aku akan menikah part 1 - 15 (end)

60
"AKU AKAN MENIKAH" By Shopie

Upload: alfi-xoneeldunary

Post on 26-Oct-2015

269 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Kumpulan cerita dari facebook :)semoga menginspirasi

TRANSCRIPT

Page 1: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

"AKU AKAN MENIKAH"

By Shopie

Page 2: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

"AKU AKAN MENIKAH" BAGIAN 1 by Maiya Azyzaa on Sunday, 5 August 2012 at 07:24 ·

Bagian pertama panjang nian

-,"

By Shopie

Palembang, 20 September 2007

Hari ini aku bahagia sekali Dy, seorang lelaki telah melamarku. Ia akan menikahiku 6 hari lagi. Pernikahan akan

berlangsung setelah shalat Jum’at dan disaksikan para jemaah masjid As-Shaff. Setelah itu kami akan langsung terbang

menuju Makkah.

Dy, Umroh adalah Mahar darinya, dan yang lebih mengharukan lagi, ingatkah engkau malam apa itu Dy?, Benar sekali!.

Malam Nuzulul Quran, malam bersejarah bagi umat Islam. Di malam turunnya Al-quran, aku akan menjadi seorang istri.

Dy, impianku akan terwujud. Lelaki itu, sang pemimpinku, dia berjanji akan menghadiahkan surah Ar-Rahman.

Dy, sudahkah aku ceritakan tentang Surah ini?. Belum yah, mungkin aku lupa. Tapi Dy, terakhir aku datang untuk

melihat kakekku, aku berikan hadiah Surah ini, dan ketika beliau wafat, aku duduk di dekatnya sambil kudekap,

kukatakan, apa khabarmu wahai kakekku? Kulihat engkau seperti tidur. Baiklah setelah surah Yaasin, akan kukirim lagi

surah cinta ini, surah yang mengingatkan kita betapa besar nikmat Allah telah diberi. Dy, sambil menangis kubacakan

surahnya. Hanya aku, kakek, Allah dan malaikat yang tahu, betapa aku sangat kehilangannya.

Sudahlah kita lupakan masa lalu yah. Tapi Dy, aku ingat kembali apa permintaannya, permintaan yang belum bisa aku

kabulkan sebelum orangtuaku pergi menunaikan ibadah Haji. Kakek mengatakan didepan bapak, ibu, dan kakakku.

Setelah orang tuaku berhaji, Kakek akan datang lagi dan menginap dirumah kami untuk menghadiri pernikahanku. Saat

itu aku hanya tersenyum, dan menjawab InsyaAllah dalam hati.

Aku yakin Khabar ini telah sampai kepadanya, dan ia turut bahagia di alam sana. Dy, di bulan Ramadhan ini apalagi

kebahagiaan yang dapat kuungkapkan selain sujud syukurku kepada Allah. Pertama hari lahirku bertepatan dengan

awal Ramadhan dan sekarang aku seakan terbang ke langit ketujuh.

Dy, ternyata Allah tidak pernah mengingkari janjiNya. Ia benar-benar memberikan lelaki yang terbaik, bukan terbaik

atas permintaanku tapi terbaik dari pilihanNya.

Dy, doakan yah semoga ini bukan mimpi. Sebentar lagi aku akan menyambut kebahagiaan terbesar dalam hidup

seorang gadis. Dy masih ingatkan dengan doaku waktu itu, engkau yang menemaniku. Ku tulis dalam lembarmu, doa

suciku. Dy akan kutulis lagi agar aku tak lupa. Boleh yah. Terimakasih sahabatku.

Di Penghujung Hijriah

Apa yang kau rindukan di penghujung hijriah ini?

"Semua orang pasti akan berharap menjadi lebih baik ^_^"

Begitu juga aku, dan tahukah engkau yang sangat kurindu ^_^

Kupinang engkau dengan Alquran

Kokoh dan suci ikatan cinta

Kutambatkan hati penuh marhamah

Arungi bersama samudra dunia

Jika terhempas di lautan duka

Tegar dan sabarlah tawakal pada-Nya

Jika berlayar di sukacita

Ingatlah tuk selalu syukur pada-Nya

Hadapi gelombang ujian...sabarlah, tegar, tawakal...

Arungi samudra kehidupan...ingatlah syukur pada-Nya

"Allah jika aku masih memiliki waktu

Ku ingin mengenapkan dienku dengan kebaikan ini

Allah jika belum pantas jagalah hati ini

Agar tidak tergelincir

Allah jika belahan jiwaku telah datang

Ikhlaskan hati ini untuk menerimanya

Page 3: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Dengan segala kebaikan, kelebihan dan kekurangan darinya”

"Allah bila hati merindu

Maka labuhkan hati ini padaMu

Allah jika hati bimbang

Kuatkan agar langkahku tak goyah

Allah jika samudra begitu luas

Maka layarkan hati ini pada perindu cintaMU”

.:: Senandung di ujung hijriah ::.

Aduh Dy, jika aku ingat tulisanku dulu jadi malu, bayangkan di blog ini aku telah melakukan tindakan besar

yang tidak pernah bisa aku lupakan. Disinilah aku membuka diriku, apa adanya. Apapun kata orang aku akan tetap

menulis, walau cuma tulisan biasa, puisi sederhana yang mungkin sebenarnya tak pantas disebut puisi mungkin hanya

ungkapan hati.

Dy, akan kuperkenalkan engkau dengan lelaki itu. Ia adalah muridku. Namanya Muhammad Hanif Akbar, kami

hanya pernah bertemu sekali tetapi ternyata ia tidak pernah melupakan aku.

“Kenapa?”

“Apa, Kau bilang apa Dy?”

“Dia tidak pernah melupakan aku karena jatuh cinta padaku?”

Oh bukan Dy, ia tidak mengatakan cinta dalam suratnya eh dalam emailnya. Duuh Dy, aku kok lupa. Email kan sama

saja dengan surat. Hehehe. Instruktur komputer kok bego hehehe, udah ah boleh dong error sedikit. O’iya tadi aku

belum sampaikan isi emailnya. Baca ya Dy,

To : [email protected]

From : “Hanif” < [email protected] >

Date : Thu, 20 Sep 2007 03:00:03

Subject : Assalamualaikum Wr.Wb

Apa khabar Ibu Sophie?.

Semoga Allah selalu memberi keberkahanNya untuk kita semua, Allahuma Amin.

Sebelumnya maafkan saya yang tiba-tiba menulis surat kepada anda.

Langsung saja, saya berniat untuk menjalin ikatan yang suci dengan anda.

Ini bukan sebuah lelucon, tapi kebenaran.

Saya telah beristikharah kepada Allah, dan Allah telah memilih Anda untuk menjadi pendamping hidup saya.

Saya berikan waktu 2 hari untuk istikharah. Silahkan reply email saya di Sepertiga Malam. Disini saya Attach Biodata,

Goal Setting 10 Tahun, Foto dan Mahar.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jepang, 20 September 2007

Muhammad Hanif Akbar

Dy, engkau masih disitu? Kenapa? Gila!!!. Yah aku pikir ini email benar-benar gila. Aku tidak mengenal orang ini, tiba-

tiba mengatakan akan menjalin ikatan suci denganku. Mimpi kali ye, hehehe.

Tapi Dy, aku penasaran dengan isi attachment mailnya. Aku fikir tak ada salahnya, sapa tahu isinya lelucon yang lebih

gila. akhirnya aku coba mendownload 4 filenya. Pertama yang aku download biodatanya, tapi belum aku lihat, aku

lanjut lagi mendownload goal setting 10 tahunnya. Terus kulanjutkan mengambil file fotonya dan mahar, aku tidak tahu

apa maksudnya dengan mahar. Memangnya mahar bisa di attach. Dasar sableng!.

Dari semua filenya, aku membuka…loh kok gelap, Yah mati lampu Dy. Aku kesal, Mana filenya tadi di save di

desktop. Kalau sudah begini, hilanglah filenya karena aku menggunakan system deepreeze. Tak ada file yang akan

tersimpan dalam system C atau sistem komputernya. Aduuuh, aku menyesali kebodohanku. Dalam hati masih

ngedumel, lagi ngak musim mati lampu eh tiba-tiba mati lampu. Sabar ucapku, mungkin ini cobaan. Tapi Dy, sampai

pagi ternyata listrik di rumah nggak hidup juga. Temennya bawang “CABE DECH”.

***

Aku bersiap ke kantor masih dengan perasaan kesal. Sangat kesal dan penasaran. Sudah sepuluh menit aku

menunggu Uwak Kandar, tapi belum kelihatan. Oh Mr. Ojek kemanakah engkau, aku bisa terlambat, ucapku. Akhirnya

Dy, aku pergi naik angkot dan bisa kau tebak?. Well, aku terlambat. Bagus sekali, sekarang point keterlambatanku

bertambah lagi, siap-siap kena marah bos.

Tapi hore, hip-hip hore. Wah kalau ada pemandu sorak, aku ikut menari bersamanya. Ups!, nggak boleh yah.

Tahu nggak Dy, ternyata listrik di kantor juga mati. Selamat ucapku, secepatnya aku ke ruang akademik, ituloh tempat

nongkrongnya Vivi yang suka latah sama “Nyebelin” eh Lindia maksudku. Dy, Lindia kok ku panggil “Nyebelin”, itu

Page 4: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

karena dia punya id YM susah disebut “blve_fvn”. Tapi nggak boleh yah, seharusnya kita memanggil nama dengan

indah, karena nama adalah doa.

Sukses, absen manual sudah di isi. Sambil duduk ku lihat di ruang karyawan, penuh oleh staf. kami menyebut ruang ini

dengan aquarium, karena letaknya ditengah-tengah ruang dan dikelilingi kaca. Asyik sekali sepertinya obrolan mereka,

maklum kalau para pria telah berkumpul apalagi yang dibicarakan kalau bukan persiapan tuk futsal malam minggu

nanti.

Dari arah tangga kulihat mbak Alin, salah satu rekan kerja dan sobat terbaikku sedang berjalan cepat, “wah

ternyata terlambat juga”, fikirku. Mungkin kecapean memikirkan persiapan walimahnya bulan depan, insyaAllah setelah

lebaran.

“Fie, rumahmu mati lampu nggak?”

“Di tempatku mati, di Palcom juga. Kok bisa mati total yah?”.Ucapnya setelah mengisi absensi.

Jawabku “Ya iyalah, gimana ngak mati total. Tadi aku baru dapat sms dari Yuni “For Sister”, temanku yang bapaknya

kerja di PLN, katanya terjadi kerusakan di PLN Pusat, dan gardu induk dekat pembangunan fly over konslet. Makanya

listrik padam. Semoga saja bisa cepat diperbaiki”.

“Ya udah yuk turun”, kataku.

“Kita kasih tahu dulu siswa untuk menunggu 30 menit, kalau listrik belum nyala juga, kita ganti di lain hari”.

Maka kami berduapun turun. Mbak Alin ke lantai 3, aku ke lantai 2. Dan ternyata para security dan OB telah menutup

semua kelas, jadilah koridor penuh sesak siswa yang masih menunggu.

Setelah bertemu siswa, aku pergi ke ruang shalat. Ternyata disinipun ramai, siswa putri duduk sambil

mengobrol, ada yang sms, dan bertelepon.

Salah seorang diantaranya menyapaku, cuma basa basi. Tapi aku duduk didekatnya. Ku tanya bagaimana

laporan akhirnya, dia jawab belum selesai. Akhirnya aku sandarkan tubuhku di dinding, kucoba pejamkan mata.

Aku baru ingat, setelah salah satu siswa menyebut kata email. kembali aku teringat dengan email “Lamaran”,

huhuhu. Aku tersenyum geli, bila mengingat lagi isinya. Dasar orang kurang kerjaan. Tapi diam-diam, aku suka juga.

Duee Grr hehehe. Waduh aku jadi malu nih. Dari pada mikir yang nggak-nggak segera aku berwudhu dan shalat

dhuha, kebetulan kulihat ada beberapa siswa sedang shalat dan ada juga yang tilawah.

***

Akhirnya ba’da Ashar listrik hidup, dan innalillahi. Server error, semua staf EDP bergerak cepat, jika tidak semua

data akan hilang. Kami hanya bisa berdoa, terutama aku. Aku berharap email kantor tidak apa-apa. Bagaimana bila

error, semua surat akan hilang dan yang terpenting sekarang adalah Email “Lamaran” untukku, jangan sampai hilang.

Pak Alam, bos EDP telah berusaha, tapi baru 30% data yang di cek. sampai berbuka kami terus

mensupportnya. Shalat maghrib kali ini terasa begitu nikmat, kami berjamaah dan berdoa dengan khusyuk berharap

Allah masih mau membantu kami.

Tepat pukul 19.00, aku selesai mengajar dan kakakku telah menunggu dengan setia diatas RX Kingnya. Ah

kapan aku bisa mengajakmu shalat bersama kak?. Ingin sekali rasanya aku melihatmu berada dalam masjid, seperti

dulu ketika kita kecil, kau dulu sering bermain di langgar sebelah rumah, adzan, takbiran di malam lebaran, memukul

bedug bersama teman-temanmu. Tapi seperti kata ustad, shalat adalah kesadaran, kita hanya bisa mengingatkan.

Semua kembali pada dirinya sendiri. Jika ingin berubah, insyaAllah pasti Allah akan membantunya. Jangan berhenti

mendoakannya. Terus berikan contoh semoga Allah berkenan membuka hatinya. Samapai saat ini kakakku masih

bolong-bolong shalatnya.

***

Langit malam masih kelam, kuintip sebentar dari balik jendela. Barisan daun katu masih berjajar dengan rapi,

terlihat beberapa helai daun yang menguning.

Setelah shalat Isya dan Tarawih sendirian dikamarku, aku ah kembali keraguan itu tiba, akankah kunyalakan

komputer atau ah, lagi-lagi aku resah. Akhirnya kurebahkan tubuh yang lelah ini di temapt tidurku. Berusaha ku pejam

mata ini tapi tak mau juga. Ku bolak balikkan tubuh tapi tak kunjung nyaman kurasa.

Akhirnya ku ambil handphoneku dan kulihat jam yang tertera disana. 22:20 menit, hampir setengah sebelas

malam. Dan aku masih gelisah. Aku baru teringat tadi siang, Erly staf baru keuangan, teman baruku meminjamkan

buku yang dulu pernah kudengar bahwa buku itu bagus sekali ceritanya. Buku “Diorama sepasang AlBanna”, aku

segera membuka tas hitamku yang sudah lusuh.

Lumayan tebal, tapi tidak setebal Ayat-Ayat Cinta. Ku baca sinopsisnya, belum menantang. Dari Erly sedikit

diceritakannya tentang perjalanan hidup seorang ikhwan dan akhwat sampai mereka menikah dan perjalanan mereka

itu yang sungguh sangat mengharukan.

Dalam hatiku, boleh juga bukunya. Apalagi ada tulisan bahwa novel ini adalah karya terbaik kedua dalam

sayembara menulis novel remaja Islami Mizan 2002. Yang lebih membuatku kagum dua nama yang menjadikan buku

ini patut di perhitungkan, dua penulis favoritku, mbak Helvy dan mas Gola Gong.

Page 5: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Dua nama yang kukenal setelah Dosenku menghadiahkan novel duet mereka dalam Nyanyian Sunyi sebagai

hadiah atas Hijrahku.

Tak terasa aku terus membaca dan berkali-kali air mata ini menetes. Tokoh Rani sangat menyentuh hatiku,

dan gaya sang lelaki sangat nyata bagiku. Bila Rani menyusun kepingan Puzzle dunia dakwah, maka aku menyusun

kepingan puzzle titik akhir perjalananku.

Pada halaman 58, aku menemukan kata-kata indah “Aku hanyalah sepotong kayu yang rapuh, terombang-

ambing disungai deras. Tak juga bertemu muara, agar bisa mengapung tenang dilautan luas. Karena di tengah jalan

aku terhempas oleh sebatang pohon yang melintang di tengah sungai. Aku hancur berkeping-keping…”

Duhai mbak Ari, jika Allah berkenan mempertemukan kita. Alangkah banyak yang akan aku ucapkan. Maha

Suci Allah yang telah memberikan kata-kata indah dalam tulisanmu. Ketika rasa itu hadir, akupun terkadang tak kuasa.

Hanya Allah yang tahu.

Ketika engkau menulis tentang wanita, aku begitu terpesona. Sepertinya engkau berbicara padaku, engkau

mengambarkan kepribadianku. Wanita ini yang selalu berkutat dengan ilmu, berada diluar istananya, membagi ilmu

berharap akan lahir manusia-manusia yang nanti bisa lebih beradap.

Tapi wanita ini, lemah dalam berdandan, lemah dalam memasak, tugas utamanya bukan ia lupakan, tapi ia

belum punya waktu untuk memulainya. Bila ada tak ada yang menemani, ia tak berani bertindak sendiri. Karna ia hidup

bukan dirumah sendiri. Terlalu banyak mata, mulut dan ah, malas aku membahasnya, bagi mereka seberapapun

dewasanya aku, aku tetaplah anak kecil. Biarlah mereka yang mengerjakan semuanya. Aku hanya berkerja dan

hiduplah dengan duniaku.

Tapi ibu, mbakku, tanteku. Betapa aku merindu saat-saat ini, untuk memotong daging, membersihkan ikan

saja aku tak tahu. Bagaimana nanti bila berumah tangga? Haruskah aku membeli lauk melulu? Bisa bangkrut aku. Apa

kata suamiku nanti. Arggggh. Mataku lelah setelah berkali-kali berlinang air mata.

***

AlBanna, sang pembangun. Nama yang tak asing. Walau aku bukan aktivis dakwah yang baik. akhwat futur,

akhwat tak jelas Mrnya, akhwat yang belum ngaji-ngaji sampai sekarang. Tapi aku tetap loyal. Dakwah selama di

kampus cukup menyedot memori otakku. Tapi bukan itu saja, seseorang dengan nama inipun telah berhasil

membuatku lemas tak berdaya, setelah virus bersarang tepat di jantungku. Menambah kekotoran dalam hati. Tapi aku

telah berhasil sedikit-sedikit mengikis lumut yang menutupi hatiku.

Jika dia jodohku, Allah pasti akan memberinya, jika tidak akan ada yang lain. Masih banyak mujahid bertebaran

di bumi Allah ini. Seperti beberapa hari yang lalu saat aku hadir dalam acara partai yang kudukung, walau aku tak suka

politik. Tapi semoga sedikit demi sedikit nanti aku bisa berjuang bersamanya.

Allah, maafkan aku. Bukannya aku cuci mata, tapi memang banyak ikhwan disana, aduh aku lupa menjaga pandangan.

Astaghfirullahal Adzim. Tapi bolehkan Allah, aku melihat saja. Siapa tahu soulmateku lagi berdiri disana dengan baju

koko, atau jangan-jangan yang sedang memakai baju kepanduan.

Halah, apa sih yang sedang aku fikirkan ini. Duh hati yang buat aku semakin malu. Malu pada Allah, dan malu pada

bidadari yang turun ke bumi, yang dengan setia telah mempersiapkan jiwanya lahir dan bathin untuk menegakkan

Islam, dan mencetak generasi Rabbani.

***

“Dek, dek!”.

Kudengar suara kakakku sambil pintu kamarku diketuk.

“iya, sebentar lagi kusiapkan makanan untuk sahur”. Tapi kali ini kakakku bilang “Dek, dah jam 4 lewat nih, cepetan

ntar lagi imsak”.

“Apa?”, secepatnya aku bangun dan membuka pintu sambil kulihat jam di dinding. Ya ampun, kesiangan nih.

Akhirnya kami makan dengan lauk dingin, air putih. Alhamdulillah. Syukur dipanjatkan, masih bisa sahur.

Bayangkan dengan orang yang berpuasa tanpa sahur. Wah tak dapat ku bayangkan.

Jadi ingin mendengar murattal Ar-Rahman. Segera ku hidupkan komputer dan aku memutarnya di Winamp.

Tanpa sadar aku menghidupkan modem dan mulai melakukan koneksi internet. Beberapa detik kemudian aku

sudah online. Dan aku sign in ymku. Ada offline message, beberapa teman mengirimkan Hadist dan ayat Alquran untuk

renungan. Dan kulihat ada informasi message mail. Langsung aku klik dan tidak beberapa lama terbuka mail yahooku.

Well beberapa posting milis masuk, wah ini bukan beberapa lagi kalau sudah 49 message. Setelah ku cermati

subjectnya, hanya posting biasa. Maka aku klik sender dan beberapa email penting ku klik agar tak terhapus. Sampai

mataku tertuju pada satu email, aha from [email protected]. Ternyata, ia memforward emailku di yahoo juga. Segera

ku klik, ku batalkan mendelete surat. Dan semua file berhasil ku download. Alhamdulillah.

***

Page 6: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Sayang adzan Subuh, menghentikan segala kegiatanku. Lama aku berdoa, memohon pada Allah agar aku diberi

kekuatan. Umat Islam juga, aku berdoa untuk keluarga, almarhum kakek dan nenek. Serta ku doakan seluruh saudara

yang terkena musibah akan di balas Allah dengan nikmat tiada tara.

Kulirik Quranku, kuambil sambil seperti biasa aku ajak Allah berdialog. “Allah kali ini Engkau akan berkata

apa?”. Baiklah Bismillah kupejam mataku dan jemari tanganku mulai menari mencari tempat yang pas dan nyaman.

Perlahan kubuka mataku dan kudapati Surat Al-Mukminun, bersanding dengan Surah An-Nur.

“Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu, tetapi kamu selalu mendustakannya?” (Al-Mukminun:105).

