contoh jurnal matematika
Post on 15-Apr-2017
968 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN
MENERAPKAN PENYELESAIAN SOAL SECARA
SISTEMATIS (PS3) DENGAN MENGGUNAKAN
METODE EKSPOSITORI PADA MATERI
RUANG DIMENSI TIGA DI KELAS X
SMA YP. NASIONAL
T.A 2012/2013
Imam Syafii dan Edy SuryaMahasiswa PPs Prodi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan
(UNIMED)Email: imamsyafii1104@gmail.com
Abstrak. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan Penyelesaian Soal Secara Sistematis dengan menggunakan metode ekspositori pada materi ruang dimensi tiga di kelas X SMA Yayasan Perguruan Nasional tahun ajaran 2012/2013.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus dimana dalam setiap siklus terdapat 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan/tindakan, tahap observasi (pengamatan), dan tahap refleksi. Setiap siklus terdiri dari 1 kali pertemuan dengan waktu 90 menit.Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan cara menilai hasil tes yang diberikan kepada siswa diakhir siklus. Setelah dinilai kemudian dicari persentase hasil belajar siswa secara klasikal. Dari hasil penelitian yang dilakukan setelah tindakan pada siklus I diperoleh presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu 67,5%. Dari hasil ini, maka diulang kembali pada siklus II, dengan indikator materi yang berbeda. Diakhir tindakan pada siklus II diberikan tes dimana diperoleh tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu 87,5 %.Berdasarkan analisis penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika pada materi ruang dimensi tiga di kelas X SMA Yayasan Perguruan Nasional dapat ditingkatkan dengan menerapkan Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) dengan menggunakan metode ekspositori. Dimana peningkatan diperoleh setelah siklus II dilakukan.
Kata Kunci : Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3), materi Ruang Dimensi Tiga.
Abstract. the become the research goal is to review singer determine the increase results students learn math with checklists verify operating systematic problem resolution with the expository method using the material in the class three dimensional space x high school education foundation national academic year 2012 / 2013.jenis research singer is research the class action consists of two hearts where each cycle cycle there are four stages ie planning phase, phase implementation / actions, phase observation (observation), and stage reflection. each cycle from the first time meeting consisted with 90 menit.teknik time data analysis hearts research singer is the way assessing results the test is given to students at the end cycle shown. the taxable income assessed then searched fg operating results students learn classical. the findings of research conducted taxable income measures the percentage lead to cycle i student operated classical learning completeness namely 67.5%. from the findings singer, then repeated back on cycle ii, with different the material indicators. at the end of act ii cycle of tin where the tests given level of mastery learning students ie 87.5% operating classical .berdasarkan research on differences of analysis, can be concluded that learning mathematics on three dimensional space material in class x sma national education foundation can be improved with checklists verifying operating systematic problem resolution (ps3) with using the expository method. where an increase in taxable income tin cycle ii do.
keywords: operates systematic problem resolution (ps3), material three dimensional space.
PENDAHULUAN
Kemajuan suatu bangsa sangat bergantung dari bagaimana bangsa itu
memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, baik dari potensi
sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM). Kedua potensi
tersebut saling berhubungan satu sama lain. Seperti yang diketahui, dalam
pengembangan dan pemanfaatan SDA dibutuhkan SDM yang berkualitas tinggi.
Tidak hanya berkualitas dibidang ilmu pengetahuan tetapi juga dibidang
teknologi. Sehingga yang menjadi fokus utama untuk memajukan suatu bangsa
adalah bagaimana cara membina dan membentuk potensi Sumber Daya Manusia
(SDM) itu menjadi berkualitas tinggi, dan salah satu cara yang dapat digunakan
adalah dengan adanya pendidikan.
Pendidikan matematika merupakan bagian dari pendidikan, sehingga
pendidikan matematika juga merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat
penting peranannya dalam membentuk dan membina manusia berkualitas tinggi.
Sebagaimana yang diungkapkan Sapta (2010:23), bahwa: “Matematika
merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya
pikir manusia. Hal inilah yang menjadi dasar sehingga matematika dianggap
sebagai ratunya ilmu”.
Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa pendidikan matematika memang
penting dan layak untuk ditanamkan sejak dini, mulai dari pendidikan sekolah
dasar hingga perguruan tinggi yang tujuannya untuk menciptakan manusia yang
berkualitas. Namun kenyataan yang terjadi di sekolah menunjukkan bahwa masih
banyak siswa yang tidak menyukai matematika karena dianggap sebagai bidang
studi yang paling sulit. Anggapan negatif ini timbul karena matematika memang
memerlukan penalaran yang tinggi dalam menafsirkan konsepnya yang abstrak,
dan hal inilah mengakibatkan masih rendahnya nilai matematika di sekolah.
Saat ini keadaan yang terjadi di SMA Yayasan Perguruan Nasional adalah siswa
kurang menguasai perhitungan secara matematis. Hal tersebut tampak saat siswa
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang ditandai dengan banyaknya
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menjawab atau menyelesaikan
soal-soal.
Materi Ruang Dimensi Tiga merupakan satu dari beberapa materi pelajaran
matematika yang dipelajari siswa kelas X SMA Yayasan Perguruan Nasional.
Menurut keterangan guru di sekolah tersebut, hasil belajar siswa pada materi
ruang dimensi tiga khususnya soal-soal yang harus diselesaikan dengan cara
sistematis seperti menentukan jarak dalam bangun ruang masih sangat rendah.
Rendahnya nilai tersebut dikarenakan siswa tidak menganalisis soal terlebih
dahulu sehingga siswa kurang memahami apa yang diketahui, apa yang
ditanyakan dan apa hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan.
Selain itu, siswa juga tidak mengikuti langkah-langkah yang berurutan dan sesuai
ketika menyelesaikan soal.
Masalah yang terjadi di sekolah tersebut sama seperti yang diungkapkan
oleh Utomo (1994:86), yang menguraikan beberapa faktor kesulitan siswa:
1. Siswa kurang menganalisa soal yang dihadapinya
1
a. Mereka tidak mengetahui apa yang diketahui
b. Mereka tidak membaca soal secara seksama
c. Mereka terlalu cepat memulai perhitungan
d. Mereka tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi
2. Siswa tidak merencanakan jalannya penyelesaian
a. Mereka tidak mulai dengan yang ditanyakan
b. Mereka tidak mengetahui persamaan-persamaan yang terpenting
c. Mereka tidak menghubungkan teori umum dengan soal khusus yang
dihadapinya
3. Siswa tidak menyelesaikan soal-soal secara terperinci
a. Mereka mengabaikan satuan-satuan yang dihadapainya
b. Perhitungan mereka dimulai terlalu dini
4. Mereka tidak menilai lagi kebenaran menghitungnya.
Mereka tidak memeriksa lagi, apakah jawaban yang diperoleh itu benar,
realistis sesuai dengan yang ditanya.
Faktor kesulitan siswa tidak hanya terletak pada beberapa alasan seperti
yang telah diuraikan di atas, tetapi juga dari faktor cara mengajar guru. Guru
merupakan narasumber yang memegang peranan terpenting dalam menghasilkan
pendidikan yang berkualitas. Namun sangat disayangkan, dalam kegiatan
pembelajaran terkadang guru tidak melibatkan siswa secara aktif untuk
menemukan sendiri konsep dan prinsip-prinsip dalam menyelesaikan soal secara
sistematis.
Dalam hal ini, untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa kelas X SMA
Yayasan Perguruan Nasional adalah dengan menerapkan Penyelesaian Soal
Secara Sistematis (PS3). Aspek-aspek PS3 seperti penyelesaian soal, penemuan
pola penggeneralisasian, komunikasi matematika dan lain-lain sangat tepat
diterapkan dalam menghadapi masalah siswa di sekolah tersebut.
Sementara itu, satu dari beberapa metode yang dapat digunakan untuk
menerapkan PS3 ini adalah dengan menggunakan metode ekspositori. Metode
ekspositori merupakan metode dengan penyampaian materi pembelajaran secara
terstruktur. Penyampaian secara terstruktur dan sistematis secara prosedural
merupakan aspek-aspek yang ada dalam PS3, sehingga penerapan PS3 dapat
diintegrasi dengan metode ekspositori dengan harapan materi yang akan
disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik dan siswa dapat
mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan oleh guru.
