alp plug g bab ii anisa n.k.pdf

30
LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN DENSITAS, SAND CONTENT, DAN PENGUKURAN KADAR MINYAK PADA LUMPUR BOR DISUSUN OLEH : NAMA : ANISA NOVIDIA KURNIASARI NIM : 113130112 PLUG : G LABORATORIUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” YOGYAKARTA 2015

Upload: -ovi-bukan-ovand-

Post on 15-Nov-2015

42 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN MINGGUAN

    PRAKTIKUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN

    DENSITAS, SAND CONTENT, DAN PENGUKURAN

    KADAR MINYAK PADA LUMPUR BOR

    DISUSUN OLEH :

    NAMA : ANISA NOVIDIA KURNIASARI

    NIM : 113130112

    PLUG : G

    LABORATORIUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA

    2015

  • HALAMAN PENGESAHAN

    LAPORAN MINGGUAN

    PRAKTIKUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN

    DENSITAS, SAND CONTENT DAN PENGUKURAN KADAR

    MINYAK PADA LUMPUR PEMBORAN

    Disusun oleh:

    ANISA NOVIDIA KURNIASARI

    113130112

    G

    Disetujui untuk Pratikum Analisa Lumpur Pemboran

    Program Studi Teknik Perminyakan

    Fakultas Teknologi Mineral

    Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

    P Yogyakarta, 4 April 2015

    Asisten Praktikum ALP,

    Hongky Budi Prastyo

  • BAB II

    DENSITAS, SAND CONTENT DAN PENGUKURAN KADAR MINYAK

    PADA LUMPUR BOR

    2.1. TUJUAN PERCOBAAN

    1. Mengenal material pembentuk lumpur pemboran serta fungsi-fungsi

    utamanya.

    2. Menentukan densitas lumpur pemboran dengan menggunakan alat Mud

    Balance.

    3. Menentukan kandungan pasir dalam lumpur pemboran.

    4. Mengetahui besarnya kadar pasir (%) yang terkandung dalam lumpur bor.

    5. Menentukan kadar minyak dan padatan yang terdapat dalam lumpur bor

    (emulsi).

    2.2. DASAR TEORI

    2.2.1. Densitas Lumpur

    Lumpur sangat besar peranannya dalam menentukan berhasil atau tidaknya

    suatu operasi pemboran, sehingga perlu diperhatikan sifat sifat dari lumpur

    tersebut, seperti densitas, viscositas, gel strenght, atau filtration loss. Dalam

    percobaan ini akan dibahas satu sifatnya saja, yaitu densitas.

    Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat

    penting, karena peranannya berhubugan langsung dengan fungsi lumpur bor

    sebagai penahan tekanan formasi. Adanya densitas lumpur bor yang terlalu besar

    akan menyebabkan besarnya tekanan hidrostatik karena densitas lumpur

    berbanding lurus terhadap tekanan hidrostatik. Jika tekanan hidrostatik lumpur

    lebih besar dari tekanan formasi maka akan terjadi loss circulation, sedangkan

    tekanan hidrostatik lumpur lebih kecil dari tekanan formasi maka akan dapat

    menyebabkan kick (masuknya fluida ke lubang sumur). Oleh karena itu,

    densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan dibor

    sehingga tekanan hidrostatik lumpur mampu mempertahankan tekanan formasi.

  • Asumsi asumsi :

    1. Volume setiap material adalah merupakan additive :

    Vs + Vml = Vmb.............(2.1)

    2. Jumlah berat adalah merupakan additive :

    ds x Vs + dml x Vml = dmb x Vmb ........ ....(2.2)

    dimana :

    Vs : Volume solid, bbl

    Vml : Volume lumpur lama, bbl

    Vmb : Volume lumpur baru

    ds : berat jenis solid, ppg

    dml : berat jenis lumpur lama, ppg

    dmb : berat jenis lumpur baru, ppg

    Dari persamaan (2.1) dan (2.2) diperoleh :

    Vs = mlmbs

    mlmb xVdd

    dd

    )(

    )(

    ...............(2.3)

    Karena zat pemberat (solid) beratnya adalah :

    Ws = Vs x ds

    Bila dimasukkan ke dalam persaman (2.3)

    Ws = )()(

    )(mls

    mbs

    mlmb xVdxdd

    dd

    .............(2.4)

    % volume solid :

    %100)(

    )(%100 x

    dd

    ddx

    V

    V

    mbs

    mlmb

    mb

    s

    .............(2.5)

