bab ii tinjauan pustaka a. tabel 2eprints.umm.ac.id/64631/3/bab ii.pdf10 lanjutan no. judul variabel...
Post on 27-Feb-2021
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pengaruh supply chain management terhadap
keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan telah dilakukan oleh beberapa
peneliti terdahulu, antara lain adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No. Judul Variabel Hasil
1. Hesti Ika Novitasari,
(2016)
“Pengaruh Supply
Chain Management
Terhadap Keunggulan
Bersaing dan Kinerja
Perusahaan
(Studi Pada UKM
Kerajinan Gerabah di
Kasongan)”.
Supply Chain
Management
Keunggulan
Bersaing
Kinerja
Perusahaan
Supply chain management
berpengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan, supply chain
management berpengaruh positif
terhadap keunggulan bersaing,
dan keunggulan bersaing
berpengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan.
2. Yongky Kristianto
Pramana, (2015)
“Pengaruh Supply
Chain Management
Terhadap
Keunggulan Bersaing
dan Kinerja
Perusahaan
Manufaktur di Jawa
Timur”
Supply Chain
Management
Keunggulan
Bersaing
Kinerja
Perusahaan
Supply chain management
berpengaruh positif terhadap
keunggulan bersaing dan kinerja
perusahaan, dan keunggulan
berpengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan.
3. Regina Suharto dan
Devie, (2013)
“Analisa Pengaruh
Supply Chain
Management
terhadap Keunggulan
Bersaing dan Kinerja
Perusahaan”.
Supply Chain
Management
Keunggulan
Bersaing
Kinerja
Perusahaan
Adanya hubungan yang
signifikan antara supply chain
management terhadap
keunggulan bersaing, supply
chain management terhadap
kinerja perusahaan,dan
keunggulan bersaing terhadap
kinerja perusahaan.
bersambung
10
lanjutan
No. Judul Variabel Hasil
4. Muhammad Warid
Ilyas (2019), Analisis
“Pengaruh Supply
Chain Management
terhadap Keunggulan
Bersaing Dan Kinerja
Perusahaan (Studi
Pada Kedai Kopi di
Kabupaten
Sleman,DIY)”.
Supply Chain
Management
Keunggulan
Bersaing
Kinerja
Perusahaan
Supply Chain Management
berpengaruh positif terhadap
Kinerja Perusahaan. Supply
Chain Management berpengaruh
positif terhadap Keunggulan
Bersaing. Keunggulan Bersaing
berpengaruh positif terhadap
Kinerja Perusahaan. Keunggulan
Bersaing tidak mampu memediasi
Supply Chain Management
terhadap Kinerja Perusahaan pada
kedai kopi di Kabupaten Sleman,
DIY.
5. Sera Maya Santi
(2018),
“Pengaruh Supply
Chain Management
(SCM) terhadap
Keunggulan Bersaing
Dan Kinerja
Perusahaan pada
UKM Industri
Kuliner Kabupaten
Sleman.”
Supply Chain
Management
Keunggulan
Bersaing
Kinerja
Perusahaan
Supply chain management
berpengaruh terhadap
keunggulan bersaing, supply
chain management berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan,
keunggulan bersaing
berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan dan supply chain
management berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan
melalui atau tanpa melalui
keunggulan bersaing.
6. Lina Anatan (2013),
Pengaruh
implementasi praktik-
praktik manajemen
rantai pasokan
terhadap kinerja
rantai pasok dan
keunggulan
kompetitif
Praktik supply
chain
management
Ketidakpastian
supply chain
management
Keunggulan
kompetitif
Kinerja supply
chain
management
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa praktik manajemen rantai
pasokan memiliki pengaruh
signifikan terhadap keunggulan
kompetitif dan kinerja rantai
pasokan, sedangkan keunggulan
kompetitif tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap
kinerja manajemen rantai
pasokan.
bersambung
11
lanjutan
No. Judul Variabel Hasil
7. Ahmad Jafarnejad
Chaghooshi,Taher
Roshandel
Arbatani,Babak
Samadi (2015), The
Effect of Supply
Chain Management
Processes on
Competitive
Advantage and
Organizational
Performance (Case
Study: Food
Industries based in
West Azerbaijan
Province)
Supply Chain
Management
Keunggulan
Bersaing
Kinerja
Perusahaan
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan proses
manajemen rantai pasokan
organisasi tidak memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja; Namun,
penerapan proses manajemen
rantai pasokan pada tingkat
keunggulan kompetitif yang
tinggi dan dampak positif yang
signifikan pada kinerja organisasi
serta tingkat keunggulan
kompetitif yang besar memiliki
dampak positif yang signifikan.
