analisis dan evaluasi hukum tentang peranan … · c.f.g.sunaryati hartono, s.h selaku kepala badan...

108
ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN HUKUM DALAM PENYELESAIAN ACARA PELANGGARAN DAN KEJAHATAN LING KUNG AN BADAN PEMBirJAAN KEHAKIMA,'J P .. HUKUM IV U.,AT DOIWMEN ASIOIVAL TASI HUIWM - BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL DEPARTEMEN KEHAKIMAN RI

Upload: lamthien

Post on 06-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG

PERANAN HUKUM DALAM PENYELESAIAN ACARA PELANGGARAN DAN KEJAHATAN

LING KUNG AN

DEPARrEME;---~ BADAN PEMBirJAAN KEHAKIMA,'J

P .. HUKUM IV U.,AT DOIWMEN ASIOIVAL

TASI HUIWM

- --~

BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL DEPARTEMEN KEHAKIMAN RI

Page 2: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

\

\.

Page 3: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

LAPORAN AKHIR

TIM ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM

TENTANG

PERANAN HUKUM DALAM PENYELESAIAN ACARA

PELANGGARAN DAN KEJAHATAN LINGKUNGAN

DI SUSUN OLEH TIM KERJA

DI BAWAH PIMPINAN

B A R L I N, S.H., MSi.

BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL

DEPARTEMEN KEHAKIMAN R1

TAHUN 1995/1996

Page 4: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan
Page 5: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

KATA PENGANTAR

Walaupun telah 13 tahun lamanya kita mempunyai undang-undang tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup (undang-undang nomor 4 tahun 1982), lengkap dengan berbagai peraturan pelaksanaannya. Tetapi dalam kenyataan pencernaran dan perusakan lingkungan masih terns berlanjut. Penegakan hukumnya melalui pengadilan rnasih sering mengalami hambatan.

Untuk mencari solusi yang tepat dan terencana, Badan Pembinaan Hukum Nasional telah melakukan analisis dan evaluasi hukum tertulis dan putusan pengadilan tentang "Peranan Hukum Dalam Penyelesaian Acara Pelanggaran dan Kejahatan Lingkungan". Hasil analisis dan evaluasi ini memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai peranan hukum dan sekaligus dengan perrnasalahan yang dihadapi.

Penerbitan basil analisis dan evaluasi ini, diharapkan dapat menambah khasanah inforrnasi hukum lingkungan yang disebarkan kepada rnasyarakat luas, khususnya peminat hukum lingkungan. Selanjutnya sangat diharapkan adanya umpan balik berupa pemikiran-pemikiran dari masyarakat, untuk melengkapi basil analisis dan evaluasi hukum lingkungan ini.

Kepada saudara Barlin, S.H., MSi (LH), sebagai ketua beserta anggota tim yang telah bersusah payah melakukan analisis dan evaluasi, sehingga buku ini dapat diterbitkan, kami ucapkan terirna kasih.

Jakarta, Desember 1997

Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional

~·~·-H.A.S. Natabaya, S.H., LL. M.

iii

Page 6: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan
Page 7: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

DAFfARISI

Halamao

KATA PENGANTAR oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooOOooOOooooOOOOOOOO III

DAFTAR lSI 000000 •• 00. oo· 00 0 000000 00 0000000000000000 0000000000 00 00000000 00000000 00 000 000 ••••• 000 V

KATA PENGANTAR oooooooooooo·oo.ooooooo·oooo•·····oo·ooooooooooooooooOOooooOOoo o oooooo. VII

BAB I PENDAHULUAN OOOOoooooooooooooooooooooooooooo oo oooooooooo oo oooooooo

A. La tar Belakang 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 0000 00 00 00

B. Pokok Masalah oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo oo OOOOoo 2 C. Maksud dan Tujuan 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 0000 00 00 00 0000 00 00 00. 2 D. Ruang Lingkup 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 0000 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 2 E. Metodologi 00 00 00 00 00 0000 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00. 3 F. Kegunaan Teoritis dan Praktis 00 00 00 00 00 00 00 00 00 0000 00 00 00 00 3 G. Organisasi Pelaksanaan 0000 00 00 0000 0000 00000000 00 000000 00000000 3

BAB II PERANAN HUKUM DALAM PENYELESAIAN ACARA PELANGGARAN DAN K.EJAHATAN

BAB

BAB

LINGKUNGAN HIDUP 00000000000000000000000000000000000000000000 5 A. Arab Kebijaksanaan 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00. 5 B. Pemantauan Penataan dan Penegakan Hukum 000000 16 C. Hukum Acara Dalam Penyelesaian Kasus Lingkungan 17 D. Penerapan Hukum terhadap Pelanggaran dan

Kejahatan Lingkungan 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00. 18

III ANALISIS DAN EVALUASI oooooooooooooooooooooooooooooooooooo.

A. Materi Hukum . 00 00.00. 00 00 00.00 00 00 •• 00 00 00 00 00 00 00 00 00.00 •• 00 •••••

B. Aparat Penegak Hukum 000000 0000 00 0000 00000000 00 000000 00 00 00 00

C. Sarana dan Prasarana 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00.

D. Penyelesaian Kasus Lingkungan 00000000000000000000000000.

IV KESIMPULAN oooooooooooo · oo····oooooooooooooooooooooooOOooooooooooooo.

A. Kesimpulan . 00 00 00 00 • • • 00 •••• 00 00 00 00 •• 00 00 00.00 00 00 ••••••• 00 ••••••••

B. Saran-saran 00 0 • • 00 oo •• • •• 00 . 0000000 00.00000 00 00000000 •••• 00 00 ••••••• •

19 19 19 20 20

24 24 25

DAFTAR PUS TAKA . 0000 •• 00000 • •••• 00 00 000 •••••• 00 000 00 00 000 •• 000 0000000 •• 00 •• 000 •• •••• 00 27

LAMPIRAN- LAMPIRAN oooooooooooooooooooooooooooooooo oo ooooooOOoooooooooooooooooooo 27

v

Page 8: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan
Page 9: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan rasa syukur ke hadirat Allah SWT yang dengan rahmat-Nya tugas tim ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini sengaja ditulis sebagai tugas yang telah dipercayakan oleh Ibu Prof. DR. C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional kepada kami. Tim menyadari sepenuhnya bahwa tugas yang diberikan bukanlah hal yang mudah mengingat terbatasnya waktu dan luasnya lingkup permasalahan lingkungan itu sendiri. Karena itu kami sadar bahwa apa yang telah ditulis dalam laporan sudah barang tentu masih banyak terdapat kekurangannya.

Namun demikian, setidaknya dari laporan ini dapat memberikan gambaran kepada pembaca khususnya bagi para pengambil kebijakan untuk melakukan langkah tindak dalam upaya kita untuk melakukan pengelolaan lingkungan.

Dalam pada itu pada kesempatan ini kami ingin pula menyampaikan ucapan terima kasih kepada lbu Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional yang telah memberikan kepercayaan kepada karni, dan juga kepada seluruh anggota tim yang telah menunjukkan kesungguhannya sehingga dapat tersusun laporan ini.

Semoga hasil kerja tim ini dapat bermanfaat bagi pengembangan penelitian lebih lanjut.

Jakarta, Januari 1996

Ketua Tim Analisis dan Evaluasi

tentang Peranan Hukum Dalam Penyelesaian Acara

Pelanggaran dan Kejahatan Lingkungan.

ttd.

Barlin, S.D., MSi.

vii

Page 10: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan
Page 11: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

A. Latar belakang

BABI PENDAHULUAN

Di dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 telah digariskan bahwa ''bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran Rakyat" . Kalirnat yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan dari Negara untuk mengatur pernanfaatan sumberdaya alam (lingkungan hidup) dan kedua, bahwa pernanfaatan tersebut harus1ah dapat meningkatkan kesejahteraan Rakyat. Rakyat di sini mengandung pengertian antar generasi, dengan demikian maka yang terkandung dalam ketentuan di atas tidak lain adalah menyaratkan pernanfaatan yang berkelanjutan (sustainable development).

Menurut GBHN 1993 menyatakan bahwa dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua, pendayagunaan sumberdaya alam sebagi pokok-pokok kemakmuran agar dilakukan secara terencana, rasional , optimal, bertanggungjawab dan sesuai dengan kemampuan daya dukung dengan mengutamakan sebesar-besar kemakmuran Rakyat serta memperhatikan ke1estarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan yang berkelanjutan. Araban ini te1ah menuangkan secara tegas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development) , dengan mengintegrasikan pertimbangan aspek-aspek penge1olaan lingkungan hidup ke dalamnya. Ini berarti bahwa pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian integral dalam pembangunan berkelanjutan.

Langkah pengintegrasian ini dimulai sejak GBHN 1978 dan Pelita III yang sekaligus merupakan pengejawantahan kesadaran rnasyarakat dunia terhadap lingkungan hidup sete1ah Konprensi Stockholm-Swedia 1972. Di dalam GBHN 1978 tersebut secara tegas disebutkan bahwa Pemerintah perlu segera menyusun suatu undang-undang lingkungan hidup yang kemudian pada tanggal 11 Maret 1982 diundangkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pegelolaan Lingkungan Hidup (UULH).

Dengan diundangkannya UULH ini telah memberikan nuansa barn dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup yang sekaligus menjadi dasar pertimbangan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan yang akan datang di samping sebagi dasar penilaian terhadap peraturan perundang-

Page 12: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

undangan yang telah ada. Prinsip yang terkandung dalam UULH ini adalah mengutamakan pencegahan dengan tidak mengesampingkan penerapan sanksi terhadap pelanggar yang menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

B. Pokok Masalah

Setelah 13 tahun UULH diundangkan maka di satu sisi telah mendorong peningkatan kesadaran masyarakat tentang lingkungan. Namun, di sisi lain UULH sebagi instrumen pengendalian dalam pengelolaan lingkungan sering dihadapkan dengan masalah sulitnya penegakan hukum terhadap kasus pencemaran atau kerusakan lingkungan.

Semula para perancang UULH meletakkan upaya pencegahan sebagai fokus utama. Dengan demikian konsekuensi yang dihadapi menuntut perlunya pengembangan berbagi instrumen sebagai alat pengendali pencemaran atau kerusakan lingkungan. Meskipun demikian kasus lingkungan selalu teijadi dan bahkan terhadap penyelesaian kasus lingkungan melalui pengadilan sering mengalami kegagalan. Melihat kenyataan yang demikian, maka menimbulkan pertanyaan "sejauhmana Pasal 22 dan Hukum Acara yang ada dapat berperan dalam penyelesaian kasus lingkungan ?'.

C. Maksud dan Tujuan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengadakan inventarisasi dan menganalisis masalah yang dihadapi dalam penerapan Pasal 22 UULH termasuk Hukum Acara yang digunakan, kasus-kasus pencemaran atau kerusakan lingkungan yang telah diputus oleh Pengadilan. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah untuk memberikan gambaran berbagi hal yang dihadapi dan langkah yang perlu diambil untuk mengatasi keadaan yang menyebabkan teijadinya hambatan dalam penerapannya.

D. Ruang Lingkup

2

Mengingat lingkup dan kaitan UULH demikian luasnya terhadap peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan setiap sektor, keterbatasan tenaga, pengetahuan, waktu dan dana yang tersedia dengan mengacu pula kepada Surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : G-

Page 13: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

53.PR.09.03 Tahun 1995 tentang Pembentukan Tim-tim Analisis dan Evaluasi Hukum (tertulis dan tidak tertulis) Tahun 1995/1996 maka lingkup kajian ini meliputi :

( 1) UULH khususnya Pasal 22 dan beberapa peraturan pelaksanaannya serta aspek kelembagaan;

(2) Hukum Acara yang digunakan dalam penyelesaian tindak pidana lingkungan;

(3) Aparat penegak hukum dan sarana prasarana; ( 4) Putusan Pengadilan terhadap kasus-kasus pidana lingkungan.

E. Metodologi

Metodologi yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan demikan diharapkan basil yang diperoleh dapat menggambarkan secara keseluruhan peranan hukum dan sekaligus permasalahan yang dihadapi dalam penerapan Pasal22 UULH.

F. Kegunaan teoritis dan praktis

G.

Secara teoritis dari basil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi para pembaca khususnya aparat penegak hukum. Sedangkan kegunaan secara praktis merupakan bahan masukan dalam rangka penetapan kebijaksanaan di bidang pengelolaan lingkungan hidup, khususnya di bidang penegakan hukum lingkungan.

Organisasi Pelaksana

Ketua Barlin,S.H. , MSi. (LH) Sekretaris Emmy Muzaemi,S.H.

Anggota 1. Subandi, S.H. (PN. Jkt Pusat) 2. Wrratmo Dianggoro, S.H. (BPHN) 3. Ragil Utomo, S.H. (Bapedal) 4. Chalid Muhammad, S.H. (WALHl) 5. Faisal Daulay, S.H. (Kejaksaan Agung) 6. Drs.Let.Kol Pol Murihadi, S.H.

(MABES POLRI) 7. Achfaz, S.H. (BPHN)

3

. .•. .. ... ·-·-··-·-· .... ·•· ..

Page 14: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

Pembantu 1. Andre Abu Daud Senaga (BPHN) 2. Sumarno (BPHN)

Pengetik Taruli Simorangkir (BPHN)

4

Page 15: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

BABD PERANAN HUKUM DALAM PENYELESAIAN ACARA

PELANGGARAN DAN KEJAHATAN LINGKUNGAN HIDUP

A. Arab kebijaksanaan

Bertitik tolak dari Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 seperti yang telah diuraikan sebelumnya dan dilandasi dengan kesamaan pandangan dari hasil Konprensi Stockholm-Swedia, maka Pemerintah Indonesia mengambil berbagai langkah dengan pembentukan panitia interdepartemental guna merumuskan program pembangunan lingkungan hidup. Panitia yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1972 diketuai oleh Prof. Dr. Emil Salim, Wakil Ketua Bappenas dan berhasil merumuskan program pembangunan lingkungan hidup sebagirnana tertuang dalam Repelita II Bab 4 yang secara khusus memuat tentang "Pengelolaan sumber-sumber alam dan lingkungan hidup" yang merupakan penjabaran dari GBHN 1973-1978.

Untuk melaksanakan amanat GBHN 1978 maka berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 1978 jo Keputusan Presiden Nomor 35 Tahun 1978 dalam Kabinet Pembangunan III diangkat Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (PPLH), kemudian dalam Kabinet Pembangunan IV dan V diubah menjadi Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (MENEG KLH) . Selanjutnya dalam Kabinet Pembangunan VI kembali diubah menjadi Menteri Negara Lingkungan Hidup (MENEG.LH).

Dalam rangka menunjang keberhasilan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup, dalam Repelita III Bab 7 tentang "Sumber Alam dan Lingkungan Hidup" tertera ketentuan-ketentuan pokok tentang masalah lingkungan. Hal ini berarti bahwa Pemerintah berkewajiban untuk mengusahakan teijelmanya Undang-undang tersebut dalam kurun waktu Repelita III yaitu Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan­ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Apabila kita berbicara mengenai peraturan perundang-undangan pengelolaan lingkungan hidup maka pada hakekatnya kita akan berbicara mengenai upaya manusia dalam mengelola lingkungan melalui hukum sebagai sarana. Di sini hukum dipakai dalam pengertian sempit yaitu peraturan perundang-undangan. Untuk memahami berbagai peraturan perundang-undangan, keterkaitannya dan

5

Page 16: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

6

aspek kelembagaan serta penegakan hukumnya adalah seperti yang diuraikan lebih lanjut di bawah ini ;

1. Peraturan penmdang-undangan

1.1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang UULH Pengelolaan Lingkungan Hidup pada hakekatnya merupakan alokasi sumberdaya alam. Di satu pihak sumberdaya alam tersedia dalam jumlah terbatas dan menghadapi tuntutan kebutuhan yang tidak terbatas serta beraneka ragam. Di lain pihak sumberdaya alam yang tersedia itu hams dapat memberikan manfaat bagi generasi sekarang tanpa harus mengorbankan kebutuhan generasi mendatang akan sumberdaya alam bagi penunjang kesejahteraan dan mutu hidupnya. Hal ini berarti bahwa sumberdaya alam dan lingkungan harus dikelola berdasarkan asas keterpaduan yang menjamin optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam. Keterpaduan pengelolaan lingkungan ini perlu dijabarkan secara lebih rinci dan jelas.

Di dalam pengelolaan lingkungan hidup pada dasarnya bertumpu pada upaya pencegahan, ini berarti perlu dikembangkannya berbagai instrumen kebijaksanaan untuk mendorong berkembangnya perilaku yang kondusif bagi tercapainya tujuan pengelolaan lingkungan hidup, yaitu terpeliharanya daya dukung lingkungan yang mencerminkan tetap berfungsinya ekosistem bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hid up lainnya. Dan daya tampung lingkungan hidup yang mencerminkan suatu tingkat kualitas lingkungan yang menjarnin tingkat kualitas hidup. Tetap terpeliharanya daya dukung dan daya tampung lingkungan merupakan faktor penentu terlanjutkannya pembangunan, baik untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang.

Lingkungan hidup mencakup bidang yang sangat luas, yaitu meliputi sumberdaya manusia, sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam nonhayati, dan sumberdaya buatan. Materi yang demikian tidak mungkin diatur secara lengkap dalam suatu undang-undang, tetapi memerlukan seperangkat peraturan perundang-undangan dengan arab dan ciri-ciri yang serupa. Karena itu sifat UULH mengatur ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup. UULH memuat asas dan prinsip-prinsip pokok pengelolaan

Page 17: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

linglrungan hidup, sehingga berfungsi sebagai "payung" bagi penyusunan peraturan penmdang-undangan lainnya yang berltaitan dengan lingkungan hidup dan bagi penyesuaian peraturan perundang-undangan yang telah ada. Untuk dapat memahami beberapa materi muatan UULH, maka perlu diketahui beberapa hal antara lain sebagai berikut :

(1) Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilalrunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Batasan pengertian menurut Pasal 1 angka 1 UULH ini mengacu kepada konsep ekologi.

Menurut konsep ekologi, lingkungan hidup tidak mengenal batas wilayah administratif, namun sangat tergantung kepada pandangan kita sendiri misalnya Pulau Jawa, Sumatera dapat dipandang sebagi lingkungan hidup. Namun dalam rangka pengelolaannya maka hams mempunyai batas wilayah yang jelas. Untuk mengetahui batas yang demikian pengertian lingkungan hidup sebagai konsep ekologi haruslah dikembangkan menjadi konsep kewilayahan yang kemudian merupakan suatu pengertian hukum. Ini berarti, lingkungan hidup Indonesia adalah ruang, tempat Negara Republik Indonesia melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, serta yurisdiksinya yang tidak lain Wawasan Nusantara (Pasal 2 UULH). Dengan demikian batas lingkungan hidup Indone­sia akan terkait antara lain, Undang-undang Nomor 4 Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Pertahanan Keamanan Negara Republik Indo­nesia.

(2) Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pcngawasan , pangendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup (Pasall angka 2 UULH).

Untuk menciptakan keterpaduan ini maka peningkatan koordinasi menjadi penting. Mengingat permasalahan lingkungan adanya di daerah, Pemerintah merasa perlu

7

Page 18: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

8

meoetapkan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertika1 di Daerah. Dengan demikian adanya koordinasi ini diharapkan keterpaduan tersebut akan dapat terwujud sejak perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan.

(3) Baku mutu lingkungan adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang adanya dalam suatu sumberdaya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup'(Pasall angka 6 UULH). Ketentuan ini menjadi tolok ukur yang dipakai untuk menetapkan apakah telah terjadi pencemaran atau perusakan lingkungan akibat suatu kegiatan.

(4) Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan menjadi turun sampai ke tingkat tertentu menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Pasal l angka 7 UULH)

(5) Perusakan lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat -sifat fisik dan atau hayati lingkungan, yang mengakibatkan kurang atau tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkesinambungan (Pasal l angka 8 UULH)

(6) Pengelolaan lingkungan hidup berasaskan pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia (Pasal 3 UULH).

(7) Hak, kewajiban dan wewenang. Setiap orang mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Konsekuensi daripada itu maka setiap orang mempunyai kewajiban memelihara lingkungan serta menanggulangi kerusakan dan pencemaran. Kewajiban ini tercermin dalam persyaratan izin dari kegiatan yang bersangkutan (Pasal 5-7 UULH).

