al-islam magazine edisi 3

40
al-islam.my.id KETUHANAN Edisi 3 - Mei 2014 | Rajab 1435 Berdimensi Al - ISLAM my Identity Pemimpin

Upload: al-islam-id

Post on 10-Mar-2016

251 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Al-Islam E-Magazine Edisi 3 (Mei 2014, Rajab 1435 H). www.al-islam.my.id

TRANSCRIPT

Page 1: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-islam.my.id

KETUHANAN

Edisi 3 - Mei 2014 | Rajab 1435

Berdimensi

Al-ISLAM my Identity

Pemimpin

Page 2: Al-Islam Magazine Edisi 3

2 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

Doa

“Wahai Dzat yang membolak-balikkan qalbu, kokohkanlah qalbu ini di atas

agama-Mu”

[HR. At-Tarmidzi dari sahabat Jabir bin Abdullah r.a, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani r.a dalam

Ash Shahihul Jami’]

Qalbu berasal dari kata qalaba yang artinya berbalik. Dinamakan demikian

karena seringnya berbolak balik. Tekad yang menggebu bisa saja kendur dalam

sesaat. Seseorang yang pagi harinya masih beriman, sorenya bisa saja menjadi

kafir, atau sebaliknya. Allah SWT lah yang menguasai qalbu manusia. Maka,

istiqamah dalam iman ini harus senantiasa kita pinta kepada-Nya.

Memohon Keteguhan Qalbu

Page 3: Al-Islam Magazine Edisi 3

Awak Media

Penasehat: Johansyah, Nashir Budiman

Pemimpin Redaksi : Dijan Soebromo

Dewan Redaksi: Tri Boedi Hermawan, Nilna Iqbal, Reno Andryono

Kontributor: Heru Prabowo, Fuad Soffa, Suharjono Harjodiwirjo

Keuangan: Ahmad Hamdani, Syahrial M.

Dukungan Teknis: Fathansyah, Zamakshari Sidiq

Alamat Redaksi: Rumah Alumni, Salman ITB, Jalan Ganesha No.7, Bandung

Alamat Email: [email protected]

Twitter @alislammyid | Google+ & YouTube Channel [email protected]

Website: www.al-islam.my.id

Daftar Isi - Edisi 3/Mei 2014, Rajab 1435 H

6 | Bahasan Utama: Dicari: Pemimpin Berdimensi Ketuhanan

10 | Tafsir Qur’an: Perhatikan Tuntunan Qur’an dalam Memilih Pemimpin

14 | Hikmah: Mengapa Seorang Muslim Pantas Jadi Pemimpin?

16 | Kesehatan: Tidur yang Berkualitas

22 | Muamalah: Tahukah Kamu, Apakah Jalan Mendaki Lagi Sukar Itu?

27 | Sainstek: GERHANA, Karya Allah yang Agung

32 | Tasawuf: Resep Beroleh Anugerah Kebaikan

35 | Telaah Hadits: Kesungguhan untuk Mampu ‘Menguasai Diri’

39 | Renungan: Latihan Tawakal

Redaksi

Al-ISLAM my Identity

Page 4: Al-Islam Magazine Edisi 3

4 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

Pengantar

Alhamdulillah,

e-Magazine Al-Islam kembali terbit untuk edisi ke-3 (Mei 2014). Pada edisi ke-3 ini kita masih

ingin mendapatkan rujukan mengenai kepemimpinan dalam Islam yang rupanya memiliki

dimensi pengetahuan yang cukup luas untuk dibahas. Oleh sebab itu Redaksi mengetengahkan

topik ini dalam Bahasan Utama pada saat sebagian besar kita kini tengah menyongsong satu

proses dalam pemilihan Kepala Negara di negeri kita tercinta. Sebagai sebuah negeri yang

memiliki umat muslimin yang kuat, negeri ini pun membutuhkan sosok pemimpin ideal yang

diharapkan mampu membawa bangsa menuju altar baru yang mencerahkan dan

menyejahterakan. Tulisan analisis yang mengusung bahasan utama kita ditulis oleh seorang

peneliti ahli tafsir yang mengetengahkan topik menarik,’’Mencari Sosok Pemimpin berdimensi

Ketuhanan’’.

Topik mengenai kepemimpinan masih akan dilengkapi beberapa rujukan penting antara lain

artikel Fikih Kepemimpinan dan tafsir kontemporernya dalam Hikmah. Untuk kajian Hadis

diketengahkan aspek kesehatan yang penting untuk disimak disertai analisis ilmiah empirisnya.

Pada edisi kali ini Anda juga dapat menyimak aneka sajian menarik dari topik-topik utama lain

mengenai akhlak, tasykiyatunnafs, dan tentu yang tak pula ketinggalan, tulisan pakar

astronomi kita di rubrik sains -islam.

Para pembaca budiman, kami hadirkan sajian sederhana ini semata dengan maksud agar

menjadi ajang perjumpaan kita yang kontinyu antara kita – pembaca dan para pakar keislaman

Nusantara yang tak lelah bekerja menghiasi khasanah keilmuan dan praktik keberagamaan kita

pada umumnya.

Edisi 3 Majalah Al-Islam tersebut dapat diunduh melalui tautan yang tersedia di sisi kanan dari

halaman Home ini. Pembaca juga tentu masih dapat mengunduh edisi sebelumnya. Jika ingin

mendapatkan kiriman via email, Pembaca dapat juga berlangganan konten Al-Islam dengan

mendaftar melalui isian di atas tautan untuk pengunduhan.

Kita semua berharap Anda semua dapat mengambil manfaat sepenuhnya dari upaya merawat

ghirah pengetahuan melalui media ini. Dan kiranya Allah membimbing dan merahmati kita pada

setiap gerak yang mendamba belas kasih dan ridha-Nya.

Salam kami dan Selamat Menyimak

Wassalam,

Redaksi Al-Islam.my.id

Page 5: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 5

Dicari: Pemimpin Berdimensi Ketuhanan

Memotret realitas ke dalam teks, mencari rujukan tekstual dalam menelaah proses pencarian

pemimpin ideal bagi bangsa. Bagaimanakah sosok pemimpin yang mewakili sifat Allah, khu-

susnya yang diilhami teks Al-Qur’an? Inilah sebuah ‘tafsir’ yang mengupayakan rujukan da-

lam pencarian kader pemimpin berwatak Ketuhanan.

huwallahu al-ladzi la ilaha illa huwa

'alimul ghaibi wasy syahadah Huwa ar-rahman ar-rahim

Huwa alladzi la ilaha illa huwa

al-malik al-Quddus as-salam al-mukmin

al-muhaimin al-aziz al-jabbar al-mutakabbir

Subahanallahi ‘amma yusyrikun

Huwallahu al-Khaliq al-bari al-Mushawwir lahul asma’ul husna

Yusabbihu lahu ma fi as-samawati wa al-ardi huwa al-aziz al-hakim

Bahasan Utama

Page 6: Al-Islam Magazine Edisi 3

6 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

Prawacana

Tafsir adalah ilmu untuk memahami ayat-ayat

Allah dalam Al-Qur’an berdasarkan kadar intel-

ektual manusia (bi qadri taqati basyariyah). Ada

dua ‘gerak’ yang menjadi orientasi tafsir.

Pertama, tafsir pada umumnya berangkat dari

teks Al-Qur’an. Ada teks Al-Qur’an kemudian

ditafsirkan dengan menggunakan beragam

perangkat dan gaya. Tak jarang juga kemudian

dikontekstualisasikan dengan wacana yang

berkembang saat itu. Model ini jamak dijumpai di

kitab-kitab tafsir periode klasik, pertengahan

bahkan juga kontemporer.

Kedua, tafsir yang berangkat dari realitas, kemudi-

an baru merujuk pada teks Al-Qur’an. Model ini

terjadi akhir-akhir ini beriringan dengan banyak-

nya persoalan yang mengemuka di dalam

masyarakat. Misalnya, dalam realitas merosotnya

proses pendidikan, orang beramai-ramai merujuk

ayat-ayat terkait pendidikan dan pengajaran dan

kemudian menafsirkannnya. Terbitlah buku-buku

tentang tafsir mengenai pendidikan. Realitas ribut

dengan isu pluralisme, multikulturalisme dan lib-

eralisme, orang beramai-ramai mencari-cari ayat

tentang isu-isu tersebut, berusaha menafsirkann-

ya dan seterusnya. Inilah yang kita kenal kemudian

dengan istilah shifting paradigm (pergeseran para-

digma). Suatu proses pergerseran pandangan dari

“teks ke realitas” menuju “realitas ke teks”.

Pendapat ringkas ini tidak bermaksud membahas

wacana ini. Tulisan ini hanya mencoba melakukan

‘penafsiran’ model kedua. Yakni mencoba melihat

realitas yang ada dan kemudian mencari ayat-ayat

Al-Qur’an sebagai jawaban atas realitas yang

mengemuka tersebut.

***

Semua pandangan kini menangkap realitas

masyarakat kita yang sedang disibukkan oleh pros-

es mencari sosok pemimpin ideal bagi bangsa di

era paska reformasi. Wacana ini mengemuka di

aras publik terkait aktivitas yang berproses dalam

pemilihan caleg maupun presiden, yang terjadi

akhir-akhir ini. Sebagai umat Islam, tidak ada

salahnya bila kita mencoba mencari rujukan kon-

sep kepemimpinan yang sudah termuat dalam Al-

Qur’an secara kritis untuk mendapatkan panduan

bagi proses pencarian pemimpin ideal bagi umat.

Realitas kebangsaan kita saat ini menuntut pem-

impin ideal atau paling tidak mendekati ideal yang

mampu membawa bangsa ke altar pergulatan

antar-bangsa dan nasional ke depan, yang tentu

diharapkan membawa satu tata nilai yang utama

yang diharapkan semua insan, khususnya kaum

muslim.

Dengan bahasa yang sederhana, realitas

menuntut adanya pemimpin ideal di tengah pusa-

ran aneka persoalan bangsa carut marut. Maka

mari kita kembali kepada Al-Qur’an sebagai se-

Page 7: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 7

buah rujukan. Bagaimana Al-Qur’an berbicara ten-

tang wacana sosok pemimpin ideal itu?

Sifat Ketuhanan

Pada hakikatnya, meniru atau meneladani sifat-

sifat Allah dalam batas-batas tertentu merupakan

hal yang baik. Begitu pula dalam hal kepemimpi-

nan. Sifat kepemimpinan utama yang menc-

erminkan sifat Allah adalah kenyataan bahwa Allah

merupakan dzat hakiki yang merupakan pemimpin

sejati manusia. Dalam bahasa Al-Qur’an, sifat ter-

sebut dinyatakan dalam kalimat Huwa Alimul al-

Ghaibi wa asy-Syahadah – Dia yang Mengetahui

yang Ghaib dan Menyaksikan. (Q.S. Al-Hasr: 22).

Di sini, Allah SWT memosisikan ‘Diri’ sebagai pem-

impin manusia. Maka padanan dari sifat kepem-

impinan yang ‘meniru’ sifat Allah tersebut adalah

kemampuan memimpin. Maka sosok pemimpin

yang kita cari saat ini – apakah itu presiden, ang-

gota legistlif, gubernur, bupati dan sebagainya,

sudah seharusnya meneladani sifat Allah yang

memiliki kapasitas memimpin. Sifat-sifat tersebut

tergambar pada ayat-ayat yang disebutkan di atas.

Syarat pertama adalah alim al-ghaib wa as-

syahadah. Sifat Allah yang unik ini harus terpenuhi

dan melekat terlebih dahulu pada diri calon pem-

impin. Apa itu alim al-ghaib wa as-syahadah? Yak-

ni, kemampuan dan kecakapan dalam melihat dan

mendengar secara keseluruhan dan benar dalam

merangkum berbagai kebijakan mengatasi hampir

keseluruhan persoalan masyarakat yang memben-

tang dari urusan sosial, politik, kenegaraan, komu-

nikasi antarbangsa, keuangan, bisnis, pasar modal,

hokum, lingkungan dan lain sebagainya.

Yang menarik adalah tambahan kata wa as-

syahadah. Kata syahadah meniscayakan adanya

aksi nyata untuk berkeliling menyaksikan, melihat

dari dekat dengan mata kepala sendiri, merasakan

dengan hati, mencium mengindera dengan indera

sendiri berbagi keluh kesah rakyat, sebagaimana

sebutlah, apa yang pernah dilakukan Umar Yang

Agung atau pemimpin dunia lainnya.

Alim al-Ghaibi wa as-Syaahadah adalah sifat Allah

dahsyat. Sifat Allah yang sungguh unik dan ber-

beda dari sifat lainnya. Sebagaimana diketahui

sifat Allah yang lain biasanya hanya terdiri dari

satu kata saja. Maka sifat ini meliputi pengertian

kompleks yang sangat khas, yakni mengetahui

segala yang gaib dan menyaksikan secara empiris

(pengenalan tentang segala hal secara jelas dan

rinci).

Coba simak pengertian Ghaib lebih mendalam.

Pengertian ghaib secara bahasa adalah ‘yang

sekarang belum diketahui’ Jadi, berdasarkan skala

waktu, sesuatu yang dianggap ghaib pada waktu

mendatang, sudah mampu diketahui apabila telah

melewati waktu tersebut. Ketika pagi menjelang,

persoalan yang muncul di siang dan sore hari ada-

lah hal yang ghaib. Seorang pemimpin harus mem-

iliki usaha (political will) untuk mengetahui sesua-

tu persoalan kompleks di luar kapasitas kekiniann-

ya. Maka dari itu pemimpin yang memiliki watak

ketuhanan, diminta untuk memiliki kemauan bela-

jar dan menjadi pembelajar sejati (on being learn-

er) bagi kondisi dan situasi yang ada pada bangsa

baik yang terlihat secara kasat mata ataupun tidak,

kini dan mendatang.

