a. latar belakang masalah -...

17
1 Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi perilaku organisasi (organization behavior) yang merupakan pencerminan dari perilaku (behavior) dan sikap (attitude) orang-orang yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Oleh karena itu guru adalah salah satu kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan sekolah, dalam hal ini mutu pendidikan terutama di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Keberhasilan pencapaian tujuan organisasi akan bergantung pada keadaan dan kemampuannya dalam mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat pada organisasi bersangkutan. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) ditegaskan bahwa pendidikan adalah sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2013 tentang penyelenggaran pendidikan madrasah pada Bab I Pasal 1, ditegaskan mengenai jenjang pada pendidikan Madrasah Tsanawiyyah, sebagai berikut: Madrasah tsanawiyyah yang selanjutnya disingkat MTs adalah satuan pendidikan formal yang me nyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama islam yang terdiri dari 3 (tiga) tingkat pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari Sekolah Dasar, MI, atau bentuk lain yang sederajat, diakui sama atau setara Sekolah Dasar atau MI Madrasah Tsanawiyyah (MTs) merupakan bentuk satuan pendidikan di departemen agama yang menyelenggarakan program pendidikan tiga tahun setelah sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI). Madrasah Tsnawiyyah (MTs) berada dibawah naungan Kementrian Agama. Tujuan SLTP/MTs sebagaimana tertuang dalam keputusan Mendikbud No.054/U/1993, Bab II Pasal 2 adalah:

Upload: trinhdan

Post on 28-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: A. Latar Belakang Masalah - repository.upi.edurepository.upi.edu/17465/4/T_ADP_1201299_Chapter1.pdf · Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) ... mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

1

Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi perilaku organisasi

(organization behavior) yang merupakan pencerminan dari perilaku (behavior)

dan sikap (attitude) orang-orang yang terdapat dalam organisasi yang

bersangkutan. Oleh karena itu guru adalah salah satu kunci keberhasilan untuk

mencapai tujuan sekolah, dalam hal ini mutu pendidikan terutama di Madrasah

Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Keberhasilan pencapaian tujuan

organisasi akan bergantung pada keadaan dan kemampuannya dalam

mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat pada organisasi bersangkutan.

Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas) ditegaskan bahwa pendidikan adalah sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2013

tentang penyelenggaran pendidikan madrasah pada Bab I Pasal 1, ditegaskan

mengenai jenjang pada pendidikan Madrasah Tsanawiyyah, sebagai berikut:

Madrasah tsanawiyyah yang selanjutnya disingkat MTs adalah satuan

pendidikan formal yang me nyelenggarakan pendidikan umum dengan

kekhasan agama islam yang terdiri dari 3 (tiga) tingkat pada jenjang

pendidikan dasar sebagai lanjutan dari Sekolah Dasar, MI, atau bentuk lain

yang sederajat, diakui sama atau setara Sekolah Dasar atau MI

Madrasah Tsanawiyyah (MTs) merupakan bentuk satuan pendidikan di

departemen agama yang menyelenggarakan program pendidikan tiga tahun

setelah sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI). Madrasah Tsnawiyyah (MTs)

berada dibawah naungan Kementrian Agama. Tujuan SLTP/MTs sebagaimana

tertuang dalam keputusan Mendikbud No.054/U/1993, Bab II Pasal 2 adalah:

Page 2: A. Latar Belakang Masalah - repository.upi.edurepository.upi.edu/17465/4/T_ADP_1201299_Chapter1.pdf · Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) ... mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

2

Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP/MTs) bertujuan untuk memberikan

bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan

pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di sekolah dasar yang

bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi,

anggota masyarakat, dan warga negara sesuai dengan tingkat

perkembangannya serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti

pendidikan menengah.

Pernyataan diatas mengandung arti, bahwa Madrasah Tsanawiyyah (MTs)

berfungsi sebagai sarana untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada

peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota

masyarakat, warga negara dan anggora umat manusia, serta mempersiapkan

peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

Madrasah Tsanawiyyah (MTs) sebagai lembaga pendidikan yang

mengedepankan moralitas dan nilai-nilai keagamaan sebagai basis konsentrasi

pengembangan pendidikannya, dewasa ini orang tua mulai memilih untuk

menyekolahkan putra-putri mereka ke madrasah yang dianggap lebih mampu

menciptakan manusia berilmu sekaligus bermoral. (Dirjen Pendis Kemenag, 2001,

hlm.1). Karena pendidikan pada hakikatnya adalah proses pembentukan watak

individu, maka lembaga pendidikan sudah semestinya menjadi lingkungan positif

bagi pertumbuhan dan watak generasi bangsa ini.