METODE PENELITIAN
Penelitian studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Menurut
Poerwandari (1998) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan
mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara , catatan
lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain.
Dalam penelita kualitatif perlu menekankan pada pentingnya kedekatan dengan
orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman jelas
tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata.( Patton dalam Poerwandari, 1998)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Yayasan Perguruan Nasional Desa
Petatal Kec.Talawi Kab.Batubara, di kelas XB dengan jumlah 40 orang siswa.
Penelitian terdiri dari dua siklus dan pada setiap siklus dilakukan tes hasil belajar.
Siklus I
Siklus I merupakan pembelajaran dengan indikator mendefenisikan
pengertian jarak antara dua titik dalam ruang dan menentukan jarak antara dua
titik dalam ruang. Indikator tersebut diajarkan dengan menerapkan Penyelesaian
Soal Secara Sistematis (PS3) dengan menggunakan metode ekspositori. Siklus I
dilakukan selama 90 menit.
a. Proses Perencanaan
1) Guru menentukan sub materi dan indikator yang akan diajarkan yaitu
mendefenisikan jarak antara dua titik dalam ruang dan menentukan jarak
antara dua titik dalam ruang dengan menerapkan Penyelesaian Soal Secara
sistematis (PS3) dengan menggunakan metode eskpositori.
2) Merancang rencana pengajaran (RPP) sebagai pedoman dalam kegiatan
belajar mengajar.
3) Merancang pembelajaran dengan menerapkan PS3 melalui metode
ekspositori dalam menentukan jarak antara dua titik dalam ruang.
4) Merancang instrumen tes I sebagai sarana untuk mengetahui kemampuan
siswa dan hasil penskoran akhir.
5) Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi kegiatan pembelajaran di
kelas ketika proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan PS3
melalui metode ekspositori.
b. Proses Pelaksanaan/ Tindakan
1) Guru melaksanakan pembelajaran dengan mendefenisikan jarak antara dua
titik dalam ruang.
2) Guru menjelaskan bagaimana cara menentukan jarak antara dua titik dalam
ruang dengan menerapkan langkah-langkah Penyelesaian Soal Secara
sistematis (PS3) melalui metode eskpositori.
3) Siswa mengerjakan soal latihan sesuai dengan langkah-langkah PS3
4) Siswa dipersilahkan menuliskan jawaban soal latihan di papan tulis.
5) Guru memberikan tes uraian yang dikerjakan secara individual untuk
melihat hasil belajar siswa.
c. Proses Pengamatan.
Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai guru adalah Ibu Dahlia, S.Pd
selaku guru matematika di sekolah Yayasan Perguruan Nasional dan yang
bertindak sebagai observator adalah peneliti. Adapun proses pengamatan yang
dilalui observator adalah sebagai berikut:
1) Observator mengamati jalannya pembelajaran dan menilai kemampuan guru
dalam mengelola kelas, menerapkan PS3 serta menilai kemampuan siswa
dalam mengerjakan tugas.
2) Observator dan guru melakukan penilaian hasil tes uraian yang dikerjakan
siswa secara individual.
d. Proses Refleksi
Pada siklus I dihasilkan refleksi sebagai berikut:
25
1) Pada tahap membuka pelajaran, minat siswa untuk mengikuti pelajaran
masih kurang baik, untuk itu sebaiknya guru lebih memotivasi siswa
sebelum memulai pelajaran.
2) Waktu yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran kurang
efisien, karena melebihi waktu yang telah ditentukan sehingga waktu yang
telah ditentukan untuk mengerjakan tes uraian siswa berkurang. Guru
sebaiknya mengatur waktu dengan lebih baik.
3) Guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran,
sehingga siswa cenderung pasif. oleh karena itu guru dianjurkan lebih
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
4) Guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
pendapatnya, sehingga siswa yang ingin mengungkapkan pendapatnya
mengganggu konsentrasi temannya yang lain karena ingin bertukar
pendapat.
5) Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal secara sistematis belum
maksimal karena masih banyak siswa yang belum memahami langkah-
langkah PS3, sebaiknya guru lebih menekankan langkah-langkah PS3 untuk
materi selanjutnya.