Bila sifat alim al-ghaib wa as-syahadah dari

seorang pemimpin tidak tampak, maka

syahadah meniscayakan

adanya aksi nyata untuk

berkeliling menyaksi-

kan, melihat dari dekat

dengan mata kepala

sendiri

Page 8: Al-Islam Magazine Edisi 3

8 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

(sebagaimana ayat berikutnya) tidak akan tum-

buh dalam sosok pemimpin itu sifat huwa ar-

Rahman ar-Rahim. Dia yang memilki sifat ‘Kasih’

dan ‘Sayang’ kepada yang dipimpinnya. Frase ter-

sebut menjadi takaran kedua seorang pemimpin

terhadap rakyatnya. Tentu saja, bila sifat pertama

terpenuhi, maka tumbuhlah sifat ar-Rahman dan

ar-Rahim kepada rakyat. Ar-Rahman dalam

khasanah sosial dapat kita terjemahkan pemimpin

yang memiliki cinta sosial, cinta masyarakat luas,

cinta pada aras horizontal. Sedangkan ar-Rahim

adalah kepemilikan rasa cinta personal, men-

dalam dan vertical sifatnya.

Kalau cinta kepada rakyat sudah tumbuh subur

maka pemimpin akan menjadi raja, huwa Malik

(Q.S. al-Hasr: 23). Raja yang memang pantas bagi

rakyat karena memenuhi syarat: tahu hal yang

gaib – sesuatu yang dirasakan rakyat walaupun

tidak terlihat, menyaksikan secara empiris (tidak

terhijab) persoalan kerakyatan, dan pada prak-

tiknya akan tumbuh kebijakan yang dipenuhi rasa

cinta -- ar-Rahman (cinta sosial, cinta meluas, cin-

ta horizontal), dan mengambil langkah yang di-

penuhi rasa saying -- ar-Rahim (cinta pribadi dan

mendalam, cinta vertikal).

Semesta Ketuhanan

Setelah menjadi ‘raja’ maka sifat pemimpin idam-

an yang dicintai rakyatnya ialah ia yang mempu-

nyai sifat Allah berikutnya, yakni al-Quddus. Da-

lam bahasa kultural, Quddus bukan saja berarti

suci namun juga otentik, jujur, tulus, tidak ada

kepalsuan, tidak ada kamuflase, tidak ada yang

ditutup-tutupi (transparan). Maka pemimpin id-

aman kita mustinya memiliki sifat dan kepribadian

otentik yang sama antara tampak muka dan tam-

pak belakang, dapat dikenali dan tulus tanpa ada

hal yang perlu untuk dicarikan alasan pembena-

rannya.

Sifat Quddus seorang pemimpin perlu untuk

dirawat hingga suatu ketika ia akan sampai pada

sifat as-Salam. As-Salam, ia yang menciptakan

keselamatan bagi semua orang. Pada tataran ke-

bangsaan, pemimpin inilah yang akan menjadi

juru selamat rakyat dalam menghadapi aneka

krisis social. Maka, pemimpin As-Salam, membuat

ekonomi rakyatnya selamat, pendidikan bang-

sanya selamat, dunia kerja rakyatnya selamat,

budaya bangsanya terselamatkan. Sebaliknya,

apabila pemimpin tidak memiliki sifat as-Salam

yang ada kemudian adalah lawan kondisi selamat.

Jadi kesengsaraan, bencana dan malapetaka akan

menjadi penghias negeri dan kehidupan

rakyatnya.

Setelah mendemonstrasikan ke-Quddus-an, dan

ke-Salam-an, seorang pemimpin kemudian akan

sampai pada tahap al-Mukmin. Mukmin

hakikatnya adalah sosok, agen pencipta suasana

aman dan damai. Bila demikian, semua yang ada

di muka bumi akan terasa aman dengan hadirnya

Al-Mukmin. Bila orang bertanya bagaimana kon-

disi beras, minyak tanah, minyak goreng, gas elpi-

ji, TKW, hutan, industri, tambang, bebas bencana?

Semuanya akan terjawab karena sudah ada figure

yang akan menjadi pengaman. Semuanya aman,

terkendali.

Khasanah dari kata mukmin itu sendiri disebut

iman. Sedangkan mandat dari yang memiliki

(Allah) kepada pelaksananya (manusia) disebut

amanah. Kata-kata tersebut semuanya berasa dari

tiga huruf, yakni alif, mim dan nun. Jadi mukmin,

pada hakikatnya adalah sosok, atau ‘agen’ yang

memiliki keimanan yang Tuhan telah memberi

mandat kepadanya untuk mengamankan segala

sesuatu.

Marilah kita mengandaikan kelanjutan sifat pem-

impin kita yang ideal. Seandainya semua sifat ter-

dahulu telah terbangun, terpenuhi, maka seorang

Page 9: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 9

pemimpin akan masuk pada tahap Al-Muhaimin.

Al-Muhaimin adalah sifat ketuhanan yang berarti

Maha Memelihara Keseimbangan. Pendek kata,

setelah terbangun keindahan-dialektis di antara

segala sesuatu, maka seorang pemimpin kini ber-

tugas memelihara keharmonisan. Ia kini tinggal

menjaga keseimbangan-keseimbangan di antara

unsur-unsur yang sudah terbangun dengan aman

tersebut.

Sampai pada saatnya, keseimbangan tersebut

menjadi keniscayaan yang terus terpelihara hingga

pemimpin tersebut menjadi sosok al-Aziz. Ia kini

memiliki kekuatan yang Agung. Kekuatan keagun-

gan ini membuatnya kokoh tiada tergoyahkan oleh

segala rupa godaan yang mengitarinya. Karena ia

kuat, gagah perkasa, maka ia tak pernah tergoda

oleh iming-iming apapun yang meruntuhkan keba-

gusan sosoknya yang sudah terbangun secara ele-

gan dan kokoh tersebut.

Dengan keperkasaan dan kekuatan itulah seorang

pemimpin kemudian akan memiliki sifat al-Jabbar.

Sosok pemimpin yang memiliki kekuasaan yang

sejati. Sifat ini biasanya disandingkan dengan sifat

al-Mutakabbir, yang berarti mengatasi, overcom-

ing yang dapat diartikan memiliki kemampuan

mengatasi segala macam persoalan secara seren-

tak dan tuntas.

Setelah sifat-sifat Allah tersebut ditiru, maka

seorang pemimpin bercermin dan kembali pada

Q.S. al-Hasr: 24, yakni kembali ke universalitasnya

sebagai pengayom dan pembimbing masyarakat.

Dalam keseimbangan langkahnya ia kemudian

bertindak seperti Sang al-Khalik, memiliki kemam-

puan meripta, mencipta, menreinjinering sistem,

membentuk kebijakan-kebijakan baru yang men-

imbulkan harapan dan peluang baru. Pada titik ini

ia kemudian bertindak sebaga al-Bari’, sosok yang

mampu menata seluruh sistem – seluruh kese-

mestaan rakyat, agar terasuransikan dengan benar

dan baik dan tentu saja akan memiliki dimensi al-

Musawwir, yang indah dalam pengertian mampu

membangun bukan saja hal yang mendasar na-

mun juga indah karena perkembangannya yang

mampu dinikmati siapa saja yang menilai dan

melihatnya.

Pada titik inilah, hakikatnya seorang pemimpin

menjadi sosok ideal yang sempurna di hadapan

rakyat, karena mewarisi sifat-sifat ketuhanan. Ia

kemudian tumbuh bersama rakyatnya dengan

penuh kepercayaan dan dipercaya mengemban

amanat, memiliki track record yang terus cemer-

lang. Ia menjadi makhluk yang pantas dipuji di

bumi dan di langit karena memenuhi segala kee-

lokan sifat ketuhanan yang didemonstrasikan da-

lam rentang ia memamerkan sikap kepemimpi-

nannya.

Nah, kini menjadi tugas kita semua mencari sosok

pemimpin dengan dimensi ketuhanan yang

terbanyak, yang mampu kita hadirkan di jagad

raya Nusantara yang tengah menanti sosok

penting yang akan menjadi wakil Tuhan di bumi.

Semoga Allah berkenan melahirkan sosok ideal itu

untuk kita yang mengharap kepemimpinan baru

berdimensi ketuhanan.

[Hamam Faizin, Alumni Pascasarjana IIQ]

Kekuatan keagungan ini

membuatnya kokoh tiada

tergoyahkan oleh segala

rupa godaan yang

mengitarinya

Page 10: Al-Islam Magazine Edisi 3

10 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

Perhatikan

Tuntunan Qur’an dalam Memilih Pemimpin

Lihatlah fenomena dalam urusan memilih pemimpin berikut, ‘’Muslim atau bukan, ternyata

prilaku mereka sama saja!’’

Maksudnya, sama-sama berpotensi menyimpang dari harapan khalayak akan sosok pemimpin Islami

yang mampu menebarkan kebaikan dan perbaikan yang banyak. Maka, tak heran bila dalam urusan

memilih pemimpin seperti saat pemilu, tak jarang orang, bahkan kebanyakan muslimin memilih untuk

tidak memilih atau golput. ‘’Tidak usah memilih daripada kecewa!”. Fenomena ini mengemuka karena

sebuah alasan, bahwa golput (tidak memilih siapa pun) adalah salah satu bentuk pilihan juga. Benarkah

demikian?

Sebentar.. Tenangkan diri sejenak. Sebagai orang yang berakal, tentunya segala sesuatu tidak boleh kita

Tafsir Qur’an

Page 11: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 11

lakukan atas dasar emosi semata. Jika kita

pikirkan lebih dalam, memilih seorang pemimpin

merupakan proses penting, untuk mencari siapa

orang yang tepat menjadi wakil kita dalam

berbagai urusan di pemerintahan. Artinya, kita

akan sepenuhnya percaya pemimpin yang terpilih

adalah hasil pilihan tepat atau wakil yang memang

kita pilih.

Nah, jika kita tidak memilih atau golput,

bagaimana? Apakah kita rela dipimpin oleh siapa

saja tokoh yang akan menentukan merah-birunya

urusan orang banyak kelak termasuk keluarga kita

sendiri? Atau, yang golput mungkin beranggapan

tidak perlu wakil di pemerintahan. Bagaimana jika

ternyata karena banyaknya yang golput, justru

muncul orang yang tidak cakap mewakili rakyat

dalam berbagai urusan penting dan menentukan?

Nah.. Tentu bukan kemaslahatan yang ada jika

kemudian muncul berbagai kerusakan akibat

hadirnya pemimpin yang tidak amanah!

Dilema dan Tuntunan

Apa yang kita lakukan sebagai muslim jika kita

menghadapi dilema seperti di atas? Tentunya

semua harus kita kembalikan kepada tuntunan

Islam dalam Qur’an dan Sunnah. Jadi, tentu

bukan mengandalkan sikap emosional semata.

Ingatlah, tidak ada perbuatan kita di dunia ini

yang tidak berakibat di akhirat kelak. Setiap sikap

dan tindakan. Kebenaran akan dibalas dengan

pahala, kebatilan akan dibalas pula dengan siksa

(QS. Al-Maidah [5]:119). Nah, bagaimana halnya

dengan perbuatan kita dalam mencari pemimpin

di kehidupan dunia ini? Apakah Islam mengatur

semua ini?

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah

dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara

kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat

tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada

Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunah), jika kamu

benar-benar beriman kepada Allah dan hari

kemudian. Yang demikian itu lebih utama

(bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS An-Nisaa

[4]:59)

Kalau kita amati dari ayat di atas, tampak bahwa

kedudukan menaati Allah dan Rasul adalah sama.

Dengan menaati Allah berarti kita sudah menaati

Rasul, demikian pula sebaliknya. Coba perhatikan,

ayat tersebut berbunyi "Taatilah Allah dan taatilah

Rasul" bukan "Taatilah Allah dan Rasul". Lain

halnya dengan ulil amri (pemimpin); dimana

kewajiban untuk menaati ulil amri tersebut

tidaklah mutlak. Artinya kita boleh tidak menaati

ulil amri; jika tentu saja bertentangan dengan

Allah dan Rasul.

Jika ada perbedaan pendapat di antara kita umat

Islam (dalam memilih pemimpin) seperti dalam

ayat tersebut, apa yang harus kita lakukan? Tentu

sekali lagi, kita harus kembali kepada tuntunan

Qur’an dan Sunnah. Disinggung pula di ayat di

atas, hal ini kita lakukan jika kita beriman kepada

Allah dan menaati-Nya. Dan inilah jalan cara yang

utama dan terbaik.

Apa sajakah petunjuk Al-Qur’an dalam memilih

pemimpin ? Beberapa ayat berikut dapat menjadi

rujukan kita.

"Janganlah orang-orang mukmin mengambil

orang-orang kafir menjadi pemimpin dengan

Ingatlah, tidak ada

perbuatan kita di

dunia ini yang tidak

berakibat di akhirat

kelak.

Page 12: Al-Islam Magazine Edisi 3

12 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa

berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari

pertolongan Allah, kecuali karena (siasat)

memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari

mereka. Dan Allah memperingatkan kamu

terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah

kembali(mu)." (QS. Ali Imran [3]:28)

Jelaslah bahwa orang mukmin dilarang keras

mengangkat orang kafir sebagai pemimpin. Jika

dilanggar, tentu saja ia akan terlepas dari

pertolongan Allah. Kecuali terjadi kondisi darurat

sebagai siasat. Sebagai contoh misalnya di Rusia,

di mana jika kita tidak memilih pemimpin (yang

kafir) maka nyawa kita akan jadi taruhannya. Nah,

apakah kondisi di Indonesia tergolong darurat

seperti itu? Tentu saja tidak.