Berkaitan dengan peningkatan mutu di Madrasah Tsanawiyyah (MTs)

yang perlu diperhatikan adalah kualitas guru, karena mengingat bahwa guru

adalah kunci utama dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam UU Guru dan

Dosen No.14 Tahun 2005 pasal 8, “Dosen dan guru wajib memiliki kualifikasi

akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Guru yang

berkualitas akan mampu mengembangkan strategi-strategi baru dalam

menghadapi lembaga pesaing sehingga tetap dapat menjadi yang terdepan dalam

bidang pendidikan yang digarapnya. Kekuatan daya saing dalam pendidikan

dewasa ini sangat perlu didukung SDM yang memiliki disiplin kerja yang tinggi

sehingga berpengaruh pada peningkatan kinerja guru, khususnya Guru di

Madrasah Tsanawiyyah se-kota Sukabumi.

Page 3: A. Latar Belakang Masalah - repository.upi.edurepository.upi.edu/17465/4/T_ADP_1201299_Chapter1.pdf · Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) ... mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

3

Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses

pendidikan yang ikut berperan dalam pembentukan Sumber Daya Manusia

(SDM). Peran guru dalam pendidikan tidak hanya sebatas dalam

pembelajaran, tetapi sebagai informator, organisator, motivator, fasilitator,

mediator, inisiator, dan evaluator. Untuk mencapai tujuan pendidikan sangat

dibutuhkan guru yang mempunyai potensi, rasa pengabdian yang tinggi dan

bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas profesinya. Moh. Uzer Usman

(2007, hlm.7) menyatakan bahwa, “Tugas guru sebagai profesi meliputi,

mendidik, mengajar, dan melatih”. Mendidik berarti meneruskan dan

mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti

mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

Mencermati uraian di atas, terlihat besarnya peran guru dalam

membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Guru memiliki

peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian, akhlak,

mentalitas, dan moral anak. Dengan demikian dapat dikatakan tercapainya tujuan

pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh sikap guru dalam

melaksanakan tugas profesinya. Kenyataan inilah yang mengharuskan guru

memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,

karena guru adalah tokoh yang menjadi panutan bagi peserta didik dan

lingkungannnya. Tulus Tu'u (2004, hlm.31) berpendapat tentang disiplin sebagai

berikut:

Disiplin sebagai ketaatan terhadap peraturan dan norna kehidupan

masyarakat berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan

secara sadar dan ikhlas, lahir bathin. sehingga timbul rasa malu

apabila terkena sangsi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha

Esa. Perilaku tersebut diikuti berdasarkan dan keyakinan bahwa hal itulah

yang benar, dan keinsyafan bahwa hal itu bermanfaat bagi dirinya dan

masyarakat. Pada sisi lain, disiplin adalah alat untuk menciptakan

perilaku dan tata tertib manusia sebagai kelompok masyarakat. Oleh

sebab itu, disiplin berarti hukuman atau sangsi yang berbobot mengatur

dan mengendalikan perilaku.

Page 4: A. Latar Belakang Masalah - repository.upi.edurepository.upi.edu/17465/4/T_ADP_1201299_Chapter1.pdf · Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) ... mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

4

Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kedisiplinan adalah fungsi MSDM yang terpenting dan menjadi tolak ukur

untuk mengukur/mengetahui apakah fungsi-fungsi MSDM lainnya secara

keseluruhan telah dilaksanakan dengan baik atau tidak. Menurut Davis dan

Werther (2004,hlm.120) dalam Marwansyah (2012, hlm.411) disiplin kerja bisa

diartikan sebagai bentuk dari ketaatan atas perilaku seseorang di dalam mematuhi

peraturan-peraturan dan ketentuan tertentu yang ada kaitannya dengan pekerjaan.

Bedjo Siswanto (2003,hlm.97) menambahkan bahwa kedisiplinan guru mutlak

diperlukan agar seluruh aktivitas yang sedang dan akan dilaksanakan

berjalan sesuai mekanisme yang telah ditentukan. Kedisiplinan karyawan yang

baik mencerminkan bahwa fungsi-fungsi MSDM lainnya telah dilaksanakan

sesuai dengan rencana. Sebaliknya, jika kedisiplinan karyawan kurang baik,

berarti penerapan fungsi-fungsi MSDM kurang baik. Kedisiplinan adalah fungsi

operatif yang paling penting karena semakin baik suatu kedisiplinan guru maka

semakin tinggi pula kinerja guru. Kedisiplinan merupakan kunci terwujudnya

tujuan organisasi.

Disiplin sangat penting bagi guru dalam melaksanakan tugasnya

sebagai pendidik dan pengajar. Dengan disiplin, guru dapat melaksanakan

tugas profesinya. Masalah disiplin kerja erat kaitannya dengan sikap dan

perilaku seseorang dalam melaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung

jawabnya. Ada beberapa faktor yang diduga turut mempengaruhi disiplin kerja

guru, yang merupakan bagian dari perilaku setiap individu dalam

menjalankan aktivitas pekerjaannya. Pendapat Veithzal Rivai (2008, hlm.167)

menyatakan sebagai berikut:

Disiplin kerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor

internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang

dihubungkan dengan sifat seseorang, seperti motivasi kerja, semangat

kerja, dan inisiatif kerja. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang

berasal dari lingkungan seperti tingkat kesejahteraan, kepemimpinan

kepala sekolah, ketegasan, pengawasan, dan insentif.

