analisis kawasan rawan bencana tanah...

9
ANALISIS KAWASAN RAWAN BENCANA TANAH LONGSOR DI DAS KONTO HULU MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Wingga Aditya Ramadhion, Dian Sisinggih, Runi Asmaranto Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya Fakultas Taknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 - Telp (0341)567886 Email: [email protected] ABSTRAK Das Konto Hulu merupakan daerah yang berpotensi terjadi bencana tanah longsor. karena memiliki kemiringan lereng curam (> 25%) dengan jenis tanah dominan adalah regosol yang memiliki sifat peka erosi dan curah hujan tahun 2014 lebih dari 2000 mm/tahun. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk meminimalisir akibat yang akan ditimbulkan dengan melakukan pemetaan daerah rawan longsor untuk mengetahui sebaran daerah rawan longsor sehingga kita bisa merumuskan upaya penanggulangan. Pemetaan menggunakan tujuh parameter yaitu kemiringan lereng, curah hujan, tata guna lahan, geologi, kedalaman solum, tekstur tanah, permeabilitas tanah dan masing-masing memiliki skor dan bobot kemudian dilakukan overlay sehingga menghasilkan peta sebaran daerah rawan longsor. Hasil studi menyebutkan wilayah studi dengan luasan 240,81 km 2 terbagi menjadi 3 kelas kerawanan yaitu tingkat kerawanan rendah (73,92 km 2 /30,80%), tingkat kerawanan sedang (150,45 km 2 /62,69%) dan tingkat kerawanan tinggi (15,61 km 2 /6,51%). Desa Pagersari, Kecamatan Ngantang merupakan daerah yang paling berpotensi terjadi tanah longsor dengan luas daerah dengan tingkat kerawanan tinggi 8,823 km 2 . Kata Kunci: Pemetaan, Rawan Longsor, Sistem Informasi Geografis, Kelas Kerawanan ABSTRACT Upper Konto watershed is a potentially area in having landslide, since it has slope (> 25%) with regosol as the dominant soil type which has the characteristic of sensitivity in erosion and rainfall on 2014 was higher than 2000 mm/year. Therefore, it is needed some efforts to minimize the impact that would be happened by conducted an area mapping of landslide prone in order to know the spread of the landslide prone area thus we can formulate the countermeasure efforts. The mapping use seven parameters such as slope, rainfall, landuse, geologic, the depth of solum, soil texture, soil permeability. Each of them has a score and weight, then it will be overlaid thus it creates the distribution map of landslide prone area. The result of the study stated that 240,81 km2 of the study area was divided into three classes of vulnerability, which are low vulnerability level (73,92 km 2 / 30,80%), middle vulnerability level (150,45 km 2 / 62,69%), and high vulnerability level (15,61 km 2 / 6,51%). Pagersari village, the subdistrict of Ngantang is the highest potential area for landslide occurrence with the area of the high vulnerability level is 8,823 km 2 . Keywords: Mapping, Landslide Prone, Geographic Information System, The Level of Vulnerability

Upload: dinhdiep

Post on 30-May-2018

277 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

ANALISIS KAWASAN RAWAN BENCANA TANAH LONGSOR DI DAS KONTO

HULU MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Wingga Aditya Ramadhion, Dian Sisinggih, Runi Asmaranto

Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya Fakultas Taknik Universitas Brawijaya

Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 - Telp (0341)567886

Email: [email protected]

ABSTRAK

Das Konto Hulu merupakan daerah yang berpotensi terjadi bencana tanah longsor. karena

memiliki kemiringan lereng curam (> 25%) dengan jenis tanah dominan adalah regosol yang

memiliki sifat peka erosi dan curah hujan tahun 2014 lebih dari 2000 mm/tahun. Oleh karena

itu diperlukan upaya-upaya untuk meminimalisir akibat yang akan ditimbulkan dengan

melakukan pemetaan daerah rawan longsor untuk mengetahui sebaran daerah rawan longsor

sehingga kita bisa merumuskan upaya penanggulangan. Pemetaan menggunakan tujuh

parameter yaitu kemiringan lereng, curah hujan, tata guna lahan, geologi, kedalaman solum,

tekstur tanah, permeabilitas tanah dan masing-masing memiliki skor dan bobot kemudian

dilakukan overlay sehingga menghasilkan peta sebaran daerah rawan longsor. Hasil studi

menyebutkan wilayah studi dengan luasan 240,81 km2 terbagi menjadi 3 kelas kerawanan

yaitu tingkat kerawanan rendah (73,92 km2/30,80%), tingkat kerawanan sedang (150,45

km2/62,69%) dan tingkat kerawanan tinggi (15,61 km2/6,51%). Desa Pagersari, Kecamatan

Ngantang merupakan daerah yang paling berpotensi terjadi tanah longsor dengan luas daerah

dengan tingkat kerawanan tinggi 8,823 km2.

