dentistry
Post on 30-Oct-2014
327 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
BAB 1 .......................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 3
BAB II ...................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN
I. Bentuk Kegagalan Restorasi non plastis/rigid ......................................... 5
II. Penyebab cacatnya pengecoran ................................................................. 16
III. Penatalaksanaan restorasi non plastis/rigid logam .................................. 19
KESIMPULAN ....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 22
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Latar belakang
Ilmu konservasi gigi merupakan cabang ilmu di bidang kedokteran gigi yang mempelajari
tentang cara menanggulangi kelainan (penyakit) jaringan keras gigi, pulpa dan periapikal
untuk mempertahankan gigi di dalam mulut melalui proses restorasi.
Dalam mempelajari ilmu konservasi gigi, dikenal dua macam restorasi yaitu direct
restoration dan indirect restoration. Direct restoration adalah restorasi gigi yang dilakukan
langsung di dalam mulut penderita. Sedangkan indirect restoration adalah restorasi yang
dibuat di luar mulut penderita. Untuk melakukan indirect restoration, seorang dokter gigi
membutuhkan seorang dokter gigi membutuhkan seorang teknisi untuk membuat restorasi
tersebut (JD Eccles, RM Green, 1994).
Berdasarkan kepustakaan Inggris, restorasi rigid terdiri dari inlay, onlay, dan crown/
mahkota. Inlay adalah tumpatan rigid yang ditumpatkan di kavitas diantara tonjol gigi/ cusp,
sedangkan onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu atau lebih tonjol
gigi/ cusp. Crown/ mahkota adalah penggantian sebagian atau seluruh mahkota klinis yang
disemenkan.
Bahan restorasi rigid antara lain logam tuang, porselen, porselen fuse to metal, resin
komposit, dan kombinasi keduanya. Logam merupakan bahan restorasi rigid dengan
kekuatan tensil yang besar, yang membutuhkan preparasi kavitas yang luas dan bevel sebagai
retensi, tetapi memiliki masalah estetik. Dalam proses pembuatannya, restorasi rigid dengan
menggunakan logam memiliki tahapan-tahapan dalam pembuatannya, tidak menutup
kemungkinan akan terjadi kegagalan pada proses pembuatan logam tersebut. Yang paling
sering terjadi adalah kegagalan pada proses hasil casting/pengecoran, bahkan pada hasil
restorasi seperti, finning, bubbling, porosity, incomplete casting.
Oleh karena itu, kita perlu membahas bentuk kegagalan apa saja yang dapat terjadi
pada hasil casting, hal-hal yang mempengaruhi kegagalan pada restorasi non plastis/rigid
serta penatalaksanaan pembuatan casting yang benar.
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 2
1.4 Rumusan Masalah
Apa saja bentuk kegagalan pada restorasi non plastis/rigid dengan bahan logam ?
Bagaiman cara mencegah terjadinya kegagalan proses pembuatan logam pada
restorasi non plastis/rigid ?
Bagaimana penatalaksanaan restorasi non plastis/rigid logam yang benar ?
1.3 Tujuan
Mengetahui bentuk-bentuk kegagalan restorasi non plastis/rigid dengan bahan logam.
Mengetahui cara mencegah terjadinya kegagalan proses pembuatan logam pada
restorasi non plastis/rigid.
Mengetahui penatalaksanaan restorasi nonplastis/rigid logam yang benar.
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 3
BAB II
PEMBAHASAN
Restorasi rigid merupakan restorasi yang dibuat di laboratorium dental dengan
menggunakan model cetakan gigi yang dipreparasi kemudian disemenkan pada gigi.
Umumnya restorasi ini membutuhkan kunjungan berulang dan penempatan tumpatan
sementara sehingga lebih mahal untuk pasien. (Putri Sari H. USU. 2006: 1)
Berdasarkan kepustakaan Inggris, restorasi rigid terdiri dari inlay, onlay, dan crown/
mahkota. Inlay adalah tumpatan rigid yang ditumpatkan di kavitas diantara tonjol gigi/ cusp,
sedangkan onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu atau lebih tonjol
gigi/ cusp. Crown/ mahkota adalah penggantian sebagian atau seluruh mahkota klinis yang
disemenkan. (Putri Sari H. USU. 2006: 1)
Salah satu bahan restorasi non plastis kedokteran gigi yang sering digunakan adalah
logam. Logam merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang memiliki sifat-sifat antara
lain :
Keras dan mengkilap
Pada temperatur ruang berupa padatan
Berat
Sebagai penghantar panas dan listrik yang baik
Opaqe (tidak tembus cahaya)
Ductility, dapat ditarik menjadi panjang
Elektro-positif, serta memiliki titik didih dan titik lebur yang tinggi.