Disiplin kerja harus ditanamkan secara terus menerus kepada guru.

Penanaman yang terus menerus menyebabkan disiplin tersebut menjadi

kebiasaan bagi guru. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya masing-

Page 5: A. Latar Belakang Masalah - repository.upi.edurepository.upi.edu/17465/4/T_ADP_1201299_Chapter1.pdf · Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) ... mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

5

Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masing, pada umumnya mempunyai kedisplinan yang tinggi. Sebaliknya

orang yang gagal, umumnya tidak disiplin.

Beberapa indikator yang bisa digunakan dalam mengukur tinggi atau

rendanya disiplin kerja guru di madrasah tsanawiyyah (MTs), Bedjo Siswanto

(2003, hlm.190) membagi dimensi disiplin kerja guru sebagai berikut :

(a)frekuensi kehadiran; (b) Ketaatan pada prosedur kerja; (c) Tingkat

kewaspadaan; (d) ketaatan pada peraturan. Untuk menjamin terpeliharanya tata

tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan sekolah, maka

diperlukan guru yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada peraturan yang berlaku

dan sadar akan tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan tujuan sekolah.

Dengan kata lain kedisiplinan para guru sangat diperlukan dalam mencapai tujuan

sekolah.

Hal ini sejalan dengan penelitian Zesbendri dan Aryanti (2009,hlm.23),

menyebutkan bahwa “Disiplin merupakan modal utama yang mempengaruhi

tingkat kinerja karyawan.” Untuk itu, menerapkan disiplin merupakan hal yang

sangat penting. Dengan kedisiplinan di dalam mengajar, proses pembelajaran

akan terlaksana secara efektif dan efisien.

Pengertian diatas, memberikan gambaran pentingnya menerapkan disiplin

kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Karena tanpa

disiplin kerja maka tujuan sekolah tidak akan tercapai dengan optimal. Tanpa

adanya disiplin kerja, guru hadir tidak tepat waktu, mengajar tidak sesuai jam

pelajaran, kurang memahami mekanisme kerja dan lain sebagainya.

Ketidakdisiplinan guru akan berdampak pada proses belajar mengajar dan

berdampak pada prestasi siswa. Siswa kurang mendapatkan materi pelajaran

dengan baik dan mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam hal ini, disiplin kerja

perlu mendapatkan perhatian serius dan diterapkan dengan baik oleh guru.

Berdasarkan data dari Kantor Kementerian Agama Kota Sukabumi pada

bulan Agustus 2014, di wilayah Kota Sukabumi terdapat 22 Madrasah

Tsanawiyyah (MTs), yaitu meliputi; 1 MTs berstatus Negeri dan 21 MTs berstatus

Swasta. Dengan jumlah total guru 448 orang.

Page 6: A. Latar Belakang Masalah - repository.upi.edurepository.upi.edu/17465/4/T_ADP_1201299_Chapter1.pdf · Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) ... mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

6

Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam meningkatkan disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs)

se-kota Sukabumi, tentunya mengalami beberapa kendala, diantaranya :

Pertama,Kurangnya disiplin dalam frekuensi kehadiran. Berdasarkan data dari

Kementerian Agama Kota Sukabumi mengenai rekapitulasi kehadiran guru

Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-Kota Sukabumi tahun 2009-2014 mengalami

presentasi kenaikan dan penurunan. Adapun persentase kehadiran guru sebagai

berikut; Periode tahun 2009-2010, frekuensi kehadiran guru sebesar 68%; tahun

2010-2011 sebesar 63%, ; tahun 2011-2012 sebesar 60%; tahun 2012-2013

mengalami kenaikan menjadi 80%; tahun 2013-2014 sebesar 88%. Data tersebut

menunjukan bahwa frekuensi kehadiran guru dari tahun 2009-2012 mengalami

penurunan setiap tahunnya. Mulai tahun 2012-2014 mengalami kenaikan

dikarenakan pemerintah mulai memberlakukan sistem finger print (sidik jari).

Tentunya upaya pemerintah sangat membantu dalam meningkatkan frekuensi

kehadiran guru. Kepala sekolah MTs.Syamsul ulum dan MTs Baiturrahman

mengemukakan kendala dari penggunaan finger print, yaitu ada beberapa guru

yang datang ke sekolah hanya untuk absensi kehadiran dengan menggunakan

finger print, setelah itu guru pulang atau melakukan kegiatan lain di luar sekolah.

Demikian pula halnya pada jam pulang kerja. Sehingga pada permasalahan ini

terlihat bahwa penggunaan finger print, kurang menimbulkan kesadaran guru

untuk menerapkan disiplin kehadiran dengan baik. Tetapi dikarenakan hanya

untuk memenuhi tuntutan pekerjaan, dikarenakan sanksi yang diterima guru jika

tidak mengisi kehadiran dengan sistem finger print, yaitu ada pemotongan gaji

(uang makan). Oleh karena itu dibutuhkannya peran kepemimpinan kepala

sekolah dan motivasi dari dalam diri guru agar guru memiliki kesdaran untuk

menerapkan disiplin kerja.