6) Siswa tampak kebingungan ketika diberikan soal latihan karena soal yang
diberikan berbeda dengan contoh soal yang dijelaskan guru, hal ini
disebabkan karena guru hanya memberikan 1 contoh soal, oleh karena itu
sebaiknya guru memberikan contoh soal yang bervariasi dengan
menerapkan PS3.
7) Siswa kurang antusias dalam bertanya kepada guru, karena dari awal
pembelajaran guru tidak memotivasi siswa untuk bertanya, untuk itu
sebaiknya guru memotivasi siswa untuk bertanya.
8) Sebagian besar siswa tidak berani maju di depan kelas untuk menuliskan
jawaban soal latihan. Hal ini disebabkan guru kurang memotivasi siswa
untuk berani maju ke depan kelas. Oleh karena itu sebaiknya guru dalam
mengajar selalu memotivasi siswa sehingga siswa berani menyelesaikan
soal di depan kelas.
9) Sebagian besar siswa tidak mengerjakan tes yang diberikan guru secara
individual, melainkan melihat pekerjaan temannya.
10) Secara garis besar, pelaksanaan siklus I berlangsung cukup baik tapi
kurang kondusif. Hasil ketuntasan belajar mencapai 67,5% atau sebanyak 27
siswa yang tantas dari 40 siswa. Dengan demikian kegiatan pada siklus I
perlu diulang agar keterampilan siswa dalam menentukan jarak antara dua
titik dalam ruang dengan PS3 dapat ditingkatkan.
Siklus II
Siklus II merupakan pembelajaran dengan indikator mendefenisikan jarak
titik ke garis dalam ruang dan menentukan jarak titik ke garis dalam ruang dengan
menerapkan Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) dengan menggunakan
metode ekspositori selama 90 menit.
a. Proses Perencanaan
1) Guru menentukan kembali sub pokok materi yang akan diajarkan yaitu
mendefenisikan jarak titik ke garis dalam ruang dan menentukan jarak titik
ke garis dalam ruang dengan menerapkan Penyelesaian Soal Secara
sistematis (PS3) melalui metode eskpositori.
2) Merancang rencana pengajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar
mengajar berdasarkan hasil relfeksi I agar waktu yang digunakan dalam
proses pembelajaran lebih efisien.
3) Merancang kembali pembelajaran berdasarkan refleksi pada siklus I dengan
menerapkan PS3 melalui metode ekspositori, terutama lebih menekankan
penanaman konsep langkah-langkah PS3 dalam menentukan jarak titik ke
garis dalam ruang.
4) Merancang instrumen tes II untuk melihat tingkat ketuntasan hasil belajar
siswa dalam menyelesaikan soal secara sistematis.
5) Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi kegiatan pembelajaran di
kelas ketika proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan PS3
melalui metode ekspositori.
b. Proses Pelaksanaan/ Tindakan
1) Guru memotivasi siswa kemudian melaksanakan pembelajaran dengan
materi mendefenisikan jarak titik ke garis dalam ruang
2) Guru menjelaskan bagaimana cara menentukan jarak titik ke garis dalam
ruang dengan menerapkan dan menekankan langkah-langkah Penyelesaian
Soal Secara sistematis (PS3) melalui metode eskpositori.
3) Siswa mengerjakan soal latihan sesuai dengan langkah-langkah PS3
4) Siswa dipersilahkan menuliskan jawaban soal latihan di papan tulis.
5) Guru memberikan tes uraian yang dikerjakan secara individual untuk
melihat hasil belajar siswa.
c. Proses Pengamatan.
1) Peneliti meminta bantuan guru mata pelajaran matematika untuk bertindak
sebagai guru dan yang menjadi observator adalah peneliti sendiri.
2) Observator mengamati jalannya pembelajaran dan menilai kemampuan guru
dalam mengelola kelas, menerapkan PS3 serta menilai kemampuan siswa
dalam mengerjakan tugas.
3) Observator dan guru melakukan penilaian hasil tes uraian yang dikerjakan
siswa secara individual.
d. Proses Refleksi
Pada siklus II dihasilkan refleksi sebagai berikut:
1) Siswa mengikuti proses belajar mengajar dengan baik, hal ini tampak dari
minat belajar siswa, suasana kelas yang tertib, terkendali dan kondusif.
