analisa kadar mineral dalam makmin
DESCRIPTION
Makanan MinumanTRANSCRIPT
Analisa Kadar Mineral dalam MakMin
A. Pembahasan
Analisis mineral dapat dilakukan dengan melakukan penentuan mineral total (dengan
menentukan kadar abu) dan dengan melakukan penentuan masing-masing komponen
mineral (jika dikehendaki) dengan spektrofotometri serapan atom (SSA).
1. Analisis Kandungan Mineral Total (Kadar Abu)
Untuk analisis kandungan abu (mineral) dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cara
kering dan cara basah.
1.1 Cara kering
Metode ini digunakan untuk penetapan kadar abu (mineral total) dengan makanan
secara gravimetri sampai diperoleh bobot konstan (bobot yang diperoleh dari 2 kali
penimbangan dengan selisih ≤ 0,5 mg/g sampel).
- Prinsip
Abu dalam bahan pangan ditetapkan dengan menimbang sisa mineral hasil
pembakaran bahan organik pada suhu sekitar 5500C
Prosedur penetapan kadar abu dengan cara kering :
1. Sejumlah 2-3 gram sampel ditimbang dengan seksama dalam cawan porselen yang
telah diketahui bobotnya.
2. Untuk sampel cairan dilakukan penguapan terlebih dahulu diatas penangas air
sampai kering sebelum dilakukan pengarangan.
3. Sampel diarangkan diatas nyala pembakar lalu diabukan dalam tanur listrik pada
suhu maksimum 500o C sampai pengabuan sempurna (sekali-kali pintu tanur
dibuka sedikit agar oksigen bisa masuk).
4. Abu didinginkan dalm dessikator lalu ditimbang sampai bobot tetap.
Yang dimana
W= bobot sampel sebelum diabukan (gram)
W1= bobot sampel + cawan sesudah diabukan (gram)
W2= bobot cawan kosong (gram)
1.2 Cara basah
Prinsip cara ini adalah bahan organik dimusnahkan dan dioksidasi dengan bantuan
campuran asam pengoksidasi kuat yang didihkan bersama-sama dalam labu kejedahl.
Pereaksi yang digunakan, asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, asam perklorat, atau
hidrogen peroksida (H2O2) 30% (perhidrol).
a. Pengabuan basah dengan asam nitrat dan asam sulfat :
1. Sebanyak kurang lebih 5-10 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu
kejedahl 300 ml.
2. Sampel ditambah asam sulfat pekat dan dikocok.
3. Campuran selanjutnya ditambah 5 ml asam nitrat pekat dan beberapa batu didih
lalu dikocok hingga bercampur lalu didiamkan selama setenganh jam atau lebih.
4. Campuran selanjutnya dipanaskan secara perlahan-lahan hingga larut
(pembentukan buih yang berlebihan harus dihindari).
5. Campuran dipanaskan lagi sampai mendidih sehingga asap nitro kuning telah
keluar sebanyak mungkin.
6. Sebanyak 1-2 ml asam nitrat selanjutnya ditambahkan pada campuran sehingga
seluruh bahan organik telah terbakar yang ditunjukkan oleh larutan yang berwarna
kuning. Bila pada penambahan 1-2 ml asam nitrat selanjutnya tidak berhasil
membuat campuran jernih maka dilanjutkan dengan prosedur tambahan (prosedur
b).
7. Campuran dipanaskan hingga timbul asap putih dari sulfat.
8. Campuran didinginkan dan diencerkan dengan aquades bebas ion hingga volume
tertentu.
9. Dilakukan juga pengabuan blanko dengan jumlah pereaksi yang sama. Untuk
penetapan masing-masing unsur dilakukan prosedur untuk masing-masing logam.
b. Prosedur tambahan dengan asam perklorat
Bila cara destruksi di atas tidak menghasilkan larutan jernih (setelah tahap vii)
maka dilanjutkan dengan:
1. Campuran sampel didinginkan lalu ditambah dengan 1 ml, asam perklorat 72% atau
2 ml asam nitrat pekat, kemudian dikocok.
2. Campuran sampel dipanaskan perlahan-lahan sekitar 10 menit lalu suhu pemanasan
dinaikkan hingga timbul uap putih dari sulfat.
3. Larutan didinginkan dan diencerkan dengan akuades bebas ion.
c. Prosedur tambahan dengan hidrogen peroksida (H2O2)
Lanjutan pengabuan basah ini disarankan bila ingin menghindari penggunaan asam
perklorat. Setelah tahap (vii) dilanjutkan dengan cara berikut:
1. Campuran sampel ditambah dengan 2-3 ml hidrogen peroksida 30 % dan beberapa
tetes asam nitrat pekat.
2. Campuran sampel dipanaskan diatas pelat pemanas hingga berwarna bening.
3. Larutan didnginkan dan diencerkan dengan 10 ml aquades bebas ion lalu
dipanaskan hingga berasap.
4. Larutan diencerkan dengan aquades bebas ion hingga volume tertentu.
2. Analisis Kandungan Masing-masing Mineral dengan Spektroskopi Serapan
Atom (SSA)
2.1 Analisis Unsur Mineral
2.1.A Analisis Kalsium (Ca)
Analisis kalsium dilakukan berdasarkan sifat bahwa ion kalsium dapat diendapkan
dengan amonium oksalat membentuk endapan kalsium oksalat. Endapan selanjutnya
dilarutkan dalam asam sulfat encer lalu dititrasi secara permanganometri menggukan
larutan baku kalium permanganat.
