analisa tiger case perbaikan

Upload: amrina-muchtar

Post on 02-Mar-2016

42 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

analisa triger cacse

TRANSCRIPT

  • Analisa Triger Case 1

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

    TETRALOGI OF FALLOT ( TOF )

    DISUSUN OLEH :

    KELOMPOK 3

    RINI PARLINA 04121303034

    AMRINA MUCHTAR 04121303039

    RAFI TRIANI 04121303046

    BARA KUSWINATA 04121303052

    MAMAN GUSTIARTO 04121303053

    MAYKEN RAHAYU 04121303060

    KELAS : B2 ( ALIH PROGRAM )

    DOSEN PEMBIMBING : Ns. Hikayati, S.Kep, M.Kep

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    2013

  • Analisa Triger Case 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Dewasa ini angka kejadian beberapa penyakit non infeksi semakin

    meningkat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Perubahan

    gaya hidup dan perubahan tingkat sosial ekonomi membawa perubahan pada

    pola penyakit. Beberapa penyakit non-infeksi, termasuk penyakit kongenital

    kini semakin dikenal.

    Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia 2008, angka kejadian Penyakit

    Jantung dan Pembuluh Darah di Indonesia cenderung meningkat dan dapat

    menyebabkan kecacatan dan kematian. Salah satu penyakit Jantung yang

    cukup banyak adalah Penyakit Jantung Bawaan. Penyakit Jantung Bawaan

    (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi

    sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan

    atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan

    janin.

    Penyakit jantung bawaan diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu

    penyakit jantung bawaan non-sianotik dan sianotik. Jumlah pasien PJB non-

    sianotik lebih besar daripada yang sianotik, yakni sekitar 3 sampai 4 kali.

    Anak yang mengidap PJB biasanya mengalami sesak napas saat pemberian

    ASI dan selalu berkeringat pada dahi terutama dalam keadaan setelah

    melakukan aktifitas fisik. Selain itu, anak-anak dengan PJB seringkali

    terganggu asupan makanannya sehingga berdampak pula pada tumbuh-

    kembang anak.

    Penyakit jantung bawaan sianotik salah satunya adalah Tetralogi Of

    Fallot (TOF). Tetralogi of Fallot (TOF) merupakan penyakit jantung sianotik

    yang paling banyak ditemukan, dimana Tetralogi of Fallot menempati urutan

    keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum

    ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten, atau lebih

    kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit

    jantung bawaan sianotik Tetralogi of Fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi of

  • Analisa Triger Case 3

    Fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan

    yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri.

    Di RSU Dr. Soetomo sebagian besar pasien Tetralogi of Fallot didapat

    diatas 5 tahun dan prevalensi menurun setelah berumur 10 tahun. Dari

    banyaknya kasus kelainan jantung serta kegawatan yang ditimbulkan akibat

    kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang perawat dituntut untuk

    mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan

    keperawatan yang tepat.

    1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yg dimaksud dengan penyakit jantung kongenital ?

    2. Apa saja gejala dan tindakan medis yang dapat dilakukan pada penyakit

    jantung kongenital?

    3. Bagaimana asuhan keperawatan yang dilakukan pada penyakit jantung

    kongenital?

    1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui tentang penyakit jantung kongenital.

    2. Untuk memahami gejala dan tindakan medis yang dapat dilakukan.

    3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang dilakukan pada penyakit

    jantung kongenital.

  • Analisa Triger Case 4

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Definisi Tetralogy of Fallot (TOF) adalah penyakit jantung kongenital

    dengankelainan struktur jantung yang muncul pada saat lahir dan

    terjadiperubahan aliran darah di jantung.TOF melibatkan empat kelainan

    jantung, yaitu:

    a. Stenosis Pulmonal

    Hal ini diakibatkan oleh penyempitan dari katup pulmonal, dimana darah

    mengalir dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Secara fisiologis,

    darah yang sedikit oksigen dari ventrikel kanan akan mengalir melalui

    katup pulmonal, masuk ke dalam arteri pulmonalis, dan keluar ke paru-

    paru untuk mengambil oksigen. Pada stenosis pulmonal, jantung harus

    bekerja lebih keras daribiasanya untuk memompa darah dan tidak cukup

    darah untuk mencapai paru-paru

    b. Ventricular Septal Defect (VSD)

    Jantung memiliki dinding yang memisahkan dua bilik pada sisi kiri dari

    dua bilik di sisi kanan yang disebut septum. Septum berfungsi untuk

    mencegah bercampurnya darah yang miskin oksigen dengandarah yang kaya

    oksigen antara kedua sisi jantung. Pada VSD dijumpai lubang di bagian septum yang

    memisahkan kedua ventrikel di ruang bawah jantung. Lubang ini

    memungkinkan darah yang kaya oksigen dari ventrikel kiri untuk

    bercampur dengan darah yang miskin oksigen dari ventrikel kanan. Jika

    VSD cukup besar, maka akan ada peningkatan dalam aliran darah ke paru

    dan akan menyebabkan dilatasi ventrikel kiri dan arteri kiri dan akhirnya

    mengakibatkan gagal jantung karena ketika ventrikel kiri menjadi melebar

    sesuai dengan "frank-starling law"yaitu ketika otot jantung mengalami

    dilatasi maka kontraktilitas jantung akan menurun dan jantung tidak bisa

    mengkompensasi lagi sehingga curah jantung akan berkurang dan gagal

    jantung bisa terjadi.

  • Analisa Triger Case 5

    c. Dekstroposisi dari aorta

    Ini merupakan kelainan pada aorta yang merupakan arteri utama yang

    membawa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Secaraan atomi jantung yang

    normal, aorta melekat pada ventrikel kiri. Hal ini memungkinkan hanya darah

    yang kaya oksigen mengalir keseluruh tubuh. Pada TOF, aorta berada diantara

    ventrikel kiri dankanan, langsung di atas VSD. Hal ini mengakibatkan darah yang

    miskin oksigen dari ventrikel kanan mengalir langsung ke aorta bukan ke

    dalam arteri pulmonalis kemudian ke paru-paru

    d. Hipertrofi ventrikel kanan.