Kata Kunci: Pemetaan, Rawan Longsor, Sistem Informasi Geografis, Kelas Kerawanan

ABSTRACT

Upper Konto watershed is a potentially area in having landslide, since it has slope (> 25%)

with regosol as the dominant soil type which has the characteristic of sensitivity in erosion

and rainfall on 2014 was higher than 2000 mm/year. Therefore, it is needed some efforts to

minimize the impact that would be happened by conducted an area mapping of landslide

prone in order to know the spread of the landslide prone area thus we can formulate the

countermeasure efforts. The mapping use seven parameters such as slope, rainfall, landuse,

geologic, the depth of solum, soil texture, soil permeability. Each of them has a score and

weight, then it will be overlaid thus it creates the distribution map of landslide prone area.

The result of the study stated that 240,81 km2 of the study area was divided into three classes

of vulnerability, which are low vulnerability level (73,92 km2 / 30,80%), middle vulnerability

level (150,45 km2 / 62,69%), and high vulnerability level (15,61 km2 / 6,51%). Pagersari

village, the subdistrict of Ngantang is the highest potential area for landslide occurrence

with the area of the high vulnerability level is 8,823 km2.

Keywords: Mapping, Landslide Prone, Geographic Information System, The Level of Vulnerability

PENDAHULUAN

Bencana alam adalah bencana yang

diakibatkan oleh peristiwa atau peristiwa

yang disebabkan oleh alam antara lain

berupa gempa bumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kekeringan, angin topan,

dan tanah longsor. Bencana alam dapat

mengakibatkan dampak yang merusak pada

bidang ekonomi, sosial dan lingkungan.

Tanah longsor (landslide) merupakan

salah satu jenis bencana alam yang sering

terjadi di Indonesia, terutama pada musim

hujan. Kemungkinan frekuensi kejadian

atau kemungkinan terjadinya longsor lebih

tinggi dibandingkan dengan jenis bencana

lainnya.

DAS Konto Hulu terletak diantara

112o14’1” - 122o30’31” Bujur Timur dan

7o45’49”- 7

o50’8” Lintang Selatan dan

memiliki keadaan topografi dan

kemiringan lereng curam (> 25%). Jenis

tanah dominan adalah regosol yang

memiliki sifat peka erosi dan curah hujan

tahun 2014 lebih dari 2000 mm/tahun

menjadikan DAS Konto Hulu tergolong

daerah yang rawan terjadi longsor.

Gambar 1. Diagram Alir Analisa

Hal ini juga ditunjang dengan telah terjadi

beberapa kali kejadian longsor di sepanjang

tahun 2014. Untuk menghindari jatuhnya

korban yang lebih besar dan banyak akibat

bahaya tanah longsor, diperlukan upaya-upaya

yang mengarah kepada tindakan

meminimalisir akibat yang akan ditimbulkan.

Untuk dapat memantau dan mengamati

fenomena tanah longsor diperlukan adanya

suatu analisa dan pemetaan daerah rawan

longsor yang mampu memberikan gambaran

kondisi kawasan yang ada berdasarkan faktor-

faktor penyebab terjadinya tanah longsor.

Selain itu juga kita bisa mengetahui sebaran

daerah rawan longsor dan faktor utama

penyebabnya.

METODE

Wilayah yang dikaji adalah DAS Konto

Hulu yang sebagian besar berada di Kecamatan

Pujon dan Kecamatan Ngantang, Kabupaten

Malang, Jawa Timur. Luas wilayah DAS

Konto Hulu adalah 240,81 km2. Terbagi

menjadi 5 wilayah (Kecamatan Pujon,

Kecamatan Ngantang, Kecamatan Bumiaji,

Kota Batu, Kabupaten Blitar) yang terdiri dari

25 desa.

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK PENGAIRAN

Jalan MT. Haryono 167, Malang

Telp. 0341-562454

!

650000

650000

655000

655000

660000

660000

665000

665000

91

20

00

91

20

00

91

25

00

91

25

00

91

30

00

91

30

00

91

35

00

91

35

00

91

40

00

91

40

00

Peta Batas DAS Konto Hulu

Skala

®

Sumber:

data dan hasil analisa

1:150.000

0 1 20,5Kilometers

Wilayah Studi

Legenda

Waduk

Batas DAS

Outlet!