Perhatikan ayat berikut,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin

dengan meninggalkan orang-orang mukmin.

Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata

bagi Allah (untuk menyiksamu)?" (QS. An-Nisaa

[4]:144)

Ayat ini sangat jelas bagi kita untuk tidak

menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, apalagi

sampai meninggalkan saudara kita yang mukmin.

Jika ini masih saja dilakukan, artinya kita

menantang Allah untuk menghukum kita semua

dan kita memberi alasan kepada Allah untuk tidak

menolong kita semua. Semoga Allah menjauhkan

kita dari sifat yang demikian.

Hikmah

Apa hikmahnya kita memilih bukan dari golongan

kafir? Minimalnya sebagai contoh, seorang

mukmin yang jadi pemimpin kita bisa memberi

waktu dan kesempatan bagi kita untuk

menjalankan ibadah dengan baik selama kita

hidup di bawah kepemimpinannya. Kita tentu bisa

membayangkan, kondisi yang terjadi pada saudara

-saudara kita di Mesir atau Suriah saat ini, bukan

mustahil bakal terjadi di negeri kita, jika kita tidak

kembali dan taat kepada tuntunan-Nya.

Perhatikan peringatan Allah berikut:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani

menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian

mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang

lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil

mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya

orang itu termasuk golongan mereka.

Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk

kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah

[5]:51)

Allah sekali lagi mengingatkan kita, seorang

mukmin sejati tidak mungkin mengangkat orang

Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia bahkan

pemimpinnya.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang

membuat agamamu jadi buah ejekan dan

permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang

telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang

Page 13: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 13

yang kafir (orang-orang musyrik). Dan

bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul

orang-orang yang beriman." (QS. Al-Maidah

[5]:57)

Kembali kita diingatkan sebuah fenomena, jika

agama hanya dijadikan alat untuk memperoleh

kedudukan, maka pemimpin seperti ini pun juga

harus kita hindari dan waspadai. Sering kita

dijadikan ajang permainan tapi kita tidak sadar dan

waspada mengenai segala sesuatu yang terjadi.

Lihat salah satu propinsi di Kalimantan, saat

pemilihan pemimpin wilayahnya. Karena kita tidak

waspada suara muslim terpecah, sehingga yang

menang mewakili kelompok non-muslim atau

minoritas. Terjadi juga di salah satu kota di Jawa

Tengah, di mana pemimpin pertama berhalangan

dan digantikan orang kedua yang non muslim.

Nah, apakah hal seperti ini yang kita kehendaki, di

mana ke depan akan banyak persoalan umat yang

tidak mungkin dapat dipecahkan oleh model

kepemimpinan yang tidak memiliki concern pada

umat Islam?

Perhatikan ayat berikut:

"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu

jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu

menjadi pemimpinmu, jika mereka lebih

mengutamakan kekafiran atas keimanan dan

siapa di antara kamu yang menjadikan mereka

pemimpin, maka mereka itulah orang-orang yang

zalim." (QS. At-Taubah [9]:23)

Ayat di atas menjelaskan bagaimana jika

seandainya pemimpin tersebut muslim bahkan

saudara sendiri tapi cenderung kepada kekafiran

atau orang kafir? Jelas hal ini juga dilarang.

Kecuali kita lagi-lagi mau termasuk orang yang

zalim?

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-

orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka

tidak henti-hentinya (menimbulkan)

kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa

yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian

dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan

oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh

telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami),

jika kamu memahaminya." (QS. Ali-Imran [3]:118)

Allah sekali lagi memberitahukan kepada kita

bahwa mereka ingin membuat kita susah.

Memang dari luarnya tampak bagus, tapi Allah

telah mengingatkan kita bahwa mereka

sebetulnya menyembunyikan keburukan dari yang

terlihat. Apakah pemberitahuan Allah ini kita

anggap angin lalu saja dalam menentukan seorang

pemimpin yang mengatur hajat hidup orang

banyak, khususnya kaum muslimin?

Nah, cukup banyak ternyata sumber ayat Qur’an

yang mengatur bagaimana seharusnya dalam

memilih pemimpin. Sebagai orang yang beriman,

tentunya wajib bagi kita untuk mengikuti

ketentuan dalam Qur’an. Atau, apakah kita masih

punya alasan yang “menurut kita” lebih bagus dari

petunjuk Allah dalam Qur’an? Perhatikan

sepenuhnya peringatan Allah dalam kita

menentukan pemimpin yang akan banyak

memengaruhi peri hidup kita kaum muslimin di

masa yang akan datang. Dan, karena itulah mari

kita semua taat akan petunjuk Allah dalam

memilih pemimpin yang benar.

[@rendry]

Apakah kita masih

punya alasan yang

“menurut kita” lebih

bagus dari petunjuk

Allah dalam Qur’an?

Page 14: Al-Islam Magazine Edisi 3

14 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

Mengapa Seorang Muslim Pantas Jadi Pemimpin?

Pada zaman sekarang semakin ramai orang berlomba-lomba mengejar jabatan, berebut kedudukan

sehingga menjadikannya sebagai sebuah obsesi hidup. Menurut mereka yang menganut paham atau

prinsip ini, tidak lengkap rasanya selagi hayat dikandung badan, kalau tidak pernah (meski sekali)

menjadi orang penting, dihormati dan dihargai di masyarakat.

Jabatan baik formal maupun informal di negeri kita Indonesia dipandang sebagai sebuah "aset",

karena ia baik langsung maupun tidak langsung , berkonsekuensi kepada berbagai iming-iming

material: keuntungan, kelebihan, kemudahan, kesenangan, dan setumpuk keistimewaan lainnya.

Maka tidaklah heran menjadi pemimpi seperti kepala daerah, gubernur, bupati, walikota, anggota

dewan, direktur dan sebagainya merupakan impian dan obsesi semua orang. Ini menggejala mulai

dari kalangan politikus, purnawirawan, birokrat, saudagar, tokoh masyarakat, bahkan sampai kepada

artis dan atau bahkan masyarakat pada umumnya.

Mereka berebut mengejar jabatan tanpa mengetahui siapa sebenarnya dirinya, bagaimana

kemampuannya, dan laikkah dirinya memegang jabatan (kepemimpinan) tersebut. Parahnya lagi,

mereka kurang (tidak) memiliki pemahaman yang benar tentang hakikat kepemimpinan itu sendiri.

Karena menganggap jabatan adalah keistimewaan, fasilitas, kewenangan tanpa batas, kebanggaan dan

popularitas. Padahal jabatan adalah tanggung jawab, pengorbanan, pelayanan, dan keteladanan yang

dilihat dan dinilai banyak orang. Terlebih, akan dipertanggungjawabkan di mata Tuhan.

Dengan beragam alasan tersebut di atas, tak bisa dipungkiri banyak hal negatif yang terjadi bila

seseorang menyelewengkan misi mulia yang terkandung dalam kepemimpinan. Sejatinya, seorang

pemimpin adalah pelayan rakyat, pemimpin adalah kreator dan lokomotif kesejahteraan rakyat.

Namun jika secara mental, pemimpin tersebut jauh dari nilai-nilai luhur keagamaan, tak ayal lagi

rakyat yang dipimpinnya hanya akan dijadikan sebagai alat untuk kepentingan pribadi sang pemimpin.

Pemimpin yang jauh dari nilai-nilai agama bahkan tidak ragu untuk mengorbankan rakyat untuk

kepentingan dan kepuasan pribadi maupun golongannya semata.

Fenomena kemasyarakatan ini terkadang memang seolah menerjang akal sehat kita semua dalam

bermasyarakat. Kita semakin sering menjumpai keanehan dalam diri seorang pemimpin, yang

tercermin dalam sikap dan pola tindaknya mengatasi berbagai persoalan kemasyarakatan. Sebelum

Hikmah

Page 15: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 15

membahas konteks pemahaman seorang

pemimpin dalam sikap keberagamaan yang

nyata, ada penelitian menarik mengenai

kesehatan yang dilakukan oleh seorang periset

yang kemudian diketahui mengagumi hubungan

sikap keberagamaan dan kepemimpinan dalam

Islam.

Dr. Fidelma O’ Leary, Phd (Neuroscience) dari St.

Edward’s University, Texas AS, telah menjadi

muallaf karena menemukan fakta penting

tentang manfaat sujud bagi kesehatan manusia.

Wanita berdarah Irlandia ini mendapati bahwa

ada saraf-saraf tertentu di otak manusia, yang

hanya sesekali saja dimasuki darah. Bila tidak

dimasuki darah sama sekali, maka akan berakibat

sangat buruk untuk kesehatan manusia. Untuk

itulah dibutuhkan aktivitas rutin memasukkan

darah ke syaraf-syaraf itu. Dan aktivitas rutin itu

adalah sujud dalam shalat, dan ini hanya ada

dalam Islam.

Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi, mereka

yang tidak menunaikan shalat maka otaknya

tidak dapat menerima darah cukup untuk

berfungsi secara normal. Walaupun akal mereka

berfungsi secara normal tetapi sebenarnya

mereka berada dalam kondisi hilang

pertimbangan di dalam membuat keputusan

utuh secara normal. Orang mungkin

mengistilahkan hilang ‘akal-sehat’nya. Karena itu

tidak heran jika manusia ini kadang-kadang tidak

segan untuk melakukan hal-hal yang

bertentangan dengan fitrah kemanusiaan

walaupun akal mereka mengetahui yang akan

dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan

kehendak mereka.

Sungguh indah janji Allah jika kita mau

menjalankan dan taat terhadap ketentuan-Nya,

sebagaimana yang termaktub dalam Qur’an

berikut:

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang

yang beriman di antara kamu dan mengerjakan

amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-

sungguh akan menjadikan mereka berkuasa

dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan

orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan

sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka

agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka,

dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)

mereka, sesudah mereka dalam ketakutan

menjadi aman sentausa. Mereka tetap

menyembahku-Ku dengan tiada

mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.

Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah

(janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang

fasik." (QS. An-Nur [24]:55)

Nah, inilah salah satu hikmah yang semestinya

kita cermati dalam memilih kualitas seseorang

yang pantas menjadi pemimpin. Maka memilih

orang yang akan kita percayai ‘’akal sehatnya’’

dalam mengambil kebijakan, mengatasi soal-soal

yang rumit di masyarakat, seharusnyalah.. Kita

mempertimbangkan sikap keberagamaannya,

khususnya ketaatan-Nya pada perintah Allah

yang didemonstrasikannya secara nyata dalam

kesehariannya. Bila demikian, tentu sudah ada

jaminan, paling tidak – pertimbangan

keputusannya pastilah didasari, minimal, akal

sehat yang semestinya dijalankan oleh sosok

manusia ‘normal ‘ di jaman kita.

[@rendry]

Untuk itulah dibutuhkan

aktivitas rutin

memasukkan darah ke

syaraf-syaraf itu.

Page 16: Al-Islam Magazine Edisi 3

16 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

Tidur yang Berkualitas

Tidur adalah istirahat terbaik. Secara alamiah, tidur merupakan kebutuhan tubuh agar

metabolisme tertata. Tidur yang cukup dan berkualitas menjadikan regenerasi sel dalam

tubuh berlangsung sempurna. Tubuh kita akan bugas bila kita tidur cukup dan berkualitas.

Bagaimana Rasul mencontohkan tidur yang berkualitas?

Seluruh sistem kerja tubuh dapat terganggu karena efek tidur yang kurang. Oleh karena itu dunia

medis sering menyebut rumusan tidur 8 jam sehari untuk sehat. “Semua orang memang perlu tidur di

malam hari sesuai kebutuhan, kalau tidak otak akan menyuruh kita tidur di siang hari”, demikian Joyse

Welsleben, Ph.D, seorang psikolog Amerika.

Kesehatan

Page 17: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 17

James B. Maas, Ph.D., profesor di Universitas

Cornell, Ithaca Amerika, malah menandai tidur

sebagai kekuatan, dalam buku yang ditulisnya: The

Power of Sleep. Ia menyebut bahwa fenomena

kurang tidur (atau tidur tidak berkualitas)

memengaruhi suasana hati, memicu depresi, stres,

kecemasan, mudah marah dan kehilangan rasa

humor. Dari hal tidur, akhirnya berdampak: mudah

kehilangan teman, menyulut permusuhan

(termasuk memicu kemarahan suami atau istri),

dan mengacaukan negosiasi.

Depresi, stres dan kecemasan berpotensi

menyebabkan penurunan kekebalan tubuh, untuk

melawan penyakit dan infeksi. Obesitas,

kegemukan, meningkat karena biasanya orang

yang mengalami depresi mengonsumsi minuman

ringan dan makanan berkadar gula tinggi. Depresi,

stres dan kecemasan pun berpotensi

menyebabkan seseorang terkena penyakit

jantung.

Sementara itu, kekurangan tidur juga diduga

melemahkan fungsi kognitif dan reaksi pada otak.

Penurunan fungsi itu meliputi: kemampuan

berkonsentrasi, kemampuan mengingat,

kemampuan menangani tugas yang kompleks,

kemampuan berpikir logis, kemampuan

mengasimilasi dan menganalisis informasi,

kemampuan mengambil keputusan, koordinasi

motorik, kemampuan pemahaman dan

pengamatan, kosa kata dan kemampuan

berkomunikasi.

Penelitian lanjut Christian Benedict, dari Uppsala

University Swedia, menyebutkan bahwa

kekurangan tidur pada suatu malam dapat

memperlambat metabolisme pada keesokan pagi.