    Kelainan ini terjadi jika ventrikel kanan menebal karena jantung harus

    memompa lebih keras dari seharusnya agar darah dapatmelewati katup

    pulmonal yang menyempit. Obstruksi aliran darah arteri pulmonal

    biasanya pada kedua infundibulum ventrikel kanan dan katup pulmonal.

    Obstruksi total dari aliran ventrikel kanan (atresia pulmonal) dengan VSD

    diklasifikasikan dalam bentuk ekstrim dari TOF. Darah dari kedua

    ventrikel dipompa ke seluruh tubuh, termasuk darah yang miskin oksigen.

    Hal ini mengakibatkan bayi dan anak-anak dengan TOF sering memiliki

    warna kulit biru yang disebut sianosis karena miskinnya oksigen di dalam

    darah. Saat lahir kemungkinan bayi tidak terlihat biru tetapi kemudian

    bisa terjadi episode mendadak yang disebut spell ditandai dengan kulit

    kebiruan saat menangisatau makan.

    2.2 Tanda dan Gejala 1. Bayi mengalami kesulitan untuk menyusu.

    2. Berat badan bayi tidak bertambah

    3. Pertumbuhan anak berlangsung lambat

    4. Perkembangan anak yang buruk

    5. Sianosis

    6. Jari tangan clubbing (seperti tabuh genderang karena kulit atau tulang di

    sekitar kuku jari tangan membesar)

    7. Sesak nafas jika melakukan aktivitas. Setelah melakukan aktivitas, anak

    selalu jongkok.

  • Analisa Triger Case 6

    Kebiruan akan muncul saat anak beraktivitas, makan/menyusu, atau

    menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran pembuluh darah di seluruh

    tubuh) muncul dan menyebabkan peningkatan shunt dari kanan ke kiri (right

    to left shunt). Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang

    kaya oksigen dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh.

    Akibatnya jaringan akan kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala

    kebiruan.

    Anak akan mencoba mengurangi keluhan yang mereka alami dengan

    berjongkok yang justru dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah

    sistemik karena arteri femoralis yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan

    right to left shunt dan membawa lebih banyak darah dari ventrikel kanan ke

    dalam paru-paru. Semakin berat stenosis pulmonal yang terjadi maka akan

    semakin berat gejala yang terjadi.

    2.3 Etiologi Penyebab penyakit jantung kongenital sebagian besar tidak

    diketahui,meskipun penelitian genetik menunjukkan etiologi multifaktorial.

    Faktor prenatal yang berhubungan dengan insiden yang lebih tinggi pada

    TOF termasuk rubella virus atau penyakit virus lainnya selama kehamilan,

    gizi buruk prenatal, kebiasaan ibu minum alkohol, usia ibu yang lebih dari 40

    tahun, dan diabetes.

    Anak-anak dengan Sindrom Down memiliki insiden yang lebih

    tinggiuntuk terjadinya TOF. Diantara bayi dengan Sindrom Down (trisomi21)

    didapatkan kejadian jantung bawaan hampir 40% kasus banyak diantaranya

    kelainan umum seperti kelainan atrium dan patent ductusarteriosus (PDA).

    Namun, ada juga kondisi yang jarang terjadi seperti defek septum

    atrium dan ventrikel yang besar. CDC bekerja dengan peneliti lainnya untuk

    mempelajari faktor resiko yang dapat meningkatkan kemungkinan memiliki

    bayi dengan TOFdan ditemukan beberapa hal berikut :

    1. Tingkat TOF meningkat dari tahun ke tahun.

  • Analisa Triger Case 7

    2. Lingkungan, khususnya karbon monoksida, mungkin menjadi faktor risiko

    untuk melahirkan bayi dengan TOF meskipun penelitian lebih lanjut

    diperlukan.

    3. Adanya risiko tinggi untuk mengalami TOF antara bayi berkulit putih

    daripada bayi dari ras lain.

    4. Tidak ada hubungan yang kuat antara penggunaan kafein denganibu dan risiko

    TOF.

    Faktor endogen :

    1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom.

    2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.

    3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,

    hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.

    Faktor eksogen :

    1. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau

    suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,

    dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu).

    2. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella.

    3. Pajanan terhadap sinar X.

    2.4 Patologi Biasanya sisi kiri jantung hanya memompa darah ke seluruh tubuhdan

    sisi kanan jantung memompa darah hanya ke paru-paru. Padaanak dengan

    TOF, darah dapat melakukan perjalanan melintasilubang (VSD) dari ventrikel

    kanan ke ventrikel kiri dan keluar kedalam aorta. Obstruksi pada katup

    pulmonal dari ventrikel kanan kearteri pulmonalis mencegah jumlah normal

    darah dari yang dipompake paru-paru. Kadang-kadang katup pulmonal benar-

    benar terhalangyang disebut pulmonal atresia.

    Pada kenyataannya, hanya dua kelainan yang diperlukan pada TOF yaitu VSD

    yang cukup besar untuk menyamakan tekanan di kedua ventrikel dan stenosis

    pulmonal. Hipertrofi ventrikel kanan merupakan efek sekunder dari stenosis

  • Analisa Triger Case 8

    pulmonal dan VSD. VSD yang paling sering pada TOF adalah tipe

    perimembranous di daerah subpulmonal. Aliran ventrikel kanan adalah

    obstruksi saluran paling sering dalam bentuk stenosis infundibular sebanyak

    45%. Obstruksi jarang pada tingkat katup pulmonal sekitar 10%. Sebuah

    kombinasidari dua juga dapat terjadi dengan angka kejadian 30%. Katup

    pulmonal atretik adalah salah satu anomali yang berat dengan angka kejadian sekitar

    15%. Pada kebanyakan pasien terjadi hipoplasia pada anulus pulmonal dan

    arteri pulmonal.. Cabang-cabang arteri pulmonal biasanya kecil dengan

    stenosis perifer. Obstruksi pada arteri pulmonal kiri sangat umum terjadi.