Untuk dapat mengoptimalkan sifat logam ini, kebanyakan dari logam yang biasa
digunakan adalah campuran dari dua atau lebih unsur logam atau pada beberapa keadaan,
logam dengan nonlogam. Meskipun campuran tersebut dapat dibuat dengan berbagai cara,
umumnya dihasilkan dari fusi unsur-unsur di atas titik cairnya. Campuran padat dari logam
dengan satu atau lebih unsur nonlogam atau logam lain disebut logam campur.
Pembuatan logam dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Tahap pembuatan model logam, sprue, ventilasi, dan kawah
2. Tahap wetting
3. Tahap penanaman bahan pendam
4. Tahap burning out dan preheating,
5. Tahap casting logam, dan
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 4
6. Tahap finishing dan polishing.
Dalam proses pembuatannya, restorasi rigid dengan menggunakan logam mempunyai
tahapan-tahapan, salah satunya pembuatan casting / penanaman pola. Casting adalah proses
dimana wax pattern dari restorasi dikonversi untuk mereplikasikan dental alloy. Proses
casting digunakan untuk membuat restorasi gigi seperti inlay,nlay, mahkota jaket, jembatan
dan removable partial denture.(Craig, 2002, pg 516).
I. BENTUK KEGAGALAN RESTORASI NON PLASTIS/RIGID
Bentuk Kegagalan Restorasi non plastis/rigid pada :
1. Tahap pembuatan model logam (sprue)
Penyusutan pemadatan akan terjadi di batang cadangan dan bukan di restorasi, sejauh
batang cadangan ini mempunyai volume yang lebih luas daripada volume model dan tangkai
sprue yang melekat pada model terletak pada posisi yang tepat serta memiliki diameter yang
tepat pula. Ini disebabkan karena sebuah cadangan harus ditambahkan pada jaringan sprue
untuk mencegah porositas pengerutan yang terlokalisir. Ketika logam campur yang cair
mengisi cincin cor yang panas,area model seharusnya memadat terlebih dahulu sementara
bagian cadangan memadat terakhir. Karena cadangan ini berisi logam campur yang banyak
dan diletakkan di pusat panas dari cincin, cadangan akan tetap cair untuk memungkinkan
logam cair mengalir ke dalam mold sementara memadat.
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 5
Gambar 1. Penyusutan setempat yang disebabkan oleh penggunaan sprue yang
diameternya tidak benar.
Turbulensi atau arah putar dari logam cair di dalam kavitas mold dan porositas yang
parah pada permukaan yang datar dan lebar juga merupakan kegagalan akibat perlekatan arah
dari tangkai sprue yang tidak benar yaitu ditempatkan tegak lurus pada permukaan yang datar
dan lebar.
Gambar 2. A. Sprue yang telh dilepaskan menunjukkan porositas yang parah pada
daerah bekas perekatan karena turbulensi (arus putar) akibat perlekatan tangkai sprue yang
tidak benar. B. Hasilcor yang baik dengan pemasangan sprue bersudut 45 derajat dari dinding
proksimal.
Selain itu, sprue juga harus diarahkan menjauh dari bagian-bagian model malam yang
tipis atau kecil, karena logam cair dapat mengabrasi atau mematahkan bahan tanam di daerah
ini dan mengakibatkan kegagalan pengecoran. Tangkai sprue harus direkatkan pada model
malam yang ditempatkan pada die master, sejauh model malam dapat dilepas langsung
segaris dengan arah lepasan dari die. Selama pelepasan dari model, haruslah dihindari
gerakan-gerakan yang dapat mengubah bentuk model malam.