    % berat solid :

    %100)(

    )(%100 x

    ddd

    dddx

    xVd

    xVd

    mbsml

    mlmbs

    mbmb

    ss

    .............(2.6)

    Maka bila yang digunakan adalah barite dengan SG = 4.3, untuk

    menaikkan densitas dari lumpur lama seberat dml ke lumpur baru sebesar dmb

    setiap bbl lumpur lama memerlukan berat solid, Ws sebanyak :

    Ws = 684 x )8.35(

    )(

    mb

    mlmb

    d

    dd

    ..............(2.7)

  • Keterangan :

    Ws = berat solid / zat pemberat, kg barit/bbl lumpur. Sedangkan jika yang

    digunakan sebagai zat pemberat adalah bentonit dengan SG = 2.5, maka untuk

    tiap barrel lumpur diperlukan :

    Ws = 398 x )8.20(

    )(

    mb

    mlmb

    d

    dd

    .............(2.8)

    Dimana Ws = kg benonite/bbl lumpur lama

    2.2.2. Sand Content

    Tercampurnya serpihan serpihan formasi (cutting) ke dalam pemboran

    akan menbawa pengaruh kepada operasi pemboran. Serpihan serpihan

    pemboran yang biasanya berupa pasir akan menyebabkan abrasif dan dapat

    mempengaruhi karakteristik lumpur yang disirkulasikan, dalam hal ini akan

    menambah densitas lumpur yang telah mengalami sirkulasi. Bertambahnya

    densitas lumpur yang tersikulasi ke permukaan akan menambah beban pompa

    sirkulasi lumpur. Oleh karena itu setelah lumpur disirkulasikan harus mengalami

    proses pembersihan terutama menghilangkan partikel partikel yang masuk ke

    dalam lumpur selama sirkulasi. Alat alat ini, yang biasanya disebut

    Conditioning Equipment, adalah :

    1. Shale Shaker

    Fungsinya membersihkan lumpur dari serpihan serpihan atau cutting yang

    berukuran besar.

    2. Degasser

    Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari gas yang mungkin masuk ke

    lumpur pemboran.

    3. Desander

    Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari partikel partikel padatan yang

    berukuran kecil yang bisa lolos dari shale shaker.

    4. Desilter

    Fungsinya sama dengan desander, tetapi desilter dapat membersihkan

    lumpur dari partikel partikel yang berukuran lebih kecil.

  • Penggambaran sand content dari lumpur pemboran adalah merupakan

    prosen volume dari partikel partikel yang diameternya lebih besar dari 74

    mikron. Hal ini dilakukan melalui pengukuran dengan saringan tertentu. Jadi

    rumus untuk menentukan kandungan pasir atau sand content pada lumpur

    pemboran adalah :

    n = %100xV

    V

    m

    s

    dimana :

    n = kandungan pasir

    Vs = volume pasir dalam lumpur

    Vm = volume Lumpur

  • 2.3. ALAT DAN BAHAN

    2.2.3. Alat

    Mud Balance

    Retort Kit

    Multi Mixer

    Sand Content Set

    Gelas Ukur 500 cc

    2.2.4. Bahan

    Bentonite

    Barite

    Air tawar

    Wetting Agent

    Oil (Solar)

    Pasir

  • Keterangan

    1. Lid

    2. Cup

    3. Base

    4. Knife dan Fulcrum

    5. Rider

    6. Arm Balance

    7. Calibrator

    Gambar 2.1. Mud Balance

    (http://www.ofite.com/products/Drilling/Balances/115-2.jpg)

    1 2 3 4 5 6 7

  • Keterangan:

    1. Sieve (Saringan Ukuran : 200)

    2. Funnel

    3. Aquadest

    4. Tube

    Gambar 2.2. Sand Content Set

    (http://www.durhamgeo.com/testing/misc/images/DE-11600.jpg)

    1

    1

    2

    1

    3

    1 4

    1

  • Keterangan:

    1. Kondensator

    2. Gelas Ukur

    3. Insulator Block

    4. Wetting Agent

    5. Upper Chamber dan Bottom Chamber

    1

    1 2

    1

    3

    1

    5

    1

    Gambar 2.3. Retort Kit

    (http://www.fann.com/products/Drilling/Retorts/180-195.jpg)

    4

  • Keterangan:

    1. Mixer Cup

    2. Mixer Hanging

    3. Mixer

    Gambar 2.4. Multi Mixer

    (http://www.geocities.com/nostalgia_diner/hambeachmilkshake3cream.jpg)

