91152466 laporan sedimen 1

Upload: masri-masud

Post on 16-Oct-2015

51 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Tujuh puluh persen batuan yang menutupi permukaan bumi ini terdiri dari

    batuan sedimen. Yaitu batupasir, batugamping, lanau, lempung, breksi,

    konglomerat, dan batuan sedimen lainnya. Batuan tersebut terbentuk secara proses

    fisika, kimia, dan biologi yang terendapkan secara alamiah di berbagai lingkungan

    pengendapan dan terus berjalan hingga saat ini. Pembelajaran tentang batuan

    sedimen sangat besar kontribusinya terhadap penentuan dan pembelajaran batuan

    batuan sedimen purba atau yang berumur tua dalam skala waktu geologi.

    Banyak batuan sedimen purba yang diperkirakan sistem dan lingkungan

    pengendapannya dianalogikan dengan proses proses sedimentasi yang terjadi pada

    saat ini. Proses proses sedimentasi (fisika, kimia, biologi) sangat berhubungan erat

    dengan kompaksi, sementasi, rekristalisasi. Endapan sedimen (sedimentary

    deposit) adalah tubuh material padat yang terakumulasi di permukaan bumi atau

    di dekat permukaan bumi, pada kondisi tekanan dan temperatur yang rendah.

    Sedimen umumnya (namun tidak selalu) diendapkan dari fluida dimana material

    penyusun sedimen itu sebelumnya berada, baik sebagai larutan maupun sebagai

    suspensi. Definisi ini sebenarnya tidak dapat diterapkan untuk semua jenis batuan

    sedimen karena ada beberapa jenis endapan yang telah disepakati oleh para ahli

    sebagai endapan sedimen: (1) diendapkan dari udara sebagai benda padat di

    bawah temperatur yang relatif tinggi, misalnya material fragmental yang

    dilepaskan dari gunungapi; (2) diendapkan di bawah tekanan yang relatif tinggi,

    misalnya endapan lantai laut-dalam (Nurul, 2009).

    Hasil pelapukan batuan dibawa oleh suatu media ke tempat lain dimana

    kemudian diendapkan. Pada umumnya pembawa hasil pelapukan ini dilakukan

    oleh suatu media yang berupa cairan, angin dan es. Akan tetapi beberapa

    transportasi hasil pelapukan dapat juga berlangsung tanpa bantuan suatu media,

    tapi hanya dengan tenaga gravitasi saja.

    Sifat-sifat transportasi sedimen berpengaruh terhadap sedimen itu sendiri

    yaitu mempengaruhi pembentukan struktur sedimen yang terbentuk. Hal ini

    penting untuk diketahui karena sebenarnya struktur sedimen merupakan suatu

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 2

    catatan (record) tentang proses yang terjadi sewaktu sedimen tersebut diendapkan.

    Umumnya proses itu merupakan hasil langsung dari gerakan media pengangkut.

    Namun demikian sifat fisik (ragam ukuran, bentuk dan berat jenis) butiran

    sedimen itu sendiri mempunyai pengaruh pada proses mulai dari erosi,

    transportasi sampai ke pengendapan.

    Sedimen adalah material atau pecahan dari batuan, mineral dan material

    organik yang melayang-layang di dalam air, udara, maupun yang dikumpulkan di

    dasar sungai atau laut oleh pembawa atau perantara alami lainnya.Dua sifat yang

    mempengaruhi media untuk mengangkut partikel sedimen adalah berat jenis

    (density) dan kekentalan (viscosity) media. Berat jenis media akan mempengaruhi

    gerakan media, terutama cairan. Sebagai contoh air sungai yang bergerak turun

    karena berat jenis yang langsung berhubungan dengan gravitasi. Sedangkan

    kekentalan akan berpengaruh pada kemampuan media untuk mengalir.

    1.2.Tujuan

    Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini antara lain adalah sebagai berikut:

    Untuk mengetahui dan memahami alat-alat / instrument yang digunakan

    dalam suatu analisis besar butir sedimen dan sebagai bahan

    referensi/informasi tentang studi ilmu sedimentology.

    Mahasiswa mampu memahami mekanisme pengukuran ukuran butiran

    sedimen melalui cara penyaringan dan dengan pemipetan.

    Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik butiran sedimen dan mampu

    menghitung berat sedimen.