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 6
2. Tahap Wetting Agent
Wetting Agent digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan dan untuk membuat
casting dengan permukaan yang halus. Penggunaan wetting agent yang terlalu banyak akan
mengakibatkan mengganggu setting investment yang akan menimbulkan tonjolan dan
permukaan yang kasar. Oleh karena itu sebaiknya membersihkan sisa sabun dengan sikat gigi
sampai bersih. (Craig,2002,pg.34)
Gambar 3. Wetting Agent yang biasa digunakan dalam kedokteran gigi
3. Tahap Penanaman bahan pedam
Penggunaan getaran yang berlebihan pada saat pengadukan hampa udara yaitu
pengadukan mekanis sebaiknya dihindari, karena dapat menyebabkan benda-benda padat di
dalam bahan tanam mengeras dan menjurus ke pengumulan air yang bebas di sekeliling
model malam, sehingga terjadi permukaan yang kasar. Di sisi lain, jika adukan terlalu encer
akan di peroleh permukaan cor yang kasar. Ini akibat dari efek perubahan rasio L:P dimana
semakin rendah rasio L:P maka semakin besar potensi ekspansi dari bahan tanam.
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 7
4. Tahap burning out dan preheating
Pembuangan yang tidak sempurna dari model malam dapat terjadi jika masa pemanasan
terlalu pendek atau tidak cukup udara di dalam tungku. Faktor-faktor ini terutama penting
untuk teknik penanaman dengan suhu rendah. Rongga atau porositas biasa terjadi di dalam
tuangan akibat gas yang terbentuk ketika logam campur yang panas berkontak dengan sisa
karbon. Terkadang, tuangan bias di lapisi karbon yang sangat kuat yang tidak mungkin
dihilangkan dengan proses pengasaman.
Finning yaitu adanya “sayap” pada penanaman model dapat terjadi ketika penanaman
model dipanaskan secara cepat dalam tungku.. Hal ini menyebabkan penanaman model
menjadi retak. Alloy yang dicairkan mengalir ke celah-celah tipis pada retakan sehingga
membentuk “sirip” pada saat casting dimana celah-celah tersebut ditemukan. Adanya sayap
( finning ) disebabkan oleh pemanasan bumbung tuang yang terlalu cepat,sehingga bahan
tanam menjadi retak (crack). Ketika alloy masuk ke dalam mould, alloy tersebut akan mengisi
retakan-retakan sehingga terbentuklah sayap. Penyebab lain timbulnya sayap pada hasil
tuangan adalah bahan adonan yang terlalu encer (W/P ratio rendah), menggerakkan bumbung
tuang sebelum bahan tanam setting, dan jarak antara model dengan bahan tanam kurang dari
6-7 mm.
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 8
Hal ini menyebabkan udara yang terperangkap tidak bisa keluar sehingga terjadi
tekanan balik yang menyebabkan hasil tuang menjadi bulat-bulat. Untuk mencegah
timbulnya sayap pada hasil tuangan adalah dengan mencegah pemanasan bumbung tuang
yang terlalu cepat. (Annusavice, 2003, pg 308)
5. Tahap casting logam
Cacat pengecoran dapat di klasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu :
A. Distorsi atau perubahan bentuk.
Distorsi pada proses penuangan logam terjadi saat manipulasi malam inlay, sehingga
pencegahan terjadinya distorsi tergantung pada proses manipulasi malam inlay. Distorsi
terjadi akibat stress release, yaitu tekanan yang sangat besar pada material akibat malam di
cetak tanpa pemanasan yang cukup hingga diatas suhu transisi solid-solid. Distorsi dapat
terjadi sewaktu membentuk dan melepas model malam dari mulut atau die. Keadaan ini
terjadi karena perubahan suhu dan pelepasan stress yang muncul sewaktu terjadinya
kontraksi saat pendinginan, udara yang terjebak serta temperatur selama penyimpanan.
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 9
Metode paling praktis untuk menghindari distorsi adalah menanam model sesegera
mungkin setelah dikeluarkan dari mulut atau die. Die dan model malam dipasang pada
saluran tertutup yang mempunyai piston dan mengandung air, dengan temperatur 380 (1000F).
Bila piston ditekan, tekanan hidrostatik akan teraplikasikan secara merata pada model yang
sudah selesai dibuat. (Craig. 2002.pg.438)
B. Kekasaran dan ketidak-teraturan permukaan
Permukaan hasil cor seharusnya meruakan reproduksi yang akurat dai permukaan
model malam asalnya. Kasarny atau tidak beraturannya ermukaan luar dari tuangan
memerlukan tindakan penyelesaian dan pemolesan tambahan, sedangkan ketidak-teraturan
pada permukaan dalam dari tuangan akan mengganggu duduknya tuangan pada gigi.