Jaringan Sungai

KEDIRI

KEDIRIJOMBANG

MALANG

BLITAR

MOJOKERTO

BATU

Berdasarkan diagram alir seperti

diatas, maka data-data yang dibutuhkan

dalam analisa ini adalah:

1. Data curah hujan tahun 2000 - 2014

2. Peta curah hujan

3. Peta tekstur tanah

4. Peta permebilitas tanah

5. Peta kedalaman solum tanah

6. Peta kemiringan lereng

7. Peta geologi

8. Peta tata guna lahan

Parameter pemicu tanah longsor yang

digunakan ada 7 parameter yaitu curah

hujan, kemiringan lereng, tata guna lahan,

permeabilitas tanah, tekstur tanah,

kedalaman solum tanah dan geologi.

Masing-masing parameter tersebut

dilakukan pemberian nilai/skor yang

kemudian dikalikan dengan nilai bobot dari

masing-masing parameter yang

mempunyai pengaruh terhadap terjadinya

tanah longsor. Diasumsikan semakin besar

nilai kerawanan/kumulatif artinya semakin

berpotensi kawasan tersebut terjadi tanah

longsor. Ketujuh faktor di overlay

menggunakan bantuan software ArcGIS

10.3 dan dilakukan perhitungan skor

kerawanan (kumulatif) sehingga

didapatkan peta persebaran daerah rawan

longsor.

Gambar 2. Peta DAS Konto Hulu

Untuk nilai skor dari masing-masing

parameter bisa dilihat pada tabel 1 dan nilai

bobot dari masing-masing parameter pada

tabel 2.

Tabel 1. Skor Parameter Pemicu Tanah

Longsor

No Parameter Skor

I

II

III

IV

V

VI

VII

Curah hujan

a. >2500 mm

b. 2000 – 2500 mm

c. 1500 – 2000 mm

d. 1000 – 1500 mm

e. < 1000 mm

Kemiringan Lereng (%)

a. > 45

b. 25 – 45

c. 15 – 25

d. 8 – 15

e. 0 – 8

Permeabilitas Tanah

a. Slow

b. Moderate

c. Excessive

Tekstur Tanah

a. Clay

b. Silt

c. Sandy

Tutupan Lahan

a. Persawahan

b. Permukiman, lahan kering

c. Hutan, perkebunan

d. Semak, lahan terbuka

e. Padang Rumput

f. Perairan

Kedalaman Solum (cm)

a. > 90

b. 60 – 90

c. 25 – 60

d. < 25

Geologi

a. Batuan Gunung Api Kelud

Muda, Qvk

b. Batuan Gunung Api

Kelud Tua, Qpvk

c. Batuan Gunung Api

Kawi-Butak, Qpkb

d. Batuan Gunung Api

Anjasmara Tua, Qpal

5

4

3

2

1

5

4

3

2

1

5

3

1

5

3

1

5

4

3

2

1

0

4

3

2

1

4

3

2

1

Sumber : Taufik, dkk, 2008

Tabel 2. Bobot Tiap Parameter

No Parameter Bobot

1 Kemiringan Lereng 3

2 Curah Hujan 2

3 Tata Guna Lahan 2

4 Geologi 1

5 Kedalaman Solum 1

6 Permeabilitas Tanah 1

7 Tekstur Tanah 1

Sumber : Taufik, dkk, 2008

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut tahapan-tahapan dalam melakukan

analisa.

1. Melakukan analisa hidrologi.

Melakukan uji konsistensi data

hujan menggunakan kurva massa

ganda.

Melakukan uji abnormalitas tiap

stasiun menggunakan uji Inlier-

Outlier.

2. Pembuatan peta batas DAS Konto Hulu

dengan peta kontur dari Bakosurtanal

sebagai data sekunder.

3. Pembuatan peta polygon thiesen

menggunakan ArcToolbox Create

Thiessen Polygon.

4. Pembuatan peta kemiringan lereng

menggunakan ArcToolbox Surface.

5. Pembuatan peta geologi dengan cara

digitasi.

6. Pengisian skor dari setiap parameter.

7. Proses overlay ketujuh parameter.

8. Survey lapangan.

Uji konsistensi digunakan untuk

menguji kebenaran data lapangan yang

tidak dipengaruhi oleh kesalahan pada saat

pengiriman atau pengukuran data tersebut

harus benar-benar menggambarkan

fenomena hidrologi seperti keadaan

sebenarnya di lapangan (Soewarno, 1995).