    Right aotic arc ( RAC ) juga terjadi denganangka kejadian 25% kasus.

    Pada sekitar 5% dari pasien TOF dapat ditemukan arteri koroner yang

    abnormal. Kelainan yang paling umum adalah cabang anterior descending

    timbul dari arteri koroner kanan dan melewati saluran keluar ventrikel kanan.

    Mekanisme patogenetik dari pembentukan TOF dimulai selama morfogenesis

    jantung sebelum septum ventrikel ditutup dengan pembagian ejeksi aliran

    ventrikel kanan ke aliran aorta transeptal dan aliran pulmonal infundibular.

    Ejeksi aliran ventrikel kanan disebabkan oleh obstruksi aliran oleh katup

    stenosis pulmonal yang dijumpai hampir di semua kasus. Aliran aorta

    transeptal melewati ventrikel yang tidak tertutup septum sehingga

    mempertahankan patensi hubungan kedua ventrikel dan memperluas yang

    VSD.

    2.5 Gejala Klinis dan Patofisiologi Bayi dengan obstruksi ventrikel kanan yang ringan, awalnya mungkin

    terlihat dengan gagal jantung yang disebabkan oleh pirau ventrikel dari kiri ke

    kanan. Seringkali sianosis tidak muncul pada saat lahir tetapi dengan adanya

    dijumpai hipertrofi ventrikel kanan, gangguan pertumbuhan dan

    perkembangan pasien. Sianosis terjadi di tahun pertama kehidupan yang

    dapat terlihat di selaput lendir bibir, mulut,dan kuku. Pada bayi dengan

    obstruksi ventrikel kanan yang berat, aliran darah paru tergantung pada aliran

    melalui duktus arteriosus.

  • Analisa Triger Case 9

    Pada saat duktus mulai menutup dalam 1 jam atau beberapa hari

    kehidupan, sianosis berat dan kolaps sirkulasi dapat terjadi. Anak dengan

    sianosis yang berlama-lama dan belum menjalani operasi mungkin memiliki

    kulit berwarna biru kehitaman, sklera abu-abu dengan pembuluh darah

    membesar, dan ditandai dengan jari tabuh. Salah satu manifestasi lain adalah

    dispnoe yang biasanya timbul saat beraktivitas. Pada saat terjadi dispnoe,

    anak akan mengambil posisi jongkok untuk mengurangi dispnoe dan anak

    biasanya dapat melanjutkan aktivitas fisik dalam beberapa menit.

    Hipersianotik paroksismal merupakan masalah yang dapat dijumpai

    selama tahun pertama dan kedua kehidupan. Bayi menjadi hipersianosis dan gelisah,

    takipnoe, dan sinkop. Spell paling seringterjadi di pagi hari yang berkaitan

    dengan pengurangan aliran darah paru yang sudah terganggu dan bila

    berkepanjangan mengakibatkan hipoksia sistemik yang berat dan asidosis

    metabolik. Spell dapat berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa jam

    namun jarang berakibat fatal yang ditandai dengan keadaan umum lemah dan

    setelah serangan pasien tertidur. Spell yang berat dapat mengakibatkan

    ketidaksadaran dan kadang-kadang ditemukan kejang dan hemiparese. Bayi

    dengan sianosis yang ringan lebih rentan untuk terjadinya spell karena tidak

    memperoleh mekanisme homeostatis untuk mentolerir penurunan cepat

    saturasi oksigen arteri seperti polisitemia.

    2.6 Manifestasi Klinis Pada sebagian pasien sianosis baru tampak setelah bayi berusia

    beberapa minggu bahkan beberapa bulan pasca lahir.

    Pada bayi, terutama usia 2 6 bulan dapat terjadi serangan sianotik

    (sianotic spells) akibat terjadinya iskemia serebral sementara. Pasien tampak

    biru, pucat, dengan pernapasan kussmaul. Bila tidak segera ditolong dapat

    terjadi penurunan kesadaran, kejang, bahkan meninggal. Serangan sianotik

    biasanya terjadi pada Tetralogi Fallot yang berat.

    Pada anak besar terdapat gejala squatting ( jongkok ) setelah pasien

    beraktifitas. Dalam posisi jongkok anak merasa lebih nyaman karena alir

  • Analisa Triger Case 10

    balik dari tubuh bagian bawah berkurang dan menyebabkan kenaikan saturasi

    oksigen arteri.

    Bunyi jantung I normal, sedang bunyi jantung II biasanya tunggal

    (yakni A2) terdengar bising ejejsi sistolik di daerah pulmonal, yang makin

    melemah dengan bertambahnyaderajat obstruksi ( berlawanan dengan

    stenosis pulmonal murni ). Bising ini adalah bising stenosis pulmonal, bahkan

    bising defek septum ventrikel, darah dari ventrikel kanan yang melintas ke

    arah ventrikel kiri dan aorta tidak mengalami turbulensi oleh karena tekanan

    sistolik antara ventrikel kanan dan kiri hampir sama. ( Arif Mansjoer, 2000 )

    2.7 Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan laboratorium

    Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)

    akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin

    dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA

    menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2),

    penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien

    dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.

    2. Radiologis

    Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah

    pulmonal, tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak

    apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.

    3. Elektrokardiogram

    Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak

    pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai Pulmonal.

    4. Ekokardiografi

    Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi

    ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran

    darah ke paru-paru

    5. Kateterisasi

    Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek

    septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari.