Kekasaran permukaan dirumuskan sebagai ketidak-sempurnaan permukaan dominan
dari seluruh permukaan. Kekasara permukaan dari tuangan gigi akan lebih besar daripada
model malamnya. Ketidak-teraturan permukaan mengacu pada ketidak-sempurnaan yang
terisolasi, misalnya suatu bulatan kecil, yang bukan menjadi area karakteristik dari seluruh
area permukaan. Perbedaaan ini mungkin berkaitan dengan ukuran partikel dari bahan tanam
dan kemampuannya untuk memproduksi model malam dalam rincian mikroskopik.
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 10
Dengan teknik pengerjaan yang benar, bertambahnya kekasaran permukaan pada
tuangan seharusnya tidak menjadi faktor utama di dalam keakuratan dimensi. Tetapi, teknik
yang tidak benar dapat menjurus ke kasaran permukaan yang sangat menjol serta ketidak-
teraturan permukaan.
C. Porositas
Efek gelembung (bubbling) pada casting muncul sebagai tombak dari kelebihan bahan
yang melekat pada permukaan casting. Ini mencerminkan adanya permukaan yang porositas
dalam penanaman model, masalah yang mungkin bisa diatasi oleh vacuum investing.
Bubbling pada casting muncul sebagai bulatan-bulatan banyak yang menempel pada
permukaan dari casting. Ini mencerminkan adanya porositas pada saat investment
(penanaman model). Suatu masalah dimana dapat terisi alloy cair pada investment yang kosong
tadi (Mc.cabe,2008,pg.82).
Porositas dapat terjadi pada permukaan dalam maupun luar dari hasil casting. Porositas
di permukaan luar adalah suatu faktor dari kekasaran permukaan, tetapi umumnya juga
merupakan manifestasi dari porositas bagian dalam. Porositas internal tidak saja
memperlemah tuangan tetapi juga meluas ke permukaan, dan menyebabkan perubahan
warna. Jika parah, dapat menyebabkan kebocoran pada pertemuan gigi dengan restorasi dan
karies sekunder. Meskipun porositas di dalam tuangan tidak dapat dihindari sepenuhnya,
tetapi dapat dikurangi dengan penggunaan teknik yang benar. (Annusavice, 2003. Pg342).
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 11
Porositas bisa terlihat sebagai pemukaan lubang pada casting. Bagian pecah pada
investment atau partikel kotor dimana bisa menjatuhkan sprue, mungkin menjadi perlekatan
di dalam casting dan menghasilkan lubang pada permukaan. Untuk alasan ini, semua mould
pada casting dapat diatasi dengan sprue yang lebih ke bawah. (Mc.cabe, 2008,pg.82).
Pada proses pengerasan dibagi menjadi dua, yaitu localized shrinkage porosity
dan microporosity. Porositas karena gas yang terjebak dibagi menjadi :
pinhole porosity
cas inclusions
subsurface porosity
Entrapped air porosity. (Annusavice, 2003,pg.342).
Localized shrinkage porosity terjadi pada persimpangan saat pemasangan sprue dan
mungkin terjadi dimana saja diantara dendrite, dimana itu merupakan bagian terakhir dari
casting pada titik lebur logam yang rendah yang dapat memperkuat percabangan dari
dendrite. (Annusavice,2003,pg 343).
Microporosity juga terjadi akibat dari penyusutan pada saat pengerasan tetapi
umumnya hadir dalam casting fine-grain saat proses pengecoran ini terlalu cepat. Fenomena
seperti ini dapat terjadi ketika pengerasan alloy terlalu cepat karena suhu mould terlalu
rendah (Annusaavice, 2003,pg.343)
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 12
Pinhole dan inklusi gas dapat terjadi karena adanya gas yang terjebak saat proses
pengerasan. Porositas akibat inklusi gas lebih besar daripada pinhole. Inhole dihasilkan ketika
alloy mencair sedangkan inklusi gas disebabkan oleh penggunaan api mixing zone atau zona
oksidasi. (Annusavice, 2003,pg 344)
Subsurface porosity disebabkan oleh nukleasi stimultaneous butiran padat dan
gelembung gas pada saat pertama ketika alloy membeku pada dinding cetakan. Namun jenis
porositas ini dapat diatasi dengan mengontrol tingkat dimana logam cair memasuki cetakan.