(8) Dalam rangka mendorong keberhasilan upaya pengelolaan

Page 19: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

lingkungan, Pemerintah memberikan insentif berupa pemberian penghargaan antara lain penghargaan KALPATARU dan ADIPURA.

(9) Sumberdaya alam dikuasai o1eh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang pelaksanaannya lebih lanjut ditetapkan dengan Undang­undang (Pasal10 UULH). Pelaksanaann ketentuan ini diatur di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

(10) Untuk dapat melindungi sumberdaya alam nonhayati, sumberdaya alam hayati dan ekosistem, sumberdaya buatan, dan perlindungan Benda Cagar Budaya ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 11-15 UULH). Khusus perlindungan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya telah diatur dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 dan Perlindungan Benda Cagar Budaya telah ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992.

(11) Prinsip pengelolaan lingkungan adalah mengutamakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya pencemaran atau kerusakan akibat suatu kegiatan. Karena itu, perkiraan sejak awa1 perencanaan menjadi penting. Instrumen untuk dapat mengetahui dampak dari kegiatan dimaksud adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Pasal 16 UULH). Penjabaran lebih lanjut diatur sebagaimana tersebut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

(12) Kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup, Aspek kelembagaan ini memegang peranan penting, karena dengan kelembagaan yangjelas akan dapat diketahui siapa dan berbuat apa. Masa1ah kelembagaan di bidang pengelolaan lingkungan hidup diatur (Pasall8 UULH). Di tingkat nasional dilakukan secara terpadu oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup. Dalarn kaitan keterpaduan pelaksanaannya secara sektoral dilakukan oleh departemenllembaga nondepartemen sesuai dengan bidangnya. Di daerah dilakukan o1eh Pemerintah Daerah.

(13) Konsekuensi dari adanya hak dan kewajiban, baik bersifat

9

Page 20: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

10

keperdataan maupun pidana : a. Tanggung jawab perdata.

Barangsiapa yang mengakibatkan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup, maka wajib membayar ganti kerugian kepada penderita yang telah dilanggar haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Ganti kerugian tersebut dapat berupa biaya pemulihan lingkungan kepada negara (Pasal 20 UULH).

b. Tanggungjawab pidana. Barangsiapa ~ngan sengaja melakukan perl>uatan yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup atau tercemarnya lingkungan hidup yang diatur dalam undang-undang ini atau undang-undang lain diancam pi dana selama-lamanya 10 tahun danlatau denda Rp 100 juta.

1.2 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.

Di dalam peraturan ini antara lain memberikan kewenangan kepada Gubernur Kepa1a Daerah Tingkat I untuk melakukan inventarisasi kualitas dan kuantitas air, mengindentifikasi sumber­sumber pencemaran air. Selain itu terdapat pula penggolongan air yaitu, go Iongan A, Air untuk dapat dipergunakan sebagi air minum secara langsung tanpa diolah terlebih dahulu; golongan B, air yang dapat dipergunakan sebagai air baku air minum; golongan C, air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan serta golongan D, air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.

Untuk melindungi kualitas air terhadap pencemaran, maka berdasarkan Pasal1 5 UULH perlu ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Limbah Cair seperti yang telah ditetapkan dengan Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan lndustri yang meliputi 21 jenis kegiatan dan Kep-52/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel.

1.3 Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

Page 21: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

Peraturan ini merupakan pelaksanaan Pasal 16 UULH, dimaksudkan agar dari setiap kegiatan tidak mencemarkan dan merusak lingkunpn maka sebelum kegiatan dilaksanakan perlu dilakukan suatu studi mengenai dampak yang mungkin teijadi dan langkah pengelolaannya.

Untuk dapat melaksanakan peraturan ini te1ah pula diterbitkan. beberapa Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup yaitu, Kep-11/MENLH/3/1994 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan Yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL, Kep~12/MENLH/3/1994 tentang Pedoman Umum Upaya Penge1o1aan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan, Kep-13/MENLH/3/1994 tentang Pedoman Susunan Keanggotaan dan Tata Keija Komisi, Kep-14/ MENLH/3/1994 tentang Pedoman Umum Penyusunan AMDAL, dan Kep-15/MENLH/3/1994 tentang Pembentukan Komisi Amdal Terpadu.

1.4 Peraturan Pemerintah Nomor 19 jo Peraturan Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Mengingat limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) begitu berpotensi untuk mencemarkan lingkungan, maka upaya pengelolaannya perlu dilakukan secara sungguh-sungguh sejak limbah itu dihasilkan sampai pada 1imbah itu dimusnahkan.

Penge1olaan limbah B3 meliputi rangkaian kegiatan penyimpanan, pengumpu1an, pengangkutan, pemanfaatan, pengo1ahan limbah B3 termasuk penimbunan basil pengo1ahan tersebut. Dalam rangka upaya penge1o1aan ini te1ah ditetapkan Kep-68/BAPEDAL/05/1995 tentang Tata Cara Memperoleh Izin Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan, Pengo1ahan, dan Penimbunan Akhir Limbah B3 , Kep-11 BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3, Kep-02/BAPEDAL/ 09/1995 tentang Dokumen Limbah B3, Kep-03/BAPEDAL/09/ 1995 tentang Persyara<an Teknis Pengo laban Limbah B3, Kep-04/ BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penimbunan Hasil Pengo1ahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3, dan Kep-05/BAPEDAU09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah B3 .

11

Page 22: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

12

2. Kelembagaan

2.1 Tingkat Pusat Menurut Pasal18 UULH bahwa penge1olaan lingkungan hidup

pada tingkat nasional elilaksanakan secara terpadu oleh perangkat kelembagaan yang elipimpin seorang menteri dan eliatur dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam kaitan keterpaduan pelaksanaan kebijakansanaan nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup, secara sektoral elilakukan oleh departemen/lembaga nondepartemen sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Untuk mengetahui bagaimana hubungan kelembagaan di tingkat pusat, maka berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kelja Menteri Negara elikatakan bahwa Menteri Negara Lingkungan Hidup mempunyai fungsi :

a. merumuskan kebijaksanaan Pemerintah eli bidang pengelolaan lingkungan hidup;

b. merencanakan pelaksanaan kebijaksanaan dalam rangka penyusunan program pengelolaan lingkungan hidup;

c. mengkoordinasikan kegiatan seluruh instansi pemerintah yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan dalam rangka pe1aksanaan program pemerintah secara menyeluruh;

d. meningkatkan partisipasi rnasyarakat eli bidang pengelolaan lingkungan hidup;

e. mengkoordinasikan kegiatan operasional Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;

f. menyampaikan laporan, bahan keterangan serta saran dan pertimbangan eli bidang tugas dan tanggungjawabnya kepada Presiden.

Kebijaksanaan yang elitetapkan eli atas kemudian menjadi acuan bagi kebijaksanaan sektor dalam melaksanakan kegiatannya dan

Page 23: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

...

sekaligus menjadi persyaratan yang harus dimuat dalam implementasi kegiatan yang dilakukan sektor. Sebagai contoh UULH, Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian dan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang AMDAL sebagi persyaratan dalam rangka pencegahan pencemaran wajib bagi kegiatan di bidang industri untuk dilaksanakan.

Menyadari bahwa permasalahan lingkungan hidup yang semak.in komplek, maka sulit kiranya dapat ditangani hanya oleh Menteri Negara. Karena itu, dengan Keputusan Presiden Nomor 23 tahun 1990 dan kemudian diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 77 tahun 1994 dibentuk suatu lembaga pemerintah nondepartemen, yaitu Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL), Bapedal ini mempunyai tugas pokok membantu Presiden dalam mengendali.kan dampak lingkungan yang meliputi pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan, serta pemulihan kualitas lingkungan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk melaksanakan tugas pokok seperti tersebut di atas Bapedal mempunyai fungsi :

a. penetapan kebijaksanaan teknis pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemulihan kualitas lingkungan;

b. pengembangan kelembagaan dan peningkatan kapasitas pengendalian dampak lingkungan;

c. pengendalian kebijaksanaan teknis pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemulihan kualitas lingkungan;

d. pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan yang mungkin terjadi dari suatu rencana kegiatan tertentu atau pelaksanaannya dan pemulihan kualitas lingkungan yang bersangkutan;

e. penyelenggaraan bimbingan teknis terhdap upaya pencegahan dan penaggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemulihan kualitas lingkungan;

13

Page 24: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

14

f. pengelolaan analisis mengenai dampak lingkungan dan pembinaan teknis kemampuan pengendalian dampak lingkungan;

g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Presiden.

2. 2 Tingkat Daerah Di dalam pelaksanaannya lebih lanjut sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 25 dibentuk BAPEDAL Wilayah sebag~i unsur pelaksanaan sebagian tugas dan fungsi BAPEDAL untuk memberikan bimbingan teknis dan dukungan pelayanan laboratorium kepada Pemerintah Daerah dalam pengendalian dampak lingkungan di wilayah masing-masing. Tindak lanjut ketentuan ini telah ditetapkan dengan Kep-136 Tahun 1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja Bapedal Wilayah :

( 1) Bapedal Wilayah I berkedudukan di Pakanbaru, wi1ayah kerja, DI Aceh; Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumsel, dan Lampung;

(2) Bapedal Wilayah II berkedudukan di Denpasar, wi1ayah kerjanya Bali, NTB, NTT, dan Timor Timur;

(3) Bapedal Wilayah III berkedudukan di Ujung Pan dang, wi1ayah kerja Sulsel, Sultra, Sulteng, Su1ut, Maluku, dan Irian Jaya.

Di samping Bapedal juga dibentuk BAPEDALDA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27. BAPEDALDA ini berada di Propinsi Daerah Tingkat I dan Kotamadya!Kabupaten Daerah Tingkat II yang merupakan perangkat daerah yang bertugas membantu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dalam melakukan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan pengendalian darnpak 1ingkungan.

3. Perizinan

3. 1 Penetapan izin Peraturan perundang-undangan mengenai kriteria yang

ditetapkan secara nasional maupun daerah merupakan ketentuan umum yang masih memerlukan penerapan secara individual, konkrit dan final untuk setiap kegiatan. Ketentuan ini berupa penetapan izin untuk melaksanakan kegiatan.

Page 25: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

Pemberian izin merupakan keputusan pejabat tata usaha negara untuk mengendalikan kegiatan tersebut agar tidak mencemarkan lingkungan. Dengan demikian maka peranan izin di sini sebagai instrumen pengendalian sehingga diharapkan dari kegiatan yang bersangkutan tidak mencemari dan merusak lingkungan. Kewajiban ini sekaligus merupakan konsekuensi setiap orang untuk mencegah dan mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan. Namun perlu diketahui, bahwa menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk penyelenggaraan suatu kegaiatan diperlukan berbagai rnacam izin. Setiap izin diatur dalarn peraturan perundang­undangan tersendiri, yang masing-rnasing merupakan suatu rezim yang berdiri sendiri terlepas kaitannya satu dengan yang lain. Sebagai contoh untuk menyelenggarakan kegiatan industri diperlukan berbagai rnacam izin, yaitu izin lokasi, izin mendirikan bangunan, izin Gangguan (izin HO), dan izin usaha industri. Menjadi pertanyaan apakah kewajiban memelihara lingkungan harus dicantumkan dalam setiap izin ? .

Apabila kewajiban memelihara lingkungan harus dicantumkan sebagai syarat dalam setiap izin, dan rumusan tentang kewajiban tersebut berbeda-beda dalam izin yang satu dengan yang lain, maka akan dapat terjadi pemegang izin melanggar izin yang satu tetapi tidak melanggar izin yang lain. Di sini akan terjadi ketidak pastian hukum. Sebaliknya apabila kewajiban memelihara lingkungan rumusannya sama dalam semua jenis izin dan terjadi pelanggaran, maka pelanggaran itu berarti pelanggaran terhadap semua izin. Dalam hal demikian penindakan oleh salah satu pejabat tata usaha negara terhadap penanggung jawab kegiatan akan menutup kemungkinan dilakukannya penindakan oleh pejabat tata usaha negara yang lain. Karena itu, setiap izin harus diartikan sebagai salah satu izin yang diperlukan untuk menyelenggarakan kegiatan. Lalu kemudian yang menjadi pertanyaan izin yang mana ?. Yaitu izin yang paling relevan dengan penyelenggaraan kegiatan yang bersangkutan. Misalnya untuk kegiatan industri dikaitakan dengan izi.n HO, untuk kegiatan pertambangan dikaitkan dengan keputusan kuasa pertambangan, untuk kegiatan kehutanan dikaitkan dengan keputusan hak pengusahaan hutan.

Dalam rangka penataan dan penegakan hukum, maka syarat dan kewajiban yang harus ditaati oleh pemegang izin perlu dirumuskan secara jelas dan tegas dalam izin. Konsekuensi dari

15

Page 26: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

rumusan syarat yang tidak jelas dalam izin akan rnenjadi kendala pada tahap pernantauan, penaatan dan penegakan hukurn.

B. Pemantauan Penaatan dan Penegakan Hukum

16

Tujuan pernantauan lingkungan dilakukan di satu pihak untuk rnernastikan bahwa penanggung jawab kegiatan (pernegang izin) rnenaati ketentuan dalarn izin (pernantauan penaatan), dan di lain pihak untuk mengetahui perubahan kualitas lingkungan yang terjadi akibat dilaksanakannya kegiatan (pernantauan perubahan kualitas lingkungan).

Secara umurn pengertian penegakan hukurn dapat diartikan sebagai tindakan rnenerapkan perangkat sarana hukum dengan tujuan untuk. mernaksakan sanksi hukum guna menjamin ditaatinya ketentuan yang ditetapkan. Tujuan akhir dari penegakan hukum lingkungan adalah ketaatan terhadap hukurn lingkungan yang berlaku. Ketaatan dirnaksud adalah suatu kondisi tercapai dan terpeliharanya ketentuan hukum lingkungan, baik yang berlaku secara urnum rnaupun yang berlaku secara individual.

Dalam pengertian luas, penegakan hukum mencakup tindakan penaatan, yaitu tindakan administratif (sanksi administratif), dan' tindakan yustisial yang meliputi tuntutan perdata (ganti kerugian dan biaya pemulihan lingkungan) serta tuntutan pidana (sanksi pidana) . Untuk. menegaskan perbedaan tersebut dipakai pula istilah "penegakan huk.urn" dipakai dalam arti sempit yaitu tindakan yustisial.

Untuk sampai pada kesimpulan penerapan jenis sanksi sebagairnana dirnaksudkan di atas, maka berdasarkan hasil pernantauan ada 2 kemungkinan yang terjadi terhadap persyaratan yang telah dicantumkan di dalam izin kegiatan yang bersangkutan, yaitu pertama ketentuan yang tercantum dalam izin dilanggar, tetapi tidak mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Dalam hal terjadi yang demikian rnak.a dapat diterapkan sanksi administratif, mulai dari pemberian teguran peringatan sampai pada pencabutan izin. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan diterapkannya sanksi pidana sebagaimana ditentukan dalam Pasall5 ayat (1) hurufb HO dengan ancaman pidana kurungan selama-larnanya 2 (dua) minggu atau denda setinggi­tingginya 250 gulden, yang dikualifisir sebagai pelanggaran.

Kedua, ketentuan yang tercantum dalam izin dilanggar rnengakibatkan lingkungan rnenjadi tercemar atau rusak. Konsekuensi dari perbuatan tersebut pelaku dikenakan tuntutan pidana berdasarkan Pasal 22 UULH. Akan tetapi persoalan berikutnya yang rnenjadi kendala adalah bahwa selarna penyelesaian

Page 27: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

perkara berlangsung kegiatan masih berlangsung terns, dengan demikian pencemaran terus terjadi. Karenanya, tuntutan pidana perlu diikuti dengan tindakan administratif berupa penghentian sementara kegiatan yang bersangkutan.

C. Hukum Acara Dalam Penyelesaian Kasus Lingkungan. Berangkat dari rumusan Pasal 22 UULH, maka tindakan kejahatan

tehadap lingkungan merupakan tindak pidana umum. Pendapat yang demikian didukung pula oleh berbagai tanggapan dari beberapa ahli hukum lingkungan dan para praktisi. Oleh karena itu mekanisme penyelesaiannya tunduk pada ketentuan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.

Mengingat pidana lingkungan bersifat sangat komplek maka dalam penyelidikan terhadap kasus tersebut Polri tidak berdiri sendiri melainkan harus berkoordinasi dengan instansi lain, yaitu antara lain Badan Pengendalian Dampak Lingkungan selaku institusi yang bertanggung jawab terhadap pembinaan lingkungan baik secara teknis maupun operasional, Lembaga kedokteran forensik, laboratorium forensik Polri atau laboratorium­laboratorium rujukan yang telah ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Pusat-pusat Studi Lingkungan di Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah setempat dan instansi di daerah lainnya, kejaksaan, Pengadilan, serta lembagalbadanldepartemen teknis lainnya yang dianggap perlu.

Dengan mengacu kepada Pasal 6 ayat (1) huruf a, Pasal 7, Pasal 8 KUHAP, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air (Pasal29 ayat 3, Surat Edaran Menteri Negara KLH Nomor 03/SE/MENKLH/6/ 1987 angka 5 maka dalam kapasitasnya sebagai penyidik Polri antara lain mempunyai kewenangan penyelidikan, penindakan, pemeriksaan, penyelesaian dan penyerahan perkara bilamana suatu peristiwa tersebut diketahui suatu tindak pidana, baik yang diketahui dari laporan masyarakat maupun basil temuan anggota Polri.

Setelah tahapan yang dilakukan oleh Polri selesai, maka langkah berikutnya berkas perkara dilimpahkan kepada Kejaksaan Negeri setempat guna diproses lebih lanjut. Dalam hal Penuntut Umum berpendapat bahwa basil penyelidikan sudah .dapat dilakukan penuntutan, maka dalam waktu secepatnya rnembuat surat dakwaan (Pasal 140 KUHAP) dan selanjutnya melimpahkan berkas perkara ke Pengadilan Negeri dengan surat pelimpahan perkara disertai dengan surat dakwaan, bila dilimpahkan secara biasa. Sedangkan bila dilimpahkan dengan acara pemeriksaan singkat maka

17

Page 28: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

Penuntut Umum yang menghadapkan dakwaan beserta alat-alat bukti ke persidangan. Untuk perkara lingkungan berkas perkaranya dilimpahkan dengan acara biasa.

Pengadilan setelah menerima surat pelimpahan berkas perkara, maka Ketua Pengadilan menunjuk hakim yang akan mengadili perkara dan hakim menentukan hari sidang. Selama persidangan berlangsung maka alat-alat bukti yang telah dipersiapkan Penuntut Ulnum sejak basil penyidikan dianggap lengkap sesuai dengan ketentuan Pasal 184 KUHAP. Yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk. dan keterangan terd.akwa. Akhir dari proses persidangan ini akan dapat diketahui apakah terd.akwa terbukti bersalah atau tidak.

D. Penerapan Hukum Terbadap Pelanggaran dan Kejahatan Lingkungan

18

Di dalam Pasal 22 UULH secara tegas dikatakan bahwa penerapannya san gat terkait erat tidak hanya dengan UULH saja tetapi juga dengan peraturan perundang-undangan lain. Ini berarti bahwa penerapan pasal di atas bukanlah satu-satunya pasal yang hams diterapkan terhadap orang yang mencemarkan atau merusak lingkungan. Dan ini berarti memungkinkan dapat disusunnya dakwaan berlapis, seperti contoh suatu kegiatan di bidang industri dianggap telah mencemarkan atau merusak lingkungan maka selain Pasal 22 UULH juga ketentuan pidana yang tercantum di dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. Dengan demikian kecil kemungkinan terd.akwa lepas dari tuntutan hukum. Dalam penerapan hukum terhadap pelanggaran dan kejahatan lingkungan sangatlah tergantung pada ada tidaknya unsur kesengajaan dan kelalaian yang berakibat terhadap pencemaran atau kerusakan lingkungan. Apabila unsur-unsur kesengajaan seperti tersebut dalam Pasal 22 UULH atau dalam Undang-undangan lain terbukti, maka perbuatan dimaksud dikatagorikan ke dalam kejahatan. Sedangkan dalam hal terjadinya kelalaian maka termasuk katagori pelanggaran.