Kedua, Kepala sekolah yang belum melaksanakan fungsinya secara

maksimal seperti fungsi supervisi yang jarang dilaksanakan akibatnya dorongan

untuk meningkatkan disiplin dan kinerja guru menjadi terabaikan. Hal ini

dikemukakan oleh guru-guru MTs.Syamsul ulum dan MTs.Baiturrahman pada 25

November 2014. Hal ini tentunya perlu diperhatikan dengan seksama dan

Page 7: A. Latar Belakang Masalah - repository.upi.edurepository.upi.edu/17465/4/T_ADP_1201299_Chapter1.pdf · Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) ... mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

7

Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perlunya kesadaran kepala sekolah untuk melakukan supervisi dan controling

yang baik terhadap disiplin kerja guru yang berdampak pada kinerja guru

Ketiga, kurangnya disiplin guru dalam berpakaian rapih, dan rambut yang

rapih. Permasalahan indisipliner ini dipaparkan oleh wakil kepala sekolah Persis

68 Warudoyong pada 28 November 2014, bahwa ada guru yang tidak

menggunakan pakaian sesuai dengan harinya, berpakaian kurang rapih ketika

berpapasan atau ketika di kantor guru. Hal ini dikarenakan guru tersebut terburu-

buru datang ke sekolah sehingga tidak memperhatikan dengan seksama, ataupun

sedang jam istirahat. Selain itu, ada guru yang memiliki potongan rambut kurang

rapih/gondrong (untuk guru laki-laki) ketika berpapasan atau bertemu di kantor

guru, dikarenakan guru tersebut belum sempat atau baru akan memotong

rambutnya. Untuk permasalahan indisipliner ini, ketika guru ditegur sebagian

besar guru tersebut langsung merapihkan pakaiannya, ataupun langsung

memotong rambutnya ketika pulang kerja. Sehingga permasalahan indisipliner ini

dapat segera diatasi.

Keempat, kurangnya disiplin guru dalam waktu mengajar. Berdasarkan

pemaparan kepala sekolah MTs.syamsul „ulum dan Kabag.kurikulum

MTs.Jamiyatul Mutta‟alimin pada 25 November 2014, bahwa beberapa guru

terlambat masuk kelas dan memberikan materi ajar di kelas. Hal ini dikarenakan

guru terlambat datang ke sekolah atau masih berdiskusi di kantor guru. Dalam hal

ini, kabag. kurikulum bertanggungjawab agar guru mengajar sesuai dengan

jamnya. Untuk permasalahan indisipliner ini, guru tersebut langsung mendapatkan

teguran dari kabag kurikulum atau kepala sekolah dan tidak boleh mengulangi

kesalahan yang sama. Sebagian besar guru tidak mengulangi kesalahan atau

tindakan indisipliner setelah mendapatkan teguran.

Kelima, kurangnya guru dalam menjaga dan memelihara peralatan kantor/

peralatan kerja dengan baik. Seperti dikemukakan oleh Kabag kurikulum

MTs.Warudoyong pada 29 November 2014, bahwa ada beberapa guru yang

kurang memelihara kelengkapan kerja seperti infokus,komputer dan printer di

ruang kantor guru. Hal ini dikarenakan banyaknya guru yang menggunakan

fasilitas tersebut dan tidak merapihkan kembali ke tempatnya. Dalam hal ini, guru

Page 8: A. Latar Belakang Masalah - repository.upi.edurepository.upi.edu/17465/4/T_ADP_1201299_Chapter1.pdf · Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) ... mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

8

Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

harus menjaga kelengkapan kerja agar dapat digunakan dalam jangka panjang.

Sikap hati-hati dalam menggunakan peralatan kantor, dapat menunjukkan

bahwa seseorang memiliki disiplin kerja yang baik, sehingga peralatan kantor

dapat terhindar dari kerusakan.

Keenam, reward dan punishment sebagai ciri dari organisasi yang baik

belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini diungkapkan oleh guru-guru Al-Fatah

dan MTs.At-Tafsiriyah pada 28 November 2014. Dengan kurang tegasnya reward

dan punishment, sehingga dorongan untuk meningkatkan disiplin kerja menjadi

sangat terbatas.

Spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja guru merupakan

bagian penting dari disiplin kerja. Keduanya merupakan hal yang membantu

dalam menerapkan disiplin kerja guru. Dalam menerapkan disiplin kerja guru dan

agar guru dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan disiplin yang tinggi, maka

diantaranya harus menekankan faktor organisasi (kepemimpinan) dan faktor

psikologis (motivasi).