“Sungguh ada segolongan dari hamba-hambaKu berdoa “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami

dan berilah kami rahmat, Engkau adalah pemberi rahmat yang terbaik” (Al-Mukminun:109).

Berkali-kali kubaca lagi dan dari semua ayat, Al-Mukminun 105 dan 109 lebih aku resapi.

Setelah tilawah, walau mengajiku tidak bagus, walau sampai sekarang surah Al-Baqarah belum selesai kubaca,

setidaknya aku telah berusaha, semoga Allah membalasnya kelak. Aku ingat mbak Diana, teman mayaku pernah

mengirim hadist, kita akan mendapat syafaat dari tilawah, dan satunya ah aku lupa. Nantilah jika aku online akan

kuminta ia mengirim kembali.

Aku kembali menatap monitor komputerku. Ada rasa aneh menjalar dalam tubuhku, aku arahkan mouse untuk

melihat…ah yang mana dulu nih. Tapi mouse telah mengklik file mahar, dan disana terlihat sebuah tiket berisi

perjalanan umroh ke Makkah, 16 Ramadhan. Dan ada lagi tulisannya “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang

kamu dustakan?”.

Sebuah catatan kecil terselip “Alangkah indah andai aku bisa menghadiahkan Surah Ar-Rahman untuk Istriku di

Tanah Suci”.

Ya Allah, bukankah ini yang kuinginkan, bila aku menikah aku ingin suamiku membacakannya.

Airmataku tak terasa telah menetes dan aku tak kuasa untuk membacanya lagi. Entah berapa lama, aku baru

bisa membuka mataku lagi. Setelah aku membuka memori lama tentang kisah surat Ar-Rahman.

Allah bisik hatiku, izinkan aku melihat wajahnya. kubuka file berisi fotonya. Dan kudapati seraut wajah, aku

terdiam.

Bagaimana mungkin? Bukankah wajah ini adalah wajah yang selalu hadir memberi postingan di setiap

tulisanku. Yang isinya tak lebih dan kurang berisi tausiyah. aku juga sering mengunjungi blognya, untuk menambah

energi tuk ruhiyahku. Wajahnya sebenarnya tak terlihat hanya sebuah gambar langit fajar dan satu bintang bersinar.

Dalam profilenya sudah pernah kulihat, ia seorang suami dan memiliki 2 orang anak. Dari semua kumpulan fotonya

hanya berisi kaligrafi, masjid, dan 2 orang remaja putri berjilbab. Aku perkirakan usia mereka 15 dan 10 tahun.

Ya Allah, ucapku dalam hati. Bagaimana mungkin. Aku memang mendukung poligami, tapi aku belum bisa

ikhlas. Apalagi harus menjadi istri kedua. Tubuhku sudah lemas duluan.

Aku kembali mengklik file dan membaca biodata dirinya.

Biodata

Nama : Muhammad Hanif Akbar

Agama : Islam

TTL : Palembang, 31 Desember 1977

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Dokter

Hobi : Baca buku, Mendengar nasyid, Travelling

Alamat :

Jepang, segera berakhir 2 hari lagi (Tapi aku akan mengajak calon istriku berkunjung kesini dan melihat salju,

InsyaAllah)

Indonesia, Palembang. Jl. D.I Panjaitan No.505, Bagus kuning Plaju (Rumah Orang Tua)

Sedang disiapkan sebuah istana mungil untuk istri dan anakku, rumah limas kebanggan wong Palembang.

Tempat Berdakwah : Rumah Sakit Umum M. Husin Palembang dan Rumah Sakit Islam Internasional Palembang

(segera).

Keinginan : Membahagiakan seorang wanita, menjadi pemimpinnya dan menjadi teladan bagi anak-anak.

Terakhir :

Saya ingin bercerita tentang pertemuan kita.

Ibu Sophie, saya adalah salah satu murid di kursus Expressmu. Dulu engkau mengajarkan internet kepadaku dan

teman-teman. Mungkin engkau sudah lupa. Tapi dari engkau, saya bisa berada di belahan bumi Allah yang lain,

mensyukuri segala nikmat yang telah diberiNya.

Ibu Sophie, Demi Allah, aku tak pernah menyimpan sesuatu yang tak halal dalam hatiku.

Hanya Allah yang telah memberi jalan. Mengenai blog, saya hanya menjalin ukhuwah karena kita satu daerah. Tapi

selama ini saya tidak pernah memikirkan suatu rasa apapun terhadap ukhti.

Page 7: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Sampai suatu ketika, ketika hati merindu menikah. Saya beristikharah dan pada satu malam saya melihat wajahmu,

bukan wajah dalam blog. Tapi wajah wanita yang sedang mengajar, dan kudapati seraut wajah itu berusaha

menyampaikan tujuan hidupnya, tiba-tiba aku terbangun. Maaf dalam setengah sadarku terucap namamu.

Bila engkau berkenan, silahkan melihat foto dibawah ini. Tidak ada manusia yang sempurna.

***

Aku masih terpana dengan semua yang telah ditulisnya. Rasanya bumi tidak kupijak lagi. Semua yang ditulisnya adalah

impianku. Dia telah mengambil seluruh isi hatiku. Kutatap wajah itu, biasa saja. Mata teduh, hidung agak mancung,

rambut agak bergelombang, bibir yang tipis dan tanpa senyuman, tapi terlihat cool. kulihat jenggot terhias didagunya.

Tapi sayang aku tak bisa jadi istri keduanya.

Satu filenya belum sempat aku buka, karena aku harus bersiap untuk kerja. Segera kumatikan komputer, dan

berusaha menenangkan diriku. Masih ada satu malam sebelum aku mengatakan isi hatiku, aku masih bisa istikharah,

ucapku. Walau dalam hati aku telah condong untuk melupakannya. Bagaimana mungkin aku sanggup menjadi wanita

kedua.

Page 8: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

"AKU AKAN MENIKAH" BAGIAN 2

By Shopie

Palembang, 21 September 2007

Pagi ini aku banyak berzikir, diatas motor aku memandang kosong. Debu berterbangan tak kuhiraukan, sang

fajar dan bintang tak kutatap kali ini. matahari pagi inipun tak kusapa.

Aku melangkah memasuki area kantor, begitu pintu kubuka aku di sambut senyum Wiza, salah satu CSO kami.

Akupun menumpang absen ngajar dari komputernya.

Aku langsung menuju ke lantai 2. Baru beberapa langkah, seseorang memanggilku. Rupanya mbak Atin, kepala

pendidikan. Ia bertanya padaku, sofi ada kelas yah? Dan kujawab iya. Tapi di jawab lagi, bukannya hari ini semua kelas

diliburkan, kan sistem belum normal.

Ya ampun, sofi lupa mbak, jawabku. Nggak papa katanya, nanti sewaktu cekout ngajar bilang aja lupa. Ok

deh, mbak keatas yah.

Ok, makasih. Mbak jawabku.

Akhirnya aku tidak jadi ke atas, kebetulan ada 2 kelas di lantai 1 ini yang di buka. Maka aku kesana, membuka

worksheet dan cekout mengajar. Percuma juga aku disini, internet tidak konek. Tiba-tiba, aku ingin bersilaturahmi dan

curhat dengan Mrku mbak Sari. Aku coba sms beliau, dan Alhamdulillah ia ada dan akan menunggu kedatanganku. Aku

segera ke atas, shalat dhuha dahulu kemudian langsung pergi ke rumahnya.

Dari depan kantor, aku menyetop sebuah biskota jurusan Perumnas. Jam 9 pagi ini cuaca cukup panas,

matahari bersinar dengan garang. Bus melaju dengan cepat, yang kusayangkan, padahal bulan Ramadhan tapi house

music masih setia menemani dengan suara yang berisik.

Suasana di simpang Polda benar-benar semrawut. Pembangunan Fly Over membuat macet jalan utama kota

Palembang ini.

Setelah hampir 1 jam aku berada di biskota, akhirnya sampai juga di terminal. Aku langsung melangkah

menuju rumah mbak Sari.

Alamat baru yang diberikannya cukup membuatku bingung, karena aku memang tidak begitu mengenal daerah

di sini. Tapi akhirnya aku bisa menemukan rumahnya.

Kuketuk pintu rumahnya, sambil mengucapkan salam. Tidak berapa lama aku disambut oleh putrinya, Naila.

Lama tak jumpa, si kecil sudah semakin besar dan cantik. Kemudian mbak Sari keluar sambil mempersilahkan aku

masuk.

Kami bersalaman dan berpelukkan rindu.

Apa khabarmu dek?

Lama sekali tidak silaturahmi, hayoo katanya mau datang ikut ngaji, tapi ditunggu-tunggu ngak ada. Iftor dan

merayakan miladnya batal deh.

Aku masih menatapnya sambil tersenyum malu. Aku masih saja mengecewakannya. Aku masih ingat dengan

pesannya, ketika ia menyinggung tentang kehadiran. Baginya ketidak hadiran kami tidak masalah, ia tidak rugi, yang

memerlukan penguatan ruhiyah itu siapa? Dan yang sangat disesalkannya adalah dengan ketidakhadiran kita apalagi

Page 9: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

sama sekali tidak ada khabar akan menjadi beban fikiran orang lain. Menyusahkan orang lain yang sebenarnya adalah

saudaranya sendiri. Tempat ia berbagi suka dan duka.

Maafkan aku mbak, aku masih egois dan tidak memikirkan kalian. Lingkaran bidadari yang dikelilingi malaikat.

Kemudian, mbak Sari langsung menembakku, maksudku langsung to the point menanyakan kedatanganku, ia

berkata ini bukan silaturahmi biasa kan?. Dan aku mengangguk lemah. Ia masih setia menunggu ceritaku.

Aku mulai berkisah tentang hal yang telah membuatku resah dan gelisah. Sesekali kulihat bina matanya,

apalagi ketika kukatakan dipinang dengan mahar umroh dan surah Ar-Rahman. Berkali-kali ia bertasbih.

Sampai akhir ceritaku, ia masih setia mendengar. Aku bercerita sambil menunduk. Saat ku tatap, kulihat

airmatanya. Kemudian ia menarik nafas dalam dan bersiap memberikan masukan untukku, tapi lama ku tunggu. Ia

malah diam. Tiba-tiba suaranya mengagetkan aku, karena saat itu aku jadi melamun.

Ia berkata, dek alangkah beruntungnya engkau. Tapi karena kita belum mengenalnya, alangkah baiknya bila

kita mengetahui keluarganya. Bukankah ia telah memberi alamat orang tuanya. Kebetulan mbak ngak ada acara hari

ini, kita bisa kesana.

Benar juga kata-kata mbak Sari, kenapa tidak mencari tahu dulu tentang dirinya secara langsung dari

keluarganya.

Mbak Sari kemudian bertanya, Tahun berapa ia lahir? Tahun 77 jawabku. Berarti usianya sekitar 30, kau bilang

dua orang anaknya usianya sekitar 15 dan 10 tahun. Rasanya tidak rasional ia memiliki anak dalam usia 15 tahun. Dan

yang membingungkan mbak, tadi sofi katakan, ia merindu untuk menikah. Dan di blognya ia telah menikah. Rasanya ini

juga tidak masuk akal, untuk orang yang telah menikah, berkata ia merindu untuk menikah. Mungkinkah ia membuat

data dalam blog fiktif untuk menjaga diri dan Izzahnya.

Subhanallah, tidak terfikirkan olehku mbak, jawabku kemudian.

Mbak sari melanjutkan lagi, kalau masih ragu dengan pekerjaannya kita bisa cek ke rumah sakit dulu mengenai

dirinya. Setelah itu kita ke rumah orangtuanya.

Kali ini aku benar-benar beryukur, dan tiba-tiba bunga dalam hatiku bermekaran kembali. Jadi tidak akan ada

poligami. Alhamdulillah, ucapku dalam hati.

Tapi aku tidak menyangka, mbak Sari bisa membaca pikiranku. Ia mengatakan sesuatu yang ingin kuhindari

sebenarnya.

Sekarang wajahnya sangat serius, dan aku sudah paham betul, jika ia sudah memasang wajah ini akan ada

kata-kata penting yang harus disampaikan.

Sofi, masih ingat dengan materi yang pernah mbak sampaikan. Kenapa dek? Kamu masih belum bisa

memahami poligami?. Bukankah kita sudah mendiskusikannya waktu itu dan kalian telah sepakat untuk menerimanya

berdasarkan ilmu yang telah kita dapatkan.

Dek, kemuliaan dunia ataukah akherat yang engkau inginkan. Bukankah kalian ingin menjadi bidadari dunia,

bukankah kalian ingin menjadi pewaris surga, dan bukankah semua yang didunia ini adalah titipan.

Kita menikah karena untuk tujuan mulia, bukankah kita menikah untuk mendapat RahmatNya, mencapai

derajat Taqwa. Kita menikah karena ingin berada disisi Allah, suami adalah titipan, anak adalah titipan, agar kehidupan

terasa indah Allah beri kasih dan sayang dengan istilah cinta. Tapi kita tidak boleh terlena, jika tidak maka kemuliaan

akan tercabut. Yang hadir adalah angkara murka, keegoisan, kehancuran.

Bukankah engkau sudah tahu berapa banyak yang sedang menanti kemuliaan ini, menikah impian setiap wanita.

Menikah dan mendapat suami yang menjadi pemimpin dan jalan menuju surga.

Page 10: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Yang cantik, yang jelek, yang muda dan tua semua kadarnya sama. Sama-sama menanti. Kita akan menjadi

mujahid, sebaik-baik Umat, bila kita bisa ikhlas, ihsan dan berfikir untuk kemashalatan umat.

Bukankah hanya Allah yang tahu balasan apa untuk kita. Kita memang makhluk sosial, fitnah dan prasangka

dan salah faham pasti ada, tapi bukan untuk mematahkan tapi menjadi cambuk untuk menguatkan kita, bila tidak ada

yang memberi contoh yang benar, siapa lagi yang akan memperjuangkan kebenaran itu.

Berharaplah Allah menjadikan kita umat yang terbaik, agar ampunan dan rahmatNya bisa kita dapatkan. Bila

tidak, alangkah mudah bagi Allah untuk menciptakan peradapan baru dengan makhluk yang kuat imannya. Bukankah

itu hal mudah bagiNYa.

Alangkah meruginya kita, sampai masa kebangkitan sungguh kita pasti akan merugi.

Mbak tidak pernah memaksa kalian untuk menerima, tapi meminta kalian memahami hal ini. Wanita memang

peka dengan perasaan tetapi Allah, Alquran, Alhadist, dan orang-orang beriman akan selalu bersama kita selama kita

berusaha meyakininya.

Cobalah difikirkan kembali, semoga Allah akan bersamamu selalu adikku.

Aku hanya bisa menangis, tapi aku akan berusaha mbak, semoga Allah menjadikan aku termasuk orang yang

beriman.

Tak terasa, hampir memasuki waktu dzuhur. Aku lupa ini hari jumat. Kami beristirahat sejenak. Setelah

memasuki waktu dzuhur, kami shalat berjamaah.

***

Sesuai rencana, kami akan mencoba datang ke rumah sakit umum. Kebetulan mbak Sari memiliki banyak

kenalan disana.

Aku berkali-kali mengucapkan terima kasih padanya, padahal ia sedang mengandung 4 bulan, dan si kecil Naila

jadi ikut terepotkan olehku.

Tapi yang membuatku bertambah kagum padanya, setelah shalat dzuhur tadi. Ia menceritakan sesuatu yang

tidak kusangka. Katanya setelah lebaran, suaminya Akhi Firdaus, akan menikahi seorang akhwat. Subhanallah,

alangkah kuatnya ia dan sungguh mulia, dari awal aku mengenalnya aku sudah tahu ia termasuk wanita yang mulia,

kepribadiannya sungguh menjadi teladan.

Semoga aku bisa sepertimu mbak. Dalam perjalanan, Naila tertidur di pangkuannya, padahal ia sedang

mengandung. Subhanallah.

***

Kami segera turun dan menemui sahabat mbak Sari, ternyata sahabatnya telah mencari tahu tentang Hanif, dia

membenarkan bahwa akan ada dokter yang bertugas disini, yang telah study di Jepang. Dan benar namanya adalah

Muhammad Hanif Akbar.

Darinya juga kami tahu bahwa Hanif adalah siswa terbaik kedokteran Unsri yang mendapat beasiswa

melanjutkan study ke luar negeri.

Karena beliau telah banyak memberikan informasi, maka atas izinku, mbak Sari menceritakan kisahku. Dan

dokter Indri terkejut dan sama seperti mbak Sari sewaktu kuceritakan kisahku, tak kuasa menahan airmata dan

bertasbih.

Ah, alangkah indahnya ukhuwah ini, begitu lembut hati mereka. Allah pasti selalu bersama mereka.

Kuperhatikan dokter Indri tak jauh berbeda dengan mbak Sari, gaya bicara, berpakaian, jilbab lebar dan sempat kulihat

ada cincin melingkar dijarinya, ah telah menikah juga rupanya.

Tiba-tiba dokter Indri berkata “ aku ingat, disini ada Amran. Ia satu angkatan dengan Hanif. Mungkin kita bisa

mencari tahu tentang Hanif.

Page 11: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Maka kami segera ke paviliun musi elok, karena Amran bertugas disana.

Karena ia masih memeriksa pasien, kami menunggu di depan suster jaga. Tak lama kemudian Amran dan seorang

suster terlihat berjalan dan dokter Indri segera memanggilnya.

Karena dokter Indri adalah senior, Amran bisa mengenalinya. Setelah berbasa basi sebentar, dokter Indri

mengatakan ingin menanyakan tentang Hanif. Dan dokter Amran mengajak kami ke Mushalla yang tidak jauh dari

paviliun.

Akhirnya Amran juga diberitahu mengenai hal ini. Alhamdulillah dari sepengetahuan Amran, Hanif termasuk

aktifis yang cukup aktif. Kepribadiannya dan tingkah lakunya baik. Kalau tidak begitu bagaimana mungkin ia bisa

menjadi mahasiswa terbaik. Dan yang tidak dilupakan mbak Sari, tentang status Hanif. Menurut Amran, Hanif belum

menikah. Tapi ia juga tidak tahu pasti selama Hanif di luar negeri. Tapi rasa-rasanya belum mbak, jawab Amran.

Kulihat mbak Sari begitu bersemangat, kalau kalian tanya aku. Hehehe, jadi malu. Aku seribu kali lebih

bersemangat.

Kemudian kami pamit, untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah orang tua Hanif. Kali ini aku benar-benar malu,

berkali-kali wajahku bersemu merah. Mbak Sari mengodaku.

Ternyata mencari rumah keluarga Hanif tidaklah sulit, semua mengenal orang tuanya. Ayahnya bernama K.H.

Abidin Hanif, Ibunya bernama Hj. Aminah.

Mereka memiliki biro perjalanan Haji dan Umroh Al-Islam.

Begitu sampai di depan rumahnya, kami sambut beberapa wanita. Sungguh kami tidak menyangka, keluarga

sepertinya sudah memperkirakan akan ada yang datang untuk menanyakan dan meminta penjelasan dari perkara ini.

Tidak berapa lama K.H Abidin Hanif menemui kami, beserta istri dan yang membuatku takjub, dua wajah yang

kukenal lewat blog, akhirnya bisa kutatap langsung.

Kami saling bersalaman dengan ibu dan dua orang anak Hanif, sampai saat ini aku meyakini mereka adalah

anak Hanif. Tapi ternyata analisa mbak Sari benar, Hafidzoh dan Fatimah bukan anak Hanif, tapi anak kakaknya.

Mereka yatim dan piatu, Ayahnya meninggal kecelakaan dan ibunya meninggal ketika melahirkan Fatimah.

Semua rahasia mulai terbuka, tinggal menanyakan status Hanif, dan rupanya pak haji, panggilan mbak Sari

kepada ayah Hanif, termasuk orang yang supel, ramah dan suka bercanda.

Kali ini aku kena lagi. Pak haji mengatakan, ia sebenarnya menginginkan seorang menantu yang bisa

mengajarkan caranya menggunakan Internet, kenapa? Karena katanya dengan internet ia bisa bertemu Hanif.

Apalagi, katanya jika Hanif bersedia nantinya Biro akan diserahkan padanya, dan ia menjadi pembimbing Haji.

Maka bila nanti Hanif di Tanah Suci masih bisa bercakap-cakap. Kalau lewat telepon biayanya mahal.

Amiin, semua yang mendengar mengaminkan. Dan yang benar-benar membuatku keki, pak haji tiba-tiba

berkata “Bagaimana Sofi? Bisa mengajakan bapak internet?”.

Dan aku hanya mengangguk sambil menahan malu karena wajahku sudah seperti kepiting rebus, merah

membara.

Alhamdulillah, syukur terus kupanjatkan. Dan terakhir pak haji, berkata istikharahkanlah dahulu. Jika memang

berjodoh pasti akan bersatu.

Kamipun pamit, sebelumnya keluarga Hanif menawarkan untuk mengantar kami, tapi dengan halus kami tolak.

Biarlah kami menikmati hari ini dengan kebahagiaan.

Page 12: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Dalam perjalanan pulang, aku mendapat sms dari mbak Alin, dia mengatakan koneksi sudah lancar dan ada

meeting mendadak. Maka aku pamit pada mbak Sari, berkali-kali kuucapkan terima kasih atas bantuannya dan

kehadirannya dalam menemaniku menuju perjalan masa depanku. Dan aku memohon maaf tidak bisa mengantarnya

pulang.

Mbak Sari mengerti, dan hanya menitip pesan “Mohonlah dengan sungguh-sungguh, semoga Allah memberi

petunjuknya”. Karena bis sudah didepan kantorku, aku pamit mengucap salam dan segera turun.

