode pengujian karbohidrat yang resmi

    oleh BSN dalam SNI 01-2891-1992. Metode ini dipertimbangkan oleh

    International Commission for Uniform Methods of Sugar Analisis sebagai

    metode yang digunakan dalam menstandarkan analisis gula pereduksi pada

    tahun 1936. Metode Luff Schoorl merupakan salah satu metode yang resmi

    digunakan di pulau Jawa (Harjadi, 1994).

    Menurut Sudarmadji (1996), reaksi yang terjadi dalam penentuan gula

    reduksi dengan metode Luff Schoorl dapat dituliskan seperti berikut :

    Gambar 2. 7 Proses Kimia dengan Larutan Luff Schoorl

    (Sumber : Sudarmadji, 1996)

    Perhatian pada pH secara teliti dalam metode Luff Schoorl merupakan hal

    yang penting. Suasana yang terlalu asam (pH rendah) dapat menyebabkan

    terjadinya reaksi oksidasi ion iodide menjadi I2 sehingga menimbulkan

    estimasi yang berlebih pada tahap titrasi. Sedangkan suasana yang terlalu basa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    (pH tinggi) menyebabkan titrasi menjadi lebih rendah akibat adanya reaksi I2

    yang terbentuk dengan air (Harjadi, 1994).

    Menurut SNI 3547.1 (2008), penentuan kadar glukosa dengan metode

    Luff Schoorl dilakukan dengan menghitung nilai selisih penggunaan

    Natriumthiosulfat pada proses titrasi sampel dan titrasi blanko dan

    disesuaikan dengan perolehan glukosa pada tabel Luff Schoorl seperti pada

    tabel 2.3.

    Tabel 2. 3 Ekuivalen Natriumthiosulfat

    Na2S2O3 1M (ml) Glukosa (mg)

    1 2.4

    2 4.8

    3 7.2

    4 9.7

    5 12.2

    6 14.7

    7 17.2

    8 19.8

    9 22.4

    10 25.0

    11 27.6

    12 30.3

    13 33.0

    14 35.7

    15 38.5

    16 41.3

    17 44.2

    18 47.1

    19 50.0

    20 53.0

    21 56.0

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    Na2S2O3 1M (ml) Glukosa (mg)

    22 59.1

    23 62.2

    SNI 3547. 1 : 2008

    8. Uji Organoleptik

    Produk pangan memiliki nilai mutu subjektif dan objekif. Nilai mutu

    objektif dapat diukur dengan menggunakan instrumen fisik, sementara nilai

    mutu subjektif dapat diukur dengan instrumen manusia. Pengujian sifat mutu

    objektif pangan tersebut sering disebut dengan Uji Organoleptik atau

    pengujian sifat inderawi karena penilaian yang dilakukan dengan

    memanfaatkan indera manusia (Rihastuti. 2014).

    Menurut Rihastuti (2014), beberapa peran penting uji organoleptik adalah

    sebagai berikut :

    a. Pemeriksaan mutu komoditas pangan

    b. Pengendalian proses dan metode pengamatan, dan

    c. Pengukuran sifat mutu

    Menurut Purwadi, dkk (2017), uji organoleptik dilakukan untuk

    mengetahui kualitas suatu produk tertentu, dari segi warna, bau, dan rasa.

    Adapun beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari uji organoleptik

    ialah :

    a. Merupakan uji kualitas yang lebih sederhana

    b. Pengujian tidak begitu memakan banyak waktu, serta tidak begitu

    rumit dan mahal

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    c. Membantu memastikan kualitas produk yang sampai pada konsumen

    dan memuaskan

    Penentuan metode uji organoleptik dilakukan berdasarkan Standar

    Nasional Indonesia (SNI). Standar Nasional Indonesia yang digunakan yaitu

    SNI 01-2346-2006. Pengujian organoleptik dilakukan melalui uji deskripsi,

    uji hedonik (uji kesukaan), dan uji skor. Produk yang diuji menyatakan

    produk atau hipotesis diterima apabila hasil perhitungan menyatakan data

    berdistribusi normal (BSN, 2006).

    Uji deskripsi pada uji organoleptik dilakukan terhadap karakteristik

    produk yang terdiri dari kenampakan, bau, dan rasa dari produk. Uji deskripsi

    dilakukan untuk mengidentifikasi kerakteristik sensori yang penting pada

    suatu produk dan memberikan informasi mengenai derajat atau intensitas

    karakteristik tersebut (Anonim, 2014). Uji hedonik merupakan uji tanggapan

    kesukaan penguji terhadap produk dan mengemukakan tingkat kesukaan

    dengan skala hedonik. Skala hedonik ditransformasi ke dalam skala numerik

    berdasarkan tingkat kesukaan (uji skor). Hasil data numerik tersebut

    kemudian digunakan untuk analisis statistik (Susiswi, 2009). Informasi uji

    hedonik dapat dimanfaatkan untuk membantu mengidentifikasi variabel

    bahan tambahan atau proses yang berkaitan dengan karakteristik sensori

    tertentu. Hasil uji dapat digunakan sebagai tolak ukur ketercapaian produk,

    pengembangan produk baru, dan pengendalian mutu rutin (Anonim, 2014).

    Dalam penilaian mutu atau analisa sifat-sifat sensorik dibutuhkan suatu

    komoditi panel yang bertindak sebagai instrument atau alat. Panel adalah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    suatu atau sekelompok orang yang bertugas untuk menilai sifat atau mutu

    benda berdasarkan kesan subjektif (Susiwi, 2009). Dalam penilaian

    organoleptik dikenal panelis standar dan panelis non standar. Panelis standar

    adalah penguji yang mempunyai kemampuan dan kepekaan tinggi terhadap

    spesifikasi mutu produk. Selain itu, panelis standar mempunyai pengetahuan

    dan pengalaman dalam uji organoleptik serta telah lulus dalam seleksi

    pembentukan panelis standar. Panelis non standar merupakan orang yang

    belum terlatih dalam melakukan uji organoleptik. Adapun jumlah minimal

    panelis standar dalam sekali uji adalah enam orang, sedangkan jumlah

    minimal panelis non standar dalam sekali uji adalah 30 orang (BSN, 2006).