Dokmauliate Gultom (2013,hlm.5) dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa, “Kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi tinggi rendahnya disiplin

kerja guru”. Hal ini diperkuat oleh Penelitian Hallinger dan Lithwood (2006,

hlm.7) menyimpulkan bahwa “Organisasi sekolah yang efektif senantiasa

dipimpin oleh kepala sekolah yang efektif pula.” Kedua penelitian tersebut

didasarkan asumsi bahwa pemimpin merupakan agen perubahan yang terpenting.

Seorang pemimpin dituntut untuk mampu mengelola organisasi, mempengaruhi

secara konstruktif orang lain, dan menunjukan perilaku benar yang harus

dikerjakan bersama-sama serta mempengaruhi semangat kerja dan disiplin

kerja kelompok.

Mengacu pada jurnal diatas bahwa, dengan kepala sekolah yang efektif

maka akan mempengaruhi guru untuk menerapkan disiplin kerja yang baik

sehingga terciptanya sekolah yang efektif. Dalam menerapkan disiplin kerja guru,

tentunya membutuhkan kepemimpinan kepala sekolah yang tepat. Kepemimpinan

kepala madrasah harus mampu mengoptimalkan tingkat disiplin kerja guru

Page 9: A. Latar Belakang Masalah - repository.upi.edurepository.upi.edu/17465/4/T_ADP_1201299_Chapter1.pdf · Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) ... mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

9

Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melalui kebijakan dan teladan pimpinan sehingga dapat mengilhami dan

membangkitkan kesadaran guru agar memiliki disiplin kerja yang tinggi dan agar

tujuan sekolah dapat dicapai. Sehingga dalam penelitian ini difokuskan pada

spiritual leadership kepala sekolah.

Hendrick dan Ludeman (dalam Masaong dan Tilome, 2011,hlm.114)

mengemukakan bahwa spiritual leadership (kepemimpinan berbasis spiritual)

kepala sekolah adalah kepemimpinan yang mampu mengilhami , membangkitkan,

mempengaruhi dan menggerakan melalui keteladanan, pelayanan, kasih sayang

dan implementasi nilai dalam tujuan, proses, budaya dan perilaku kepemimpinan.

Ratna Pujiastuti (2014,hlm.2) mengemukakan dalam jurnalnya “Karakteristik

Spiritual Leadership Perangkat Desa di kabupaten Banyumas (Berdasarkan Teori

Spiritual Ledearship Fry)” mengemukakan bahwa “Teori kepemimpinan spiritual

merupakan pendekatan teori yang meletakan jiwa dalam setiap tindakan

kepemimpinannya. Teori ini dirancang untuk menciptakan motivasi intrinsik yang

terdiri dari nilai, sikap dan perilaku untuk memotivasi orang lain. Suryana,

(2013,hlm.56) mengemukakan bahwa :

Kepemimpinan berbasis spiritual menjunjung nilai-nilai kebenaran,

kejujuran, integritas, kredibilitas, kebijaksanaan, belas kasih , yang

membentuk akhlak dan moral diri sendiri dan orang lain. Spiritual

Leadership adalah kepemimpinan yang mengedepankan moralitas,

kepekaan (sensitivitas), keseimbangan jiwa, kekayaan batin dan etika

dalam berinteraksi dengan orang lain.

Spiritual leadership kepala sekolah mampu mengilhami dan

mempengaruhi guru dengan keteladanan perilakunya, sehingga guru merasa

terpanggil dan menerapkan disiplin dengan sepenuh hati dan menjadikan disiplin

menjadi bagian dari dirinya. Jika hanya mengandalkan hukuman dan pujian dalam

menerapkan disiplin, maka sewaktu-waktu disiplin dapat dilanggar, oleh karena

itu pentingnya spiritual leadership kepala sekolah, agar dapat mengajak,

mempengaruhi dan memberikan teladan kepada guru agar secara terus menerus

menerapkan disiplin kerja dan menjadikannya suatu kebiasaan, sehingga dapat

menanamkan kesadaran dalam diri guru untuk menerapkan disiplin kerja.

Page 10: A. Latar Belakang Masalah - repository.upi.edurepository.upi.edu/17465/4/T_ADP_1201299_Chapter1.pdf · Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) ... mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

10

Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kepala sekolah yang memiliki peranan penting dalam menerapkan disiplin

kerja guru. Sejalan dengan hal tersebut Rivai dan Murni (2009, hlm. 198)

mengemukakan bahwa :

Agar kepala sekolah berhasil memberdayakan segala sumber daya sekolah

untuk mencapai tujuan, diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang

profesional, yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dan spiritual

sebagai nilai dasar dalam menjalankan kepemimpinannya, selain itu kepala

sekolah juga harus memiliki kompetensi kepribadian, keahlian dasar,

pengalaman, pelatihan dan pengetahuan profesional, serta kompetensi

administrasi dan pengawasan.

