analisis kriminologis terhadap penyimpangan …digilib.unila.ac.id/28405/3/skripsi tanpa bab...

66
ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN SEKSUAL SESAMA JENIS OLEH WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA WAYHUI LAMPUNG SELATAN (Skripsi) Oleh: Muhammad Guntur Hartotrisno FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: lamcong

Post on 09-Mar-2019

255 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN SEKSUAL

SESAMA JENIS OLEH WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA WAYHUI

LAMPUNG SELATAN

(Skripsi)

Oleh:

Muhammad Guntur Hartotrisno

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 2: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN SEKSUAL

SESAMA JENIS OLEH WARGA BINAAN PERMSYARAKATAN DI

LEMBAGA PERMASYARAKATAN WANITA KELAS IIA WAYHUI

LAMPUNG SELATAN

Oleh:

Muhammad Guntur Hartotrisno

Penyimpangan seksual merupakan tingkah laku seksual yang tidak dapat dierima

oleh masyarakat dan tidak sesuai dengan tata cara serta norma agama, yang mana

cara untuk mendapatkan kenikmatan seksual ini dengan jalan yang tidak wajar, salah

satunya adalah lesbianisme. Lesbianisme ialah penyimpangan seksual terhadap

pasangan seksual yang berjenis kelamin sama dan juga hubungan sesama jenis antar

kaum perempuan. Bagaimana upaya penangulangan terhadap penyimpangan seksual

sesama jenis yang dilakukan oleh warga binaan pemasyarakatan di lembaga

pemasyarakatan wanita klas IIA way hui Lampung Selatan, serta bagaimana

penerapan sanksi terhadap warga binaan pemasyarakatan yang melakukan

penyimpangan seksual sesama jenis dilembaga pemasyarakatan wanita wayhui

lampung selatan.

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum

normative empiris yang langsung terjun kelembaga pemasyarakatn wanita way hui

lampung selatan. data yang diperoleh dari skripsi ini adalah data sekunder yang

diperoleh melalui studi kepustakaan, yaitu dengan melakukan pengumpulan referensi

yang berkaitan dengan objek penelitian hukum primer diantaranya adalah KUHP,

Perpu, serta bahan hukum sekunder lainya yang relevan dengan penelitian, serta

analisis penelitian memakai analisis kualitatif.

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa

penyimpangan seksual sesama jenis oleh warga binaan pemasyarakatan dilembaga

pemasyarakatan wanita wayhui lampung selatan terjadi karena faktor lingkungan

yang diisi oleh warga binaan pemasyarakatan yang hanya berjenis kelamin wanita

dan hasrat seksual yang tidak dapat dipenuhi, serta kurangnya rasa kepedulian dari

orang terdekat yang berada diluar lembaga pemasyarakatan. Sehingga hal tersebut

disalurkan oleh warga binaan pemasyarakatan tersebut kepada teman sesama jenis.

Page 3: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

Saran yang dapat penulis berikan terhadap masalah penyimpangan seksual sesamma

jenis oleh warga binaan pemasyarakatan yang terjadi dilembaga pemasyarakatan

adalah dengan banyak memberikan siraman rohani kepada warga binaan

pemasyarakatan karena dengan melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan

keimanan warga binaan pemasyarakatan dapat mencegah dirinya sendiri untuk

melakukan tindakan yang dilarang oleh agama, serta dengan menambah anggota jaga

dilembaga pemasyarakatan agar dapat melakukan pengawasan serta pembinaan lebih

optimal sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan seksual sesama jenis oleh

warga binaan pemasyarakatan didalam lembaga pemasyarakatan.

Kata Kunci: Penyimpangan Seksual, Wayhui Lampung Selatan.

Page 4: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN SEKSUAL

SESAMA JENIS OLEH WARGA BINAAN PERMSYARAKATAN DI

LEMBAGA PERMASYARAKATAN WANITA KELAS IIA

WAYHUI LAMPUNG SELATAN

Oleh

Muhammad Guntur Hartotrisno

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 5: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan
Page 6: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan
Page 7: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno,

penulis dilahirkan di Kota Palembang 16 Juni 1995. Penulis

adalah anak ke-tiga dari 3(tiga) bersaudara dari pasangan Bapak

Drs. Gunawan Achmadan dan Ibu Emy Uliah.

Penulis mengawali Pendidikan formal di SD Negeri 3 Sawah Lama Kota Bandar

Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007, SMP Negeri 5 Kota Bandar

Lampung diselesaikan pada tahun 2010 dan SMA Negeri 1 Kota Bandar

Lampung yang diselesaikan pada tahun 2013.

Selanjutnya pada tahun 2013 Penulis diterima sebagai Mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Lampung, program pendidikan Strata 1 (S1) melalui jalur

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan pada

pertengahan Juni 2015 penulis memfokuskan diri dengan mengambil bagian

Hukum Pidana. Kemudian pada 14 Februari 2017 Penulis menyelesaikan

Pendidikan Diploma 1 (D1) di Lembaga Bahasa Inggris Bandar Lampung.

Selanjutnya pada tahun 2017 penulis mengikuti program pengabdian kepada

masyarakat yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Mranggi Jaya, Kecamatan

Putra Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah, selama 40 hari.

Page 8: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi intern

fakultas. Organisasi intern yang diikuti penulis yaitu Himpunan Mahasiswa

(HIMA) Hukum Pidana Fakultas Hukum.

Page 9: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

MOTO

“ Don’t stop until you’re proud”

(Muhammad Guntur Hartotrisno, S.H.)

“The experience of defeat, or more particularly the manner in which a leader

reacts to it, is an essential part of what makes a winner”

(Sir Alex Ferguson)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar

kesanggupannya”

(Q.S. Al-Baqarah:5-6)

Page 10: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT Atas rahmat hidayah-Nya dan dengan segala kerendahan hati,

Kupersembahkan Skripsi ini kepada :

Kedua Orang Tua Tercinta, Ayahanda Drs. Gunawan Achmadan dan Ibunda Emy Uliah

Yang senantiasa membesarkan, mendidik, membimbing, berdoa, berkorban dan mendukungku, terimakasih untuk semua kasih sayang dan

cinta luar biasa sehingga aku bisa menjadi seseorang yang kuat dan konsisten kepada cita-cita.

Kakakku sayang,

Gumilya Ekapertiwi, S.Sos., M.E. dan Gumirica Opradini, S.H. yang selalu memotivasi dan memberikan doa untuk keberhasilanku

Seluruh Keluarga Besar

Terima kasih sudah memberikan motivasi, doa dan perhatian Sehingga

diriku menjadi lebih yakin untuk terus melangkah

Teman Tersayang

Karina Zulkarnain, S.P. yang selalu mendukung serta memberikan doa

untuk segala kemudahan dalam menjalani segala kegiatan untuk

menyelesaikan pendidikanku sampai menjadi orang yang sukses.

Almamater tercinta Universitas Lampung

Tempatku memperoleh ilmu dan merancang mimpi untuk jalan menuju kesuksesanku kedepan.

Page 11: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

SANWACANA

Alhamdulilahirobbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT

karena atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Analisis Kriminologis Terhadap Penyimpangan Seksual

Sesama Jenis Oleh Warga Binaan Pemasyarakatan Di Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Wayhui Lampung Selatan.” sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan

untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Pada penulisan skripsi ini

penulis mendapatkan bimbingan, arahan serta dukungan dari berbagai pihak

sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Pada kesempatan kali

ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-

besarnya terhadap :

1. Bapak Armen Yasir, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

2. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas

Hukum Universitas Lampung

Page 12: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

3. Ibu Dona Raisa Monica, S.H., M.H., selaku Sekertaris Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

4. Bapak Prof. Dr. Sunarto, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan masukan dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

5. Bapak Budi Rizki Husin, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan masukan dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

6. Ibu Diah Gustiniati M, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas I yang telah

memberikan kritik dan saran serta masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Muhammad Farid, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas II yang telah

memberikan kritik dan saran serta masukan dalam penulisan skripsi ini.

8. Bapak Naek Siregar, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing Penulis selama ini dalam perkuliahan.

9. Seluruh Dosen Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Lampung yang penuh

dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi Penulis.

10. Para staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung, terutama pada

Bagian Hukum Pidana: Bu As, Babe, dan Bude Siti.

11. Ibu Sri Astiana, S.H., selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan Wanita

Lampung Selatan, Ibu Hany Anggraeni, Amd.IP., S.H., M.H., selaku Kepala

Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan, dan Ibu Dr. Erna Dewi,

S.H., M.H yang bersedia meluangkan sedikit waktunya pada saat penulis

melakukan penelitian, terima kasih untuk semua kebaikan dan bantuannya.

Page 13: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

12. Teristimewa untuk kedua orang tuaku ayahanda Drs. Gunawan Achmadan dan

ibunda Emy Uliah, yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, doa,

semangat dan dukungan yang diberikan selama ini. Terimakasih atas

segalanya semoga Guntur dapat membahagiakan, membanggakan, dan

menjadi anak yang berbakti untuk Mama dan Papa.

13. Tersayang untuk kakakku Gumilya Ekapertiwi, S.Sos., M.E., dan Gumirica

Opradini, S.H., terimakasih untuk doa dan dukungan yang diberikan kepada

Guntur selama ini. Semoga kelak kita dapat menjadi orang sukses yang akan

membanggakan Mama dan Papa.