    B. Penelitian Relevan

    Beberapa penelitian yang sesuai dengan penelitian ini ialah :

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Puji Astuti, Aminah Asngad, dan Ika Nur

    Rahmawati (2013) dari Pendidikan Biologi UMS, tentang “Pemanfaatan

    Air Limbah Cucian Beras Ir-36 dan IR-64 (Air Leri) untuk Pembuatan

    Sirup Melalui Proses Fermentasi dengan Menambahkan Bunga Rosella

    sebagai Pewarna Alami”. Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh

    penambahan Rhizopuz orizae dengan dosis berbeda pada kadar gula

    reduksi dan mengkaji pengaruh penambahan bunga rosella sebagai

    pewarna alami dengan dosis yang berbeda pada kualitas sirup. Metode

    yang digunakan dalam pembuatan gula reduksi dilakukan dengan metode

    hirolisis glukosa dengan fermentasi oleh R. orizae sebagai penghasil enzim

    untuk proses hidrolisis. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pemberian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    kadar R.orizae yang semakin banyak menunjukkan adanya peningkatan

    kadar glukosa yang dihasilkan pada sirup. Persamaan pada penelitian ini

    dan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah penggunaan bahan

    dasar berupa beras IR-64 dengan tujuan sebagai pembuatan sirup glukosa

    dan uji organoleptik sebagai penentuan kualitas sirup. Perbedaan pada

    penelian ini dan penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak pada

    tujuan penelitian dan metode pembuatan sirup glukosa.

    2. Penelitian I Komang Diatmika Ari Pradnyana, I Made Oka Adi Parwata,

    dan Nyoman Sudarma (2014), yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu

    Kesehatan Wira Medika PPNI Bali, tentang “Penentuan Kadar Sukrosa

    pada Nira Kelapa dan Nira Aren dengan Menggunakan Metode Luff

    Schoorl”. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui kadar sukrosa pada

    nira kelapa dan nira aren yang dijual di pasaran dimana kadar sukrosa

    dilakukan dengan metode Luff Schoorl. Pada hasil penelitian didapatkan

    bahwa jumlah sukrosa pada nira kelapa lebih tinggi dari pada nira aren,

    dimana pada nira kelapa sebesar 10.0702 % dan pada nira aren sebesar

    8.1184 %. Persamaan pada penelitian ini dan penelitian yang akan

    dilakukan peneliti adalah pada metode pengukuran karbohidrat yang

    digunakan yaitu metode pengukuran Luff Schorl. Sementara perbedaan

    dari penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak

    pada tujuan dan bahan penelitian.

    3. Penelitian Rina Sari Utami, Eva Pamungkas, dan Inayati (2014) dari

    Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, tentang “Pengaruh Waktu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Hidrolisa dan Konsentrasi Asam pada Hidrolisa Pati Kentang dengan

    Katalis Asam”. Metode pengukuran glukosa dilakukan dengan metode

    lane-eynon. Penelitian dilakukan dengan pemberian variasi perlakuan

    hidrolisis pada waktu dan konsentrasi asam (HCl). Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa semakin tinggi pemberian konsentasi HCl dan

    semakin lama waktu hidrolisis menghasilkan kadar glukosa yang semakin

    banyak. Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan

    dilakukan peneliti adalah penggunaan HCl sebagai pereaksi hidrolisis dan

    perlakuan yang diberikan berupa variasi konsentrasi HCl dan variasi

    waktu. Perbedaan pada penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan

    peneliti adalah jumlah konsentrasi HCl dan lama waktu yang divariasikan

    pada perlakuan, dan metode yang digunakan untuk pengukuran glukosa.

    C. Kerangka Pemikiran

    Limbah merupakan salah satu permasalahan yang tidak dapat dihindari

    dalam kegiatan sehari-hari. Limbah air leri Beras IR-64 merupakan salah jenis

    limbah yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi dan dapat diolah menjadi

    sesuatu yang bermanfaat. Salah satu contoh pemanfaatan limbah air leri yang

    bermanfaat dan memberikan nilai ekonomi ialah sirup glukosa. Sirup glukosa

    air leri dibuat dengan metode hidrolisis glukosa, dengan memanfaatkan

    kandungan pati pada air leri. Hidroisis glukosa dilakukan dengan metode

    penambahan asam (HCl). HCl digunakan sebagai bahan penghidrolisis karena

    HCl merupakan oksidator yang kuat dengan tingkat bahaya yang rendah.

    Variasi perlakuan pada jumlah konsentrasi HCl dan lama waktu hidrolisis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    menghasilkan jumlah gula reduksi yang berbeda-beda. Jumlah gula reduksi

    menjadi tolak ukur kemampuan hidrolisis glukosa dengan penambahan HCl.

    Pengukuran kuantitatif jumlah gula reduksi dilakukan dengan metode Luff

    Schoorl. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Gambar 2. 8 Bagan Kerangka Berpikir

    Meningkatkan mutu produksi

    limbah air leri beras IR-64

    Air leri beras IR-64 sebagai

    limbah organik cair dengan

    kandungan karbohidrat tinggi

    Karbohidrat air leri beras IR-64 sebagai

    substrat untuk hidrolisis glukosa

    Gula reduksi

    Hidrolisis glukosa dengan

    variasi waktu

    Pengukuran kuantitatif

    jumlah kadar glukosa dengan

    metode Luff Schoorl

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    D. Hipotesis

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

    1. Pembuatan sirup glukosa dengan metode hidrolisis asam dapat

    mengasilkan persentase glukosa maksimasl 50% dan minimal 10%.