Serangkaian strategi kepemimpinan kepala sekolah untuk mencapai tujuan

pendidikan meliputi cara membina, membimbing, mengembangkan, memotivasi,

bekerjasama, berkomunikasi, memantau, dan mengevaluasi seluruh komponen di

sekolah khususnya kompetensi guru sangat diperlukan untuk terciptanya kinerja

mengajar guru yang baik (Wahjosumidjo, 2004,hlm.105)

Kepemimpinan dengan pendekatan dan perilaku yang sesuai sangat

dibutuhkan untuk menghadapi perubahan yang sangat cepat, baik di luar maupun

di dalam lingkungan sekolah. Dengan demikian, perilaku kepemimpinan kepala

madrasah harus mampu mengembangkan gerakan inovatif, mampu

memberdayakan staf dan sekolah sebagai organisasi pendidikan ke dalam suatu

perubahan cara berfikir, pengembangan visi, pengertian dan pemahaman yang

terus menerus melalui pengolahan aktivitas kerja dengan memanfaatkan bakat,

keahlian, kemampuan, ide, dan pengalaman sehingga semua guru merasa terlibat

dan bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya. Diharapkan perilaku

kepemimpinan kepala madrasah di MTs di Kota Sukabumi dapat menfasilitasi

guru untuk memperbaiki, meningkatkan disiplin kerja guru, serta mampu

memotivasi kinerja guru.

Penelitian berjudul Going Deep: Exploring Spirituality in Life and

Leadership (Percy, 2003, hlm.7) menyimpulkan bahwa para direktur dan Chief of

Excutive Officer (CEO) yang efektif dalam hidup dan kepemimpinannya

memiliki nilai spiritual yang tinggi dan menerapkan gaya kepemimpinan

spiritual. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa “Kepemimpinan yang efektif

yaitu dengan menerapkan nilai-nilai spiritual dan keteladanan dalam

Page 11: A. Latar Belakang Masalah - repository.upi.edurepository.upi.edu/17465/4/T_ADP_1201299_Chapter1.pdf · Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) ... mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

11

Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepemimpinanya”. Spiritualitas membantu membangun karakter dalam diri

sehingga mempengaruhi dalam pola kepemimpinan yang dijalankan. Pemimpin

yang berbasis spiritual, mereka berusaha untuk mengintegrasikan nilai-nilai

spiritual dalam aspek kehidupannya (Tobroni,2010, hlm.46). Kepemimpinan

spiritualitas, bukanlah tentang kecerdasan dan keterampilan dalam memimpin

saja. Namun juga menjunjung nilai-nilai kebenaran, keadilan, tanggung jawab,

integritas, kredibilitas, kebijaksanaan, yang membentuk akhlak dan moral diri

sendiri dan orang lain.

Selanjutnya Zohar dan Ian Marshall (2004, hlm.88) mengemukakan

bahwa, “kepemimpinan yang efektif harus bersumber pada kepemimpinan yang

berakar pada nilai-nilai, moral dan spiritual.” Dalam hal ini, spiritual leadership

kepala sekolah merupakan kepemimpinan yang tepat dalam menerapkan disiplin

kerja guru. Dalam meningkatkan disiplin kerja guru dibutuhkan kepala sekolah

yang memiliki sifat teladan, yang mampu mempengaruhi guru dengan perilaku

teladannya. Karena disiplin jika hanya dengan paksaan, tidak akan ada disiplin

yang efektif tetapi perlu adanya kesadaran dari dalam diri guru. Kepala sekolah

tidak hanya mengajak dan mengayomi ke arah yg lebih baik tetapi juga

peningkatan dan kecintaan serta kesadaran akan pentingnya disiplin kerja

sehingga menghasilkan kinerja yang optimal.

Faktor lain yang juga mempengaruhi disiplin kerja guru adalah

motivasi kerja. Menurut Sadirman (2011, hlm.54) motivasi adalah suatu sikap

atau dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan

suatu aktivitas tertentu. Pentingnya motivasi kerja disampaikan oleh Handoko

(2001, hlm.86), sebagai kekuatan pendorong yang dapat mewujudkan suatu

perilaku guna mencapai tujuan dan kepuasan dirinya. Shadare, Oluseyi dan

Hammed (2009,hlm.11) dalam penelitiannya menyebutkan, “motivasi karyawan

merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan disiplin karyawan.”

Karena pentingnya motivasi maka dalam suatu organisasi maupun

perusahaan diperlukan adanya motivasi yang baik demi tercapainya tujuan

perusahaan.