Page 29: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

A. Materi Hukum

BABID ANALISIS DAN EVALUASI

Secara formal apabi1a materi hukum di bidang peraturan perundang­undangan 1ingkungan hidup di1ihat dari ketersediaannya dalam menunjang keberhasilan untuk penerapan Pasa1 22 UULH, maka berdasarkan inventarisasi masih banyak yang be1um tersedia secara 1engkap. Keadaan ini dapat di1ihat secara jelas sebagai salah satu contoh, beberapa pasal dari UULH yang perlu ditindaklanjuti dengan peraturan pe1aksanaan namun sampai saat ini be1um tersedia. Contoh Pasal6 ayat (2) tentang Peranserta, Pasal 11 tentang Perlindungan Sumberdaya alam nonhayati, Pasal 13 tentang Perlindungan Sumberdaya Buatan, Pasal 15 dalam kaitan dengan Kerusakan Lingkungan, Pasal20 ayat (2) dan ayat (4) tentang Tata Cara dan Penetapan Pembayaran Ganti Kerugian dan Biaya Pemulihan Lingkungan serta Pasal 21 tentang Tanggungjawab Mutlak.

Keadaan demikian dapatlah dibayangkan berbagai hambatan yang akan dihadapi dalam penerapan UULH, khususnya Pasal22 UULH. Padahal UULH sampai saat ini sudah berusia 13 tahun, be1um 1agi kemungkinan terdapat ke1emahan dari perumusan isi pasal itu sendiri. Namun meskipun dernikian, dari implementasi UULH ini dapat pula dikaji berdasarkan beberapa kasus yang pernah diajukan ke Pengadilan.

B. Aparat Penegak Hukum

Aparat penegak hukum dalam pengertian sempit adalah Po1isi, Jaksa, Hakim, dan Pengacara. Aparat ini memegang peranan sangat penting dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan hukum. Karena itu, peningkatan jumlah dan kualitasnya merupakan sesuatu hal yang tidak bisa ditawar, lebih-1ebih mengingat persoalan lingkungan re1atif cukup baru dan san gat komplek. Peinahaman aparatur hukum yang hanya bertumpu pada satu disip1in saja sulit untuk membuahkan basil yang optimal, karena itu dituntut peningkatan yang berdimensi integral rnelalui pendidikan baik jangka pendek maupun jangka panjang secara berencana dan berkelanjutan.

Dalam bidang pendidikan, maka pendidikan lingkungan saat ini te1ah menjadi salah satu bagian dari kurilrulum yang ada. Sebagai contoh pada

19

Page 30: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

pendidikan Kepolisian, Kejaksaan. dan Hakim termasuk pula pendidikan penjenjangan di lingkungan Pegawai Negeri Sipil mulai dari tingkat ADUM sampai SPAMEN. Di samping itu dilakukan melalui proses sosialisasi lainnya termasuk Lokakarya bagi para aparat penegak hukum seperti yang dilakukan pada tahun 1989 di Solo dan tahun 1990 di Batu Malang. Namun hambatan yang dialami berdasarkan evaluasi selama ini adalah sering terjadinya mutasi yang terkadang penempatan tenaga yang telah memperoleh pendidikan belum didayagunakan secara optimal. Akibatnya sering menjadi kendala, padahal pembinaan tenaga aparatur hukum memerlukan cukup waktu.

C. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan unsur penunjang yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan UULH. Seperti tersedianya laboratorium dan lain sebagainya. Sampai saat ini untuk melakukan pemeriksaan masih menggunakan laboratorium Polri di samping laboratorium yang tersedia di daerah. Menurut Pasal34 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 20 tentang Pengendalian Pencemaran Air, Menteri Negara Lingkungan Hidup menunjuk laboratorium tingkat pusat dalam rangka pengendalian pencemaran air yang hingga saat ini ketentuan tersebut belum ditindak lanjuti. Dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan menunjuk laboratorium di daerahnya. Selain itu juga sampai saat ini metode analisis parameter Baku Mutu Air dan Baku Mutu Limbah Cair sebagai tindak lanjut dari Pasal 9 belum lengkap tersedia. Mengingat betapa pentingnya peranan laboratorium dalam pemeriksaan pencemaran maka perlu segera mendapatkan legalitas, dengan demikian akan menjamin adanya kepastian hukum.

D. Penyelesaian kasus lingkungan

20

Berbagai tanggapan dan basil inventarisasi terhadap penyelesaian kasus lingkungan dapat kita jadikan dasar untuk melihat sejauhmana penerapan Pasal22 UULH dapat dilaksanakan. Menurut Wagub Jawa Timur, Trimarjono, S.H. pada Surabaya Post tanggal 5 Juni 1989 bahwa perangkat UULH telah memadai, namun perlu dilakukan koordinasi dalam penanganannya. Pemyataan ini bertolak belakang dengan komentar pada harian yang sama dalam Seminar yang dilaksanakan oleh Fakultas Hukum UNAIR, dengan alasan bahwa UULH belurn memiliki peraturan pelaksanaan yang lengkap, sehingga masih sulit menerapkannya secar efektif. Peodapat senadajuga sama dengan tulisan pada Kompas tanggal 6 September 1990 yang intinya kasus

Page 31: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

lingkungan sulit disidangkan.

Untuk mengetahui keadaan yang terjadi terhadap penerapan Pasal 22 UULH, maka dapat dilihat dari beberapa Putusan Pengad.i1an di bawah ini :

(1) Putusan Pengadilan Negeri Sorong No. 96/PID/S/1984/PN.SRG Mengadili Sdr. Peter Sukanda dengan pidana 5 tahun penjara dan dipotong selama masa tahanan dan terhadap terd.akwa dihukum pula membayar denda sebesar Rp. 30 juta. Tindakan terd.akwa melakukan penangkapan terhadap 138 ekor burung cendrawasih memenuhi unsur perusakan lingkungan sebagaimana disebutkan dalarn Pasal22 ayat (1) UULH. Keyakinan hakim dalarn menjatuhkan pidana tersebut sekaligus mengakui kesaksian para ahli sebagai saksi ilmiah. Putusan tersebut kemudian d.ikuatkan oleh Putusan Pengadilan Tinggi Irian Jaya No. 15/ Pid.s/1984/PT-Jpr, menghukum terdakwa dengan hukuman 4 tahun 6 bulan.

(2) Putusan PN. Sidoardjo No. 122/Pid/1988 tentang perkara Sdr. Barnbang Gunawan sebagai Direktur PT Sidomakmur dan PT Sidomulyo bulan Maret 1986 s/d 1987 telah melakukan perbuatan yang menyebabkan rusak atau tercemamya lingkungan. PT Sidomakmur yang memproduksi tahu dengan sengaja membuang limbah cair ke kali Surabaya yang mengandung COD 12293 mg/1, dan PT Sidomu1yo perusahaan petemakan babi sengaja membuang air limbah yang mengandung BOD 462,3 mg/1 dan juga COD 1802,9 mg/1 sebagaimana hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan tanggal 20 Juli No. 261/Pem/BTKL/VII/1988, yang melebihi batas yang ditetapkan dalarn SK Gubernur Jatim No. 414/1987 tentang BOD maksimum 30 mg/1 dan COD maksimum 80 mg/1.

Menurut Putusan Pengadilan Negeri Sidoardjo bahwa terdakwa terbukti melakukan perbuatan membuang limbah cair dari pabrik tabu ke kali Surabaya, tetapi perbuatan tersebut tidak menyebabkan tercemarnya kali Surabaya. Kemudian akibat hasil pemeriksaan dari laboratorium yang berbeda-beda, maka hakim menerapkan yang menguntungkan terdakwa. Akibatnya terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum.

Narnun, kemudian berdasarkan Putusan Kasasi Mahkamah Agung tangga120 Maret 1993 kemudian membatalkan Putusan PN. Sidoardjo dan mengadili sendiri , terdakwa tidak terbukti secara sah dan

21

... •.. ... . i

Page 32: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

22

meyakinkan bersa1ah me1akukan kejahatan da1am dakwaan primer, terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah me1akukan kejahatan karena ke1alaiannya melakukan perbuatan yang menyebabkan tercemarnya lingkungan, dan menghukum terdakwa dengan pidana kurungan 3 bulan dan pidana sebesar Rp 1 juta. Apabi1a pidana denda tidak dibayar, harus diganti dengan pidana kurungan 3 bulan. Alasannya Putusan Mahkamah Agung tersebut adalah bahwa PN Sidoardjo te1ah salah menafsirkan Pasal 1 butir 7 UULH dan tidak cermat membedakan hasi1laboratorium BTKL dan BPPI.

(3) Surat Keterangan No. 01/PID/C/1990/PN Jakarta Barat. Mengadili terdakwa Surya Manggaladipura alias Anyan, karena terbukti bersalah memi1iki, memelihara macam-macam jenis satwalbinatang langka. Akibat perbuatannya yang bersangkutan didak\va berdasarkan Pasal 1 huruf a,b,c, dan d UU Perlindungan Binatang Liar 1931 Stbl 1931 Nomor 134 dengan denda Rp. 12.500,-

(4) Putusan PN. Tanjung Pinang No. 27/PID/1990 Mengadili Sdr. Charles Tow dan Supramaniam Pilai dengan dak\vaan bahwa yang bersangkutan sekitar tahun 1989 sebagai pengusaha telah melakukan perbuatan yang menyebabkan tercemamya lingkungan, terdakwa membuang limbah industri yang mengandung B3 antara lain Hg, Pb, Cd, Cr, Ni, Zn, Fe dan Mn sejumlah lebih kurang 150 ton di Pulau Bintan, limbah buangan ditutupi dengan pasir dan sebagian masih utuh dalam kantong plastik.

Limbah tersebut setelah dite1iti di Laboratorium POLRl, dan diadakan kunjungan ke lapangan yang disertai para ahli temyata memang benar 1imbah tersebut tergolong limbah B3. Terdakwa didakwa telah melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 UULH, karenanya dihukum dengan hukuman masing-masing selama1 tahun dan diwajibkan mengangkut kembali tumpukan limbahnya.

(5) Putusan PN Bogor tentang Galian C tanggal 28 April 1994. Berdasarkan surat dakwaan No. Reg-Perk.pdm-04/893 tentang perusakan lingkungan akibat penambangan bahan galian golongan C yang .iilakukan o1eh Sdr. Arnran Wijaya sebagai Direktur Utama PT Daya Construction Sejati dan Komisaris Utama CV Daya Usaha Trading Company pada tanggal 5 Oktober 1993. Kegiatan dilakukan sejak tahun 1984, dengan SIPD yang berlaku hingga tahun 1989 di Desa Page1aran, dan Desa Sukaresmi, Kecarnatan Ciomas. Kab. Bogor, di antara syarat di dalam SIPD wajib me1akukan reklamasi sete1ah selesai penambangan

Page 33: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

sehingga kelestarian lingkungan dapat terpelihara. Selesai jangka waktu penambangan SIPD tidak diperpanjang (telah dicabut berdasarkan SK Gubemur Jabartertanggal29 September No. S40/Sk-l494-Distamb/89, yang mulai berlaku tanggal29 September 1989).

Namun, meskipun SIPD telah berakhir terdakwa tetap melakukan penambangan, dan tidak melakukan reklamasi sehingga menyebabkan terjadinya perusakan lingkungan dan mengancam kelestarian lingkungan. Selain itu, terjadi pula genangan air, lubang-lubang besar, dan bekas pertambangan tidak dapat atau kurang berfungsi lagi untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan, sesuai dengan UULH.

Akibat perbuatan tersebut terdakwa dituntut berdasarkan Pasal 22 UULH, di samping melakukan kejahatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal31 UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pertambanganjo. Pasal64 KUHP, dan Pengadilan Negeri Bogor menghukum terdakwa dengan Pidana kurungan 6 bulan, denda Rp. 7 50.000,- Subsidair 3 bulan Pi dana Penjara 9 bulan, denda Rp. 500.000,- subsidair 3 bulan.

--------·--·~ ----~ DEPARTEMEN KEHAKI M .DJi . l

BADAN PEMBirJAAN HUKUM NASIO.~AL PUSAT DOKUMENTASJ HUKUM

------------~~ --· '

23

Page 34: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

BAD IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

24

Upaya penanganan masalah lingkungan menjadi perhatian serius dari Pemerintah mulai Kabinet Pembangunan III yang sekaligus juga merupakan pengejawantahan kesadaran masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia setelah Konprensi Stockholm-Swedia tahun 1972.

Perwujudan komitmen Pemerintah sebagaimana dimaksud diikuti dengan pembentukan lembaga yang menangani lingkungan pada tahun 1978 yaitu dengan diangkatnya Menteri Negara PPLH ( 1978), Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1983-1993), dan Menteri Negara Lingkungan Hidup ( 1993-sekarang). Keberadaan kelembagaan ini didukung pula dengan telah diundangkannya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan.

UULH merupakan tonggak sejarah yang telah memberikan warna dalam perkembangan peraturan perundang-undangan di Indonesia, yang mengandung filosofi dengan berguru kepada prinsip ekologi. UULH telah meletakkan prinsip-prinsip dasar saling berkaitan dan ketergantungan antara sub sistem yang satu dengan sub sistem yang lain. Karena itu, setiap tindakan hams dilihat secara menyeluruh dalam kontek sistem. UULH meletakkan prinsip utama pencegahan, disadari bahwa penanggulangan lebih sulit dari pada pencegahan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan berbagai instrumen yang dapat menunjangnya. Namun demikian, tidak berarti penerapan sanksi dikesampingkan. Setelah 13 tahun UULH diundangkan banyak pelajaran yang dapat dipetik, karena berbagai tantangan sering pula dihadapi dalam penanganan lingkungan. Kurang lengkapnya peraturan pelaksanaan telah menjadi kendala pula dalam penerapan UULH, perbedaan persepsi di kalangan aparatur penegak hukum sering mempengaruhi hambatan dalam penerapannya.

Melihat kenyataan selama ini maka dalam penegakan hukum lingkungan memerlukan materi hukum yang jelas, lengkap, sistematis, sinkron satu dengan yang Jain. Pengaturan dalarn pelbagai peraturan perundang-undangan masih sering memberikan gambaran adanya conflict of law dan duplication of law.

Page 35: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

Akan tetapi di satu sisi kita akui pula UULH telah dapat menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memperhatikan lingkungan.

Berbagai tanggapanlkritik tentang ketidak efektifan penerapan UULH selalu mengusik perhatian kita. Keadaan i~ memang perlu dipahami karena semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap lingkungan. Di satu pihak kita dihadapkan bahwa UULH tidaklah berdiri sendiri tetapi berkaitan erat dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang ada di berbagai sektor. Untuk melihat keadaan lebihjauh maka tim telah mempelajari berbagai kasus yang diajukan dan diputus oleh Pengadilan. Dari basil analisis tim bahwa penerapan Pasal 22 UULH masih terdapat perbedaan persepsi, di satu pihak aparat penegak hukum mengatakan kesulitan penerapannya akibat rumusan tersebut merupakan delik materil sehingga sulit dibuktikan. Sedangkan dilain pihak juga mengatakan ketentuan pasal dimaksud dapat diterapkan. Namun dernikian tim sepakat bahwa sesungguhnya apabila ditinjau dari materi Pasal dimaksud sampai saat ini belum menampakkan adanya kelemahan. Andaikata di Pengadilan mengalami kegagalan tidak lain lebih disebabkan karena kurangnya peraturan pelaksanaan, antara lain belum tersedianya cara pengambilan sampel dalam kaitan pengumpulan alat bukti, dan masih banyaknya perbedaan persepsi dikalangan aparatur penegak hukurn sendiri. Untuk mengatasi keadaan dernikian dalam menangani kasus lingkungan diperlukan adanya kesaksian ahli.

B. Saran-Saran

Melihat dari basil kajian yang dilakukan oleh tim ini, maka anggota tim sepakat untuk mengusulkan saran-saran sebagi berikut :

(1) Perlu dilakukan perencanaan penyusunan peraturan perundang­undangan secara menyeluruh. Khususnya yang berkaitan dengan peraturan pelaksanaan sehingga diharapkan pelaksanaan UULH menjadi lebih efektif;

(2) Berbagai peraturan perundang-undangan perlu dikaji, dan dikembangkan secara terus menerus sehingga persoalan yang dianggap menjadi penghambat dapat segera dikenali dan di atasi;

(3) Sudah saatnya keberadaan UULH dikaji ulang secara menyeluruh seiring dengan pesatnya perkembangan dunia

25

Page 36: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

26

( 4) Keberhasilan penerapan suatu undang-undang san gat tergantung kepada adanya kesadaran masyarakat, baik dan lengkapnya peraturan perundang-undangan, tersedianya sarana pendukung serta kemampuan aparat penegak hukum yang mernadai. Karena itu program sosialisasi dan bentuk pendidikan lainnya menjadi penting dilakukan secara terns menerns;

(5) Penelitian semacam ini dari sudut pandang berbagai macam disiplin ilmu perlu terns dilanjutkan. Namun tidak hanya cukup demikian sebab realisasi secara konkrit yang berdampak bernpa lahirnya langkah kebijakan menjadi sangat penting.

Page 37: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

LAMPIRAN I

DAFTAR PUS TAKA

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 jo Peraturan Pemerintah Nom or 12 Tahun 1995 tentang Pengelolaan Limbah B3.

5. Barlin, 1995. Makalah Peraturan Perundang-undangan, kursus AMDAL Universitas Sebelas Maret- Solo tanggal14 Nopember 1995.

6. Murihadi, 1995. Peranan POLRI dalam upaya penegakan hukum lingkungan, Tim Analisis dan Evaluasi BPHN.

7. Silalahi, Daud, 1994. Kasus-kasus Lingkungan yang terjadi di Indonesia (ringkasan Putusan Hakim).

8. Faizal Daulay, 1995. Instrumen Penyelesaian Kasus Pelanggaran Lingkungan Hidup, Tim Analisis dan Evaluasi BPHN.

9. Subardi, 1995. Menegakkan Hukum Lingkungan Melalui Putusan Hakim, Tim Analisis dan Evaluasi BPHN.

10. Chalid Mohammad, 1995. Beberapa Pokok Pikiran Untuk Analisis Peran Hukum Dalam Penyelesaian Acara Pelanggaran dan Kejahatan Lingkungan, Tim Analisis dan Evaluasi BPHN.

27

Page 38: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

LAMPIRAND

PAPER ANGGOTA TIM ANALISIS DAN EVALUASI PERANAN HUKUM DALAM PENYELESAIAN ACARA

PELANGGARAN DAN KEJAHATAN LINGKUNGAN

1. Peran POLRI Dalarn Upaya Penegakan Huk:urn Lingkungan oleh Drs. Moerihadi, S.H. (Let. Kol. Pol).

2. Instrurnen Penyelesaian Kasus Pelanggaran Lingkungan Hidup oleh Faizal Daulay, S.H. (K.ejaksaan Agung).

3. Menegakkan Huk:urn Lingkungan Melalui Putusan Hakim oleh Subardi, S.H. (Pengadilan Negeri Jakarta Pusat)

4. Beberapa Pokok Pikiran Untuk Analisis Peran Huk:urn Dalarn Penyelesaian Acara Pelanggaran dan Kejahatan Lingkungan oleh Chalid Mohammad (WALHI).

28

Page 39: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

DIREKTORAT RESERSE POLRI SUB DIREKTORAT RESERSE UMUM

PERAN POLRI DALAM UPAYA PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

L Pendahuluan

Merupakan kehormatan dan kebahagiaan tersendiri bagi seorang insan Polri untuk memenuhi tugas Tim Evaluasi Gakkum Lingkungan ini, mengingat tugas Tim ini merupakan wahana yang sangat positif untuk mengkaji serta mendiskusikan permasalahan lingkungan khususnya aspek penegakan hukumnya.

Usaha-usaha sernacam ini patut mendapatkan penghargaan yang tinggi, sebab keterlibatan Praktisi dalam pembahasan perrnasalah lingkungan hidup merupakan bukti nyata bahwa Praktisi Hukum tersebut memiliki tanggung jawab, keperdulian, kesadaran berbangsa dan bernegara yang membanggakan dalam pembangunan hukum nasional.

Seperti kita ketahui bersama, bahwa pada waktu yang akan datang trend perkembangan permasalahan lingkungan hidup akan sernakin meningkat dan sernakin beragam baik dalam skala kualitas rnaupun skala kuantitasnya.

Hal itu merupakan konsekuensi logis dari pesatnya pertambahanjumlah penduduk, pesatnya laju pertumbuhan industri, pemukiman dan transportasi dan eksplorasi sumber daya alam.

Industrialisasi memang memberikan banyak dampak positif, akan tetapi tidak berarti kita mengesampingkan atau melupakan dampak negarif yang d.iakibatkan oleh proses tersebut, sebagai contoh yang sering menimbulkan perrnasalahan lingkungan mengenai pembuangan limbahnya.