  • Analisa Triger Case 11

    2.8 Penatalaksanaan Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi

    ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan

    cara :

    1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah

    2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat

    pernafasan dan mengatasi takipneu.

    3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis

    4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat

    karena permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena

    aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak

    tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal

    ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian :

    5. Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan

    denyut jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan

    dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya,

    bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10

    menit berikutnya.

    6. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja

    meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative

    7. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif

    dalam penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga

    dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru

    bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh

    juga meningkat.

    2.9 Komplikasi 1. Trombosis pulmonal

    2. CVA trombosis

    3. Abses otak

    4. Anemia 5. Perdarahan relatif

  • Analisa Triger Case 12

    BAB III

    PEMBAHASAN KASUS

    3.1 Kasus Anak GG, 8 bulan dibawa orang tuanya ke RSHH dengan keluhan anak

    sering nampak biru disekitar mulut terutama sejak 2 hari yang lalu. Hasil

    anamnesa diketahui anak GG sejak lahir sering mengalami kebiruan pada

    sekitar mulut terutama bila menyusu dan segera melepaskan puting susu

    dengan nafas cepat karena kelelahan. Riwayat persalinan bayi lahir spontan,

    ditolong bidan dan langsung menagis kuat. Pada pengkajian didapatkan :

    anak terlihat sianosis, BB 4 kg terlihat kurus, takipne, takikardi, terdengar

    bising jantung dan clubbing finger. Saat anamnesa ibu tampak cemas dan

    bertanya kepada perawat apakah anaknya bisa disembuhkan ?

    Analisa Triger Case

    1. Apa yang terjadi pada pasien? Jelaskan secara konsep teoritis berdasarkan

    data yang ada!

    2. Pengkajian fisik dan penunjang apa saja yang diperlukan? Mengapa perlu

    diperiksa?

    3. Bagaimana penatalaksanaan medis pada pasien tersebut?

    4. Bagaimana tindakan dan penatalaksanaan keperawatan pada pasien

    tersebut?

    5. Buatlah mapping masalah keperawatan berdasarkan data !

    6. Berdasarkan mapping Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada

    pasien tersebut?

    7. Bagaimana discharge planning pada pasien tersebut?

    3.2 Analisa Kasus 3.2.1 Hasil Pengkajian

    1. Keluhan Utama

    Anak sering nampak biru disekitar mulut terutama sejak 2 hari yang

    lalu.

  • Analisa Triger Case 13

    2. Hasil Anamnesa

    Anak GG sejak lahir sering mengalami kebiruan pada sekitar mulut

    terutama bila menyusu dan segera melepaskan puting susu dengan

    nafas cepat karena kelelahan.

    3. Riwayat persalinan

    Bayi lahir spontan, ditolong bidan dan langsung menagis kuat.

    4. Pemeriksaan Fisik

    Anak terlihat sianosis, BB 4 kg terlihat kurus, takipne, takikardi,

    terdengar bising jantung dan clubbing finger.

    3.2.2 Analisa Kasus Berdasarkan Hasil Pengkajian 1. Keluhan Utama

    Anak tampak biru disekitar mulut terutama sejak 2 hari lalu

    karena terjadinya sianosis yaitu suatu keadaan dimana kulit dan

    membran mukosa berwarna kebiruan akibat penumpukan

    deoksihemoglobin pada pembuluh darah, ditandai dengan penurunan

    kadar oksigen.

    2. Hasil Anamnesa

    Anak tersebut kebiruan pada sekitar mulut terutama bila

    menyusu dan segera melepaskan puting susu dengan nafas cepat (

    Takipnea ) karena kelelahan. Bayi tersebut mudah lelah saat

    menyusui karena kekurangan oksigen.

    Pada saat beraktifitas seperti makan, menyusui atau menagis

    terjadi vasodilatasi sistemik yaitu banyaknya darah yang miskin

    oksigen yang kembali ke jantung kanan karena adanya kelainan

    jantung bawaan ( pirau kanan dan kiri ) sehingga darah yang miskin

    oksigen tersebut masuk ke jantung kiri dan dialirkan ke sistemik.

    Hal ini dapat menyebabkan terjadinya sianosis.

  • Analisa Triger Case 14

    3. Riwayat Persalinan

    Pada kasus ini bayi lahir spontan, dan langsung menangis kuat.

    Tetapi pada kasus ini anak GG sejak lahir sering mengalami

    kebiruan pada sekitar mulut. Sehingga dapat dianalisa melalui

    Penilaian Bayi untuk Tanda-Tanda Kegawatan menurut

    Prawirohardjo (2002), bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila

    mempunyai salah satu atau beberapa tanda berikut :

    1. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 x/menit.

    2. Kehangatan dengan suhu antara 37-380C.

    3. Warna kulit (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat

    memar.

    4. Pemberian makanan seperti hisapan lemah, mengantuk

    berlebihan dan banyak muntah.

    5. Tali pusat seperti merah bengkak, keluar cairan, bau busuk dan

    pernapasan sulit.

    6. Tinja atau kemih seperti tidak berkemih dalam 24 jam, tinja

    lembek, sering berwarna hijau tua, ada lender atau darah pada

    tinja.

    7. Aktivitas seperti menggigil atau tangis tidak biasa, lemas,

    lunglai, kejang halus, tidak bisa tenang dan menangis terus

    menerus.

    Dari analisa tersebut salah satu tanda kegawatan pada bayi

    adalah adanya takipnea atau pernapasan sulit atau lebih dari 60

    x/menit dan juga adanya warna kulit yang biru, sehingga hal ini

    dapat menunjukkan bahwa An. GG mengalami kelainan jantung

    bawaan sianotik.

  • Analisa Triger Case 15

    4. Pemeriksaan Fisik

    Dari pemeriksaan fisik di dapatkan data data sebagai berikut :

    1. Sianosis dan BB anak 4 kg terlihat kurus.

    Sianosis adalah warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput

    lendir yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb

    tereduksi ( Hb yang tidak berikatan dengan oksigen ).