Metode yang digunakan adalah kurva

massa ganda (double mass curve). Dengan

metode ini dapat dilakukan koreksi untuk

data hujan yang tidak konsisten dengan

cara membandingkan harga akumulasi

curah hujan tahunan pada stasiun yang diuji

dengan akumulasi curah hujan tahunan

rerata dari suatu jaringan dasar stasiun

hujan yang berkesuaian, kemudian diplotkan

pada kurva (Subarkah, 1980). Ada 4 stasiun

yang digunakan pada analisa ini dan data hujan

yang digunakan dari tahun 2000-2014.

Dari hasil analisa kurva massa ganda di

semua stasiun yang digunakan tidak ditemukan

terjadinya penyimpangan data sehingga tidak

diperlukan faktor koreksi data. Hal ini berarti

data hujan yang akan digunakan adalah

konsisten dan dapat digunakan untuk analisa

selanjutnya.

Uji Inlier-Outlier digunakan untuk

mengetahui apakah data maksimum dan

minimum dari rangkaian data yang ada layak

digunakan atau tidak. Dimana data yang

menyimpang dari dua batas ambang, yaitu

ambang bawah (XL) dan ambang atas (XH)

akan dihilangkan. Untuk mencari nilai ambang

bawah (XL) dan ambang atas (XH) digunakan

persamaan:

XH = Exp. (Xrerata + Kn . S)

XL = Exp. (Xrerata - Kn . S)

Dengan:

XH = nilai ambang atas

XL = nilai ambang bawah

Xrerata = nilai rata-rata

S = simpangan baku

arilogaritma terhadap data

Kn = besaran yang tergantung

pada jumlah sampel data

N = jumlah sampel data

Dari uji inlier-outlier diketahui bahwa

semua data hujan pada stasiun Pujon,

Ngantang, Kedungrejo, dan Sekar berada

dalam batasan normal diantara nilai ambang

atas (XH) dan ambang bawah (XL). Hal ini

berarti data hujan dapat digunakan untuk

analisis selanjutnya.

Peta Curah Hujan Peta curah hujan terbagi menjadi 4 luasan

wilayah berdasarkan pembagian luasan

menggunakan metode polygon thiessen.

Setelah dilakukan analisa, maka didapat daerah

stasiun hujan Kedungrejo mempunyai luas

75,41 km2, dengan curah hujan sebesar

2255,67 mm/th. Kemudian Stasiun Pujon

mempunyai luas 69,14 km2 dengan curah hujan

sebesar 2375,60 mm/th. Stasiun Sekar

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK PENGAIRAN

Jalan MT. Haryono 167, Malang

Telp. 0341-562454

Sekar

Pujon

Ngantang

Kedungrejo

650000

650000

655000

655000

660000

660000

665000

665000

91

20

00

91

20

00

91

25

00

91

25

00

91

30

00

91

30

00

91

35

00

91

35

00

91

40

00

91

40

00

Peta Poligon Thiessen

1:10.000.000

Skala

®Sumber:

data dan hasil analisa

0 90 18045Kilometers

KEDIRIJOMBANG

KEDIRI

MALANG

BLITAR

MOJOKERTO

BATU

Wilayah Studi

Legenda

Pos Stasiun Hujan

Batas DAS

Batas Kabupaten

®

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK PENGAIRAN

Jalan MT. Haryono 167, Malang

Telp. 0341-562454

650000

650000

655000

655000

660000

660000

665000

665000

91

20

00

91

20

00

91

25

00

91

25

00

91

30

00

91

30

00

91

35

00

91

35

00

91

40

00

91

40

00

Peta Kemiringan Lereng

1:10.000.000

Skala

®

Sumber:

data dan hasil analisa

0 90 18045Kilometers

KEDIRIJOMBANG

KEDIRI

MALANG

BLITAR

MOJOKERTO

BATU

Wilayah Studi

Legenda

<8

>45

8-15

26-45

16-25

Batas Kabupaten

mempunyai luas 55,21 km2 dengan curah

hujan sebesar 2882,07 mm/th. Dan yang

terakhir stasiun hujan Ngantang

mempunyai luas 41,05 km2 dengan curah

hujan sebesar 3568,20 mm/th. Untuk

stasiun Kedungrejo dan Pujon diisi skor 4.

Dan untuk stasiun Sekar dan Ngantang diisi

dengan skor 5.