Mengenai pembuangan limbah ini akan menjadi permasalahan yang serius bila tidak d.itangani dengan cermat dan tepat, yang pada gilirannya nanti justru akan mengganggu proses industri itu sendiri, akibat lebih jauh ialah memicu terjadinya keresahan rnasyarakat disekitar pabrik tersebut dan mengganggu stabilitas Kamtibrnas

29

Page 40: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

30

Untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup yang cenderung akan semakin meningkat dan semakin beragam tersebut, pemerintah telah banyak mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang ditujukan untuk mengatur pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup, antara lain :

1. UU No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. UU No. 5 tahun 1984 tentang Perindustrian. 3. SK Menteri Perindustrian No. 20/M/SK/111986 ten tang Ruang Lingkup

Tugas Departemen Perindustrian dalam Pengendalian Pencemaran 4. SK Menteri Perindustrian No. 134/M/SK/4/1988 tentang Pencegahan

dan Penanggulangan Pencemaran sebagai Akibat Usaha Industri terhadap lingkungan.

5. PP No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. 6. UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

dan Ekosistemnya. 7. UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang. 8. PP No. 51 tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 9. PP No. 19 tahun 1994 dan PP No. 12 tahun 1995 tentang Pengelolaan

Bahan Berbahaya dan Beracun.

Walaupun cukup banyak peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, namun kenyataan yang ada saat ini masih banyak tetjadi kasus pencemaran dan perusakan lingkungan. Oleh karena itu masih perlu terus diupayakan cara-cara penanggulangan pencemaran dan perusakan lingkungan selain itu juga harus ditingkatkan penegakan hukumnya.

Dalam upaya penegakan hukum lingkungan, Polri terlibat secara langsung mengingat adanya ketentuan pidana sesuai pasal 22 UULH No. 4 tahun 1982, yaitu :

"1) Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup atau tercemarnya lingkungan hidup yang diatur dalam Undang-Undang ini atau Undang-Undang lain diancam pidana penjara sepuluh tahun dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 100.000.000,-."

"2) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan perbuatan yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup atau tercemarnya lingkungan

Page 41: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

hidup yang diatur dalam Undang-Undang ini atau Undang-Undang lain diancam pidana satu tahun dan atau denda ~yak-banyaknya Rp. 1.000.000,-. II

Dari permulasi ketentuan pidana seperti tersebut di atas maka hal yang perlu dikaji dan dicermati lebih lanjut guna kepentingan penyidikan ialah :

1. Siapa yang dimaksud dengan "barang siapa". 2. Bagaimana kriteria atau batasan yang dikategorikan "dengan sengaja

atau kelalaiannya". 3. Macam atau bentuk pekerjaanlkegiatanltingkah laku apa dan bagaimana

yang dikategorikan sebagai "melakukan perbuatan yang menyebabkan". 4. Batasanlkondisi yang bagaimana yang dimaksud dengan "rusaknya dan

atau tercemarnya lingkungan hidup". 5. Apa saja yang dimaksud dengan "Undang-Undang lain".

Dengan konstruksi yuridis yang utuh dan teknis laboratoris kriminalistik yang lengkap dan tepat akan dapat mengantarkan pelaku perusakan pencemaran lingkungan sampai pada penuntutan yang diharapkan memperoleh pidana yang setimpal.

D Pendekatan Penegakan Hokum Lingkungan

1. Pendekatan Reaktif-Represif.

Penegakan hukum lingkungan di Indonesia masih bersifat reaktif­represifyang mana penindakan dilakukan ketika Ancaman Faktual(AF) telah muncul, sebagai contoh misalnya air sungai sudah tidak sesuai lagi dengan peruntukkannya karena telah tercemar, sehingga masyarakat mengeluhlresah atau bahwa melakukan protesltindakan desktruktif terhadap pabrik yang mencemari sungai tersebut, dikarenakan mereka terganggu atau tidak dapat memanfaatkan air sungai itu lagi . Pada kondisi semacam inilah menuntut keterlibatan Polri secara langsung yaitu 4alam upaya melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap segala sesuatu yang diduga telah menyebabkan pencemaran air sungai tersebut, sekaligus meredam keresahan masyarakat.

Model pendekatan hukum semacam itu banyak kelemahan, antara lain : efektivitasnya rendah karena pelanggar kadang mendapatkan sanksi yang ringan, sedangkan obyek telah terlanjur tercemar/terusak

31

Page 42: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

32

sehingga memerlukan biaya pemulihan yang tinggi dan skala persebaran dampaknyapun relatif telah meluas, dan masih banyak lagi contoh lainnya.

2. Pendekatan Proaktif-Preventif.

Akan memberi basil yang lebih baik bila penegakan hukum . dilakukan dengan upaya proaktif-preventif, yaitu dengan cara melakukan upaya-upaya pencegahan terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan dan memasukkan upaya-upaya pencegahan tersebut kedalam sistem pengelolaan lingkungan hidup. Upaya-upaya pencegahan tersebut misalnya melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan pengolahan limbah dan intensitas pembuangan limbah secara rutin, tepat waktu dan teliti, melakukan chek dan rechek terhadap bahan baku yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Dengan demikian dapat menekan munculnya Police Hazard (PH), seperti misalnya : pihak industri tidak megoperasikan alat pengolah limbahnya secar optimum, pabrik membuang limbah melebihi debit maksimum yang diperbolehkan sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin pembuangan limbahnya, pabrik merubah pembuangan bahan baku dengan bahan baku lain yang harganya murah tetapi potensial menyebabkan pencemaran dan masih banyak lagi contoh lainnya. Dalam hal ini, Polri mengharapkan Pemerintah Daerah dan instansi di daerah lainnya lebih meningkatkan peran dan partisipasi aktifnya selaku institusi pemantau dan pengawas sesuai kewenangannya. Apabila dipandang perlu, Polri dapat memberikan bantuan kepada Pemda, sesuai kewenangan yang ada, bersama-sama melaksanakan Operasi Tertib Perizinan Industri.

3. Pendekatan P~mtif.

Lebih ideal lagi bila penegakan hukum lingkungan dengan pendekatan pre-emtif, yaitu dengan cara lebih menonjolkan pada upaya­upaya bimbingan dan penyuluhan kepada pihak industriawan, sehingga mereka mempunyai kearifan, kesadaran dan dedikasi untuk menjaga agar lingkungan tetap bersih dan sehat. Dengan terbentuknya kondisi yang seperti ini maka Faktor-Faktor KorelatifKriminogen (FKK) dapat ditekan serendah-rendahnya seperti misalnya : kurang mengertinya/ memahaminya pihak industri akan pentingnya kelestarian fungsi dan daya dukung lingkungan, pihak industri hanya mengejar keuntungan materi yang besar dan mengabaikan pengelolaan lingkungan, tidak lengkapnya perizinan yang dipersyaratkan harus dimiliki oleh pihak

Page 43: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

industri sehingga pihak industri memanipulasikan spesiftkasi produk, dan sebagainya. Bimbingan dan penyuluhan ini dapat dilakukan oleh departemen atau instansi teknis yang terkait, dapat juga oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Dalam pendekatan pre-emtif ini, dapat ditempuh juga dengan mengkaitkan antara study kelayakan lingkungan (AMDAL) dengan tertibnya surat-surat perizinan, yaitu dengan cara mencegah diterbitkannya surat-surat perizinan sebelum dokumen AMDAL disetujui atau disyahkan terlebih dahulu. Apabila dipandang perlu Polri dapat melaksanakan tugas dengan pendekatan kearah ini.

III. Peran Polri Dalam Penegakan Hokum Lingkungan.

1. Koordinasi

Mengingat kasus pi dana lingkungan (kejahatan/pelanggaran hukum lingkungan) bersifat komprehensif-integratif (holistik) maka dalam penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus tersebut Polri tidak berdiri sendiri, melainkan harus berkoordinasi dengan institusi lainnya, antara lain dengan :

a. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) selaku institusi yang bertanggungjawab terhadap pembinaan pengelolaan lingkungan baik secara teknis maupun operasional dalam lingkup nasionaVinternasionaVregional.

b. Lembaga Kedokteran Forensik, Laboratorium Forensik Polri atau Laboratorium Laboratorium Rujukan yang telah ditetapkan oleh Gubernur Daerah Tingkat I, guna mendapatkan pembuktian secara ilmiah terhadap barang bukti mengenai telah terjadinya pencemaran ataupun perusakan lingkungan.

c. Pusat-pusat studi lingkungan di Perguruan Tinggi , guna kepentingan mendapatkan saksi ahli (expert witness).

d. Pemerintah Daerah setempat dan institusi di daerah lainnya yang mempunyai kewenangan mengeluarkan perizinan, guna mendapatkan kepastianllegalitas dari perizinan yang dirniliki oleh pabrik-pabrik tersebut.

33

Page 44: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

34

e. Kejaksaan dan pengadilan untuk kelancaran pelaksanaan proses peradilan.

f. Lembagalbadan/departemen teknis lainnya, yang mempunyai kewenangan sebagi institusi pemantau atau pengawas pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup.

2. Kewenangan Polri.

Mengacu pada KUHAP pasal 6 ayat 1 huruf a, pasal 7 ayat 1 dan pasal 8 dan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencernaran Air pasal 29 ayat 3 dan Surat Edaran Menteri KLH No. 03/SEIMENKLH/6/1987 angka 5, maka dalam kapasitasnya sebagai penyidik Polri antara lain mempunyai kewenangan penyelidikan, penindakan, pemeriksaan, penyelesaian dan penyerahan perkara bilamana suatu peristiwa tersebut diketahui suatu tindak pidana (dalam hal ini pidana lingkungan), baik yang diketahui dari laporan masyarakat ataupun hasil temuan anggota Polri sendiri. Ketentuan-ketentuan pidana di luar KUHP mengisyaratkan adanya kewenangan Polri dalam setiap penyidikan tindak pidana.

a. Penyelidikan, dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang sebanyak -banyaknya ten tang pelaku, barang bukti, TKP, konstruksi pidana/unsur-unsur pidana dan pengembangan tahap-tahap berikutnya mengenai suatu peristiwa yang diduga telah teljadi pencernaran dan atau perusakan lingkungan.

b. Penindakan, yaitu tindakan hukum yang dilakukan oleh penyidik guna melakukan pemanggilan, penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan dan penyegelan.

c. Pemeriksaan, merupakan upaya pembuktian dengan jalan melakukan pemeriksaan terhadap saksi, tersangka, keidentikan/ keabsahan barang bukti, pemeriksaan oleh ahli dan pemeriksaan secar rekonstruksi

d. Penyelesaian dan penyerahan perkara kepada Penuntut Umum, yaitu panga1ihan tanggung jawab suatu kasus dari penyidik kepada Penuntut Umum yang lazim disebut sebagai Mekanisme Criminal Justice System sesuai pentahapan yang diatur oleh Undang-Undang.

Page 45: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

3. Pembentukan Tim Investigasi.

Seperti telah diuraikan di atas, bahwa dalam menghadapi suatu kasus tindak pidana lingkungan, Polri berkoordinasi dengan institusi­institusi lain guna pembentukan Tim Investigasi . Institusi dimaksud meliputi fungsi-fungsi intern Polri dan fungsi-fungsi yang ada pada instansi terkait.

Akan tetapi kunci keberhasilan penuntutan kasus pi dana lingkungan ialah pada kemampuan atau profesionalisme "penyidik teknis" yaitu penyidik yang telah terlatih secara teknis dan atau penyidik yang mempunyai latar belakang kemampuan teknis (seorang insinyur teknis, ahli biologi atau ahli lingkungan).

Selain melakukan investigasi, tim ini juga memberikan bahan masukan kepada Jaksa Penuntut Umum dalam hal menentukan, memilih dan mempersiapkan saksi ahli, menerangkan masalah teknis kepada Jaksa Penuntut Umum sehubungan dengan kasus itu dan menjamin bahwa semua bukti ilmiah telah disiapkan dan diajukan sebagaimana mestinya.

Tim Investigasi dituntut juga harus mampu mentransformasikan science evidence dari basil pembuktian ilmiah ke dalam legal evidence, guna membantu Jaksa dan Hakim agar lebih mudah memahami kasus tersebut.

IV Faktor Pendukung Dan Kendala Penegakan Bukum Lingkungan.

1. Sarana Bukum

Idealnya untuk dapat menunjang penegakan hukum lingkungan yang tegas,konsisten, konsekuen, efektif dan efisien, sarana hukum tersebut haruslah lengkap, sistematis, dan sinkron baik secara vertikal maupun horizontal. Namun hal-hal yang ideal ini sangat sulit untuk diterapkan secara murni dan konsekuen, karena hukum lingkungan berkenaan dengan pengaturan bidang-bidang yang sangat luas dan kompleks, yang mengandung berbagai pertentangan kepentingan antar sektoral yang harus diserasikan. Oleh karena itu pelaksanaan hukum lingkungan ini sudah seharusnya ditangani oleh berbagai instansi Departemen dan atau instansi Non Departemen secara terpadu,

35

Page 46: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

36

terintegrasi dan terkoordinasi didukung tekad pengabdian terbaik bagi nusa. bangsa Indonesia.

Mengingat UULH No.4 tahun 1982 hanya mengatur aspek-aspek pokok pengelolaan lingkungan hidup maka implementasi dan aplikasinya lebih lanjut diatur dalam peraturan perundang-undangan pelaksanaannya yang hams segera di1engkapi.

Dengan demikian setiap produk peraturan perundang-undangan lingkungan hidup yang baru hams dilandasi dan didasari uuLH No. 4 tahun 1982 tersebut di atas. Sehingga fungsi UULH No. 4 tahun 1982 sebagai "Uinbrella act" dapat dijaga eksistensinya dan konsistensinya.

2. Aparat Penegak Hokum.

Secara represif penyidikan tindak pidana lingkungan dapat dilakukan penyidik Polri sebagimana dimaksud pasal 6 ayat I huruf a dan pasal 7 ayatl KUHAP. Personil penyidik Polri yang memiliki kemampuan dan kecakapan teknis yang diperlukan dalam penanganan perkara lingkungan masih hams terns berlanjut ditingkatkanjumlahnya. Untuk kepentingan hal ini Polri giat merekrut Sarjana Ilmu Lingkungan menjadi Satuan Penyidik Polrijuga mendorong dan memberi kesempatan kepada para Perwiranya untuk melanjutkan studi dibidang ilmu lingkungan maupun hukum lingkungan. Harus diingat, bahwa penanganan kasus-kasus pidana lingkungan memerlukan kecakapan khusus dtbidang lingkungan dan hukum lingkungan. Guna mandapatkan basil yang optimal disyaratkanjuga kemampuan managemen penyidikan tindak pidana lingkungan.

3. Fasilitas dan Sarana.

Kenyataan menunjukkan, bahwa dalam penanganan kasus-kasus pidana lingkungan akan melibatkan berbagi teknologi canggih (peralatan laboratorium) untuk mendapatkan pembuktian ilmiah yang untuk kepentingan operasionalisasinya membutuhkan tenaga ahli dan biaya yang cukup mahal. Oleh karena itu untuk menunjang keberhasilan pengungkapan kasus pidana lingkungan dibutuhkan pula dukungan tenaga ahli dan biaya operasional yang memadai. Sebagai contoh dalam suatu penanganan TKP yang memerlukan pengambilan _! 7 s/d 9 titik sampel barang bukti diperlukan biaya +_Rp. 1.200.000,-.

Page 47: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

Bel urn adanya laboratorium khusus (sebagai laboratorium rujukan) yang memberi tugas dan kewenangan khusus serta mempunyai dasar dan kekuatan hukum yang tetap untuk melakukan pemeriksaan terhadap barang bukti pencemaran dan atau perusakan lingkungan, serta masih adanya beberapa laboratorium yang dapat melaksanakan pemeriksaan barang bukti pencemaran dan atau perusakan lingkungan berdasarkan kewenangan yang dimilikinya, maka menyebabkan dalam suatu perkara terdapat beberapa basil analisis beberapa laboratorium, yang kadang menunjukkan perbedaan basil analisisnya. Dalam hal ini dapat menyebabkan Hakim merasa ragu terhadap hasil-hasil analisis laboratorium tersebut sehingga Hakim akan berpegang pada azas indubio prorero (bukti yang meringankan), dan akhirnya Hakim akan membebaskan terdakwa atau menyatakan terdakwa dilepas dari segala tuntutan hukum. Untuk membenarkan keyakinan Hakim. maka seorang Hakim diharapkan memahami benar bahwa kesungguhan terdakwa mengoptimalkan fungsiiPALnya tersebut temyata dapat menghasilkan limbah dan kondisi lingkungan yang tidak tercemar.

4. Kesadaran Hukum Masyarakat Terbadap Lingkungan.

Bila citra lingkungan dari masyarakat bersifat negatif, dalam arti ia tidak memahami dan menghayati betapa pentingnya kelestarian lingkungan bagi kelangsungan hidup dan kehidupan. maka ia cenderung bersifat masa bodoh terhadap lingkungan bahkan tidak segan melakukan perbuatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan . Ketidakpedulian masyarakat pengusaha kepada citra lingkungan, sepatutnya tidak mendapat dukungan dari para pejabat Tata Usaha Negara dan penentu kebijakan penanaman modal.

Citra lingkungan masyarakat dan kesadaran terhadap lingkungan dapat dibina dan ditingkatkan melalui penyuluhan. bimbingan, teladan dan keterlibatan masyarakat dalam penganggulangan masalah lingkungan untuk peningkatan kegiatan penegakan hukum yang bersifat/ berdimensi edukatif-persuasif dan preventif perlu ditingkatkan dan digalakkan lagi terutama sebelurn operasionalisasi suatu proyek fisik yang berdampak negatif terhadap lingkungan.

5. Faktor Sosial, Politik, Ekonomi dan Kultural.

Kebijaksanaan lingkungan berwawasan lingkungan, merupakan politik pengelolaan lingkungan yang digariskan dalam GBHN dan

37

Page 48: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

dijabarkan dalam Pelita. Pembangunan itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi demi kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan namun demikian dalih memacu pertumbuhan ekonomi ini tidak berarti pelaku pembangunan boleh seenaknya memperlakukan lingkungan, tetapi barns menjaga kelestarian lingkungan dan kesinambungan itu sendiri (sustainable development) .

Keberhasilan pembangunan akan berpengaruhjuga terhadap sosio kultur masyarakat, pengaruh tersebut hendaknya dapat diarahkan kepada hal-hal yang menunjang program-program pemerintah mengenai pelestarian lingkungan dan pembangunan yang berkesinambungan. Proyek Proaktif Preventif seperti : Prokasih, Adipura dapat dikembangkan dengan dilandasi kejujuran, keterbukaan dan kebersamaan.

6. Konsistensi Aparat Penegak Hukum dan Ketegasan Peraturan Perundang-undangan.

Untuk mencegah terjadinya keragu-raguan aparat hukum dalam pengambilan keputusan hukum, maka dibutuhkan adanya ketegasan isi peraturan perundang-undangan. Sebagai contoh, rnisalnya : suatu pabrik yang telah membuang limbahnya dan ternyata kadar bahan pencemarannya melebihi ambang batas baku mutu yang diperbolehkan, maka pabrik tersebut harus dianggap telah mencemari lingkungan dan melanggar hukum, tentu saja didukung/dikuatkan dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Apabila kondisi semacam ini sudah dapat berjalan lancar, maka aparat penegak hukumpun akan lebih cepat dan konsisten dalam pengambilan keputusan hukum sehingga dalam hal ini pembuktian telah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan tidak perlu lagi menuggu sampai adanya korban atau kerusakan lingkungan. Dengan dernikian jatuhnya korban dan rusaknya lingkungan dapat dicegah lebh dini. Prinsip hukum yang berlaku ditegaskan antara lain tindak pidana lingkungan merupakan tindak pidana umum delik biasalbukan delik aduan, penerapan sanksi pidana sesuai dengan keadaan pembuktian dari proses peradilan pidana.

V. Upaya Yang Telah Dilakukan Polri

38

Sebagai konsekuensi dari kewajiban dan kewenangan Polri dalam penegakan hukum lingkungan, maka Polri secara aktif juga telah melakukan upaya-upaya untuk menunjang keberhasilan hukum lingkungan, upaya-upaya

Page 49: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

itu antara lain :

I. Mengikuti perkembangan kebijaksanaan pemerintah dibidang pengelolaan lingkungan hidup, guna menyamakan langkah dan persepsi untuk menentukan strategi lebih lanjut.