Otak orang yang kurang tidur akan menunjukkan

aktivitas seperti tidur di beberapa bagian yang

seharusnya terbangun ketika tubuhnya sedang

terjaga.

Seorang ahli kimia Amerika P. Carbone

menyebutkan bahwa “sampah” yang berasal dari

seluruh kegiatan otot tubuh, sebagian besar

adalah hasil pembakaran/dioksida dan asam

laktat, menumpuk dalam darah dan berefek toksik

(racun) pada syaraf, menyebabkan rasa lelah dan

mengantuk. Selama proses tidur, sampah-sampah

tadi dimusnahkan sehingga ketika kita bangun

tidur tubuh terasa segar. Tidur berfungsi

memulihkan, meremajakan dan memberikan

energi pada tubuh dan otak, yang semuanya itu

bermanfaat untuk menjalani berbagai tugas dan

kehidupan keseharian kita. Tidur yang cukup dan

berkualitas berpengaruh pada suasana hati, daya

pikir, produktivitas, kreativitas dan kesehatan pada

umumnya.

Sebaliknya, tidur yang kurang atau tidak

berkualitas memiliki pengaruh negatif pada

kualitas kesehatan berbagai organ penting tubuh

seperti hati (lever) dan jantung. Dua organ utama

ini akan rentan terserang penyakit karena

menurunnya imunitas atau daya tahan tubuh kita

pada umumnya.

Tuntunan Islam Tentang Tidur

Melalui Rasulullah saw, kita memperoleh

gambaran pentingnya fenomena tidur/istirahat

dalam beberapa penggalan ayat Qur’an berikut,

“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat” (QS. an

-Naba, 78:9). “Dialah yang menjadikan untukmu

malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat

dan Dia menjadikan siang untuk bangun

berusaha” (QS. al-Furqan, 25:47).

Kisah mengenai tidur juga diriwayatkan dalam

hadis yang menyebut bahwa Abu Darda’ yang

tidak mau tidur malam karena tak ingin

mengurangi waktunya beribadah telah ditegur

Page 18: Al-Islam Magazine Edisi 3

18 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

sahabat Salman, “Tuhanmu ada hak atasmu,

badanmu ada hak atasmu dan istrimu ada hak

atasmu. Berikan kepada semua ini haknya”

Ketika Rasulullah saw. mendengar perkataan

Salman, beliau berkata: “Benarlah Salman”. (HR.

Bukhari)

Suatu saat Rasulullah berkata: “Buka tali ini.

Hendaklah salah seorang di antara kamu shalat

ketika dirinya cergas, dan ketika sudah

mengantuk tidurlah”. (HR. Bukhari-Muslim).

Nabi berkata demikian karena ketika beliau

memasuki masjid melihat ada seutas tali yang

dipasang di antara dua tiang, milik Zainab, yang

dipergunakan berpegangan manakala beliau

keletihan shalat malam.

Menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyah, setidaknya

ada dua manfaat penting tidur: pertama, untuk

menenangkan dan mengistirahatkan tubuh

setelah beraktivitas seharian. Kedua, untuk

menyempurnakan proses pencernaan makanan

yang telah masuk ke tubuh.

Rasulullah saw mengajarkan beberapa kiat

penting yang ditail mengenai tidur yang efektif

dan barakah, sebagai berikut:

Waktu Tidur

Rasul meminta kita untuk segera tidur setelah

shalat isya untuk memudahkan bangun di

sepertiga akhir malam guna shalat qiyamul lail/

tahajud. "Bahwasanya Rasulullah saw

membenci tidur sebelum (shalat Isya) dan

berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat)

setelahnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Ini berarti kita tidak dianjurkan begadang, jika

tidak ada hal sangat penting, karena dapat

mengurangi waktu dan kualitas tidur. Oleh

sebab itu kita menghindari mengkonsumsi

makanan atau minuman, yang dapat

menghambat atau menunda tidur sehingga tidur

larut.

Berwudhu dan Menyikat Gigi

Rasulullah saw senantiasa berwudhu dan

menyikat gigi (bersiwak) sebelum tidur.

Berwudhu dan menyikat gigi akan

membersihkan kotoran dari tubuh kita.

"Apabila engkau hendak mendatangi

pembaringan (tidur) maka hendaklah berwudhu

terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk

melakukan shalat." (HR Bukhari). “Bersiwak

membersihkan mulut dan diridlai Allah”. (HR.

Ibnu Khuzaima)

Berdoa, Sebelum dan Sesudah Tidur

Rasulullah Saw selalu berdoa sebelum tidur.

Adapun doa yang sering beliau baca: "Bismika

Allahumma ahyaa wa bismika amuut.". Artinya:

Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup dan

dengan nama-Mu aku mati. (HR. Bukhari dan

Muslim).

“Allahumma aslamtu wajhi ilaika, fawwadhtu

amri ilaika, wa alja’tu dhahri ilaika raghbatan

wa rahbatan ilaika, laa malja’a walaa manjaa

minka illaa ilaika, aamantu bikitaabika alladzi

anzalta wa binabiyyika alladzi arsalta”. Artinya:

Ya Allah kuserahkan wajahku kepada-Mu, dan

kuserahkan urusanku kepada-Mu, kurebahkan

punggungku kepada-Mu dengan penuh

kecintaan dan ketakutan kepada-Mu. Tak ada

tempat berlindung dan keselamatan dari-Mu

kecuali Engkau. Aku berimana kepada kitab-Mu

(yang Kau turunkan kepada Nabi-Mu yang Kau

utus). (HR Bukhari dan Muslim).

Page 19: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 19

Dan ketika bangun, Rasulullah

berdoa: "Alhamdulillaahil ladzii ahyaana ba’da

maa amaatanaa wa ilayhin nusyuur." (Segala

puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah

mematikan kami. Kepada-Nya-lah kami akan

kembali). (HR. Bukhari)

Mematikan Lampu Sebelum Tidur

Tidur dalam keadaan lampu mati sesuai dengan

hadis: “Jika di antara kalian tidur maka

padamkanlah lampu”.(HR.Bukhari)

Tidur dalam keadaan lampu mati setidaknya

memiliki keuntungan: pertama, berhemat

karena tidak memubazirkan energi penerangan/

listrik selama sekitar delapan jam per hari atau

240 jam sebulan. Kedua, seperti laporan ilmiah,

tidur dalam keadaan lampu padam

menyebabkan tubuh secara alamiah

menghasilkan hormon melatonin.

Melatonin merupakan hormon yang memiliki

fungsi utama menciptakan kualitas tidur yang

baik, karena tidur kita nyenyak. Hormon ini

memiliki kegunaan: pertama, menjaga

keharmonisan metabolisme sel,

mempertahankan efisiensi/efektivitas kerja sel,

membuat sel tidak mudah rusak sehingga

meningkatkan daya tahan sel terhadap berbagai

gangguan dari luar. Kedua, memengaruhi sistem

kekebalan tubuh. Ketiga, memengaruhi kerja

organ tubuh terutama di saat tidur. Keempat,

memengaruhi kesehatan psikologis seseorang

terutama terhadap mood. Seseorang yang

kurang tidur, kadar melatonin dalam tubuhnya

rendah sehingga mengalami gangguan perasaan

(mood) seperti mudah gelisah, mudah lelah,

mudah marah. Kelima, berperan sebagai sistem

alami yang mengatur masa penuaan tubuh.

Keenam, membantu tubuh memerangi sel-sel

kanker seperti kanker payudara, kanker prostat,

penyakit Parkinson, dan gangguan perearan

darah/ aritmia. Karena elatonin berperan

mendorong aktifitas antioksidan secara optimal

di dalam tubuh sehingga mencegah kerusakan

DNA akibat zat-zat karsinogenik, penyebab

kanker, dan memberhentikan mekanisme

pertumbuhannya.

Menurut Joan Roberts, seorang ahli biologi dan

merupakan orang pertama yang menemukan

hubungan antara lampu dan kesehatan, bahwa

cahaya lampu (termasuk pancaran dari layar

televisi) dapat menyebabkan penurunan kadar

hormon melatonin di dalam tubuh yang akan

memengaruhi penurunan daya tahan tubuh

terhadap penyakit dan mengakibatkan tubuh

menjadi lemah. Hasil penelitiannya yang

dipublikasikan dalam jurnal Cancer Genetics and

Cytogenetics menyatakan bahwa menyalakan

cahaya buatan pada malam hari ketika tidur

akan memiliki dampak pada jam biologis tubuh

dan dapat menjadi pemicu ekspresi berlebihan

dari sel-sel yang dikaitkan dengan pembentukan

sel kanker.

Sementara itu, Prof. Russle Reiter dari Texas

University menyebutkan bahwa jika kita tidur

memiliki dampak pada

jam biologis tubuh dan

dapat menjadi pemicu

ekspresi berlebihan dari

sel-sel yang dikaitkan

dengan pembentukan

sel kanker

Page 20: Al-Islam Magazine Edisi 3

20 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

dan lampu menyala selama satu menit maka

otak seolah-olah menganggap bahwa lampu

menyala seharian. Akibatnya produksi hormon

melatonin menurun.

Sebuah konferensi tentang anak penderita

leukimia yang diadakan di London menyebutkan

bahwa anak yang menderita kanker akibat

terlalu lama memakai lampu waktu tidur di

malam hari jauh lebih banyak dibanding dengan

yang tidak pernah memakai lampu. Lampu yang

menyala saat tidur menekan produksi

melatonin, yang normalnya terjadi antara jam 9

malam hingga jam 8 pagi. Penelitian ini pun

menyebutkan bahwa para pekerja lembur (shift)

memiliki resiko terkena kanker payudara. Karena

itu disarankan agar anak yang takut tidur pada

kondisi gelap, menggunakan penerangan

temaram dan cahayanya tidak langsung.

Posisi Tidur

Posisi tidur termasuk menentukan kualitas

tidur dan sangat memengaruhi kesehatan.

Rasulullah saw. mengajarkan agar kita tidur

dengan memiringkan badan ke sebelah kanan,

seperti yang dijelaskan hadis “Berbaringlah di

atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Bukhari no.

247 dan Muslim no. 2710).

Pada umumnya, ada empat posisi yang mungkin

ketika kita tidur: telentang, telungkup, miring ke

kiri dan miring ke kanan. Dr. Zahir al-Aththar

menyebutkan bahwa tidur dengan posisi

telentang dapat memaksa kita bernafas dengan

mulut, karena saat tidur mulut terbuka lebar

akibat pelemasan pada rahang bagian bawah.

Padahal, sebagaimana yang kita ketahui,

bernafas dengan hidung adalah yang terbaik

karena di hidung ada bulu-bulu dan cairannya

yang berfungsi menyaring udara yang kita hirup.

Orang yang sering bernafas dengan mulut sering

mengalami selesma dan flu, serta infeksi dan

pembengkakan gusi (akibat gusinya kering).

Pada posisi tidur telentang, langit-langit dan

anak lidah (tekak) menghalangi lubang

nesofaring dan aliran pernafasan sehingga

sangat potesial menimbulkan dengkur.

Tidur sambil tertelungkup akan menyebabkan

sesak nafas, karena dadanya sulit berkontraksi

saat bernafas. “Posisi tidur telungkup juga dapat

menyebabkan pembengkokan tulang belakang

dan leher. Selain itu, posisi ini juga dapat

meletihkan jantung dan otak”, demikian Dr.

Zahir. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa

tidur telungkup menyebabkan meningkatnya

kematian mendadak pada anak-anak.

Rasulullah saw dengan tegas melarang tidur

telungkup, sebagaimana hadis yang berasal dari

Abu Hurairah:”Tidur semacam ini (telungkup)

dibenci Allah dan Rasul-Nya”. (HR. Ahmad dan

Tirmidzi).

Posisi tidur miring ke kiri kurang baik karena

jantung (yang letaknya di sebelah kiri dan dekat

paru-paru) akan mendapat tekanan paru-paru

sehingga kinerja dan fungsinya terganggu. Selain

itu posisi miring ke kiri juga menyebabkan

lambung menekan jantung dan hati.

Adapun kelebihan dan manfaat tidur miring ke

kanan, antara lain adalah :

1. Mengurangi beban kerja jantung. Dengan

Rasulullah SAW dengan tegas

melarang tidur telungkup,

Page 21: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 21

tidur miring ke kanan, posisi jantung menjadi

rileks dan membuat distribusi darah dapat

merata ke seluruh tubuh termasuk otak, karena

jantung tidak mendapat tekanan paru-paru kiri,

dan lambung.

2. Pencernaan menjadi lebih mudah. Dengan

menghadap ke kanan, posisi lambung dan usus

dua belas jari menjadi menghadap ke bawah.

Posisi ini dapat membantu kinerja lambung

karena stabil berada di tempatnya. Sedangkan

hati kukuh pada tempatnya dan tidak bergelayut.

Posisi tidur miring ke kanan lebih cepat

mengosongkan perut setelah dicerna

Posisi Tangan

Ketika tidur, Rasulullah saw. senantiasa

meletakkan tangan kanannya di bawah pipi

sebelah kanan. "Rasulullah Saw apabila tidur

meletakkan tangan kanannya di bawah pipi

kanannya." (HR Abu Dawud).

***

Dari paparan di atas jelas bahwa kita butuh tidur

yang cukup dan berkualitas. Ukuran jumlah jam,

seperti banyak anjuran yaitu delapan jam, tidak

bisa dijadikan ukuran karena ada beberapa orang

yang cukup tidur 4-6 jam saja. Dengan demikian,

kata kuncinya adalah kualitas tidur. Sementara itu

jika kebanyakan tidur malah membuat tubuh

tidak nyaman. Salah satu anda bahwa tidur kita

cukup dan berkualitas adalah rasa segar dan

nyaman saat bangun. Jadi rentang waktu tidur

yang dianjurkan adalah pukul 21.00 (malam)

hingga 03.00 (pagi).