Gambar 3. Peta Curah Hujan dalam bentuk

Polygon thiessen

Peta Kemiringan Lereng

DAS Konto Hulu secara umum berada

pada daerah dengan kemiringan lereng

beragam. Umumnya kejadian tanah longsor

terjadi pada wilayah berlereng. Semakin

curam kemiringan lereng dari suatu

kawasan maka akan semakin besar potensi

kejadian longsor.

Setelah dilakukan analisa, maka

didapat untuk lereng dengan bentuk datar

(>8%) memiliki luas sebesar 76 km2. Untuk

bentuk lereng landai (8-15%), agak curam

(15-25%), curam (25-45%) secara

berututan memiliki luas sebesar 66,77 km2,

62,73 km2, dan 34,32 km2. Dan untuk

bentuk lereng sangat curam (>45%)

mempunyai luas sebesar 0,3 km2.

Pemberian skor untuk bentuk lereng datar

adalah 1. Selanjutnya untuk bentuk lereng

landai, agak curam, curam, dan sangat

curam secara berurutan diberi skor 2, 3, 4, dan

5.

Gambar 4. Peta Kemiringan Lereng

Peta Tata Guna Lahan Berdasarkan peta tata guna lahan dari

website Badan Informasi Geospasial yang

diunduh pada tanggal 18 Mei 2016,

menyebutkan ada 9 jenis penggunaan lahan di

DAS Konto Hulu. Ladang merupakan daerah

yang paling berpotensi terjadi tanah longsor

karena merupakan daerah dengan tingkat

kejenuhan air tinggi yang berakibat bobot

massa tanah bertambah sehingga menjadi

sangat labil.

Dari 9 jenis penggunaan lahan tersebut

adalah ladang dengan luas 33,38 km2, sabana

padang (33,29 km2), hutan (78,86 km2), semak

belukar (30 km2), perkebunan (37 km2),

permukiman (11,58 km2), rawa (0,02 km2),

sungai (0,29 km2), dan waduk (3,09 km2).

Pemberian skor untuk penggunaaan lahan

ladang adalah 5. Untuk permukiman diberi

skor 4. Kemudian untuk hutan dan perkebunan

diberi skor 3. Pemberian skor 2 untuk semak

belukar. Dan untuk sabana padang diberi

dengan skor 1. Yang terakhir untuk

penggunaan lahan rawa, sungai, dan waduk

diberi dengan skor 0.

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK PENGAIRAN

Jalan MT. Haryono 167, Malang

Telp. 0341-562454

650000

650000

655000

655000

660000

660000

665000

665000

91

20

00

91

20

00

91

25

00

91

25

00

91

30

00

91

30

00

91

35

00

91

35

00

91

40

00

91

40

00

Peta Tata Guna Lahan

1:10.000.000

Skala

®

Sumber:

data dan hasil analisa

0 90 18045Kilometers

KEDIRIJOMBANG

KEDIRI

MALANG

BLITAR

MOJOKERTO

BATU

Wilayah Studi

Legenda

Batas DAS

Batas Kabupaten

Hutan lahan kering

Ladang

Perkebunan

Permukiman

Rawa

Sawah

Semak Belukar

Sungai

Waduk

sabana padang

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK PENGAIRAN

Jalan MT. Haryono 167, Malang

Telp. 0341-562454

650000

650000

655000

655000

660000

660000

665000

665000

91

20

00

91

20

00

91

25

00

91

25

00

91

30

00

91

30

00

91

35

00

91

35

00

91

40

00

91

40

00

Peta Geologi

1:10.000.000

Skala

®

Sumber:

data dan hasil analisa

0 90 18045Kilometers

KEDIRIJOMBANG

KEDIRI

MALANG

BLITAR

MOJOKERTO

BATU

Wilayah Studi

Legenda

Qpal

Qpkb

Qpvk

Qvk

Batas DAS

Batas Kabupaten

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK PENGAIRAN

Jalan MT. Haryono 167, Malang

Telp. 0341-562454

650000

650000

655000

655000

660000

660000

665000

665000

91

20

00

91

20

00

91

25

00

91

25

00

91

30

00

91

30

00

91

35

00

91

35

00

91

40

00

91

40

00

Peta Permeabilitas Tanah

1:10.000.000

Skala

®

Sumber:

data dan hasil analisa

0 90 18045

Kilometers

KEDIRIJOMBANG

KEDIRI

MALANG

BLITAR

MOJOKERTO

BATU

Wilayah Studi

Legenda

Batas DAS

Batas Kabupaten

Excessive

Moderate

Slow

Gambar 5. Peta Tata Guna Lahan

Peta Geologi Di DAS Konto Hulu terbagi menjadi 4

jenis struktur geologi. Pemberian skor pada

parameter geologi berdasarkan umur dari

batuan. Semakin muda akan semakin rawan

terhadap longsor karena batuan muda

cenderung terjadi pelapukan yang

menyebabkan berkurangnya kekuatan

batuan.