    2. Kadar glukosa minimal terdapat pada perlakuan waktu hidrolisis yang

    paling lama dan kadar glukosa maksimal terdapat pada perlakuan dengan

    waktu hidrolisis 15 menit.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental. Penelitian

    eksperimental ialah penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan sebab-

    akibat dengan adanya keterlibatan penelitian pada manipulasi variabel bebas.

    Rancangan penelitian eksperimental mampu memberikan pengujian hipotesis

    yang tertata dan cermat (Nursalam, 2008).

    Rancangan yang digunakan dalam penelitian ialah Rancangan Acak

    Lengkap (RAL) dengan satu faktor pembeda dengan perlakuan kontrol pada

    masing-masing variasi waktu. Faktor pembeda yang digunakan dalam

    penelitian ialah lama waktu hidrolisi dengan HCl. Hasil penelitian ialah

    jumlah kadar glukosa dari masing-masing sirup. Perlakuan pada penelitian

    dapat dilihat pada tabel 3.1.

    Tabel 3. 1 Perlakuan Penelitian

    Waktu

    5 menit 10 menit 15 menit 20 menit

    HCl A B C D

    Kontrol Ak Bk Ck Dk

    Dengan demikian, dalam penelitian ini terdapat delapan perlakuan.

    Adapun penentuan banyaknya ulangan menurut Hanafiah (2011), dapat

    dihitung dengan rumus : (t-1)(r-1) ≥ 15. Dimana t yaitu perlakuan dan r yaitu

    ulangan. Berdasarkan rumus tersebut, maka masing-masing perlakuan pada

    hidrolisis glukosa dalam penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    B. Variabel Penelitian

    Dalam setiap penelitian terdapat objek yang menjadi titik perhatian dalam

    penelitian atau disebut juga dengan variabel. Variabel tersebut ialah:

    1. Variabel Bebas

    Variabel bebas atau sering disebut independen yaitu merupakan variabel

    yang menjadi penyebab terjadinya perubahan atau munculnya variabel

    terikat (Siyoto dan Sodik, 2015).

    Variabel bebas dari eksperimen ini yaitu, waktu hidrolisis glukosa 5 menit,

    10 menit, 15 menit, dan 20 menit.

    2. Variabel Terikat

    Variabel terikat atau disebut juga dengan dependen, merupakan variabel

    yang muncul akibat pengaruh variabel bebas (Siyoto dan Sodik, 2015).

    Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kadar glukosa, kenampakan, bau

    dan rasa dari sirup air leri yang dihasilkan.

    3. Variabel Kontrol

    Variabel kontrol merupakan variabel yang dinetralisasi dan menjamin

    tidak adanya akibat yang timbul pada hasil produk (Setyosari, 2013).

    Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah suhu, jumlah akuades, waktu

    pemanasan akuades, dan berat beras.

    C. Batasan Masalah

    1. Pembuatan sirup menggunakan limbah air leri beras IR-64.

    2. Metode yang digunakan dalam hidrolisis yaitu dengan metode

    penambahan asam (HCl).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    3. Jumlah gula reduksi (glukosa) diukur dengan metode pengukuran Luff

    Schoorl.

    D. Alat dan Bahan

    1. Alat

    Persiapan alat yang digunakan pada penelitian ialah Oven, hotplate,

    coolbox, klem dan statif, timbangan dapur, timbangan analitik, labu ukur 500

    ml, erlenmeyer 200 ml, gelas beker 100 ml, gelas beker 50 ml, buret, pipet

    ukur, pipet tetes, pengaduk, dan kertas saring.

    2. Bahan

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ialah beras IR-64, akuades, batu

    didih, indikator asam basa, PP, KI, HCl, NaOH, H2SO4, Na2S2O3, amilum 1%,

    larutan Luff Schoorl.

    E. Prosedur Kerja

    Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Sanata

    Dharma, pada 18 Agustus sampai 30 Agustus 2018. Adapun prosedur kerja

    dalam penelitian adalah sebagai berikut :

    1. Pembutan Sirup Air Leri Beras IR-64

    a. Beras IR-64 disiapkan pada sebuah wadah

    b. Beras IR-64 ditimbang sebanyak 25 g

    c. Akuades sebanyak 75 ml dimasukkan pada gelas beker 100 ml

    d. Akuades pada gelas beker dipanaskan pada hotplate selama 5 menit

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    e. Beras IR-64 sebanyak 25 g dimasukan pada akuades yang telah

    dipanaskan

    f. Air leri beras IR-64 pada gelas beker disaring dengan kertas saring

    pada gelas beker lainnya sebanyak 25 ml

    g. Air leri diaduk selama 3 menit

    h. Air leri ditambahkan dengan HCl 0,5 N sebanyak 5 ml

    i. Larutan diaduk agar tercampur merata

    j. Larutan dipanaskan dalam oven 125 C dengan variasi waktu :

    1) 5 menit

    2) 10 menit

    3) 15 menit

    4) 20 menit

    k. Sirup dipindahkan ke dalam coolbox

    l. Pembuatan sirup diulang sebanyak tiga kali

    2. Pembuatan Blangko (kontrol) Sirup Air Leri Beras IR-64

    a. Beras IR-64 disiapkan pada sebuah wadah

    b. Beras IR-64 ditimbang sebanyak 25 g

    c. Akuades sebanyak 75 ml dimasukkan pada gelas beker 100 ml

    d. Akuades pada gelas beker dipanaskan pada hotplate selama 5 menit

    e. Beras IR-64 sebanyak 25 g dimasukan pada akuades yang telah

    dipanaskan

    f. Air leri beras IR-64 pada gelas beker disaring dengan kertas saring

    pada gelas beker lainnya sebanyak 25 ml

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    g. Air leri diaduk selama 3 menit

    h. Larutan dipanaskan dalam oven 125 C dengan variasi waktu :