2) Waktu yang digunakan efektif dan efisien sesuai dengan yang telah
direncanakan sehingga siswa memiliki waktu yang cukup untuk dapat
menyelesaikan soal latihan dan tes secara individual dengan baik.
3) Siswa secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, mulai dari
bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan guru, serta siswa sudah berani
mengemukakan pendapatnya mengenai materi yang dipelajari dan tidak lagi
bertukar pendapat kepada temannya melainkan kepada guru.
4) Siswa mampu menyelesaikan soal secara sistematis dengan baik, hal ini
tampak saat beberapa siswa menuliskan jawaban latihan di depan kelas,
siswa yang lain menanggapi dan jawabannya benar.
5) Siswa antusias menyelesaikan tes yang diberikan guru, tidak lagi melihat
pekerjaan temannya melainkan menyelesaikan secara individual.
6) Secara garis besar, pelaksanaan siklus II berlangsung dengan baik, karena
dengan menerapkan Penyelesaian Soal Secara Sisematis (PS3) dengan
menggunakan metode ekspositori hasil belajar siswa meningkat. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil belajar siswa yang mencapai nilai rata-rata tes di
atas tolak ukur keberhasilan nilai rata-rata tes mencapai 87,5% atau
sebanyak 35 siswa yang tuntas dari 40 siswa, dengan demikian hipotesis
tindakan dapat dicapai.
Berdasarkan temuan hasil refleksi dalam siklus II ini secara keseluruhan
pembelajaran dengan menerapkan Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3)
dengan menggunakan metode ekspositori pada materi Ruang Dimensi Tiga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Yayasan Perguruan Nasional
tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini tampak dari analisis hasil tes yang telah
dilakukan setelah akhir pelaksanaan siklus II. Keterampilan siswa dalam
menyelesaikan soal secara sistematis meningkat dan nilai ketuntasan klasikal
mencapai 87,5% di atas nilai tolak ukur keberhasilan klasikal yang telah
ditetapkan yakni 85%. Hasil tes yang dilakukan setiap akhir siklus dari siklus I
dan II dapat dilihat dalam lampiran penelitian ini.
Diskusi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada siklus I dan II
yang kemudian diteruskan pada proses refleksi, terdapat perbedaan peningkatan
aktifitas siswa dan aktifitas guru. Pada siklus I masih banyak terdapat kekurangan
baik dari aktifitas guru dalam mengelola kelas maupun dari reaksi yang diberikan
siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini tampak dari awal
pembelajaran, guru tidak memberikan motivasi kepada siswa sehingga sebagian
siswa tidak berminat mengikuti pelajaran, kemudian waktu yang digunakan dalam
menyampaikan materi pelajaran kurang efisien karena melebihi waktu yang telah
ditentukan sehingga waktu siswa untuk mengerjakan tes uraian berkurang. Pada
saat kegiatan belajar mengajar berlangsung guru tidak memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya, sehingga siswa yang ingin
mengungkapkan pendapatnya mengganggu konsentrasi temannya yang lain
karena ingin bertukar pendapat. Adanya siswa yang tidak berani menuliskan
jawaban soal latihan yang diberikan karena takut salah dan tidak sesuai dengan
langkah-langkah PS3.
Guru juga kurang melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa cenderung
pasif, siswa yang pasif tersebut akhirnya sibuk dengan aktifitasnya yang lain
sehingga ketika guru memberikan tes diakhir siklus, sebagian siswa tidak
memahami dan tidak mengerti langkah-langkah PS3. Oleh sebab itu guru
sebaiknya lebih menekankan penjelasan langkah-langkah PS3 dan melibatkan
siswa secara aktif sehingga siswa dapat memahaminya dengan baik. Kekurangan-
kekurangan tersebut mengakibatkan ketuntasan klasikal belajar siswa hanya
mencapai 67,5%.