    Bayi dengan Sianosis lelah atau keringat saat sedang

    makan dan menunjukkan kurangnya berat badan. Mereka

    mungkin lahir dengan berat kelahiran rendah. Mereka mudah

    marah dan sering merasa floppy atau lemas. Ada pembakaran

    bahan lubang hidung sebagai bukti dari pernapasan laboured.

    Beberapa bayi mungkin mendengus atau memancarkan suara

    dengan setiap napas.

    Gejala utama dari sianosis yaitu warna kebiruan yang

    dapat terlihat pada kulit dan membran mukosa. Bagian tubuh

    yang paling sering terlihat berwarna kebiruan adalah bibir, ujung

    jari, dan kuku. Beberapa pasien anak anak memiliki gejala

    dispnea, kebingungan, dan hiperventilasi akibat kekurangan

    oksigen. Akibat dispnea ini, seringkali anak anak berjongkok

    untuk mengurangi kebutuhan oksigen. Pada pasien bayi

    biasanya gejalanya berupa kelelahan saat menyusui, dan berat

    badan sulit naik. Selain itu sinkop dan nyeri dada juga dapat

    terjadi.

    Maka dapat disimpulkan dari pemeriksaan fisik pada anak

    GG didapatkan sianosis pada anak GG tersebut. Hal ini

    menunjukkan adanya penyakit jantung bawaan seperti Tetralogi

    Of Fallot

    2. Takipnea ( bernapas cepat )

    Dari hasil pengkajian pada kasus ini didapatkan pola nafas

    Anak GG adalah bernafas cepat atau takipnea. Takipnea adalah

    frekuensi pernafasan yang cepat. Napas bayi dikatakan normal

  • Analisa Triger Case 16

    jika dapat mengambil napas sekitar 60 kali per menit, terutama

    jika bayi terbangun dari tidur dan menangis. Pada kondisi ini,

    bayi dapat bernapas jauh lebih cepat daripada orang dewasa.

    Tanda bahaya pernapasan bayi adalah sebagai berikut :

    a. Jika bayi bernapas lebih dari 60 kali per menit.

    b. Terdapat napas cuping hidung ( kedua hidungnya kembang

    kempis ).

    c. Terdapat tarikan napas atau cekuangan pada otot

    pernapasan di subclavicvula ( diatas pertengahan tulang

    dada ), substernal ( diabawah tulang iga ).

    d. Jika bayi bernapas begitu keras menarik dadanya setiap kali

    menghirup napas.

    e. Jika napas bayi Anda berhenti selama lebih dari 20 detik

    dalam waktu periode satu menit,

    f. Kaki, tangan dan tubuhnya membiru.

    3. Takikardi

    Takikardi adalah denyut jantung dasar di atas 160 dpm,

    yang bertahan selama 10 menit atau lebih. Takikardi sulit

    dibedakan dengan akselerasi, yang merupakan perubahan

    periodik sementara. Bila takikardi janin terjadi umumnya de

    hubungkan dengan penurunan variabilitas dasar karena

    hilangnya aktivitas atomic parasimpatik.

    Takikardi supraventrikular merupakan kegawatdaruratan

    kardiovaskular yangsering ditemukan pada bayi dan anak. TSV pada

    bayi biasanya terjadi pada hari pertama kehidupan sampai usia 1

    tahun, tapi sering terjadi sebelum umur 4 bulan. Sebagian besar

    takikardi bada bayi dengan struktur jantung yang normal dan

    hanya 15 % bayi TSV yang disertai dengan penyakit jantung

    karena obat obatan atau karena demam.

    Dari hasil pemeriksaan fisik pada kasus ini didapatkan

    data bahwa Anak GG takikardi yaitu denyut jantung yg lebih

  • Analisa Triger Case 17

    cepat dari pada denyut jantung normal, hal ini dapat mengindikasikan

    terjadinya penyakit jantung bawaan pada anak GG tersebut.

    4. Bising jantung

    Bising jantung suara di dalam jantung yang tidak normal

    yang dapat terjadi akibat aliran turbulen darah melalui jalan

    yang sempit, baik penyempitan mutlak atau organik maupun

    penyempitan relatif.

    5. Clubbing Finger

    Pada pemeriksaan fisik terhadap anak GG didapatkan

    adanya clubbing finger pada anak tersebut.

    Membengkaknya ujung-ujung jari (terutama jika terjadi

    pada seluruh jari pada kedua tangan dan kaki) disebut clubbing

    finger. Penyebab pastinya tidak diketahui, namun biasanya

    berhubungan dengan penyakit kronis yang menyebabkan

    rendahnya kadar oksigen dalam darah dalam jangka waktu lama.

    Karena itu saya menanyakan apakah ada keluhan-keluhan lain

    seperti sering capai atau sesak napas. Namun, keadaan ini bisa

    juga merupakan sesuatu yang diturunkan (genetik) tanpa ada

    penyakit yang mendasari. Sedangkan, jika bengkaknya hanya

    pada jari-jari tertentu dan disertai tanda radang, biasanya

    disebabkan karena infeksi.

    Kesimpulan :

    Berdasarkan hasil anamnesa dan analisa pengkajian maka dapat di simpulkan

    bahwa Anak GG mengalami kelainan jantung bawaan sianotik yaitu Tetralogi Of

    Fallot.

  • Analisa Triger Case 18

    3.3 Pengkajian Fisik dan Penunjang 3.3.1 Pengkajian Fisik

    1. Sianosis dengan derajat yang bervariasi, nafas cepat, jari tabuh.

    2. Tampak peningkatan aktifitas ventrikel kanan sepanjang tepi

    sternum dan thrill sistolik dibagian atas dan tengah tepi sternum kiri.