    1) 5 menit

    2) 10 menit

    3) 15 menit

    4) 20 menit

    i. Sirup dipindahkan ke dalam coolbox

    a. Pembuatan sirup diulang sebanyak tiga kali

    3. Penetralan Sirup dengan Pemberian HCl

    Sirup dengan penambahan HCl dinetralkan dengan cara sebagai berikut

    (Pradnyana dkk, 2014):

    a. Tiga tetes PP ditambahkan pada sirup sebagai indikator asam dan basa

    b. NaOH 50% ditambahkan sebanyak 5 ml

    c. Sirup dipindahkan ke labu ukur 500 ml

    d. Labu ukur yang berisi sirup ditambahkan dengan akuades hingga garis

    tera

    e. Sirup diaduk dan disaring dengan kertas saring

    4. Persiapan Uji Organoleptik

    a. Dua ruangan disiapkan sebagai ruang berkumpul panelis (ruang 1) dan

    ruang pengujian organoleptik (ruang 2)

    b. Pada ruang 2, disiapkan sirup pada gelas beker 50 ml yang telah diberi

    label sirup

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    c. Sirup disiapkan berpasangan (sirup dengan pemberian HCl dan sirup

    tanpa pemberian HCl) pada empat meja terpisah ;

    Sirup P1W1 dan P2W1 di meja I

    Sirup P1W2 dan P2W2 di meja II

    Sirup P1W3 dan P2W3 di meja III

    Sirup P1W4 dan P2W4 di meja IV

    d. Pada ruang 1, panelis diberi penjelasan tentang penelitian terkait dan

    cara uji organoleptik

    e. Masing-masing panelis diberikan perlengkapan berupa lembar

    pernyataan bersedia sebagai panelis (lampiran 1), lembar uji

    organoleptik (lampiran 2), alat tulis dan satu sendok untuk proses

    pencicipan produk

    f. Panelis dibagi dalam kelompok (4 orang per kelompok)

    g. Pengujian organoleptik dilakukan secara berkelompok dan berurutan

    F. Teknik Pengambilan Data

    1. Uji Organoleptik Sirup Air Leri Beras IR-64

    Uji organoleptik oleh panelis dilakukan terhadap uji deskripsi dan uji

    hedonik

    a. Kelompok panelis pertama dipersilahkan masuk ke ruang 2 membawa

    perlengkapan yang telah diberikan (lembar pernyataan bersedia

    sebagai panelis, lembar uji organoleptik, alat tulis, dan sendok)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    b. Beberapa meja yang telah tersedia dengan sirup yang berbeda,

    ditempati oleh masing-masing anggota kelompok

    c. Penilaian pertama dilakukan pada kenampakan sirup yang dinilai

    dengan melihat bagaimana warna dari sirup

    d. Satu sendok sirup diambil dan dicium untuk menilai bau dari sirup

    (panelis diperkenankan untuk mencium bau sirup baik secara langsung

    dari gelas beker maupun dengan menggunakan sendok)

    e. Satu sendok sirup diambil sekali lagi dan dirasakan dengan indera

    pengecap untuk menilai rasa sirup

    f. Hasil uji sirup yang telah selesai dideskripsikan pada tabel uji deskripsi

    yang ada pada lembar uji organoleptik (lampiran 2).

    g. Berdasarkan uji deskripsi, diisi nilai tingkat kesukaan panelis terhadap

    sirup pada tabel uji hedonik (lampiran 2).

    2. Titrasi dan Perhitungan Glukosa pada Sirup Hasil Hidrolisis

    Analisis gula reduksi (Pradnyana dkk, 2014) :

    1) Sirup dimasukan ke dalam Erlenmeyer 500 ml sebanyak 10 ml

    2) Larutan Luff Schoorl ditambahkan pada erlenmeyer sebanyak 25

    ml

    3) Akuades ditambahkan pada Erlenmeyer sebanyak 15 ml

    4) Larutan dipanaskan selama 10 menit

    5) Larutan dinginkan dalam wadah es

    6) Setalah dingin, larutan ditambahkan KI 20% sebanyak 15 ml

    secara perlahan-lahan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    7) Larutan ditambahkan 25 ml larutan H2SO4 25% secara perlahan-

    lahan

    8) Larutan dititrasi dengan Natriumthiosulfat 0,1 % sampai warna

    kuning pucat

    9) Larutan ditambahkan dengan tiga tetes amilum 1%

    10) Hasil titrasi dengan Natriumthiosulfat ditulis pada tabel 3.4

    Tabel 3. 2 Titrasi Sirup dengan Natriumthiosulfat

    Pen

    gul

    angan

    Jumlah Glukosa dalam Waktu Hidrolisis

    Kontrol (ml) HCl (ml) Kontrol-HCl (ml) Jumlah Glukosa

    (mg)

    Menit Menit Menit Menit

    5 10 15 20 5 10 15 20 5 10 15 20 5 10 15 20

    1

    2

    3

    Ju

    mlah

    Rat

    a-

    rata

    11) Menurut SNI 3547.1 (2008), jumlah glukosa dihitung berdasarkan

    selisih penggunaan Na2S2O3 pada titrasi blanko dan sampel, dan

    disesuaikan dengan jumlah glukosa pada tabel Luff Schoorl :