Bila ada kekurangan waktu tidur, adakah

pengaruh buruk jika kita tidur berlebihan?

Penelitian tentang korelasi lama waktu tidur dan

tingkat kematian yang dilakukan American Cancer

Society dan UCSD menyebutkan bahwa orang

yang tidur lebih dari delapan jam sehari lebih

berpotensi meninggal lebih cepat. Mengapa?

Penelitian yang sama dilakukan Jim Horne, Ph.D.,

dari Loughborough University, Inggris yang

menyebutkan bahwa kabanyakan tidur

sebagaimana kita kebanyakan makan atau

minum, yaitu memberikan kepada tubuh

melebihi kebutuhannya. Tidur terlalu lama dapat

mengakibatkan tubuh menyerap kembali limbah

dan uap-uap kotor dari tubuh.

Rasulullah pun mengingatkan kita untuk bangun

di sepertiga malam terakhir untuk menegakkan

shalat Tahajud: "Hendaklah kalian bangun malam

sebab itu kebiasaan orang-orang saleh sebelum

kalian." (HR At-Tirmidzi). “Wahai orang yang

berselimut, bangunlah (untuk shalat tahajud)

pada malam hari, kecuali sebagian kecil” (QS. al-

Muzzammil, 73:1-2). Jika demikian maka insya

Allah kita pun tidak akan terlambat menunaikan

shalat subuh.

Demikianlah. Islam telah mengatur pelbagai

aktivitas keseharan kita secara detail dan kita

diharapkan mampu mencontoh perilaku

Rasulullah saw dalam aktivitas keseharian yang

luas, termasuk dalam hal tidur. Memperhatkan

aspek detail tersebut bukan saja sebagai

perwujudan kepatuhan dan kecintaan kepada

Allah dan Rasul-Nya, namun kita tentu akan

merasakan manfaat yang luas dan nyata dalam

kehidupan kita. Tidur yang sesuai dengan

tuntunan Rasulullah, selain beroleh manfaat,

sungguh pula memiliki nilai ibadah. Terhindar

dari tidur yang tanpa ilmu dan tanpa makna,

yang berarti.. asal tidur saja.

[JS/dari berbagai sumber]

Page 22: Al-Islam Magazine Edisi 3

22 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

Tahukah Kamu, Apakah Jalan Mendaki Lagi Sukar Itu?

“Bukankah telah Kami berikan kepadanya dua mata, lidah, dan dua bibir?

Dan telah Kami tunjukkan kepadanya dua jalan?

Tetapi ia tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.

Tahukah kamu, apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?

(yaitu) membebaskah orang-orang yang tertindas,

atau memberi makan di masa-masa kelaparan,

(kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,

atau kepada orang miskin yang sangat fakir.

Hanya dengan begitu

kamu termasuk orang yang beriman,

Muamalah

Page 23: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 23

dan saling berpesan untuk bersabar dan berkasih sayang.”

(QS. Al-Balad: 8-16)

Tatkala berhadapan dengan pilihan-pilihan sulit,

bagai “buah simalakama”, manakah jalan yang

Anda pilih? Apakah cenderung mengambil jalan

“enak” yang lebih mudah? Ataukah berusaha

mengikuti ketukan suci hati nurani … yang bi-

asanya memang lebih sulit?

Entah itu ketika berhubungan secara muamalah

dengan keluarga, dalam keputusan bisnis dan

pekerjaan ataupun saat mengurusi urusan-

urusan kemasyarakatan, kita pasti sering

dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Mau mem-

beli mobil tapi uang masih tidak cukup. Ingin

mendapat proyek tapi harus memberi komisi.

Hendak meloloskan undang-undang pro-rakyat

tapi tak tahan ‘sogokan’ miliaran yang datang

dari yang berkepentingan. Ingin bersilaturahmi,

mengajak keluarga berdamai tapi gengsi …

Sungguh pilihan yang serba sulit untuk dipilih!

Bukankah telah Kami berikan kepadanya dua

mata, lidah, dan dua bibir?

Dan telah Kami tunjukkan kepadanya dua jalan?

Tetapi ia tidak menempuh jalan yang mendaki

lagi sukar.

Bukankah Allah SWT telah menganugerahkan

kepada kita berbagai kemampuan, berbagai po-

tensi sehingga kita dapat berpikir lebih waras,

menggunakan akal sehat. Semua perangkat in-

dera yang kita miliki bersama dengan petunjuk

yang Allah SWT berikan tentang kondisi berbagai

pilihan yang ada, cukup sebagai bekal bagi kita

untuk mengenali, memikirkan, dan merenungi

berbagai pilihan jalan yang tersedia, manakah

yang lebih baik. Jalan yang lempang ataukah

jalan yang mendaki?

Jalan yang lempang, umumnya memang lebih

mudah dan lebih nyaman. Karena itu banyak di-

ambil oleh orang-orang yang malas dan tidak

peduli dampaknya pada orang lain. Ia lebih fokus

pada tujuan keuntungan pribadi. Kepeduliannya

hanyalah memuaskan kebutuhan dan keinginan

diri sendiri. Sementara “jalan mendaki” dipilih

oleh orang yang senantiasa bersemangat

melakukan karya terbaik dan selalu ingin berbuat

baik kepada orang lain. Spektrum kepeduliannya

jauh lebih lebar dan lebih luas.

Mereka yang memahami konsep jalan mendaki

senantiasa bersikap optimis dan berusaha

melakukan lebih dari yang diharapkan. Akibatnya

kemampuan mereka terus berkembang dari wak-

tu ke waktu.

Para olahragawan tahu persis bahwa otot-otot

tubuh berkembang semakin kuat jika terus dilatih

dan digerakkan. Memang saat menjalaninya,

terasa tidak nyaman, pegal, bahkan sakit. Namun

dengan cara itulah tubuh makin sehat dan kuat.

Begitu pula dengan otot-otot psikologis dan spir-

itual. Ia pun harus dilatih dengan latihan yang

berat agar tumbuh baik menuju kesempurnaan.

Al-Quran memerintahkan kita untuk memilih

jalan mendaki, melakukan yang terbaik, sekalipun

memang jalan mendaki itu pasti lebih sukar, lebih

sulit, sangat tidak nyaman, bahkan mungkin

menyakitkan.

Tahukah kamu, apakah jalan mendaki lagi sukar

itu?

(yaitu) Membebaskah orang-orang yang tertin-

das, atau memberi makan di masa-masa kelapa-

Page 24: Al-Islam Magazine Edisi 3

24 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

ran, (kepada) anak yatim yang ada hubungan

kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat

fakir.

Kata raqabah dalam ayat itu diterjemahkan men-

jadi “orang yang tertindas”, sementara sebagian

mufassir lain ada yang menerjemahkannya se-

bagai “para budak”. Pada zaman modern ini,

masyarakat dunia memang sudah tak lagi

mengakui perbudakan, namun faktanya kita

menyaksikan masih bertebaran di sana sini

berbagai kekerasan, penjajahan, pemerasan dan

penindasan yang dilakukan manusia atas manu-

sia lain. Hakikatnya semua tindak kejahatan itu

serupa dengan perbudakan.

Bahkan yang ironis, ada pula penindasan yang

dilakukan atas nama membela agama Allah.

Dengan mengatasnamakan Tuhan, mereka

mengkafirkan golongan-golongan yang berbeda

dan menghalalkan darah mereka. Perhatikan

firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa ayat 94.

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah

dan janganlah kamu mengatakan kepada orang

yang mengucapkan"salam" (laa ilaaha illa Al-

lah): "Kamu bukan mukmin" (lalu kamu mem-

bunuhnya), dengan maksud mencari harta ben-

da kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada

harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan

kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nik-

mat-Nya atas kamu, Maka telitilah.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang

kamu kerjakan”. (QS. An-Nisa: 94)

Abu Hurairah r.’a. dan Ibnu Umar r.’a. menutur-

kan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Siapa saja yang berkata kepada saudaranya

(yang muslim), 'Hai kafir,' maka sungguh tudu-

han itu berlaku kepada salah seorang dari

keduanya, jika memang tuduhan itu benar; jika

tidak, tuduhan itu kembali ke pihak penu-

duh.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Oleh karena itu, kita harus mengambil tindakan

agar konspirasi dan berbagai kejahatan terhadap

manusia ini tidak makin merajalela. Kita di-

perintahkan oleh Allah SWT untuk senantiasa

memilih berpihak membela kaum tertindas.

Dengan segala kemampuan yang kita miliki:

uang, tenaga, pikiran, dan sumber daya lainnya.

Hal ini pulalah yang dilakukan oleh semua nabi,

semua rasul utusan Tuhan. Mereka membebas-

kan umat manusia dari penindasan yang dil-

akukan para tirani, dari kekejaman dan kezali-

man para penguasa dan kaum mustakbirin. Misi

ini pulalah yang kini berada di pundak kita, orang

-orang beriman, pengikut setia pelanjut risalah

kenabian.

Kita bisa melakukannya dalam posisi dan

kedudukan apapun yang saat ini kita miliki. Se-

bagai pemimpin bangsa, pemimpin daerah,

pemimpin komunitas, pemimpin perusahaan,

kita perlu senantiasa waspada ketika kita mem-

buat kebijakan, undang-undang, peraturan dae-

rah, keputusan perusahaan. Apakah kaum-kaum

yang paling bawah yang tak berdaya akan ter-

zalimi atau dirugikan oleh keputusan kita itu?

Marilah kita kuatkan niat kita untuk senantiasa

menghasilkan keputusan yang membebaskan

penderitaan kaum tertindas ini.

Secara mikro, sebagai anggota keluarga besar,

kita pun bisa mengambil anak-anak saudara kita

ada pula penindasan

yang dilakukan atas

nama membela agama

Allah

Page 25: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 25

yang hidup telantar, yang yatim/piatu ditinggal

orang tuanya, yang mengalami kesulitan rezeki,

lalu kita mengayomi mereka, melindungi mereka,

bahkan mungkin mengambil mereka sebagai

“anak-anak kita” dan memperlakukan mereka

seperti anak-anak kandung kita, mendidik dan

membebaskan mereka dari peluang ketertin-

dasan.

atau memberi makan di masa-masa kelaparan,

(kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,

atau kepada orang miskin yang sangat fakir

Ayat ini juga dengan lantang bicara tentang mem-

beri makan di masa-masa kelaparan. Frasa “masa

-masa kelaparan” menggambarkan situasi krisis

global yang meliputi sekelompok orang atau

masyarakat luas. Bukankah sesungguhnya saat ini

kita berada dalam aneka ragam krisis berkepan-

jangan yang menyebabkan masyarakat miskin

makin banyak dan makin menderita?

Penempuh jalan mendaki yang jadi sasaran bicara

ayat itu adalah mereka yang juga mengalami kon-

disi kelaparan. Ya, tentu saja, ketika ia memilih

untuk membantu orang lain, sementara dirinya

pun juga tengah merasakan kelaparan, pastilah

sebuah pilihan yang sulit – jalan yang sangat-

sangat mendaki. Sekalipun memang sukar, akan

tetapi dengan jalan begitulah ruhani kita akan

tumbuh dalam keimanan.

Apatah lagi jika hidup kita serba berkecukupan.

Kalau kita mau menghisab diri, bisa jadi tanpa kita

sadari banyak sekali pembelanjaan dan penge-

luaran hidup kita yang sebenarnya tergolong sia-

sia, tak bernilai sama sekali disisi Allah SWT. Bu-

daya hedonisme dan komsumtif telah merenggut

akal sehat kita. Tanpa punya rasa malu. Kita

justru malah membanggakan kekayaan kita

bahkan kepada saudara-saudara dan tetangga di

kampung yang hidupnya miskin dan fakir sempur-

na. Apabila mereka datang meminta bantuan

sedikit pinjaman, kita jadi pongah bagai raja, lalu

mengkhotbahi mereka berjam-berjam … membu-

at mereka makin merasa rendah, terhina dan

malu, dan pulang kecewa tanpa mendapat apa-

apa.

Mengingat satu cerita orang tua, tentang kebia-

saan di kampung zaman dahulu. Orang-orang tua

mewariskan pesan, apabila ada pengemis yang

datang, keluarga diminta selalu bergembira

menerima mereka, diminta untuk mengajaknya

masuk ke dalam rumah, memberinya makan ter-

lebih dahulu sampai kenyang, dan memberikan

hajat apa yang mereka minta, semampunya. Pa-

dahal, kita tentu tahu, kehidupan orang-orang tua

dahulu jauh dari cukup, rumah pun tak jarang

masih beratapkan daun rumbia. Sejatinya mereka

juga dirundung hidup dalam kekurangan. Namun

kita melihat, jiwanya … selalu merasa berada da-

lam keberlimpahan. Subhanallah ...

Hanya dengan begitu

kamu termasuk orang yang beriman

dan saling berpesan untuk bersabar dan berkasih

sayang.

Ayat ini makin memperjelas jati diri orang

beriman. Keimanan didefinisikan sebagai komit-

men untuk membantu orang lain. Komitmen un-

tuk menolong orang-orang tertindas. Komitmen

untuk peduli dan berpihak pada kaum fakir

miskin. Bahkan termasuk komitmen untuk mem-

bantu saudara-saudara terdekat kita, yang sudah

jelas ada hubungan kekerabatan dengan kita.