    3. Klik ejeksi yang berasal dari aorta dapat terdengar. Bunyi jantung II

    biasanya tunggal, keras, bising ejeksi sistolik ( grade3-5/6 ) pada

    bagian atas dan tengah tepi sternum kiri.

    4. Pada tipe asianotik, dijumpai bising sistolik yang panjang.

    3.3.2 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium

    Didapatkan kenaikan jumlah eritrosit dan hematokrit

    (hiperviskositas) yang sesuai dengan derajat desaturasi dan stenosis.

    Pada pasien TOF dengan kadar hemoglobin dan hematokrit normal atau

    rendah, kemungkinan menderita defisiensi besi.

    2. Elektrokardiografi

    Adanya Right axis deviation (RAD) pada TOF sianotik.

    3. Foto toraks

    Pada TF sianotik didapatkan :

    b. Besar jantung bisa normal atau lebih kecil dari normal,dan

    corakan paru menurun. Pada TOF dengan atresia pulmonal dapat

    ditemukan lapangan paru hitam.

    c. Segmen pulmonal cekung dan apeks terangkat, hingga jantung mirip

    sepatu boot ( boot-shaped heart ).

    d. Tampak pembesaran ventrikel kanan dan atrium kanan.Pada 30%

    kasus arkus aorta berada di kanan.

    4. Kateterisasi jantung dan angiokardiografi

    Kateterisasi jantung tidak diperlukan pada TOF, bila dengan

    pemeriksaan ekokardiografi sudah jelas. Kateterisasi biasanya

    diperlukan sebelum tindakan bedah koreksi dengan maksud untuk

  • Analisa Triger Case 19

    mengetahui defek septum ventrikel yang multipel, deteksi kelainan

    arteri koronaria, dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer.

    3.4 Penatalaksanaan Medis 1. Serangan Hipoksia ( Hipoksic ( Cyanotic Spell ) )

    Anak dispneu, sianosis bertambah, kesadaran berkurang oleh karena

    kontraksi infundibulum ventrikel kanan.

    2. Knee Chest Position.

    3. Beri Oksigen 5 L/m.

    4. Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg/dosis - intravena atau subkutan.

    5. Bic Nat 1-2 meq/kg BB, intravena.

    6. Bila anemia tranfusi darah 5ml/kg dan beri Propanolol 1 mg/kg/hr per oral

    dibagi 3 dosis.

    7. Untuk mencegah terulangnya serangan beri Propanolol 1 mg/kg/hr per oral

    dibagi 2 dosis.

    8. Tindakan bedah merupakan suatu keharusan bagi semuapenderita TF. Pada bayi

    dengan sianosis yang jelas, sering pertama-tama dilakukan operasi

    pintasan atau langsung dilakukan pelebaran stenosis transventrikel.

    Koreksi total dengan menutup VSD seluruhnya dan melebarkan PS pada

    waktu ini sudah mungkin dilakukan. Umur optimal untuk koreksi total

    pada saat ini adalah 7-10 tahun. Tapi operasi semacam ini selalu disertai

    risiko yang besar.

    3.5 Tindakan dan Penatalaksanaan Keperawatan 1. Pengkajian keperawatan

    a. Identitas klien dan identitas penanggung jawab

    b. Riwayat perjalanan penyakit yang terdiri dari :

    1) Riwayat Kesehatan

    2) Riwayat kesehatan masa lalu

    3) Riwayat Keluarga

    4) Riwayat kehamilan : ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada

    etiologi (faktor endogen dan eksogen yang mempengaruhi).

  • Analisa Triger Case 20

    5) Riwayat tumbuh

    Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan

    karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori

    sebagai akibat dari kondisi penyakit.

    6) Riwayat psikososial dan perkembangan

    a) Kemungkinan mengalami masalah perkembangan

    b) Mekanisme koping anak/ keluarga

    c) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya.

    c. Pola Kebiasaan

    d. Pemeriksaan fisik

    a) Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayi

    tampak biru setelah tumbuh.

    b) Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.

    c) Serang sianotik mendadak ( blue spells/cyanotic, spells/paroxysmal

    hiperpnea, hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan

    dalam, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian.

    d) Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan,

    setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam

    beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.

    e) Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah

    pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat

    obstruksi

    f) Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.

    g) Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar

    tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan

    h) Ginggiva hipertrofi,gigi sianotik.

    e. Pengetahuan anak dan keluarga :

    a) Pemahaman tentang diagnosis.

    b) Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis

    c) Regimen pengobatan

    d) Rencana perawatan ke depan

    e) Kesiapan dan kemauan untuk belajar

  • Analisa Triger Case 21

    2. Diagnosa Keperawatan Setelah pengumpulan data dan menganalisa data langkah selanjutnya

    yaitu menentukan diagnosa keperawatan yang tepat sesuai dengan data

    yang ditemukan, kemudian direncanakan membuat prioritas diagnosa

    keperawatan, membuat kriteria hasil, dan intervensi keperawatan.

    Adapun diagnosa keperawatan pada kasus ini adalah sebagai berikut:

    1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

    perfusi ventrikel yang ditandai dengan klien terlihat tersengal sengal,

    saturasi O2 manurun dan sianosis.

    2. Cemas pada orang tua berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap

    penyakit anaknya.

    3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak

    adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.

    4. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

    oksigen.

    5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan selama

    makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan.

    3. Rencana keperawatan Setelah menentukan diagnosa keperawatan maka didapat masalah

    keperawatan pada anak GG tersebut. Kemudian menentukan rencana

    keperawatan, fokus perencanaan pada pasien An. GG yaitu dengan

    merumuskan tujuan, menentukan kriteria hasil, dan rasionalisasi dari

    tindakan yang di rencanakan.