    1 2 3

  • 2.4. PROSEDUR PERCOBAAN

    2.4.1. Prosedur Operasi Standar

    2.4.1.1. Mud Balance

    a. Mengambil alat Mud Balance dari box.

    b. Mencuci cup pada wastafel, kemudian di lap dengan kanebo.

    c. Melakukan kalibrasi alat dengan mengukur densitas air, caranya dengan

    mengisi air ke dalam cup sampai penuh kemudian ditutup (apabila ada air

    yang tumpah dilap dengan kanebo agar pengukurannya lebih tepat).

    d. Meletakkan Mud Balance pada box (posisi knife berada di atas fulcrum),

    kemudian mengukur densitas air yang sudah diketahui harganya (p =

    8,33 ppg pada 70o F), caranya dengan menggeser rider ke angka 8,33 ppg

    (pada skala bagian atas) atau ke angka 1 gr/cc (pada skala bagian bawah),

    jika kalibrasi berhasil gelembung udara pada level glass akan berada di

    tengah-tengah atau menyentuh garis tengah, jika masih belum tepat, takar

    ulanglah pasir yang ada pada ujung balance arm sampai kalibrasi

    berhasil. Setelah itu air dibuang lalu cup dibersihkan kembali.

    e. Mengukur densitas lumpur yang akan diuji dengan cara memasukkan

    lumpur pada cup sampai penuh kemudian di tutup (apabila ada lumpur

    yang tumpah di lap dengan kanebo agar pengukurannya lebih tepat).

    f. Meletakkan Mud Balance pada box kemudian mengukur densitas lumpur

    dengan cara menggeser rider, sampai gelembung udara pada level glass

    berada di tengah-tengah.

    g. Setelah harga densitas diketahui, lumpur dibuang, lalu cup dibersihkan

    lalu Mud Balance ditaruh kembali ke dalam box.

    2.4.1.2. Multimixer

    a. Menyiapkan bahan-bahan untuk membuat lumpur.

    b. Mengisi cup lumpur dengan air.

    c. Mengkaitkan cup pada Multimixer dengan menekan pada penjepit atas

    dan meletakkan cup pada penyangga bawah hingga mixer berputar

    d. Memasukkan bahan-bahan solid yang akan digunakan.

  • e. Setelah campuran lumpur selesai dibuat, lepas cup dengan menaikkan

    cup, kemudian tarik ke bawah.

    f. Membersihkan mixer dengan memasang cup berisi air bersih lalu lap

    hingga bersih.

    2.4.1.3. Sand Content Set

    a. Mengambil alat dari box kemudian membersihkan Sieve, Funnel, dan

    Tube dengan air.

    b. Mengisi Tube dengan lumpur yang akan di uji sampai batas mud to

    here kemudian tambahkan air sampai batas water to here.

    c. Kocok Tube dengan menutup mulut tube sampai campuran lumpur dan

    air menyatu.

    d. Menyaring campuran tersebut dengan cara menuangkannya ke dalam

    Sieve sehingga endapan pasir akan terpisah diatas mesh.

    e. Membilas Sieve dengan air dengan cara menggabungkan Funnel ke

    bagian bawah Sieve dan mulut Tube sehingga endapan pasir akan

    terendapkan di bagian bawah Tube.

    f. Apabila masih ada endapan pasir di dalam mesh, bilas dengan air.

    g. Dengan menggunakan skala yang ada pada Tube, kita dapat membaca

    volume pasir yang terkandung dalam lumpur.

    h. Setelah itu alat-alat dibersihkan kembali, kemudian diletakkan ke dalam

    box.

    2.4.1.4. Retort Kit

    a. Menyiapkan lumpur yang akan diuji (sebelumnya sudah disaring oleh

    Marsh Funnel untuk melepaskan LCM dan pasir).

    b. Mengisi Upper Chamber dengan steel wall.

    c. Mengisi Mud Chamber dengan lumpur, lalu tutup dengan Lid, bersihkan

    jika ada lumpur yang tumpah dengan kanebo.

    d. Pasangkan Mud Chamber dengan Upper Chamber kemudian tempatkan

    kembali ke Insulator Block.

    e. Menambahkan beberapa tetes (umumnya 3 tetes) Wetting Agent pada

    gelas ukur dan tempatkan di bawah Kondensator.