2. Mengkaji, memahami dan menguasai setiap produk dari peraturan perundang-undangan lingkungan hid up yang bam, guna mempersiapkan kemampuan personil penyidik apabila sewaktu-waktu dihadapkan kepada kasus pidana lingkungan yang sifatnya bam.

3. Merekrut satjana-saljana dengan disiplin ilmu lingkungan maupun hukum lingkungan sebagai penyidik Polri.

4. Meningkatkan kemampuan dan profesionalisme anggota Polri dengan jalan menyelenggarakan pendidikan kejuruan dibidang penyidikan pidana lingkungan hidup, memberi kesempatan kepada anggota untuk memperdalam pengetahuan dibidang lingkungan melalui kursus-kursus, pelatihan-pelatihan ataupun melalui jalur formal (Universitas/Pasca Saljana).

5. Menerbitkan Juklak dan Juknis mengenai penyidikan tindak pidana lingkungan guna membantu tugas operasional anggota Polri di lapangan.

6. Merealisasi pengadaan sarana dan prasarana untuk penyelidikan dan penyidikan tindak pidana lingkungan, termasuk diantaranya menambah kelengkapan peralatan laboratorium forensik Polri.

7. Mengajukan beberapa kasus pencemaran lingkungan ke Pengadilan, sebagai contoh yang menonjol dan sudah menjadi yurisprudensi (Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 1479/Pid/1993 tanggal20 Maret 1993) yaitu kasus pencemaran limbah peternakan babi di Sidoaljo.

8. Menyelenggarakan Operasi Khusus, seperti Operasi Kemukus di Polda Jatim, . Operasi limbah 93 diwilayah Polda Jateng, Jabar, Metro Jaya, Sumbagsel dan IIja, berlanjut dengan Operasi Limbah 95 .

9. Partisipasi aktif Polri dalam apresiasi penegakan hukum lingkungan ataupun bentuk-bentuk penelitian ilmiah hukum dibidang lingkungan.

39

Page 50: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

VL Penutup

40

Kita ketahui dan sadari bersama bahwa pengelolaan lingkungan hidup adalah kunci dari keberhasilan pembangunan yang berkesinambungan, oleh karena itu penegakan hukum lingkungan sebagai salah satu upaya dalam pengelolaan lingkungan hams kita tegakkan secara konsisten dan konsekuen.

Penegakan hukum lingkungan akan berhasi~ apabila dilaksanakan secara terpadu, terintegrasi dan terkoordinasi, tidak hanya antara Polri, Penuntut Umum dan Hakim, tetapi juga dengan instansi lain yang terkait. Selain itu, dukungan dari warga masyarakat memegang peran penting

Akhirnya, disadari sepenuhnya bahwa tiada sesuatu hal yang sempurna. Makalah singkat inipun, belum dapat meliput upaya penegakan hukum lingkungan secara lengkap, namun demikian makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan guna menambah wawasan dan pengetahuan khususnya berkaitan dengan tugas, fungsi dan peran Polri di dalam penegakan hukum lingkungan.

Jakarta, September 1995

Drs. MOERIHADI, S.H.

LETKOL. POL. NRP. 47050187 (ANGGOTA TIM BPHN)

Page 51: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

INSTRUMEN PENYELESAIAN KASUS PELANGGARAN LINGKUNGAN HIDUP

01eh : Faizal Daulay, S.H.

L Dasar :

Proyek Proposal Analisis dan Evaluasi Peranan Hukum dalarn Penye1esaian Acara Pe1anggaran dan Kejahatan Lingkungan tahun anggaran 1995/1996 dari Badan Pembinaan Hukurn Nasional.

IL A. Permasalahan :

l. Apakah tuntutan pidana merupakan satu satunya pemecahan ( ultimum Remedium ) dalarn penyelesaian kasus lingkungan hidup?

2. Bahwa apakah benar penyelesaian kasus pidana lingkungan didepan Pengadilan belum efektif, bahkan pembuktian sering menemui kegagalan, yaitu dengan adanya putusan bebas, bahkan lepas.

3. Apakah pengertian rusaknya atau tercemarnya lingkungan sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal l ayat 7 dan ayat 8 dari UU No. 4 Tahun 1982 kurangjelas, padahal telah disebutkan bahwa perbuatan tersebut merupakan perbuatan manusia atau proses alarn yang mengakibatkan lingkungan menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

4. Segi Perundang-undangan a. Tindak Pidana Lingkungan adalah Tindak Pidana Umum.

Kejaksaan menunggu perkara dari Penyidik (pasal 109, 110, 188 KUHAP). Tindak Pidana Lingkungan menurut pasal 22 UU No. 4/1982 adalah Delik materil, konsekuensinya setiap kasus perlu dibuktikan unsur-unsurnya oleh Jaksa Penuntut Umum. Kesulitan utama didalam pencemaran kumu1atif ada1ah menemukan hubungan kausal antara pencemaran dengan pe1aku. Kesulitan lain didalarn pembuktian basil laboratorium harus diterjemahkan oleh saksi ahli kedalam pengertian (unsur)

41

Page 52: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

yuridis, sedang Hakim, Jaksa Penuntut Umum maupun Penyidik sangat awam mengenai masalah yang bersifat teknis.

b. Melanggar baku mutu lingkungan bukan tindak pidana, tetapi merupakan pelanggaran administrasi. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 telah secara je1as menguraikan pengertain pencemaran atau perusakan lingkungan hidup.

c. Beberapa peraturan pelaksanaan UU No. 4/1982 belum ada, antara lain pasal5,6,7,10 (3}, penjelasan pasal8,20,21. Peraturan Pemerintah No. 511 Tahun 1993 tentang AMDAL uraian pasal5, tidak tepat karena tidak mungkin ada AMDAL sebelum ada ijin usaha dari instansi yang berwenang serta ijin pelaksanaan RKL dan RPL sehingga terkesan RKL dan RPL terpisah dari AMDAL dan bukan kegiatan dari AMDAL. Didalam Peraturan Pemerintah No. 51/Tahun 1993 tentang AMDAL dinyatakan bahwa apabila permohonan AMDAL belum selesai diproses dalam 45 hari maka AMDAL dinyatakan telah disetujui atas kekuatan Peraturan Pemeritah tersebut. Hal ini tentunya bertentangan dengan maksud Undang-undang yaitu AMDAL merupakan bagian dari instrumen hukum lingkungan yang fungsinya sebagai sarana pencegahan pencemaran. Dengan demikian, PP No. 51/Tahun 1993 tentang AMDAL tidak tepat karena menyimpang dari Undang-undang dan perlu segera disempurnakan.

B. Kendala Penegakan Hukum Lingkungan.

42

1. Materi hukum barns jelas, lengkap, sistematik sinkron satu dengan yang lain. Pengaturannya dalam pe1bagai peraturan perundangan memberi gambaran masih adanya conflit of law dan duplication of law.

2. Kuantitas dan kualitas aparat penegak hukum lingkungan perlu ditingkatkan. Kesamaan persepsi dan kerjasamalkoordinasi perlu dibina.

3. Sarana dan Prasarana. Kelangkaan sarana dan prasarana seperti laboratorium, belum adanya

Page 53: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

standarisasi dalam metode pengambilan dan penelitian sample, dapat menghasilkan analisis yang berbeda satu sama lain ini sangat mempengaruhi efektivitas pembuktian tindak pidana lingkungan.

4. Kesadaran hokum masyarakat perlu ditingkatkan.

C. Problematik Penegakan Hokum Lingkungan.

1. Tindak Pi dana Lingkungan sebagai Delik Materi i/. Belum adanya kesamaan persepsi antara aparat penegak hokum sebagai dimaksud pasal22 UULH. Hal tersebut disebabkan oleh pandangan delik materiil yang mensyaratkan terwujudnya akibat secara kongkrit/nyata.

2. Penilaian unsur sengajallalai. a. Pendekatan melalui teori kehendak (Wills Theorie) . teori

membayangkan (voorstellings Theory dan Wlllen en weten (MvT). b. Dapat ditelusuri dari dokumen AMDAL.

3. Pertanggungjawaban Pidana. a. Masih terjadi silang pendapat, apakah dalam tindak pidana

Lingkungan dianut konsepsi pertanggungjawaban individual atau kolektif?

b. Penjelasan pasal 5 (l) UULH pertanggungjawaban baik secara in­dividual maupun secara kolektif atau oleh badan hokum.

4. Ketentuan pasa/ 180 KUHAP dan asas In dubio pro Reo. Penerapan ketentuan pasal 180 KUHAP agar dilaksanakan secara ektra hati-hati sebab dapat menghasilkan suatu fakta yang menggiring ke arab penerapan asas in dubio pro reo.

5. Penilaian terhadap keterangan ah/i. a. Yurisprudensi Tetap, hakim tidak terikat pada pendapat ahli. b. Dalam kasus lingkungan, seyogianya diberikan perlakuan khusus

dalam penilaian keterangan ahli, karena keterangan ahli dalam lqlsus ini diberikan atas dasar kajian ilmiah yang bersifat multi interdisipliner (konprehensif-integral), yang terkadang sangat sulit di-cerna oleh kalangan non-ekspert.

6. A/at bukti sural. Dituntut kecermatan dan keseksamaan dalam menilai surat-surat dalam

43

Page 54: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

kasus lingkungan, karena banyak dan beranekanya surat dan kemungkinan diajukannya surat-surat yang telah direkayasa untuk keuntungan pihak tertentu.

Ill. Pembabuan.

44

l. Penyelesaian kasus lingkungan hidup dapat dipecahkan melalui instrumen: a. administratif; b. perdata; dan c. pidana.

Penyelesaian kasus lingkungna hidup difokuskan kepada usaha-usaha prevensi melalui sarana/persyaratan pemberian izin (licence), pengawasan dan pemantauan oleh aparatlpejabat TIJN. Pencemar utama terhadap lingkungan hidup adalah industri/pabrik. Di dalam undang­undang telah diberikan pembatasan/filter berbentuk AMDAL (PP.29/ 1986 yo PP No. 51 Tahun 1993) dan bentuk perijinan lain seperti HO terhadap pendirian suatu industri/pabrik. Apabila pihak pencemar, dalam hal ini pabriklindustri melakukan perbuatan melanggar izin maka pihak pemberi ijin atau pejabat TIJN dapat memberikan sanksi mencabut ijin atau menghentikan kegiatan operasional. Sanksi yang diberikan oleh pejabat tersebut didasarkan atas kewenangannya atau dapat dikatakan sebagi tindakan pemerintahan (bestuurs-daad). Instrumen pidana dilakukan berdasarkan tuntutan pidana berdasarkan pasal 22 UU No. 4 Tahun 1982 dan sanksi berupa pemidanaan badan dan atau denda. Proses pidana biasanya berlarut-larut memakai waktu lama mulai dari penyidikan, penuntutan baik di pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi (jika ada banding) sampai Mahkamah Agung, sehingga proses pidana tidak dapat segera memecahkan kasus lingkungan hidup, atau dengan perkataan lain pencemaran dapat berlangsung terus sehingga terdapat putusan pidana yang berkekuatan hokum tetap yang mempersalahkan perbuatan terdakwa. Dalam hubungan ini UU No. 4 Tahun 1982 tidak mengatur tindakan-tindakan sementara yang perlu diambil proses pemeriksaan yang sedang berjalan.

2. Bahwa tidak benar penyelesaian kasus pidana lingkungan di Pengadilan sering menemui kegagalan atau dibebaskan oleh Hakim. Berdasarkan

Page 55: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

pemantauan di lapangan hampir semua kasus pidana lingkungan dinyatakan di hokum dan tidak sampai 5 %yang dibebaskan Disamping UU No. 4 Tahun 1982 didalam penanganan kasus lingkungan perlu diperhatikan secara kasuistis tergantung dari pada petbuatan yang dilanggar dan dapat dituntot berdasarkan perundang-undangan yang lain seperti UU mengenai Kehutanan, Pertarnbangan, Kesehatan , Perikanan, Konservasi Somber Daya Alam dan Ekosistemnya, Cagar Budaya. Karantina Flora dan Fauna, ZEE dan lain sebagainya. Bahwa didalam pemeriksaan tindak pidana lingkungan diperlukan keterpaduan sejak dini yaito sejak penyidikan antara penyidik, penuntot umum, saksi ahli, pemerintah daerah (BAPEDAL dan TIM PROKASlli). Oleh sebab itu perbuatan perusakan atau pencemaran lingkungan perlu diformulasikan dari pengertian tehnis kedalam pengertian yuridis. Berdasarkan KUHAP Hakim hanya dapat menjatuhkan pemidanaan apabila terdapat minimal 2 (dua) alat bukti yang sah. Oleh sebab ito peranan keterangan ahli sangat dominan didalam proses pidana yaitu dengan parameter yang ada (BAKU MUTU LINGKUNGAN) dapat dijabarkan adanya perbuatan yang dilanggar. Demikian pula pembuktian lain yang dapat diajukan dipersidangan yang tidak kalah pentingnya adalah saksi serta surat-surat atau dokumen parijinan yang dimiliki oleh pencemar tersebut, sehingga dapat diketahui dengan jelas tingkat kesalahan terdakwa apakah kesengajaan atau kelalaian.

3. Pengertian rusaknya lingkungan sudah jelas diatur didalam pasal I ayat 7 dan ayat 8 dari UU No. 4 Tahun 1982. Sampai saat ini sudah ada yurisprudensi mengenai rusaknya atau tercemamya lingkungan yaito antara lain berdasarkan putusan Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tinggi a tau Mahkamah Agung dalam kasus seperti penangkapan burung Cendrawasih di Sorong, penebangan pohon di Tapanuli, menangkap burung Cendrawasih di Sorong dan Biak, penambangan tanpa ijin di Bogor, pencemaran sungai Surabaya Mekabox di Gresik, penyelundupan sampah plastik di Jakarta Utara dan lain sebagainya. Sedangkan kasus limbah tabu di Sidoarjo telah dipidana oleh Mahkamah Agung dimana di Pengadilan Negeri dibebaskan karena penyidik dan penuntut umum belum berpengalaman menangani kasus pencemaran lingkungan. Pasal 22 UU No. 4 Tahun 1982 adalah delik rnateriil sehingga perlu dibuktikan adanya perbuatan yang menyebabkan rusaknya atau tercemamya lingkungan. Sedangkan rnasalah pembuktian ini merupakan togas pokok penuntot umum dipersidangan. Oleh karena itu sejak penyelidikan dan penyidikan diminta perhatian khusus dari penuntut umum untuk memantau

45

Page 56: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

perkembangannya serta memberikan petunjuk kepada penyidik untuk mempersiapkan penuntutan di Pengadilan. Sesuai dengan asas dalam KUHAP bahwa proses pidana adalah berdasarkan integrated criminal justice system. dimana diharapkan adanya keterpaduan dari instansi yang terkait untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Apabila pasal 22 dijadikan delik formil maka akan menimbulkan permasalahan yang lebih berat antara lain akan terjadi banyak kasus yang diajukan ke Pengadilan tanpa mempertimbangkan akibat atau bobot perbuatan itu sendiri.

IV. Kesimpulan.

I. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas kami berkesimpulan bahwa pasal 22 tidak perlu dijadikan delik formal karena akan menambah beban penyidik, penuntut umum dan hakim. Pengertian rusaknya lingkungan atau tercemarnya lingkungan telah dijabarkan didalam UU itu sendiri serta telah terdapat yurisprudensi mengenai hal itu.

2. Terdapat inter-aksi yang erat dan sating mempengaruhi antara pembangunan dan lingkungan. Pengelolaan sumberdaya alam secara tidak/kurang bijaksana mengakibatkan pencemaran I perusakan lingkungan yang pada akhimya dapat menghambat kesinambungan pembangunan.

3. Tindak pi dana lingkungan nampak meningkat baik kuantitas, kualitas maupun intensitasnya.

4. Kurang efektifnya penegakan pidana lingkungan terpulang kepada komponen-komponen penunjang penegakan hukum lingkungan.

5. Penegakan hukum lingkungan harus dilaksanakan secara tegas, lugas, tetapi manusiawi dilandasi oleh tehnik pendekatan yang komprehensif­integral.

V. Saran.

46

1. Upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan : a. Pemberian izin oleh aparat yang berwenang agar diperketat. b. Pernantauan dan pengawasan oleh aparat yang berwenang agar lebih

diefektifkan.

Page 57: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

c. Kualitas profesionalisme oleh penyidik dan penuntut umum serta peranan masyarakat agar dimantapkan.

d. Agar didalam UU No. 4 Tahun 1982 dicantumkan pasal mengenai tindakan sementara yang perlu diambil apabila terjadi pencemaran.

e. Agar dikeluarkan peraturan pelaksanaan dari beberapa ketentuan didalam UU No . 4 Tahun 1982 yang belum ada peraturan pelaksanaannya.

2. Penyempurnaan hukum lingkungan yang mengacu pada tujuan pengelolaan lingkungan dalam kaitannya dengan penegakan hukum Jingkungan sebagai sarana penunjang, pengawal dan pengaman pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan.

3. Peningkatan kualitas aparat penegak hukum, pembinaanlkoordinasi dan kerjasama positif dalam rangka menciptakan kesamaan persepsi dalam penanganan kasus-kasus lingkungan.

4. Mekanisme penanganan penyelesaian perkara/tindak pi dana lingkungan perlu dimantapkan ( Patut dipertimbangkan pemikiran untuk menyatakan tindak pidana khusus ).

5. Sarana dan prasarana penegakan hokum lingkungan perlu ditingkatkan.

6. Meningkatkan kesadaran hokum masyarakat melalui penyuluhan dan bimbingan dengan metode PEKA.

7. Berdasarkan hal-hal tersebut perlu dipikirkan menjadikan Tindak Pidana Lingkungan menjadi Delik Formil dan dimasukkan sebagai Tindak Pidana Ekonorni, sehingga penyidikan dan penuntutannya lebih mudah, praktis dan cepat.

47

Page 58: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

MENEGAKKAN HUKUM LINGKUNGAN MELALUI PUTUSAN HAKIM

Oleh : Subardi, S.H.

Pendahuluan.

Lingkungan hidup merupakan milik umum, karena mengandung sifat <epentingan umum. Agar lingkungan hidup dapat berfungsi dengan baik maka tdalah logis bila lingkungan hidup diberikan hak untuk dilestarikan, sehingga tingkungan hidup merupakan subyek hukum yang mengemban fungsi untuk menjarnin kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk lidup lainnya. Namun fungsi ini hanya dapat dipenuhi bila manusia menjalankan kewajibannya yaitu melaksanakan segala upaya untuk menjaga kelestarian daya dukung lingkungan hidup.

Penegasan akan lingkungan hidup sebagai milik umum dan sebagai subyek nukum dijelaskan dalam pasal 5 ayat 2 Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 yang l>erbunyi :

"Setiap orang berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemaran".

\1engingat pelaksanan pambangunan sebagai kegiatan yang makin meningkat mengandung resiko pencemaran dan perusakan lingkungan, sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak '<arenanya, maka perlu adanya tindakan baik preventif maupun represif untuk :nenariggulangi hal tersebut.

Untuk merealisasikan hal tersebut, maka dalam menegakkan hukum ingkungan di Indonesia mencakup penataan dan penindakan baik dibidang hukum ~dministrasi Negara, bidang hukum perdata dan bidang hukum pidana. Sedangkan

_tang menyangkut peran sertanya Pengadilan/Hakim terbatas dalam bidang hukum tJerdata dan bidang hukum pidana.

1. Masalah yang timbul dalam hukum lingkungan.

48

Masalah hukum yang menjadi pokok adalah yang menyangkut masalah siapa yang berhak menggugat, masalah pembuktian, tentang ganti rugi, pemulihan lingkungan, pidana lingkungan, kesaksian ahli, periman laboratorium dan metoda analisis zat pencemar untuk menetapkan ada

Page 59: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

tidaknya pencemaran dalam artai hukum dan pertimbangan yang didasarkan pada perkembangn ilmu dan teknologi.

Masalah ini sangat penting karena dapat mempengaruhi secara mendasar konsep hukum yang berlaku, khusus pada konsep dan teori penafsiran dalam praktek hukum yang dapat menimbulkan penafsiran -penafsiran yang berbeda, sedangkan hal tersebut sangat penting sekali karena akan dijadikan alat bukti sebagai bahan pertimbangan bagi Hakim dalam menentukan ada tidaknya pencemaran lingkungan.