Porositas pada casting tidak dapat dihindari secara keseluruhan, namun porositas mampu di
minimalisasi dengan menggunakan teknik yang tepat. (Annusavice,2003,pg.346)
Entrapped air porosity atau disebut juga back pressure porosity ini dapat
menghasilkan cekungan yang besar akibat depresi. Hal ini disebabkan akibat udara dalam
mould tidak dapat keluar melalui pori-pori dari investment atau karena gradient tekanan pada
saat pemasangan sprue. (Annusavice,2003,pg, 346). Dan adanya back pressure yang
menyebabkan adanya celah pada marginal. (Mc.cabe, 2008,pg82).
Gaseous porosity di dalam casting dihasilkan oleh gas dimana menjadi penghancur
pada alloy cair. Copper, gold, silver, platinum dan partikel palladium, semua melarutkan
oksigen di dalam bagian cair. Saat mendingin, alloy membebaskan gas yang terabsorbsi tapi
beberapa sisa gas terjebak ketika alloy menjadi rigid. Tipe porositas dapat terjadi di seluruh
casting. Hal ini dapat dikurangi dengan menghindari pemanasan berlebih dari alloy atau
casting di dalam atmosfer dari gas yang tidak aktif. (Mc.cabe,2008,pg.82).
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 13
Untuk meminimalisir porosity maka ditambahkan flux. Zat yang disebut fluks
biasanya ditambahkan untuk meminimalkan pembentukan oksida yang mempengaruhi
pemanasan dan molding paduan dan mempengaruhi kualitas akhir dari casting. Jenis flux
yang digunakan tergantung pada suhu aliran, jenis sumber panas yang di gunakan, jenis
pengecoran paduan dan jenis investment. (Powers,2008,pg.276). Salah satunya adalah Borax,
atau sodium tetraborate ((Na2, B4)7 . 10 H20). (Craig,2002,pg.545)
Flux yang biasa digunakan dalam kedokteran gigi
D. Tidak adanya atau tidak sempurnanya rincian
Kadang-kadang ditemukan tuangan yang tidak utuh atau mungkin sama sekali tidak
ditemukan tuangan. Penyebab yang jelas dari keadaan ini adalah terhalangnya logam cair
untuk mengisi mold secara utuh. Paling sedikit ada dua factor yang dapat menghambat
jalannya logam cair, yaitu :
1. Mold yang kurang didinginkan
Penganginan yang kurang berhubungan langsung dengan tekanan balik yang
dikeluarkan oleh udara di dalam mold. Jika udara tidak dapat dikeluarkan dengan cepat,
logam cair tidak dapat memasuki mold sebelum memadat. Dalam keadaan ini, harus
dipertimbangkan besarnya tekanan cor. Jika tekanan cornya kurang, tekanan balik tidak dapat
di atasi. Lebih jauh lagi, tekanan cor harus ditahan paling sedikit 4 detik. Mold akan terisi
logama memadat dalam waktu 1 detikatau kurang, meski logam masih cukup lunak selama
tahap awal.
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 14
Gambar : Kegagalan dari tuangan yang tidak utuh akibat tekanan cor yang kurang
memadai dengan tepi yang membulat dan tidak utuh
2. Kekentalan yang tinggi dari logam cair
Pembuangan sisa-sisa malam yang tidak sempurna dari dalam mold merupakan
penyebab tuangan yang tidak utuh. Jika ada terlalu banyak produk pembakaran yang
tertinggal di dalam mold, pori-pori dari bahan tanam dapat terisi penuh sehingga udara tidakk
dapat keluar seluruhnya. Jika ada cairan atau partikel malam yang tertinggal, kontak antara
logam cair dengan benda asing menghasilkan ledakan yang dapat menimbulkan tekanan balik
akibat pembuangan malam yang tidak sempurna.
Gambar : Tuangan yang tidak utuhakibat pembuanganmalam yang tidak sempurna, ditandai
dengan tepi yang membulat dan tampilan yang mengkilat.