  • f. Menancapkan kabel Insulator Block agar pemanasan lumpur bisa

    dimulai. Menunggu sampai tak terjadi kondensasi lagi yang ditandai

    dengan matinya lampu indikator pada Insulator Block.

    g. Setelah diperoleh data hasil percobaan bersihkan Mud Chamber dan

    ambil sabut baja dari Upper Chamber. Bersihkan kembali alat-alatnya

    kemudian letakkan kembali ke dalam box.

    2.4.2. Prosedur Percobaan

    2.4.2.1. Densitas Lumpur

    1. Mengkalibrasi peralatan Mud Balance sebagai berikut :

    Membersihkan peralatan Mud Balance.

    Mengisi cup dengan air hingga penuh, lalu ditutup dan dibersihkan

    bagian luarnya. mengeringkannya dengan kertas tissue.

    Meletakkan kembali Mud Balance pada kedudukan semula.

    Rider ditempatkan pada skala 8,33 ppg.

    Mengecek pada Level Glass, bila tidak seimbang, mengatur

    Calibration Screw sampai seimbang.

    2. Menimbang beberapa zat yang digunakan sesuai dengan petunjuk asisten.

    3. Menakar air 350 cc dan mencampurnya dengan 22,5 gr bentonite.

    Caranya memasukkan air ke dalam bejana, lalu memasang bejana pada

    Multimixer dan memasukkan bentonite sedikit demi sedikit setelah mixer

    dijalankan, selang beberapa menit setelah tercampur, mengambil bejana

    dan menuangkan lumpur yang telah dibuat kedalam cup Mud Balance.

    4. Menutup cup dan membersihkan lumpur yang melekat pada dinding

    bagian luar dan penutup cup sampai bersih.

    5. Meletakkan balance arm pada kedudukan semula, lalu mengatur rider

    hingga seimbang dan membaca densitas yang ditunjukkan pada skala.

    6. Mengulang langkah 5 untuk kompisisi campuran yang diberikan asisten.

  • 2.4.2.2. Sand Content

    1. Mengisi tabung gelas ukur dengan lumpur pemboran dan tandai.

    Menambahkan air pada batas berikutnya. Menutup mulut tabung dan

    mengocoknya dengan kuat.

    2. Menuangkan campuran tersebut ke dalam saringan. Bairkan cairan

    mengalir keluar melalui saringan. Menambahkan air ke dalam tabung,

    mengocok dan menuangkan kembali ke dalam saringan. Mengulangi

    hingga tabung menjadi bersih. Mencuci pasir yang tersaring untuk

    melepaskan sisa sisa dari lumpur yang masih melekat.

    3. Memasang Funnel tersebut pada sisi atas Sieve. Membalikkan rangkaian

    tersebut dengan perlahan lahan dan memasukkan ujung Funnel ke

    dalam gelas ukur. Menghanyutkan pasir ke dalam tabung dengan

    menyemprotkan air melalui saringan hinggga semua pasir tertampung ke

    dalam gelas ukur. Membiarkan pasir mengendap. Dari skala yang ada

    dalam tabung, membaca prosen volume dari pasir yang mengendap.

    4. Mencatat sand content dari lumpur dalam prosen volume.

    2.4.2.3. Penentuan Kadar Cairan Lapisan

    1. Mengambil himpunan retort keluar dari Insulator Block, mengeluarkan

    Mud Chamber dari Retort.

    2. Mengisi Upper Chamber dengan steel wall.

    3. Mengisi Mud Chamber dengan lumpur dan menempatkan kembali

    penutupnya lalu membersihkan lelehan lumpur.

    4. Menghubungkan Mud Chamber dengan Upper Chamber, kemudian

    menempatkan kembali ke dalam Insulator Block.

    5. menambahkan setetes Wetting Agent pada gelas ukur dan menempatkan

    di bawah Kondensator.

    6. Memanaskan lumpur sampai tidak terjadi kondensasi lagi yang ditandai

    dengan matinnya lampu indikator.