    1.3 Manfaat

    Adapun manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain:

    Mahasiswa mampu menginterpretasikan dan menganalisis hasil

    pengukuran dan perhitungan berat sedimen.

    Mahasiswa mampu melakukan mekanisme penyaringan dan pemipetan

    dengan baik.

    Mahasiswa mampu mengkorelasikan ukuran dan berat sedimen dengan

    kondisi perairan dimana sedimen diambil.

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Sedimentologi

    Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan.

    Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil dari

    proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian mengalami erosi,

    tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada akhirnya terendapkan atau

    tersedimentasikan. Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang

    ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan

    batuan sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi,

    baik secara mekanik maupun secara kimia dan organic (Nurul, 2009).

    a. Secara mekanik

    Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen batuan.

    Faktor-faktor yang penting antara lain :

    Sumber material batuan sedimen :

    Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh material-material

    asalnya. Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat menentukan waktu dan

    jarak transportasi, tergantung dari prosentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil.

    Lingkungan pengendapan :

    Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam tiga bagian yaitu:

    Lingkungan Pengendapan Darat, Transisi dan Laut. Ketiga lingkungan

    pengendapan ini, dimana batuan yang dibedakannya masing-masing mempunyai

    sifat dan ciri-ciri tertentu (Dharma, 2010).

    Pengangkutan (transportasi) :

    Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun yang memiliki

    peranan yang paling besar dalam sedimentasi adalah media air. Selama

    transportasi berlangsung, terjadi perubahan terutama sifat fisik material-material

    sedimen seperti ukuran bentuk dan roundness. Dengan adanya pemilahan dan

    pengikisan terhadap butir-butir sedimen akan memberi berbagai macam bentuk

    dan sifat terhadap batuam sedimen (Dharma, 2010).

    Pengendapan :

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 4

    Pengendapan terjadi bilamana arus/gaya mulai menurun hingga berada di bawah

    titik daya angkutnya. Ini biasa terjadi pada cekungan-cekungan, laut, muara

    sungai, dll.

    Kompaksi :

    Kompaksi terjadi karena adanya gaya berat/grafitasi dari material-material

    sedimen sendiri, sehingga volume menjadi berkurang dan cairan yang mengisi

    pori-pori akan bermigrasi ke atas.

    Lithifikasi dan Sementasi :

    Bila kompaksi meningkat terus menerus akan terjadi pengerasan terhadap

    material-material sedimen. Sehingga meningkat ke proses pembatuan (lithifikasi),

    yang disertai dengan sementasi dimana material-material semen terikat oleh

    unsur-unsur/mineral yang mengisi pori-pori antara butir sedimen.

    Replacement dan Rekristalisasi :

    Proses replacement adalah proses penggantian mineral oleh pelarutan-pelarutan

    kimia hingga terjadi mineral baru. Rekristalisasi adalah perubahan atau

    pengkristalan kembali mineral-mineral dalam batuan sedimen, akibat pengaruh

    temperatur dan tekanan yang relatif rendah (Dharma, 2010).

    Diagenesis :

    Diagenesis adalah perubahan yang terjadi setelah pengendapan berlangsung, baik

    tekstur maupun komposisi mineral sedimen yang disebabkan oleh kimia dan fisika

    b. Secara Kimia dan Organik

    Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme atau

    akumulasi dari sisa skeleton organisme. Sedimen kimia dan organik dapat terjadi

    pada kondisi darat, transisi, dan lautan, seperti halnya dengan sedimen mekanik.

    Masing-masing lingkungan sedimen dicirikan oleh paket tertentu fisik, kimia, dan

    biologis parameter yang beroperasi untuk menghasilkan tubuh tertentu sedimemen

    dicirikan oleh tekstur, struktur, dan komposisi properti. Kita mengacu kepada

    badan-badan khusus seperti endapan dari batuan sedimen sebagai bentuk. Istilah

    bentuk mengacu pada unit stratigrafik dibedakan oleh lithologic, struktural, dan

    karakteristik organik terdeteksi di lapangan. Sebuah bentuk sedimen dengan

    demikian unit batu itu, karena deposisi dalam lingkungan tertentu, memiliki

    pengaturan karakteristik properti. Lithofacies dibedakan oleh ciri-ciri fisik seperti

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 5

    warna, lithology, tekstur, dan struktur sedimen. Biogfacies didefinisikan pada

    karakteristik palentologic dasar. Inti penekanan adalah bahwa lingkungan

    depositional menghasilkan bentuk sedimen. Karakteristik properti dari bentuk

    sedimen yang pada gilirannya merupakan refleksi dari kondisi lingkungan

    deposional (Saputra, 2010).