***

Meeting kali ini ternyata membahas jadwal untuk perkuliahan perdana, ternyata jadwal belum bisa fix, ada

beberapa materi yang belum ada dosennya. Karena pembahasan masih panjang dan waktu berbuka telah tiba, meeting

di pending dan di lanjutkan ba’da shalat maghrib.

Mbak Alin tiba-tiba bertanya padaku, “kok sepertinya ada aura yang lain disini?, gi heppy yah? Napa, dah cair

apa honor penguji?”. Ah mbak Alin ini, bukan itu tapi ups, aku hampir keceplosan. Tapi dah terlanjur membuatnya

penasaran.

Akhirnya aku dibawa ke ruang kelas dan diintrogasi, hehehe. Kembali kisahku diputar ulang dan wajah

bahagianya sungguh tidak dapat kubayangkan. Dan kamipun membuka mailku, berkali-kali ia geleng-geleng kepala dan

bertasbih. Aku hanya tersenyum.

Dan saat kami akan membaca goal setting, tiba-tiba ada prochat meeting akan segera dimulai lagi. Walau

kecewa tapi tak apa-apa masih bisa dibaca nanti.

Ia hanya mengucap selamat untukku, jangan lupa istikharah, kalau benar wah katanya mbak Alin kepotong nih,

maksudnya keduluan sofi menikah. Dan ia akan membantu mengurus semua jadwal ngajarku selama aku pergi.

Jam 20.30 meeting selesai, jadwal sudah fix. Saatnya pulang. Dan seperti biasa kakakku tercinta telah setia

menunggu di depan kantor diatas motor kesayangannya.

***

BERSAMBUNG..,

Page 13: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

"AKU INGIN MENIKAH" BAGIAN 3 by Maiya Azyzaa on Sunday, 5 August 2012 at 09:15 ·

by Sophie

Malam, 21 SeptembEr 2007

Selamat malam duhai hati

Lelah aku berkelana

Akhirnya aku sampai

Pada titik akhir

Pada kedamaian

Duhai Rabbi

Sungguh aku tak layak

Ampunkanlah aku

Terimalah Taubatku

Bila ini masanya

Berilah kekuatan padaku

Duhai pemilik semesta raya

Hari ini

Izinkan aku menghadapMu

Untuk meminta, mengadu dan berharap

Engkau menemaniku

Merengkuhku

Duhai Rabbi

Kupinta bantuanMu

Mudahkan perkara ini

Kumengadu padaMu

Telah datang seseorang

Jika benar ia terbaik dariMu

Berikanlah padaku

Aku berharap

Satu saja, ku mendapat berkah dariMu

Tuhanku Allah yang satu, malam ini aku berdoa, malam ini aku sendiri, malam ini aku berharap. Tuhanku

Allah, aku sangat lelah, setelah tarawih ini aku akan beristikharah. Aku tak minta banyak, hanya petunjuk dariMu.

Aku tak tahu sudah pukul berapa sekarang, aku terus memujaNya. Sampai mata ini tak kuasa untuk terbuka

lagi. Aku terlelap dalam malam sunyi, gemerisik angin mengantarku menuju alam lain. Aku rebah beralas sajadah,

berbalut mukena putihku, masih kudekap Al-Quran mungilku. Ku terlalu lelah hari ini, dingin lantai tak terasa, kumerasa

hangat. Mungkin kah Allah menghampiriku? Ataukah para malaikat utusanNya menemaniku, aku tak tahu. Ku merasa

tak sendiri, ku merasa hangat, adakah yang menyelimutiku? Aku sungguh tak tahu.

Alam sadarku telah sirna, hanya tasbih semesta alam menemani bergulirnya waktu. Sampai sesuatu

menimpaku, “Bruuk”. Aduh, itu kata yang pertama kali terucap dari mulutku, mata masih terpejam. Dan setelah

kubuka, MasyaAllah, buku hadist Bukhari yang tebal telah menimpa badanku. Rupanya saat aku tertidur, kakiku

menendang rak buku yang berada di belakang tubuhku. Lumayan buku setebal 1000 halaman terjun bebas. Untung

hanya mengenai badan, bagaimana kalau kena muka. Wah kuyakin, memar akan menghiasi wajahku.

Setelah sadar, aku mencari hpku dan kulihat jam menunjukkan pukul 2 lebih 50 menit. Haaa, sepertiga malam

tinggal 10 menit menit lagi tiba, bagaimana ini aku belum mendapat petunjuk. Apa yang harus kujawab. Aku tidak

bermimpi apa-apa. Aduh, Allah bagaimana ini. Apa orang yang beristikharah ada yang sepertiku ini tidak?. Waduh aku

bingung sekali. Tenang, aku segera menarik nafas mencoba tuk tenang. Aku mulai membereskan mukena, sajadah.

Saat aku membereskan mukena dan sajadah, ternyata aku lupa Al-Quranku tergeletak di dekat tempat tidur.

Astaghfirullahal Adzim, kertasnya jadi lecek. Terlipat patah. Tapi tunggu dulu, apa ini? Ku perhatikan lembarannya.

Page 14: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Allahu Akbar, aku segera bersujud mengucap syukur kepada Allah, aku yakin inilah isyarat dariNya. Lipatan itu

pas sekali menunjuk pada satu surah yang biasa tercetak dalam undangan pernikahan. Ar-Rum:21.

“Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu

sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantarmu rasa kasih dan sayang.

Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir”.

Aku telah mantap, dan segera kunyalakan komputer, koneksi internet ku klik, dan ku buka mail yahooku.

To : [email protected]

Subject : Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, Allah maha mendengar dan tidak pernah tidur untuk memberi rahmatNya untuk seluruh makhlukNya.

Wahai akhi, hari ini aku sangat lelah, tapi akan ku berikan jawaban dari pinanganmu kemarin.

Jawabanku ada di surah Ar-Rum:21, maka jika engkau bersungguh-sungguh maka kirimlah keluargamu untuk

memintaku dengan sebaik-baik cara.

Dan setelah sahur, aku akan mengatakan kepada seluruh keluargaku. Jika hari ini akan ada keluarga yang

bersilaturahmi dan akan meminang putrinya.

Tak ada yang sempurna, semoga kebaikan yang kita harapkan akan membawa keberkahan.

Kemarin aku telah bersilaturahmi kepada keluargamu, dan mereka sudah meminta alamat dan telepon

rumahku. Jika Allah berkehendak, maka bersegeralah menyambut suatu kebaikan.

Wassalamualaikum wr.wb

Ukhti sofi

Alangkah leganya hati, aku segera keluar dari kamar dan menyiapkan makanan untuk sahur. Kebetulan bagianku hanya

menyiapkan saja, kalau memasak sudah dilakukan kakak perempuan dan tanteku.

Sambil menunggu adzan subuh, seperti biasa keluarga masih berkumpul. Bapak dan ibu duduk didepan dan menonton

televisi, kebetulan ada siaran tilawah Al-Quran. Adik dan kakak sudah naik lagi ke lantai 2, ke kamar mereka masing-

masing.

Kakak perempuanku masih berada diruang tengah sambil menidurkan anaknya sedangkan suaminya membaca koran

yang belum sempat dibaca.

Tanteku kulihat sedang membaca surah yasin, sambil menunggu shalat subuh.

Ku beranikan diri menemui mereka semua, dan ku minta kali ini kami berkumpul di ruang depan, dan memninta

mereka shalat subuh bersama-sama. Setelah itu aku akan mengatakan perkaraku.

***

Setelah shalat subuh, akhirnya aku sampaikan hal ini dan semua terdiam. Tidak berapa lama, bapak berbicara. Jika

memang semua itu benar, apakah engkau sudah siap? Menikah bukan hal mudah, apalagi kalian belum saling kenal.

Ah, dalam hatiku. Aku berkata. Bapak, bukankah sudah pernah kukenalkan bagaimana pernikahan yang seperti ini.

Pernikahan yang tidak melalui tahap awal dengan pacaran, kami akan menikah karena mengikuti sunnah Rasulullah,

dan mengenapkan dien kami serta membangun peradapan Islam yang lebih baik lagi.

Akupun menjawab “sudah bapak, sofi sudah pertimbangkan. Kemarin juga walau baru bertemu sekali dengan

keluarganya, tapi sofi sudah merasa mereka menerima sofi apa adanya”.

“Baiklah kalau begitu, kita tunggu kedatangan mereka, dan maaf bapak belum bisa mengajak keluarga besar, karena

bapak belum yakin. Semoga akan segera kita dengar khabar dari mereka. Dan alangkah baikna jika mereka memberi

khabar sebelum kedatangan mereka. Sudahkah kau beri telepon rumah kita, nak?”. ucap bapak kemudian.

“Sudah, dan aku juga sudah memberi pesan pada kak Hanif, untuk memberi tahu keluarganya, dan secepatnya

memberi khabar”.

Akhirnya kamipun bubar, dan aku sudah hafal. Kakak perempuanku dan tante akan segera memburuku. Hehehe, aku

hanya tersenyum.

Mereka memintaku memperlihatkan foto kak Hanif, dan lagi-lagi aku tersenyum, apalagi kalau bukan komentar dari

mereka.

Wah, dapet Ustadz Jenggot lah, kenapa nggak dikirim seluruh badan, yah umroh berdua saja yah?. Kapan mengajak

kami, umroh. Dan banyak lagi pertanyaan mereka. Aku hanya menjawab seadanya dan sesuai dengan pengetahuanku

tentang dirinya.

Aku baru bisa bernafas lega setelah kakakku dipanggil suaminya dan tanteku dipanggil ibuku.

***

Pagi ini, aku masih masuk kantor dan tidak seperti biasanya, bapak meminta kakakku untuk mengantarku kerja.

Aku hanya menurut saja, dan diatas motor kakaku bercanda, karena aku akan melangkahinya, dia cuma bilang

pelangkahnya boleh mobil, boleh motor, boleh emas, boleh uang, boleh …

Page 15: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Sebelum ia semakin banyak bicara, langsung kututup dengan kata boleh, semua boleh kalau sudah jadi. Boleh mobil,

tapi rodanya dulu, boleh motor tapi kaca spionnya dulu, boleh emas tapi emas-emasan, boleh uang cepek dulu dong.

Hehehe, kami berdua langsung tertawa.

***

Jam 11, hpku berdering. Kulihat telepon dari rumah, dan kakak perempuanku langsung mengatakan, keluarga Hanif

sudah menelepon. Mereka akan datang setelah Ashar. Kalau aku bisa izin, diminta bapak untuk segera pulang.

Aku jawab, akan aku usahakan. Setelah menanyakan kepada teman-teman, adakah yang bisa menggantikan aku untuk

mengajar sampai pukul 7 malam nanti.Alhamdulillah, Allah masih baik padaku, salah satu rekan kerja, Yunita bersedia,

kebetulan ia memiliki waktu luang setelah jam 3. Akhirnya aku menelepon kerumah dan kukatakan akan tiba setelah

Ashar.

***

Setelah Ashar, aku segera bersiap pulang. Di jalan aku memilih pulang dengan naik bis kota jurusan KM 12, setelah itu

aku nanti naik lagi angkot yang menuju rumahku. Dan tidak berapa lama biskota datang, Bismillah aku segera naik dan

duduk. Ternyata bisnya tidak melewati jalan RRI, langsung melewati jalur simpang empat Polda, maka akupun turun

tepat di depan simpang jalan RRI, aku mulai berjalan sampai di simpang PLN di kawasan jalan Demang Lebar Daun.

Saat aku berjalan, aku tidak melihat di belakangku ada biskota yang kebut-kebutan, dan terjadilah peristiwa itu.

***

22 September 2007 09:10:38

Saat siswa mengerjakan latihan, aku memcoba mengecek email dan disana ternyata ada email dari kak Hanif. Segera

aku buka emailnya.

To : [email protected]

Subject : Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, segala puji hanya pada Allah, shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga

dan para sahabat.

Saya sudah membaca emailmu, Alhamdulillah. Saya juga sudah menelepon keluarga di Palembang. Mereka

akan datang hari ini. Dan aku telah meminta kepada ayah untuk menyampaikan bahwa pernikahan akan dilangsungkan

pada hari Jum’at ba’da shalat Jum’at, di masjid dekat rumahmu ukhti. Setelah itu jam 4 kita berangkat dari Palembang,

menuju Jakarta selanjutnya kita terbang ke tanah suci Makkah, disana kita akan Umroh selama 3 hari. Sesuai dengan

janjiku itu sebagai Mahar utamanya, kemudian Mahar keduanya membacakan Surah Ar-Rahman didepan seluruh

Jamaah masjid, dan yang ketiga emas dan uang tunai untukmu.

Aku akan pulang ke Indonesia dua hari lagi. Satu hari aku di Jakarta setelah itu langsung ke Palembang.

InsyaAllah kita akan segera bertemu.

Wassalamualaikum wr.wb

Muhammad Hanif Akbar

Aku menutup email darinya, dan segera kubuka blogku dan kutulis rasa bahagiaku disana, agar para sahabatku

tahu dan bisa turut merasakan kebahagiaanku.

***

Karena sebelumnya keluarga kak Hanif telah memberi khabar, maka bapak dan ibu mengundang keluarga

besar untuk hadir menyambut keluarga kak Hanif.

Terlihat suasana bahagia disana, saling bercengkrama, bersalaman dan sangat akrab. Bapak menanyakan,

apakah aku sudah pulang atau belum pada kakakku, dan segera mereka menghubungi hpku. Tapi beberapa kali

dihubungi tidak ada yang mengangkatnya. Akhirnya kakakku menelepon kantor dan di jawab salah satu CSO, kalau

mereka melihat aku sudah keluar dari kantor.

Kakak menyampaikan hal ini, dan mengatakan aku dalam perjalanan. Untuk mempersingkat waktu akhirnya

acara pinangan dilanjutkan tanpa kehadiranku, semua sepakat dan Alhamdulillah, disana ada pengurus masjid, ustadz

Ahmad, imam masjid juga hadir, ia juga nantinya yang akan menjadi saksi di pernikahan nanti.

Akhirnya keluarga kak Hanif pamit sekita pukul 5 sore. Dan semua terlupa bahwa aku belum pulang juga,

mereka terlalu gembira sampai lupa denganku.

Lalu dimanakah aku?

***

Adakah yang tahu apa yang terjadi padaku? adakah yang berusaha mencariku?. Aku sedang berada di tempat

serba putih, cahaya terang menyilaukan mataku. Aku tak tahu tempat apa ini.

Banyak orang menangis, mengaduh, berteriak kesakitan. Ada yang berlumuran darah, ada yang memegang

kepalanya, ada yang tak sadar membersihkan tubuhnya dari serpihan kaca jendela yang menusuk kulitnya. Ada anak

kecil yang menangis. Ada juga yang terbujur kaku. Apa yang telah terjadi?.

Page 16: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Terjadi kepanikan di sana, sirine mobil ambulan dan polisi semakin ramai, orang berkerumun ingin mencari

tahu, ada apa disana?

Para suster dan dokter berlarian mencoba menyelamatkan para korban, tapi aku dimana?.

Apa yang terjadi padaku?. Kudengar samar dari balik warna putih itu, khabarnya terjadi tabrakan dua bis kota

ugal-ugalan, ngebut di tanjakan depan RRI, salah satu bis kota menabrak orang yang berjalan kemudian terbalik dan

terseret sampai ke depan gedung RRI dan yang satunya menabrak rumah makan di depan RRI, banyak korban

terkena pecahan kaca. Yang parah adalah biskota yang terseret sampai depan RRI, banyak korban yang meninggal di

tempat. Orang yang di tabrak khabarnya meninggal dengan kondisi mengenaskan.

Apakah orang itu aku? Hei, apakah kalian tidak tahu aku masih hidup, aku hanya terperangkap dalam ruang putih ini.

Baiklah aku akan berteriak, agar kalian bisa menemukan aku.

***

BERSAMBUNG..,

Page 17: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

"AKU AKAN MENIKAH" BAGIAN 4 by Maiya Azyzaa on Sunday, 5 August 2012 at 15:10 ·

By Shopie

Tapi belum sempat aku berteriak, warna putih yang mengelilingiku lenyap. Aku sekarang bisa melihat tempat itu, orang

yang berbicara tadi ternyata hanya beberapa langkah tepat berada didepanku. Tiba-tiba blas, tubuhnya melewatiku.

Aku kaget!. Bagaimana bisa? Nggak masuk akal. Aku seperti bayangan. Apa yang terjadi denganku?, jangan-jangan

aku benar-benar sudah mati. Apa aku sudah jadi hantu? Aku terduduk lemas di lantai.

Kulihat seorang laki-laki berlari sambil mengendong seseorang, ia berteriak kencang, tolong wanita ini, suster,

dokter. Dia bisa mati.

Aku langsung berdiri dan ikut berteriak panik. Lelaki itu semakin dekat ke arahku, reflek aku berjalan dan ingin

membantunya memegang orang yang di gendongnya.

Sebelum aku bertindak ia telah menembus tubuhku, aku hanya berteriak “Hei”... , aku tak tahu apakah warna

baju wanita itu memang merah ataukah darah. Darahnya menetes ke lantai.

Segera beberapa suster membantu lelaki itu dan alangkah kagetnya aku saat ku lihat wajah wanita itu. Tuhan,

itu aku ucapku lirih.

Segera kudekati dan benar itu aku. Lagi-lagi aku berkata bagaimana bisa? Tubuhku berlumur darah, dan siapa

lelaki ini? Enak saja dia membawa tubuhku, dalam hatiku, boleh juga kekuatannya. Tubuhku kan berat. Ah, kalau

dalam kondisi begini rintangan seberat apapun pasti akan ringan. Bukankah itu adalah spiritnya keyakinan. Tubuhku di

bawa ke ruang ICU, segera kudekati lelaki itu. Ingin kutanyakan apa yang telah terjadi, benarkah aku korban yang

dikatakan orang-orang tadi. Tapi kulihat ia menangis, dan berkali-kali berkata seharusnya aku bisa mencegahnya,

seharusnya aku bisa lebih cepat.

Allah, kenapa aku selalu terlambat menyadarinya. Jika aku bisa berfikir lebih cepat, aku pasti bisa mencegah

hal ini. Allah, untuk apa aku memiliki kekuatan ini bila aku tidak bisa menolong orang, aku benci diriku sendiri.

Kenapa dengan lelaki ini? Apa dia bisa mengetahui akan sesuatu yang belum terjadi, oh jangan-jangan dia

memiliki indra ke enam yang bisa mengetahui hal-hal gaib. Tapi kalau benar, kenapa ia tidak bisa melihatku ataukah ia

belum menyadari keberadaanku.

Apa sebaiknya ku coba saja yah. “Bung, permisi…, apa anda bisa melihat saya. Waduh kok dia tidak

memperdulikanku. Menyebalkan”.

Tiba-tiba, wajahnya yang tadinya menunduk terangkat dan ia menoleh kearahku. Astaghfirullahal adzim. Ia

beristighfar dan sangat kaget. Karena ia baru menyadari kalau aku Adalah orang yang telah ditolongnya tadi.

“Kenapa ruh anda berada disini, apa yang telah terjadi? Apa mereka didalam sana tidak bisa menolong anda?”.

Aku langsung menjawab, “jadi anda bisa melihat saya?”.

“Iya, jawabnya. Maaf tadi saya kira anda, ah sudahlah”.

“Bung, apa yang sebenernya anda lihat saat peristiwa itu terjadi?”.

“Sebelumnnya, saya memiliki firasat kuat akan terjadi sesuatu tepatnya di dekat keramaian, tapi karena

beberapa kali sering tidak terjadi, maka aku tidak menghiraukan firasatku”.

Tapi entah kenapa, aku seperti ingin berjalan ke dekat tempat kejadian, maka saat kedua biskota itu memasuki

jalan, tubuhku bergetar dan bayangan mengerikan yang pernah aku lihat dalam mimpiku hadir, sampai kepalaku terasa

sakit sekali.

Anda sedang berjalan tepat berada di depan biskota yang naas itu. Tubuh anda terpental dan kepala anda

membentur dinding pagar gedung RRI, sementara bis terus menabrak pagar dan terguling di halaman RRI.

Jarak saya dengan anda cukup jauh. Karena itu maafkan saya yang tidak bisa menyelamatkan anda pada saat

itu, ucapnya lirih penuh penyesalan.

Sudahlah, jawabku. Semua sudah terjadi. Kita hanya berusaha, tapi semua diluar kemampuan kita. Maaf

siapakah nama anda? Nama saya sofi.

Mbak sofi bisa memanggil saya Indra. Jawabnya kemudian.

Aku kembali bertanya padanya.

Indra, sebelumnya aku sudah berada disini, awalnya ada dinding putih yang mengelilingi aku, dan sebuah sinar

menyadarkan aku. Setelah itu warna putih memudar dan aku bisa melihat dunia. Tetapi aku hadir dengan keadaan

seperti ini. Apakah engkau tahu akan hal seperti ini?

Ia segera berkata, saya tidak tahu. Pengetahuan saya masih sedikit.

Setengah jam kemudian dari ruang ICU terlihat beberapa dokter keluar dan disusul dua orang suster. Segera ku minta

Indra menanyakan keadaanku.

Page 18: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Salah satu dokter berkata, pasien ini mengalami luka serius. Kami sudah berusaha. Semoga Allah menolongnya. Ia

masih koma dan belum bisa di lihat. Kemudian dokter bertanya pada Indra, apakah Indra saudaraku? Ku katakan pada

Indra, jawab Iya.

Dokter juga berkata bersabarlah, beritahu keluarga segera. Setelah itu ia pergi. Mungkin dokter ingin istirahat dahulu.

Setelah menangani banyak pasien korban kecelakaan.

Kemudian Indra bertanya padaku, sekarang apa yang harus aku lakukan mbak, berapa nomor telepon rumahmu? Agar

aku bisa menghubungi keluargamu.