2. Kepentingan hokum untuk mengajukan gugatan

Bahwa persyaratan formal dalam suatu gugatan perdata adalah keharusan adanya kepentingan hukum bagi seseorang untuk mengajukan gugatan, sebagaimana yang telah digariskan dalam doktrin ilmu hukum menyaratkan bahwa hanya tuntutan hak yang mempunyai kepentingan hukum yang cukup dapat diterima oleh Pengadilan. Sebab dalam hukum acara perdata kita mengenal "Tiada gugatan tanpa kepentingan hukum".

Oleh karena itu dalam perkembangan baru ini yang penting dikemukakan dalam kaitannya dengan pembentukan hukum lingkungan Nasional, perlu adanya pembaharuan hukum, melalui penafsiran hukum, pengembangan doktrin sebagi sumber hukum baru, putusan putusan Hakim serta peran serta masyarakat sebagai refleksi kesadaran hukum masyarakat terutarna untuk mengatasi kelambanan pembentukan hukum baru melalui perundang­undangan.

Pembentukan hukum lingkungan baru yang demikian akan diuraikan berdasarkan beberapa putusan Hakim yang mempengaruhi perkembangan hukum lingkungan Nasional tentang konsep penegakan hukum lingkungan ialah hak menggungat rnasyarakat (Ius standi) dalam perkara lingkungan.

Perbedaan penafsiran yang disebabkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi terutarna konsep lingkungan atau ekologi membawa pengaruh yang sangat mendasar pada teori penafsiran yang lazim dalam praktek terrnasuk di Indonesia.

Sebagai contoh : Kasus Lembaga Swadaya Masyarakat Sierra Club V Morton (U.S.A

1972) yang dipersoalkan disini adalah suatu organisasi yang kegiatannya

49

Page 60: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

50

bertujuan melindungi lingkungan dapat mewakili masyarakat "Ius standi" atau tidak.

Kasus perkara perdata No. 820/Pdt.G/1988/PN.Jkt.Pst. antara Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) melawan Negara Republik Indonesia Cs. Dari dua kasus tersebut dapatkah suatu organisasi/perseorangan dapat merniliki "ius standi" atau tidak. Suatu organisasilkelompok lingkungan mendapat pengakuan Ius standi harus mempunyai persyaratan-persyaratan sebagai berikut : a. Tujuan organisasi tersebut adalah memang melindungi lingkungan hidup

atau menjaga kelestarian lingkungan, tujuan mana harus tercantum dan dapat dilihat dalam anggaran dasar organisasi yang bersangkutan.

b. Organisasi yang bersangkutan berbentuk badan hukum atau Yayasan. c. Organisasi yang bersangkutan secara terus menerus dan

berkesinambungan menunjukkan rasa kepedulian terhadap perlindungan lingkungan hidup secara nyata di masyarakat.

d. Organisasi yang bersangkutan harus cukup representatif ( dilihat dari Proyek Pembinaan Tehnis Yustisial Mahkamah Agung RI I995).

Bahwa selanjutnya dalam penjelasan umum Undang-Undang No. 4 tahun I982 telah disebutkan pada pokoknya bahwa terpeliharanya lingkungan hidup Indonesia sebagi suatu ekosistem yang baik dan sehat merupakan tanggung jawab yang menuntut peran serta setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan daya dukung lingkungan.

Secara tegas daiam pasal 5 Undang-Undang No. 4 tahun I982 disebutkan : ayat I

Ayat 2

Setiap orang mempunyai hak atas Iingkungan yang baik dan sehat. Setiap orang berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya.

Bahwa selanjutnya dalam penjelasan pasal 5 ayat I disebutkan bahwa yang dimaksud dengan orang adalah orang seorang, kelompok orang, atau badan hukum. Kemudian penjelasan dalam ayat 2 menyatakan bahwa kewajiban setiap orang sebagaimana dalam ayat ini tidak terlepas dari kedudukan sebagi anggota masyarakat yang mencerrninkan harkat manusia sebagai individu dan makhluk sosial.

Page 61: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan adanya kedudukan yang penting dari manusia sebagai seseorang yang mandiri dan sekaligus sebagai mahluk sosial yang tidak terlepas dari lingkungan dan mempunyai kewajiban­kewajiban sesama manusia lainnya.

Oleh karenanya sebagaimana yang ditulis oleh Satjana Heinhard Steiger Cs., bahwa hak subyektif untuk perlindungan seseorang, memberikan kepada yang mempunyai suatu tuntutan yang sah guna meminta kepentingannya akan suatu lingkungan hid up yang baik dan sehat · harus dihormati, suatu tuntutan yang dapat didukung oleh prosedur hukum, dengan perlindungan hukum oleh Pengadilan dan perangkat-perangkat lainnya. Tidaklah disangkal bahwa penegakan peraturan perundang-undangan adalah perlu sekali bagi perlindungan hukum lingkungan hidup seseorang.

Sedangkan peran serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 6 ayat 1 Undang-undang No. 4 tahun 1982, yang menurut ayat 2 nya masih akan diatur dengan peraturan perundang-undangan.

3. Masalah beban pembuktian

Salah" satu masalah yang sangat penting yang dapat dijadikan pegangan Hakim!Pengadilan dalam menentukan ada tidaknya pencemaran 1ingkungan adalah tentang pembuktian.

Dalam kasus-kasus lingkungan mengenai beban pembuktian yaitu tentang ada tidaknya unsur kesalahan, ada tidaknya unsur kelalaian, ketidak hati-hatian, apakah ada kesengajaan, apakah ada petbuatan melawan hukum, adanya kerusakan dan sebagainya.

Di dalam pasal 20 Undang-Undang No. 4 tahun 1982, ayat 1 "Barang siapa merusak dan atau mencemarkan lingkungan

hidup memikul tanggungjawab dengan kewajiban membayar ganti kerugian kepada penderita yang telah dilanggar haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

ayat 3 "Barang siapa merusak dan atau mencemarkan lingkungan hidup memikul tanggung jawab membayar biaya-biaya pemulihan lingkungan hidup kepada.

Di dalam kedua ketentuan tersebut dalam pelaksanannya masih perlu adanya perangkat undang-undang sebagaimana disebutkan dalam ayat 2 dan

51

Page 62: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

4 dari pasal tersebut. Sehingga pada titik akhir terhadap kasus-kasus yang dihadapkan ke Pengadilan, Hakim sering menghadapi masalah pembuktian-pembuktiannya yang cukup rumit, karena belum adanya standard yang dapat dijadikan pegangan untuk menentukan adanya pencemaran lingkungan.

4. Apakah yang dimaksud dengan hubungan kausal

Salah satu masalah penting dalam kasus lingkungan seperti dalam hal terjadinya pidana lingkungan ialah untuk membuktikan ada tidaknya hubungan kausal dengan bantuan ilmu medis.

Penyakit itai-itai dalam kasus Komatsu vs. Mitsui Kennoku Kogyo K.K. Jepang (1972) disebabkan oleh kandungan Cadnium, timah hitam senyawa zinc dalam konsentrasi yang tinggi pada tanarnan padi di sekitar korban. Limbah ini berasal dari Karnioka mining facility Mitsui Metal Mining K.K. Melalui air rninum atau produksi pangan dikawasan ini rnasyarakat sekitarnya menderita penyakit ltai-itai. Dalam kasus ini (epidemological proof of cau­sality) telah dianggap memadai untuk melaksanakan tuntutan.

Menurut Hakim dalam keadaan demikian tidak diperlukan unsur kelalaian atau kesalahan bagi sipelaku atau pernilik industri dianggap stricty ly liable berdasarkan Undang-Undang Pertambangan. Kasus ini juga memberikan bukti bahwa tanggung jawab mutlak yang dianut oleh Pasal 21 Undang-Undang No. 4 tahun 1982 dapat dikembangkan supaya dapat diperlakukan untuk jenis kegiatan tertentu melalui putusan Hakim.

5. Kesaksian abli

52

Hal lain yang menarik yang perlu mendapat penanganan yang seksama dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya rnanusia adalah kesaksian abli (ilmuwan) yang dapat dijadikan alat bukti ilrniah untuk menerangkan adanya hubungan kausal antara sumber penyebab dan akibatnya.

Untuk memberikan gambaran pertimbangan pengertian hubungan kausal dan arti kerusakan ekologi atau pencernaran lingkungan yang disebabkan oleh bahan berbahaya dan beracun di Indonesia, putusan Hakim Tanjung Pinang atas pencemaran lingkunganlkerusakan ekologis karena bahan berbahaya dan beracun (pada tahun 1989), merupakan kasus lingkungan yang pertama di Indonesia.

Page 63: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

Yang menjadikan pencemaranlkerusakan lingkungan (kerusakan ekologis) sebagai argumentasi yuridis bagi putusan Hakim, dan diakui sebagai tindakan pidana lingkungan. Dalam kasus ini tidak saja kesaksian ahli digunakan secara luas dan mendasar, tetapi juga keterlibatan laboratorium untuk membuktikan terjadinya kerusakan/pencemaran lingkungan.

Hal lain yang pernah terjadi, adanya peristiwa kandasnya kapal tangki "SHOWA MARU" diselat Malaka/Selat Singapura pada tahun 1975 yang mendorong perhatian dan kepedulian masyarakat-pada masalah lingkungan di Indonesia pada saat itu.

Sumbangan pada kasus ini pada referensi hukurn internasional adalah kemajuan dan kesediaan para ahli hukurn dan lingkungan untuk menerima kerusakan ekologis sebagai bagian dari tuntutan ganti rugi .

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan pengetahuan yang lebih dari sekadar hukum, seperti ilmu kimia, biologi, fisika dan ekonorni serta sosial dan sebagainya, bagi Hakim, Jaksa dan para penegak hukurn lainnya untuk menyelesaikan kasus pencemaran lingkungan tidak dapat disangkal lagi. Dengan demikian suatu kegiatan pemantauan akan dapat memberikan kualitas dan kuantitas limbah atau emisi, efek atau dampaknya, serta kecenderungannya di masa yang akan datang.

6. Peranan ilmu, saksi ahli dalam proses pembuktian.

Salah satu unsur pendukung penting dalam menyelesaikan kasus-kasus lingkungan seperti tersebut diatas, ialah peranan saksi ahli dari disiplin ilmu tertentu, sesuai dengan sifat kasusnya.

Untuk menerapkan saksi ahli dalam kasus lingtrungan ada 4 hal yang harus diperhatikan : a. Tingkat pendidikan. b. Spesialisasinya. c. Pengalaman. d. Pengakuan dari asosiasi keahlian yang sejenis.

Seperti telah diuraikan diatas, bahwa masalah pencernaranlperusakan lingkungan mengandung pengertian teknis dan ilrniah yang san gat mendasar, rnaka kesulitan utama yang dihadapi para Hakim, Jaksa, Polisi dan Pengacara

53

Page 64: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

dalam proses pengadilan ialah untuk merumuskan pengertian teknis dan ilmiah itu kedalam rumusan-rumusan hukum yang mudah dipahami.

Tidak semua ahli dapat menerangkan bahasa ilmiah ini kedalam "bahasa hukum praktis" , sehingga diperlukan keahlian khusus untuk mengalih bahasakan istilah-istilah teknislilmiah tersebut kedalam bahasa hukum menurut sistem hukum yang berlaku di Pengadilan. Masalah lain yang juga penting dalam kasus lingkungan adalah peranan laboratorium sebagai laboratorium rujukan untuk menetapkan terjadi tidaknya pencemaran dalam arti hukum. Seperti kasus pencemaran di Sidoarjo Jawa Timur, telah memperlihatkan pentingnya laboratorium rujukan ini, agar terdapat persepsi dan penafsiran yang sama ten tang terjadi tidaknya pencemaran. Dengan belum difahaminya peranan laboratorium dan implikasinya pada proses pembuktian terjadinya pencemaran lingkungan menyebabkan kasus ini dijadikan contoh keterlambatan sistem hukum mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.

Kesimpulan

54

Bahwa dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem penegakan hukum lingkungan dengan kaitannya peran sertanya Pengadilan melalui putusan Hakim adalah sebagai berikut :

a. Bahwa pengakuan Ius Standi Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ) yang tujuan dan bidang kegiatannya khusus mengenai perlindungan lingkungan merupakan mitra kerja pemerintah yang dapat berlangsung langgeng, karena didasarkan pada idialisme sebagai pembina lingkungan dan mempunyai landasan hukum yang kuat, baik perundang-undangan maupun putusan Hakim harus disertai dengan pembinaan kualitas sumberdaya manusia.

b. Bahwa masalah pembuktian akan tetap menjadi pokok bahasan, karena mempersoalkan berbagai kepentingan yang mendasar dalam pelaksanaan hukum lingkungan yang baru. Masalah ini terkait dengan sifat teknis yang rumit, ragam disiplin ilmu yang terlibat dan syarat-syarat sahnya suatu alat bukti, kesaksian ahli dan laboratorium

c. Bahwa sesuai dengan pola pembangunan/pembinaan hukum nasional, pembentukan hukum lingkungan melalui ketentuan perundang­undangan berdasarkan Undang Undang Lingkungan hidup, perlu dikembangkan pembentukan hukurn lingkungan berdasarkan putusan Hakim, dengan melibatkan saksi ahli dan laboratorium rujukan.

Page 65: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

d. Bahwa keterbatasan saksi ahli dengan proses pembentuk:an dan pengakuan hukum lingkungan dapat diatasi, antara lain melibatkan para pakar/ahli perguruan tinggi dan asosiasi disiplin ilmu sejenis.

55

Page 66: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

BEBERAPA POKOK PIKIRAN UNTUK ANALISIS PERAN HUKUM DALAM PENYELESAIAN ACARA

PELANGGARAN DAN KEJAHATAN LINGKUNGAN Oleh : Chalid Mohammad

Sebagai telaah kritis dari praktik yang terjadi selama ini dalam hal penegakan hukum lingkungan. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mencoba memberikan beberapa pokok pikiran khususnya mengenai penggunaan instrumen pidana dalam penyelesaian sengketa lingkungan. Beberapa pokok pikiran berikut ini merupakan sumbangan dalam rangka Analisis dan Evaluasi Peranan Hukum Dalam Penyelesaian Acara Pelanggaran dan Kejahatan Lingkungan, yang dilakukan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN).

Sumbangan pemikiran ini, berangkat dari pengalaman dan pengarnatan kami dalam memperjuangkan kepentingan lingkungan hidup sebagai misi utama WALHI. Agar lebih sistematis, pokok pikiran ini lebih difokuskan pada, Substansi hukum, Aparat Penegak Hukum, Sarana dan prasarana, serta peranserta masyarakat, sebagai hal prinsip dalam penegakan hukum. Empat fokus kajian itu dapat dilihat sebagai berikut :

A. Substansi Hokum

56

Delik pidana lingkungan tersebar dalam beberapa ketentuan aturan. Baik ketentuan yang telah ada sebelum lahirnya Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH) No. 4 Tahun 1982, rnaupun undang­undang yang terbit akibat lahirnya UULH. Berdasarkan kesepakatan dalam tim BPHN, yang menjadi fokus kajiannya adalah ketentuan pidana yang diatur dalam UULH. Untuk itu karni akan mencoba merujuk pada kesepakatan tersebut dalam menuangkan pokok-pokok pikiran ini.

Pasal 22 UULH merupakan satu-satunya pasal yang mengatur tentang ketentuan pidana lingkungan dalam UULH. Meski ketentuan ini telah ada selama 13 tahun, akan tetapi posisinya selalu ditempatkan menjadi "obat terakhir" (ultimum remedium) dalam suatu sengketa lingkungan. Banyak faktor yang mempengaruhinya antara lian :

Pertama, ada berbagai instrumen hukum yang lazim digunakan dalam penyelesaian suatu sengketa lingkungan. Selain instrumen pi dana, kita juga mengenal instrumen administratif, instrumen perdata, dan instrumen

Page 67: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

alternatif (mediasi dan negosiasi). Seharusnya setiap instrumen hukum ini memainkan perannya secara berbeda-beda, berdasarkan fungsinya.

Pendekatan administratif biasanya lebih diperuntukkan bagi upaya prefentif, sehingga ada keinginan dan tanggung jawab dari pelaku aktivitas untuk menjaga agar kegiatannya memperhatikan kepentingan lingkungan hidup. Instrumen inijuga berfungsi sebagai upaya refresif, tetapi hanya pada pelaku aktivitas yang melanggar ketentuan administratif berkaitan dengan kepentingan lingkungan hidup. Upaya itu dapat diujudkan dalam bentuk sanksi administratifberupa denda, atau pencabutan izin kegiatan.

Praktiknya, banyak pendekatan yang digunakan dalam penyelesaian kasus lingkungan yang menggunakan instrumen administratif. Meskipun, jika melihat posisi kasus dan pengertian yang tennuat dalam pasal 22 UULH, kasus tersebut lebih dorninan kasus pidana.

Berbagai alasan sering kita dengar dikemukakan untuk membenarkan praktek seperti ini. Salah satu adalah argumentasi ekonorni . Kepentingan ekonorni sering dipertentangkan dengan kepentingan pelestarian lingkungan hidup. Seolah keduanya tidak akan mungkin dapat bersatu sebagai langkah barn dalam mendatangkan devisa negara. Jika sikap seperti ini masih terus berkembang, maka kornitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup tidak akan pernah terujud. Sebab setiap ada kasus pelanggaran ataupun kejahatan lingkungan tidak akan ditindak dengan baik, jika pelaku aktivitas itu mengedepankan masalah tenaga keija dan atau pendapatan daerah atau negara sebagai alasan 'pemaaf bagi perbuatannya.

Sikap mendua seperti ini menunjukkan bahwa komitmen untuk menegakkan hak-hak lingkungan dengan menggunakan instrumen pidana masih jauh dari harapan. Apalagi jika ada anggapan atau dugaan bahwa kondisi obyek sengketa dapat dikembalikan pada peran dan fungsinya seperti semula, dengan menggunakan pendekatan teknis, meskipun pelanggaran atau kejahatan lingkungannya cukup serius. Persoalan seperti ini dapat dilihat pada kasus Pulau Bira di Kepulauan Seribu Jakarta, kasus Freeport Indone­sia di Irian Jaya, Kasus Indah Kiat di Riau, kasus Inti Indo Rayon di Sumatera Utara, Kasus Indo Muro Kencana di Kalimantan Tengah dll.

Kedua, Delik lingkungan yang diatur dalam pasal 22 UULH adalah delik materiel, dimana sering teijadi kerumitan dalam hal penyiapan alat -alat bukti serta penentuan hubungan sebab akibat antara perbuatan pencemar dan subyek

57

Page 68: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

58

tercemar. Kerurnitan seperti ini seringkali dapat meloloskan pelaku kejahatan atau pelanggar pi dana lingkungan dari ancaman hukuman. K.erumitan seperti ini juga dapat dimanfaatkan oleh pelaku pidana lingkungan untuk melakukan counter argument bahwa perbuatan itu bukan dilakukan oleh pihaknya, tetapi pihak lain yang berdekatan dengan obyek sengketa. Bantahan itu dapat dilakukannya dengan rnenyodorkan data-data teknis yang sulit terbantah. Kasus seperti ini dapat dilihat pada kasus PT SSS di Jawa Tirnur.

Ketiga, Pidana lingkungan ditafsirkan sebagai delik pidana urnum, sehingga proses beracaranya pun tunduk pada ketentuan hukurn acara pidana yang diatur dalarn UU No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukurn Acara Pidana (KUHAP). Ketentuan yang terrnuat dalarn KUHAP sangat banyak rnernberi kewenangan penyidikan dan penyelidikan pada pihak Kepo1isian. Untuk kasus pidana lingkungan pihak kepolisian setidaknya harus rnenguasai teknis dan rnetodo1ogi penyelidikan kasus.

Ini sangat penting untuk dimi1iki, apalagi jika hasil penyelidikan itu temyata rne1ahirkan dugaan bahwa pelaku aktivitas itu telah mencemari lingkungan sehingga perlu untuk disidik. Dalarn hal penyidikan, keterarnpilan teknis penyelidik dan penyidik sangat berperan penting untuk menjaga faliditas hasil sidikan. Mereka selain berfungsi rnengurnpulkan bahan dan atau alat bukti yang kadangkala bersifat ilrniawi, juga dibutuhkan keterarnpilan khusus untuk rnelihat hubungan kausaliteit antara pencemar dan subyek tercernar.