14. Terutama untuk Karina Zulkarnain, S.P., terimakasih telah mendukung,

membantu segala urusan mulai dari awal perkuliahan dimulai sampai dengan

menyelesaikan perkuliahan, serta terimakasih telah menjadi bagian dari

kehidupan sampai sekarang , semoga kita selalu kompak sampai bisa menjadi

orang yang sukses.

15. Saudara tak sedarah namun lebih dari sedarah yang selalu ada dan mendengar

keluh kesahku selama ini dalam proses penulisan maupun kehidupan,

terimakasih atas bantuan, semangat dan dukungannya selama ini: Fahrul Rozie

Amran, S.E., M. Rizki Arif Kesuma, S.E., Rosa Nur Indah Jayanti, S.IP., Ria

Widyastuti, Amd.Keb., Mentari Diasti Putri, S.P., Septiani Maulizar, S.T.,

Adya Safira Pasaribu. Terimakasih telah melewati persahabatan dari SMA,

terimakasih juga atas ketulusan, keceriaan dan dukungannya selama ini.

Semoga kita semua bisa menjadi orang sukses nantinya. See you on top Tim

Anggrek!

Page 14: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

16. Sahabat seperjuangan dalam proses perkuliahan: M. Luki Samad, S.H.,

Muhammad Faresi, S.H., M Fachri Rezza, S.H., Sandy Naufal, S.H., Wahyu

Olan Saputra, S.H., Nugraha Aditama Ramadhan, S.H., Ridho Pratama, S.H.,

Qomarudin Edi Saputra, S.H., Terimakasih telah mendengarkan keluh kesah,

mendukung, membantu dan menyemangati dalam proses menyelesaikan studi

di Universitas Lampung ini. Semoga persahabatan kita selalu kompak untuk

selamanya dan kita semua bisa menjadi orang sukses nantinya. See you on top

Duren Official!

17. Sahabat seperjuangan susah senang berbeda nasib saat perkuliahan: Sulung

Faturachman, Willy Admajaya, Acta Yoga Pratama, terimakasih atas

kegembiraan, masukan, serta dukungan selama menjalani perkuliahan maupun

diluar perkuliahan.

18. Teman-teman KKN Desa Mranggi Jaya dan Desa Joharan, Kecamatan Putra

Rumbia, Lampung Tengah: Oldebes Temy Giantara, Ibnu Dwi Kurniawan,

Fitri Aini, Nurjulia Jashinda, Via, Tri N Y, Nico Januar, Gibran Sanjaya, Rio

Anggria Yudha, Rosmaida Sinurat, Peni Puji Astuti, Fistana Bella Valani

terimakasih untuk kebersamaan selama 40 hari, serta dukungan dan doanya

selama ini.

19. Kepada seseorang yang namanya selalu kuselipkan di dalam doa: Terima

kasih atas kebaikan, perhatian, kasih sayang, dan dukungan dalam bentuk

apapun, selama ini.

20. Teman-teman di Hima Pidana 2013 dan teman-teman angkatan 2013 yang

tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang selama ini membantu menambah

wawasan dan berteman selayaknya keluarga baru. See you on top!

Page 15: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

21. Almamater tercinta, Universitas Lampung yang telah memberikan banyak

kenangan, banyak ilmu, banyak teman dan banyak sahabat sampai aku

menjadi seseorang yang berguna bagi almamaterku dan bangsaku.

22. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas semua bantuan dan

dukungannya.

Akhir kata atas bantuan, dukungan, serta doa dan semangat dari kalian, penulis

yang hanya mampu mengucapkan mohon maaf apabila ada yang salah dalam

penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuaan pada

umumnya dan ilmu hukum khususnya hukum pidana.

Bandar Lampung, 30 Agustus 2017

Penulis

Muhammad Guntur Hartotrisno

Page 16: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 7

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ................................................................... 8

E. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 16

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kriminologi ................................................................................ 18

B. Pengertian Kejahatan ..................................................................................... 21

C. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan ............................................................ 25

D. Pengertian Penyimpangan Seksual .................................................................. 34

E. Tinjauan Umum Narapidana ............................................................................ 34

F. Faktor Penyebab Penyimpangan Seksual ........................................................ 37

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah ....................................................................................... 38

B. Sumber dan Jenis Data ................................................................................... 39

C. Penentuan Narasumber .................................................................................... 40

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................................. 41

E. Analisis Data ................................................................................................... 42

Page 17: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

IV. HASIL PEMBAHASAN

A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Penyimpangan Seksual Sesama Jenis ... 44

B. Upaya Penanggulangan Penyimpangan Seksual Oleh Warga Binaan

Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui

Lampung Selatan ............................................................................................. 61

V. PENUTUP

A. KESIMPULAN ............................................................................................... 73

B. SARAN ............................................................................................................ 76

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 77

LAMPIRAN

Page 18: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara luas kriminologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kejahatan yang dapat

dijadikan konsep untuk mencegah terjadinya kejahatan. Berkembangnya studi yang

dilakukan secara ilmiah mengenai tingkah laku manusia memberikan dampak kepada

kurangnya perhatian para pakar kriminologi terhadap hubungan antara hukum dan

organisasi kemasyarakatan. Kemunculan aliran positif mengarahkan para pakar

kriminologi untuk lebih menaruh perhatian kepada pemahaman tentang pelaku

kejahatandaripada sifat dan karakteristik kejahatan, asal mula hukum serta dampak-

dampaknya. Perhatian terhadap hubungan hukum dengan organisasi kemasyarakat

muncul kembali pada pertengahan abad 20, karena hukum mulai dianggap memiliki

peranan penting dalam menentukan sifat dan karaktersitik suatu kejahatan. Para pakar

kriminologi berkeyakinan bahwa pandangan atau perspektif seseorang terhadap

hubungan antara hukum dan masyarakat memberikan pengaruh yang penting dalam

penyelidikan-penyelidikan yang bersifat kriminologis.1

1Mustofa,Muhammad, kriminologi, Jakarta, Fisip, UI Press, 2007.Hlm.2

Page 19: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

2

Penyimpangan seksual dapat diartikan sebagai segala bentuk penyimpangan seksual,

baik arah, minat maupun peninjauan untuk menentukan sikap seksual. Penyimpangan

adalah gangguan atau kelainan. Sedangkan perilaku seksual adalah segala tingkah

laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan

sesama jenis. Bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam mulai dari perasaan

tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Obyek

seksualnya juga bisa berupa orang lain, diri sendiri maupun obyek dalam khayalan.2

Penyimpangan seksual merupakan salah satu bentuk perilaku yang menyimpang

karena melanggar norma–norma yang berlaku. Penyimpangan seksual dapat juga

diartikan sebagai bentuk perbuatan yang mengabaikan nilai dan norma yang

melanggar, bertentangan atau menyimpang dari aturan-aturan hukum.3 Penyimpangan

seksual sering terjadi di dalam Lembaga Pemasyarakatan, yang di lakukan oleh

Warga Binaan Pemasyarakatan di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Hal ini dapat terjadi karena di dalam lembaga pemasyarakatan selain di bedakan oleh

kasus yang dilakukan oleh narapidana serta umur narapidana tersebut, namun di

lembaga pemasyarakatan juga di bedakan menurut jenis kelaminnya. Seperti di

lembaga pemasyarakatan wanita hanya di huni oleh warga binaan pemasyarakatan

berjenis kelamin wanita saja. Sehingga warga binaan pemasyarakatan yang berada di

dalam lembaga pemasyarakatan tidak dapat memenuhi kebutuhan seksualnya dengan

normal.

2Retnaningtias.,Setyaningsih. Perilaku Seksual Remaja Retardasi Mental. Jurnal Priskologi

Proyeksi.Vol.4(2), Hlm.57-72. 3 Supardi, Sawitri. 2006. Bunga Rampai Kasus Gangguan Psikoseksual. Bandung:Refika Aditama.

Page 20: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

3

Warga Binaan Pemasyarakatan adalah narapidana, anak didik pemasyarakatan dan

klien pemasyarakatan. Warga Binaan Pemasyarakatan di tempatkan dan di bina oleh

Lembaga Pemasyarakatan maupun Rumah Tahanan Negara.Dalam pasal 1 angka 3

UU Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Permasyarakatan tempat untuk melaksanakan

pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Sebelum dikenal istilah

lapas di Indonesia, tempat tersebut di sebut dengan istilah penjara.

Indonesia merupakan suatu negara hukum, pernyataan tersebut termuat dalam

penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa “Negara Indonesia

berdasarkan atas hukum (rechtstaat)”. Yang dimaksud dengan Negara Hukum

tersebut ialah Negara yang menegakkan supermasi hukum untuk menegakkan

keadilan dan kebenaran, dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggung-jawabkan

(akuntabel).4

Berbicara tentang pertanggungjawaban, seseorang yang telah melakukan kejahatan

wajib menerima hukuman (sanksi) untuk mengembalikan keseimbangan kehidupan

masyarakat yang baik. Pelaksanaan hukuman itu sebagai tujuan hukum pidana untuk

memenuhi rasa adil yang dikehendaki oleh masyarakat, serta memberi efek jera

kepada pelaku agar tidak mengulangi perbuatannya. Jadi, setiap orang yang telah

melakukan kejahatan wajib dihukum sesuai dengan sanksi dalam perundang-

undangan.

4Majelis Pemusyawaratan Rakyat RI, Panduan Pemasyarakatan UUD NKRI Tahun 1945 (Sesuai

dengan Urutan Bab, Pasal, dan Ayat), Jakarta: Sekjen MPR RI, 2009, hlm. 46.