8. Rajwinder Singh,
H.S. Sandhu,
Rajinder Kaur (2014),
Supply Chain
Management
Practices,Competitive
Advantage and
Organizational
Performance: A
Confirmatory Factor
Model
Supply Chain
Management
Kinerja
Organisasi
Keunggulan
Kompetitif
Hasil menunjukkan bahwa
pengecer India tahu bahwa
keunggulan kompetitif memiliki
dampak tinggi pada SCP tetapi
mereka kurang memahami dalam
mencocokkan SCP dan
keunggulan kompetitif dengan
kinerja organisasi.
9. Suhong Lia, Bhanu
Ragu-Nathan, T.S.
Ragu-Nathan, S.
Subba Rao (2006),
The impact of supply
chain management
practices on
competitive
advantage and
organizational
performance
Supply Chain
Management
Practices
Keunggulan
Bersaing
Kineja
Perusahaan
Tingkat praktik supply chain
management yang lebih tinggi
dapat meningkatkan keunggulan
kompetitif dan meningkatkan
kinerja organisasi. Juga,
keunggulan kompetitif dapat
memiliki dampak langsung dan
positif pada kinerja organisasi.
bersambung
12
lanjutan
No. Judul Variabel Hasil
10. Rawan Thaher Al-
tarawneh (2018), The
Impact of Supply
Chain Management
and Manufacturing
Flow Management
Practices on
Competitive
Advantage of
Jordanian Industry
Supply Chain
Management
Manajemen
aliran
manufaktur
Keunggulan
Bersaing
Hasil menunjukkan bahwa tingkat
proses supply chain management
yang lebih tinggi dapat
menunjukkan cara untuk
meningkatkan keunggulan
kompetitif.
Sumber : Hesti Ika Novitasari, Yongky Kristianto Pramana, Regina Suharto dan
Devie, Muhammad Warid Ilyas, Sera Maya Santi, Lina Anatan, Ahmad
Jafarnejad Chaghooshi, Rajwinder Singh, H.S. Sandhu, Rajinder Kaur,
Taher Roshandel Arbatani,Babak Samadi, Suhong Li, Bhanu Ragu-
Nathan, T.S. Ragu-Nathan, S. Subba Rao.
B. Kajian Pustaka
1. Supply Chain Management
Menurut Simchi-Levi dan Zhao (2003), Supply chain management adalah
pendekatan untuk mengefisienkan integrasi supplier atau pemasok, manufaktur,
gudang penyimpanan barang, sehingga barang diproduksi dan didistribusikan
dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, waktu yang tepat, untuk
meminimalisir biaya yang dikeluarkan dan memberi kepuasan layanan hingga
konsumen akhir.
Menurut Heizer dan Render (2005) supply chain management adalah
pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan
barang setengah jadi menjadi produk akhir, serta pengiriman ke
pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencangkup aktivitas pembelian, dan
13
outsourcing, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara
pemasok dengan distributor.
Supply chain management adalah rantai pasokan adalah jaringan
organisasi yang saling terhubung dan saling bergantung yang bekerja sama dan
bekerja sama untuk mengendalikan, mengelola, dan meningkatkan aliran bahan
dan informasi dari pemasok ke pengguna akhir (Indrajit dan Djokopranoto, 2002).
Berbagai definisi mengenai supply chain management dapat disimpulkan
bahwa supply chain management adalah kegiatan terintegrasi antara produsen
dengan pemasok dalam memperoleh bahan baku yang dibutuhkan, selanjutnya
mengolah bahan baku tersebut menjadi setengah jadi hingga menjadi produk dan
dapat menghantarkannya ke konsumen akhir dengan jumlah yang tepat, waktu
yang tepat dan tempat yang tepat.
Supply chain management memiliki beberapa pemain utama yang
merupakan perusahan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama
(Indrajat dan Djokopranoto,2002) yaitu :
a. Suppliers
b. Manufacturer
c. Distribution
d. Retail Outlets
e. Customers
Chain 1: Supplier
Supplier merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana
mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk
14
bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, suku cadang, dan
sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers, suplliers bisa banyak
maupun sedikit. Inilah mata rantai yang pertama.
Chain 1-2 : Supplier-Manufacturer
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai yang kedua, yaitu
manufacturer atau plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang
melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, meng-assembling, merakit,
mengkonversikan, atau pun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan
mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan.
Misalnya inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada
di pihak suppliers, manufacturer dan tempat transit merupakan target untuk
penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60%, bahkan lebih,
dapat diperoleh dari inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan
menggunakan konsep supplier partnering misalnya, penghematan tersebut dapat
diperoleh.
Chain 1-2-3 : Supplier-Manufacturer-Distribution
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai
disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan
barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya
ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya
disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang dalam jumlah
yang besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah
yang lebih kecil kepada retailer atau pengecer.