  • 2.5. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN

    2.5.1. Hasil Percobaan

    Tabel II-1

    Tabel Pengukuran Densitas, % Sand Content, Kandungan minyak

    Plug

    Lumpur Additive

    Densitas

    (ppg)

    Sand Content Kadar Minyak

    350 ml Air + Barite Air Pasir %

    SC

    Volume Oil %

    Oil 22,5 gr Bentonite

    (gr) (ml) (gr) (ml)

    Asisten Lumpur

    Dasar 8,6

    A Lumpur

    Dasar 5 - 8,8 2 0,25 5 2,5

    B Lumpur

    Dasar 10 - 8,9 4 0,23 10 3,07

    C Lumpur

    Dasar 15 - 8,9 6 0,21 15 3,2

    D Lumpur

    Dasar 20 - 8,85 8 0,2 20 3,5

    E Lumpur

    Dasar 25 - 8,93 10 0,26 25 4

    F Lumpur

    Dasar - 100 8,5 12 0,25 30 4,8

    G Lumpur

    Dasar - 125 8,4 14 0,2 35 5

    H Lumpur

    Dasar - 150 8,5 16 0,3 40 2

    I Lumpur

    Dasar - 175 8,4 18 0,4 45 2,5

    J Lumpur

    Dasar - 200 8,3 20 0,3 50 4

  • 2.5.2. Perhitungan

    1. Pengukuran Densitas

    a) Lumpur dasar : 350 ml air + 22,5 gr bentonite + 125 ml air

    b) Densitas lumpur dasar = 8,4 ppg

    2. Pengukuran Sand Content

    a) Lumpur dasar : 350 ml air+ 22.5 gr bentonite + 14 gr pasir

    b) Menghasilkan Sand Content = 0,2 % pasir

    3. Pengukuran Kadar Minyak

    a) Lumpur dasar = Lumpur Dasar + 35 ml solar

    b) Volume minyak = 0,5 ml

    c) Volume air = 9,2 ml

    d) % Volume minyak = 0,5 ml x 10

    = 5 %

    e) % Volume air = 9,2 ml x 10

    = 92 %

    f) % Volume padatan = 100- ( ml minyak ml air ) x 10

    = 100 - (0,5 + 9,2 ) x 10

    = 3 %

    g) Gram minyak = ml minyak x 0,8

    = 0,5 x 0,8

    = 0,4 gr

    h) Gram lumpur = lb/gal lumpur x 1,2

    = 8,4 x 1,2

    = 10,08 gr

    i) Gram padatan = massa lumpur(gr minyak + gr air)

    = 10,08 (0,4 + 9,2)

    = 0,48 gr

    j) Volume padatan = 10 (ml minyak + ml air)

    = 10 (0,5 + 9,2)

    = 0,3 ml

  • k) SG padatan rata rata = gr padatan / ml padatan

    = 0,48 / 0,3

    = 1,6 gr/ml

    l) % Berat padatan = (gr padatan / gr lumpur) x 100 %

    = (0,48/ 10,08) x 100 %

    = 4,76 %

  • Grafik 2.1. Additive vs Densitas

    2.5

    .3. G

    rafik

  • Grafik 2.2. Additive vs Densitas

  • Grafik 2.3. Penambahan Pasir vs Sand Content

  • Grafik 2.4. Penambahan Minyak vs Kadar Minyak

  • 2.6. PEMBAHASAN

    Pada praktikum ini, dilakukan beberapa percobaan diantaranya

    pengukuran densitas lumpur, pengukuran sand content serta kadar minyak dalam

    lumpur. Pengukuran densitas lumpur dengan menggunakan Mud Balance,

    pengukuran sand content dengan menggunakan Sand content Set, sedangkan

    kadar minyak dengan menggunakan Retort Kit.

    Pada awal percobaan pengukuran densitas, alat terlebih dahulu

    dikalibrasikan dengan air 8,33 ppg agar keakuratan alat dapat diketahui.

    Kemudian, lumpur dimasukkan dan diukur densitasnya. Hasil yang didapat

    setelah diukur menggunakan Mud Balance adalah 8,4 ppg. Beberapa faktor yang

    mempengaruhi pengukuran densitas:

    - pengadukan yang merata,

    - kebersihan dari peralatan mud balance,

    - berat per volume komponen penyusun lumpur,

    - isi lumpur dalam mud balance harus mewakili lumpur yang dibuat.

    Dari grafik hubungan antara Barite dengan densitas dapat dinyatakan

    bahwa penambahan Barite meningkatkan densitas lumpur pemboran karena Barite

    berfungsi sebagai weighting material yang mana berfungsi sebagai penambah

    densitas lumpur. Sedangkan penambahan air dalam lumpur dapat menurunkan

    harga densitasnya, karena disini air berfungsi sebagai wetting agent sehingga

    lumpur menjadi lebih encer.