Page 12: A. Latar Belakang Masalah - repository.upi.edurepository.upi.edu/17465/4/T_ADP_1201299_Chapter1.pdf · Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) ... mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

12

Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari beberapa pernyataan diatas, mengindikasikan adanya hubungan

antara spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin

kerja guru. Penelitian yang relevan dengan ini sebelumnya dilakukan oleh

Muhammad Syukri (2012, hlm.15), dengan judul “Kontribusi Kepemimpinan

Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Disiplin Kerja Guru SMK

Negeri Kabupaten Lima Puluh Kota”. Hasil penelitian menunjukan bahwa

kontribusi kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap

disiplin kerja guru berada pada kategori kuat. Ini berarti bahwa terdapat hubungan

positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap

disiplin kerja guru. Selain itu, hasil penelitian tesis Yoiz Shofwa tahun 2012

dengan judul “Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan Spiritual Terhadap

Disiplin Kerja Dosen dan Karyawan STAIN Purwokerto”. Penelitian korelasional

ini menemukan bahwa motivasi dan kepemimpinan spiritual memberikan

pengaruh terhadap disiplin kerja dosen. Dalam hal ini, motivasi dan

kepemimpinan spiritual berpengaruh terhadap disiplin kerja dosen. Semakin

tinggi motivasi dari dalam diri, maka semakin tinggi pula penerapan disiplin

kerja. Selain itu, spiritual leadership pemimpin dibutuhkan agar dosen

menerapkan disiplin kerja dengan baik dan dengan kesadaran dari dalam diri,

bukan karena peraturan atau paksaan.

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota

Sukabumi. Penelitian ini lebih menekankan pada spiritual leadership kepala

sekolah dan motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru. Berdasarkan hal

tersebut di atas, saya sangat tertarik untuk mengetahui apakah spiritual leadership

kepala sekolah dan motivasi kerja berpengaruh terhadap disiplin kerja guru di

Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Oleh karena itu, penulis tertarik

untuk meneliti tentang “Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah dan

Motivasi Kerja terhadap Disiplin Kerja Guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-

Kota Sukabumi.”

Page 13: A. Latar Belakang Masalah - repository.upi.edurepository.upi.edu/17465/4/T_ADP_1201299_Chapter1.pdf · Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) ... mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

13

Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Menerapkan disiplin kerja guru merupakan suatu kegiatan yang sangat

penting karena berpengaruh pada kinerja guru. Disiplin merupakan kesediaan

seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma yang berlaku. Hasibuan

(2012,hlm.194-198) mengungkapkan bahwa terdapat enam faktor yang

mempengaruhi tingkat disiplin kerja karyawan pada suatu organisasi diantaranya:

1) Teladan pimpinan (spiritual leadership) ; 2) Tujuan dan kemampuan;

3)Kompensasi; 4) Pengawasan; 5)Loyalitas karyawan; 6)Ketegasan dan sanksi

hukuman.

Beberapa faktor diatas dapat dijelaskan sebagai berikut; (1) Teladan

pimpinan (spiritual leadership), teladan pimpinan sangat berperan dalam

menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan

panutan oleh para bawahannya; (2) Tujuan dan kemampuan, tujuan yang akan

dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi

kemampuan karyawan; (3) Kompensasi (Gaji dan Kesejahteraan) ikut

mempengaruhi kedisiplinan karyawan, karena kompensasi akan memberikan

kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan/ pekerjaannya.

(4)Pengawasan merupakan tindakan nyata dan efektif dalam mewujudkan

kedisiplinan karyawan perusahaan; (5) Loyalitas karyawan dapat diartikan dengan

kesetiaan, kepatuhan dan ketaatan, yang didalamnya terdapat tanggung jawab

untuk berusaha memberikan pelayanan dan perilaku yang terbaik; (6) Ketegasan

dan sanksi hukuman. Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan

mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan sanksi hukuman yang

semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan

perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang;

Sedangkan Robbins (2007, hlm.137) menjelaskan tentang motivasi kerja.

Motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan

usaha untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi terbentuk dari sikap (attitude)

karyawan dalam menghadapi situasi (situation) kerja di perusahaan . Motivasi

merupakan kondisi atau energi yang menggerakan diri karyawan yang terarah atau

Page 14: A. Latar Belakang Masalah - repository.upi.edurepository.upi.edu/17465/4/T_ADP_1201299_Chapter1.pdf · Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) ... mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

14

Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tertuju untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental karyawan yang pro dan

positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerja untuk

meningkatkan disiplin kerja guru.

Ketika spiritual leadership kepala sekolah berhasil dilaksanakan, maka akan

mampu mempengaruhi guru untuk menerapkan disiplin kerja dengan baik.

Disiplin tidak hanya menjadi sebuah kewajiban, tetapi menjadi kebutuhan guru

untuk mencapai kinerja yang optimal. Guru akan menerapkan disiplin dengan

penuh kesadaran tanpa paksaan, sehingga mampu meminimalisisr sikap

indisipliner guru. Selain itu, motivasi kerja yang tinggi juga mempengaruhi

disiplin kerja guru. Dengan adanya motivasi yang tinggi dalam diri seorang guru,

maka disiplin guru pun akan meningkat. Namun jika guru tidak memiliki motivasi

yang tinggi, maka disiplin kerja pun tidak diterapkan dengan baik di sekolah.