Page 26: Al-Islam Magazine Edisi 3

26 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

Dalam ayat lain Allah SWT pun berfirman, “Dan

Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-

Ku” (QS. Adz Dzaariyaat: 56 ﴿

Tujuan penciptaan kita ialah untuk mengabdi

kepada Allah, yang diwujudkan dengan cara

mengabdi dan melayani makhluk-Nya. Makna

pengabdian disini bukanlah menghinakan diri

dan menjadikan diri kita budak, melainkan mere-

lakan diri kita untuk membantu dan menolong

orang lain dengan potensi dan kekuatan yang

kita miliki (harta, kedudukan, ilmu, jaringan,

dan lainnya). Dengan cara itulah kita mengek-

spresikan keimanan kita kepada Allah SWT.

Mengabdi kepada Allah tidak cukup hanya dalam

bentuk ceramah atau tausiah. Namun pengabdi-

an yang lebih penting, yang lebih tinggi

(mendaki) ialah dengan cara membantu sesama

agar mereka meraih kehidupan yang lebih baik.

Sayangnya, di sekitar kita, masih banyak kita

temukan orang-orang yang enggan membantu

orang lain, tak mau peduli dengan kesulitan

hidup orang lain, sekalipun bahkan keluarga dek-

at mereka sendiri. Padahal, sejak kecil mereka

tekun mendirikan shalat lima waktu dan berpua-

sa senin kamis. Semua ketaatan syariat yang ia

lakukan, bukannya menambah rasa kepeduliann-

ya, malah makin membuatnya asosial, tidak

peduli orang lain!

Mari kini kita berniat untuk mulai melakukan

perubahan! Untuk menempuh jalan mendaki.

Berpihak pada kaum lemah dan tertindas, mem-

bebaskan mereka dari cengkeraman

“perbudakan”, mendorong kebijakan pro-rakyat,

memelopori bantuan-bantuan ekonomi dan per-

modalan, menyelenggarakan bimbingan, pelati-

han & coaching bagi kaum putus sekolah dan

anak-anak jalanan, mengambil anak yatim atau

anak telantar diantara keluarga besar kita untuk

bahkan jika perlu jadi anak-anak angkat, dan lain

sebagainya. Sangat banyak yang bisa dilakukan.

Kita bisa mulai dari lingkungan tetangga atau

keluarga terdekat kita.

Ya, kita bisa memulai dari mereka yang ada di

sekitar kita! Dan itulah sebenar-benarnya bukti

keimanan kita.

Akhirul kalam, hendaklah kita semua menyimak

peringatan Allah yang disematkan bagi orang

yang enggan menapaki jalan mendaki…

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan aga-

ma?

Itulah orang yang menghardik anak yatim,

dan tidak menganjurkan memberi makan orang

miskin ..

(QS. Al-Maa’uun: 1-3)

Semoga Allah menguatkan kita semua dalam

beramaliah, yang senantiasa ikhlas menjalani

titian mendaki.

[NI, Naskah diadaptasi dari buku “Al Quran untuk

Hidupmu”, karya Dr. Sultan Abdulhameed, terbi-

tan penerbit Zaman]

ketaatan syariat yang ia

lakukan, bukannya

menambah rasa

kepeduliannya, malah

makin membuatnya

asosial

Page 27: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 27

GERHANA, Karya Allah yang Agung

Menyimak fenomena gerhana bulan dan gerhana matahari sepanjang tahun 2014. Menga-

gumi karya Allah yang Maha Agung di alam semesta.

Gerhana bulan dan gerhana matahari dapat berlangsung setiap tahun. Gerhana bulan dapat disaksikan

bila pada saat gerhana berlangsung bulan berada di atas horizon. Di kawasan ekuator seperti Indonesia

kondisi gerhana bulan dapat disaksikan tidak dibatasi oleh “bulan terjadinya gerhana” seperti misalnya di

Australia selatan bila terjadi gerhana bulan pada bulan Desember tidak bisa menyaksikan gerhana bulan,

hanya negeri di kawasan Utara yang bisa menyaksikannya. Di kawasan kutub Utara gerhana tersebut

tidak lagi di batasi oleh terbit dan terbenam, karena bulan berputar sepanjang horizon dan akan terbe-

nam bila posisi bulan telah berpindah ke belahan langit Utara lagi.

Di kawasan dekat ekuator seperti Indonesia gerhana bulan bisa mulai berlangsung dan berakhir pada

waktu – waktu saat bulan terbit sore hari di kaki langit timur ketika matahari terbenam di kaki langit ba-

rat hingga bulan terbenam pada pagi keesokan hari kaki langit barat dan hampir bersamaan dengan ter-

bit matahari di kaki langit timur. Fenomena gerhana bulan di suatu tempat bisa dalam kondisi bulan ter-

bit sudah dalam keadaan gerhana atau bulan terbenam dalam keadaan gerhana. Bisa juga gerhana bulan

di mulai atau di akhiri ketika bulan masih berada di atas horizon.

Sainstek

Page 28: Al-Islam Magazine Edisi 3

28 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

Sedang gerhana matahari bisa berlangsung pada

waktu matahari terbit maupun pada waktu ma-

tahari terbenam. Begitupula gerhana matahari

bisa berlangsung, berawal dan berakhir pada saat

matahari berada di atas horizon. Fenomena gerha-

na matahari merupakan fenomena toposentrik,

bergantung pada posisi pengamat, jadi walaupun

posisi bulan dan matahari di arah yang berdeka-

tan, namun tidak semua pengamat di permukaan

Bumi menyaksikan gerhana matahari. Kondisi ger-

hana tersebut memerlukan persaratan sudut pan-

dang pengamat di Bumi. Bila gerhana matahari

berlangsung pada tanggal 22 Desember maka

yang bisa mengamati di kawasan kutub Selatan.

Bila gerhana matahari berlangsung pada tanggal

21 Juni maka yang bisa mengamati di kawasan

kutub Utara.

Dalam astronomi dikenal gerhana bulan Penum-

bra, yakni bila bulan dari awal hingga akhir gerha-

na hanya berada di kawasan Penumbra Bumi. Di

kawasan Penumbra ini sorot cahaya matahari ke

permukaan bulan tidak lagi 100%, berkurang kare-

na terhalang oleh planet Bumi. Pada waktu ber-

samaan bila ada pengamat di bulan akan men-

yaksikan gerhana matahari Sebagian. Pada saat

bulan memasuki kawasan Penumbra sebenarnya

cahaya bulan Purnama meredup sebanding den-

gan kedekatannya terhadap kawasan Umbra Bu-

mi. Bagian bulan yang berada lebih dekat dengan

Umbra akan berkurang lebih banyak atau makin

melemah cahayanya, hingga mencapai 100% bila

bulan memasuki kawasan Umbra Bumi. Bagian

bundaran bulan yang berada di kawasan Umbra

nampak hitam, tanpa sorot langsung cahaya ma-

tahari. Umumnya gerhana bulan Penumbra relatif

sulit dibedakan dengan bulan Purnama bila hanya

diamati dengan mata telanjang, sehingga gerhana

Penumbra diabaikan sebagai gerhana oleh masya-

rakat umum. Selain itu juga terdapat gerhana

bulan Sebagian bila selama gerhana bulan berlang-

sung, hanya sebagian bundaran bulan memasuki

kawasan Umbra Bumi. Sedang Gerhana Bulan To-

tal bila selama gerhana bulan berlangsung,

seluruh bundaran bulan memasuki kawasan Um-

bra Bumi.

Selain gerhana bulan juga terdapat gerhana ma-

tahari, ada gerhana matahari Total, gerhana ma-

tahari Sebagian dan Gerhana Matahari Cincin.

Diameter sudut matahari dan bulan bervariasi

bergantung pada jarak ke benda langit tersebut,

oleh karena itu pada saat gerhana matahari bisa

mempunyai kondisi diameter sudut bulan lebih

besar dari diameter sudut matahari, sehingga

memungkinkan terjadi gerhana matahari Total.

Bila kondisi diameter sudut bulan lebih kecil dari

diameter sudut matahari, memungkinkan terjadi

Gerhana Matahari Cincin. gerhana matahari Seba-

gian bila selam gerhana berlangsung arah pandang

ke matahari selalu di kawasan penumbra bulan.

Setiap gerhana mempunyai keunikan dinamika

bola gas pijar matahari membuat korona mataha-

ri yang selalu berbeda, begitu pula wajah bulan

dalam Umbra Bumi bergantung pada dinamika

angkasa Bumi. Keunikan tersebut menjadi salah

satu faktor mengapa gerhana bulan dan matahari

menarik untuk diamati dan dibandingkan dengan

gerhana sebelumnya.

Perlu diingatkan bagi yang akan mengamati gerha-

na matahari. Pengamatan matahari maupun mo-

men gerhana matahari Sebagian, Gerhana Ma-

tahari Cincin dengan mata telanjang maupun den-

gan teleskop harus menggunakan penapis cahaya

matahari. Pengamatan bulan maupun gerhana

bulan secara langsung dengan mata telanjang

maupun teleskop tanpa penapis cahaya relatif

aman.

Bagi penghuni planet Bumi, posisi Bumi, bulan dan

matahari pada tahun 2014 akan menghasilkan

fenomena dua Gerhana Bulan Total (GBT), yaitu

Page 29: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 29

GBT 15 April 2014 dan GBT 8 Oktober 2014. Selain

itu posisi Bumi, bulan dan matahari pada tahun

2014 akan juga menghasilkan dua gerhana ma-

tahari, yaitu Gerhana Matahari Cincin pada tang-

gal 29 April 2014 dan satu gerhana matahari Par-

sial/Sebagian pada tanggal 23 Oktober 2014.

GBT 15 April 2014

Gerhana bulan pertama pada tahun 2014 adalah

gerhana bulan total (GBT) yang akan berlangsung

pada hari Selasa tanggal 15 April 2014 (GBT – 15

April 2014). GBT 15 April 2014 merupakan gerha-

na bulan ke 56 dari 75 gerhana dalam seri Saros

122. GBT 15 April 2014 akan berlangsung berte-

patan dengan (pertengahan) 14 atau 15 Jumadil

Akhir 1435 H. Bersamaan dengan GBT – 15 April

2014, fasa bulan purnama akan berlangsung pada

tanggal 15 April 2014 pada pukul 14:42 wib.

GBT 15 April 2014 dimulai dengan bulan memasu-

ki kawasan Penumbra pada pukul 11:54 wib per-

tanda tahap gerhana bulan Penumbra dimulai,

sepukul 4 menit kemudian disusul bulan mulai

memasuki kawasan Umbra Bumi pada pukul 12:58

wib, dan seluruh permukaan bulan memasuki Um-

bra Bumi pertanda momen GBT 15 April 2014

dimulai pada pukul 14:07 wib, pertengahan Ger-

hana Bulan Total pukul 14:46 wib, kemudian mo-

men GBT berakhir pukul 15: 25 wib, bulan mening-

galkan Umbra Bumi pukul 16:33 wib dan bulan

meninggalkan kawasan Penumbra pada pukul

17:38 wib. Jadi momen GBT berlangsung 1 pukul

18 menit. Pada momen gerhana Penumbra sangat

sulit dibedakan antara bulan Purnama dengan

bulan dalam kawasanan Penumbra Bumi, yang

sebenarnya sorot cahaya matahari ke permukaan

bulan berkurang, tidak 100% seperti sorot cahaya

matahari ke permukaan bulan pada fase bulan

Purnama.

Sebagian momen akhir gerhana bulan Sebagian

dari Gerhana Bulan Total 15 April 2014 dapat di-

saksikan dari sebagian wilayah Indonesia Timur, di

Irian Jaya pada momen bulan terbit menjelang

akhir gerhana Umbra, di Sorong dan di Jayapura

bulan dalam keadaan gerhana Umbra. Di daerah

Jawa, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Serang,

Jakarta dan Pelabuhan Ratu tidak menyaksikan

gerhana bulan 15 April 2014, di daerah tersebut

bulan terbit setelah gerhana bulan berakhir. Di

Surabaya bulan terbit hampir bersamaan dengan

berakhirnya momen gerhana Penumbra GBT – 15

April 2014. Di Kalimantan di Pontianak tidak bisa

menyaksikan gerhana bulan, di Plangkaraya dan

Banjarmasin bulan terbit hampir bersamaan den-

gan berakhirnya momen gerhana Penumbra GBT

– 15 April 2014, sedang di Tanjung Selor dan Sa-

marinda bulan terbit menjelang berakhirnya mo-

men gerhana Penumbra GBT – 15 April 2014, han-

ya momen gerhana Penumbra, pada momen bu-

lan terbit, bulan dalam keadaan gerhana Penum-

bra. Bali, Sulawesi dan Halmahera, Ambon pada

momen bulan terbit di kawasan tersebut, bulan

dalam keadaan memasuki momen akhir gerhana

Penumbra.

GBT 8 Oktober 2014

Gerhana bulan Total (GBT) yang berlangsung pada

hari Rabu, 8 Oktober 2014 (GBT-8 Oktober 2014)

merupakan gerhana bulan ke 42 dari 72 gerhana

dalam seri Saros 127. GBT 8 Oktober 2014 berte-

patan dengan (pertengahan) 14 Dzulhijjah 1435 H.

Bersamaan dengan GBT – 8 Oktober 2014, fasa

bulan Purnama akan berlangsung pada tanggal 8

Oktober 2014 pada pukul 17:51 wib.

GBT 8 Oktober 2014 dimulai dengan bulan me-

masuki kawasan Penumbra pada pukul 15:16 wib

pertanda tahap gerhana bulan Penumbra dimulai,

59 menit kemudian disusul bulan mulai memasuki

Page 30: Al-Islam Magazine Edisi 3

30 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

kawasan Umbra Bumi pada pukul 16:15 wib, dan

seluruh permukaan bulan memasuki Umbra Bumi

pertanda momen GBT 8 Oktober 2014 dimulai

pada pukul 17:25 wib, pertengahan Gerhana Bu-

lan Total pukul 17:55 wib, kemudian momen GBT

berakhir pukul 18: 24 wib, bulan meninggalkan

Umbra Bumi pukul 19:34 wib dan bulan mening-

galkan kawasan Penumbra pada pukul 20:34 wib.