Page 21: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

4

Sejalan dengan perkembangan zaman, hukum berkembang mengikuti setiap

kebutuhan manusia. Hukum terus mengalami perubahan guna perbaikan-perbaikan di

segala segi kehidupan manusia, tak terkecuali di dalam sistem kepenjaraan di

Indonesia. Sistem kepenjaraan telah mengalami perubahan karena dianggap tidak

sesuai dengan sistem pemasyarakatan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.5

Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas dendam dan

penjeraan yang disertai dengan lembaga "rumah penjara" secara berangsur-angsur

dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan konsep

rehabilitasi dan reintegrasi sosial, agar narapidana menyadari kesalahannya, tidak lagi

berkehendak untuk melakukan tindak pidana dan kembali menjadi warga masyarakat

yang bertanggung jawab bagi diri, keluarga, dan lingkungannya.6

Sistem

pemasyarakatan yang dianut oleh Indonesia, diatur oleh Undang-Undang Nomor 12

Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, hal ini merupakan pelaksanaan dari pidana

penjara yang merupakan perubahan ide secara yuridis filosofis dari sistem

kepenjaraan menjadi ke sistem pemasyarakatan.7

5Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta, PT Raja Grafin, 2011, hlm. 1.

6Siswanto Sunarso, Penegakan Hukum Psikotropika dalam Kajian Sosiologi Hukum, Jakarta, PT Raja

Grafindo Persada, 2004, hlm. 7. 7Dwidja Priyatna, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Bandung, PT Refika Aditama,

2006, hlm. 3.

Page 22: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

5

Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat

Jenderal PemasyarakatanKementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dan

juga merupakan himpunan dari norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar

pada suatu kebutuhan pokok di kehidupan masyarakat.Lembaga Pemasyarakatan

merupakan tahap akhir dari sistem peradilan pidana.

Dalam pembinaannya di Lembaga Pemasyarakatan sering terjadi penyimpangan

seksual sesama jenis di dalam lembaga pemasyarakatan. Hal ini terjadi karena di

dalam Lembaga Pemasyarakatan hanya terdapat Warga Binaan Pemasyarakatan yang

sejenis di tempatkan di dalam lembaga pemasyarakatan itu sendiri. Sebagai contoh

adalah di Provinsi Lampung terdapat beberapa Lembaga Pemasyarakatan, di

antarantya adalah Lembaga Pemasyarakatan Narkotika yang di huni oleh Warga

Binaan Pemasyarakatan laki-laki yang memiliki kasus berkaitan dengan narkotika.

Lalu ada Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak yang di huni oleh Anak Bermasalah

Hukum laki-laki yang melakukan tindak pidana di bawah 17 tahun. Ada Rumah

Tahanan Negara bagi Warga Binaan Pemasyarakatan laki-laki yang belum di putus

oleh hakim. Kemudian ada Lembaga Pemasyarakatan Rajabasa yaitu LP umum yang

di huni oleh Warga Binaan Pemasyarakatan laki-laki. Dan ada Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan. Di dalam Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan sering terjadi

penyimpangan seksual yang di lakukan oleh Warga Binaan Pemasyarakatannya. Baik

di lakukan dengan cara paksaan maupun di lakukan dengan kemauan Warga Binaan

Pemasyarakatan itu sendiri.

Page 23: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

6

Kasus penyimpangan seksualseperti menyukai sesama jenis di dalam lingkungan

Warga Binaan Pemasyarakatan bagaikan penyakit menular, karena banyak Warga

Binaan Pemasyarakatan yang tidak menyukai sesama jenis justru setelah melalui

pendekatan oleh Warga Binaan Pemasyarakatan lain yang menyukai sesama jenis

justru saling memiliki ketertarikan, dan cendrung setelahnya melakukan

penyimpangan seksual yang lebih mengarah ke hal yang lebih dari itu.

Dengan alasan-alasan yang dikemukakan di atas maka penulis terdorong untuk

melakukan kajian lebih mendalam tentang penyimpangan seksualyang di lakukan

oleh Warga Binaan Pemasyarakatan Wanita di dalam Lembaga Pemasyarakatan

Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatandalam bentuk skripsi dengan mengangkat

judul“Analisis Kriminologis Terhadap Penyimpangan Seksual Sesama Jenis Oleh

Warga Binaan Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA

Wayhui Lampung Selatan.”

Page 24: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

7

B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat

dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apasaja yang menyebabkan terjadinya penyimpangan seksual

sesama jenis oleh Warga Binaan Pemasyarakatan wanita di dalam Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Wayhui Lampung Selatan?

2. Bagaimanakah upaya penanggulangan yang dilakukan oleh Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan dalam mencegah

dan menindak lanjuti penyimpangan seksual yang di lakukan Warga Binaan

Pemasyarakatan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui faktor-faktor Apasaja yang menyebabkan terjadi nya

penyimpangan seksual sesama jenis oleh Warga Binaan Pemasyarakatan di

Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan.

b. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang di lakukan Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan dalam mencegah

dan menindak lanjuti penyimpangan seksual yang di lakukan Warga Binaan

Pemasyarakatan.

Page 25: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

8

D.Kerangka Teoritis dan Konseptual

I . Kerangka Teoritis

Pakar Kriminologi Van S. Lambroso dengan teori Lambroso, yang menyebutkan

sebab-sebab kejahatan seorang hanya Kerangkateoritis adalah variable-variable yang

merupakan karakteristik dari pada gejala-gejala tertentu yang dapat menjadi kerangka

acuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap

relavan oleh peneliti.8 Ada dua teori yang penulis gunakan dalam kerangka teoritis ini

yang akan menjadi dasar untuk memecahkan permasalahan yang telah ditentukan

sebelumnya. Teori yang pertama yang digunakan adalah teori penanggulangan

kejahatan Melalui teori-teori tersebut, penulis akan dapat menentukan dan

menemukan jawaban atas permasalahan yang akan dibahas.

a. Teori Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Kejahatan

Ada berbagai faktor penyebab terjadinya suatu tindak kejahatan. Sebagai

kenyataannya, bahwa manusia dalam pergaulan hidupnya sering terdapat

penyimpangan terhadap norma-norma, terutama norma hukum. Di dalam pergaulan

manusia bersama, penyimpangan hukum ini disebut sebagai kejahatan atau

pelanggaran. Kejahatan itu sendiri merupakan masalah sosial yang berada di tengah-

tengah masyarakat.

8Soejono Soeknato, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta:UI-Press, 2012, hlm, 124.

Page 26: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

9

Secarateoritis terdapat beberapa faktor penyebab timbulnya kejahatan (faktor etiologi)

yaitu sebagai berikut:

1) Teori yang menggunakan pendekatan biologis

Yaitu pendekatan yang digunakan dalam kriminolgi untuk menjelaskan sebab

musabab atau sumber kejahatan berdasarkan fakta-fakta dari proses biologis.

2) Teori yang menggunakan pendekatan psikologis

Yaitu pendekatan yang digunakan kriminologi dalam menjelaskan sebab

musabab atau sumber kejahatan berdasarkan masalah-masalah kepribadian dan

tekanan-tekanan kejiwaan yang dapat mendorong seseorang berbuat kejahatan.

3) Teori yang menggunakan pendekatan sosiologi

Yaitu pendekatan yang digunakan kriminologi dalam menjelaskan faktor- faktor

sebab musabab dan sumber timbulnya kejahatan berdasarkan interaksi sosial,

proses-proses sosial, struktur sosial dalam masyarakat termasuk unsur-unsur

kebudayaan.9

Dalam kepustakaan ilmu kriminologi, ada dua faktor yang menyebabkan manusia

melakukan kejahatan, sebagai berikut :

1) Faktor pembawaan yang berkembang dengan sendirinya. Artinya sejak awal

melakukan perbuatan pidana.

9 Yesmil Anwar, Kriminologi, PT Refika Aditama Bandung, Hlm, 30.

Page 27: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

10

2) Faktor lingkungan yaitu adalah lingkungan eksternal (sosial) yang berpengaruh

pada perkembangan psikologi. Karena dorongan lingkungan sekitar, seseorang

melakukan perbuatan pidana.10

Menurut Bonger, bakat merupakan hal yang konstan atau tetap, dan lingkungan

adalah faktor variabelnya dan karena itu juga dapat disebutkan sebagai penyebabnya.

Pandangan bahwa ada hubungan langsung antara keadaan ekonomi dengan

kriminalitas biasanya mendasarkan pada perbandingan masyarakat modern yang

serba kompleks sebagai produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan

urbanisasi memunculkan banyak masalah sosial.

Usaha adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern sangat kompleks,

hal tersebut menjadi tidak mudah. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan

banyak kebimbangan, kecemasan dan konflik, baik konflik eksternal yang terbuka,

maupun konflik internal dalam batin sendiri yang tersembunyi dan tertutup sifatnya.