Ku jawab, teleponlah ke nomor 661122 dan bicara kepada bapakku. Namanya Muchtar Umar.

Segera Indra pergi tuk mencari wartel. Ia memintaku untuk menunggu disini.

Setelah ia pergi, aku penasaran. Perlahan aku mendekati ruang ICU dan blas aku melewati pintu tanpa harus

membukanya. Disini terdapat 7 pasien yang belum sadarkan diri, aku melihat jasadku terbaring, dimana-mana selang

mengelilingi tubuhku. Aku masih tidak percaya dengan penglihatanku..

Seorang suster menghampiri jasadku dan tiba-tiba suster itu menoleh padaku, ia cuma berkata “kok merinding yah, ah

kasihan sekali mbak ini. Semoga Allah menyelamatkannya. Walau dokter Burhan sudah mengatakan tidak ada harapan.

Mesin itu hanya merangsang organ tubuh agar bias berfungsi dan aktif. Tapi semoga ada keajaiban”.

Aku kira ia bisa melihatku, ternyata ia hanya merasakan kehadiranku. Tunggu, apa katanya tadi? Aku tidak bias

diselamatkan lagi?

Aku tidak percaya dengan kata-katanya, aku langsung berlari. Terus berlari menembus dinding-dinding, aku

menangis. Aku belum ingin mati. Aku masih ingin hidup.

* * *

BERSAMBUNG..,

Page 19: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

"AKU AKAN MENIKAH" BAGIAN 5 by Maiya Azyzaa on Monday, 6 August 2012 at 17:34 ·

By Shopie

Aku lelah, dan bersandar di sebuah pohon. Kenapa harus begini. Aku belum ingin mati, Allah aku belum menyelesaikan

tugasku. Allah aku masih ingin menikah, Allah biarkan aku hidup karena aku ingin sekali merasakan menjadi seorang

ibu. Allah bukankah aku telah membuat syair itu, aku akan dendangkan untuk anakku, agar ia nanti tahu bahwa aku

mencintainya dan merawatnya agar menjadi mujahid untuk kupersembahkan padaMu.

Allah aku bukanlah orang yang tak bersyukur, tapi jika masih ada waktu, maka aku akan memperbaiki diriku.

Allah, kafan yang dulu telah kubeli belum ingin kupakai, biarlah ia kupakai saat syahid memperjuangkan kebenaran.

Bukan seperti ini. Walau kutahu kecelakaan juga termasuk syahid. Tapi ah…mungkin aku memang bukan makhluk yang

bersyukur.

Astaghfirullahal Adzim, ucapku. Dalam sedihku, gema Adzan Maghrib membuatku segera bangkit.

Alhamdulillah ucapku. Andai aku bisa berbuka puasa, ucapku lirih. Aku berjalan menuju suara Adzan, aku ingin ikut

shalat.

Aku memasuki tempat wudhu, beberapa wanita sedang berwudhu. Aku mencoba memutar kran tapi

menyentuhpun aku tak bisa, kucoba membasuh tanganku dengan air dari kran wanita disebelahku yang sedang

berwudhu. Air tidak mengenai tanganku. Ah, ucapku. bila aku tidak bisa berwudhu dengan air biarlah kulakukan

tayyamum. Maka aku menghadap ke dinding dan bertayyamumlah aku.

Beberapa saat kemudian imam masjid menuju tempatnya. Kudengar takbirnya. Akupun segera berniat dan

mengikuti shalat.

***

Di luar sana, sungguh aku tak pernah tahu. Kalau telah terjadi sesuatu. Tak ada manusia yang sanggup melawannya.

Kematian yang memang perkara yang hanya Allah dan para Malaikat yang tahu.

Indra telah menghadap Ilahi Rabbi. Sebuah motor menabraknya dan ajalnya segera tiba. Tanpa pesan. Tanpa

ada yang tahu siapa dirinya. Kematian yang tak terduga tapi sudah ditakdirkan. Sayang pesanku tak pernah sampai

pada keluargaku.

***

Di rumah, semua keluarga panik. Kenapa sampai sekarang aku belum juga pulang, Adzan Maghrib sebentar lagi

terdengar. Orang-orang bersiap untuk berbuka puasa. Tapi aku belum juga datang.

Adikku membuka saluran televisi lokal dan barulah mereka tahu bahwa telah terjadi kecelakaan. Informasi itu

disampaikan lewat text yang berjalan. Sebelumnnya adikku tidak memperhatikan. Hanya keponakanku Fifi yang

memperhatikan, kemudia ia membacanya “Telah terjadi kecelakaan biskota di jalan RRI, diperkirakan korban meninggal

15 orang dan 20 orang luka-luka, saat ini korban berada di Rumah Sakit Umum Palembang. Bagi keluarga yang merasa

kehilangan sanak dan keluarganya, segera mencari informasi di RSUP”.

Maka kakak tertuaku bersama bapak segera bersiap menuju Rumah sakit. Setelah berbuka dan shalat Maghrib

langsung kesana.

Adikku mencoba menghubungi call center rumah sakit. Sayang bagian umum tidak bisa memberikan informasi.

***

Di rumah keluarga Hanif, berita kecelakaan inipun telah terdengar. Ibu Hanif mencoba menelepon kerumah. Tapi nada

sibuk selalu terdengar. Saat itu kebetulan Adikku sedang menelpon rumah sakit. Sedang Ayah Hanif telah pergi Shalat

Maghrib di Masjid.

Karena waktu berbuka telah tiba, semua berusaha tenang dan mempasrahkan diri kepada Allah, semoga tidak terjadi

apa-apa denganku.

***

Ternyata yang pergi ke rumah sakit, tak hanya Bapak dan 2 orang Kakakku tapi Ibu dan adikku, juga ikut. Semua ingin

mencari tahu keberadaanku

Kakak dan adikku berpencar, jika ada yang melihat aku segera saling menelpon.

Bapak, Ibu dan kakak tertuaku menuju ruang ICU, mencari tahu adakah korban dengan ciri-ciri seperti difoto yang

mereka bawa.

Begitu suster jaga melihat fotoku, maka dengan berhati-hati ia mengatakan aku termasuk korban, dan ia mengajak

bapak dan ibu masuk kedalam.

Sementara kakakku menelpon kakak kedua dan adikku. Setelah itu menelpon kerumah.

Page 20: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Ia hanya bisa menunggu diluar, karena yang boleh masuk hanya dua orang.

Bapak dan Ibu semakin dekat, dan ibuku menjerit keras ia menangis dan memelukku. Sementara Bapak terdiam

mungkin shock melihat keadaanku.

Kakakku yang tak tahan untuk masuk segera menerobos begitu mendengar jeritan ibuku. Dan iapun tak kuasa melihat

keadaanku.

Tubuhku telah bersih, tak terlihat banyak luka diluar, tapi entah didalam. Dokter telah menjahit luka-luka ditubuhku.

Hanya balutan perban di kepala dan sudah pasti mahkotaku telah hilang semua. Karena tak terlihat sehelaipun rambut

disana. Beberapa selang yang mengelilingi tubuhku, mulai dari hidung, mulutku, infus di tangan sungguh menyedihkan.

Sayang mereka belum boleh berada disana. Karena aku memerlukan perawatan khusus. Mereka saja saat masuk

keruang harus menggunakan pakaian steril.

Adik dan kakakku yang menunggu diluar langsung menanyakan keadaanku, setelah Bapak, ibu dan kakakku keluar dari

ruang ICU.

Ibu masih shock, dan akhirnya tak sadarkan diri. Segera suster menyiapkan tempat darurat untuk menolong ibuku.

Seorang dokter yang baru tiba, segera memeriksa keadaan ibuku. Untunglah ibu tidak memiliki penyakit jantung. Atas

saran dokter ibu sebaiknya dirawat dulu. Kakakku segera memesan sebuah kamar untuk ibu.

Kedua kakakku segera mencari dokter dan menanyakan kondisiku. Sementara Bapak masih duduk di temani adikku.

Dan ibu belum sadar masih terbaring di atas ranjang.

***

Aku masih di masjid rumah sakit. Aku terus berdzikir dan berdoa kepada Allah. Sampai waktu Isya tiba dan orang-

orang kembali ramai untuk shalat isya dan dilanjut dengan tarawih.

Aku masih terus berdzikir, tiba-tiba aku merasakan sangat lelah dan aku terguncang, aku tak kuasa semua menjadi

gelap.

***

Begitu mendengar keberadaanku dan kondisiku yang menyedihkan, kakak perempuanku segera menghubungi

beberapa saudara Ibu, memberi tahu kondisiku. Dan ia juga menelpon ke keluaga Hanif.

Semua tak dapat menahan sedih, padahal baru saja mereka mendapat kabar gembira tentang rencana pernikahanku.

Tapi sekarang, semua hanya pasrah pada Allah. Semua berharap keajaiban akan datang.

***

Kondisiku masih kritis, itu yang dikatakan dokter Burhan, dokter yang menangani operasiku tadi. keadaanku akan selalu

dipantau katanya. Dokter menceritakan tentang seorang laki-laki yang membawa aku, dan berusaha menyelamatkanku,

menurut dokter lelaki itu adalah saudaraku. Tapi kedua kakakku langsung membantah, kalau tidak ada saudara yang

bersamaku, karena aku dikatakan baru pulang bekerja.

Dokter menjadi bingung, tapi sudahlah. Dokter mengambil kesimpulan, mungkin lelaki itu adalah orang yang ingin

menolongku saja. Dokter berkata dalam hati, bisa jadi orang itu adalah malaikat. Bukankah sampai sekarang aku tak

melihat orang itu lagi.

Kakakku meminta izin pada dokter, salah satu dari mereka boleh menemaniku didalam sana. Tapi sayang dokter tak

mengizinkan.

Mereka keluar dari ruangan dokter dengan perasaan kecewa. Ternyata di luar sana, di dekat ruang ICU, beberapa om

dan tante telah datang, begitu juga dengan keluarga Hanif, dua orang pamannya menanyakan keadaanku pada

kakakku. Kakak keduaku mengajak tante dan om beristirahat dulu di kamar inap ibu. Sekalian membesuk ibu yang saat

ini sudah siuman tapi masih belum stabil.

Begitu tante Nila dan Mia masuk, maka terdengar kembali tangisan ibuku dan mereka saling bertangisan.

Ibuku berkata, apa salah anakku, kenapa ini harus terjadi. Ia baru saja menerima lamaran. Ia baru saja akan

merasakan kebahagiaan, tapi apa? Sungguh Allah tidak adil.

Tante Nila berusaha menyadarkan ibuku, untuk istighfar dan bersabar. Semua sudah digariskan Allah, kita berdoa saja

semoga Sofi akan baik-baik saja.

Ah, ibuku begitu terpukul, dan ia menyalahkan Allah, ia berfikir Allah tidak menyayangiku. Padahal Allah selalu

bersamaku.

Allah maafkanlah ibuku, ia tak bermaksud begitu. Ia hanya tak ingin kehilanganku. Maafkanlah ia, ia hanya terlupa

bahwa aku hanya titipan, bahwa manusia tak ada yang abadi. Semua akan kembali padamu Ya Rabb.

Sementara Om Bayu merangkul bapak, mencoba menguatkan. Kulihat kakak dan adikku segera menyingkir keluar,

kalau tidak meraka juga hanya akan terlarut dalam kesedihan ini.

***

23 September 2007

Sahur kali ini benar-benar berbeda, semua tak bergairah. Semua masih diliputi perasaan cemas dan sedih.

Page 21: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Entah sudah berapa kali surah yaasin bergema dirumah, di kamar inap ibuku, dan di setiap rumah-rumah yang

mengetahui keadaanku. Semua mngirimkan doa untukku.

***

Pagi itu, Ayah Hanif sedang berdiskusi dengan keluarganya. Mereka menunggu keputusan pak Haji, apakah

perkara ini akan di sampaikan kepada Hanif sekarang juga, ataukah menunggu kepulangannya satu hari lagi.

Pak Haji akhirnya mengambil keputusan untuk menghubungi Hanif.

Semua diam, ingin mendengar apa yang akan disampaikan pak Haji.

Terdengar suara nada telepon masuk, dan kemudian suara Hanif yang khas mengucap salam.

Hanif : Assalamualaikum Wr.Wb

Pak Haji : Waalaikumsalam Wr.Wb

Hanif : Ayah? Ada apa menelpon, semua baik-baik saja kan?

Pak Haji : Alhamdulillah baik, Hanif. Urusanmu disana apakah sudah selesai?

Hanif : Sudah Ayah, dan besok aku tinggal berangkat saja. Hari ini aku hanya ingin bersilaturahmi dengan teman-

teman di kampus dan di Islamic center.

Pak Haji : Hanif, apa kau bisa mendapatkan tiket hari ini?

Hanif : memangnya ada apa ayah? Kenapa harus cepat. Bukankah pernikahan telah diatur. Dan aku akan pulang

besok, setelah itu aku ke jakarta sebentar untuk mengurus dataku di Arabic Fondation, terkait dengan pekerjaanku

nanti di Rumah Sakit Islam International nanti.

Pak Haji : nak, ayah harus menyampaikan sesuatu. Allah berkehendak lain, nak. Sofi mengalami kecelakaan. Ia saat ini

dalam keadaan koma. Karena itu Ayah ingin engkau segera pulang dan tunaikan janjimu. Semoga Allah masih memberi

kesempatan menjadikannya seorang istri.

Hanif : Astaghfirullahal Adzim. Innalillahi wa inna lillahi rojiun. Semoga Allah memberi kesabaran untuk keluarganya dan

kita semua.

Kalau begitu, Hanif akan segera mencoba menelepon biro, semoga ada tiket untuk ke Jakarta secepatnya.

Pak Haji : baiklah, hati-hati dijalan. Semoga Allah bersamamu, Assalamualaikum wr.wb

Hanif : waalaikumsalam wr.wb

***

BERSAMBUNG..,

Page 22: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

"AKU AKAN MENIKAH" BAGIAN 6 by Maiya Azyzaa on Wednesday, 8 August 2012 at 20:41 ·

By Shopie

Ada sajadah panjang terbentang

Dari kaki buaian

Sampai ke tepi kuburan

Kuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbendang

Hamba tunduk dan sujud

Diatas sajadah yang panjang ini

Diselilingi Sekedar interupsi

Mencari rezeki Mencari ilmu

Mengukur jalanan seharian

Begitu terdengar suara adzan

Kembali tersungkur hamba

Ada sajadah panjang terbentang

Hamba tunduk dan ruku

Hamba sujudan

Lepas kening hamba

Mengingat Dikau sepenuhnya

Hanif berkali-kali istighfar dalam hati, sungguh Tuhan manusia tiada daya dan upaya selain dari pertolonganmu Tuhan.

Kembali ia tenggelam dalam lautan taubat. Semakin ia masuk semakin terguncang tubuhnya. Sampai ia tak kuasa dan

lemah. Sangat lemah untuk berani mengangkat kepala. Malu akan kesombongan diri, malu karena sebagai hamba

selalu berlinang dosa.

Bagaimana kau merasa bangga

Akan dunia yang sementara

Bagaimanakah bila semua

Hilang dan pergi Meninggalkan dirimu

Bagaimanakah bila saatnya

Waktu terhenti tak kau sadari

Masihkah ada Jalan bagimu

Untuk kembali mengulang Ke masa lalu

Dunia Dipenuhi dengan hiasan

Semua Dan segala yang ada

Akan kembali padanya

Bila waktu Tlah memanggil

Teman sejati hanyalah amal

Bila waktu telah terhenti

Teman sejati tinggallah sepi

***

Seorang wanita terus bermunajat kepada Tuhannya. Ia hanya meminta satu, satu saja. Bisa menjadi ibu. Tapi

bagaimana itu akan terlaksana bila tak kunjung jua seorang lelaki bersedia untuk menikahinya.

Ia hanya wanita biasa, ia hanya wanita yang hidupnya berada diatas kursi roda.

Hujan kau ingatkan aku

Tentang satu rindu

Dimasa yang lalu

Saat mimpi masih indah bersamamu

Terbayang satu wajah penuh cinta penuh kasih

Terbayang satu wajah Penuh dengan kehangatan

Kau ibu

Allah izinkan aku Bahagiakan dia

Meski dia tlah jauh biarlah aku

Page 23: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Berbakti untuk dirinya

Oh ibu

Oh ibu

Kau ibu

Terbayang satu wajah penuh cinta penuh kasih

Terbayang satu wajah Penuh dengan kehangatan

Kau ibu

***

Seorang wanita telah berjuang, berjuang untuk menemukan jati dirinya. Seorang wanita yang telah salah

langkah. Seorang wanita yang berharap ada seseorang yang berani menentangnya, yang berani mematahkan kata-

katanya, yang berani memberi jalan kebenaran untuknya.

Di dalam kegelapan

kumencari cahayamu

Yang hilang sirna tak tersisa

Semakin kuterlena

Semakin kuterbawa

Arah hina dan ternoda

Kurindukan sinar sucimu yang mulia

Dan kuharapkan belai kasihmu

Agar musnah semua

Keangkuhan diriku

Dan kulepaskan dari sifatku

***

Handphone Hanif berdering, lagu Hai Mujahid Muda Izis Terdengar.

Hanif : Halo

Seseorang : “Assalamualaikum, Hanif. Bisakah sekarang kamu ke Islamic center? Ada hal penting yang ingin saya

sampaikan.

Hanif : Wa alaikumsalam wr.wb, oh Akhi Irwan. InsyaAllah. Saya akan kesana.

Seseorang : Hanif, kamu baik-baik saja? Sepertinya suaramu berubah.

Hanif : saya baik-baik saja Akh. Nanti saya akan cerita.

Seseorang : baiklah, aku akan menunggu ceritamu. Assalamualaikum wr.wb

Hanif : Wa alaikumsalam wr.wb

Setelah menutup telepon, Hanif menekan nomor biro travel. Apakah ada pesawat yang akan terbang ke

Jakarta malam ini. Hanif bersyukur ternyata masih ada pesawat yang akan berangkat. Iapun memesan satu

tiket.Bismillah, Ucapnya kemudian. Tidak beberapa lama ia telah pergi menuju Islamic Center.

***

Senja Dalam Duka

Angin masih bertiup kencang, sisa hujan masih melekat di dekat kelopak kamboja. para penggali kubur telah

menyiapkan sebuah liang lahat disana. Mereka sibuk, karena tugas dan kewajiban mereka harus segera selesai.

Hujan sebelummnya cukup membuat pekerjaan ini menjadi cukup sulit.

Terkadang sering terbersit dalam hati mereka, adakah nanti yang akan menggali tempat untuk mereka, adakah

tempat ini akan menerima mereka.

Pak Karim namanya, ia sering kali selesai menggali, merenung sejenak didalamnya. Ia membayangkan

tubuhnya berada disana, berbalut kafan putih terbaring dan terbayanglah segala dosa. Iapun kembali menangis. Sujud

di tanah itu. Dirasakannya tanah itu, dirasakannya siksa yang akan diterima. Dirasakannya kemarahan para malaikat,

dirasakannya tubuh yang tercabik, tubuh yang didera, tubuhnya yang kotor berlumur dosa. Berkali-kali ia memohon

ampun pada Allah, tubuhnya bergetar dalam penyesalan dan taubat mohon ampunan.

Kemudian ia bangkit, naik dan keluar dari liang lahat yang telah digalinya untuk seseorang yang tak pernah

dikenalnya. Dalam hatinya, wahai makhluk Allah yang akan segera menuju alam perpisahan dengan dunia semoga

Allah memberi kenikmatan, bila Azab yang engkau terima, aku bermohon kepada Allah semoga diringankan. Dan aku

yang menggali kuburmu hanya bisa mengirim doa dan bermohon serta hanya bisa mengingat bahwa kematian itu

benar adanya dan yang dibawa hanya kebaikan, amal kebaikan.

Langit masih mendung, mentaripun enggan bersinar. Duka yang dalam telah didengarnya. Ia hanya bertasbih

memuji kebesaran Allah. Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Hanya menunggu waktu. Maka apakah lagi yang kalian

tunggu wahai manusia, segeralah menuju TuhanMu, dunia hanya sesaat. Akherat kekal selamanya.AGIAN 6

* * *

Page 24: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

BERSAMBUNG..,

Page 25: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

"AKU AKAN MENIKAH" BAGIAN 7 by Maiya Azyzaa on Wednesday, 8 August 2012 at 20:57 ·

By Shopie

Pak Karim telah selesai menguburkan sesosok jasad lelaki tanpa nama, ia telah kembali tanpa sanak keluarga yang

mengantarnya. Sendiri dalam sepi.

Berat langkah kaki untuk meninggalkannya. Tapi ia tak dapat berbuat apa-apa. Pihak rumah sakit telah

menunggu tetapi tidak ada keluarga yang merasa kehilangan. Untuk kebaikan mayit maka disegerakanlah penguburan

jasadnya.

Adzan maghrib terdengar, pak Karim bersegera menuju rumahnya. Seseorang telah menantinya dengan sabar

disana. Di tengah perjalanan ia melihat selintas cahaya dari langit, Subhanallah. Tengkuknya merinding. Ia

mempercepat langkahnya. Rasanya ingin bersegera membersihkan diri dan menghadap Ilahi Rabbi.

***

Setelah mengucap doa berbuka dan meminum seteguk air, wanita itu mencoba meraih kursi roda didekatnya,

dengan berpegangan disatu sisinya ia mencoba menggerakkan tubuhnya, dengan susah payah akhirnya ia bisa duduk.

Kemudian diputarnya roda menuju tempat berwudhu.