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 15
II. PENYEBAB CACATNYA PENGECORAN
Pengecoran yang gagal menimbulkan masalah yang cukup besar dan hilangnya
waktu. Hampir dalam semua kasus, cacatnya pengecoran dapat dihindari dengan menaati
prosedur sesuai aturan dan prinsip dasar. Cacatnya pengecoran jarang di sebabkan oleh
faktor-faktor lain ketidaktelitian atau ketidakpedulian operator. Dengan teknik yang ada
sekarang ini, kegagalan pengecoran harusnya menjadi jarang, bukan sesuatu yang umum.
Cacat pengecoran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Lapisan air
Malam tahan terhadap air, karena itu jika bahan tanam terpisah dari model mala, akan
terbentuk lapisan air yang tidak teratur pada permukaan. Kadang-kadang jenis ketidak-
teraturan seperti ini muncul sebagai parit kecil atau pembuluh di permukaan. Jika model
malam bergeser sedikit, bergerak, atau bergetar setelah penanaman, atau jika prosedur
pengecatan tidak menghasilkan kontak yang erat antara bahan tanam dengan model malam,
dapat timbul kondisi seperti ini.
Laju Pemanasan yang Terlalu Cepat
Keadaan ini mengakibatkan terbentuknya sirip atau duri pada tuangan, atau kekasaran
permukaan yang khas yang disebabkan oleh mengelupasnya dinding bahan tanam ketika air
atau uap masuk ke dalam mold.
Kurangnya Pemanasan
Pembuangan yang tidak sempurna dari model malam dapat terjadi jika masa
pemanasan terlalu pendek atau tidak cukup udara di dalam tungku. Faktor-faktor ini terutama
penting untuk teknik penanaman dengan suhu rendah.
Rasio Cairan:Bubuk
Jumlah air dan bahan tanam harus diukur dengan akurat. Semakin tinggi rasio
cairan:bubuk, semakin kasar tuangnya. Tetapi jika terlalu sedikit cairan yang digunakan,
adukan bisaterlalu kentaldan tidak dapat memendam model malam dengan benar.
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 16
Pada penanaman hampa udara, udara dapat tidak dikeluarkan dengan sempurna. Semua ini
menghasilkan permukaan tuangan yang kasar.
Pemanasan yang terlalu lama
Bila digunakan teknik panas-tinggi, pemanasan yang terlalu lama pada suhu
pengecoran dapat menimbulkan kerusakan pada bahan tanam, dan mengakibatkan kasarnya
dinding-dinding mold. Jika digunakan teknik ekspansi panas, mold harus dipanaskan sampai
temperatur pengecoran tidak boleh lebih tinggi dari 700° Celcius dan pengecoran harus
segera dilakukan.
Temperatur Logam Campur
Jika logam campur dipanaskan sampai temperatur yang terlalu tinggi sebelum
pengecoran, permukaan bahan tanam cenderung rusak dan timbul permukaan kasar pada
tuangan seperti telah dibahas sebelumnya. Jika digunakan bahan bakar lain, harus
diperhatikan bahwa warna yang dipancarkan dari logam campur emas yang mencair tidak
boleh lebih terang daripada oranye muda.
Tekanan Pengecoran
Tekanan yang terlalu besar selama pengecoran dapat menghasilkan permukaan cor
yang kasar. Untuk tuangan yang kecil, tekanan yang dianggap mencukupi adalah 0,10 sampai
0,14 Mpa unruk mesin cor yang meggunakan tekanan udara atau tiga sampai empat putaran
per untuk mwesin cor sentrifugal.
Komposisi Bahan Tanam
Rasio bahan pengikat terhadap quartz mempengaruhi tekstur permukaan dari hasil
pengecoran. Selain itu silika yang kasar menyebabkan permukaan menjadi kasar. Jika bahan
tanam memenuhu spesifik ADA no.2, komposisi bukan faktor penting yang menentukan
kekasaran permukaan.
Benda Asing
Jika ada benda asing yang masuk ke dalam mold, permukaan tuangan dapat menjadi
kasar. Biasanya kontaminasi tidak hanya berakibat pada permukaan yang kasar tetapi juga
pada tuangan yang tidak lengkap atau rongga di permukaan.