15
Chain 1-2-3-4 : Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gedung sendiri atau dapat
juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang
sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan untuk
memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya gudang,
dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari
gudang manufacturer maupun ke toko pengecer (retail outlet).
Chain 1-2-3-4-5 : Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets-Customer
Para pengecer atau retailer ini menawarkan barangnya langsung kepada
para pelanggan, pembeli atau pengguna barang tersebut. Outlet ini adalah toko,
warung, toko serba ada, pasar swayalan, atau koperasi dimana konsumen
melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan ini adalah mata
rantai terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli
(yang mendatangi retail outlet) ke real customer dan real user, karena pembeli
belum tentu pengguna akhir. Mata rantai supply baru benar-benar berhenti setelah
barang yang bersangkutan tiba di real customers dan real user.
Mengukur kinerja supply chain management dapat menggunakan beberapa
indikator, dinyatakan oleh Li,Nathan, & Rao, (2006). Indikator tersebut meliputi :
a. Strategic supplier partnership
Hubungan jangka panjang antara organisasi dan pemasoknya. Ini
dirancang untuk memanfaatkan kemampuan strategis dan operasional organisasi
yang berpartisipasi secara individu untuk membantu mereka mencapai manfaat
berkelanjutan yang signifikan.
16
b. Customer relationship
Terdiri dari seluruh rangkaian praktik yang digunakan untuk tujuan
mengelola keluhan pelanggan, membangun hubungan jangka panjang dengan
pelanggan, dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
c. Information Sharing
Tingkat (aspek kuantitas) dari pembagian informasi mengacu pada sejauh
mana informasi kritis dan hak milik dikomunikasikan kepada mitra rantai
pasokan. Informasi yang dibagikan dapat bervariasi dari strategis hingga taktis
dan dari informasi tentang kegiatan logistik hingga informasi pasar dan pelanggan
umum.
2. Keunggulan Bersaing
Menurut Li, Nathan, & Rao (2006) keunggulan bersaing adalah sejauh
mana suatu organisasi mampu menciptakan posisi yang dapat dipertahankan atas
pesaingnya. Terdiri dari kemampuan yang memungkinkan sutau organisasi untuk
membedakan dirinya dari pesaingnya dan merupakan hasil dari keputusan
manajemen kritis.
Menurut Yongki (2015), dalam upaya memperoleh keunggulan bersaing
yang salah satunya bisa dilakukan dengan cara fokus pada penekanan biaya
produksi suatu barang hingga pada titik biaya terendah namun tetap mampu dalam
memenuhi kebutuhan customer yang bisa dilakukan dengan penerapan supply
chain management bagi perusahaan. Manajemen rantai pasokan atau supply chain
management merupakan bagian yang sangat penting bagi sebuah perusahaan.
17
Setiap manajer perusahaan harus mampu melakukan perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, atas proses manajemen rantai pasokan.
Menurut Indrajit dan Djokopranoto, keunggulan bersaing adalah
keunggulan kompetitif adalah posisi mempertahankan keunggulan dibandingkan
pesaing dalam hal prioritas pelanggan. Keunggulan bersaing ini dapat dicapai
melalui berbagai jalan, salah satunya adalah melalui supply chain management.
Berbagai sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa keunggulan bersaing
merupakan kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai yang tidak dimiliki
dan tidak dapat ditiru oleh pesaing.
Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
keunggulan bersaing suatu perusahaan. Menurut Li, Nathan, & Rao (2006),
mengukur keunggulan bersaing perusahaan dengan menggunakan indikator
sebagai berikut :
a. Price
Menurut Kotler dan Armstrong (20080, harga adalah jumlah yang
ditagihkan atas suatu produk atau jasa. Harga merupakan jumlah semua nilai yang
diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau
menggunakan suatu produk atau jasa.
b. Quality
Menurut Suharto dan Devie (2013), kualitas produk merupakan fokus
utama dalam perusahaan, kualitas merupakan salah satu kebijakan penting
dalam meningkatkan daya saing sebuah produk. kualitas produk merupakan
suatu usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, dimana suatu
18
produk tersebut memiliki kualitas yang sesuai dengan standar yang telah
ditentukan, dan kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah karena selera atau
harapan konsumen pada suatu produk selalu berubah.
c. Product Innovation
Menurut Kotler dan Armstrong (2008) produk baru adalah barang, jasa,
atau ide yang dianggap baru oleh sejumlah pelanggan potensial. Ketertarikan
produk baru terletak pada bagaimana konsumen mempelajari produk itu untuk
diadopsi.
d. Time to market
Menurut Suharto dan Devie (2013), pada saat perusahaan mampu
meluncurkan produk barunya lebih cepat dibandingkan dengan pesaing, maka hal
ini memungkinkan organisasi mampu merebut pangsa pasar terlebih dahulu
bahkan mampu memimpin pasar dan akan menghasilkan laba yang lebih tinggi.
e. Delivery dependability
Menurut Harisson dan Van Hoek (2008), delivery dependability digunakan
untuk memantau kinerja pemasok dalam hal pengiriman produk yang dibutuhkan
oleh pelanggan tepat waktu, pesanan yang dikirim lengkap dan dengan kualitas
terbaik.