“Dinda, Mama sudah pulang sayang!”. Sambil membuka pintu dan segera masuk. “Din, kamu di mana

sayang?”. Karena tak ada sahutan dari dalam, segera ia melihat ke kamar anaknya yang berada di ruang tengah. Tapi

Dinda tidak ditemukannya. Kemudian ia pergi ke dapur disana juga tidak ada. Segera ia kebelakang, ke kamar mandi.

Alhamdulillah, cemasnya segera sirna. Dilihatnya, bidadari kesayangannya tengah berwudhu. Iapun tersenyum.

Setelah selesai, Dinda menyapa mamanya.

“wah mama sudah pulang, sudah berbuka ma?”.tanyanya. “Dinda tadi masak kolak pisang ”. Ucapnya riang. Mama

langsung memeluknya. “iya, mama belum berbuka nih, tadi cemas. Waktu mama masuk ke rumah, nyari Dinda,

ternyata nggak ada. Eh tahunya disini. Ya udah kita masuk, mama berbuka setelah itu kita shalat maghrib berjamaah

yah”.

Cacat yang dimilikinya tidak pernah membuatnya rendah diri, ia sadar bahwa Allah telah memberi nikmat yang

banyak, ia selalu bersyukur Allah masih memberinya kesempatan untuk memperbaiki diri. Bagaimana kalau waktu itu

Allah langsung mencabut nyawanya. Waktu itu ketika ia masih hidup dalam hura-hura, ketika ia masih banyak

melakukan dosa. Menyia-nyiakan waktu hanya dengan menghabiskan uang papanya, hanya karena ia kecewa Papa

telah menghianati kepercayaan mama.

Begitu papanya bercerai dengan mama, papa langsung menikahi wanita pengoda itu. Yah, karena wanita itu

telah mengandung. Tetapi ia tidak rela jika wanita dan anaknya itu nanti menikmati seluruh kekayaan papanya.

Makanya ia meminta kepada papanya apa saja yang diinginkannya. Entah telah berapa banyak uang di habiskannya

hanya untuk berjalan-jalan keluar negeri. Dan papa tidak berani untuk menolak keinginannya, karena papa merasa

bersalah padanya. Karena kesalahan papa ini, Dinda mengalami derita yang pedih. Dinda pernah hampir mati karena

bunuh diri. Dan untuk kedua kalinya ia hampir mati. Kecelakaan mobil di Puncak telah membuat Dinda tidak bisa

berjalan, ia cacat. Hanya bisa berjalan dengan kursi roda.

Tapi kali ini ia benar-benar merasakan bahwa maut sangat dekat, karena entah sadar atau tidak ia mengalami

siksa yang pedih, tubuhnya dicambuk, dipukul sampai menangis darahpun ia tak bisa lari.

Menurut mamanya, Dinda tak sadarkan diri selama 2 hari dan dalam mimpi mamanya, Dinda meminta tolong.

Maka mama menelepon pak Haji Hanif untuk menolong Dinda. Membantu Dinda dengan Doanya. Istri pak Haji adalah

guru mengaji mama, beliau juga membimbing, menguatkan mama ketika rumah tangga mama hancur.

Alhamdulillah, Dinda akhirnya sadar. Cobaannya begitu berat, tetapi ketika sadar Dinda meminta mama untuk

memanggil papa dan keluarganya. Dinda ingin meminta maaf dan ampun. Mamapun mengatakan papa ada di luar.

Dan begitu mama menyuruh papa masuk, papa langsung memeluknya. Papa menangis. Dinda tahu papa bukanlah pria

yang melankolis, mudah meneteskan air mata. Tapi hatinya sangat lembut. Dan kali ini Dinda merasa telah membuat

papanya pasti merasa sangat berdosa. Padahal semua ini adalah kesalahan Dinda sendiri. Ia tak patut menyalahkan

orang lain atas nasibnya. Karena nasibnya ada di tangannya sendiri, dosanya pun hanya ia pikul sendiri.

Kak Irwan jika engkau ada disini, engkau akan bahagia. Adikmu yang keras kepala, adikmu yang nakal ini,

adikmu yang jahil ini sudah menemukan hidayahnya. Hidayah yang datang dengan pengorbanan yang besar. Padahal

Page 26: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

mungkin Allah sudah berkali-kali memperingatkannya, tapi ia tidak mengindahkannya. Sampai Allah menurunkan

sesuatu yang benar-benar menjadi penginggat akan dosanya.

Allah mengambil manfaat dari kakinya. Kaki yang seharusnya di langkahkan untuk menolong sesama, kaki

yang seharusnya berjalan ke masjid, kaki yang seharusnya berlari berhijad di jalan Allah. Bukan kaki yang digunakan

untuk ke tempat maksiat.

Allah, terima kasih ucap Dinda. Karena engkau masih berbaik hati memberikan kesempatan untukku bertaubat.

Biarlah kaki ini menjadi saksi bahwa aku akan menjadi manusia yang bersyukur.

Sejak itulah, Dinda kembali dengan jiwa yang baru. Ia kembali sebagai Adinda Zahra. Ia ingin seperti putri

Nabi Muhammad Saw, Fathimah Azzahra. Wanita penghuni surga. Ia sekarang sering berbagi dengan anak-anak di

panti asuhan. Ia sekarang sering mengikuti kajian keislaman, ia sekarang rajin beribadah. Selalu dikatakannya. Aku

telah cacat kaki tapi otakku, mataku, mulutku, hidungku, telingaku, serta tanganku masih sempurna. Hilang dua kaki

tidak akan membuatku menjadi manusia tak berguna. Aku bisa. Aku pasti bisa.

Lima tahun ia telah berjuang untuk kebenaran, sampai rindu yah rindu itu hadir juga dalam hatinya. Ia

merindukan untuk menjadi seorang ibu. Tapi ia hanya manusia biasa yang tak sempurna. Beberapa sahabatnya telah

berkeluarga dan memiliki anak-anak yang lucu.

Lihatlah, disana ada Aminah kecil. Ia tertawa riang bersama umminya. Abang Azzam yang sudah pandai

membaca Al-Quran. Mbak Mutia yang senang menghafal doa. Ah, Dinda rindu sekali. Bukannya ia tak ingin menikah,

tapi setiap Ikhwan yang datang tidak bisa menerima keadaanya. Dari yang halus sampai yang benar-benar jujur pun

pernah datang. Mereka belum siap. Mereka menginginkan Akhwat yang sempurna, yang bisa menyenangkan hati dan

menguatkan jalan mereka di medan dakwah yang nyata.

Ketika jiwanya benar-benar terguncang, iapun khilaf dan tak kuasa menahan diri. Ia menangis di hadapan

Allah. Ia mengadu. Apa perjuanganku selama ini tidak nyata Allah? Aku menolong kaum dhuafa, aku mengajar tanpa

dibayar untuk anak-anak jalanan dan anak tak mampu, ketika mereka berteriak jihad dan menentang kebenaran.

Akupun turun kejalan. Ditengah terik matahari aku ikut berjauang. Walau tubuhku letih luar biasa, aku tetap bersama

barisan mereka. Ketika saudaraku mengalami musibah, akupun ikut meminta bantuan, akupun ikut mengumpulkan

bantuan. Akupun ikut menyortir pakaian sumbangan untuk korban bencana.

Ketika seorang ibu ingin melahirkan, aku berteriak sampai suaraku habis untuk menolongnya, ketika seorang

anak kecil terjatuh aku membantunya. Ia duduk di pangkuanku dan kami berjalan berdua sampai kerumahnya.

Ketika uangku terkumpul untuk pergi berhaji, aku batalkan memenuhi panggilanmu Allah, aku gunakan uangku

untuk membantu korban kebakaran. Ketika saudari-saudariku terluka hatinya karena rumah tangga yang tidak

harmonis, ketika akhwat-akhwat muda itu terkena virus cinta, ketika patah hati tiba, pundakku selalu menjadi sandaran

mereka. Banyak air mata tumpah ruah disana.

Allah, apakah yang kulakukan ini tidak nyata? Allah bukan aku tidak ikhlas, bukan aku ingin riya, tapi benarkah

yang kulakukan tidak nyata?. Ya Allah Engkau tidak tidur dan Engkau mengetahui semuanya. Allah kepada siapa lagi

aku akan mengadu bila tidak kepadaMu. Cukuplah Engkau yang tahu wahai Allah. Aku tidak akan mengungkit

semuanya hanya untuk makhluk seperti mereka, biarlah. Aku yakin Engkau akan memberi mentari yang akan

menyinariku walau aku jauh darinya.

***

BERSAMBUNG..,

Page 27: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)
Page 28: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

"AKU AKAN MENIKAH" BAGIAN 8 by Maiya Azyzaa on Wednesday, 8 August 2012 at 22:06 ·

By Shopie

Hanif tiba di Islamic Center, dicarinya Irwan. Tapi ia tidak menemukannya. Untunglah ia bertemu akhi Hiragawa, ia

mengatakan kalau akhi Irwan sedang berada di masjid.

Hanif : Assalamualaikum wr.wb

Irwan : Waalaikumsalam wr.wb

Hanif : Sedang apa akh? Aku tadi mencari di IC, untung bertemu Hiragawa. Kalau tidak aku sudah pulang, ucapnya

kemudian sambil tangannya membetulkan letak kacamatanya.

Irwan : Tadi ada tamu ingin mengenal Islam, maka kami berbincang-bincang sambil duduk di rumah Allah ini. Biar

hatinya semakin merasa tenteram, bagaimana khabarmu? Jadi besok akan pulang ke Indonesia? Ke kota kelahiran kita,

kota Palembang.

Hanif : Inysaallah, tapi bukan besok. Nanti malam akhi.

Irwan : kenapa berubah? Sudah rindu dengan keluarga kah? Wah kami benar-benar akan merasa kehilangan. Ketika

mengucapkan kata ini, suara Irwan bergetar.

Hanif diam, ia pun merasa sedih. Tapi ada urusan yang tidak bisa ditunda lagi.

Hanif : Katanya ada yang akan di sampaikan. Apa itu?

Irwan : Professor Sinji, menawarkan satu posisi untukmu di univercity. Jika kau mau, ia masih menunggu jawabanmu.

Hanif : bukannya aku tidak ingin berada disini, tapi cintaku pada negara, serta ingin sekali aku bisa membagi ilmuku

pada saudara-saudaraku disana begitu kuat. Walau aku tahu mungkin kenikmatannya tidak sama seperti disini.

Penghargaan pun mungkin tidak akan aku terima disana tapi aku tetap ingin, karena aku lahir dan minum dari air yang

mengalir disana. Afwan akh. Itu sudah keputusan bulat dan telah ku istikharahkan.

Irwan : begitu yah, baiklah jika itu memang tidak bisa diubah lagi, ehmm yang kedua. Sebenarnya aku ingin menjalin

ukhuwah denganmu yang lebih erat lagi. Kau masih ingat dengan adikku, Adinda. Usianya sudah 25 tahun. Tapi sayang

banyak Ikhwan yang cinta dunia, tak bisa melihat permata, mutiara di dasar laut sana. Aku yakin engkau lelaki yang

bisa membuatnya bahagia. Karena engkau bukan seperti mereka. Tapi aku tidak memaksa akhi, kalaupun engkau tidak

menerimanya bukan karena engkau seperti mereka tapi memang engkau bukan jodoh adikku.

Hanif : terima kasih akhi atas niatmu, aku ingin sekali bisa menjadi keluargamu, benar engkau tidak salah menilaiku.

Apapun kondisinya aku akan ikhlas, InsyaAllah. Tapi.

Tiba-tiba suara hanif terputus karena masuk beberapa orang ke dalam masjid. Tidak hanya beberapa, ternyata semua

teman-teman di IC hadir disana.

Gema salam memenuhi masjid. Mereka duduk melingkar. Hanif dan Irwan menjawab salam mereka. Irwan kemudian

angkat bicara.

Irwan : Hanif, teman-teman berkumpul disini untuk melepas kepergianmu, semoga di sana nanti jihad selalu mewarnai

langkahmu.

Hanif : Subhanallah, sungguh aku sangat bahagia, teman-teman begitu mencintaiku. Maafkanlah jika aku ada salah

selama ini. Semoga perjuangan kita disini bisa ku lanjutkan nanti di tanah kelahiranku.

Teman-Teman : Harus itu Hanif, kalau perlu lebih semangat lagi.

Irwan : nah Hanif, melanjutkan yang tadi. Biarlah teman-teman tahu. Kenapa engkau bersegera ingin pulang ke

Indonesia. Padahal engkau masih punya beberapa hari lagi disini.

Hanif : baiklah, aku akan berterus terang. Seharusnya besok ini aku katakan. Tapi karena kita sudah berkumpul semua

maka aku akan mengatakannya. Aku telah meminang seorang wanita. Dan kami berencana menikah di hari ke 16

Ramadhan. Setelah itu aku san istriku akan berumroh ke Makkah.

Ketika Hanif mengatakan hal ini, gemuruh takbir, tasbih dan tahmid di ucapkan teman-teman. Hanif melajutkan

ucapannya.

Tapi telah terjadi sesuatu. Calon istriku mengalami kecelakaan dan sekarang sedang koma.

Terlihat ekspresi wajah teman-teman berubah, mereka kaget mendengarnya. Innalillahi wa inna lillahi rojiun. Hanif

melanjutkan lagi kata-katanya.

Tadi pagi, Ayah ku menelpon dan memintaku untuk melaksanakan pernikahan secepatnya. Karena itulah aku akan

bersegera pulang ke indonesia. Dan aku memohon doa dari kalian semua, semoga kami bisa bersama dan calon istriku

bisa sembuh.

Page 29: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Irwan langsung memeluk Hanif, dan Hanif tersenyum. Membalas pelukannya. Dibisikan oleh Irwan, ia bangga kepada

Hanif, ia meminta Hanif melupakan permintaanya tadi.

Hanif pun membisikkan kata kepada Irwan, kalau Allah berkehendak InsyaAllah.

Hampir satu jam lebih mereka melepas rasa dan tertawa menggenang masa-masa indah, pahit dan penuh perjuangan

di IC ini.

Akhirnya Hanif pamit, ia akan bersiap untuk berangkat ke Indonesia nanti malam.

***

BERSAMBUNG..,

Page 30: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

"AKU AKAN MENIKAH " BAGIAN 9 by Maiya Azyzaa on Wednesday, 8 August 2012 at 22:25 ·

By Shopie

Senja di Musim Semi,

Akhirnya aku selesai juga study di Keio Univercity. Banyak kenangan indah yang tidak bisa aku lupakan.5 tahun di

Jepang benar-benar pengalaman yang berharga.

Kampus Keio Aku pasti merindukanmu, professor Sinji, dokter Kenzu, dokter Mizuka, engkau yang sudah seperti ibuku

sendiri. Adikku sachi, semoga engkau bisa seperti ibumu yah. Belajarlah yang rajin supaya menjadi dokter wanita yang

kuat.

Rumah Sakit Keio, terima kasih aku telah menjadi orang yang berguna, aku anyak belajar arti kehidupan disini, aku bisa

menolong orang. Semua berawal dari sini.

Sahabat-sahabat di Masjid Hiro, akh Irwan, akh Hiragawa dan yang lainnya. Ukhuwah kita tak akan pernah bisa

tergantikan.

Perjalanan dari Masjid Hiro untuk terakhir kalinya ini sangat dinikmati. Dalam

kereta subway Hibiya line, dibukanya mushaf Al-Quran sakunya. Kemudia ia telah larut dalam tilawahnya. Sampai tidak

menyadari kalau seseorang sedang memperhatikannya, seseorang itu begitu menikmati lantunan ayat suci Al-Quran

yang dibacanya. Setelah selesai membaca. Ia menyapa Hanif. Disampingnya ada seorang anak kecil, mungkin cucunya,

fikir Hanif.

Ibu : maaf, anda tadi sedang menyanyi?

Hanif : sambil tersenyum, saya sedang membaca Al-Quran.

Ibu : apa itu? saya menyukainya, walau tidak mengerti

Hanif : Alquran adalah kitab suci agama Islam

Ibu : Iya, saya baru ingat. Dulu saya pernah membaca artikel tentang agama ini. Tapi baru kali ini saya mendengar isi

kitabnya. Begitu sejuk rasanya di hati.

Hanif : Hanif tersenyum mendengarnya, kemudian ia mengucap Bismillah. Semoga di hari terakhirnya di bumi Sakura

ini masih bisa melakukan kebaikan tuk membantu seseorang mendapatkan Hidayah. Bagaimana perasaan ibu ketika

mendengarnya?

Ibu : Saya merasa sejuk, dan maaf ketika saya mendengar suara anda semakin berat, seperti menahan tangis. Saya

malah menangis. Entah kenapa mata saya rasanya tak bisa menahan airmata yang tumpah.

Subhanallah, dalam hati hanif berkata. Alangkah merindu mata itu untuk mencari kebenaran, maha suci Allah yang

menciptakan makhluk dengan sebaik-baiknya penciptaan. Ingin Hanif sujud syukur begitu mengetahui alangkah

beruntungnya ia yang telah memeluk Islam sejak ia dilahirkan.

Page 31: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Hanif : maukah ibu mendengar penjelasan saya tentang arti surat yang saya baca tadi.

Ibu : silahkan, saya akan mendengarnya.

Ibu yang berada disamping hanif itupun dengan seksama mendengar penuturan dari Hanif.

AR RAHMAAN (YANG MAHA PEMURAH)

SURAT KE 55 : 78 ayat

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

BEBERAPA NIKMAT ALLAH S.W.T.YANG DAPAT DIRASAKAN DI DUNIA

(Tuhan) Yang Maha Pemurah

Yang telah mengajarkan al Quran.

Dia menciptakan manusia.

Mengajarnya pandai berbicara.

Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.

Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada Nya.

Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).

Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.

Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.

Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya).

Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang.

Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar,

dan Dia menciptakan jin dari nyala api.

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,

20. antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing

21. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

22. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.

23. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

24. Dan kepunyaanNya lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung.

25. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

26. Semua yang ada di bumi itu akan binasa.

27. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.

28. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

29. Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan

30. Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?

Page 32: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

31. Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin.

32. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

33. Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah,

kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.

34. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

35. Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga maka kamu tidak dapat menyelamatkan

diri (dari padanya).

36. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

37. Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak.

38. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

39. Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya.

40. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

41. Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandannya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka

42. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

43. Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa.

44. Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air mendidih yang memuncak panasnya.

45. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

46. Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga

47. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?,

48. kedua syurga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan.

49. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

50. Di dalam kedua syurga itu ada dua buah mata air yang mengalir

51. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

52. Di dalam kedua syurga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan.

53. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

54. Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan di kedua syurga itu

dapat (dipetik) dari dekat.

55. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

56. Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh

manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.

Page 33: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

57. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

58. Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.

59. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

60. Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).

61. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

62. Dan selain dari dua syurga itu ada dua syurga lagi

63. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

64. Kedua syurga itu (kelihatan) hijau tua warnanya.

65. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

66. Di dalam kedua syurga itu ada dua buah mata air yang memancar.

67. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

68. Di dalam keduanya (ada macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima.

69. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

70. Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi cantik-cantik.

71. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

72. (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah.

73. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

74. Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami

mereka), dan tidak pula oleh jin.

75. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

76. Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.

77. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

78. Maha Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Karunia.

Alhamdulillah, Subhanallah. Maha suci Allah, segala puji hanya untukNya.

Hanif bisa merasakan getaran hati ibu tadi. Ibu berkali-kali mengusap air matanya. Alangkah indahnya ketika

kebenaran terungkap.

Ibu : Apakah benar itu perkataan Tuhan? Sungguh aku percaya kenapa mata ini begitu saja mengalirkan air mata,

alangkah ia rindu dengan hal ini. Nak maukah engkau mengajarkan pada ibu tentang Islam.

Page 34: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Hanif : Masya Allah, senang sekali jika saya bisa membantu ibu. jika ibu mau, ibu bisa mengunjungi Islamic Center

Hiro, Pusat informasi Islam, salah satunya disana kita bisa belajar membaca Al-Quran dan mengkajinya.

Ibu : terima kasih, nak . Nanti saya akan jalan kesana..

Ternyata ibu Aiya, seorang yang ramah dan supel. Ia senang bercerita dan mencari ilmu pengetahuan, ia

seorang guru. Ia memperkenalkan cucunya, namanya Hikaru. usianya 8 tahun. Ia suka menggambar. Tiba-tiba Hikaru

memberikan gambarannya. Selama aku berbincang-bincang dengan neneknya. Ia sibuk mengambar. Dan Subhanallah

ia bukan hanya mengambar, tapi melukis wajahku. Aku kagum sekali padanya. Bakat yang dimilikinya semoga

digunakan untuk kebaikan.

Hikaru : itu untuk paman.

Sambil tersenyum ia mengatakannya.

Hanif: terima kasih Hikaru. Bagus sekali ucapku kemudian.

Aku lepaskan gantungan kunci pada Al-Quranku. Gantungan dari perak, bertuliskan huruf H, dan di balik huruf itu

tertulis ukiran huruf arab, Allah dan Muhammad.

Hanif : ini untuk Hikaru.

Sambil memberikan gantungan kunci tersebut kepadanya.

Hikaru : jangan, itu pasti barang kesayangan paman.

Hanif : tidak apa-apa, paman ingin memberikannya untukmu, disana ada lambang nama kita H untuk Hanif dan Hikaru.

Hikaru menatap neneknya, dan ibu aiya mengangguk menyuruhnya menerima pemberianku..

Hikaru : terima kasih

Hanif : sama-sama

Tidak terasa, kereta sudah sampai di tujuan. Sebelum berpisah, aku pamit kepada mereka.