    Percobaan kedua yaitu pengukuran sand content dengan menggunakan

    sand content set diantaranya tube, saringan dan funnel. Prinsip kerja ini ialah

    filrasi, untuk mengetahui kadar pasir yang terkandung dalam lumpur, pertama

    lumpur dimasukan ke dalam tube sampai batas bawah kemudian ditambahkan air

    sampai batas atas kemudian dikocok sampai tercampur. Kemudian menyaringnya

    sampai isi tube tidak tersisa. Setelah itu, menghayutkan pasir dalam tabung hingga

    semua pasir tertampung dalam tube. Setelah pasir mengendap, kemudian

    melakukan pembacaan skala volume pasir. Hasil sand content yang diperoleh

    sebesar 0,2 % pasir. Dari grafik hubungan antara sand content dengan

  • penambahan pasir yakni berbanding lurus, semakin banyak pasir dalam lumpur

    kita maka otomatis % kadar nya juga banyak.

    Percobaan ketiga adalah pengukuran kadar minyak dalam lumpur

    pemboran dengan menggunakan retort kit. Pengukuran dilakukan dengan mengisi

    mud chamber dengan lumpur dan menghubungkannnya dengan upper chamber

    lalu menempatkan kembali ke insulator. Setelah ditetesi wetting agent, kemudian

    menempatkannya kembali dibawah kondensator. Setelah itu dipanaskan sampai

    tidak terjadi kembali kondensasi. Berdasarkan percobaan diperoleh kadar minyak

    dalam lumpur sebesar 5 %.Fungsi steel wall dalam percobaan penentuan kadar

    minyak adalah untuk mempercepat terjadinya proses kondensasi, sedangkan

    fungsi wetting agent adalah untuk menambahkan tegangan permukaan sehingga

    batas air dan minyak terlihat dengan jelas. Berdasarkan grafik hubungan kadar

    minyak dengan jumlah volume minyak semakin banyak solar yang di tambahkan

    maka % kadar minyak nya juga banyak,atau dengan kata lain berbanding lurus.

    Aplikasi lapangan dari percobaan- percobaan di atas adalah dengan

    mengetahui densitas lumpur, kita dapat membuat lumpur yang berfungsi untuk

    mengimbangi tekanan formasi sehingga tekanan formasi dapat terkontrol.

    Pengukuran densitas lumpur sangatlah penting dalam operasi pemboran, karena

    sangat mempengaruhi besar kecilnya tekanan hidrostatik yang dihasilkan dari

    lumpur itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan fungsi lumpur pemboran yaitu untuk

    menahan tekanan formasi agar tidak terjadi timbulnya masalah (problem). Adapun

    tekanan hidrostatik (Ph) yang baik yakni lebih besar dari tekanan formasi (Pf)

    namun masih berada dibawah tekanan rekahnya (Pfracture) (Pf

  • Aplikasi lapangan dalam perhitungan sand content yaitu sand content yang

    berada dalam lumpur pemboran dapat mempengaruhi densitas lumpur pemboran

    yang disirkulasikan. Oleh karena itu, perlu diukur kadar pasirnya. Apabila

    terdapat kandungan pasir di dalam lumpur pemboran kita maka harus di lakukan

    evaluasi lumpur. Sebab pasir ini bersifat abrasif, yang mana dapat merusak

    peralatan-peralatan pemboran kita. Semakin besar kadar pasirnya,

    mengidentifikasikan adanya kerusakan pada Shale Shaker, Desander, atau Disilter

    yang tidak dapat menyaring pasir dengan baik. Hal tersebut dapat menyebabkan

    pompa harus bekerja lebih berat dan masa pakainya menjadi lebih cepat sehingga

    harus dilakukan penggantian pada alat solid control tersebut.

    Aplikasi lapangan dari penentuan kadar minyak dalam lumpur yaitu untuk

    menentukan oil water ratio pada oil base mud. Kita dapat mengontrol dapat

    mengontrol komposisi minyak dan air pada mud pit dengan memperhatikan

    volume lumpur. Apabila komposisi air bertambah, kemungkinan terjadi intrusi air

    formasi ke dalam lumpur pemboran atau adanya kick. Jika komposisi minyak

    bertambah, kemungkinan terjadi loss circulation.

  • 2.7. KESIMPULAN

    1. Dari hasil percobaan diperoleh:

    a. Besarnya densitas lumpur (LD + Air) = 8,4 ppg,

    b. Besarnya Sand Content = 0,2 % ,

    c. Besarnya % kadar minyak = 5,0 %.