    Z = MB - MS

    Keterangan rumus :

    Z = Jumlah glukosa (ml)

    MB = Na2S2O3 yang digunakan dalam titrasi blanko (ml)

    MS = Na2S2O3 yang digunakan dalam titrasi sampel (ml)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    G. Analisis Data

    1. Uji Skor Tingkat Kesukaan pada Sirup Air Leri IR-64

    Uji Skor ialah pengujian tingkat penerimaan produk yang didapat dari

    data numerik uji hedonik berdasarkan tingkat kesukaan terhadap aspek uji

    organoleptik (kenampakan, bau, dan rasa). Uji skor dilakukan dengan Uji

    Kolmogorov-Smirnov. Penerimaan produk dilihat berdasarkan hasil uji

    normalitas data yang diuji. Jika data berdistribusi normal maka produk

    diterima, dan jika data tidak berdistribusi normal maka produk ditolak. Uji

    Kolmogorov-Smirnov dapat dilakukan dengan menggunakan Statistical

    Product and Service Solutions (SPSS).

    Menurut Ismail (2018), K-S digunakan untuk uji normalitas data yang

    digunakan apabila data yang diuji berupa data tunggal atau data yang tidak

    membentuk data interval. Konsep dasar pada K-S ialah dengan

    membandingkan distribusi data dan distribusi normal baku. Distribusi normal

    baku telah didistribusikan secara otomatis oleh software dalam bentuk z-score.

    Menurut Nia dan Ratna (2015), proses pengambilan keputusan dengan melihat

    ketentuan angka probabilitas yaitu, jika probabilitas >0,05 maka H0 diterima,

    sedangkan jika probabilitas

  • 38

    membuktikan normal atau tidaknya distribusi varian pada data yang diperoleh

    (Ghozali, 2000). Uji homogenitas bertujuan untuk membuktikan homogen

    atau tidaknya varian setiap variabel pada hasil perolehan data (Soemantri dan

    Muhidin, 2006).

    Uji normalitas dapat dilakukan dengan Shapiro-Wilk. Adapun uji

    Shapiro-Wilk dilakukan pada data berskala interval atau rasio (data

    kuantitatif), data yang belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi,

    dan data berasal dari sampel random. Shapiro-Wilk memiliki konsep dasar

    pada software dan ketentuan angka probabilitas yang sama dengan K-S.

    Shapiro-Wilk dapat lebih reliabel apabila jumlah data kurang dari 20 (Wibowo

    dan Yonika, 2015). Uji homogenitas sendiri akan lansung muncul pada hasil

    uji ANOVA (one way anova) pada aplikasi SPSS.

    Apabila hasil uji menunjukan data berdistribusi normal dan homogen,

    maka dilanjutkan dengan uji Tukey’s HSD. Adapun kriteria pengujian

    normalitas dan homogenitas variasi yaitu :

    a. Hiptesis

    H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari setiap kelompok

    perlakuan

    H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari setiap kelompok

    perlakuan

    b. Pengambilan Keputusan

    Dasar pengambilan keputusan yaitu dengan membandingkan hasil

    statistik

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    Apabila nilai signifikan > 5% maka H0 diterima

    Apabila nilai signifikan < 5% maka H0 ditolak

    3. Uji Regresi Variabel Dependen dan Variabel Independen

    Pengaruh variabel independen tarhadap variabel dependen diuji dengan

    menggunakan uji Regresi. Uji regresi dengan melibatkan satu variabel

    independen dan satu variabel dependen dilakukan dengan uji regresi linear.

    Adanya pengaruh antar variabel dilihat berdasarkan nilai signifikannya. Hasil

    uji menunjukkan variabel independen mempengaruhi variabel dependen

    apabila nilai signifikan >5%, sementara jika nilai signifikan

  • 40

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Uji Organoleptik Sirup Air Leri Beras IR-64

    1. Deskripsi Sirup Air Leri Beras IR-64

    Berdasarkan hasil deskripsi, rata-rata sirup yang dihasilkan memiliki

    kenampakan, bau, dan rasa yang berbeda berdasarkan tingkat perlakuan.

    Deskripsi pada sirup dapat dilihat pada tabel 4.1.

    Tabel 4. 1 Deskripsi Kenampakan, Bau, dan Rasa

    Kode Kenampakan Bau Rasa

    A Sirup berwarna putih keruh

    Kenampakan sirup tidak begitu buruk.

    Bau seperti bau air beras

    Pada sirup A, memikiki rasa yang tawar (beberapa panelis

    merasakan ssedikit rasa

    manis).

    Ak Sirup berwarna putih keruh

    Kenampakan sirup tidak begitu buruk

    Sirup memiliki bau seperti bau

    air beras

    Sirup Ak, memiliki rasa yang tawar.

    B Sirup berwarna putih keruh

    Memiliki kenampakan sirup

    yang tidak buruk

    Sirup memiliki bau seperti bau

    air beras

    Sirup memiliki rasa yang sedikit manis (beberapa

    panelis merasakan sedikit

    rasa asam)

    Bk Sirup berwarna putih keruh

    Memiliki kenampakan sirup

    yang tidak begitu

    buruk

    Sirup memiliki bau seperti bau

    air beras

    Sirup memiliki rasa yang tawar, sama dengan sirup A

    kontrol.