- Bahan yang digunakan:
1. Indikator merah metil disiapkan dengan melarutkan 0,5 gram merah metil dalam
100 ml etanol 95%.
2. Asam asetat encer dibuat dengan mencampur 1 bagian asam asetat pekat dengan 4
bagian aquades.
3. Asam sulfat encer dibuat dengan menuangkan secara perlahan-lahan 1 bagian asam
sulfat dalam 4 bagian aquades, lalu didinginkan.
4. Amonium hidroksida encer dibuat dengan mencampur 1 bagian amonia pekat
dengan 4 bagian aquades.
5. Larutan baku kalium permanganat 0,01 N dibuat dengan mengencerkan 10 kali
larutan baku kalium permanganat 0,1 N.
6. Larutan baku kalium permanganat 0,1 N dibuat dengan melarutkan 3,2 gram
KmnO4 dalam 1 liter aquades lalu mendidihkannya selama 10-15 menit untuk
menghilangkan semua oksigen terlarut. Larutan disimpan selama 1 malam lalu
disaring dengan asbes dan diencerkan dengan aquades sampai batas tanda. Larutan
ini harus disimpan dalam botol gelap dan setiap kali digunakan harus dilakukan
terlebih dahulu dengan natrium oksalat
7. Kadar kalsium dihitung berdasarkan banyaknya volume larutan baku KMnO4 yang
digunakan untuk titrasi.
2.1.B Analisis Besi (Fe)
Kandungan besi total dalam bahan makanan dapat ditetapkan dengan mereaksikannya
dengan senyawa lain membentuk senyawa komleks berwarna yang dapat diukur secara
spektrofotometri visibel. Analisis besi ddapat dilakukan dengan metode tiosianat, metode
α,α’-dipiridil, dengan o-fenantrolin.
a. Metode tosianat
Prinsip analisis besi total dengan metode ini adalah dengan mengubah besi dari bentuk
fero menjadi feri dengan menggunakan oksidator seperti kalium persulfat atau hidrogen
peroksida. Besi (III) baik yang sudah ada dalam makanan atau dari oksidasi Besi (II)
kemudian direaksikan dengan kalium tiosianat sehingga membentuk kompleks feri-
tiosianat yang berwarna merah. Warna yang terbentuk dapat diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 480 nm.
b. Metode α,α’-dipiridil
Prinsip penetapan kadar besi total dengan metode ini adalah besi (III) direduksi dengan
hidroksil amin membentuk besi (II). Besi (II), baik yang sudah ada di bahan makanan atau
hasil reduksi besi (III), dapat membentuk kompleks dengan α,α’-dipiridil yang berwarna
merah yang dapat diukur absorbansinya dengan spektrofotometer visibel pada panjang
gelombang 510 nm.
2.1.C Analisis Fosfor
Anallisis fosfor dalam bahan makanan dapat dianalisis dengan metode kolorimetri atau
dengan metode titrimetri.
a. Metode kolorimetri dengan pereaksi molibdat-vanadat
Prinsip metode ini adalah sampel direaksikan dengan sampel nitrat untuk mengubah
semua metafosfat dan pirofosfat menjadi ortofosfat. Sampel selanjutnya direaksikan
dengan asam molibdat yang berwarna kuning oranye yang dapat diukur absorbansinya
pada panjang gelombang 400 nm.
2.1.D Analisis Klorida
Klorida dapat ditetapkan kadarnya secara argentometri dengan metode Volhard.
Prinsipnya, klorida dibebaskan dari sampel dengan cara mendidihkannya bersama asam
nitrat encer atau dengan pengabuan kering. Klorida selanjutnya diendapkan dengan
penambahan larutan perak nitrat (AgNO3) berlebihan. Sisa perak nitrat yang tidak bereaksi
dengan klorida dititrasi dengan larutan besi amonium tiosianat dengan indikator besi (III)
amonium sulfat. Kandungan klorida dihitung berdasarkan selisih volume larutan baku
amonium tiosianat blanko dengan volume baku amonium tiosianat untuk sampel. Titrasi
ini harus dilakukan dalam suasana asam kuat, sebab ion besi (III) akan diendapkan menjadi
Fe(OH)3. Jika suasananya basa, sehingga titik akhir dapat ditunjukkan. pH larutan harus
dibawah 3.
2.1.E Analisis Iodin
Analisis iodin didasarkan pada sifat iodida yang mampu mereduksi seri (Ce4+) menjadi
sero (Ce3+) yang dapat diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm. Banyaknya
sero yang dihasilkan setara dengan banyaknya iodin.
Asam arsenit 0,02 N disiapkan dengan melarutkan 0,98% gram arsen trioksida dalam
10 ml natrium hidroksida 0,5 N dalam gelas piala dan dipanaskan. Larutan dipindahkan
secara kuantitatif ke dalam labu takar 1 L dan diencerkan dengan 850 ml air. Larutan ini
selanjutnya ditambah melalui tepi dinding labu takar 20 ml asam klorida pekat dan 20,6 ml
asam sulfat pekat lalu ditambah dengan aquades sampai batas tanda.