    2. Pengaturan harga densitas lumpur harus diperhitungkan sesuai kondisi

    sumur di lapangan, dimana kita harus terlebih dahulu mengetahui berapa

    besar Tekanan Formasi dan Tekanan Rekah-nya sehingga lumpur yang

    akan disrkulasikan sesuai dengan kondisi bawah permukaan. Pengaturan

    harga densitas salah satunya bisa dilakukan dengan cara Dalam hal ini

    digunakan barite yang bertidak sebagai weighting material yang berfungsi

    untuk menaikkan densitas dan air yang berfungsi untuk menurunkan

    densitas. Aplikasi lapangannya, guna menentukan besarnya tekanan

    hidrostatis (Ph) agar dapat mengimbangi tekanan formasi (Pf) sesuai

    dengan lapisan batuan yang ditembus.

    3. Jika Pf > Pfracture maka dapat menyebabkan Loss Circulation dan jika Ph

    < Pf maka akan dapat menyebabkan Kick

    4. Dengan pengukuran Sand Content, kita dapat menentukan % kadar pasir

    dalam lumpur. Dimana kandungan pasir dalam lumpur dapat merusak

    peralatan pemboran karena bersifat abrasif, serta dapat meningkatkan

    densitas lumpur sehingga mempersulit proses pemisahan cutting. Aplikasi

    lapangannya, guna menanggulangi terbawanya pasir bersama lumpur maka

    digunakan seperangkat alat pada Conditioning Area untuk memisahkan

    lumpur dari pengotornya, salah satunya pasir.

    5. Dengan pengukuran kadar minyak, kita dapat mengetahui prosentase kadar

    cairan atau padatan dalam sampel lumpur. Aplikasi lapangannya, dengan

    melihat kadar kandungan minyak pada fraksi cairan dalam lumpur, kita

    dapat mengindikasikan apakah proses pengeboran sudah menembus

    lapisan minyak atau belum.

  • PERTANYAAN DAN JAWABAN MODUL

    1. Dilihat dari hasil pecobaan di atas, jelaskan apakah barite dan CaCO3

    mampunyai fungsi yang sama?

    Penyelesaian:

    Barite dan CaCO3 mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai material

    pemberat yang digunakan untuk meningkatkan densitas lumpur.

    Penggunaan calcium carbonat sebagai material pemberat terutama terbatas

    pada lumpur dasar minyak (oil base mud) dan work over fluid.

    Nilainya dibawah kondisi ini untuk memberikan peningkatan berat lumpur,

    densitas lumpur yang disebabkan oleh kecepatan pengendapannya rendah

    (lost setting rate).

    CaCO3 bisa juga digunakan untuk material lost circulation ktika

    mengkompleksi / bekerja pada zona yang dapat merusak produktivitas dari

    material lost circulation yang lazim.

    2. Jika saudara bekerja sebagai seorang mud engineer pada suatu operasi

    pemboran. Berdasarkan pengalaman, densitas lumpur yang akan digunakan

    berkisar antara 914 ppg. Dari dua jenis material pemberat diatas, material

    manakah yang akan saudara gunakan?

    Penyelesaian :

    Material pemberat yang akan digunakan untuk meningkatkan densitas

    lumpur berkisar 914 ppg yaitu : barite karena kandungan pasirnya kecil

    bersifat inner solid serta ekonomis untuk meningkatkan densitas lumpur.

    No

    Komposisi Lumpur

    ( ppg )

    Sand Content

    ( % Volume )

    1 Lumpur Dasar (LD) 8.65 0.50

    2 LD + 2 gram barite 8.70 0.50

    3 LD + 5 gram barite 8.75 0.50

    4 LD + 10 gram CaCO3 8.75 0.75

    5 LD + 15 gram CaCO3 8.80 0.75

  • 3. Barite (BaSO4) mempunyai nilai specific grafity dari 4.24.5. Dari data

    diatas perkirakan specific grafity dari barite tersebut, jika diketahui specific

    grafity bentonite adalah 2.6!

    Penyelesaian :

    Diket : m1 (air) = 8.33 ppg

    m2 (lumpur) = air x SG bentonite

    = 8.33 x 2.6

    = 21.568 ppg

    Maka :

    Vm1

    Vs =

    m1bentonitem1

    m12

    - SG x

    -

    m

    0.5 = 8.33 - SG x 8.33

    8.33 - 568.21

    bentonite

    4.165 x SG = 13.328 + 4.165

    SGbentonite = 4.2

    4. Dari jawaban soal no 3, perhatikan apakah harga yang diperoleh tersebut

    berada dalam range specific grafity barite seperti tertulis dalam soal ?