    C Sirup berwarna putih keruh

    Memiliki kenampakan sirup

    yang tidak buruk

    Sirup memiliki bau seperti bau

    air beras

    Sirup memiliki rasa yang lebih manis dari sirup B

    (beberapa panelis merasakan

    sedikit rasa asam)

    Ck Sirup berwarna putih keruh

    Memiliki kenampakan yang

    tidak begitu buruk

    Sirup memiliki bau seperti bau

    air beras

    Sirup memikiki rasa yang tawar (memiliki rasa yang

    sama dengan sirup Ak dan

    Bk)

    D Sirup berwarna putih dan sedikit lebih

    keruh (berwarna

    putih susu)

    Sirup memiliki bau seperti bau

    air beras

    Sirup memiliki rasa yang asam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    Kode Kenampakan Bau Rasa

    Memiliki kenampakan yang

    menarik

    Dk Sirup berwarna putih keruh

    Kenampakan sirup tidak buruk

    Sirup memiliki bau seperti bau

    air beras

    Sirup memikiki rasa yang tawar sama dengan sirup

    kontrol A, B, dan C

    Keterangan :

    A : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 5 menit)

    B : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 10 menit)

    C : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 15 menit)

    D : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 20 menit)

    Ak : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    Bk : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    Ck : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    Dk : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    Kenampakan sirup memiliki perbedaan warna pada sirup yang

    dihidrolisis dengan penambahan HCl 0.5 N selama 20 menit (sirup D). Sirup

    D memiliki yang lebih pekat dimana disebabkan oleh adanya kerusakan

    glukosa. Kerusakan glukosa disebabkan oleh waktu hidrolisis yang terlalu

    lama sehingga terjadi degradasi dengan terputusnya ikatan rantai senyawa

    glukosa yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi lebih pekat

    (Lubis, 2012).

    Bau pada semua sirup yaitu bau air beras, dimana muncul dari bahan

    dasar pembuatan sirup sendiri yaitu beras. Hal ini disebabkan oleh proses

    hidrolisis yang belum sempurna, sehingga tidak semua pati beras diubah

    menjadi glukosa. Jika hidrolisis berlangsung sempurna makan bau yang mucul

    adalah bau manis dari glukosa. Bau lain yang muncul pada beberapa sirup

    yaitu sedikit bau asam. Bau asam disebabkan oleh degradasi glukosa yang

    membentuk adam formiat, dimana asam formiat sendiri memiliki rasa dan bau

    yang asam. Dengan kata lain, tidak terhidrolisisnya larutan secara sempurna

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    atau adanya kerusakan glukosa yang menyebabkan dominansi senyawa asam

    pada larutan, menyebabkan adanya bau asam pada larutan (sirup).

    Hasil uji pada aspek bau juga menjadi indikator untuk mendeteksi

    kontaminasi sirup oleh bakteri karena tidak adanya uji bakteri pada sirup. Pada

    bau sirup, jika terdapat bakteri pada sirup, maka bakteri akan melakukan

    fermentasi dengan memanfaatkan glukosa pada sirup. Hasil fermentasi

    membentuk asam laktat, asam asetat, dan etanol sehingga menimbulkan bau

    yang kurang sedap seperti basi (Rustan, 2013). Untuk membuktikan secara

    tepat adanya kontaminasi bakteri pada sirup, pada penelitian sebaiknya

    dilakukan uji bakteri berdasarkan standarnya.

    Rasa dari setiap sirup yang dihidrolisis dengan penambahan HCl 0,5 N

    berbeda-beda berdasarkan lama waktu hidrolisis. Sirup dengan waktu

    hidrolisis 5 menit memiliki rasa tawar, rasa tawar dapat disebabkan karena

    waktu hidrolisis yang tidak begitu lama, sementara pati memiliki bagiain

    kristalin yang tidak mudah diganggu oleh air dan asam. Hal ini menyebabkan

    waktu yang lebih cepat tidak cukup untuk menyebabkan reaksi pemutusan

    ikatan rantai glukosa pada pati. Pada sirup dengan waktu hidrolisis 10 menit

    dan 15 menit, secara berturut-turut sirup terasa sedikit lebih manis dari sirup

    dengan waktu hidrolisis 5 menit. Hal ini membuktikan mulai adanya

    peningkatan jumlah pembentukan glukosa pada sirup. Semakin lama waktu

    hidrolisis, semakin banyak terbentuk glukosa.

    Sementara sirup dengan waktu hidrolisis 20 menit menghasilkan rasa

    asam. Menurut Idral dkk (2012), hal ini dapat disebabkan oleh terlalu lamanya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    waktu hidrolisis dengan jumlah substrat yang sedikit sehingga glukosa yang

    terbentuk terdegradasi menjadi hydroxymethylfurfural, dan asam format

    sehingga menyebabkan kadar glukosa menurun. Pada perlakuan kontrol

    (blanko) sirup yang dihasilkan memiliki rasa yang sama dengan sirup yang

    dihidrolisis dengan waktu 5 menit yaitu tidak berasa. Hal ini terjadi karena

    belum adanya aktivitas pembentukan glukosa atau glukosa yang terbentuk

    masih sangat rendah sehingga larutan tidak berasa (tawar). Reaksi degradasi

    glukosa dapat dilihat pada gambar 4.1.

    Gambar 4. 1 Reaksi Degradasi Glukosa

    (Sumber : Taherzadeh dan Niklasson, 2003)

    Pada penelitian, tingkat ketertarikan panelis pada produk berdasarkan

    kenampakan, bau, dan rasa pada sirup tidaklah sempurna. Warna sirup yang

    hanya berwarna putih, dan bau yang seperti bau air beraspada umumnya, serta

    rasa yang tidak begitu manis menyebabkan rendahnya tingkat ketertarikan

    panelis. Dengan demikian, pada pembuatan sirup dengan pemanfaatan air leri

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    sepeti ini, perlu dilakukan modifikasi dengan penambahan bahan seperti

    pemanis, atau pewarna, sehingga menambah ketertarikan panelis atau

    konsumen. Daya terima terhadap produk dapat dilakukan lebih luas lagi

    dengan pengujian daya terima konsumen (tidak terbatas oleh uji organoleptic

    oleh panelis).