01eh karenanya dalarn kasus perusakan 1ingkungan terdapat kesulitan bagi aparat penyidik untuk rnenyediakan alat bukti sesuai dengan pasal 184 KUHAP. Selain itu, pernbuktian unsur hubungan kausal rnerupakan kendala tersendiri bagi aparat penegak hukum. K.arena pencernaran lingkungan sering tetjadi secara kurnulatif, sehingga sulit untuk rnernbuktikan siapa surnber pencemar, terutama yang bersifat kimiawi.

Keempat, sering tetjadi perbedaan persepsi diantara aparatus penegak hukurn, baik hakirn, polisi, kejaksaan, rnaupun pengacara dan penasehat hukurn, tentang pengertian teknis yuridis hukum lingkungan dan persoalan pernbuktian. Khususnya rnengenai hubungan kausal dalarn delik lingkungan. Salah satu buktinya dapat dilihat pada posisi kasus Limbah Tahu di Sidoatjo, dirnana perbedaan persepsi itu cukup jelas tergarnbar.

Prof. Dr. Siti Sundari Rangkuti, S.H dalarn tulisannya betjudul Beberapa Prob1ernatika Hukurn Lingkungan rnencoba menganalisis tentang perbedaan

Page 69: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

persepsi ini. Dalam telaahnya terhadap berkas-berkas perkara, terungkap bahwa, baik jaksa maupun hakim sangat dipengaruhi oleh pemikiran ilmu Hukum Pidana, sedangkan pledoi Penasehat Hukum tidak banyak mengandung argumentasi yang mencenninkan penguasaan materi hukum lingkungan. Kepolisian, Kejaksaan dan juga Penasehat Hulrum berpendapat bahwa perbuatan "melanggar baku mutu air limbah" identik dengan "mencemarkan air Kali Surabaya" yang merupakan tindak pidana dan terkena pasal 22 UULH.

Dari sudut pandang yang demkian dapatlah dimengerti mengapa sampai terjadi kekeliruan persepsi dalam proses pemeriksaan perkara "pencemaran" Kali Surabaya tersebut. Jika melihat dasar pemikiran hulrum lingkungan, kekeliruan itu terjadi sebagai berikut : Perbuatan terdakwa sesuai dengan pemeriksaan air limbah oleh laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) sebagai saksi ahli terbukti "melanggar baku mutu air limbah" yang ditetapkan dalam Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 414 Th 1987 tentang Penggolongan dan Baku Mutu Air Limbah di Jawa Timur, bukan "mencemarkan air Kali Surabaya" yang tunduk pada pasal 22 UULH. Air Kali Surabaya menjadi cemar akibat perbuatan terdakwa, yaitu korban pencemaran, tidak pernah diajukan sebagai alat bukti dan untuk syarat pembuktian hubungan kausal antara limbah terdakwa dengan cemarnya air yang merupakan salah satu unsur delik lingkungan. Dengan demikian pertimbangan hakim tentang asas In dubio pro reo (yang menguntungkan bagi terdakwa) karena perbedaan BOD dan COD yang terkandung da1am limbah tabu oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Kanwi1 Departemen Perindustrian Jawa Timur dengan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dalam kasus ini menjadi tidak re1evan.

Persoalan lain yang berkaitan denga beda presepsi ini ada1ah, penanganan kasus lingkungan diidentikkan dengan kerugian masyarakat akibat sumber daya alamnya tercemar oleh aktivitas pembangunan. Pandangan seperti ini cenderung bersifat antropo sentris, yang sangat tidak menguntungkan bagi kepentingan 1ingkunga hidup sebagai subyek hukum ter5endiri. Jika pandangan ini masih terus ada, maka jangan harap akan ada upaya penegakan hulrum lingkungan lewat pidana lingkungan, bagi pelaku aktivitas yang mencemari sumber daya alam yang tidak dihuni manusia. ini berati degradasi kualitas sumber daya alam akan terus berlangsung, tanpa upaya pencegahan secara serius dari aparat penegak hukum.

59

Page 70: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

B. Aparat Penegak Hukum

60

Selain polisi, jaksa, hakim, dan pejabat pemerintah terkait, pengacara dan penasehat hukum juga merupakan aparatur penegak hukum lingkungan. Sehingga jika ingin melihat persoalan aparatus penegak hukum lingkungan, kesemua pihak tersebut, perlu mendapat perhatian. Dari beberapa contoh kasus yang ada kita dapat melihat kesigapan dari aparat penegak hukum · dalam upaya penegakan hukum lingkungan di Indonesia. ·

Kasus Pasuruan dan kasus PT Hopker putra Barito di Tangerang cukup menarik untuk diamati. Dimana masyarkat secara spontan melakukan aksi protes terhadap kegiatan perusahaan tersebut, meskipun dengan pendekatan metalegal. Protes masyarakat tersebut, salah satunya disebabkan kurangnya perhatian dari aparat penegak hukum terhadap keluhan-keluhan masyarakat yang telah disampaikan dalam kurun waktu yang cukup lama. Selain persoalan respon aparat penegak hukum, banyak hal lain yang perlu dikomentari pada poin ini. Tetapi kali ini saya lebih membatasi pada responsifitas aparat kepolisian sebagai penyelidik dan penyidik kasus pidana lingkungan.

Bagi beberapa kasus pidana umum lainnya, pihak kepolisian telah menunjukkan kesigapannya dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan. Ini teljadi, karena delik pidana tersebut telah lama dikenal di negara dan masyarakat kita. Kurun waktu ini juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan dan keandalan aparat kepolisian dalam menjalankan tugas.

Selain persoalan kurun waktu, hal lain yang sangat berpengaruh terhadap responsifitas pihak kepolisian adalah tingkat urgensi kasus lingkungan belum terbangun dengan baik dalam masyarakat kita. Sehingga pressure dari masyarakat kita terhadap aparat penegak hukum belum begitu kuat. Lemahnya pressure dan belum terbangunnya kesadaran akan arti pentingnya penegakan pidana lingkungan yang ada dalam masyarakat akan membuat posisi kasus lingkungan tidak setara dengan posisi kasus pidana lainnya, dalam prioritas penanganannya.

Keterampilarr yang dirniliki juga merupkan faktor penentu cepat atau lambannya penanganan kasus pidana lingkungan dari aparat kepolisian. Apalagi ada kerumitan-kerumitan yang harus dilalui oleh penyidik dalam melakukan penyidikan kasus pidana lingkungan. Dan kerurnitan itu justru lahir karena isi ketentuan aturan yang ada tidak menentu. Selain itu bobot politis serta independensi dari aparat kepolisian juga sangat menentukan lambat cepatnya penanganan kasus pidana lingkungan. Jika pelaku kejahatan

Page 71: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

lingkungan mendapat proteksi dari pemerintah, berkaitan dengan kepentingan ekonomi atau alasan politis lainnya, maka independensi dari aparat penyidik pasti akan terganggu sehingga melarut-larutkan penanganan kasusnya.

B.J Sarana dan Prasarana.

Seringkali berfungsi tidaknya suatu organ penegakan hukum tergantung pada ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.Untuk itu perlu dilihat sampai sejauh mana ketersediaan sarana dan prasaran bagi penegakan hukum pidana lingkungan dewasa ini.

Untuk penanganan kasus pabrik tabu di Sidoarjo, kasus PT Pakerin dan kasus PT SSS, ketersediaan sarana dan prasarana sangat berpengaruh dalam proses perkara. Ketergantungan aparat penegak hukum pada sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pihak lain, dapat menjadi "pengganggu" bagi independensi penyidikan. Paling tidak ini berdampak pada perdebatan basil temuan yang berbeda dari penggunaan sarana dan prasarana yang berbeda oleh aparat penegak hukum, seperti pada beberapa kasus yang pemah terjadi.

Kurang tersedianya sarana dan prasarana bagi aparat penegak hukum dalam menjalankan tugasnya untuk menegakkan hukum lingkungan, merupakan bagian dari masalah serius saat ini, Jika ini dibiarkan berlarut­larut, akan berdampak buruk bagi wibawa hukum lingkungan kita yang telah berusia 13 tahun tersebut. Untuk itu rasanya hal ini perlu untuk mendapat perhatian yang cukup serius dari pemerintah, sebagai pengejawantahan dari keinginan menggalakkan pembangunan berwawasan lingkungan.

Selain ketersediaan sarana dan prasarana bagi aparat penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, ada hal menarik lainnya yang perlu diperhatikan. Persoalan yang dimaksud adalah keterampilan teknis yang dimiliki oleh aparat penegak hukum dalam menggunakan sarana dan prasarana yang ada. Keterampilan teknis ini sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan efektifitas penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Peningkatan keterampilan ini merupakan hal lain yang juga penting untuk mendapatkan perhatian pihak pemerintah.

8.4 Peranserta Masyarakat.

Dewasa ini, masyarakat sering mendapat tudingan yang sangat fariatif dalam suatu proses hukum. Tudingan yang teramat sering didapat adalah

61

Page 72: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

62

melawan pembangunan' atau 'mbalelo' bagi mereka yang sedang memperjuangkan haknya karena terampas oleh kegiatan pembangunan atas izin pemerintah. Tudingan-tudingan itu, tidak hanya pada persoalan keperdataan semata, juga terjadi pada persoalan pi dana lingkungan, dimana sering kita mendengar tuduhan bahwa tidak ada dukungan dari masyarakat terhadap penegakan pidana lingkungan. Tuduhan lainnya yaitu masyarakat kita masih sangat lemah apresiasinya akan arti penting pelestarian lingkungan hidup, dan pentingnya kebersamaan dalarn menanggulangi kasus pencemaran.

Tuduhan dan tudingan ini biasa terjadi, karena dalam banyak hal, masyarakat selalu ditempatkan pada posisi yang tidak teruntungkan. Dimana semestinya mereka dilibatkan sejak dari rencana awal suatu aktivitas pembangunan, sampai pada pengawasan dan pemantauan kegiatan, seperti yang dijarnin oleh UULH. Jika mekanisme seperti ini dilakukan, maka dapat dipastikan bahwa masyarakat selalu berada pada 'garda' depan dalam menegakkan hukum lingkungan di Indonesia.

Dalarn beberapa kasus pi dana lingkungan yang disidangkan, masyarakat korban tidak dilibatkan dalam proses acara. Sehingga kepentingan mereka yang menjadi korban tidak tenvakili oleh negara, karena pelaku pencemaran dibebaskan karena argumentasi teknis semata, yang terungkap dalam pembuktian. Praktik seperti ini seharusnya dapat diperbaiki , jika ingin menempatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan bangsa. Pelibatan yang demikian itu, dengan sendirinya dapat meningkatkan'gairah'kontrol yang kuat dan konstruktif dari masyarakat terhadap aktivitas pembangunan yang mengganggu keseimbangan lingkungan. Kontrol masyarakat tidak lagi dilandaskan pada kepentingan mereka semata, tetapi juga pada kepentingan lingkungan hidup sebagai subjek hukum.

Untuk melihat persoalan peranserta masyarakat dalam penegakan pidana lingkungan, sebaiknya dilakukan suatu pengkajian, yang meliputi; Peranserta seperti apa yang diharapkan dari masyarakat untuk penegakan pidana lingkungan? Apakah proses peranserta masyarakat yang ada selama ini telah benar? Bagaimana sebenarnaya peran serta yang ideal bagi pengamanan kasus pidana lingkungan? Sampai sejauh mana batasan peran serta masyarakat dalam suatu proses pidana lingkungan? Bagaimana keterkaitan antara kepentingan ekonomi politik dengan peran serta niasyarakat dalam kasus pidana lingkungan? dan masih bayak pertanyaan lain yang dapat didekati dengan kasus-kasus yang ada tetapi belum ada proses hukumnya.

Page 73: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

C. Penutup

Jika empat aspek tersebut dapat didalami dengan kritis, maka kita akan dapat dasar yang kuat untuk merekomendasikan banyak hal, misalnya apakah perlu pasal22 UULH di ubah atau tidak, apakah perlu ada perubahan terhadap ketentuan aturan lainnya yang tidak merujuk pada UULH atau menemukan formulasi bam bagi penyempurnaan pasal 22 UULH dan mungkin dapat mendesak untuk ada upaya pembuatan hukum acara tesendiri bagi tindak pidana lingkungan.

Demikian beberapa sumbang saran saya untuk dapat dipertimbangkan bersarna, guna perbaikan laporan akhir tim, terima kasih.

63

Page 74: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

LAMPIRAN ill

MAT~PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN

YANG BERKAITAN DENGAN PENYELESAIAN ACARA PELANGGARAN DAN KEJAHATAN LINGKUNGAN

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Penge1o1aan Lingkungan Hidup.

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan.

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan.

6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.

7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

9. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.

10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.

11 . Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Ana1isis Mengenai Dampak Lingkungan.

12. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 tentang Penge1o1aan Limbah Berbahaya dan Beracun.

13. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1995 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 tentang Penge1olaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

64

Page 75: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

01 V\

NO.

INVENTARISASI MATERI PERATURAN PERUNDNAG-UNDANGAN YANG BERKAITAN DENGAN

PENYELESAIAN ACARA PELANGGARAN DAN KEJAHATAN LINGKUNGAN

BENTUKPERATURAN

UU Nomor 4 Tahun 1982 ttg. Ketentuan-Ketentuan Pokok Penge1olaan Lingkungan Hidup.

MATERI YANG DIATUR

Pasa/ 22 1. Barang siapa dengan sengaja

melakukan perbuatan yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup atau tercemarnya lingkungan hidup yang diatur dalam UU ini atau UU lain diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp . 100.000.000,- (Seratus Juta Ru­piah).

2. Barang siapa karena kelalaiannya melakukan perbuatan yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup atau tercemarnya lingkungan hidup

ANALISIS

Makin meningkatnya kasus-kasus pencemaran dan perusakan lingkungan, menunjukkan bahwa penerapan UULH masih banyak mengalami hambatan, khususnya pasal ini masih perlu dikaji lebih mendalam. Dari perumusan isi pasal tersebut perlu didukung dengan beberapa peraturan pelaksanaan agar penyelesaian acara pelanggaran kejahatan Iingkungan dapat dilaksanakan secara lebih efektif.

Page 76: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

~ NO.

2

BENTUK PERATURAN MATERI YANG DIATUR

yang diatur dalam UU ini atau UU lain diancam pidana dengan pidana kurungan selama­lamanya I (satu) tahun dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah).

3. Perbuatan sebagaimana tersebut dalam ayat (1) pasal ini adalah kejahatan dan perbuatan sebagaimana tersebut dalam ayat (2) pasal ini adalah pelenggaran

UU Nomor 23 Tahun 1992 I Bagian kelima : kesehatan tentang Kesehatan. lingkungan

Pasal22. 1. Kesehat an lingkungan

diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat.

2. Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat

1 umum, lingkungan pemukiman,

ANALISIS

Dalam peraturan perundang­undangan kesehatan mengenai kesehatan lingkungan sudah diatur secara tegas termasuk sanksi pidananya namun obyektifnya ketentuan tersebut perlu didukung peraturan pelaksanaannya, agar penyelesaian acara baik pelanggaran maupun kejahatan lingkungan dapat dilaksanakan.

Page 77: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

01 '-l

NO. BENTUK PERATURAN

0

MATERI YANG DIATUR ANALISIS --

lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan lainnya.

3. Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, penyamanan limbah padat, limbah air, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian faktor penyakit, dan pnyehatan atau pengamanan lainnya.

4 . Setiap tempat atau sarana pelayanan urn urn wajib memelihara dan meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan persyaratan.

5. Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) , ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan dengan peraturan pemerintah

Page 78: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

0'1 00 NO. BENTUKPERATURAN MATERI YANG DIATUR AN ALI SIS

Pasa/84. (2) . Barang siapa menyelenggarakan

tempat atau sarana pelayanan umum yang tidak memenuhi ketentuan standar dan atau persyaratan lingkungan yang sehat sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (4) dipidana dengan pidana kurungan paling lama I (satu) tahun dan atau pidana denda paling banayak Rp. 15.000,- (lima belas ribu rupiah)

Pasa/85 (3) .Tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam pasal 84 adalah pelanggaran.

' ,

Page 79: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

NO.

3.

$

BENTUKPERATURAN

UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian

MATERI YANG DIATUR

Bab VIII Industri dalam hubungannya Dengan Sumber Daya Alam

Dan Lingkungan Hidup.

Pasal 21. (1) Perusahaan industri wajib

melaksanakan keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri y;ang dilakukannya.

(2) Pemerintah mengadakan pengaturan dan pemeliharaan berupa bimbingan dan penyuluhan mengenai pelaksanaan pencegahan kerusakan dan penanggulangan pencemaran terhadap

ANALISIS

Dalam Undang-Undang tentang Perindustrian tnt masalah lingkungan sudah diatur baik yang menyangkut hubungan industri dengan Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup maupun sanksi pidananya. Narnun untuk efektifnya penyelesaian acara pelanggaran dan kejahatan lingkungan perlu didukung dengan peraturan pelaksanaannya.

Page 80: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

-...J 0 NO. BENTUKPERATURAN MATERI YANG DIATUR

lingkun ga n hidup akibat kcgiatan industri .

(3) Kewajiban melaksanakan upaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) dikecualikan bagi jenis industri tertentu dalam kelompok industri kecil.

BabX Ketentuan Pidana

Paso/ 27 (1) Barang siapa sengaja

melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat ( 1) dipidana penjara selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp . 100.000.000,- (Seratus juta ru­piah).

ANA LIS IS

Page 81: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

NO. BENTUKPERATURAN MATERI YANG DIATUR ANALISIS

(2)Barang siapa karena kelalaiannya melakukan perbuata n yang melanggar kententuan sebagaimana dimaksud dalam pasa1 21 ayat (1) dipidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun dan/atau sebanyak-banyaknya Rp . 1000.000,- (Satu Juta Rupiah).

Pasa/28 (1) Tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam pasal 24 ayat ( 1 ), pasal 25, pasal 26, dan pasal 27 ayat (1) adalah kejahatan.

I (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat (2) dan pasal 27 ayat (2) adalah pelanggaran

-..l , .. ~ '.

Page 82: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

-..l N NO.

4.

BENTUKPERATURAN

UU No. 11 Tahun 1967 tentang Ketenluan-Ketentuan Pokok Pertambangan.

MATERI YANG DIATUR

Pasa/ 30. Apabila selesai melakukan penambangan bahan galian pada suatu tern pat pekerjaan pemegang kuasa pertambangan yang bersangkutan diwajibkan mengembalikan tanah sedemikian rupa, sehingga tidak men.imbulkan bahaya penyakit atau bahaya lainnya bagi masyarakat sekitarnya.

Pasa/33. Dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan dan/atau dengan denda setinggi-tingginya sepuluh ribu ru­piah.

b. pemegang kuasa pertambangan yang tidak melakukan perintah-perintah

ANALISIS

Pada dasarnya Undang-undang rentag Ketentuan Pokok Pertambangan sudah mengatur masalah lingkungan baik mengenai pengelolaan lingkungan hidup pertambangan, tindakan-tindakan pencegahan dan penanggulangan sebagai akibat usaha pertambangan umum sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1969 dan Peraturan Menteri Pertambangan No. 04/P/14/ Pertamb/1977. Namun denga_p. perkembangannya masalah lingkungan hidup maka undang­undang lersebut sudah waktunya untuk disempurnakan termasuk sanksi pidananya dan disesuaikan dengan perkembangan.

Page 83: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

-..J w

I

I

I

!

NO.

5.

BENTUK PERATURAN

UU No. 5 Tahun 1967 ten tang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan

'

MATERI YANG DIATUR

dan/atau petunjuk-petunjuk yang berwajib berdasarkan Undang-undang ini .

BabV Perlindungan Hutan

Pasa/15. (1)Hutan perlu dilindungi supaya

secara lestari dapat memenuhi fungsinya sebagaimana tersebut dalam pasal 3.

(2) Perlindungan hutan meliputi usaha-usaha untuk : a. mencegah dan membatasi

kerusakan-kerusakan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia dan ternak , kebakaran sumber daya alam, hama dan penyakit.

-ANA LIS IS

Peraturan perundang-undangan yang mengatur upaya perlindungan hutan cukup langka dan memadai . Sesuai dengan permasalahan yang semakin kompleks maka perlu ada peninjauan kembali terhadap beberapa peraturan perundangan dibidang kehutanan yang usianya sudah hampir 20 tahun. Sedangkan 1

mengenai sanksi pidana atau penyelesaian acara pelanggaran dan kejahatan telah diatur dalam PP No. 28/198,5 dan sudah disesuaikan dengan perkembangan

J.JI ,d 1;,11,;

Page 84: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

-..l ~ NO. BENTUKPERATURAN MATERI YANG DIATUR

b. mcmpertahankan dan menjaga hak-hak Negara atas hutan dan hasil hutan.