Sebagai dampaknya banyak orang yang kemudian mengembangkan pola tingkah-laku

menyimpang dari norma-norma umum, dengan jalan berbuat semau sendiri demi

keuntungan sendiri dan kepentingan pribadi, kemudian mengganggu dab merugikan

pihak lain.11

10

Moeljatno. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta:Bina Aksara. 2000. Hlm. 36 11

Moeljatno. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta:Bina Aksara Tahun 2000. Hlm. 36

Page 28: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

11

Dapat ditemukan dalam bentuk-bentuk fisik dan psikis serta ciri, sifat dari tubuh

seseorang. Sebab-sebab kejahatan menjadi faktor utama dalam proses terbentuknya

tindak pidana baik secara langsung maupun tridak langsung. Untuk mencari faktor

yang lebih esensial dari bentuk tindak pidana/kejahatan yang dilakukan secara

sempurna kedudukan ini dapat diartikan dengan faktor kejahatan yang timbul secara

ekstern (faktor luar) maupun intern (faktor dalam) dari pelaku tindak pidana

kejahatan seseorang.12

b. Teori Penanggulangan Kejahatan

Kebijakan atau upaya penanggulangan kejahatan pada hakikatnya merupakan bagian

integral dari upaya perlindungan masyarakat (sosial defence) dan upaya mencapai

kesejahteraan masyarakat (sosial welfare)13

Upaya penanggulangan secara garis besar terbagi atas dua kebijakan yaitu:

1) Kebijakan Pidana dengan Sarana Non Penal

Kebijakan penanggulangan kejahatan dengan sarana non penal lebih bersifat

tindakan pencegahan atau terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah

mengenai faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor

kondusif itu anatara lain, berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi

sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan kejahatan.

Dengan demikian, dilihat dari sudut politik kriminal secara makro dan global,

12

Ibid. Hlm. 39 13

Barda Nawawi Arief,Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana,Jakarta:Prenada Media Group,2010,

hlm, 4.

Page 29: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

12

maka uupaya-upaya nonpenal menduduki posisi kunci dan strategis dari

keseluruhan upaya politik kriminal.

2) Kebijakan Pidana dengan Sarana Penal

Kebijakan penanggulangan penal yaitu usaha dan kebijakan untuk membuat

peraturan hukum pidana yang baik pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari

tujuan penanggulangan kejahatan. Upaya penanggulangan kejahatan dengan

hukum pidana hakikatnya juga merupakan bagian dari usaha penegakan hukum

(khususnya penegakan hukum pidana). Dalam sarana non penal terdapat

kejahatan dengan menggunakan hukum pidana yang di dalamnya terdapat dua

masalah sentral,yaitu:

a) Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana.

b) Sanksi apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan pada pelanggar.

Marc Ancel menyatakan bahwa Penal Policy adalah suatu ilmu sekaligus seni yang

pada akhirnya mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum

positif yang dirumuskan secara lebih baik dan untuk memberi pedoman tidak hanya

kepada pembuat undang-undang, tetapi juga kepada pengadilan yang menerapkan

undang-undang dan juga kepada penyelenggara atau pelaksana putusan pengadilan.14

Usaha dan kebijakan untuk membuat peraturan hukum pidana yang baik pada

hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari tujuan penanggulangan kejahatan.

14

Ibid. Hlm. 23

Page 30: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

13

Kebijakan atau politik hukum pidana juga merupakan bagian dari politik kriminal.

Dengan kata lain, dilihat dari sudut`politik kriminal, maka politik hukum pidana

identik dengan pengertian “Kebijakan Penanggulangan Kejahatan Dengan Hukum

Pidana”.Upaya penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana pada hakikatnya

juga merupakan bagian dari usaha penegakan hukum (khususnya penegakan hukum

pidana). Disamping itu, usaha penanggulangan kejahatan lewat pembuatahn undang-

undang (hukum) pidana pada hakikatnya merupakan bagian integral dari usaha

perlindungan masyarakat (social welfare). Oleh karena itu, wajar apabila kebijakan

atau politik hukum pidana juga merupakan bagian integral dari kebijakan atau politik

sosial.15

Kebijakan Penanggulangan kejahatan yang biasa dikenal dengan istilah “Criminal

Policy”dapat meliputi ruang lingkup yang cukup luas. G.P Hoefnagels

mengemukakan bahwa upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan :

a. Penerapan hukum pidana (criminal law application)

b. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment)

c. Menerangi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dari pemidanaan lewat

media massa (influencing views of society on crime and punishment/mass media)

15

Ibid. Hlm. 28

Page 31: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

14

II. Konseptual

Konseptual merupakan kerangka yang menghubungkan atau menggambarkan

konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang berkaitan dengan

istilah.16

Agar tidak terjadi kesalahpahaman pada pokok permasalahan, maka dibawah

ini penulis memberikan beberapa konsep yang dapat dijadikan pegangan dalam

memahami tulisan ini. Berdasarkan judul akan diuraikan berbagai istilah sebagai

berikut:

a. Analisis adalah memecah atau menguraikan suatu keadaan atau masalah

kedalam beberapa bagian atau elemen dan memisahkan bagian tersebut untuk

dihubungkan dengan keseluruhan atau dibandingkan dengan yang lain17

b. Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

kejahatan. Bonger memberikan definisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan

yang bertujuan menyelidiki gejala-gejala kejahatan seluas-luasnya melalui

definisi.

c. Kriminologis adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena dan metode-

metode atau pengupasan mengenai kejahatan secara umum antara lain dari

aspek psikologis, gejala sosial, sebab-sebab kejahatan, akibat-akibat yang

ditimbulkan dan upaya penanggulangannya.

16

Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. UI Press. 2010. hlm.32 17

Departemen Pendidikan Nasional.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. 1997. hlm. 276

Page 32: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

15

d. Penyimpangan seksual sesama jenis adalah aktivitas seksual yang ditempuh

seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan cara yang tidak

sewajarnya karena dilakukan bersama jenis kelamin yang sejenis.18

Dalam hal

ini terdapat dua penyimpangan seksual sesame jenis, yaitu homoseksual

(kecendrungan seorang laki-laki untuk tertarik pada jenis kelamin yang

sejenis) dan Lesbian (kecendrungan seorang perempuan untuk tertarik pada

jenis kelamin yang sejenis).

e. Tindak pidana dalam konsep KUHP pengertian tindak pidana telah

dirumuskan dalam Pasal 11 Ayat (1) sebagai berikut: “Tindak pidana adalah

perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan

perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan

diancam dengan pidana.”

f. Warga Binaan Pemasyarakatan adalah Narapidana, Anak Didik

Pemasyarakatan dan Klien Pemasyarakatan. Narapidana adalah Terpidana

yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan.

Anak Didik Pemasyarakatan terbagi menjadi tiga yaitu Anak Pidana (anak

yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di Lembaga

Pemasyarakatan Anak paling lama sampai berumur 18 tahun), Anak Negara

(anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada negara untuk

dididik dan ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak paling lama

sampai berumur 18tahun), dan Anak Sipil (anak yang atas permintaan orang

tuanya atau walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di

18

Tim MGMP Sosiologi. 2008. Sosiologi. Kebumen

Page 33: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

16

Lembaga Pemasyarakatan Anak paling lama sampai berumur 18tahun). Klien

Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Klien adalah seseorang yang berada

dalam bimbingan BAPAS19

.

g. Sistem Pemasyarakatan menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995

Tentang pemasyarakatan Pasal 1 ayat 1 adalah suatu tatanan mengenai arah

dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan

Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan

masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar

menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana

sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif

berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga

yang baik dan bertanggung jawab.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan hukum terbagi dalam 5 (lima) bab yang saling

berkaitan dan berhubungan. Sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

I..PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini, penulis menguraikan mengenai latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

19

UNDANG-UNDANG No.12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan

Page 34: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

17

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang Analisis Kriminologis terhadap Penyimpangan seksual sesama

jenis oleh Warga Binaan Pemasyarakatan Wanita di dalam Lembaga Pemasyarakatan

Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang pendekatan masalah, sumber dan jenis data, prosedur

pengumpulan dan pengolahan data, serta tahap akhir berupa analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan rumusan masalah,

yaitu mengenai faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya penyimpangan

seksual sesama jenis di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui

Lampung Selatan dan upaya-upaya apa sajakah yang dilakukan untuk menanggulangi

penyimpangan seksual sesama jenis di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas

IIA Wayhui Lampung Selatan.

V. PENUTUP

Bab ini merupakan kumpulan tulisan mengenai kesimpulan dan saran.

Page 35: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kriminologi

Ilmu pengetahuan membahas masalah kejahatan adalah kriminologi dan

merupakan salah satu ilmu pembantu hukum pidana. Ketika kita berbicara

mengenai definisi kriminologi maka secara etimologis kriminologi berasal dari

kata crime yang berarti kejahatan dan logos yang berarti pengetahuan atau ilmu

pengetahuan, sehingga kriminologi adalah ilmu/pengetahuan tentang kejahatan.

Istilah kriminologi untuk pertama kali tahun 1879 digunakan oleh P. Topinard,

ahli antropologi Perancis, sementara istilah yang banyak dipakai sebelumnya

adalah antropologi criminal.20

Beberapa sarjana terkemuka memberikan definisi mengenai kriminologi sebagai

berikut:21

a) Edwin H. Sutherland: criminology is the body of knowledge regarding

delinquency and crime as social phenomena (kriminologi adalah kumpulan

pengetahuan yang membahas kenakalan remaja dan kejahatan sebagai

gejala sosial).

b) W.A. Bonger: kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan

menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya.

20

5.I.S. Susanto. 2011. Kriminologi. Yogyakarta : Genta Publishing. Hlm. 1. 21

A. S. Alam. 2010. Pengantar Kriminologi. Makassar : Pustaka Refleksi Books. Hlm. 1

Page 36: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

19

c) J. Constant: kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan

menentukan faktor-faktor yang menjadi sebab-musabab terjadinya

kejahatan dan penjahat.

d) WME. Noach: kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki

gejala-gejala kejahatan dan tingkah laku yang tidak senonoh, sebab

musabab serta akibat-akibatnya.