Jadi momen GBT berlangsung 59 menit. Pada mo-

men gerhana Penumbra sangat sulit dibedakan

antara bulan Purnama dengan bulan dalam kawa-

sanan Penumbra Bumi, yang sebenarnya sorot

cahaya matahari ke permukaan bulan berkurang,

tidak 100% seperti sorot cahaya matahari ke per-

mukaan bulan pada fase bulan Purnama.

Momen Gerhana Bulan Total dapat disaksikan

hampir di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di

Banda Aceh. Hampir di seluruh wilayah Indonesia

bulan terbit sebelum momen GBT 8 Oktober 2014

berakhir, kecuali di Aceh, bulan terbit di Aceh se-

telah GBT berakhir. Di seluruh wilayah Indonesia,

bulan terbit dalam keadaan gerhana, namun tidak

ada yang bisa menyaksikan seluruh momen GBT 8

Oktober 2014 dari sejak bulan mulai memasuki

kawasan Penumbra maupun Umbra Bumi. Di So-

rong dan Jayapura, bulan terbit ketika bulan sudah

berada di kawasan Penumbra Bumi, di kedua tem-

pat ini dapat menyaksikan paling banyak momen

gerhana bulan 8 Oktober 2014. Di kota – kota

Palangkaraya, Banjarmasin, Samarinda, Tanjung

Selor, Manado, Gorontalo, Palu, Mamuju, Ma-

kassar, Kendari, Ternate, Ambon, Sorong, Jaya-

pura, Kupang, Mataram, Denpasar dan Surabaya

dapat menyaksikan seluruh momen GBT 8 Okto-

ber 2014 yang akan berlangsung selama 59 menit

tersebut, sejak 17:25 wib hingga pukul 18:24 wib.

Di kota – kota Tanjung Pinang, Palembang, Bandar

Lampung, Pangkal Pinang, Pontianak, Semarang,

Yogyakarta, Bandung, Serang, Jakarta, Pelabuhan

Ratu dapat menyaksikan momen pertengahan

GBT 8 Oktober 2014 yang akan ber-

langsung pada pukul 17:55 wib hing-

ga momen akhir GBT pada pukul

18:24 wib.

GMC 29 April 2014

Gerhana Matahari Cincin (GMC),

GMC 29 April 2014 merupakan ger-

hana matahari ke 21 dari 75 gerha-

na dalam seri Saros 148. GMC 29

April 2014 bertepatan dengan ijti-

mak akhir Jumadil Akhir 1435 H ber-

tepatan dengan hari Selasa tanggal

29 April 2014 pada pukul 13:14 wib.

Gerhana Matahari Cincin 29 April

2014, jalur GMC berada di kawasan

Antartika kutub selatan. Momen

gerhana matahari Sebagian dapat

disaksikan di kawasan Australia dan

sebagian kecil wilayah Indonesia.

Beberapa daerah Indonesia yang

hanya dapat menyaksikan gerhana

matahari Sebagian adalah Kupang (1.8%), Mata-

ram (0.6%) dan Denpasar (0.6%). Di Kupang, ibu-

kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, di Mataram,

ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat dan di

Denpasar, ibukota Provinsi Bali masing – masing

bundaran matahari yang tertutup bundaran bulan

maksimal masing – masing hanya 1.8%; 0.6% dan

0.6%. Di Kupang GMS mulai pukul 13:50 wib, ger-

hana Maksimum pada pukul 14:19 wib dan gerha-

na berakhir pada pukul 14:47 wib. Sedang di Ma-

taram GMS mulai pukul 13:48 wib, gerhana Maksi-

mum pada pukul 14:09 wib dan gerhana berakhir

pada pukul 14:30 wib. Di Denpasar GMS mulai

pukul 13:46 wib, gerhana Maksimum pada pukul

14:08 wib dan gerhana berakhir pada pukul 14:29

wib.

Page 31: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 31

GMS 23 – 24 Oktober 2014

Gerhana Matahari Sebagian/Parsial (GMS), GMS 23-24 Oktober 2014 merupakan gerhana matahari ke 9

dari 70 gerhana dalam seri Saros 153. GMS 23-24 Oktober 2014 bertepatan dengan ijtimak akhir Dzulhi-

jjah 1435 H yang akan berlangsung pada hari Jum’at tanggal 24 Oktober 2014 pukul 04:57 wib.

Gerhana Matahari Sebagian 23 – 24 Oktober 2014 tidak dapat disaksikan dari wilayah Indonesia, ger-

hana ini dapat disaksikan dari kawasan langit di atas Alaska, Laut Bering, Kanada, Amerika Serikat, Samu-

dera Pasifik Utara dan Rusia Timur.

Semoga dapat memanfaat momen gerhana bulan dan gerhana matahari untuk meningkatkan kualitas

pemahaman tentang mekanisme kerja alam semesta melalui rasionalitas dan membina kualitas spiritua-

litas melalui kekaguman atas karya besar dari Yang Maha Agung.

[Dr. Moedji Raharto, Anggota KK Astronomi, Peneliti di Observatorium Bosscha FMIPA ITB]

Page 32: Al-Islam Magazine Edisi 3

32 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

Resep Beroleh Anugerah Kebaikan

Hari yang cerlang dimulai dari shalat subuh berjamaah. Suatu hari ketika Guru Bijakbestari (GB)

meneruskan acara sesudah dzikir pagi dengan aktivitas mengolah raga. Ketika sedang berjalan-jalan pagi

mengitari rumah-rumah penduduk di tengah kabut pagi yang segar, tiba-tiba Abdullah (SA) salah

seorang santri yang sudah agak berumur mengajukan pertanyaan.

Tasawuf

Page 33: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 33

SA: Guru, adakah resep untuk memperoleh

kebaikan yang Rasulullah SAW ajarkan kepada

kita?

GB: Ada wahai Pak

Abdullah. Suatu

nasihat yang jika kita

mengerti dan kita

amalkan secara

istiqamah akan

menjadikan kita

memperoleh

kebaikan di dunia

maupun di kehidupan

setelah kematian kita

nanti.

SA: Apakah nasihat itu

wahai Guru?

GB: Dalam kitab

Mukhtarul Ahadits,

Sayid Ahmad Al-

Hasyimi menulis, ada

hadits yang,

diriwayatkan oleh

sahabat Abu Dzar r.a.

bahwa Rasulullah

SAW telah bersabda:

"Apabila Allah

menghendaki

kebaikan bagi seorang

hamba-Nya, maka Dia

membukakan baginya

kunci-qalb/hatinya,

dan Dia menjadikan di

dalamnya keyakinan dan kejujuran. Dia

menjadikan qalb-nya selalu menyadari apa yang

ia tempuh, dan Dia menjadikan qalbnya salim/

selamat, lisannya shiddiq/jujur, akhlaknya lurus,

dan Dia menjadikan telinganya berpendengaran

tajam dan matanya berpenglihatan-batin

(bashiratan)." (Hadits Riwayat Asy-Syeikh)

Jadi, bisa kita uraikan di sini bahwa untuk

memperoleh kebaikan dari Allah SWT, sebaiknya

kita:

Pertama, Berbuat yang Allah ridhai sehingga Dia

Ta'ala menghendaki kebaikan-Nya bagi kita.

Kedua, Berjuang membuka kunci-qalb-nya, dalam

arti tidak mengerjakan hal-hal yang menjadi

penyakit qalb seperti sombong, iri dengki, dan

lain sebagainya.

Ketiga, Beribadah dengan keyakinan bahwa Allah

adalah satu-satunya Tuhan kita yang Ar-Rahman

dan Ar-Rahim.

Keempat, Selalu berkata jujur.

Kelima, Berusaha berkesadaran bahwa hidup ini

sebetulnya sedang menempuh suatu perjalanan

yang berujung kembali kepada Allah.

Keenam, Berjuang untuk menjaga keselamatan

qalbnya.

Ketujuh, Selalu berakhlak lurus dan mulia.

Kedelapan, Menghindari dari mendengarkan

obrolan-obrolan yang tidak baik.

Kesembilan, Menghindarkan mata dari

penglihatan-penglihatan yang bisa mengotori

qalb.

Nah, Pak Abdullah, jika sejak saat ini dirimu dan

para santri lainnya tengah berjuang

mengamalkannya, maka atas ijin Allah, insya

Allah kebaikan dunia akhirat akan kalian peroleh.

SA: Alhamdulillah.

Tiba-tiba, salah seorang teman Pak Abdullah (TM)

yang berusia tiga puluhan tahun bertanya,

TM: Guru, untuk mengamalkan nasihat itu

sepertinya memerlukan ketekunan ya?

GB: Betul sekali anakku. Dalam hidup ini, segala

amal perbuatan yang baik memerlukan

ketekunan dan kesabaran dalam

Page 34: Al-Islam Magazine Edisi 3

34 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

melaksanakannya, maka beranilah mencoba dan

mencoba terus, hingga suatu saat kelak usahamu

mampu selaras dengan apa yang Allah kehendaki

atasnya.

SA: Saya belum mengerti apakah mata yang

berbashirah itu, Guru?

GB: Pertanyaan yang bagus Pak Abdullah. Istilah

bashirah dalam Al-Qur’an di antaranya disebutkan

dalam surah Al-Qiyamah: 14, "Balil insanu 'ala

nafsihi bashiratan (Dan bagi manusia pada diri/

jiwanya ada bashirah/mata-batin)".

Mata bashirah itu adalah suatu kemampuan yang

Allah berikan kepada setiap hamba yang Dia

ridhai untuk menyaksikan ayat-ayat-Nya, baik

ayat itu berada di alam lahiriah maupun

sesuatu yang berada di alam yang tak kasat

mata. Alam yang saya sebut terakhir itu seperti

isi pikiran, isi hati, malaikat, jin, jiwa-jiwa yang

berada di alam barzakh, dan lain sebagainya.

Semua kemampuan bashirah itu Allah berikan

agar hamba-hamba-Nya terkasih semakin yakin

terhadap-Nya.

TM: Apakah semua kemampuan yang tidak

masuk logika seperti yang nampak mirip

bashirah itu selalu berasal dari keridhaan Allah?

GB: Tidak anakku. Ada yang berasal dari iblis atau

jin yang kafir. Yang membedakan adalah

dampaknya terhadap manusia yang memiliki

kemampuan tidak logis tersebut.

Kemampuan yang Allah ridhai, seperti bashirah itu

selalu mengakibatkan meningkatnya keimanan

dan ketakwaan. Sedangkan kemampuan yang

berasal dari iblis serta jin kafir mengakibatkan

kesombongan, kerakusan dan perilaku-perilaku

jahat lainnya kepada pemiliknya. Ini memang

perkara yang penting untuk kita ketahui dan

waspadai.

SA dkk: MasyaAllah Guru. Berat terasa

pengetahuan tersebut, namun kami senantiasa

berusaha memahami semua penjelasan dan

nasihat dari Guru.

Terima kasih Guru atas semua penjelasan dan

nasihatnya.

Kami mohon doa Guru agar kami mampu

mengerti dan mengamalkannya secara istiqamah

pada hari-hari mendatang.

GB: Insya Allah wahai kalian semua. Tiada daya

pada kita selain Allah Taala yang Menguatkannya.

Laa haula wa laa quwwata illa billahil 'Aliyyil

'Adhiim. Sekarang marilah kita mengerjakan tugas

kita masing-masing dengan sepenuh hati dan

istiqamah, agar Allah senantiasa meridhai kita.

Demikianlah, dengan dada yang menggelora

penuh semangat Lillahi Ta'ala mereka segera

berpencar menuju kediamannya masing-masing

dan bersemangat menyambut pagi yang penuh

hikmah bersama Sang Guru.

Matahari memerah, lalu memancarkan cahaya

benderang, mengundang segenap makhluk-Nya

memulai aktivitas pagi dengan gembira.

[TBH/Al-Islam.My.ID]

Ada yang berasal dari iblis

atau jin yang kafir. Yang

membedakan adalah

dampaknya terhadap

manusia yang memiliki

kemampuan tidak logis

tersebut

Page 35: Al-Islam Magazine Edisi 3

Kesungguhan untuk Mampu ‘Menguasai Diri’

Menguasai diri atau menenangkan diri dari nafsu yang menginginkan kesenangan sementara,

merupakan tugas pribadi yang tidak terelakkan pada zaman yang penuh dengan tawaran duniawiah ini.

Tidak jarang karena gagal ‘menguasai diri’, berujung pada sikap dan perbuatan yang kemudian

menjadikan kita menyesal sepanjang hayat, seolah susah menukar atau mengobatinya. Oleh sebab itu

perlu kita perhatikan dengan seksama segala upaya demi perbaikan diri yang sepatutnya kita laksanakan

untuk meningkatkan kualitas diri kita.

Hadits

Page 36: Al-Islam Magazine Edisi 3

36 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

Secara garis besar, dalam praktik pembelajaran

pribadi, kita kaum muslimin diminta untuk

senantiasa mampu menguasai atau

mengendalikan diri dengan jalan melaksanakan

‘mujahadah’. Istilah mujahadah dapat diartikan

suatu upaya semesta untuk bersungguh-sungguh

dalam melaksanakan taat atau ibadah, pada

umumnya. Hal ini, dapat dilakukan dengan sadar

dan terencana, yang diarahkan dalam kerangka

‘menyingkirkan’ atau ‘menakhlukkan’ musuh

utama yang bersarang pada diri setiap insan, yang

kita kenal bersama yaitu ‘hawa nafsu’.

Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menyerukan hal

ini, antara lain:

QS. Al Ankabut, 69, ‘’Orang-orang yang berjuang

dalam menunaikan hak Kami, pasti ditunjuki ke

jalan Kami. Sesungguhnya Allah bersama mereka

yang berbuat baik’’.

QS. Al Hijr, 99,’’Sembahlah Tuhanmu, hingga

nyata (mati), merenggutmu’’.

QS. Al Muzzamil 8, ‘’Sebutlah asma Tuhanmu dan

berbaktilah dengan sungguh-sungguh’’.

QS. Az Zilzal 7, ’’Barangsiapa beramal baik, walau

seberat zarrah, misalnya, pasti ia melihat

balasannya’’.

QS. Al Muzzammil 20, ’’Apa saja yang kau

usahakan buat dirimu dari kebaikan, pasti kau

peroleh kebaikan pula di sisi Allah, berikut pahala

yang besar..’’

QS. Al Baqarah 197, ’’Apa saja kebaikan yang kau

lakukan, pasti Allah mengetahuinya’’.

Melengkapi hal itu, beberapa hadis berikut dapat

dijadikan rujukan:

Dari Abu Hurairah, Rasul saw bersabda,’’ Sungguh

Allah telah menyatakan, barangsiapa menentang

kekasihKu, maka Aku-lah yang

memeranginya.Tiadalah seorang hamba yang

mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amal

ibadah sunnah yang sangat Kusenangi, sesudah

memenuhi kewajibannya, sehingga Aku

mengasihinya. Dan ketika Aku sudah

mencintainya, maka Aku-lah sebagai pendengaran

dan penglihatannya, serta sebagai tangan yang

dipergunakan, dan kaki yang dilangkahkan

olehnya. Dan jika ia memohon, pastilah

dikabulkan. Pula jika ia memohon perlindungan,

pasti Aku lindungi’’. (HR. Bukhari)

Dari Anas, Nabi saw bersabda, ’’Allah Azza wa

Jalla telah menyatakan ,’Ketika seseorang

mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku

mendekat padanya sehasta. Ketika ia

mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, maka Aku

mendekat padanya sedepa. Dan ketika ia datang

kepada Ku berjalan, maka Aku akan datang

kepadanya lebih cepat’’. (HR Bukhari)

Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda, ‘’Ada dua

kenikmatan yang sering dilupakan oleh umumnya

kita semua, yaitu kesehatan fisik dan waktu luang/

kesempatan memperbanyak amal ibadah’’. (HR

Bukhari)

Dari Aisyah ra, ‘’Sungguh Nabi saw, bangun, shalat

malam sampai kakinya membengkak.

Sahutku,’Kenapa engkau kerjakan yang demikian

ya Rasul, bukankah Allah telah mengampuni

segala dosa yang dulu dan kemudian bagimu? ‘.

Jawabnya,’sudah sepantasnya aku menjadi

seorang manusia yang berbudi luhur beribadah di

malam hari sebanyak-banyaknya sebagai bukti

terima kasihku kepada Allah’’. (HR. Bukhari-

Muslim)

Lagi dari Aisyah,’’ Rasul saw ketika memasuki hari

kedua puluh satu Ramadhan, adatnya beribadah

sepanjang malam bersama keluarga yang beliau

bangunkan, dan beliau melakukan hal itu penuh

kesungguhan dan curahan tenaga’’. (HR. Bukhari-

Muslim)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw

Page 37: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 37

bersabda,’’Orang mukmin yang mampu berjuang

dengan mencurahkan segala potensi/hak yang

dimilikinya demi tegak-kokohnya agama, adalah

lebih unggul dan lebih disenangi Allah,

dibandingkan dengan mukmin yang lemah,

sekalipun keduanya memiliki kebaikan.

Bersemangatlah dalam berkarya (beramal) untuk

kebahagiaanmu, dan mohonlah pertolongan

kepada Allah. Jangan lemah diri! Dan jika musibah

menimpa dirimu, jangan beranggapan, atau

jangan kau katakana,’Kalau aku berbuat demikian,

pasti tidak akan terjadi begini, dan seterusnya.

Namun alangkah terpujinya bila kau

nyatakan,’Semua itu sudah ditentukan Allah, Dia

berbuat segala sesuatu menurut Kehendak-Nya’,

Ketahuilah, ucapan,’kalau/seandainya dan lain

sejenis dengannya ‘hanya memberi kesempatan

syetan untuk beroperasi’’, (HR Muslim)

Dari Ibnu Ka’ab Aslami, ‘’Aku bermalam bersama

Rasul saw, aku sediakan air untuk beliau untuk

wudhu dan hajatnya. Lalu beliau

bersabda,’Mintalah kamu padaku! ‘Jawabku,’

Aku minta berkawan denganmu di sorga wahai

Rasul’. Sabdanya lagi,’Tiada lagi permintaanmu

selain itu?’. Jawabku,’Ya, itu saja cukup bagiku, ya

Rasul’. Kemudian beliau bersabda,’Bantulah aku

dalam menguasai nafsumu dengan

memperbanyak shalat’’. (HR. Muslim).

Dari Abu Abdillah Tsauban, Rasul saw

bersabda,’’Hendaklah kamu memperbanyak

sujud/ shalat, karena dengan sekali sujud, naiklah

derajatmu satu tingkat dan lenyaplah satu dosa

darimu’’. (HR. Muslim)

Lalu dari Abu Shafwan, Rasul saw

bersabda,’’Manusia terbaik di antaramu adalah

orang yang berusia panjang dan baik amal

perbuatannya’’.

Dari Anas bin Malik menceritakan seorang

pamannya yang absen dalam perang badar,

kemudian ia menyesal dan melaporkan diri kepada

Rasulullah seraya menguatkan tekadnya untuk

mengawal perang bersama beliau. Anas bin Nadlr

kemudian diketahui gugur dalam perang uhud

dalam pengorbanan yang sempurna

mempertahankan perintah Rasul tetap pada

posisinya. Para sahabat kemudian bersepakat

mengenai satu penghargaan Allah atas

pengorbanan para kesatria tersebut dengan

turunnya ayat berikut dari Surat Al Ahzab, ‘’ Di

antara orang-orang mukmin terdapat ksatria yang

konsisten terhadap janjinya kepada Allah. Maka

separuhnya ada yang gugur dan ada pula yang

tengah menunggu giliran (mati syahid). Dan

karena konsistensinya itu mereka tiada pernah

sudi menukar janji itu dengan suatu apa pun (dari

kesenangan duniawi)’’. (QS. Al Ahzab, 23)

Bab menguasai diri dan bermujahadah ini

merupakan salah satu bagian penting yang sering

didaraskan Nabi kepada para sahabat yang

kemudian diwariskan kepada kita semua sebagai

hamba. Tak terbilang bagaimana daya upaya para

sahabat dan para salihin merawat tekad untuk

memenuhi janji bersetia dan senantiasa

meningkatkan kesungguhan dalam melakukan

kebajikan, sesuai perintah Allah dan Rasulullah.

Walaupun, berbagai halangan terus saja hadir

sebagai godaan dan penghalang amaliah di tengah

semangat membara untuk melaksanakan segala

kebajikan di tengah masyarakat manusia.

Kisah kecil berikut melengkapi uraian tentang bab

berbagai halangan terus

saja hadir sebagai godaan

dan penghalang amaliah

di tengah semangat

membara

Page 38: Al-Islam Magazine Edisi 3

38 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435

menguasai diri dalam kitab Riyadush-Shalihin

karya Al Imam An Nawawi.

Dari Uqbah bin Amr, ‘’Sewaktu ayat yang

menyerukan sedekah turun, kami para sahabat

bergegas memanggul harta apa saja yang kami

miliki untuk disedekahkan di atas punggung kami

masing-masing. Ada yang memanggul banyak

sekali barang, lalu orang-orang munafik

bercingcong (berkomentar),’Sedekah sebanyak itu

jelas hanya untuk mencari muka saja, tidak

disertai keikhlasan’. Di antara kami ada pula yang

hanya bersedekah satu sha/ 4 kati, lalu mereka

kembali berkomentar,’Sedekah hanya sejumput

itu, Allah jelas tiada menggubris kepadanya,

kemudian turunlah ayat ini’.

Artinya,’’ Mereka yang menghina pelaku

kebaikan di antara orang-orang mukmin,

tentang sedekah dan orang-orang yang tiada

memperoleh selain tenaganya, lalu mereka

mengejek orang-orang yang bersedekah itu.

Allah membalas (mengejek) pula mereka. Dan

bagi mereka siksa yang teramat pedih’’. (QS. At

Taubah 79)

Dalam uraian mengenai upaya menguasai diri atau

memenangkan ‘diri’ dari nafsu dapat disimpulkan

bahwa, diperlukan suatu upaya yang terus

menerus dan sungguh-sungguh dalam

melaksanakan kebaikan sesuai apa yang

diperintahkan Allah, kemudian terus ditingkatkan

dengan kesungguhan sesuai contoh yang diajarkan

Nabi saw.

Dan, dalam upaya yang demikian memayahkan

dan melelahkan ini, tentunya perlu pengorbanan

yang tidak kecil harus kita tunaikan, agar

kesudahan yang baik pula kita dapatkan.

Sekalipun, di tengah upaya yang lurus dan kuat,

sebagaimana Rasul contohkan, tidak jarang

berbagai komentar, olok-olok yang melemahkan

dari lingkungan bermunculan. Demikian pula

halangan diri dari rasa malas, canggung, kikuk dan

lainnya menjadi penghalang keberlanjutan upaya

perbaikan yang berpusat pada ‘diri‘ tersebut.

Seraya memohon petunjuk dan perkenan Allah,

marilah kita semua niatkan dan kita kerahkan

dengan kesungguhan, upaya-upaya perbaikan

‘diri’ dengan meningkatkan amaliah untuk diri dan

lingkungan demi menawar kecenderungan pada

tawaran aktivitas yang bersifat melemahkan

motivasi dan kesungguhan. Tekad dan upaya itu

hendaknya terus kita rawat karena setiap tawaran

dangkal, -- yang menjadi umpan dari nafsu pada

diri, selalu berujung penyesalan yang sulit

pengelolaannya.

Sebab itu konsistensi kita dalam melaksanakan

segala kebajikan dengan sungguh-sungguh kiranya

akan mampu membentengi kita dari tawaran yang

menyesatkan tersebut.

Semoga Allah menguatkan kita semua di jalan-

Nya.

[DS – Digubah dari Tarjamah Riyadus-Shalihin

karya Imam An Nawawi, terjemahan Masrap

Suhaemi, Penerbit Mahkota, Surabaya]

perlu pengorbanan yang

tidak kecil harus kita

tunaikan, agar kesudahan

yang baik pula kita dapatkan

Page 39: Al-Islam Magazine Edisi 3

al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 39

Latihan Tawakal

Setelah mendapatkan teori renang,

maka berikutnya pelatih akan meminta kita

berpakaian renang

kemudian nyebur ke kolam renang

dan berjibaku dengan air.

Dalam kondisi yang takut tenggelam

kita dilatih sedikit demi sedikit untuk terbiasa,

dan akhirnya bisa mengatasi ketakutan,

ujung-ujungnya kita bisa berenang.

Setelah mendapatkan sedikit teori tentang nyetir

mobil,

berikutnya kita dilatih untuk memulai menjalankan

mobil oleh pelatih.

Rasa ketakutan segera berkecamuk dalam diri kita,

khawatir ini dan itu,

Dengan sabar pelatih sedikit demi sedikit melatih

gerak reflek kita

dan perlahan tidak terasa kita bisa mengatasi

ketakutan

dan ujung-ujungnya kita bisa nyetir mobil.

Setelah kita mendapatkan beribu-ribu tausiah

baik di pengajian RT, RW, sampai istana Negara,

begitu pula di TV yang sangat melekat di telinga

kita,

yang tidak lain adalah terusan terusan ajaran

Rasulullah SAW.

Mulailah kita, PARA PENDOA...

setiap hari berdoa, memohon kepadaNya

untuk dijadikan orang yang tawakal kepada Allah.

Berikutnya...

Pelatih dan Pemberi gelar TAWAKAL yaitu ALLAH

memproses terkabulnya doa-doa hambaNya

Bisa jadi prosesnya berupa..

Para pendoa akan dimasukkan dalam situasi yang

rumit,

carut-marut, nggak karuan,

penuh kekhawatiran dan ketakutan

sebagai sebuah proses yang harus dijalani,

sebagai bentuk latihan menuju tawakal.

Dengan berjalannya waktu dan keistiqomahan

pendoa,

atas anugerahNya sedikit demi sedikit rasa takut

hilang,

rasa khawatir hilang, dan oleh Allah diganti

dengan rasa tenang dan nyaman bersamaNya.

Bisa jadi...

Kekurangan materi yang sering terjadi,

Perhitungan-perhitungan pekerjaan yang sering

meleset hasilnya,

Persoalan-persoalan kantor yang tidak kunjung

selesai,

Timbul silih berganti..

Kondisi-kondisi keluarga yang mengkhawatirkan

Padahal ikhtiar sudah dilakukan maksimal .

Adalah sebuah proses yang sengaja dihidangkan

oleh Allah untuk kita,

karena Allah berkenan mengabulkan doa-doa kita.

Allah sedang memproses kita menjadi orang yang

tawakal kepadaNya,

melalui latihan sedikit demi sedikit.

Sehingga kita tetap bisa BERSYUKUR atas kondisi

apapun

[Jon]

Renungan

Page 40: Al-Islam Magazine Edisi 3

“Sunnah bagaikan perahu Nabi

Nuh, siapa yang mengikutinya

dia akan selamat. Dan siapa

yang tertinggal dia akan

binasa.”

Imam Malik bin Anas r.a