    Adapun tujuan rencana pemberian asuhan keperawatan pada An. GG

    yaitu agar gangguan pertukaran gas pada anak GG dapat diatasi, cemas

    pada orang tua berkurang, gangguan pertumbuhan dan perkembangan

    dapat diatasi dengan baik, anak menunjukan peningkatan kemampuan

    dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas

    normal) tidak adanya angina serta agar anak dapat makan secara adekuat

    dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan normal dan

    pertumbuhan normal.

  • Analisa Triger Case 22

    4. Implementasi Keperawatan Merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan

    dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan

    keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencanan tindakan

    keperawatan. ( Aziz Alimul, 2009 ).

    Adapun implementasi keperawatan pada kasus An.GG dengan

    tetralogi of Fallot adalah sebagai berikut :

    1. Gangguan pertukaran gas.

    Implementasinya :

    a. Mengobservasi terhadap tanda tanda vital klien seperti RR.

    b. Mengobservasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, catat

    adanya sianosis perifer atau sianosis sentral.

    c. Memberikan posisi knee chest pada klien.

    d. Memberikan informasi kepada keluarga tentang pentingnya waktu

    istirahat yang cukup bagi anak dan pentingnya dampingan keluarga

    atau orang tua pada saat anak melakukan aktivitas.

    e. Berkolaborasi pemberian terapi oksigen dengan benar. Missal,

    dengan masal, masker atau masker venture.

    2. Intoleransi aktifitas tubuh.

    Implementasinya :

    a. Mencatat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama

    dan sesudah melakukan aktivitas.

    b. Menganjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih

    dahulu.

    c. Menjelaskan pada pasien tentang tahap - tahap aktivitas yang boleh

    dilakukan oleh pasien.

    d. Menunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas

    melebihi batas.

    e. Membantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung

    kearah kemandirian anak sesui dengan indikasi

  • Analisa Triger Case 23

    f. Menjadwalkan aktivitas sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan

    anak.

    3. Cemas pada orang tua

    Implementasi :

    a. Menyesuaikan orang tua klien dengan lingkungan sekitar.

    b. Peran keluarga dalam mengatasi cemas sangat penting.

    c. Untuk mempersiapkan orang tua klien lebih awal dalam mengenal

    situasinya.

    4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

    Implementasi:

    a. Memonitor tinngi badan dan berat badan setiap hari dengan

    timbangan yang sama dan waktu yang sama dan

    mendokumentasikan dalam bentuk grafik.

    b. Mengizinkan anak untuk sering beristirahat dan menghindarkan

    gangguan pada saat tidur.

    5. Gangguan Nutrisi

    Implementasi :

    a. Menimbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur

    yang sama, pada waktu yang sama dan dokumentasikan.

    b. Mencatat intake dan output secara.

    c. Memberikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan

    disesuaikan dengan aktivitas selama makan ( menggunakan terapi

    bermain).

    d. Memberikan perawatan mulut untuk meningktakan nafsu makan

    anak.

    e. Memberikan posisi jongkok bila terjadi sianosis pada saat makan.

    f. Menggunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat

    di sela makan dan sendawakan.

  • Analisa Triger Case 24

    g. Menggunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress pernafasan

    yang dapat disebabkan karena tersedak.

    h. Memberikan formula yang mangandung kalori tinggi yang sesuaikan

    dengan kebutuhan.

    i. Mematasi pemberian sodium jika memungkinkan.

    j. Berkolaborasi pemeriksaan laboratorium bila ditemukan tanda

    anemia

    5. Evaluasi 1. Gangguan pertukaran gas dapat diatasi.

    2. Cemas pada ortu berkurang.

    3. BB dan TB mencapai ideal.

    4. Ibu pasien tahu tanda-tanda aktivitas fisik yang melebihi batas.

    5. Nafsu makan anak meningkat setelah dilakukan perawatan mulut.

  • Analisa Triger Case 25

    3.6 Mapping Masalah Keperawatan Terpapar faktor endogen dan eksogen

    selama kehamilan trimester I-II

    Kelainan jantung kongenital sianotik : tetralogi fallot Stenosis Pulmonal Defek Septum Ventrikel Overiding Aorta

    Obstruksi >>> berat Tek. sistolik puncak ventrikel kanan = kiri Pirau kanan - kiri Aliran darah paru Obstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan

    O2 dlm darah Hipertrofi vent kanan Aliran darah aorta Pencampuran dg darah kaya O2 dg CO2

    Hipoksemia

    Sesak Sianosis ( Blue spelss )

    Kelemahan tubuh Hipoksia & laktat Penurunan O2 di otak Asidosis metabolik Kesadaran Menurun Kejang

    Bayi / anak cepat lelah : Kompensasi

    Jika menyusui, berjalan, beraktifitas

    Polisitemia Jangka panjang sirkulasi kolateral

    Trombosis Perdarahan

    MRS

    Gangguan Pertukaran Gas

    Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan.

    Intoleransi aktifitas tubuh. Gangguan tumbang

    Kecemasan Orang tua

  • Analisa Triger Case 26

    3.7 Rencana Asuhan Keperawatan

    1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi

    ventrikel yang ditandai dengan klien terlihat tersengal sengal, saturasi

    O2 manurun dan sianosis.

    Tujuan : Gangguan pertukaran gas dalam tubuh klien dapat diatasi

    Kriteria hasil :

    a. Tanda-tanda vital normal : RR:23-35 x/menit

    b. Saturasi O2 kembali normal

    c. Warna kebiruan yang timbul pada tubuh dapat berkurang

    Intervensi

    a. Observasi terhadap tanda tanda vital klien seperti RR.

    b. Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, catat adanya

    sianosis perifer atau sianosis sentral.

    c. Berikan posisi knee chest pada klien.

    d. Berikan informasi kepada keluarga tentang pentingnya waktu istirahat

    yang cukup bagi anak dan pentingnya dampingan keluarga atau orang

    tua pada saat anak melakukan aktivitas.

    e. Kolaborasi pemberian terapi oksigen dengan benar. Missal, dengan

    masal, masker atau masker venture.