I. Pembagian Kriminologi

Kriminologi dapat dibagi dalam dua golongan besar yaitu22

:

Kriminologi Teoritis Secara teoritis, kriminologi ini dapat dipisahkan kedalam

limacabang pengetahuan. Tiap-tiap bagiannya memperdalam pengetahuannya

mengenai sebab-sebab kejahatan secara teoritis.

a) Antropologi Kriminal

Antropologi kriminal merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tanda-tanda

fisik yang menjadi ciri khas dari seorang penjahat.Misalnya: menurut Lombroso

ciri seorangpenjahat di antaranya: tengkorak panjang, rambutnya lebat, tulang

pelipisnya menonjol keluar, dahinya mencong dan seterusnya.

b) Sosiologi Kriminal

1) Sosiologi kriminal adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan

sebagai sosial. Yang termasuk didalam kategori sosiologi kriminal adalah:

(1) Etiologi Sosial:Yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sebab

-sebab timbulnya suatu kejahatan.

(2) Geografis: Yaitu ilmu yang mempelajari pengaruh timbal balik antara

22

Ibid, hlm.4

Page 37: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

20

letak suatu daerah dengan kejahatan.

(3) Klimatologis: Yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan timbal

balik antara cuaca dan kejahatan.

c) Psikologi Kriminal

Yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan dari sudut ilmu jiwa. Yang

termasuk dalam golongan ini adalah:

(1) Tipologi: Yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari golongan-golongan

penjahat.

(2) Psikologi sosial Kriminal: Yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari

kejahatan dari segi ilmu jiwa social

d) Psikologi dan Neuro Phatologi Kriminal

Yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penjahat yang sakit jiwa/gila.

Misalnya mempelajari penjahat-penjahat yang masih dirawat di rumah sakit jiwa

seperti: rumah sakit jiwa dadi Makassar.

e) Penologi

Yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sejarah, arti dan faedah hukum.

II. Kriminologi Praktis

Yaitu ilmu pengetahuan yang berguna untuk memberantas kejahatan yang timbul

di dalam masyarakat. Dapat pula disebutkan bahwa kriminologi praktis adalah

merupakan ilmu pengetahuan yang diamalkan (applied criminology). Cabang-

cabang dari kriminologi praktis ini adalah:

a) Hygiene Kriminal

Yaitu cabang kriminologi yang berusaha untuk memberantas faktor penyebab

Page 38: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

21

timbulnya kejahatan. Misalnya meningkatkan perekonomian rakyat, penyuluhan

(guidance and counceling) penyediaan sarana olah raga dan lainnya.

b) Politik Kriminal

Yaitu ilmu yang mempelajari tentang bagaimanakah caranya menetapkan hukum

yang sebaik-baiknya kepada terpidana agar dapat menyadari kesalahan serta

berniat untuk tidak melakukan kejahatan lagi. Untuk dapat menjatuhkan hukuman

yang seadil-adilnya, maka diperlukan keyakinan serta pembuktian, sedangkan

untuk dapat memperoleh semuanya itu diperlukan penyelidikan tentang

bagaimanakah teknik seorang penjahat melakukan suatu kejahatan.

c) Kriminalistik (police scientific)

Ilmu tentang penyelidikan teknik kejahatan dan penangkapan pelaku kejahatan.

B. Pengertian Kejahatan

Pertama dari sudut pandang hukum (a crime from the legal point of view) batasan

kejahatan dari sudut pandang ini adalah setiap tingkah laku yang melanggar

hukum pidana. Jeleknya suatu perbuatan sepanjang perbuatan itu tidak dilarang di

dalam perundang-undangan pidana perbuatan itu tetap sebagai perbuatan yang

bukan kejahatan. Dari sudut pandang masyarakat (a crime from the sociological

point of view), batasan kejahatan dari sudut pandang ini adalah setiap perbuatan

yang melanggar norma-norma yang masih hidup di dalam masyarakat.23

23

Ibid, hlm. 67.

Page 39: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

22

1. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan

Dalam upaya mencari penjelasan mengenai faktor penyebab terjadinya kejahatan,

terdapat teori-teori tentang sebab-sebab kejahatan yang telah dikemukakan oleh

para kriminolog. Dalam perkembangannya tentang kejahatan atau kriminologi

terus menimbulkan berbagai pendapat dari berbagai pakar kriminolog dan pakar

ilmu hukum.

Berikut ini teori penyebab kejahatan:

A. Teori Labeling

Para penganut labeling theory memandang para kriminal bukan sebagai orang

yang bersifat jahat(evil) yang terlibat dalam perbuatan-perbuatan bersifat salah

terhadap mereka adalah individu-individu yang sebelumnya pernah berstatus jahat

sebagai pemberian sistem peradilan pidana maupun secara luas. Dipandang dari

perspektif ini, perbuatan kriminal tidak sendirinya signifikan, justru reaksi sosial

atasnyalah signifikan. Jadi, penyimpangan dan kontrol atasnya terlibat dalam

suatu proses definisi sosial dimana tanggapan dari pihak lain terhadap tingkah

laku seorang individu merupakan pengaruh kunci terhadap tingkah laku

berikutnya dan juga pandangan individu pada diri mereka sendiri:

Tokoh-tokoh penganut teori labeling antara lain :

1. Becker, melihat kejahatan itu sering kali bergantung pada mata si pengamat

karena angota-anggota dari kelompok-kelompok yang berbeda memiliki

perbedaan konsep tentang apa yang disebut baik dan layak dalam situasi

tertentu.

Page 40: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

23

2. Howard, berpendapat bahwa teori labeling dapat dibedakan dalam dua bagaian,

yaitu :

a. Persoalan tentang bagaimana dan mengapa seseorang memperoleh cap atau

label.

b. Efek labeling terhadap penyimpangan tingkah laku berikutnya.

3. Scharg, menyimpulkan asumsi dasar teori labeling sebagai berikut :

a. Tidak ada satu perbuatan yang terjadi dengan sendirinya bersifat kriminal.

b. Rumusan atau batasan tentang kejahatan dan penjahat dipaksakan sesuai

dengan kepentingan mereka yang memiliki kekuasaan.

c. Seseorang menjadi penjahat bukan karena ia melanggar udang-undang

melainkan karena ia ditetapkan oleh penguasa.

d. Sehubungan dengan kenyataan bahwa setiap orang dapat berbuat baik dan

tidak baik, tidak berarti bahwa mereka dapat dikelompokkan menjadi dua

bagian kelompok kriminal dan non kriminal.24

e. Tindakan penangkapan merupakan awal dari proses labeling.

f. Penangkapan dan pengambilan keputusan dalam sistem peradilan pidana

adalah fungsi dari pelaku sebagai lawan dari karakteristik pelanggarannya.

g. Usia, tingkat sosial-ekonomi, dan ras merupakan karakteristik umum pelaku

kejahatan yang menimbulkan perbedaan pengambilan keputusan dalam sistem

peradilan pidana.

h. . Sistem peradilan pidana dibentuk berdasarkan perspektif kehendak bebas

yang memperkenalkan penilaian dan penolakan terhadap mereka yang

dipandang sebagai penjahat.

24

Ibid.Hal. 79

Page 41: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

24

i. Labeling merupakan suatu proses yang akan melahirkan identifikasi dengan

citra sebagai deviant dan menghasilkan rejection of the rejector.

B. Teori Konflik

Teori konflik lebih mempertanyakan proses perbuatan hukum. Untuk memahami

pendekatan atau teori konflik ini, kita perlu secara singkat melihat model

tradisional yang memandang kejahatan dan peradilan pidana sebagai lahir dari

consensus masyarakat (communal consensus). Menurut model consensus, anggota

masyarakat pada umumnya sepakat tentang apa yang benar dan apa yang salah,

dan bahwa intisari dari hukum merupakan kodifikasi nilai-nilai sosial yang

disepakati tersebut. Model konsensus ini melihat masyarakat sebagai suatu

kesatuan yang stabil dimana hukum diciptakan “for the general good” (untuk

kebaikan umum). Fungsi hukum adalah untuk mendamaikan dan

mengharmonisasi banyak kepentingan-kepentinganyang oleh kebanyakan anggota

masyarakat dihargai, dengan pengorbanan yang sedikit mungkin.

Sedangkan model konflik, mempertanyakan tidak hanya proses dengan mana

seseorang menjadi kriminal, tetapi juga tentang siapa di masyarakat yang

memiliki kekuasaan (power) untuk membuat dan menegakkan hukum. Para

penganut teori konflik bertentangan konsensus tentang asal lahirnya hukum

pidana dan penegakannya.

C. Teori Radikal

Para kriminolog marxis dari inggris yaitu Ian Taylor, Paul Walton dan Jack

Young menyatakan bahwa kelas bawah kekuatan buruh dari masyarakat industri

Page 42: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

25

dikontrol melalui hukum pidana para penegaknya, sementara pemilik buruh itu

sendiri hanya terikat oleh hukum perdata yang mengatur persaingan antar mereka.

Institusi ekonomi kemudian merupakan sumber dari konflik, pertarungan antar

kelas selalu berhubungan dengan distribusi sumber daya dan kekuasaan, dan

hanya apabila kapitalisme dimusnahkan maka kejahatan akan hilang.

C. Pengertian LembagaPemasyarakatan

Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan

Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang

merupakan bagian akhirdari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.