    Jika ya, tentukan apakah barite tersebut termasuk pure barite (barite murni)

    atau API barite ?jika TIDAK, saudara jelaskan apa sebabnya!

    Penyelesaian :

    Ya , termasuk API barite

    Sebab : API barite

    SG = 4.2 (min)

    5. Dari tabel diatas, terlihat bahwa selain densitas, juga diukur kadar pasir.

    Jelaskan secara singkat, mengapa perlu dilakukan pengukuran kadar pasir

    dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut dalam suatu operasi!

    Penyelesaian :

    Pengukuran kadar pasir dilakukan karena kandungan pasir membawa

    pengaruh pada operasi pemboran, serpih-serpih pemboran yang biasanya

    dapat mempengaruhi karakteristik harga kadar pasir yang disirkulasi,

    dalam hal ini akan menambah densitas lumpur yang telah mengalami

  • sirkulasi. Berhubung densitas lumpur yang bersirkulasi ke permukaan

    akan menentukan beban pompa sirkulasi lumpur. Cara mengatasi masalah

    dalam operasi pemboran yaitu setelah lumpur disirkulasi harus mengalami

    proses pembersihan terutama menghilangkan partikel-partikel yang masuk

    ke dalam lumpur selama sirkulasi. Alat ini yang biasanya disebut

    Conditioning Equipment adalah:

    - shale shaker

    - degasser

    - desander

    - desilter

    6. Pada saat ini, selain barite dapat juga digunakan hematite (Fe2O3) dan

    ilmenit (FeO.nO2) sebagai density control additive. Hematite mempunyai

    harga specific grafity antara 4,9 5,3 sedangkan ilminete dari 4,5 5,11

    dengan kekerasan (hardness) masing-masing dua kali lebih besar dari

    barite. Dari data tersebut buatlah analisa kelebihan dan kekurangan kedua

    additive terebut jika dibandingkan dengan barite!

    Penyelesaian:

    Dengan SG yang lebih besar dibandingkan barite maka additive ini dapat

    meningkatkan densitas yang lebih besar dibanding barite. Kekurangan

    kedua additive tersebut yaitu komplain pengotoran / perubahan warna

    yang serius pada kulit dan pakaian yang disebabkan penurunan dalam

    penggunaan hematite sebagai material pemberat.

    7. Galena (PbS) mempunyai harga spesefic grafity sekitar 7,5 dan dapat

    digunakan untuk membuat lumpur dengan densitas lebih dari 19 ppb.

    Jelaskan mengapa material ini jarang digunakan sebagai density control

    additive dan hanya digunakan untuk masalah-masalah pemboran khusus!

    Penyelesaian :

    Hal tersebut disebabkan karena SG galena yang tinggi sehingga dapat

    meningkatkan densitas mencapai lebih dari 19 ppg, dan apabila galena ini

    digunakan pada kondisi pemboran yang standard, maka galena ini akan

    mengakibatkan terjadinya loss circulation. Pada pemboran yang terjadi

  • kick (densitas lumpur rendah) untuk mengatasinya perlu menaikkan

    densitas lumpur yang dalam hal ini galena digunakan sebagai material

    pemberat.

    8. Suatu saat saudara berada dilokasi pemboran. Pada saat bit mencapai

    kedalaman 1600 ft. Saudara diharuskan menaikkan densitas dari 200 bbl

    lumpur 11 ppg menjadi 11,5 ppg dengan menggunakan barite (SG = 4,2)

    dengan catatan bahwa volume akhir tidak dibatasi. Hitung jumlah barite

    yang dibutuhkan (dalam lb)!

    Penyelesain :

    Diketahui : Vml = 200 bbl

    D ml = 11 ppg

    D mb = 11.5 ppg

    SG barite = 4.2

    1 ppg = 0.12 gr/cc

    barite = 4.2 gr/cc

    = 4.2 gr/cc x gr/cc 0,12

    ppg 1

    = 35 ppg

    Ditanya : Ws (jumlah barite ) dalam lb

    Jawab:

    Ws = dmb) - (dl

    dml) - (dmb x (ds x Vml)

    = )5,135(

    11) - (11,5

    x (35 lb/gal . 200 bbl . 4.2 gal/bbl)

    = 625.53 lb