    2. Cemas pada orang tua berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap

    penyakit anaknya.

    Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cemas

    berkurang.

    Kriteria Hasil :

    a. Orang tua klien tidak lagi bertanya tanya tentang penyakit anaknya.

    b. Cemas berkurang.

    c. Pasien tidak tampak bingung.

    Intervensi :

    a. Orientasikan orang tua klien dengan lingkungan.

    b. Ajak keluarga untu mengurangi cemas pada orang tua klien jika kondisi

    sudah mulai stabil.

  • Analisa Triger Case 27

    c. Jelaskan keadaan yang fisiologis pada orang tua klien.

    3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak

    adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.

    Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pertumbuhan

    dan perkembangan tidak terganggu.

    Kriteria Hasil : BB dan TB mencapai ideal.

    Intervensi :

    a. Monitor tinggi dan berat badan anak setiap hari dengan timbangan yang

    sama dan waktu yang sama dan dokumentasikan dalam bentuk grafik.

    b. Izinkan anak untuk sering beristirahat dan hindarkan gangguan pasca

    tidur.

    4. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

    oksigen.

    Tujuan: Anak menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan

    aktivitas ( tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal ) tidak adanya

    angina.

    Kriteria hasil :

    a. Tanda vital normal sesuai umur.

    b. Anak mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan.

    c. Anak mencapai peningkatan toleransi aktivitas sesuai umur.

    d. Fatiq dan Kelemahan berkurang.

    e. Anak dapat tidur dengan lelap.

    Intervensi

    a. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan

    sesudah melakukan aktivitas.

    b. Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.

    c. Jelaskan pada pasien tentang tahap - tahap aktivitas yang boleh

    dilakukan oleh pasien.

    d. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas

    melebihi batas.

  • Analisa Triger Case 28

    e. Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung kearah

    kemandirian anak sesui dengan indikasi

    f. Jadwalkan aktivitas sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.

    5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan selama

    makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan.

    Tujuan : Anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat

    dipertahankan sesuai dengan berat badan normal dan pertumbuhan normal.

    Kriteria hasil :

    a. Anak menunjukkan penambahan BB sesuai dengan umur.

    b. Peningkatan toleransi makan.

    c. Anak dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.

    d. Hasil lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi. Albumin,Hb.

    e. Mual muntah tidak ada.

    f. Anemia tidak ada.

    Intervensi :

    a. Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang

    sama, pada waktu yang sama dan dokumentasikan.

    b. Catat intake dan output secara.

    c. Berikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan

    disesuaikan dengan aktivitas selama makan ( menggunakan terapi

    bermain).

    d. Berikan perawatan mulut untuk meningktakan nafsu makan anak.

    e. Berikan posisi jongkok bila terjadi sianosis pada saat makan.

    f. Gunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat di sela

    makan dan sendawakan.

    g. Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress pernafasan yang

    dapat disebabkan karena tersedak.

    h. Berikan formula yang mangandung kalori tinggi yang sesuaikan dengan

    kebutuhan.

    i. Batasi pemberian sodium jika memungkinkan.

    j. Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi pemeriksaan laboratorium.

  • Analisa Triger Case 29

    3.8 Discharge Planning 3.6.1 Kontrol sesuai waktu yang ditentukan

    3.6.2 Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai

    dengan usia dan kondisi penyakit

    3.6.3 Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :

    3.6.3.1 Teknik pemberian obat

    3.6.3.2 Teknik pemberian makanan

    3.6.3.3 Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang

    mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan

    dihubungi jika membutuhkan pertolongan.

  • Analisa Triger Case 30

    BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    4.1 Kesimpulan Tetralogy of Fallot (TOF) adalah penyakit jantung kongenital dengan

    kelainan struktur jantung yang muncul pada saat lahir dan terjadi perubahan

    aliran darah di jantung.

    Tanda dan gejalanya antara lain bayi mengalami kesulitan untuk

    menyusui, berat badan bayi tidak bertambah, pertumbuhan anak berlangsung

    lambat, perkembangan anak yang buruk, sianosis, jari tangan clubbing

    (seperti tabuh genderang karena kulit atau tulang di sekitar kuku jari tangan

    membesar), dan sesak nafas jika melakukan aktivitas, setelah melakukan

    aktivitas, anak selalu jongkok.

    Pada sebagian pasien sianosis baru tampak setelah bayi berusia

    beberapa minggu bahkan beberapa bulan pasca lahir.

    Pada bayi, terutama usia 2 8 bulan dapat terjadi serangan sianotik

    (sianotic spells) akibat terjadinya iskemia serebral sementara. Pasien tampak

    biru, pucat, dengan pernapasan kussmaul. Bila tidak segera ditolong dapat

    terjadi penurunan kesadaran, kejang, bahkan meninggal. Serangan sianotik

    biasanya terjadi pada Tetralogi Fallot yang berat.

    Adapun tujuan rencana pemberian asuhan keperawatan pada pasien

    penyakit jantung kongenital dengan Tetralogi Of Fallot yaitu agar anak dapat

    mempertahankan kardiak output yang adekuat, anak menunjukan peningkatan

    kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam

    batas normal) tidak adanya angina serta agar anak dapat makan secara

    adekuat dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan normal

    dan pertumbuhan normal.

  • Analisa Triger Case 31

    4.2 Saran Bagi pelayanan kesehatan, perlu melakukan penyuluhan kesehatan

    tentang stimulasi tumbuh kembang anak kepada masyarakat terutama orang

    tua yang mempunyai anak dengan penyakit jantung bawaan.

    Masyarakat terlebih para orang tua hendaknya melakukan kegiatan

    merangsang kemampuan dasar anak secara rutin dan terus-menerus pada

    setiap kesempatan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.