(3) Untuk menjamin terlaksananya perlindungan hutan ini dengan sebaik­baiknya maka rakyat diikut sertakan.

(4) Pelaksanaan ketentuan -ketentuan pasal ini diatur lebih lanjut dengan PP.

Bab VI Kctentuan Pidana

Pasal 19 menyebutkan bahwa peraturan pelaksanaan dari undang-undang ini dapat memuat sanksi pidana penjara atau kurungan danlatau denda.

ANA LIS IS

sekarang. Namun dalam pelaksanaannya perlu diobjektifkan.

Page 85: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

-.l VI

NO.

6.

BENTUKPERATURAN

UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.

MATERI YANG DIATUR

Pasal 7 (1) Setiap orang atau badan

hukum yang membangun rumah atau perumahan wajib : a. mengikuti persyaratan

teknis , ekologis, dan administratif.

b. melakukan pemantauan lingkungan yang terkena dampak berdasarkan RPL.

c. melakukan pengelolaan lingkungan berdasarkan RKL.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) diatur dengan PP.

Pasa/24 Dalam membangun lingkungan siap bangun selain memenuhi ketentuan pasal 7. badan usaha di

ANALISIS

- hal ini dikaitkan dengan masalah perizinan apabila tidak memenuhi persyaratn hendaknya jangan diberikan izin untuk membangun rumah/ perumahan.

- perlu pemerikasaan lapangan terhadap status tanah yang akan dibangun agar sesuai dengan rencana penataan

Page 86: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

-...1 01 NO. BENTUK PERATURAN MATERI YANG DIATUR

bidang pembangunan perumahan antara lajn wajib :

- melakukan pematangan, penataan, penggunaan penguasaan, pemilikan tanah;

- membangun jaringan prasarana lingkungan;

- melakukan penghljauan; - dan lain-lain

Pasal 26 (I) Badan us aha di bidang

pembangunan perumahan yang membangun lingkungan siap bangun di larang menjual kaveling tanah matang tanpa rumah.

Ketentuan Pidana

Pasal 36 (I) Setiap orang a tau bukan dengan

sengaja melanggar ketentuan

- -- - --

ANALISIS

ruang/tanah ( kerja sama dengan BPN dan Departemen Dalam Negeri )

- konsumen yang membutuhkan perumahan perlu perlindungan hukum

- mengenai ketentuan pidana sudah menyesuaikan pasal 22 UULH, namun pasal 36 UU

-----

Page 87: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

NO. BENTUKPERATURAN

-.1 -.1

MATERI YANG DIATUR

pasal 7 ayat (I), pasal 24 dan pas a I 26 ayat ( 1) dipidana penjara selama-lamanya 10 tahun atau denda setinggi­tingginya Rp. 100.000.000,­(seratus juta rupiah) .

(2) Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan pelanggaran atas ketentuan pasal 7 ayat (I) di pi dana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun atau denda setinggi-tingginya Rp . 10.000.000,- (sepuluhjuta ru­piah).

(3) Setiap badan karena kelalaiannya mengakibatkan pelanggaran alas ketentuan pasal7 ayat (I), pasal24, pasal 26 ayat (I) dipidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun

ANALISIS

No . 4 Tahun 1992 tidak menyebutkan adanya peraturan pelaksanaan lebih lanjut.

- Jadi mengenai penye1esaian acara mengenai kelalaian, pelanggaran kesengajaan masih belum jelas.

Page 88: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

-..1 00 NO.

7.

BENTUK PERATURAN

UU No. 5 Tahun 1990 ten tang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

MATERI YANG DIATUR

alau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000.000,- (seratusjuta rupiah).

Pasal 7. ( 1) Setiap pemegang hak atas tanah

dan hak pengusahaan di perairan dalam wilayah sistem penyangga kehidupan, wajib menjaga kelangsungan fungsi perlindungan wilayah tersebut.

(2) Dalam rangka pelaksanaan perlindungan sistem penyangga kehidupan , Pemerintah mengatur serta melakukan tindakan penertiban terhadap penggunaan dan pengelolaan tanah dan hak pengusahaan di perairan yang terletak dalam wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan;

ANALISIS

- Hal ini diperlukan adanya koordinasi dengan instansi yang terkait.

- Perlu adanya kontrol dan pengawasan yang ketat serta bekal kemampuan teknis propesional bagi oknum pengawas.

Page 89: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

u

--..l 1.0

NO. BENTUKPERATURAN MATERI YANG DIATUR

{3) Tindakan penertiban sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang­undangan yang berlaku.

Pasa/19. (1) Setiap orang dilarang

melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam;

(2) Ketentuan sebagaimana di maksud tidak termasuk kegiatan pemberian habitat untuk kepentingan di dalam suatu marga satwa;

(3) Perubahan tehadap keutuhan suaka alam sebagaimana dimaksud meliputi

ANALISIS

- Peraturan Perundang-undangan yang belum mengatur secara lengkap dan terpadu.

- Perlu adanya ketentuan tolok ukur yang kongkrit tentang perubahan terhadap keutuhan suatu alam tersebut.

Page 90: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

00 0 NO. BENTUKPERATURAN MATERI YANG DIATUR

mcngurangi. menghilangkan fungsi dan luas kawasan suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli .

Pasa/39 (1) Selain Pejabat Penyidik

Kepolisian Negara RI , juga Pejabat PNS tertentu dilingkungan Departemen yang lingkup tugasnya diberi wewenang tugas khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam UU No. 8 Tahun 1981.

Pasa/40 (1) Barang siapa dengan sengaja

melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (I) dan pasal 33 ayat (1) di

ANA LIS IS

- Pejabat Penyidik tertentu tersebut perlu dibekali dengan pengetahuan yang memadai dalam bidangnya.

- Pembebanan pidana penjara denda diperberat lagi , karena dalam prakteknya tidak diberlakukan maksimal.

Page 91: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

NO. BENTUKPERATURAN MATERI YANG DIATUR ANALISIS

pidana dengan pi dana penjara - Dalam peneyelesaian acara paling lama 10 (sepuluh) pelanggaran dan kejahatan tahun dan denda paling bayak lingkungan perlu prosedur dan Rp. 200.000.000,- tala cara yangjelas yang diatur

dalam peraturan (2) Barang siapa dengan sengaja pelaksanaannya.

melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat ( 1) dan ayat (2) serta pasal32 ayat (3) dipidana ..,. . -, dengan pidana penjara paling

'' lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp . '

100.000.000,-. • I I

(3) Barang siapa karena - Pembuktian harus tegas mana kelalaiannya melakukan yang termasuk kelalaian , pelanggaran terhadap kesengajaan atau pelanggaran ketentuan sebagaimana dan kejahatan lingkungan dimaksud dalam pasal 19 ayat sebab menyangkut nasib (1) dan pasal 32 ayat (1) seseorang.

00 '}'

' -

Page 92: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

00 N NO.

.

BENTUK PERATURAN

' '

MATERJ YANG DIATUR

dipidana dengan pi dana kurungan paling lama I (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. IOO.OOO.OOO,-.

(4) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaiamana dimaksud dalam pasal 2I ayat (I) dan ayat (2) serta pasal 33 ayat (3) di pidana dengan pidana kurungan paling lama I (satu) tahun dan denda pa-ling banyak Rp. 50.000.000,-.

(5) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) dan ayat (2) adalah Kejahatan dan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (4) adalah pelanggaran .

ANALISIS

- Perlu penyuluhan yang berkesinambungan karena pelaku pelanggaran tersebut biasanya penduduk disekitar suaka alam tersebut.

!

- --

Page 93: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

00 w

NO.

8.

'

BENTUK PERATURAN

UU No . 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

'I I

L- •. ,.

MATERI YANG DIATUR ANA LIS IS

Pasa/4 - Amanat dari UU ini kenyataan, (I) Setiap orang berhak masih terlalu idealis, maka

menikmati manfaat ruang perlu dibuatkan peraturan yang : termasuk pertambahan nilai realistis dan memihak kepada ruang sebagi akibat penataan yang lemah. ruang.

(2) Setiap orang berhak untuk : a. mengetahui rencana tata

ruang; b. berperan serta dalam

penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;

c. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana lata ruang.

Page 94: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

~ NO.

9.

BENTUK PERATURAN

UU No . 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.

MATERI YANG DIATUR

Pasa/ 14 (1) Perencanaan tata ruang

dilakukan dengan mempertimbangkan : a. Keserasian, keselarasan,

dan keseimbangan fungsi lindung, dimensi waktu teknologi, sosial budaya serta fungsi pertahanan keamanan.

Bab II Persyaratan Karantina

Pasal 5, 6, dan 7 antara lain : - Setiap media pembawa hama

dan penyakit hewan , ikan, tumbuhan karantina yang dimasukkan dalam wilayah RI atau dikirim ke area lain atau dikeluarkan dari wilayah RI wajib : a. Dilengkapi sertifikat

kesehatan;

ANALISIS

- Diharapkan peraturan perundang-undangan tentang tata ruang yang akan dibuat mengacu kepada pasal 14 ini .

Sertifikat kesehatan di lingkungan hewan, ikan , dan tumbuh­tumbuhan yang dikirim dari tempat lain adalah penting sebagai bukti/ jaminan sehat.

Page 95: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

00 VI

NO. BENTUKPERATURAN MATERI YANG DIATUR

b. Melalui pemasukan pengeluaran ditetapkan;

tern pat dan

yang

c. dilaporkan/diserahkan kepada petugas karantina.

Pasa/ 9 ayat (1, 2, 3) : Setiap media pembawa hama dan penyakit hewan, ikan dan organisme pengganggu tumbuh­tumbuhan yang dibawa yang dimasukan dalam wilayah Rl, atau dibawa ke area lain atau dikeluarkan dari wilayah RI dikenakan tindakan karantina kecuali disyaratkan oleh negara tujuan.

Pasa/21 : Dengan memperhatikan ketentuan pasal 9, terhadap orang,

ANALISIS

Tindakan karantina dimaksud agar tidak terjadi pencernaran hama atau penyakit pada lingkungan satwa yang sehat.

Terbatasnya kemampuan, pengawasan, penangkalan dan pengamanan akan memberi

-

Page 96: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

00 0'1 NO. BENTUKPERATURAN MATERI YANG DIATUR

alat angkut, ai r, pembungkus yang diketahui/diduga membawa hamal penyakit dikenakan tindakan karantina.

Pasal 30 ( 1) Selain penyidik pejabat polisi

juga pejabat PNS di lingkungan departemen yang lingkup tugasnya meliputi karantina hewan, ikan, dan tumbuhan, dapat diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagai yang dimaksud UU No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang karantina hewan , ikan dan tumbuhan.

(2) Kewenangan penyidik sebagaimana diatur dalam UU No . 9 Tahun 1985 tentang

ANALISIS

peluang penyebaran hama penyakit yang membahayakan kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistem.

Perlu kemampuan khusus di bidang karantina hewan, ikan dan tumbuhan lebih-lebih pejabat polisi yang bertugas sebagai penyidik hams peka terhadap situasi dan kondisi.

UU Lingkungan Hidup belum mencantumkan secara tegas mengenai lembaga "Penyidik" .

Page 97: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

II

II

II

-

00 -..l

NO. BENTUK PERATURAN MATERI YANG DIATUR

Perikanan dan UU No . 5 Tahun 1990 tentang Konservasi sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.

(3) Penyidik berwenang : a. memeriksa kebenaran

laporan atau keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana karantina tersebut.

b. melakukan pemanggilan terhadap orang untuk didengar sebagai tersangka atau saksi.

c. melakukan penggeledah­an dan penyitaan barang bukti tindak pidana karantina hewan, ikan, tumbuhan.

d. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang

ANALISIS

Hendaknya UULH yang baru memuat ketentuan tentang "Pejabat Penyidik" yang sampai saat ini masih mengacu ke KUHAP.

Page 98: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

00 00 NO. BENTUKPERATURAN MATERI YANG DIATUR

atau badan sehubungan dengan tindak pidana karantina.

e. membuat dan menandatangani berita acara.

f. menghentikan penyidikan apabila tidak cukup bukti adanya tindak pidana.

(4) Penyidik memberitahu dimulainya penyidikan kepada penuntut umum melaJui pejabat polisi RI .

Pasal 31 (1) Barang siapa sengaja

melakukan pelanggaran terhadap pasal 5, 6, 7, 9, 21 , 25 dipidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 150.000.000,-

ANALISIS

I

Mengenai pelaku tindak pidana terhadap karantina hewan, ikan, dan tumbuhan lebih jelas jika dibandingkan dengan pelaku pencemar 1ingkungan yang perlu pembuktian dan tanggung jawab mutlak.

Page 99: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

NO. BENTUKPERATURAN

10. PP Nomor 20 Tahun 1990 ten tang pengendalian pencemaran air.

~

MATERI YANG DIATUR

(2) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap pasal 5, 6, 7, 9, 21,25 dipidanapenjara paling lama I tahun dan denda paling banyak Rp . 50.000.000,-

(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan dan ayat (2) adalah pelanggaran.

Paso/ 17 ( 1) Setiap orang atau badan yang

membuang limbah cair wajib mentaati baku mutu limbah cair sebagaimana ditentukan dalam izin pembuangan limbah cair yang ditetapkan baginya;

ANALISIS

Untuk lebih efektifnya peraturan pelaksanaan ini maka pemberian izin pembuangan limbah cair harus lebih hati-hati dan lebih cermat, dengan didukung sarana dan prasarana/laboratorium yang memadai.

Page 100: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

g NO. BENTUKPERATURAN MATERI YANG DIATUR ANALISIS

(2) Setiap orang atau badan yang membuang lim bah cair sebagaimana ditetapkan dan

.. izin pembuangannya, dilarang

' melakukan pencemaran. ; ' Pasal 19

Pembuangan lim bah cair ke tanah I dapat dilakukan dengan izin

Menteri berdasarkan hasil penelitian.

Pasa/ 20 Penanggung jawab wajib membuat saluran pembuangan limbah cair sedemikian rupa, sehingga memudahkan pengambilan contoh dan pengukuran debit limbah cair di luar areal kegiatan.

'

Page 101: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

NO. BENTUKPERATURAN

\C

MATERI YANG DIATUR

Pasa/ 32 (1) Setiap penanggung jawab

kegiatan wajib menyampaikan kepada Gubernur Kepala Daerah Tk. I : a. Laporan tentang

pembuangan limbah cair & hasil analisisnya sekurang­kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan.

b. Pernyataan bahwa laporan yang telah disampaikan adalah benar mewakili kualitas limbah cair yang sebenarnya dibuang.

(2) Pedoman dan tata cara pelaporan ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tk. I atau instansi yang ditunjuk untuk itu.

ANALISIS

Page 102: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

1.0 N NO.

ll.

BENTUKPERATURAN

PP Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

c

MATERJ YANG DIATUR

Pasal 37

Bab vm Sanksi

(1) Barang siapa melanggar ketentuan dalam pasal 17, 19, 20 dan pasal 32 PP ini dikenakan tindakan administratif oleh Bupati/ Walikota Madya Kepala Daerah Tk. II .

(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat ( l) tidak menutup kemungkinan dikenakan tindakan hukum lainnya.

Pasal 22 - Setiap rencana usaha atau

kegiatan yang perlu dibuat analisis mengenai dampak lingkungannya wajib diumumkan.

ANALISIS

Agar setiap usaha atau kegiatan tidak mencemarkan/merusak lingkungan maka sebelum kegiatan dilaksanakan perlu dibuat analisis mengenai dampak lingkungan, dengan melakukan

Page 103: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

\0 VJ

NO. BENTUKPERATURAN MATERI YANG DIATUR

- Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan serta keputusan mengenai persetujuannya bersifat terbuka untuk umum.

- Sifat keterbukaan tersebut dilaksanakan dalam bentuk peran serta masyarakat.

Pasa/23 Bagi rencana usaha atau kegiatan yang menyangkut rahasia negara, ketentuan tersebut tidak berlaku.

Pasa/ 24 Salinan dokumentasi mengenai dampak lingkungan rencana usaha atau kegiatan dan salinan keputusan atas persetujuan tersebut disampaikan oleh instansi yang bertanggungjawab di tingkat pusat maupun ditingkat daerah.

ANALISIS

suatu studi mengenai dampak yang mungkin terjadi dan langkah-langkah pengelolaannya, serta peningkatan pengawasan yang lebih profesional dan terkoordinasi dengan instansi terkait.

Page 104: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

'f NO. BENTUKPERATURAN MATERI YANG DIATUR

Pasa/25 Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan menggunakan dokumen amdal untuk bahan pengujian terhadap laporan pemantauan lingkungan dan evaluasi hasilnya yang dilakukan oleh pemrakarsa atau oleh instansi terkait sesuai dengan rencana serta laporan pengawasan pelaksanaan rencana tersebut

Hasil pengujian disampaikan oleh instansi yang ditugasi kepada Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan.

ANAL ISIS

Page 105: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

-a VI

NO.

12.

BENTUKPERATURAN

PP Nomor 19 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun.

MATERI YANG DIATUR ANAL ISIS

- Dalam melaksanakan pengawasan, instansi yang dilugasi mengendalikan dampak lingkungan dapat melakukan koordinasi sesuai dengan tugas dan wewenangnya.

Paso/ 37 Mengingat limbah berbahaya dan - Badan pengendali dampak beracun (83) begitu berpotensi

lingkungan memberi untuk mencemarkan/merusak peringatan tertulis kepada lingkungan maka perlu penerapan penghasil, pengumpul, sanksinya dipertegas, disamping pengangkut, atau pengolah upaya pengelolaannya perlu yang melanggar ketentuan dilakukan secara sungguh-sungguh mengenai penyimpanan, sejak limbah itu dihasilkan sampai pengumpulan, pengangkutan, limbah itu dimusnahkan. pengolahan termasuk penimbunan limbah 83 dan perizinan.

- Dalam jangka waktu lima betas hari sejak dikeluarkan

Page 106: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

'Ci 0'1 NO.

. t

~

BENTUKPERATURAN

·- I

I

MATERI YANG DIATUR

peringatan tertulis tetap tidak mengindahkan, maka Badan Pengendali Dampak Lingkungan dapat menghentikan semen tara operasi atau kegiatannya sampai mematuhi ketentuan yang dilanggarnya.

- Badan pengendali dampak lingkungan wajib segera mencabut keputusan penghentian kegiatan, apabila telah mematuhi ketentuan yang dilanggarnya.

Pasa/38 Pengangkut limbah B3 yang melanggar dapat dikenakan sanksi menurut peraturan perundang-undangan di bidang perhubungan.

Pasal 39 Badan usaha yang melanggar ketentuan tersebut yang

;

ANALISIS

'- '

-

• I

'

< I

Page 107: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

\C) -I

NO.

13.

BENTUK PERATURAN

PP Nomor 12 Tahun 1995 tentang Perubahan peraturan Pemerintah No. 19/1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

MATERI YANG DIATUR

mengakibatkan pencemaran/ kerusakan lingkungan diancam pidana sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 22 UULH.

Pasa/ 30 - Pengawas pengelola limbah B3

dilakukan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

- Pengawasan yang dimaksud meliputi pemantauan penataan persyaratan serta ketentuan teknis dan administrasi oleh penghasil , pemanfaat, pengumpul , pengelola termasuk penimbunan limbah B3.

ANALISIS

Untuk pengendalian dampak lingkungan akibat dari pencemaran limbah bahan berbahaya dan beracun, maka profesionalisme pengawasan perlu ditingkatkan dan dikoordinasikan dengan instansi terkait, yang didukung sarana dan prasaranallaboratorium yang memadai, baik di pusat maupun di daerah.

Page 108: ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERANAN … · C.F.G.Sunaryati Hartono, S.H selaku Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ... yang demikian tersirat makna pertarna, adanya kewenangan

IC 00 NO. BENTUK PERATURAN

'

MATERI YANG DIATUR ANALISIS

Pasa/31 Pengawas dalam melaksanakan pengawasan pengelolaan limbah dilengkapi dengan tanda pengenal dan surat tugas dari Kepala Badan Pengendalian Darnpak Lingkungan.

Pasa/35 Penghasil, pemanfaat, pengangkut dan pengolah lim bah 03 bertanggung jawab at as penanggulangan kecelakaan dan pencemaran lingkungan akbiat lepas atau tumpahnya limbah B3.

'