Dengan demikian kegiatan siklus I perlu diulang agar keterampilan siswa
dalam menyelesaikan soal secara sistematis dengan menerapkan PS3 dan nilai
ketuntasan siswa dapat meningkat. Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi
tersebut maka siklus II dirancang dengan sedemikian rupa. Hasil refleksi siklus II
didapat adanya peningkatan dan keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini,
diantaranya sebagai berikut:
1) Siswa mengikuti proses belajar mengajar dengan baik, hal ini tampak dari
minat belajar siswa, suasana kelas yang tertib, terkendali dan kondusif.
2) Waktu yang digunakan efektif dan efisien sesuai dengan yang telah
direncanakan sehingga siswa memiliki waktu yang cukup untuk dapat
menyelesaikan soal latihan dan tes secara individual dengan baik.
3) Siswa secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, mulai dari
bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan guru, serta siswa sudah
berani mengemukakan pendapatnya mengenai materi yang dipelajari dan
tidak lagi bertukar pendapat kepada temannya melainkan kepada guru.
4) Siswa mampu menyelesaikan soal secara sistematis dengan baik, hal ini
tampak saat beberapa siswa menuliskan jawaban latihan di depan kelas,
siswa yang lain menanggapi dan jawabannya benar.
5) Siswa antusias menyelesaikan tes yang diberikan guru, tidak lagi melihat
pekerjaan temannya melainkan menyelesaikan secara individual.
Siklus II dipandang sudah cukup dengan nilai ketuntasan klasikal
mencapai 87,5%. Siklus II tidak perlu dilanjutkan lagi karena hasil belajar siswa
kelas X SMA Yayasan Perguruan Nasional Tahun Ajaran 2012/2013 dengan
menerapkan Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) dengan menggunakan
metode ekspositori pada materi ruang dimensi tiga dapat ditingkatkan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan pada Bab
IV, mulai dari Siklus I sampai Siklus II dapat disimpulkan bahwa penerapan
Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) dengan menggunakan metode
ekspositori pada materi ruang dimensi tiga di kelas X SMA Yayasan Perguruan
Nasional, Desa Petatal Kec. Talawi Kab. Batubara dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Dimana peningkatan diperoleh setelah siklus II dilakukan.
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan setelah dilakukan penelitian ini adalah:
1. Kepada siswa, selain siswa dapat menerapkan PS3, siswa juga harus sering
melakukan latihan mengerjakan soal-soal, agar siswa lebih terampil dalam
menyelesaikan soal-soal secara sistemtis.
2. Kepada guru matematika khususnya guru di SMA Swasta Perguruan
Nasional, disarankan untuk lebih memperhatikan penggunaan metode
yang sesuai dengan materi yang diajarkan agar proses pembelajaran lebih
efisien seperti penggunaan metode ekspositori dalam penerapan PS3.
3. Kepada Kepala SMA Swasta Perguruan Nasional Desa Petatal, agar dapat
mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan PS3 sebagai upaya
meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan objek yang
sama, PS3 juga dapat diterapkan pada materi lain yang sejenis, terutama
materi pelajaran yang bentuk penyelesaiannya menuntut langkah-langkah
yang jelas sehingga dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Arikunto, Suharsimi. (2005). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Ijayanti. (2010). Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan
Menggunakan Metode Pemetaan Pikiran dan Metode Latihan Di Kelas VIII
SMPN Satu Atap Tanjung Balai Tahun Ajaran 2009/2010. Kisaran: UNA.
Lestari, Susi. (2012). Penerapan Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3)
dengan Menggunakan Metode Ekspositori pada Materi Persamaan
Lingkaran di Kelas XI SMA Negeri 1 Air Joman Tahun Ajaran 2011/2012.
Kisaran: UNA.
Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Munthe, Bermawy, M.A. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Balai
Pustaka.
Sapta, Andi. (2010). Penggunaan Undo Process Dalam Peningkatan Hasil
Belajar Fungsi Invers. Jurnal Mathematics Paedagogic, Vol.1. Fkip
Universitas Asahan.
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media
Group
Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Suprayetno. (2010). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model
Pembelajaran Dengan Pendekatan Investigasi. Jurnal Mathematics
Paedagogic, Vol.1. Fkip Universitas Asahan.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: KencanaUtomo,T.Ruijhter,K.(1994). Peningkatan dan pengembangan Pendidikan.
Jakarta: Gramedia.
top related