Maka dari itu, yang mempengaruhi disiplin kerja guru dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1

Disiplin Kerja Guru

(Sumber: Adaptasi dari Hasibuan, 2012, hlm.194-198 dan Robbins, 2007, hlm.207)

Disiplin Kerja Guru

Teladan pimpinan (spiritual

leadership)

Tujuan dan Kemampuan

Kompensasi

Pengawasan

Loyalitas karyawan

Ketegasan dan sanksi

hukuman Motivasi kerja

Page 15: A. Latar Belakang Masalah - repository.upi.edurepository.upi.edu/17465/4/T_ADP_1201299_Chapter1.pdf · Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) ... mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

15

Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari tujuh faktor yang menjadi indikator disiplin kerja guru, penulis akan

mengambil dua dari faktor tersebut untuk dijadikan variabel , yaitu spiritual

leadership dan motivasi kerja guru. Kurangnya guru dalam menerapkan disiplin

kerja, yaitu dalam frekuensi kehadiran, keterlambatan guru dalam mengajar,

pemahaman prosedur kerja, pemeliharaan peralatan kantor, kurangnya penerapan

reward dan punishment, akan berdampak pada proses belajar mengajar dan

prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, memerlukan dorongan dan arahan dari

kepala sekolah agar guru dapat menerapkan disiplin kerja dengan baik. Spiritual

leadership kepala sekolah mampu mempengaruhi dan menggerakan guru melalui

keteladanan, nilai-nilai dan moral sehingga mampu menumbuhkan kesadaran

dalam diri guru untuk menerapkan disiplin kerja guru. Selain itu, dengan adanya

motivasi kerja, maka guru akan memiliki kesadaran dalam dirinya untuk

menerapkan disiplin kerja dengan baik. Motivasi yang tinggi memiliki peran

penting untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di

kelas, dan disiplin dalam kehadiran, dan penyampaian materi ajar.

2. Rumusan Masalah

Agar permasalahan yang akan dibahas tidak terlampau luas ruang

lingkupnya dan mampu memperoleh kejelasan mengenai masalah yang akan

diteliti, secara umum rumusan masalahnya mengenai pengaruh spiritual

leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di

Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Adapun rumusan masalah

secara khusus sebagai berikut:

1. Bagaimana spiritual leadership kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyyah

(MTs) se-kota Sukabumi?

2. Bagaimana motivasi kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota

Sukabumi?

3. Bagaimana disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota

Sukabumi?

4. Seberapa besar pengaruh spiritual leadership kepala sekolah terhadap

disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?

Page 16: A. Latar Belakang Masalah - repository.upi.edurepository.upi.edu/17465/4/T_ADP_1201299_Chapter1.pdf · Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) ... mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

16

Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di

Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?

6. Seberapa besar pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi

kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota

Sukabumi?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis mengenai pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi

kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota

Sukabumi. Adapun tujuan khususnya diantaranya adalah :

a. Terdeskripsikannya spiritual leadership kepala sekolah di Madrasah

Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

b. Terdeskripsikannya motivasi kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs)

se-kota Sukabumi.

c. Terdeskripsikannya disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs)

se-kota Sukabumi.

d. Teranalisanya pengaruh spiritual leadership kepala sekolah terhadap

disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

e. Teranalisanya pengaruh motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di

Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

f. Teranalisanya pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi

kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota

Sukabumi.

D. Manfaat Penelitian

Pada penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, sebagai berikut:

1) Dapat memberikan masukan bagi kepala sekolah tentang spiritual

leadership kepala sekolah dan motivasi kerja guru dalam upaya untuk

meningkatkan disiplin kerja guru di MTs.

2) Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

Page 17: A. Latar Belakang Masalah - repository.upi.edurepository.upi.edu/17465/4/T_ADP_1201299_Chapter1.pdf · Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) ... mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

17

Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Tsanawiyyah (Mts) Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disiplin kerja guru, sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja dan

mempengaruhi disiplin kerja guru pada Madrasah Tsanawiyyah (MTs) di

kota sukabumi.

3) Sebagai masukan bagi para guru madrasah tsanawiyyah (MTs) di kota

Sukabumi, bahwa spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja

sangat berkaitan erat dengan disiplin kerja guru.

4) Acuan dan sumber inspirasi bagi peneliti lain yang akan memperdalam

permasalahan yang berkaitan dengan spiritual leadership kepala sekolah

dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru.

5) Memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi peneliti. Karena

penelitian ini merupakan hal yang baru dalam mengkaji ranah administrasi

pendidikan.

E. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi

dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

struktur organisasi tesis.

BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian.

Pada kajian pustaka berisikan: Konsep disiplin kerja guru, spiritual

leadership kepala sekolah, motivasi kerja guru. Kerangka

pemikiran, dan hipotesis.

BAB III Metode Penelitian. Bab ini berisikan metode penelitian, populasi,

sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrumen

penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik

pengolahan data dan analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini menguraikan tentang

analisis hasil penelitian dan pembahasan.

BAB V Kesimpulan dan rekomendasi. Bab ini berisikan kesimpulan dan

rekomendasi.