Sedangkan Lembaga Pemasyarakatan atau yang selanjutnya di sebut dengan

LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak

Didik Pemasyarakatan25

.

I. Tujuan Lembaga Pemasyarakatan

Terdapat beberapa tujuan Lembaga Pemasyarakatan, yaitu :

1. Membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia

seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi

tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan

masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup

secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

2. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang ditahan di

Rumah Tahanan Negara dan Cabang Rumah Tahanan Negara dalam

25

UU No.12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan

Page 43: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

26

rangka memperlancar proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di

sidang pengadilan

3. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan / para pihak

berperkara serta keselamatan dan keamanan benda-benda yang disita

untuk keperluan barang bukti pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan di sidang pengadilan serta benda-benda yang dinyatakan

dirampas untuk negara berdasarkan putusan pengadilan.26

II. Sasaran Lembaga Pemasyarakatan

Sasaran pembinaan dan Pembimbingan agar Warga Binaan Pemasyarakatan

adalah meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan yang pada awalnya

sebagian atau seluruhnya dalam kondisi kurang, yaitu ;

1. Kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kualitas intelektual

3. Kualitas sikap dan perilaku

4. Kualitas profesionalisme / ketrampilan ; dan

5. Kualitas kesehatan jasmani dan rohani

Sasaran pelaksanaan sistem pemasyarakatan pada dasarnya terwujudnya tujuan

pemasyarakatan yang merupakan bagian dan upaya meningkatkan ketahanan

sosial dan ketahanan nasional, serta merupakan indikator-indikator yang

digunakan untuk mengukur hasil-hasil yang dicapai dalam pelaksanaan sistem

pemasyarakatan sebagai berikut :

26

UU No.12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

Page 44: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

27

1. Isi Lembaga Pemasyarakatan lebih rendah daripada kapasitas.

2. Menurunnya secara bertahap dari tahun ke tahun angka pelarian dan

gangguan kamib.

3. Meningkatnya secara bertahap jumlah Narapidana yang bebas sebelum

waktunya melalui proses asimilasi dan integrasi.

4. Semakin menurunya dari tahun ketahun angka residivis.

5. Semakin banyaknya jenis-jenis institusi sesuai dengan kebutuhan berbagai

jenis / golongan Narapidana.

6. Secara bertahap perbandingan banyaknya narapidana yang bekerja

dibidang industri dan pemeliharaan adalah 70:30.

7. Prosentase kematian dan sakit Warga Binaan Pemasyarakatan sama

dengan prosentase di masyarakat.

8. Biaya perawatan sama dengan kebutuhan minimal manusia Indonesia pada

umumnya.

9. Lembaga Pemasyarakatan dalam kondisi bersih dan terpelihara, dan

10. Semakin terwujudnya lingkungan pembinaan yang menggambarkan

proyeksi nilai-nilai masyarakat ke dalam Lembaga Pemasyarakatan dan

semakin berkurangnya nilai-nilai sub kultur penjara dalam Lembaga

Pemasyarakatan.

III. Fungsi Lembaga Pemasyarakatan

Pada dasarnya lembaga kemasyarakatan mempunyai beberapa fungsi antara lain:

1. Memberikan pedoman bagi anggota masyarakat, bagai mana mereka harus

bertingkah laku atau bersikap didalam menghadapi masalah-masalah

Page 45: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

28

dalam masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.

2. Menjaga keutuhan masyarakat.

3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem

pengendalian social (social control). Artinya, sistem pengawasan

masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.

IV. Jenis Lembaga Pemasyarakatan

Jenis-jenis lembaga pemasyarakatan dibagi atas berbagai tipe sesuai dengan

berbagai sudut pengamatan yaitu27

:

1. Dari sudut perkembangannya kelembagaan terdiri dari Criscive Institution

and Enacted Institution. Yang pertama merupakan lembaga yang tumbuh

dari kebiasaan masyarakat. Sementara yang kedua dilahirkan dengan

sengaja untuk memenuhi kebutuhan manusia.

2. Dari sudut sistem nilai kelembagaan masyarakat dibagi menjadi dua yakni

Basic institution and Subsidiary Institution. Yang pertama merupakan

lembaga yang memegang peranan penting dalam mempertahankan tata

tertib masyarakat sementara yang kedua kurang penting karena hanya jadi

pelengkap.

3. Dari sudut penerimaan masyarakat, terdiri dari dua yaitu Sanctioned

Institution and unsanctioned Institution. Yang pertama merupakan

kelompok yang dikehendaki seperti sekolah dll, sementara yang kedua

ditolak meski kehadirannya akan selalu ada. Lembaga ini berupa

pesantren sekolah, lembaga ekonomi lain dan juga lembaga kejahatan.

27

Dwidja, Priyatno.Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Bandung, Refika Aditamma. 2006.

Page 46: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

29

4. Dari sudut faktor penyebabnya dibedakan atas General institutional and

Restriktic Institutional. Yang pertama merupakan organisasi yang umum

dan dikenal seluruh masyarakat contoh agama, sementara yang kedua

merupakan bagian dari institusi yakni Islam, Kristen, dan agama lainnya.

5. Dari sudut fungsinya dibedakan atas dua yaitu Operatif Institutional and

regulatif Institutional. Yang pertama berfungsi untuk mencapai tujuan,

sementara yang kedua untuk mengawasi tata kelakuan nilai yang ada di

masyarakat.

V. Tujuan Pembinaan Dalam Sistem Pemasyarakatan

Tujuan pembinaan narapidana yang di tawarkan oleh C.I Harsono adalah

kesadaran. Untuk memperoleh kesadaran dalam diri seseorang, maka seseorang

harus mengenal diri sendiri. Diri sendiri yang mampu merubah seseorang untuk

menjadi lebih baik, lebih maju, lebih positip. Tanpa mengenal diri sendiri, terlalu

suloit dan bahkan tidak mungkin seseorang akan merubah diri.28

Kesadaran akan tujuan pembinaan narapidana, cara mencapainya dilakukan

berbagai tahap:29

1. Mengenal diri sendiri. Dalam tahap mengenal diri sendiri narapidana

dibawa dalam suasana dan situasi yang dapat merenungkan, menggali, dan

mengenali diri sendiri. Mengenal diri sndiri adalah mengenal hal-hal yang

positif dan negatif, hal yang mendasar yaitu manusia adalah sebagai

mahluk tuhan yang mempunyai misi, tugas sebagai hamba tuhan,

28

Diah Gustiani Maulani, S.H., M. Hum., Rini Fatonah S.H., M.H dan Dona Raisa Monica S.H.,

M.H., Hukum Penitensia dan Sistem Pemasyarakatan di Indonesia (Bandar Lampung: Pusat

Kajian Konstitusi dan Peraturan Perundang-Undangan Fakultas Hukum Universitas Lampung),

hlm. 67 29

Ibid. hlm. 67-68

Page 47: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

30

memahami hubungan manusia dengan tuhannya, sebagai mahluk individu,

sebagai anggota masyarakat dan sebagai bangsa.

2. Memiliki kesadaran beragama, mampu mewujudkan kesadaran tersebut

dalam tindakan dan perbuatan sebagai mahluk beragama.

3. Mengenal potensi diri, dan mampu mengembangkan potensi diri.

4. Mengenal cara memotivasi, yaitu mampu memotivasi diri sendiri kearah

yang positif, tidak berhenti berusaha, menatap masa depan sebagai

harapandan membuang masa lalu sebagai sejarah yang tak terulang.

5. Mampu memotivasi orang lain, kelompok dan keluarga maupun

masyarakat sekelilingnya.

6. Mampu memiliki kesadaran yang tinggi baik untuk diri sendiri, keluarga,

kelompoknya, masyarakat sekelilingnya, agama, bangsa dan negaranya.

7. Mampu berfikir dan bertindak berdasarkan keputusannya.

8. Memiliki kepercayaan diri yang kuat.

9. Memiliki tanggung jawab.

10. Menjadi pribadi yang utuh, yaitu mampu menghadapi segala tantangan,

hambatan, halangan dan rintangan dalam masalah apapun pada setiap

langkah kehidupannya. Menjadi manusia yang konsekuen, berkepribadian,

bertanggung jawab, berorientasi kedepan, selalu ingin maju dengan

berfikir yang positif.

Page 48: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

31

Pembinaan yang dilaksanakan dilakukan melalui beberapa tahapan. Pembinaan

yang dilaksanakan berdasarkan Surat Edaran No. KP.10.13/3/1 tanggal 8 Februari

1965 tentang Pemasyarakatan sebagai proses, maka pembinaan Narapidana

dewasa dilaksanakan melalui empat (4) tahapan sebagai suatu kesatuan proses

yang bersifat terpadu, yaitu :

1. Tahap Pertama

Terhadap setiap Narapidana yang masuk di Lembaga Pemasyarakatan

dilakukan penelitian untuk mengetahui segala hal ikhwal perihal dirinya,

termasuk sebab-sebab Narapidana melakukan pelanggaran dan segala

keterangan mengenai dirinya yang dapat diperoleh dari keluarga, bekas

majikan atau atasannya, teman sekerja, si korban dari perbuatannya, serta dari

petugas instansi lain yang telah menangani perkaranya. Pembinaan pada

tahap ini disebut pembinaan tahap awal, dimana kegiatan masa pengamatan,

penelitian dan pengenalan lingkungan untuk menentukan perencanaan

pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian yang

waktunya dimulai pada saat yang bersangkutan berstatus sebagai Narapidana

sampai dengan 1/3 (sepertiga) dari masa pidananya. Pembinaan pada tahap ini

masih dilakukan dalam Lembaga Pemasyarakatan dan pengawasannya

maksimun (maksimum security).