    2. Tingkat Kesukaan Panelis tehadap Kenampakan, Bau, dan Rasa Sirup

    a. Kenampakan Sirup

    Berdasarkan hasil uji hedonik atau uji tigkat kesukaan dari 20 panelis

    menyatakan bahwa kesukaan tertinggi pada kenampakan sirup terdapat

    pada sirup D (sirup dengan penambahan HCl dengan waktu hidrolisis 20

    menit) dengan rata-rata nilai hedonik sebesar 7,75, sementara tingkat

    kesukaan terendah pada kenampakan terdapat pada sirup B (sirup dengan

    penambahan HCl dengan waktu hidrolisis 10 menit) dengan rata-rata nilai

    hedonik 6,60. Hal ini berarti bahwa tingkat kesukaan yang tinggi terdapat

    pada kenampakan sirup air leri yang memiliki warna putih keruh yang

    dominan. Nilai tingkat kesukaan pada kenampakan sirup dapat dilihat pada

    gambar 4.2.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    Gambar 4. 2 Rata-rata Tingkat Kesukaan terhadap

    Kenampakan sirup

    Keterangan

    A : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 5 menit)

    B : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 10 menit)

    C : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 15 menit)

    D : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 20 menit)

    Ak : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    Bk : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    Ck : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    Dk : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    b. Bau Sirup

    Pada uji hedonik terhadap bau, tingkat tertinggi kesukaan bau terdapat

    pada sirup C (sirup dengan penambahan HCl 0,5 N dengan waktu

    hidrolisis 15 menit) dengan perolehan rata-rata nilai hedonik 7,40.

    Sementara tingkat kesukaan terendah pada uji bau terdapat pada sirup D

    (sirup dengan penambahan HCl 0,5 N dengan waktu hidrolisis 20 menit)

    dengan rata-rata nilai hedonik 6,40. Berdasarkan pada uji deskripsi, hal ini

    dapat disebabkan oleh bau pada sirup D yang memiliki sedikit bau asam

    (tidak sepenuhnya bau air beras). Hal ini berarti, tingkat kesukaan panelis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    lebih banyak pada sirup dengan aroma khas beras. Nilai tingkat kesukaan

    pada bau sirup dapat dilihat pada gambar 4.3.

    Gambar 4. 3 Rata-rata Tingkat Kesukaan terhadap Bau Sirup

    Keterangan

    A : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 5 menit)

    B : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 10 menit)

    C : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 15 menit)

    D : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 20 menit)

    Ak : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    Bk : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    Ck : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    Dk : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    c. Rasa Sirup

    Uji tingkat kesukaan pada rasa memiliki rata-rata nilai kesukaan

    tertinggi pada sirup C (sirup dengan penambahan HCl 0,5 N dengan waktu

    hidrolisis 15 menit) dengan rata-rata nilai hedonik sebesar 7,10. Sementara

    nilai uji rasa terendah terdapat pada sirup Ak (sirup tanpa penambahan

    HCl 0,5 N dengan waktu hidrolisis selama lima menit) dengan nilai rata-

    rata 5,40. Nilai tertinggi uji rasa yang terdapat pada sirup C, dapat

    disebabkan pada rasa manis pada sirup, sesuai dengan yang banyak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    disampaikan panelis pada uji deskripsi. Hal ini menunjukkan bahwa

    tingkat kesukaan panelis semakin besar pada sirup dengan rasa manis.

    Nilai tingkat kesukaan pada rasa sirup dapat dilihat pada gambar 4.4.

    Gambar 4. 4 Rata-rata Tingkat Kesukaan terhadap

    Rasa Sirup

    Keterangan

    A : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 5 menit)

    B : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 10 menit)

    C : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 15 menit)

    D : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 20 menit)

    Ak : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    Bk : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    Ck : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    Dk : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    Kesukaan pada sirup secara keseluruhan dapat disimpulkan melalui

    jumlah nilai rata-rata tertinggi dari ketiga aspek pada setiap sirup

    (kenampakan, bau, dan rasa). Nilai rata-rata tertinggi sirup dalam uji

    hedonik berdasarkan ketiga aspek terdapat pada sirup C (sirup dengan

    penambahan HCl 0,5 N dengan waktu hidrolisis 15 menit) dengan

    perolehan nilai rata-rata 7,15. Berdasarkan uji deskripsi, perolehan nilai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    tertingi pada uji hedonik oleh sirup C dapat disebabkan karena jumlah

    nilai pada aspek rasa yang memiliki perbedaan yang signifikan dari rasa

    sirup lain. Sementara dari kedua aspek lain (kenampakan, dan bau) dari

    sirup C dan tujuh sirup lainnya adalah cenderung sama.

    Tingkat kesukaan pada sirup dengan perlakuan tanpa penambahan

    HCl 0,5 N (blanko/ kontrol) menunjukkan rata-rata nilai netral, yang

    berarti bahwa panelis tidak menyatakan ketidak sukaan namun tidak begitu

    suka. Uji hedonik pada sirup blanko juga memiliki tingkat yang sama

    dengan sirup dengan penambahan HCl 0,5 N dan waktu hidrolisis 5 menit.

    Hal ini karena adanya kesamaan dalam tingkat kenampakan, bau, rasa, dan

    tektur dari sirup. Nilai tingkat kesukaan pada sirup secara keseluruhan

    dapat dilihat pada gambar 4.5.