Hanif : ibu, senang sekali saya bisa bertukar fikiran dengan anda

Ibu : sama-sama

Hanif : malam ini saya akan kembali ke negara saya, Indonesia.

ini kartu nama saya, disana ada alamat Islamic Center. Semoga berguna.

ibu : terima kasih, hati-hati dijalan

Page 35: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Hikaru membuka tasnya dan merobek kertas dari buku yang dikeluarkannya. ditulisnya alamat dan email. Aku

mengucapkan terima kasih. Senang sekali bisa bertemu anak yang pandai sepertinya.

Hanif : Hajimemashite. Dozo yoroshiku. “Senang berjumpa dengan anda”

Ibu & Hikaru : Dozo yoroshiku.

Ibu : Domo arigato gozaimashita “Terima kasih banyak”

Hanif : lie, do itashimahite. “kembali”

Aku menyalami hikaru, dan kubelai rambutnya. Kemudian ibu Aiya dan Hikaru membungkuk hormat, aku membalasnya.

Aku melambaikan tangan pada mereka.

***

Perjalanan menuju Bandara Narita, hanif banyak berdzikir dalam hati.

Pesawat telah terbang, Bismillah. Allah aku kembali ke negeriku. Mudahkan segala urusanku. Kota Tokyo begitu

mempesona. Dari balik jendela pesawat Hanif tersenyum. Semoga aku bisa mengunjungimu lagi kota kenangan, akan

kubawa istriku melihat indahnya salju dan bunga sakura yang bermekaran indah. Hanif memejamkan matanya. Ia lelah,

dan terlelap.

* * *

BERSAMBUNG..,

Page 36: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

"AKU AKAN MENIKAH" BAGIAN 10 by Maiya Azyzaa on Friday, 10 August 2012 at 06:29 ·

By Shopie

Perjalanan menuju Bandara Narita, Hanif banyak berdzikir dalam hati. Pesawat telah terbang, Bismillah. Allah aku

kembali ke negeriku. Mudahkan segala urusanku. Kota Tokyo begitu mempesona. Dari balik jendela pesawat Hanif

tersenyum. Semoga aku bisa mengunjungimu lagi kota kenangan, akan kubawa istriku melihat indahnya salju dan

bunga sakura yang bermekaran indah. Hanif memejamkan matanya. Ia lelah, dan terlelap.

***

Pesawat yang di tumpangi Hanif transit di Bali, pesawat yang berangkat pukul 9 malam sampai di Bali pukul 2

dini hari. Karena pesawat baru akan berangkat ke Jakarta Pukul 5, maka Hanif mencari tempat beristirahat. Ia ingin

shalat Tarawih dan Tahajud sambil menunggu waktu sahur tiba.

Sebuah Mushalla berdiri disudut dekat taman. Bandara Ngurah Rai masih ramai, karena beberapa penerbangan

masih akan take off ke beberapa negara.

Sebelumnya Hanif berwudhu di kamar mandi. Untuk keamanan. Karena ia membawa sebuah tas yang berisi

surat-surat penting. Bukannya ingin ujub atau sombong, sebenarnya tak ada uang milyaran disana hanya ia takut para

maling mengira tasnya banyak uangnya. Padahal hanya ijazah, sedikit uang serta sebuah kotak berisi sepasang cincin

yang dibelinya untuk pernikahannya nanti. Sebuah cincin dari tembaga dan sebuah dari emas, dibaliknya terukir nama.

Tembaga untuk Hanif, Emas untuk Sofi. Berhati-hati lebih baik dari pada menyesal kemudian.

Tidak terasa telah memasuki hari ke 12 di bulan Ramadhan, 24 September 2007.

Sekitar pukul 7.30, Hanif tiba di Jakarta dan ia menunggu selama satu setengah jam lagi untuk bisa sampai ke

Palembang.

Kembali Hanif memilih duduk di dekat jendela, ia ingin menatap langit yang kemerah-merahan, sambil

menyambut mentari menyapa dunia.

Salah satu penumpang duduk di sebelah Hanif. Seorang wanita, seperti seorang eksekutif. Wanita itu

kemudian membuka majalah yang di belinya tadi di market bandara. Saat Hanif menoleh ke arah wanita itu, wanita

itupun menoleh kepada Hanif.

Wanita itu terkejut, tiba-tiba berbicara “Hanif, kamu Hanif anak 3 IPA 1 kan?”. Hanif terkejut, bagaimana

wanita itu tahu kelas dan jurusannya saat SMA dulu. Apakah wanita ini teman saku kelasnya? Tapi rasanya bukan.

Hanif kemudian bicara “Apakah kita satu sekolah, ehm satu kelas?”.

Wanita itu tertawa. “Ya ampun, kamu tidak ingat saya yah. Saya Annisa, teman satu OSIS, Kabid. Iptek dan

komunikasi”. Masa sih kamu dah lupa dengan tragedi itu?.

Pertanyaan itu hanya dilontarkan Annisa dalam hatinya saja.

“Maaf, saya lupa. Sudah lama. Tunggu, rasanya ada satu peristiwa diantara kita. Apayah? Aku lupa”. Hanif

mencoba mengingat kejadian di masa SMAnya dulu.

Annisa akhirnya memberitahu, saat itu ada 2 event yang diajukan oleh OSIS. Satu dari bidang Seni dan Budaya

dan satu dari bidang Rohani, keduanya memiliki Jadwal acara yang sama. Annisa lebih membela seni, sementara Hanif

yang saat itu sebagai Kabid. Rohis mengajukan bidang Rohani. Setelah itu Annisa diam. Ia tidak melanjutkan ceritanya.

Ia malah bertanya hal yang lain, apa pekerjaan Hanif sekarang? Apakah sudah berkeluarga?.

Page 37: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Hanif yang sudah terpancing memorinya, masih mengingat apakah peristiwa itu. Dan akhirnya ia

mendapatkannya. Ia ingat, saat itu Ia dan Nisa beradu argumen dan karena Nisa pandai berorasi, banyak rekan-rekan

terpengaruhi dan akhirnya mendukung usulan Nisa.

Hanif kecewa, akhirnya memutuskan mengundurkan diri dari Kabid. Rohis. Dengan alasan ingin memfokuskan

diri untuk Ujian Nasional. Tapi semua tahu bahwa Hanif mengundurkan diri setelah Nisa mengejeknya munafik, karena

Nisa pernah melihat Hanif jalan dengan seorang akhwat. Adik kelas mereka. Nisa mengatakan, “katanya pacaran itu

tidak boleh, tapi kok bisa jalan berdua dengan akhwat ?”.

Sebenarnya Nisa telah salah sangka, Hanif tidak berdua dengan Arin, ada Restu dan Umi. Mereka berdua

datang terlambat karena mau ke toilet dulu. Tapi karena Nisa telah terbakar rasa cemburu, selama ini ia telah berusaha

mendekati Hanif, tapi selalu gagal. Makanya ia akhirnya memfoto Hanif dan Arin tanpa sepengetahuan mereka.

Besoknya beredarlah foto mereka. Di keramaian itulah dengan berpura-pura ikut menyaksikan foto yang

terpampang di Mading sekolah, Annisa mengejek Hanif.

Walau banyak yang tidak percaya, tapi melihat foto tersebut. Fitnah itu tersebar. Hanif hanya bersabar. Tapi

tidak untuk Arin. Ia shock, beberapa hari sakit. Tapi seiring waktu, peristiwa itupun dilupakan orang. Hanya saja yang

menyakitkan citra rohis tidak secerah dulu. Tapi itulah jalan dakwah, banyak aral yang menghadang. Tinggal apakah

kita bisa melaluinya ataukah menjadi orang yang kalah. Pesan terakhir itulah yang selalu di ingat Hanif saat Mabid rohis

pasca fitnah yang menimpanya.

Hanif menjawab pertanyaan Nisa, ia mengatakan kalau ia baru saja dari Jepang, mengambil kuliah S2, dan S3

di bidang kesehatan. Ia mengatakan sudah lima tahun di sana. Tentang keluarga. Hanif mengatakan belum

berkeluarga, hanya minta didoakan semoga secepatnya.

Nisa takjub dengan prestasi Hanif, dan yang lebih mengembirakan hatinya. Mendengar bahwa Hanif belum

Menikah. Nisa mulai menghayal. Berfantasi dengan lamunannya.

Hanif yang melihat Nisa diam, tidak ada lagi yang dikatakan. Akhirnya ikut diam dan bermain dengan fikirannya

sendiri. Ia kembali menatap langit yang semakin kelihatan warnanya. Awan-awan putih bergulung begitu indah.

Sebelum berpisah Nisa memberikan kartu namanya, dan akhirnya rencana Nisa sukses, Hanif memberikan

kartu namanya juga.

Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, sudah banyak perubahannya. Semakin megah, dan rapi. Hanif kagum

dengan pemerintah sekarang, karena mulai memperhatikan fasilitas-fasilitas untuk masyarakat.

Hanif naik ke salah satu taksi, Sriwijaya Taxy. Mobil segera meluncur. Hanif duduk di depan. Ia ingin menjalin

keakraban dengan sopir tersebut.

Hanif : Palembang, tambah bagus be yeh pak.

Ucap Hanif, mulai membuka percakapan dengan sopir tersebut.

Sebelumnya sopir ini merasa aneh, jarang-jarang ada penumpang yang mau duduk di depan. Begitu mendengar

sapaan Hanif yang berbahasa daerah. Sopir inipun senang, ternyata penumpangnya bukan orang luar kota.

Sopir : Iyo, nak. Semenjak ado PON, terus wong Pelembang punyo embarkasi Haji dewek. Apolagi pemerintahnyo

bener-bener memperhatike rakyat, banyak kemajuan di sini. Ngomong-ngomong, anak ni la lamo apo merantau?

Caknyo dak tau pekembangan disini.

Page 38: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Hanif : Iyo, maaf pak namo aku Hanif. Hanif memperkenalkan diri dan bapak tersebut juga menyebutkan namanya,

Ujang Karim. Hanif melanjutkan lagi obrolannya. “kebetulan Hanif belajar di Jepang, pak. Dah limo taon dak balek

kampung”.

Sopir : Pantesan mun mak itu, alangke hebatnyo kauni nak. Pacak sekolah ke Jepang. Kalu bapak ni mak inilah,

alhamdulillah yang tuo la kelas tigo SMP. Beguyur be nak. Caro wong kecik.

Hanif : sambil tersenyum. “ Yang sabar pak, ini jugo pacak kesano kareno beasiswa, doake be anak bapak pacak dapet

kesempatan cak aku ni”.

Sambil mengobrol, Hanif terus memandang perubahan di kota kelahirannya itu. Air mancur yang indah, Masjid

Agung yang bertambah megah serta jembatan Ampera yang semakin cantik. Dulu Ia sering mencari atau browsing

tentang kota Palembang. Sampai akhirnya ia menemukan blog Sofi. Disana Sofi membuat beberapa tulisan, dan

memasukkan foto-foto terbaru tentang kota kelahirannya ini.

Begitu teringat tentang Sofi, ia lupa padahal tadi ia telah melewati rumah sakit tempat Sofi di rawat, yang juga

merupakan rumah sakit tempat ia bertugas nantinya. Ucapnya dalam hati, biarlah nanti ba’da Ashar ia kesana setelah

ia berbicara dengan ayahnya.

Tinggal beberapa meter lagi, maka Hanif akan sampai di rumah yang sudah lama dirindukannya. Ketika mobil

berhenti di depan rumah, Ia sudah disambut Ibu, Ayah dan keluarganya.

Pak Ujang yang melihat hal itu jadi terharu. Ia kagum dengan keberhasilan orang tua Hanif yang telah

mengantarkan anaknya menuju kesuksesan. Ia pun bertekad untuk lebih memperhatikan anak-anaknya.

Hanif segera membayar ongkos taksinya, 2 kali lipat dari yang seharusnya. Pak Ujang menolaknya. Tapi Hanif

mengatakan itu untuk tambahan karena pak Ujang mau ngobrol dan bercerita tentang kota Palembang. Akhirnya pak

Ujang menerimanya. Diberinya Hanif kartu nama. Jika Hanif ada perlu pak Ujang siap mengantarnya. Hanif

mengucapkan terima kasih dan mengatakan InsyaAllah akan menghubungi pak Ujang, sambil bersilaturahmi.

Dua gadis kecilnya tidak melepaskan ia. Hanif memeluk si kecil dan menanyakan khabarnya?. Ibu Hanif masih

memandanginya sambil menyeka air mata. Ayah menyuruh Hanif beristirahat dahulu. Ba’da dzuhur ayahnya ingin

bicara padanya.

Bersama dua ponakannya, dengan menggandeng ibunya. Hanif bercerita sedikit tentang Jepang. Hanif melihat

tidak ada perubahan dalam kamarnya. Semua tersusun rapi seperti saat ia pergi dulu. Setelah ibu, Hafidzoh dan

Fatimah pergi. Hanif pergi membersihkan diri dan beristirahat sejenak.

* * *

BERSAMNBUNG..,

Page 39: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)
Page 40: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

"AKU AKAN MENIKAH" BAGIAN 11 by Maiya Azyzaa on Friday, 10 August 2012 at 06:49 ·

By Shopie

24 September 2007

Ba’da Dzuhur

Pak Haji masih duduk berdzikir di Masjid Akbar. Dulu pak Haji memutuskan memberi nama Hanif, ketika

sedang berdzikir di masjid ini. Karena itulah ada nama Akbar di nama Hanif. Muhammad Hanif Akbar.

Sementara Hanif berada di Shaff pertama di belakang pak Haji. Hanif sedang menunggu apa yang akan di

sampaikan Ayahnya.

Akhirnya pak Haji, berbalik arah. Mereka sekarang saling berhadapan. Pak Haji masih membuka percakapan

dengan menanyakan gema jihad di sana. Alhamdulillah jawab Hanif, banyak kemajuan. Kemudian pak Haji mulai

membicarakan tentang keadaan Sofi.

“Hanif, Ayah sudah berbicara dengan keluarga Sofi kemarin. Ayah mengatakan tetap ingin melanjutkan hal yang sudah

di sepakati sebelumnya”.

Hanif mendengarkan dengan seksama. Pak Haji melanjutkan kata-katanya.

“Keluarga Sofi belum memberi jawaban. Karena menurut mereka, mereka belum pernah mengadakan hal besar dengan

keadaan seperti ini. Menikahkan keluarga yang sedang sakit”.

Pak Haji melanjutkan lagi ceritanya.

“Kemudian Ayah mengatakan. Dalam hal ini, kami memahami keadaan keluarga Sofi. Bukan kami ingin

mempermainkan, tapi memang kami berniat tulus untuk menjalin kekeluargaan. Mengenai hal yang terjadi, ini semua

sudah suratan takdir dari Allah SWT. Kita hanya berusaha, dan tidak ada halangan untuk menikahkan mereka, karena

yang melakukan ijab qobul adalah mempelai laki-laki dan orang tua wanita. Bukankah kita sudah tahu bahwa Sofi

menyetujui pernikahan ini”.

Kemudian menurut ayah Hanif, keluarga Sofi tetap akan memusyawarahkan hal ini. Keputusannya akan

diberikan besok malam.

Hanif masih diam, kemudia ia berbicara. “Hanif bolehkan bersilaturahmi dan mengunjungi Sofi?”. Tentu saja

boleh. Ba’da Ashar kita akan membesuk Sofi. Siapa tahu dengan kehadiranmu dan atas izin Allah, Sofi bisa sadar. Ucap

ayahnya sambil tersenyum. Kemudian mereka saling berangkulan.

Ba’da Ashar, Hanif, Pak Haji, ibu dan paman Hadi pergi membesuk. Paman Hadi adalah adik ibu. Paman Hadi

juga yang membawa mobil.

Dalam hati, Hanif terus berzikir. Ia memasrahkan diri kepada Allah. Ia hanya berusaha. Di rumah sakit.

Keluarga Sofi masih menunggu di ruang tunggu sebelah ruang ICU. Ibu Sofi sudah baikan, tidak lagi di rawat. Sore itu

yang sedang menunggu, Bapak, Ibu dan kakak kedua Sofi. Mereka tidak tahu kalau keluarga Hanif akan berkunjung.

Kakak Sofi hendak membeli makanan untuk berbuka, tapi begitu melihat ada keluarga Hanif, Kak Doni kembali

lagi dan memberitahu bapak, kalau ada keluarga pak Haji sedang kemari.

Page 41: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Akhirnya Hanif bisa bertemu dengan Bapak dan Ibu serta kakak Sofi. Hanif di suruh Bapak Sofi melihat ke

dalam. Kakak Sofi berbaik hati untuk menemaninya. Alhamdulillah, kami tidak berkhalwat. Kakaknya menceritakan, dua

hari ini. Kondisinya belum ada perubahan.

Hanif mengganguk dalam, berusaha menyimak kata-katanya. Tapi begitu melihat Sofi. Hati Hanif sedih, ia

tidak menyangka akan seperti itu rasanya. Walau ia sering melihat dan pernah juga menangani pasien koma dan sakit

parah. Ia berusaha merasakan kesedihan keluarga pasien. Tapi kini ia sendiri yang mengalaminya. Orang yang akan

menjadi pendampingnya, menjadi ibu untuk anak-anaknya kelak. Ia sungguh tak kuasa melihatnya. Hanif beristighfar.

Ia kemudian menyapa Sofi.

Assalamualaikum ya Ukhti. Khaifa khaluk?. Semoga Allah masih memberi Rahmat untuk kita semua. Ukhti, cobaan ini

semoga bisa menjadikan kita tetap sebagai hamba yang bersyukur. Karena dalam kondisi seperti ini, Allah masih

memberi cinta, karapan, kasih sayangnya untuk kita. Ukhti, Afwan kalau ane ada salah dan khilaf. Semoga Allah

menjagamu dan InsyaAllah keputusan ane tidak berubah. Jika kita berjodoh, Allah pasti akan mempertemukan kita.

Teruslah semangat, kalau ini belum saatnya. Maka jangan pernah menyerah.

Hanif tersenyum, ia senang masih bisa bertemu dengan Sofi. Ia hanya berdoa semoga Allah memberi yang

terbaik untuk semua.

Hanif lupa, ada kakak Sofi disana. Tak apalah fikirnya. Toh kakak Sofi pasti mengerti apa yang sudah

dikatakannya. Mereka kemudian keluar.

Hanif kemudian mengobrol dengan Doni. Rupanya kakak sofi usianya lebih muda dari Hanif. Doni bercerita ia

sempat menyesal kenapa tidak menjemput sofi. Biasanya kalau selesai mengajar Sofi selalu menelponnya untuk minta

di jemput. Hanif cuma bisa mengingatkan semua sudah diatur oleh Allah, kita bersabar saja ucapnya.

Kemudian Doni permisi untuk membeli makanan untuk berbuka. Akhirnya aku bergabung dengan Ayah dan

Bapak Sofi, Pak Muchtar. Beliau menanyakan keadaanku, kemudian mengatakan bahwa keputusannya besok malam.

Jika berdasarkan keinginannya, ingin sekali ia menikahkan putrinya itu. Tapi sekarang pernikahan ini sudah menjadi

perkara keluarga besar. Beliau menghargai keputusan keluarga. Dan kamipun menghargai keputusan keluarga pak

Muchtar, ujar ayah kemudian.

Sambil menunggu, Hanif permisi untuk bertemu dokter yang merawat Sofi. Ternyata yang merawatnya adalah

dr. Agus, kebetulan dokter baru datang. Maka Hanif langsung memperkenalkan diri. Setelah mengetahui kalau Hanif

adalah dokter yang tadi dibicarakan di meeting rumah sakit. dr. Agus mengucapkan selamat datang dan turut prihatin

tentang Sofi. Menurut dr. Agus. Analisanya sedikit berbeda dengan dr. Burhan. Karena dari hasil scan, cidera di kepala

Sofi sepertinya tidak fatal. Hanya saja dr. Agus belum menemukan penyebab koma itu. Mungkin karena shock, dan

benturan yang membuat syaraf mengalami disfungsi.

Hanif kemudian mengatakan, ia akan mencoba menganalisanya. Ternyata dr. Agus langsung memberikan

data-data dan scan otak dan kepala serta beberapa cidera yang ada di tubuh Sofi. Termasuk robeknya kulit dekat

perut. Yang diduga karena pergesekan tubuh dengan dinding batu saluran air (got)yang cukup tajam.

Hanif menggucapkan terima kasih, dan akan berusaha. dr. Agus langsung bicara” Harus itu, kan untuk kekasih

tercinta”. Hanif hanya tersenyum. Aduh dokter, Ya Allah. Kuatkan hati ini agar tidak terbawa arus. Ucap Hanif dalam

hati.

***

Page 42: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Setelah selesai tahajud, Hanif membuka data-data dari dr.Agus. ia mulai mempelajari semuanya. Ia membuka

lemari bukunya. Mencari referensi tentang cidera otak. Sampai waktu sahur tiba, ia baru sadar setelah Fatimah

mengetuk pintu kamarnya dan memanggilnya untuk sahur.

Palembang, 25 September 2007

Malam itu, pukul 09.30. Hanif beserta beberapa keluarga datang ke rumah keluarga Sofi. Untuk mendengar

keputusan keluarga besar.

Keluarga Sofi menyambut baik keinginan ini. Mereka telah bermufakat, pernikahan akan di langsungkan tetap

seperti rencana.

Takbir, tahmid dan hamdalah terdengar. Maka sesuai dengan kesepakatan. 27 September 2007, sore ba’da

Ashar adalah serah-serahan untuk pernikahan. Kemudian pada hari Jum’at setelah shalat Jum’at. Pernikahan di

langsungkan.

Kemudian Hanif berangkat umroh tiga hari sebagai mahar. Hanif berangkat sebagai pengganti Sofi.

Setelah semua diutarakan oleh keluarga besar Sofi. Maka giliran keluarga Hanif yang bicara, mereka

menyangupi semua permintaan. Hanif pun bersedia pergi ke Makkah untuk berumroh sesuai perjanjiannya.