Page 49: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

32

2. Tahap Kedua

Jika proses pembinaan terhadap narapidana yang bersangkutan telah

berlangsung selama-lamanya 1/3 dari masa pidana yang sebenarnya dan

menurut pendapat Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) sudah dicapai cukup

kemajuan, antara lain menunjukkan keinsyafan, perbaikan disiplin dan patuh

pada peraturan tata tertib yang berlaku di lembaga, maka kepada narapidana

yang bersangkutan diberikan kebebasan lebih banyak dan ditempatkan pada

LAPAS melalui pengawasan medium security.

3. Tahap Ketiga

Jika proses pembinaan terhadap Narapidana telah dijalani ½ (setengah) dari

masa pidana yang sebenarnya dan menurut TPP telah dicapai cukup

kemajuankemajuan, baik secara fisik maupun mental dan juga dari segi

ketrampilannya, maka wadah proses pembinaannya diperluas dengan

program Asimilasi yang pelaksanaannya terdiri dari 2 (dua) bagian, antara

lain:

a. Waktunya dimulai sejak berakhirnya tahap awal sampai dengan ½

(setengah) dari masa pidananya. Pada tahap ini pembinaan masih

dilaksanakan di dalam Lembaga Pemasyarakatan dan pengawasannya

sudah memasuki tahap medium-security.

Page 50: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

33

b. Pada tahapan ini waktunya dimulai sejak berakhirnya masa lanjutan

pertama sampai dengan 2/3 (dua pertiga) masa pidananya. Dalam tahap

lanjutan ini Narapidana sudah memasuki tahap Asimilasi dan selanjutnya

dapat diberikan pembebasan bersyarat atau cuti menjelang bebas dengan

pengawasan minimum security.

4. Tahap Keempat

Jika proses pembinaan telah menjalani 2/3 (dua pertiga) dari masa pidana

yang sebenarnya atau sekurang-kurangnya 9 (sembilan) bulan. Pembinaan ini

disebut pembinaan tahap akhir yaitu kegiatan berupa perencanaan dan

pelaksanaan program integrasi yang dimulai sejak berakhirnya tahap lanjutan

sampai dengan berakhirnya masa pidana dari Narapidana yang bersangkutan.

Pembinaan pada tahap ini terhadap Narapidana yang telah memenuhi syarat

untuk diberikan cuti Menjelang Bebas atau Pembebasan Bersyarat dan

pembinaannya dilakukan di luar Lembaga Pemasyarakatan oleh Balai

Pemasyarakatan yang kemudian disebut Pembimbing Klien Pemasyarakatan.

Pembimbingan adalah pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas

ketaqwaan terhadapa Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan prilaku

profesional, kesehatan jasmani dan rohani Klien Pemasyarakatan.

Page 51: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

34

D. PengertianPenyimpangan Seksual

Pengertian penyimpangan seksual adalah segala bentuk penyimpangan seksual,

baik arah, minat maupun orientasi seksual. Penyimpangan adalah gangguan atau

kelainan. Sedangkan perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong

oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis.

Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam mulai dari perasaan

tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Obyek

seksualnya juga bisa berupa orang lain, diri sendiri maupun obyek dalam

khayalan.Penyimpangan seksual merupakan salah satu bentuk perilaku yang

menyimpang karena melanggar norma–norma yang berlaku Penyimpangan

seksual dapat juga diartikan sebagai bentuk perbuatan yang mengabaikan nilai dan

norma yang melanggar, bertentangan atau menyimpang dari aturan-aturan

hukum.30

E. Tinjauan Umum Narapidana

Pengertian narapidana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang

hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana) atau

terhukum.31

MenurutPasal 1 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan.

Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di

Lembaga Pemasyarakatan . Seluruh penghuni Lembaga Pemasyarakatan atau

Lapas disebut dengan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) terdiridari :

30

Marpuang, Leden. 2004. Kejahatan terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya. Jakarta: Sinar Grafika. 31

Poerwo Darminto WJI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1984, hlm. 215.

Page 52: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

35

1. Narapidana

2. AnakDidikPemasyarakatan

1) Pasal 1 angka 8 huruf a UU Pemasyarakatan menyebutkan bahwa

Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan

diserahkan pada Negara untuk dididik dan di tempatkan di Lapas.

Anak paling lama sampai berumur 18 (delapanbelas) tahun.

2) Pasal 1 angka 8 huruf b UU Pemasyarakatan yang disebut Anak

Negara, yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan

diserahkan pada Negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas.

Anak paling lama sampai berumur 18 (delapanbelas) tahun.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, pengertian narapidana

adalah seseorang yang melakukan tindak kejahatan dan telah menjalani

persidangan, telah divonis hukuman pidana serta ditempatkan dalam suatu

bangunan yang disebut penjara. Sekalipun narapidana berada di dalam Lembaga

Pemasyarakatan, mereka tetap mempunyai hak dimana hak tersebut diatur di

dalam Pasal 14 Undang-UndangNomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Adapunhak-haktersebutadalah:

a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;

b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani;

c. Mendapat pendidikan dan pengajaran;

d. Mendapat pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;

e. Menyampaikan keluhan;

Page 53: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

36

f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massal lainnya

yang tidak dilarang;

g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan;

h. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu

lainnya;

i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi);

j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga;

k. Mendapatkan pembebasan bersyarat;

l. Mendapatkan cuti menjelang bebas; dan

m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan

yang berlaku. 32

Hak antara narapidana perempuan dan narapidana pria sama saja, hanya dalam hal

ini karena narapidananya adalah wanita maka ada beberapa hak yang mendapat

perlakuan khusus dari narapidana pria yang berbeda dalam beberapa hal, dianta

ranyak arena wanita mempunyai kodrat yang tidak dipunyai oleh narapidana pria

yaitu menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui maka dalam hal ini hak-hak

narapidana wanita perlumen dapat perhatian yang khusus baik menurut Undang-

Undang maupun oleh petugas lembaga Pemasyarakatan diseluruh wilayah

Indonesia.

32

Diah Gustiani, Rini Fathonah & Dona Raisa, Loc.Cit.

Page 54: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

37

F. Faktor Penyebab Penyimpangan Seksual

Faktor-faktor penyebab penyimpangan seksual dapat disebabkan karena beberapa

faktor salah satunya adalah :

1. Biologis, dalamkehidupan manusia perubahan biologis dapat

meningkatkan serta mengaktifkanhormonal manusia sehingga dalam hal

ini rawan terjadinya penyimpangan seksual

2. Lingkungan, pengaruh lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab

penyimpangan seksual yang utama terutama saat masa puberitas manusia

masih labil dan cendrung mengikuti lingkungannya.

3. Psikologis, merupakan keyakinan maupun kepribadian seseorang dalam

berkehidupan. Psikologis yang tidak normal seperti kangguan psikologis

manusia dapat mengakibatkan terjadinya penyimpangan seksual.

Page 55: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis

normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai kaidah yang dianggap

sesuai dengan penelitian yuridis normatif atau penelitian hukum tertulis. Pendekatan

yuridis normatif dilakukan dengan cara melihat, menelaah hukum serta hal yang

bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, sejarah hukum, perbandingan

hukum, taraf sinkronisasi yang berkenaan dengan masalah yang akan dibahas. Secara

operasional pendekatan ini dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi literatur,

dan mengkaji beberapa pendapat dari orang yang dianggap kompeten terhadap

masalah hak-hak tersangka.

Sedangkan pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan menelaah hukum dalam

kenyataan atau berdasarkan fakta yang didapat secara obyektif di lapangan baik

berupa data, informasi, dan pendapat yang didasarkan pada identifikasi hukum dan

efektifitas hukum, yang didapat melalui wawancara dengan akademisi yang

berkompeten terkait dengan masalah yang penulis angkat dalam penelitian ini.

Page 56: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

39

B. Sumber dan JenisData

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber pertama.Dengan

demikian data primer yang diperoleh langsung dari obyek penelitian di lapangan yang

tentunya berkaitan dengan pokok penelitian. Penulis akan mengakaji dan meneliti

sumber data yang diperoleh dari hasil wawancara responden, dalam hal ini adalah

pihak-pihak yang terkait Analisis Kriminologis penyimpangan seksual sesama jenis

di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan dengan

cara melakukan studi kepustakaan, yakni melakukan studi dokumen, arsip dan

literatur-literatur dengan mempelajari hal-hal yang bersifat teoritis, konsep-konsep,

pandangan-pandangan, doktrin dan asas-asas hukum yang berkaitan dengan pokok

penulisan, serta ilmu pengetahuan hukum mengikat yang terdiri dari bahan hukum

antara lain :

a. Bahan hukum primer yaitu terdiri dari ketentuan perundang-undangan:

1)Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang

pemasyarakatan.

2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor6

Tahun 2013 tentang tata tertib Lembaga Pemasyarakatan.

Page 57: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

40

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang berhubungan dengan bahan

hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum

primer antara lain literatur dan referensi.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus, hasil-hasil penelitian para

sarjana berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

C.Penentuan Narasumber

Populasi yaitu jumlah keseluruhan dari unit analisa yang dapat diduga-duga.Populasi

adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri dan karakteristik yang

sama.Sampel merupakan sejumlah objek yang jumlahnya kurang dari populasi.