    Gambar 4. 5 Rata-rata Tingkat Kesukaan terhadap

    Sirup

    Keterangan

    A : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 5 menit)

    B : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 10 menit)

    C : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 15 menit)

    D : Sirup dengan penambahan HCl 0,5 N (waktu hidrolisis 20 menit)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49

    Ak : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    Bk : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    Ck : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    Dk : Sirup tanpa penambahan HCl 0,5 N

    B. Hasil Penghitungan Glukosa

    Berdasarkan hasil perhitungan, perolehan glukosa terbanyak diperoleh

    pada sirup dengan pemberian HCl 0,5 N dengan lama waktu hidrolisis 15

    menit yaitu sebesar 12,2 mg. Semakin lama waktu hidrolisis menyebabkan

    jumlah glukosa semakin banyak. Hal ini terbukti melalui hasil uji deskripsi

    maupun pengukuran jumlah glukosa. Semakin lama waktu hidrolisis maka

    sirup semakin manis dan jumlah glukosa semakin banyak hingga waktu

    optimum hidrolisis. Hasil perhitungan glukosa dapatkan dilihat pada tabel 4.2.

    Tabel 4. 2 Hasil Titrasi Sirup dengan Natriumthiosulfat

    Pen

    gul

    angan

    Jumlah Glukosa dalam Waktu Hidrolisis

    Kontrol (ml) HCl (ml) Kontrol-HCl (ml) Jumlah Glukosa

    (mg)

    Menit Menit Menit Menit

    5 10 15 20 5 10 15 20 5 10 15 20 5 10 15 20

    1 23 22.

    8 23

    21.

    3

    20.

    8

    19.

    5 18

    20.

    1

    2.

    2 3.3 5 1.2

    4.

    8

    7.2 12

    .2

    2.

    4

    2 22.

    5

    23.

    2

    22.

    5

    22.

    5

    19.

    6 21

    18.

    5

    21.

    5

    3.

    9 2.2 4 1

    9.

    7

    4.8 9.

    7

    2.

    4

    3 22.

    5

    22.

    8

    23.

    8 22

    21.

    2

    19.

    1

    18.

    8

    20.

    2

    1.

    3 3.7 5.8 1.8

    2.

    4

    9.7 14

    .7

    4.

    8

    Ju

    mlah

    68 68.

    8

    69.

    3

    65.

    8

    61.

    6

    59.

    6

    55.

    3

    61.

    8

    7.

    4 9.2

    14.

    8 4

    16

    .9

    21.

    7

    36

    .6

    9.

    6

    Rat

    a-rata

    22.

    7

    22.

    9

    23.

    1

    21.

    9

    20.

    5

    19.

    9

    18.

    4

    20.

    6

    2.

    5 3.1 4.9 1.3

    5.

    6 7.2

    12

    .2

    3.

    2

    Peningkatan jumlah glukosa terjadi pada sirup yang dihidrolisis dengan

    penambahan HCl 0,5 N pada waktu hidrolisis 5 menit, 10 menit, dan

    kemudian 15 menit. Namun pada sirup yang dihidrolisis dengan penambahan

    HCl 0,5 N dengan waktu 20 menit, sirup menjadi lebih asam dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 50

    perolehan jumlah glukosa terendah yaitu 3,2 mg. Hal ini dapat disebabkan

    karena waktu hidrolisis yang terlalu lama, menyebabkan peningkatan reaksi

    hidrolisis yang tidak setara dengan jumlah karbohidrat di dalam larutan,

    sehingga reaksi yang berlanjut menimbulkan pembentukan asam berupa HMF

    dan asam formiat (Idral dkk, 2012). Pembentukan asam pada waktu hidrolisis

    yang terlalu lama juga dibuktikan dengan pengukuran jumlah glukosa yang

    menyatakan jumlah glukosa pada sirup dengan waktu hidrolsis 20 menit

    menghasilkan glukosa yang setara dengan jumlah glukosa pada waktu

    hidrolisis 5 menit, namun sirup dengan waktu hidrolisis 20 menit memiliki

    rasa yang asam.

    Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya,

    yaitu penelitian tentang “Pembuatan Sirup Glukosa dari Tepung Sagu yang

    Dihidrolisis dengan Asam Klorida” oleh Sutanto dkk, dari Universitas Riau.

    Penelitian tersebut menyatakan bahwa waktu hidrolisis berpengaruh terhadap

    hasil produksi glukosa, dimana waktu yang terlalu lama menyebabkan

    penurunan kadar glukosa yang telah terbentuk. Waktu hidrolisis yang terlalu

    lama menyebabkan degradasi glukosa dan reaksi lanjutan menyebabkan

    pembentukan asam. Hasil yang serupa juga diperoleh dari penelitian lainnya,

    yaitu oleh Retno Wulandari tentang “Pengaruh Suhu, pH, Waktu Hidrolisis,

    dan Konsentrasi H2SO4 terhadap Glukosa yang Dihasilkan dari Limbah Kulit

    Kakao”, dimana peneliti menemukan bahwa waktu hidrolisis yang melebihi

    waktu optimum menyebabkan degradasi dan kerusakan kadar glukosa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 51

    C. Hasil Analisis Data

    1. Hasil Uji Skor pada Sirup

    a. Kenampakan Sirup

    Distribusi data dari hasil uji skor pada tingkat kesukaan kenampakan

    sirup menunjukkan hasil Uji Kolmogorov-Smirnov yang dapat dilihat

    padatabel 4.3.

    Tabel 4. 3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov pada Kenampakan Sirup

    Kenam

    pakan

    sirup

    A

    Kenam

    pakan

    sirup

    Ak

    Kenam

    pakan

    sirup B

    Kena

    mpak

    an

    sirup

    Bk

    Kenam

    pakan

    sirup C

    Kena

    mpak

    an

    sirup

    Ck

    Kenam

    pakan

    sirup

    D

    Kenam

    pakan

    sirup

    Dk

    N 20 20 20 20 20 20 20 20

    Kolmogo