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 17
Tekanan dari Logam Campur Cair
Arah sprue harus sedemikian rupa sehingga logam campur cair tidak menekan bagian
lemah dari permukaan mold. Cekungan pada mold akan tercermin sebagai area yang
menonjol pada permukaan tuangan, seringkali begitu kecil untuk dikenali tetapi cukup besar
untuk mengganggu duduknya tuangan pada gigi. Interaksi antara logam campur cair dengan
sulfur menghasilkan tuangan yang hitam, rapuh, dan tidak bisa dibersihkan oleh pengasaman.
Posisi Model
Jika beberapa model ditanam dalam satu cincin cor, model tidak boleh diletakkan
terlalu berdekatan. Begitu pula, meletakkan terlalu banyak model pada satu dataran yang
sama didalam mold harus dihindari. Ekspansi malam umumnya lebih besar daripada bahan
tanam, dan menyebabkan patahnya atau retaknya bahan tanam jika jarak antar model kurang
dari 3mm.
Masuknya karbon
Karbon, misalnya dari crucible, semburan api yang tidak benar,atau bahan tanam yang
mengandung karbon, dapat diserap oleh logam campur selama pengecoran. Partikel-partikel
ini dapat dapat menjurus ke pembentukan karbida atau bahkan menciptakan lapisan karbon
hyang kasat mata.
Penyebab lain
Ada beberapa pewarnaan dari kekasaran yang mungkin tidak terlihat ketika tuangan
diselesaikan tetapi bisa muncul selama pemasangan di pasien. Hasil campuran ini tidak akan
memiliki sifat fisik yang benar dan dapat membentuk logam campur eutetik atau sejenisnya
dengan daya tahan yang rendah terhadap karat.
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 18
III. PENATALAKSANAAN RESTORASI NON PLASTIS/RIGID LOGAM
YANG BENAR (PROSES CASTING)
Tahap awal yang dilakukan adalah pembuangan malam. Pada tahap ini, bumbung
tuang harus benar-benar dipastikan bersih dari malam. Lalu, memanaskan bumbung tuang
(mould). Pemanasan mould investment harus dilakukan pada tingkat yang memungkinkan
uap dan gas-gas lain dibebaskan tanpa meretakkan cetakan. Juga penting bahwa suhu cetakan
yang dipanaskan cukup untuk memungkinkan terjadinya ekspansi termal dan inversi serta
suhu ini tidak dibiarkan turun secara signifikan sebelum pengecoran dimulai. Ini menandakan
bahwa cetakan harus dipanaskan sampai sekitar 750oC untuk memungkinkan pendinginan
yang mungkin terjadi sebelum pengecoran dimulai. (Mc.cabe,2008,pg.80).
Keseimbangan antara suhu logam cair dan suhu cetakan penting dalam hal
memproduksi sebuah casting yang lengkap dan akurat dengan struktur butir halus. Logam
harus cukup panas untuk memastikan bahwa logam sepenuhnya cair dan tetap begitu selama
pengecoran ke dalam cetakan, tetapi tidak boleh terlalu panas yang mengakibatkan logam
mulai mengoksidasi atau tertundanya kristalisasi saat mencapai ujung-ujung rongga cetakan
atau penyebab rusaknya interaksi dengan dinding cetakan. (Mc.cabe,2008,pg.80). Kemudian
alat tuang sentrifugal diputar 2-5 kali. (Annusavice, 2003, pg.330).
Kemudian logam dicairkan dengan semburan api di dalam cawan tuang ( crucible
casting ) yang sudah dipanaskan dan dicekatkan pada lengan mesin. Sifat lengan ini akan
mempercepat putaran awal dari crucible dan casting ring, sehingga meningkatkan kecepatan
linear dari logam cair ketika logam memasuki cetakan. ( Annusavice,2003,pg.330). Setelah
itu logam dipanaskan dengan menggunakan blow torch. Suhu pada blow torch berkisar antara
870oC sampai 1000oC. (Craig,2002,pg.530).
Logam paling baik dicairkan dengan menempatkannya pada bagian dalam dinding
crucible. Dalam posisi ini, operator dapat mengawasi proses pencairan, dan ada kesempatan
bagi gas-gas di dalam semburan api untuk dipantulkan dari permukaan logam, bukannya
diserap oleh permukaan logam. (Annusavice,2003,pg.333). Salah satu cara melihat
pemanasan ini sudah sesuai maka logam yang dipanaskan akan menjadi terang dan jernih.