Adapun Responden dalam penelitian ini sebanyak 3 (tiga) orang, yaitu:

1. Pegawai LP Wanita Klas IIA Wayhui : 3 Orang

2. Warga Binaan Pemasyarakatan LPW Wayhui : 1 Orang

3. Pisikolog : 1 Orang

4. Dosen Fakultas Hukum UNILA : 1 Orang+

Jumlah : 6 Orang

Page 58: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

41

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan

studi lapangan.

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dimaksud untuk memperoleh data-data sekunder. Dalam hal ini

penulis melakukan serangkaian kegiatan studi dokumenter dengan cara membaca,

mencatat, menyadur, mengutip buku-buku atau referensi dan menelaah perundang-

undangan, dokumen dan informasi lain yang ada hubungannya dengan permasalahan.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan usaha untuk mendapatkan data primer dan dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara terpimpin, yaitu dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan yang ada

dalam penelitian ini. Pertanyaan yang telah dipersiapkan diajukan kepada pihak-pihak

yang bersangkutan dengan maksud untuk mendapatkan data, tanggapan, dan juga

jawaban dari responden.Selain itu, untuk melengkapi penulisan ini penulisa juga

melakukan observasi untuk melengkapi data-data dan fakta-fakta yang berkaitan

dengan permasalahan.

Page 59: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

42

2. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh baik dari studi lapangan maupun dari studi kepustakaan

diolah dengan beberapa cara sebagai berikut:

1) Seleksi data, yaitu data yang diperoleh diperiksa dan diteliti mengenai

kelengkapan, kejelasan, kebenaran, sehingga terhindar dari kekurangan dan

kesalahan.

2) Klasifikasi data, yaitu mengelompokkan data yang telah diseleksi dengan

mempertimbangkan jenis dan hubungannya guna mengetahui tempat masing-masing

data.

3) Sistematisasi data, yaitu dengan menyusun dan menempatkan data pada pokok

bahasan atau permasalahan dengan susunan kalimat yang sistematis sesuai dengan

tujuan penelitian

E. Analisis Data

Setelah data sudah terkumpul data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya adalah

dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan

data dan fakta yang dihasikan atau dengan kata lain yaitu dengan menguraikan data

dengan kalimat-kalimat yang tersusun secara terperinci, sistematis dan analisis,

sehingga akan mempermudah dalam membuat kesimpulan dari penelitian dilapangan

dengan suatu interpretasi, evaluasi dan pengetahuan umum.

Page 60: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

43

Setelah data dianalisis maka kesimpulan terakhir dilakukan dengan metode induktif

yaitu berfikir berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian dilanjutkan

dengan pengambilan yang bersifat khusus.

Page 61: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan:

1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab warga binaan pemasyarakatan

melakukan penyimpangan seksual sesama jenis di Lembaga Pemasyarakatan

Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan,berdasarkan penelitian, yaitu:

a. Faktor Biologis

Faktor biologis yaitu faktor sebagai hasrat pelaku kejahatan untuk

menyalurkan kebutuhan seksual yang tidak tersalurkan, sehingga

penyaluran tersebut dilakukan dengan melanggar hukum atau bukan pada

tempat yang tepat karena kurang nya ketaatan dalam menjalankan perintah

agama, kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai akidah dari dalam diri

pelaku.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang menjelaskan sebab-musabab atau sumber kejahatan

berdasarkan masalah-masalah kepribadian dan tekanan-tekanan kejiwaan

yang dapat mendorong seseorang berbuat kejahatan, karena adanya

Page 62: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

74

perilaku seksual yang menyimpang sehingga menuntun seseorang tersebut

kepada tingkah laku komplusif dan patologis. Hal ini disebabkan oleh

multifaktoral, yang mencakup gejala-gejala di luar dan di dalam pribadi

yang berkaitan.

c. Faktor Sosiologis

Faktor Sosiologi smerupakan suatu penjelasan yang menjelaskan sumberti

mbulnya kejahatan berdasarkan interaksi sosial, proses-proses sosial,

struktur-struktur sosial dalam Lembaga Pemasyarakatan.Dalam faktor

sosiologis, timbulnya seseorang untuk melakukan penyimpangan seksual

sesama jenis didalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui

Lampung Selatan karena kurangnya rasa kepedulian dan perhatian dari

keluarga terdekat warga binaan pemasyarakatan sehingga penyimpangan

seksual sesama jenis dapat terjadi saat warga binaan pemasyarakatan mulai

saling memberikan kepedulian dan rasa perhatian antar warga binaan

pemasyarakatan.

d. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor dimana warga binaan

pemasyarakatan melakukan aktifitas kesehariannya bersama orang-orang

serta lingkungannya, didalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA

Wayhui Lampung Selatan lingkungan yang ada hanya ada warga binaan

pemasyarakatan wanita, serta banyaknya warga binaan pemasyarakatan

melebihi kapasitas Lembaga Pemasyarakatan, hal ini memungkinkan

adanya kesempatan perlakuan penyimpangan seksual sesama jenis

didalam Lembaga Pemasyarakatan.

Page 63: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

75

2. Upaya penanggulangan yang dilakukan dalam menanggulangi tindak pidana

pencabulan antara lain:

a. Upaya yang bersifat preventif antara lain memberikan aktifitas-aktifitas

didalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung

Selatan, seperti pemberian aktifitas rohani secara rutin agar warga binaan

pemasyarakatan dapat membentengi diri dengan keimanan. Serta kegiatan

seperti pemberian keterampilan-keterampilan yang diharapkan agar warga

binaan pemasyarakatan mengisi waktunya di Lembaga Pemasyarakatan

Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan dengan kegiatan positif dan

tidak memberikan waktu untuk warga binaan pemasyarakatan melakukan

penyipangan seksual sesama jenis.

b. Upaya yang bersifat represif merupakan suatu bentuk upaya yang

menitikberatkan pada suatu penindasan, pemberantasan dan penumpasan

untu memberikan efek jera bagi para pelaku tindak kejahatan. Upaya

penanggulangan ini berupa memindahkan warga binaan pemasyarakatan

kedalam sel pengasingan.

Page 64: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

76

B. Saran

1. Jumlah warga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan yang

melebihi kapasitas diharapkan agar ditambah kapasitas Lembaga

Pemasyarakatan dengan menambah sel dan blok penjara.

2. Agar diintensifkan lagi penyuluhan kerohanian agar dapat meningkatkan

keimanan warga binaan pemasyarakatan. Serta menambahkan pegawai

Lembaga Pemasyarakatan agar dapat membina dan melakukan

pengawasan dengan efektif.

Page 65: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Andi Hamzah. 2001. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Jakarta :

Ghalia Indonesia.

A. S. Alam. 2010. Pengantar Kriminologi. Makassar : Pustaka Refleksi.

Barda Nawawi Arief. 2010. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan

Penanggulangan Kejahatan. Jakarta : Prenada Media Group.

Arrasid, Chainur. 1998. Pengantar Psikologi Kriminal. Medan : Fakultas Hukum

USU.

Diah Gustiani Maulani, S.H., M. Hum. Dkk.2013 . Hukum Penitensia dan Sistem

Pemasyarakatan di Indonesia. Bandar Lampung: Pusat Kajian Konstitusi

dan Peraturan Perundang-Undangan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Dwidja, Priyatno. 2006. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia.

Bandung, : Refika Aditamma.

I.S. Susanto. 2011. Kriminologi. Yogyakarta : Genta Publishing.

Majelis Pemusyawaratan Rakyat RI. 2009. Panduan Pemasyarakatan UUD NKRI

Tahun 1945. Jakarta: Sekjen MPR RI.

Marpuang, Leden. 2004. Kejahatan terhadap Kesusilaan dan Masalah

Prevensinya. Jakarta: Sinar Grafika.

Moeljatno. 2000. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta : Bina Aksara.

Mustofa, Muhammad. 2007. Kriminologi. Jakarta : Fisip, UI Press.

Santoso, Topo, dan Achjani Zulfa, Eva. 2001. Kriminologi. Jakarta: Rajawali

Pers.

Satjipto Rahardjo. 1998. Bunga Rampai Permasalahan Dalam Sistem Peradilan

Pidana. Jakarta : Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum.

Page 66: ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN …digilib.unila.ac.id/28405/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nama lengkap penulis adalah Muhammad Guntur Hartotrisno, penulis dilahirkan

Soekanto, Soerjono. 1993. Beberapa Catatan Tentang Psikologi Hukum. Jakarta :

PT Raja Grafin

- - - - - - - - -. 1999. Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.

- - - - - - - - -. 2010. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. UI Press.

- - - - - - - - -. 2011. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta : PT Raja Grafin

- - - - - - - - -. 2012. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI-Press.

Supardi, Sawitri. 2006. Bunga Rampai Kasus Gangguan Psikoseksual. Bandung :

Refika Aditama.

Tim MGMP Sosiologi. 2008. Sosiologi. Kebumen

Yesmil Anwar. 2007. Kriminologi. Bandung : PT Refika Aditama.

B. Peraturan Perundang-Undang

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

C. Sumber Lain

Departemen Pendidikan Nasional. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta

: Balai Pustaka.

Poerwo Darminto WJI. 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka.

Retnaningtias.,Setyaningsih. Perilaku Seksual Remaja Retardasi Mental. Jurnal

Priskologi Proyeksi.Vol.4(2), Hlm.57-72.