3. Kinerja Operasional Perusahaan
Menurut Haming dan Nurnajamuddin (2011), pengukuran kinerja
diperlukan untuk menentukan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang pekerja atau
sekelompok pekerja. Hasil kerja terikat pada lamanya waktu yang diperlukan oleh
seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan yang dipercayakan.
19
Menurut Jahanshahi, Razaei, Nawaser, Ranjbar, dan Pitamber (2012),
kinerja perusahaan merupakan hasil sesungguhnya atau output yang dihasilkan
sebuah perusahaan yang kemudian diukur dan dibandingkan dengan hasil atau
output yang diharapkan. Variabel-variabel yang menunjukkan bagaimana
kinerja sebuah perusahaan dari sisi non-keuangan dapat juga disebut dengan
ukuran kinerja operasional.
Menurut Carton (2004), keuntungan utama dari penggunaan
pengukuran operasional dibandingkan dengan pengukuran keuangan adalah ketika
informasi yang tersedia terkait dengan peluang yang sudah ada, namun
belum terealisasi secara keuangan. Menurut Carton dan Hofer (2006), kinerja
operasional dapat diukur dengan pangsa pasar, pengenalan produk baru, kualitas
produk/layanan, efektivitas pemasaran, dan kepuasan pelanggan.
Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keaadaan secara utuh atas
perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang
dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki. Kinerja merupakan istilah secara umum yang digunakan untuk
sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu
periode dengan refrensi pada jumlah standard seperti biaya-biaya masa lalu atau
yang di proyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau
akuntabilitas manajemen dan semacamnya (Srimmindarti,2004).
Perusahaan telah menentukan penggolongan pasar yang akan dituju dan
pangsa pasarnya. Dengan pangsa pasar yang sesuai perusahaan dapat
mendapatkan laba yang maksimum. Mendapatkan laba dan meningkatkan nilai
20
perusahaan adalah tujuan didirikannya perusahaan. Perusahaan terus menciptakan
kepuasan konsumen, menentukan market share yang telah ditargetkan oleh
perusahaan.
C. Kerangka Pemikiran
Menurut (Sugiyono, 2016), kerangka pikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di
identifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka pemikiran dapat digunakan
untuk mempermudah alur pemikiran yang dilakukan dalam penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh supply chain management
terhadap keunggulan bersaing dan kinerja operasional perusahaan industri marmer
di Tulungagung, dan keunggulan bersaing berpengaruh terhadap kinerja
operasional perusahaan.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah supply chain
management, keunggulan bersaing, dan kinerja operasional perusahaan.
Hubungan dalam variabel bebas dan terikat dapat dilihat dalam kerangka
konseptual dibawah ini :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
H1 H3
H2
Sumber : Apriliyana Ilmayanti (2016)
Keunggulan Bersaing (Y1)
Supply Chain Management
(X) Kinerja Operasional
Perusahaan (Y2)
21
Dari kerangka pemikiran diatas, dapat diketahui bahwa pengaruh suplly
chain management berpengaruh terhadap keunggulan bersaing dan kinerja
operasional perusahaan industri marmer di Tulungagung (Apriliyana Ilmayanti,
2016).
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah dalam penelitian,
dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugiyono,
2015). Dengan mendasarkan pada identifikasi masalah serta kerangka pemikiran
yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Apriliyana Ilmayanti, 2016)
mengungkapkan bahwa supply chain management berpengaruh signifikan
terhadap keunggulan bersaing. Dari penelitian tersebut , maka hipotesis 1
sebagai berikut :
H1 : Supply chain management berpengaruh terhadap keunggulan bersaing.
2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Apriliyana Ilmayanti, 2016)
mengungkapkan bahwa supply chain management berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dari penelitian tersebut, maka hipotesis
2 sebagai berikut :
H2 : Supply chain management berpengaruh terhadap kinerja operasional
perusahaan.
3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Apriliyana Ilmayanti, 2016)
mengungkapkan bahwa keunggulan bersaing berpengaruh positif dan
22
signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dari penelitian tersebut, maka hipotesis
3 sebagai berikut :
H3 : Keunggulan bersaing berpengaruh terhadap kinerja operasional
perusahaan.
top related