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 19
Jika salah maka logam akan berwarna merah gelap maka itu telah terjadi
oksidasi dan pemanasan tidak efektif dan kusam. Posisi blow torch juga tidak boleh terlalu
dekat, karena juga akan menyebabkan oksidasi. ( Craig,2002,pg.531).
Ada beberapa bagian dari api yang torch yaitu yang berwarna hijau dan paling dekat
dengan inner cone adalah zona combustion, yang kedua adalah yang berwarna biru yang
terletak tepat diluar zona combustion yang disebut zona reduksi, pada zona ini merupakan
nyala api yang paling panas, yang ketiga adalah zona yang berada di outer cone, dimana pada
zona ini terjadi pembakaran dengan oksigen di udara yang disebut zona oksidasi. Logam
dibakar pada zona reduksi, dimana pada zona ini merupakan nyala api paling panas yang
digunakan untuk melelehkan logam. Jika logam dipanaskan sampai temperatur yang terlalu
tinggi (over heating) sebelum pengecoran, permukaan bahan tanam cenderung rusak dan
timbul permukaan kasar pada tuangan. (Annusavice,2003,pg.340). Setelah itu tekan porosnya
hingga alat ini terhenti. Lalu angkat bumbung tuang. Setelah itu didiamkan sampai logam
tidak berwarna merah membara. Lalu dilakukan quenching, pada quenching ini terdapat dua
manfaat yaitu dalam kondisi annealed untuk burnishing, polishing dan prosedur lain yang
serupa. Dan ketika air kontak langsung dengan investment yang masih panas kemudian
terjadi reaksi yang keras sehingga investment mudah dilepaskan. (Annusavice,2003,pg.335).
Surface tarnish atau oksidasi dapat dihilangkan dengan proses pickling dengan pemanasan
dalam sulfur acid 50% dan air. (Craig,2002, pg.542).
Dan yang terakhir adalah mengukur marginal fit menggunakan jangka sorong.
Adanya perubahan marginal akibat adanya bubbling pada investment yang menyebabkan udara
terjebak. Ini disebakan oleh W/P ratio yang rendah menyebabkan ekspansi higroskopis bahan
tanam lebih kecil sehingga tidak pas dengan shrinkage yang terjadi dan menyebabkan
ketidaksesuaian marginal fit. Begitu juga jika W/P ratio terlalu besar akan menyebabkan
marginal fit tidak pas akibat adanya kekasaran dan bintil pada bagian dalam dari hasil
casting.(Annusavice,2003,pg.306,316).
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 20
BAB III
KESIMPULAN
Restorasi rigid merupakan restorasi yang dibuat di laboratorium dental dengan
menggunakan model cetakan gigi yang dipreparasi kemudian disemenkan pada gigi.
Umumnya restorasi ini membutuhkan kunjungan berulang dan penempatan tumpatan
sementara sehingga lebih mahal untuk pasien. Salah satu bahan restorasi non plastis
kedokteran gigi yang sering digunakan adalah logam. Dalam proses pembuatannya tidak
menutup kemungkinan terjadinya kegagalan seperti Veneel, bubling, incomplete casting,
porositas, distorsi dll. Namun keggalan-kegagalan ini dapat di minimalisir dengan cara
melakukan setiap tahapan-tahapan pembuatan dengan benar.
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 21
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J.2003.Science of Dental Material.11th ed. St. Louis : W B Saunders
Baum, phillips & lund. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi.Jakarta: EGC
Craig RG, et al.2002. Restorative Dental Material. 11th ed. Mosby Elsveier: Missouri
Kim,S.E., Hyun, Y.T., et al.2001. Centrifugal Castability Of Tial Base Alloys. Korea-Japan :
Foundary Engineers.
McCabe, JF., Walls, AWG. 2008. Applied Dental Materials. 9 th ed. Blackwell: Munksgaard
Powers M. John. 2008. Dental Material. 9 th ed : Molby Elsevier: St. Louis
Stephen F.RTosenstiel,Martin F.Land,Junhei Fujimoto. 2006. Contemporary
Fixed Prosthodontics. Elsevier Health Sciences.
Bentuk Kegagalan pada Restorasi Non Plastis 22
top related