Untuk luas sebaran dengan jenis batuan

Gunung Api Anjasmara tua (Qpal) sebesar

140,4 km2. Selanjutnya untuk jenis batuan

Gunung Api Kelud tua (Qpvk), Gunung Api

Kelud muda (Qvk), dan Gunung Api Kawi-

Butak secara berurutan memiliki luas

sebesar 9,2 km2, 11,7 km2, dan 79,6 km2.

Pemberian skor untuk jenis batuan Gunung

Api Anjasmara tua (Qpal) adalah 1. Dan

untuk jenis batuan Gunung Api Kelud tua

(Qpvk), Gunung Api Kelud muda (Qvk),

dan Gunung Api Kawi-Butak secara

berurutan diberi skor 3, 4, dan 2.

Gambar 6. Peta Geologi

Peta Permeabilitas Tanah Semakin cepat tanah menyerap air maka

akan terjadi akumulasi air sehingga tanah

menjadi jenuh, yang berakibat karakteristik

tanah menurun drastis, sehingga terjadi

penurunan kuat geser tanah dan lereng.

Untuk nilai permeabilitas tanah sendiri

dibagi menjadi 3 kelas, yaitu excessive (>15,24

cm/hari), moderate (0,51 - 15,24 cm/hari), dan

slow (<0,51 cm/hari). Pemberian skor untuk

kelas excessive dengan luasan 59,25 km2,

moderate (165,73 km2), dan slow (15,82 km2)

secara berurutan adalah 1, 3, dan 5.

Gambar 7. Peta Permeabilitas Tanah

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK PENGAIRAN

Jalan MT. Haryono 167, Malang

Telp. 0341-562454

650000

650000

655000

655000

660000

660000

665000

665000

91

200

0

91

200

0

91

250

0

91

250

0

91

300

0

91

300

0

91

350

0

91

350

0

91

400

0

91

400

0

Peta Kedalaman Solum Tanah

1:150.000

Skala

®

Sumber:

data dan hasil analisa

0 1 20,5Kilometers

KEDIRIJOMBANG

KEDIRI

MALANG

BLITAR

MOJOKERTO

BATU

Wilayah Studi

Legenda

Batas DAS

Batas Kabupaten

60 - 90 cm

>90 cm

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK PENGAIRAN

Jalan MT. Haryono 167, Malang

Telp. 0341-562454

650000

650000

655000

655000

660000

660000

665000

665000

91

20

00

91

20

00

91

25

00

91

25

00

91

30

00

91

30

00

91

35

00

91

35

00

91

40

00

91

40

00

Peta Tekstur Tanah

1:10.000.000

Skala

®

Sumber:

data dan hasil analisa

0 90 18045Kilometers

KEDIRIJOMBANG

KEDIRI

MALANG

BLITAR

MOJOKERTO

BATU

Wilayah Studi

silt loam

silty clay

silt clay loam

Legenda

Batas DAS

clay

clay loam

loamy sand

sand

sandy clay loam

sandy loam

silt

Batas Kabupaten

Peta Kedalaman Solum Tanah Semakin dalam solum tanah dari suatu

lahan maka semakin berpotensi terhadap

longsor. Solum yang dalam dapat

menambah massa tanah apabila pori-pori

dalam tanah dipenuhi oleh air sehingga

lereng tidak mampu menahan.

Untuk pemberian skor dengan

kedalaman solum tanah > 90 cm dengan

luas 229,14 km2 adalah 4. Dan untuk

kedalaman solum tanah antara 60 - 90 cm

diberi skor 3.

Gambar 8. Peta Kedalaman Solum Tanah

Peta Tekstur Tanah Tanah dengan berbagai perbandingan

pasir, debu, dan liat dikelompokkan atas

berbagai kelas tekstur pada segitiga tekstur

USDA. Kemudian dicari nilai persentase

rata-rata komposisi sand, silt, clay dari tiap

jenis tekstur tanah tersebut. Selanjutnya

digunakan perhitungan untuk menentukan

skornya.

Di DAS konto hulu terdiri dari 10 jenis

tekstur tanah yaitu, clay dengan luasan

sebesar 8,79 km2, silty clay (7,03 km2), clay

loam (7,08 km2), loamy sand (37,34 km2),

sand (21,92 km2), sandy clay loam (1,09

km2), sandy loam (31,3 km2), silt (63,66

km2), silt clay loam (43,30 km2), dan silt

loam (19,29 km2).