Semua saling bersalaman dan berpelukan. Langit penuh bintang, para malaikat bertasbih memuji kebesaran

Allah, mereka mendoakan semoga kebaikan itu akan mendapat Rahmat dari Allah SWT.

***

Malam semakin larut, Hanif masih bersujud kepadaNya. Mengucapkan syukur karena Allah memberinya

kesempatan untuk membahagiakan hati seorang wanita untuk menjadi istri dan menggenapkan diennya.

Besok ia akan menggucapkan ijab qobul yang telah lama dinantinya. Hanif terus berdoa semoga Allah memberi

kekuatan padanya.

Masjid As-Shaff kali ini ramai, Jamaah meningkat dua kali lipat. Mereka ingin menjadi saksi atas pernikahan

Hanif dan Sofi. Sebuah pernikahan yang mungkin terjadi sekali dalam seumur hidup mereka. Pernikahan yang nyata,

tidak seperti di film atau buku cerita.

Jarak Masjid dan rumah Sofi tidak jauh hanya berkelang 5 rumah. Maka jika sound sistem di hidupkan, suara

akan terdengar jelas. Para wanita menunggu dirumah.

Siapa yang menemani Sofi di rumah sakit? Ibu Hanif, Ibu Sofi, mbak Kar dan beberapa kerabat Hanif dan Sofi.

Mbak Kar mulai mengaktifkan video call, sementara Doni juga mengaktifkan video call dari handphonenya. Atas

izin dr. Agus. Mereka bertiga di perbolehkan menemani Sofi.

Hanif terlihat maju dari barisan orang-orang yang shalat tadi, dengan menggunakan baju koko putih dan

berpeci haji ia mulai menggenggam tangan Bapak.

Penghulu mempersilahkan Bapak menggucapkan ijab qobul.

Page 43: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Muhammad Hanif Akbar bin H. Abidin Hanif, aku nikahkan engkau dengan putriku Sofiyah Siti Ainun Mardiyah

binti H. Muchtar Umar dengan mas kawin umroh Makkah, Uang tunai 5 Juta Rupiah, sepasang Cincin Kawin serta

Hafalan Surah Ar-Rahman.

Saya terima nikahnya dengan maskawin tersebut diatas tunai.

Kemudian penghulu bertanya pada saksi-saksi sudah sahkan pernikahan ini. Kemudian di jawab sah. Takbir,

tahmid dan hamdalah bergema di masjid.

“Barokallahu laka wa baaroka ‘alaika wa jama’a bainakumaa fii khoir”

“Semoga Allah memberkahimu, semoga Allah memberkahi atasmu, dan mengumpulkan kamu berdua dalam

kebaikan. (Riwayat Abu Darda dan Tirmidzi, Shahih)”

Saat Hanif membaca hafalan surah Ar-Rahman, bergetar seluruh hati yang mendengarnya. Tak kuasa

menahan air mata.

***

Hari itu satu jiwa telah mengikat janji. Semua jamaah memeluk Hanif dan Bapak. Mereka berdoa semoga Sofi lekas

sembuh dan menjadi keluarga sakinah, Mawaddah dan Warohmah.

Sementara itu, di rumah sakit semua menangis haru. Semua menatap Sofi. Berharap apakah aku mendengar

semuanya. Berharap aku sadar saat itu juga.

Tapi aku tetap diam. Ibu kemudian menciumku dan dibisikkannya, “Barokallahu laka wa baaroka ‘alaika wa

jama’a bainakumaa fii khoir”. Semoga pernikahanmu ini membawa berkah anakku. Air matanya menetes di pipiku.

Kemudian ibu Hanif menciumku, membisikkan doa dan keberkahan untukku. Terakhir mbak Kar, ia berkata

cepatlah bangun adikku, engkau telah menjadi seorang istri. Nanti berikan aku keponakan yang lucu. “Barokallahu laka

wa baaroka ‘alaika wa jama’a bainakumaa fii khoir”. Iapun memelukku dan kurasakan hatinya antara bahagia, sedih

dan takut kehilanganku.

***

BERSAMBUNG..,

Page 44: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)
Page 45: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

"AKU AKAN MENIKAH" BAGIAN 12 (4 EPISODE TERAKHIR) by Maiya Azyzaa on Friday, 10 August 2012 at 07:07 ·

By Shopie

Bismillah, Hanif memasuki rumah keluarga Sofi. Ia di sambut dengan suka cita, doa keberkahan mengiringi langkahnya.

Hanif permisi dari keramaian. Ia tak punya banyak waktu. Ia pergi menuju kamar pengantinnya.

“Assalamualaikum”, ucapnya. Tak ada yang menjawab. Di kamar itu tidak ada siapa-siapa. Dengan perasaan berdebar,

Hanif menutup mata. Membayangkan keberadaan istrinya dikamar itu.

Kamar itu begitu sederhana, tidak ada hiasan seperti kamar pengantin yang pernah dilihatnya. Begitu membuka pintu

sebuah tempat tidur dengan seprei berwarna biru. Dua bantal dengan satu guling, sebuah selimut berwarna pink ada

disana. Dua buah jendela membawa angin segar, dari balik jendela rumpun pohon katu berderet rapi, sangat kokoh.

Walau di balik rimbunnya berdiri lebih kokoh dinding pembatas rumah. Di sebelah tempat tidur ada satu lemari buku.

Entah sudah berapa ratus buku berjejer rapi disana. Di pandangnya lagi sekeliling ruang itu. Sebuah tv, radio juga ada.

Di sebelahnya komputer lengkap dengan printernya. Sebuah kipas angin di samping lemari buku. Di samping pintu

masuk sebuah lemari pakaian berwarna hitam ada disana.

Dinding kamarnya berwarna hijau, posisi komputer, tv dan meja tulis berada di depan pintu, meja tulis dan tempat

tidur berada di samping jendela. Begitu kita duduk di depan komputer, atau menonton tv atau memutar radio, atau

berbaring di tempat tidur. Mata akan tertuju pada dinding kamar yang penuh dengan tempelan kertas bertuliskan

motivasi “Find Your Way”, “You Can Do It”, “Do The Best”, “Allah Your Power”, “Keep Your Spirit” dan “Succes In Your

Hand”. Kaligrafi bertuliskan Surah Al-faatihah tertempel di dinding. Sebuah jam beker kecil berada di atas meja,

beberapa buku komputer tergeletak di atas meja. Alat-alat tulis berada dalam box bertingkat. Disampingnya sebuah

box yang agak besar ada di atas meja itu. Beberapa cd ada diatasnya. Box itu terdiri dari tiga tingkat. Tingkat pertama

berisi cd program, tingkat kedua berisi mp3 nasyid, Murottal, instrument, lagu pop Indonesia dan luar negeri, lagu

dangdut dan Hanif tersenyum dua keping mp3 berisi lagu-lagu India juga ada. Di tingkat paling bawah berisi kepingan

cd film. Film drama barat, korea, kolosal dan history sepertinya di sukai Sofi. Dari film The messanger, Desert of lion,

children of heaven, The last samurai, Lord of the rings, Harry Potter, Fiding Nemo, Beautiful mind, Fullhouse, dan yang

menarik sebuah film yang juga di sukai Hanif ada di salah satu koleksi Sofi.

Judul film itu The Professor and his beloved equation, sebuah film dari negeri Jepang. Kisah tentang seorang professor

yang mengalami kecelakaan mobil. Professor hanya memiliki 80 menit dalam sehari untuk mengingat kejadian dalam

sehari. Setelah itu ia akan lupa apa yang di kerjakannya kemarin. Ia tidak ingat apa-apa. Hal ini sudah berlangsung

selama 10 tahun.

Sampai suatu ketika seorang ibu memiliki satu anak bekerja untuk mengurusnya. Ibu muda ini memiliki seorang anak

laki-laki. Professor menamai anaknya Root, professor sangat mencintai matematika. Root dan ibunya akhirnya

mengetahui keindahan dari sebuah angka. Sebuah kisah yang mengharukan, bagaimana kita beryukur dan bisa ejoy

menikmati hidup. film ini dirangkai dari Root yang bercerita kepada murid-muridnya bagaimana caranya mencintai

matematika. Root kecil telah menjadi seorang guru matematika, kemudian ia bercerita tentang professor dan

kecintaanya untuk memotivasi siswanya.

Hanif menutup kembali box cd, kemudian ia melangkah menelusuri setiap buku di lemari. Dari hadits Bukhari-Muslim,

Fiqih Wanita, Sifat Shalat sampai Fiqih dakwah juga ada. Rak kedua dan tiga berisi buku-buku komputer. Buku umum

dan novel serta beberapa buku Islam lainnya juga berderet disana.

Hanif tertarik dengan Al-Quran jaket hijau dekat buku La tahzaan, saat di ambilnya Quran itu. Di baliknya ada binder

kecil. Hanif mengambil binder itu, ternyata itu adalah buku harian Sofi.

Hanif duduk di tepi tempat tidur, angin sepoi menyapa dari jendela yang terbuka. Lembar pertama di bukanya.

Palembang, 1 Januari 2007

Tahun baru, Bapak dan ibu di Makkah.

Page 46: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Setelah membaca surah Yaasin untuk keselamatan bapak dan ibu, kakakku menyiapkan sate untuk tahun baru.

Aku tidak ikut-ikutan. Aku tidur.

Dy, dia sedang ngapain yah?

Kenapa aku ini?. Memikirkan orang yang tidak bertanggung jawab itu. Sudahlah aku tidur saja. Dah Dy…

selamat malam. Doakan aku bertemu pangeran yang baru yah yang lebih baik darinya.

Saat Hanif akan membuka lembar berikutnya, ia teringat belum melakukan shalat syukur kepada Allah. Buku

dan Al-Quran di letakkan Hanif diatas meja tulis.

Setelah berwudhu, Hanif segera Shalat di kamar dan mengucapkan syukur dan mohon keberkahan dari Allah.

Pintu kamar di ketuk, semua sudah siap untuk mengantar Hanif ke rumah sakit setelah itu menuju bandara.

Hampir lupa, Hanif turun lagi dari mobil. Ia mengatakan ada yang ketinggalan. Buku diary dan Al-Quran Sofi

dibawanya, sebelum keluar ia membuka lemari pakaian dan mengambil sesuatu disana.

Begitu sampai di rumah sakit, Hanif di peluk Ibunya, Mertuanya juga memeluknya dan mengucapkan doa

keberkahan untuknya dan Sofi.

Di ruang itu, Hanif memegang tangan Sofi di ciumnya dengan segenap hatinya. Kemudian di tangan itu di

selipkan cincin pernikahan mereka di jari manisnya. Dengan memegang tangan Sofi, Hanif memberikan tangan

kanannya. Tangan Sofi memegang cincin dan di masukkan ke jari manis Hanif.

Hanif berdoa kepada Allah, lalu di kecupnya ubun-ubun kepala Sofi. Air matanya mengalir, menetes

membasahi mata Sofi. Di bisikkannya di telinga Sofi.

“Wahai istriku, aku akan pergi untuk menunaikan janjiku padamu. Tunggu aku, hanya tiga hari. Bertahanlah disini. Aku

akan bermohon kepada Allah untuk memberikan kesembuhan padamu. Tapi jika Allah berkehendak lain, bermohonlah

pada Allah, jika saat itu tiba semoga aku bisa berada disisimu. Agar aku bisa menemanimu, merengkuhmu dalam

dekapku”.

“Wahai istriku, aku hanya lelaki biasa. Aku tak bisa membuat puisi cinta untukmu, aku tak membawa bunga untukmu,

aku juga tak pandai berkata-kata, tapi engkau harus tahu bahwa aku ingin engkau mejadi pendampingku dunia dan

akherat”.

“Wahai istriku aku hanya membawa Al-Quran yang selalu engkau baca, sebuah Diary catatan kecil, dan

selembar jilbab putihmu. Mereka akan menemaniku saat di tanah suci Makkah”.

Hanif menghapus air matanya, dan membuka Al-Quran Sofi, ia masih memegang tangan Sofi, Hanif

memejamkan mata dan berkata kepada Allah, wahai Allah, Tuhanku yang satu. Istriku biasanya bermohon padaMu,

maka kali ini aku akan bermohon juga sebelum kubaca Al-Qurannya. Beri aku petunjukmu.Al-Quran itu kemudian

dibukanya dan telunjuknya berada di atas ayat ke 30 dan 31 surat Al-Kahfi.

“Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang

yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.

Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga 'Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu

mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang

mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat

istirahat yang indah”. (Al-Kahfi : 30-31).

Page 47: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

“Subhanallah, Sofi semoga kita bisa bertemu di sana yah”. Hanif membuka pembatas surah yang ada di Al-Quran. Di

sana terselip tulisan sampai ayat ke 20 Al-Anfaal. Dalam hati Hanif berkata, apakah ini batas terakhir bacaanmu?

Baiklah aku akan melanjutkannya. Kemudian Hanif mulai membaca smapi di Ayat ke 65, Ibu Hanif masuk dan

mengatakan sudah saatnya ia berangkat. Berat sekali ia meninggalkan tempat itu, tapi Hanif melangkah juga keluar

dari sana.

Dari kejauahan, di satu sudut mata mengalir bening airmata. Tak ada yang tahu, tak ada yang sempat melihatnya. Di

atas langit, Malaikat bertasbih dan mendoakan mereka.

***

BERSAMBUNG..,

Page 48: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

"AKU AKAN MENIKAH" BAGIAN 13 (3 EPISODE TERAKHIR) by Maiya Azyzaa on Friday, 10 August 2012 at 07:26 ·

By Shopie

Hanif mengucap syukur, karena telah sampai di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, bandara ini tak pernah sepi dari

pengunjung. Ribuan umat Islam silih berganti berdatangan. Hanif melihat kakak Gin, Sepupu Hanif yang berkerja di

Arab Saudi. Mereka berpelukan. Kak Gin telah menunggunya dari satu jam yang lalu.

Mereka pun segera berangkat menuju Makkah dengan berniat dan berihram. perjalanan 9 jam langsung dari bandara

Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang cukup melelahkan Hanif.

Beberapa kilo meter lagi sampai di Makkah seperti biasa akan ada Check Point atau pemeriksaan standar dari

pemerintah untuk orang-orang yang akan masuk ke Makkah. Biasanya diperiksa iqamah atau KTP, Paspor untuk orang

asing atau bukan penduduk setempat. Setelah semua selesai perjalanan dilanjutkan. Baru juga beberapa meter, tiba-

tiba jalanan macet. Ternyata telah terjadi tabrakan, dua mobil ringsek berat. Kak Gin perlahan menjalankan mobil,

mereka tidak bisa melihat korbannya, karena beberapa polisi sigap langsung mengamankan tempat tersebut. Dalam

hati Hanif berdoa mudah-mudahan selamat penumpangnya.

Selama perjalanan Kak Gin tak banyak bertanya, ia tidak ingin Hanif sedih. Semua yang telah terjadi tidak pernah di

duga. Sebelumnya Hanif telah mempersiapkan segalanya dengan sempurna bersama kak Gin, tapi Allah berkehendak

lain.

Kota Makkah sudah di depan mata, Hanif melihat jam di tangannya. Pukul 02:50 dini hari. Hanif baru menyadari kak

Gin hebat juga membawa mobil. Biasanya bisa 1 jam sampai ke Makkah, tapi ternyata bisa di tempuh dalam 45 menit.

“Wahai Istriku, aku penuhi janjiku. Bismillahirahmanirrahim, Allahu Akbar”.

Memasuki kota Makkah, mulailah Hanif dan kak Gin mengumandangkan Talbiyah.

Hanif sudah beberapa kali berhaji, ia sering membantu ayahnya menjadi pembimbing saat bulan Haji, dan Umroh. Ia

selalu merasakan nuansa yang berbeda setiap kali berangkat ke Makkah untuk berumroh ataupun saat Haji besar.

Rasa yang sama, takjub, sedih, haru. Semuanya bercampur aduk. Selalu berulang biarpun sudah berkali-kali

mengunjungi rumah Allah ini. Mulai memasuki kota Makkah setelah melewati salah satu terowongan. Di sisi kiri, Masjidil

Haram berdiri megah, terang benderang bercahaya. Subhanallah.

Kak Gin memarkir mobil di jalan raya yang terdekat dengan Masjidil Haram Tidak jauh dari muka gang Pasar Seng

tempat orang menjual cendera mata dan tempat pendatang belanja untuk oleh-oleh. Berjalanlah mereka menyebrangi

jalan melintasi Pasar Seng yang ramai pedagang.

Mereka melewati pintu Babussalam. Babussalam adalah pintu ke 24 dari Masjidil Haram. Disunnahkan untuk memasuki

Masjidil Haram melalui pintu ini. Suasana disana sangat ramai, penuh sesak dan berdesak-desakan. Hari ke 17

Ramadhan ini, orang-orang semakin banyak yang berdatangan.

Mereka masuk ke pelataran Ka'bah, lalu shalat sunnah 2 rakaat. Selanjutnya Hanif shalat hajat, ia memohon kepada

Allah untuk menyembuhkan istrinya Sofi. Dibukanya Al-Quran. Hanif membaca surat Yusuf ayat ke 62. Terakhir Hanif

melanjutkan bacaan Quran Sofi sudah sampai pada surat Yusuf.

Tiba-tiba, seorang Syeikh menepuk pundaknya dan mengatakan dalam bahasa Arab memintanya membacakan Surat

Ar-Rahman. Hanif menoleh kepada kak Gin, beliau mempersilahkan Hanif untuk memenuhi permintaan Syeikh itu.

Hanif menghadap ke orang-orang dan dalam penglihatan Hanif, banyak sekali orang-orang yang tadinya mungkin telah

selesai shalat dan thawaf tiba-tiba duduk dan seolah-olah siap untuk mendengarkan bacaan Hanif.

Page 49: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Dengan mengucap taawudz dan basmalah, Hanif mulai membaca. Kali ini Hanif merasa surat ini telah menguncangkan

bathinnya lebih dasyat dari sebelumnya saat ia membacakan di ijab qobulnya tadi siang.

Begitu selesai, bergema kembali ucapan barakallah. “Barokallahu laka wa baaroka ‘alaika wa jama’a bainakumaa fii

khoir”.

Hanif kaget, kak Gin juga. Bagaimana orang-orang ini mengetahui tentang pernikahannya. Hanya takbir, tasbih dan

tahmid yang terucap di bibir mereka.

Kak Gin terharu sekali. Seumur hidupnya baru kali ini ia menyaksikan pernikahan yang begitu di berkahi.

Kak Gin kemudian memeluk Hanif, barakallah adikku. Mereka baru tersadar setelah terdengar kembali lantunan

talbiyah. “labbaik Allahuma labbaik…”

Saat mereka ingin melihat orang-orang yang tadi bersama mereka dan ikut mendengar, ternyata sudah menghilang.

Kak Gin berfikir jangan-jangan yang mendengarkan bacaan Hanif itu adalah para malaikat. Subhanallah.

Hanif berkata kepada kak Gin, Subhanallah kak, aku baru teringat aku telah berjanji kepada istriku ketika aku berada di

Makkah akan membacakan Surat Ar-Rahman. Ternyata Allah telah mengingatkan aku untuk menepati janji.

Tidak terasa sudah setengah jam mereka di pelataran Ka’bah. Kak Gan mengajak Hanif untuk mencari makanan untuk

sahur. Mereka pun pergi dari sana. Di salah satu pilar masjid, seorang ibu duduk menangis. Di dekati oleh Hanif dan di

tanyakannya apa yang terjadi. Mungkin mereka bisa membantu ibu itu.

Kemudian ibu itu bercerita, kalau ia bertemu dengan seorang wanita dan wanita itu meminta makanan dan minuman

untuk berbuka. Tapi karena ibu itu tidak membawa makanan, ia hanya berkata tidak bisa menolongnya.

Setelah wanita itu pergi, ibu baru tersadar dan sangat menyesal. Karena itu ibu membeli makanan tapi ibu tidak

menemukannya. Kemudian ibu itu bertanya kepada Hanif dan kak Gin, apakah mereka mau menerima makanan dari

ibu itu. Karena sudah berkali-kali ia menawarkan makanan itu ke orang lain tapi di tolak.

Subhanallah, Hanif dan kak Gin bertasbih. Ternyata Allah maha Kaya, Ia memberikan rezeki secara tidak terduga.

Merekapun menerimanya. Ibu itupun senang sekali.

Dari kejauhan seraut wajah tersenyum, walau ia belum juga bisa berbuka puasa.

***

Kak Gin mengajak Hanif menuju Masjidil Haram, untuk bersiap shalat subuh di sana. Adzan subuh berkumandang,

tempat dirapikan mulailah semua jamaah shalat subuh berjamaah. Tenang, khusyu’. Suara Imam yang merdu

terdengar di telinga, nikmaaaatttt ! sekali. Hanif tak kuasa dalam shalatnya ia menangis, begitu besar nikmat Allah

telah diberi. Apakah ia termasuk hamba Allah yang bersyukur? Semakin ia dalam mengingat, semakin ia tak kuasa

menahan tangisnya.

Berjam-jam mereka di dalam masjid, tilawah tiada henti. Matahari bersinar dengan cerah, udara masih terasa sejuk.

Setelah membersihkan diri dan shalat Dhuha.

Akhirnya mereka bersiap untuk memulai Thawaf. Thawaf adalah berjalan mengelilingi Ka'bah. Berjalan mengelilingi

Ka'bah ini di lakukan sebanyak tujuh kali putaran, yang di mulai dari Hajar Aswad.

Kak Gin mulai memimpin doa diikuti Hanif di sampingnya.