Untuk pengisian skornya digunakan

perhitungan seperti berikut. Contoh pada

perhitungan tekstur silty clay. Langkah

pertama mencari rata-rata dari tiap kandungan

tanah. Tanah dengan tektur silty clay di DAS

Konto Hulu mengandung silt 34 - 50%, clay 34

- 62%, dan sand 0 - 20 %. Maka rata-rata dari

tiap kandungannya adalah silt = (34+50)/2=

42%, clay = (34+62)/2 = 48%, dan sand =

(0+20)/2 = 10%. Kemudian dikalikan skor tiap

komposisi = (42 % x 3) + (48% x 5) + (10% x

1) = 3,76. Jadi, skor untuk tekstur tanah silty

clay adalah 3,76. Untuk tekstur tanah lainnya

dilakukan dengan perhitungan yang sama.

Sehingga didapat skor untuk tekstur tanah clay

senilai 3,86, clay loam (3), loamy sand (1,64),

sand (1,25), sandy clay loam (2.3), sandy loam

(1,9), silt (2,96), silt clay loam (3,48), dan silt

loam (2,7).

Gambar 9. Peta Tekstur Tanah

Batas Kelas Tingkat Kerawanan Bencana

Longsor

Batas kelas tingkat kerawanan tanah

longsor dibagi menjadi 3 kelas yaitu tingkat

kerawanan rendah, tingkat kerawanan sedang

dan tingkat kerawanan tinggi.

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK PENGAIRAN

Jalan MT. Haryono 167, Malang

Telp. 0341-562454

650000

650000

655000

655000

660000

660000

665000

665000

91

20

00

91

20

00

91

25

00

91

25

00

91

30

00

91

30

00

91

35

00

91

35

00

91

40

00

91

40

00

Peta Batas DAS Konto Hulu

Skala

®

Sumber:

data dan hasil analisa

1:150.000

0 1 20,5Kilometers

Wilayah Studi

KEDIRI

KEDIRIJOMBANG

MALANG

BLITAR

MOJOKERTO

BATU

Batas Administrasi

Legenda

Tingkat Kerawanan Rendah

Tingkat Kerawanan Sedang

Tingkat Kerawanan Tinggi

Tabel 3. Kelas Tingkat Kerawanan Longsor

Tingkat Kerawanan Longsor Skor

Rendah < 25

Sedang 25 - 40

Tinggi > 40

Sumber: Lestari, 2008

Peta Tingkat Kerawanan Longsor Dari hasil pengolahan sistem informasi

geografis (SIG) dengan menggunakan

ArcGis 10.3 dapat diketahui wilayah-

wilayah yang memiliki tingkat kerawanan

longsor.

Gambar 10. Peta Sebaran Tingkat

Kerawanan Longsor

Dengan rincian sebagai berikut. Luas

daerah dengan tingkat kerawanan rendah

73,92 km2 (30,80 %), luas tingkat

kerawanan sedang 150,45 km2 (62,69 %),

dan luas tingkat kerawanan tinggi 15,61

km2 (6,51 %).

Untuk tingkat kerawanan longsor

tinggi merupakan daerah yang tidak stabil

dan sewaktu – waktu dapat terjadi tanah

longsor dalam ukuran kecil maupun besar.

Daerah dengan tingkat kerawanan longsor

tinggi terjadi di kondisi kemiringan lereng

yang agak curam sampai sangat curam (16

% sampai lebih dari 45 %. ) Tata guna lahan

yang dominan adalah daerah hutan lahan

kering dan ladang. Hutan lahan kering dan

ladang akan sangat berpengaruh sebagai

pemicu terjadinya tanah longsor apabila

terletak pada daerah yang agak curam atau

daerah yang berlereng karena dalam keadaan

tersebut lereng bersifat jenuh air yang

berakibat bobot massa tanah bertambah

sehingga sering menjadi labil. Untuk

parameter tanah, permeabilitas tanahnya

termasuk kelas moderate sampai slow dan

kedalaman solum lebih dari 90 cm. Batuan

yang dominan adalah batuan Gunung Api

Kelud muda.