Suasana khidmat teratur para jamaah berjalan. Seperti mimpi Hanif kembali berjalan di hadapan ka'bah sambil sesekali

menyeka air mata. Setelah menyelesaikan 7 keliling, merekapun keluar dari arena Thawaf, dan shalat 2 rakaat di depan

Makam Ibrahim.

Page 50: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Sebelum melaksanakan wajib umrah selanjutnya, mereka duduk sekedar melepaskan lelah di tangga dekat deretan

kran-kran air zam-zam. Hanif mengambil air zam-zam dan di basuhnya ke wajahnya. Segar sekali.

Perjalanan umroh belum selesai, masih harus melaksanakan Sa'i.

BERSAMBUNG..,

Page 51: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

AKU AKAN MENIKAH BAGIAN 14 by Maiya Azyzaa on Saturday, 11 August 2012 at 16:23 ·

By Shopie

Hanif dan kak Gin bersiap dengan semangat untuk melaksanakan Sa’i. mereka kemudian keluar dari pelataran ka’bah

menuju tempat Sa’idilaksanakan. Sampailah mereka di bukit Safa, sambil berdoa mulailah mereka berjalan bolak balik 7

kali antara bukit Safa dan Marwah.

Rasa lelah tak terlukis di wajah mereka, peluh yang berhamburan semakin membuat mereka bersemangat. Akhirnya

sampailah di perjalanan terakhir umroh. Hanif berkali-kali mengucapkan doa dalam hati “Ya Allah perkenankanlah aku

kembali lagi untuk melaksanan Haji bersama istriku dan keluarga”.

Sebelum meninggalkan Masjidil haram Hanif sempat memalingkan muka sekali lagi ke arah Masjidil haram dan

bergumam.... Subhanalllah.

***

Flat yang didiami keluarga kak Gin terbilang besar. Tapi bukan besar ruangnya yang membuat Hanif terkesan

dan betah berlama-lama disana. Istri kak Gin, Mbak Tina yang pandai menatanya sehingga membuat kita nyaman.

Hanif beristirahat di kamar Rey, Anak tertua kak Gin. Rey masih di sekolah, karena ada pelajaran tambahan.

Sambil rebahan, Hanif membuka diary Sofi.

“Palembang, catatanku”

Dear Diary,

Aku jatuh cinta, seorang lelaki sederhana telah membuatku terpesona. Cerita ini belum sempat ku posting di weblogku.

Bukan karena ia ahli agama, Bukan karena ia seorang sastrawan, Ia hanya pengamen jalanan.

Aku bertemu pertama kali di sebuah biskota, ia menyapaku ukhti. Kemudian permisi untuk melantunkan sebuah lagu.

Kau tahu isi lagunya?

Lagu yang menjadi backsound acara nasyid kesukaanku. Yup, benar lagu sekeping hati.

Kau tahu Dy, aku senang sekali ketika dia mulai memainkan biolanya.

Dy, aku bertemu dengannya lagi. Tapi kulihat kali ini berbeda. Wajahnya yang ceria agak muram, mungkin hari ini

rezekinya tidak banyak atau mungkin ia sedang ada masalah. Aku tak tahu.

***

Hanif membuka lembar berikutnya, dan semakin penasaran dengan cerita Sofi.

“Palembang, Untukmu”

Lelaki biasa

Page 52: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Ada apa denganmu

Kenapa kemarin tatapanmu kelam

Aku tak merasakan indahnya nada

Kau hanya diam memainkan biola

Kulihat kau tergesa

Kali ini lagumu tak sama

Belum sampai nada terakhir

Kau sudahi tanpa suara

Lelaki biasa

Kau buat aku kecewa

Kaupun tiada menyapa

Aku hanya diam

Memandang langkah

Dari kejauhan

Hanif semakin serius menyimak tulisan Sofi, mencari tahu apa maksud kata “aku jatuh cinta”.

Entah cemburu, entah apa yang dipikirkannya. Otaknya bekerja lebih keras, matanya tak lepas membaca setiap bait isi

catatan itu.

“Palembang, Di Masjid itu”

My Diary, setelah mengajar aku segera pulang, tapi saat di simpang Polda, aku mendengar azan Shalat Ashar. Aku

melihat ke masjid As Saadah Polda, dan kakiku melangkah kesana. Sungguh di luar dugaanku, aku melihat sosoknya

yang tadi mengumandangkan Adzan.

Aku segera berwudhu, dan menggunakan mukena masjid. Sambil menunggu jamaah lainnya untuk shalat Ashar

bersama.

Page 53: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Kebetulan ada beberapa wanita, sehingga aku tidak sendirian di masjid ini.

Setelah Doa, aku bergumam dalam hati “Subhanallah, ternyata tidak semua orang jalanan itu tidak mengenal

Tuhannya”.

Saat aku akan bersiap keluar masjid, ia menyapaku. “Assalamualaikum Ukhti, baru pulang kerja?” tanyanya. Aku

menoleh dan tersenyum, “iya, ehmn tidak mengamen?”. Ucapku kemudian.

Ia menjawab tidak, sedang malas mengamen. Kemudian ia berlalu begitu saja.

Aku masih berdiri mematung dan ketika sadar, ia sudah di depan gerbang Polda.

Akupun segera meninggalkan Masjid. Dalam hati, kenapa aku begini, malah bengong, dasar pikun.

***

Hanif sedikit kecewa, tapi tetap di bacanya lanjutan cerita itu.

“Palembang, Siapa Dia???”

Dear Diary, aku telah benar-benar jatuh cinta, lelaki itu telah mempesonaku. Tahukah kau diary. Ternyata

lelaki itu bukanlah seorang pengamen. Ia seorang Trainer. Dan terungkapnya jati dirinya saat aku ikut membantu

temanku sebagai panitia Outbond For Moslem Kids. Ia memberi Materi tentang persahabatan dan memandu anak-anak

Outbond.

Namanya Nurrahman Muslimin, menurut temanku ia orang yang sangat tegas dan kritis. Baru-baru ini, ia

sedang mengadakan proyek “Selamatkan Aqidah Anak Jalanan”. Alhamdulillah ia di percaya menjadi bagian komunitas

marginal tersebut.

Aku hanya berooo saja sambil mengangguk. Dalam hatiku aku berkata, pantas ia menyapaku ukhti.

Dina, temanku kemudian bercerita lagi. Kak Rahman itu belum menikah. Aku kembali ber “ooo” dan akhirnya

keluar juga pertanyaan dalam hatiku, “Kok Ikhwan sekaliber dia belum menikah?”.

Dina tersenyum, “Kayaknya nggak ada Akhwat yang mau dengannya, nggak kuat mental dengan

kehidupannya”. Ia orang lapangan, bergaul dengan banyak orang dan siapa saja. Dari kalangan atas sampai kalangan

bawah. Ada yang menyukainya, banyak juga musuhnya.

Tiba-tiba, terceplos olehku, kok kamu tahu semua sepak terjangnya? Memangnya dia cerita atau jangan-

jangan Dina pernah Taaruf yah? Hehehe.

Dina cemberut, dia cuma bilang “Kalau Dina Taaruf dengannya ngak akan nolak”. Dasar ucapku kemudian.

Dina yang suka Ceplas Ceplos bicaranya, lanjut berkata kalau dirinya tahu itu semua dari salah satu temannya yang

pernah taaruf, sayang orang tua si akhwat tidak bersedia.

Ba’da Dzuhur acara selesai dan entah kebetulan atau bagaimana, aku satu bis dengan Rahman saat pulang. Ia

tersenyum sekilas, sayang saat aku akan membalasnya ia tak melihatnya. Ugggh, aku kesal. Sebel ucapku dalam hati.

***

Hanif semakin antusias, tapi beberapa halaman hanya di bolak balikkannya saja. Tidak ada yang spesial. Tiba-tiba,

Mata Hanif membesar dan dadanya berdegup kencang. Ia menelusuri kata-kata itu dan mukanya memerah.

Page 54: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

“Palembang, Doa & Cinta”

Dy, Dina menjadi comblang kami. Ia menyampaikan pesan kepada Dina, dan aku menerima suratnya. Ia

berkata ingin bertaaruf denganku dalam suratnya.

Dy, aku melambung, ia yang telah memanah hatiku, kini menyerahkan padaku obat penawar luka karna

asmaranya. Aku meminta waktu untuk istikharah, tapi sebenarnya aku telah condong padanya.

Sampai saat itu tiba, saat yang tak terfikirkan olehku. Bahwa manusia hanya berusaha, jodoh dan ajal hanya Allah yang

tahu.

Dy, aku hanya bisa mengirim doa untuk kekasih tercinta. Ia mengalami kecelakaan, semalaman koma. Tapi

Allah memanggilnya, mobil yang membawanya dan teman-temannya sepulang mengadakan outbond di Gunung Dempo

bertabrakan dengan Bis.

Dari 7 orang Trainer, 3 meninggal dunia. Asep yang terluka ringan karena di lindungi Rahman hanya

memberikan sepucuk surat dan setangkai Edelwais dari dalam tas Rahman. Ia tak dapat berkata apa-apa. Dukanya

begitu dalam.

Aku menerima dengan tegar, tetapi setelah itu aku menangis di kamar kos Dina. Dinapun tak kuasa menahan

tangisnya. Kami berpelukan dan mencoba saling menguatkan diri. Beristighfar.

“Puncak Dempo, 03 Maret 2007”

Ukhti, Menanti jawabmu

Bagai mendaki gunung karang

Lelah, tapi nikmat

Senikmat kala Cinta itu hadir

Memberi Warna dalam hari

Ukhti, Aku tak kuasa

Melihat senyum manismu

Kuingin menghalalkan rasa ini

Agar indah cinta terasa

Karena bingkai rahmatNya

Page 55: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Ukhti, Aku manusia biasa

Tapi ku punya cita-cita para Anbiya

Agar Islam tak hanya sebutan

Walau diriku bagai setitik buih

Ku akan warnai dunia

Ukhti, Jadilah bidadariku

Agar diri lebih kuat berjuang

Karena dirimu mendampingiku

Ukhti, Jadilah istriku

Agar jalan ini lebih mudah

Karena kita bersatu

Ukhti, Jadilah penentram jiwaku

Agar aku semakin Taqwa padaNya

Sampai akhir masa

Doaku dan cintaku hanya untukmu

Dunia dan akheratku

Kita bersatu dalam cintaNya

Mujahidmu,

Nurrahman Muslimin

***

Hanif tak sanggup melanjutkan membaca, ia merasa sedih yang dalam. Ternyata cintanya belum apa-apa

untuk Sofi.

Ia merasa kalah, kalah dengan sosok lelaki biasa yang ternyata sungguh luar biasa. Yang mengorbankan

dirinya untuk Islam, sedangkan dirinya, Hanif merasa dirinya masih jauh dari sempurna.

Page 56: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Sayap-sayap Cinta

Inikah artinya sebuah cinta

Ketika aku berada

Langit seperti bicara

Bulan seperti menatap

Bintang menari

Dan sang surya menyapa

Aku berada di satu tempat

Tapi hatiku ingin segera kembali

Tuhan, apa aku sedang merindu?

Kirimkan sayap-sayap cintaMu

Agar aku bisa bertemu

Aku merindumu

Wahai wanita sholehah

Wahai kekasih para mujahid

Wahai istriku

Aku kan segera kembali

Tunggu aku

Beri aku waktu

Andai kau tahu

Sekarang aku merindu

Rasa rinduku

Bagai ombak menerjang karang

Page 57: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Aku mencintaimu

“Hanif”

Makkah, 17 Ramadhan 1428 H

Hanif baru saja menuliskan isi hatinya dalam buku diary sofi. Ia ingin meneruskan kisah yang ada dalam buku itu.

Bukan lagi kisah Sedih tetapi masa penantiannya bertemu kekasih jiwa, istri yang telah membuatnya begitu berharga.

Karena darinya, Hanif merasa hidupnya sekarang ada arti dan Hanif akan mengubah langkah hidupnya menjadi lelaki

biasa yang luar biasa.

Kemudian, ia melanjutkan menulis perjalanannya untuk menyelesaikan kewajibannya melakukan umroh atas nama

istrinya. Banyak hal yang tak terduga telah terjadi dalam hidupnya.

Semua bagai mimpi, ia menikahi seorang wanita karena sebuah mimpi. Sungguh bukan hal yang mudah baginya

melaksanakannya. Hanya satu wajah yang tampak baginya maka ia menyerahkan semua kepada Allah. Ia hanya

berharap keberkahan atas wanita dalam mimpinya.

* * *

BERSAMBUNG..,

Page 58: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

AKU AKAN MENIKAH BAGIAN 15 (THE END) by Maiya Azyzaa on Saturday, 11 August 2012 at 16:27 ·

“AKU AKAN MENIKAH” BAGIAN 15 (THE END)

By Shopie

Tidak terasa, rasa lelah setelah melaksanakan umroh baru terasa. Hanif pun terlelap. Tiba-tiba terdengar ketukan dan

salam dari mbak Tina. “Nif, Hanif. Ada telepon dari Palembang”. Karena belum ada sahutan, mbak Tina kembali

mengetuk agak keras, dan Hanif menjawab pelan. “Iya, sebentar mbak”. Ucap Hanif kemudian.

Setengah sadar, karena masih mengantuk. Hanif membuka matanya dan mengingat apa yang baru didengarnya. Ia

segera bangkit dan membuka pintu sambil mengusap wajahnya.

Segera Hanif menuju ruang keluarga dan menerima telepon. “Assalamualaikum, Ini Hanif”. Dan dari seberang langsung

menjawab Waalaikumsalam Wr.Wb. Rupanya ibu Hanif yang menelepon. Ia menanyakan kabar Hanif dan

memberitahukan kalau ada berita gembira, Sofi telah sadar.

Hanif yang sebelumnya masih mengantuk, begitu mendengar kabar gembira tersebut, tak sadar setengah berteriak

menanyakan kembali ucapan ibunya, “Sofi sadar??” . Alhamdulillah berkali-kali ia mengucap syukur kepada Allah. Hanif

berjanji akan segera kembali ke Palembang, secepatnya. Kemudian telepon di tutupnya.

Begitu membalikkan badan, Hanif terkejut ternyata di belakangnya sedari tadi ada mbak Tina dan kak Gin. Ia jadi

malu, dengan wajah memerah Hanif menyapa mereka, dan kak Gin memeluk Hanif dan mengucapkan selamat, karena

Sofi sudah sadar. Mbak Tina terlihat menghapus airmata haru karena mendengar kabar gembira itu.

***

Perjalanan pulang kali ini sangat menyenangkan bagi Hanif, Ia tidak sabar untuk segera melihat istrinya. entah kenapa

ia merasa begitu rindu, di buka tas ranselnya dan di usapnya jilbab putih milik Sofi.

Hanif ingin mencium jilbab itu, saat jilbab itu tersentuh bibirnya dan Hanif memejamkan mata, ia menghirup dalam

aroma wangi dari parfum yang melekat di jilbab itu. Saat ia begitu menikmati suasana itu, tiba-tiba Hanif di kejutkan

oleh batuk seorang bapak yang duduk disebelahnya.

Hanif membuka mata dan menoleh ke sebelah kanan dan ternyata bapak itupun menoleh dan tersenyum padanya.

Hanif yang belum menyadari apa yang barusan dilakukannya menjadi malu, karena ia telah mengekspresikan

kerinduannya dengan mencium jilbab istrinya.

Untuk mencairkan suasana, Hanif membuka obrolan dan mengatakan yang sejujurnya kalau ia sedang rindu dengan

istrinya.

Bapak itu tertawa ringan, sambil berkata “tidak masalah” dalam bahasa Inggris. Kenapa pakai bahasa Inggris?, karena

ia orang asing. Rambutnya saja berwarna coklat. Bapak itu mengatakan hanya kagum pada Hanif, karena Hanif begitu

mencintai istrinya, sampai scraftnya dibawa. Yes Sir, this is my wife’s scraft.

Tidak berapa lama akhirnya Hanif dan pak Hans Williem bisa lebih akrab, ternyata pak Hans baru membuka bisnis di

Jeddah, bisnis otomatif. Pak Hans berasal dari Inggris, tapi ia sudah 3 tahun menetap di Singapore. Kebetulan pesawat

yang di tumpangi Hanif nanti akan transit di Singapore, karena itulah pak Hans bisa bertemu dengan Hanif.

Sebelum berpisah pak Hans memberikan kartu namanya. Hanif senang sekali setiap perjalanan yang di tempuhnya

selalu bertemu orang-orang yang menyenangkan.

***

Page 59: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Palembang masih gelap, padahal sudah hampir pukul 6 pagi. Gerimis masih menemani dengan angin yang dingin di

pagi itu.

Hanif segera mengaktifkan handphonenya dan mendial nomor handphone pak Ujang, Alhamdulillah, pak Ujang ternyata

sedang menuju bandara. Hanif menunggu di lobbi, kemudian ia menelepon ke rumah, di sana teleponnya di sambut

ibu. Hanif menyampaikan kalau ia sudah di Palembang sebentar lagi pulang kerumah, saat ini ia sedang menunggu

taksi. Ibu begitu gembira dan berpesan hati-hati di jalan, yang sabar saja. InsyaAllah kebaikan akan bersama Hanif.

Percakapan itupun di tutup dengan salam oleh Hanif, karena ia melihat pak Ujang sedang berjalan kearahnya.

“Assalamualaikum pak Ujang”, sapa Hanif sambil memeluknya akrab. Pak Ujang pun tersenyum dan membalas pelukan

Hanif, setelah itu bersegera mereka menuju mobil, karena gerimis berganti hujan yang mulai menderas.

Pak Ujang menyapa Hanif dengan menanyakan perjalanannya tadi apakah lancar dan menyenangkan. Hanif menjawab

kalau perjalanannya sungguh menyenangkan. Hanif meminta izin kepada pak Ujang untuk memutar MP3 yang di

belinya di Jeddah. Kemudian terdengarlah suara merdu menyenandungkan 99 Names Of Allah dari Zaid Binkha. Pak

Ujang begitu terpesona dengan suara tersebut berkali-kali terdengar ia mengucapkan Subhanallah.

Hanif meminta pak Ujang mengantarnya ke Rumah Sakit. Tanpa banyak tanya ia mengangguk, ia hanya berfikir Hanif

ingin mengunjungi tempat kerjanya. Karena Hanifpun sepertinya tak banyak cerita, di lihatnya Hanif melamun atau

sedang menikmati senandung nasyid yang di dengarnya. Pak Ujang tak ingin mengganggu. Ia terus berkonsentrasi

menyetir mobil, karena hujan yang deras membuat jalan semakin licin.

Degup jantung Hanif semakin kencang, rumah sakit sudah di depan mata, segera ia membayar ongkos taksi dan

membawa tasnya. Sambil mengucapkan terima kasih kepada pak Ujang. Setiap langkahnya melewati lorong-lorong

rumah sakit terasa bergema, ia terus berdzikir dan mempercepat langkahnya.

Tinggal satu lorong lagi ia akan menuju ruang ICU semakin di percepat langkahnya. Tidak dilihatnya seorangpun di

depan ruang ICU. Ia membuka pintu dan hampir saja ia bertabrakan dengan suster jaga, Hanif segera menanyakan

Sofi dan suster mengatakan Sofi tidak lagi di ICU, 2 jam yang lalu sudah keluar dan berada di rawat inap paviliun Musi

Indah. Hanif mengucapkan terima kasih dan segera menuju kesana. Begitu ia memasuki paviliun, ia di sambut keluarga

Sofi dan di antar ke kamar No. 03.

Sambil mengucap Bismillah, Hanif mengetuk pintu dan memberi salam. Dari dalam terdengar beberapa membalas

salam. Begitu Hanif membuka pintu, ia disambut Ayah dan Ibu Sofi, segera di cium tangan mereka dan Ayah memeluk

Hanif.

Saat berpelukan, mata Hanif mengarah ke Sofi dan ternyata mata Sofipun mengarah padanya. Dan untuk pertama

kalinya ia melihat senyum manis Sofi.

Ayah membawa Hanif ke Sofi, debar di dadanya semakin keras. Andaikan susana di sana hening, maka akan

terdengarlah degupnya. Hanif tak dapat berkata apa-apa, yang keluar dari kerongkongannya hanya satu kata

“Subhanallah”. Disaksikan olehnya seorang bidadari cantik hadir kedunia, wajah yang bercahaya, mata yang bening

dan dengan jilbab biru muda yang dikenakannya, Sofi terlihat begitu bersahaja.

Hanif kemudian menggenggam tangan kanan Sofi, ia ingin menyampaikan kalau saat ini tak ada yang bisa

diucapkannya selain syukur atas nikmatNya. Saat Sofi akan menghapus airmata, tangan Hanifpun refleks ingin

menyekanya dan tangan mereka saling beradu, akhirnya kedua tangan itu bersama-sama perlahan menghapus airmata

bahagia itu.

Aku akan Menikah

Allah,

Berikan aku seorang pendamping

Page 60: Aku Akan Menikah Part 1 - 15 (End)

Yang akan mencintaiku karenaMu

Yang akan membagi jiwanya

Karena ketaqwaanku padaMu

Allah,

Berikan aku seorang kekasih

Yang akan memberikan kasih

Seperti KasihMu

Yang akan menghapus duka

Dan membagi bahagia

Karena ia tahu mensyukuri nikmatMu

Allah,

Berikan aku seorang yang bertaqwa

Agar rumah tanggaku Kau Rahmati

Seseorang yang penuh berkah

Agar perjalanan dunia dan akheratku

Tak terhalangi oleh kejahilanku

Allah,

Tiada tempat mengadu selain Engkau

Tiada tempat mencurahkan keluh kesahku

Tiada sebaik Engkau Tuhanku

Laa ilaaha illaulah Muhammadurrasulullah