Daerah tingkat kerawanan sedang

dipengaruhi oleh kemiringan lereng landai

sampai sangat curam 8 sampai lebih dari 45%,

sedangkan untuk sebaran tata guna lahan

didaerah ini merata antara hutan lahan kering,

permukiman, ladang, perkebunan, semak

belukar, sawah dan sabana padang. Untuk

parameter tanah, permeabilitas tanah

didominasi oleh permeabilitas kelas moderate

dan kedalaman solum mulai dari 60 sampai

lebih dari 90 cm. Jenis batuan yang banyak

dijumpai merata mulai dari batuan Gunung Api

Kelud tua, Kawi - Butak dan batuan gunung

api anjasmara tua.

Daerah dengan tingkat kerawanan rendah

merupakan daerah yang jarang terjadi gerakan

tanah jika tidak ada gangguan pada lereng,

sedangkan jika terdapat gerakan tanah itu

diduga terjadi karena tebing yang tergerus oleh

aliran permukaan. Sebaran daerah dengan

tingkat kerawanan rendah ini dipengaruhi oleh

kemiringan lereng landai (<8%). Untuk Tata

guna lahan, dominan berupa sawah, semak

belukar dan waduk. Untuk permeabilitas tanah

di daerah tersebut adalah kelas excessive dan

kedalaman tanah 60 cm sampai lebih dari 90

cm.

Survey lapangan adalah metode

pengamatan di lapangan dimana peneliti

mencatat informasi sebagaimana yang mereka

saksikan selama penelitian. Pengamatan

terhadap penelitian itu bisa berupa melihat,

mendengar, merasakan kemudian dicatat

seobjektif mungkin.

Dalam hal ini dilakukan survey lokasi

dengan beberapa titik bedasarkan tingkat

kerawanan. Dari 3 lokasi tersebut bisa dilihat

perbedaan keadaan alam yang mencerminkan

tingkat kerawanan dari lokasi tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa data, dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Tingkat kerawanan longsor di DAS

Konto Hulu sebagian besar terjadi di

Kecamatan Pujon dan Ngantang

terbagi menjadi 3 kelas yaitu tingkat

kerawanan longsor rendah (skor <25)

dengan luasan 73,92 km2 atau 30,80%,

tingkat kerawanan longsor sedang

(skor 25 - 40) dengan luasan 150,45

km2 atau 62,69% dan tingkat

kerawanan longsor tinggi (skor >40)

dengan luasan 15,61 km2 atau 6,51 %.

2. Sebaran daerah rawan longsor di Das

Konto hulu untuk desa paling rawan

longsor berada di Desa Pagersari

Kecamatan Ngantang karena 20,804%

luas dari desa tersebut (8,823 km2)

berada dalam tingkat kerawanan

longsor tinggi. Desa Pagersari

sekaligus merupakan desa paling luas

dibanding desa lain dengan daerah

tingkat kerawanan longsor tinggi yaitu

sebesar 1,836 km2. Sedangkan untuk

desa paling aman dari bencana tanah

longsor adalah Desa Ngroto

Kecamatan Pujon karena 81,80 %

(4,985 km2) dari luas desa tersebut

(6,094 km2) merupakan daerah dengan

tingkat kerawanan yang rendah.

Sedangkan untuk sarannya sebagai

berikut.

1. Pada analisa selanjutnya sebaiknya

data dari setiap parameter

menggunakan data terbaru sehingga

hasil akhir dari analisa bisa lebih baik.

2. Parameter geologi yang digunakan

pada analisa ini masih terlalu umum

dan tidak membahas secara khusus

penyebab terjadinya longsor yang

mungkin disebabkan oleh fenomena

geologi seperti kekar (joint), patahan

(fault), dan lipatan (fold).

DAFTAR PUSTAKA

Asmaranto, Runi. 2013. Jurnal Teknik – Aplikasi

Sistem Informasi Geografi (SIG) Untuk

Identifikasi Lahan Kritis dan Arahan Fungsi

Lahan Daerah Aliran Sungai Sampean.

Tidak Diterbitkan. Fakultas Teknik

Universitas Brawijaya Malang.

Lestari, F. 2008. Penerapan Sistem Informasi

Geografi Dalam Pemetaan Daerah

Rawan Longsor Di Kabupaten Bogor.

Bogor: Departemen Manajemen Hutan

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

Bogor.

Soewarno. 1995. Hidrologi : Aplikasi Metode

Statistik Untuk Analisa Data Jilid 2.

Bandung : Penerbit Nova.

Subarkah. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan

Bangunan Air. Bandung : Idea Dharma.

Taufik, H. P. Dan Suharyadi. 2008. Landslide

Risk Spatial Modelling Using

Geographical Information System.

Yogyakarta : Laboratorium Sistem

Informasi Geografis, Fakultas Geografi

Universitas Gadjah Mada.