    Stratigrafi adalah studi batuan untuk menentukan urutan dan waktu

    kejadian dalam sejarah bumi. Dua subjek yang dapat dibahas untuk membentuk

    rangkaian kesatuan skala pengamatan dan interpretasi. Studi proses dan produk

    sedimen memperkenankan kita menginterpretasi dinamika lingkungan

    pengendapan. Rekaman-rekaman proses ini di dalam batuan sedimen

    memperkenankan kita menginterpretasikan batuan ke dalam lingkungan tertentu.

    Untuk menentukan perubahan lateral dan temporer di dalam lingkungan masa

    lampau ini, diperlukan kerangka kerja kronologi (Nurul, 2009).

    Ilmu bumi secara tradisional telah dibagi kedalam sub-disiplin ilmu yang

    terfokus pada aspek-aspek geologi seperti paleontologi, geofisika, mineralogi,

    petrologi, geokimia, dan sebagainya. Di dalam tiap sub-disiplin ilmu ini, ilmu

    pengetahuan telah dikembangkan sebagai teknik analitik baru yang telah

    diaplikasikan dan dikembangkannya teori-teori inovatif. Diwaktu yang sama

    karena kemajuan-kemajuan di lapangan, maka diperkenalkannya integrasi

    kombinasi ide-ide dan keahlian dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda-beda.

    Geologi adalah ilmu multidisiplin yang sangat baik dipahami jika aspek-aspek

    berbeda terlihat berhubungan antara satu dengan lainnya. Sedimentologi

    perhatiannya tertuju pada pembentukan batuan sedimen. Kemudian batuan

    sedimen dibahas hubungan waktu dan ruangnya dalam rangkaian stratigrafi di

    dalam cekungan-cekungan sedimen. Tektonik lempeng, petrologi dan

    paleontologi adalah topik tambahan (Saputra, 2010).

    Metode-metode yang digunakan oleh sedimentologists untuk

    mengumpulkan data dan bukti pada sifat dan kondisi depositional batuan sedimen

    meliputi;

    Mengukur dan menggambarkan singkapan dan distribusi unit batu;

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 6

    o Menggambarkan formasi batuan, proses formal

    mendokumentasikan ketebalan, lithology, singkapan, distribusi,

    hubungan kontak formasi lain

    o Pemetaan distribusi unit batu, atau unit

    Deskripsi batuan inti (dibor dan diambil dari sumur eksplorasi selama

    hidrokarbon)

    Sequence stratigraphy

    o Menjelaskan perkembangan unit batu dalam baskom

    Menggambarkan lithology dari batu;

    o Petrologi dan petrography; khususnya pengukuran tekstur, ukuran

    butir, bentuk butiran (kebulatan, pembulatan, dll), pemilahan dan

    komposisi sedimen

    Menganalisis geokimia dari batu

    Geokimia isotop, termasuk penggunaan penanggalan radiometrik, untuk

    menentukan usia batu, dan kemiripan dengan daerah sumber (Suardi, 2010).

    Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa

    sumber yang dibedakan menjadi empat yaitu :

    1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material

    hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses

    mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan

    terendapkan jika energi tertransforkan telah melemah.

    2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme

    yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik

    yang mengalami dekomposisi.

    3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi

    kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut

    sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini

    adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit (Dharma, 2010).

    4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan

    masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber

    dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa

    angin. Material yang berasal dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 7

    meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang berasal dari letusan gunung

    berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanik, atau berupa fragmen-fragmen

    aglomerat. Sedangkan sedimen yang berasal dari partikel di darat dan terbawa

    angin banyak terjadi pada daerah kering dimana proses eolian dominan namun

    demikian dapat juga terjadi pada daerah subtropis saat musim kering dan angin

    bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan

    dibandingkan sumber-sumber yang lain (Nurul, 2009).

    Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir

    menjadi sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia

    yang terjadi sepanjang kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi

    sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar

    lautpun, sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut

    dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersuspensi

    kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi

    reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar

    laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap

    di antara butiran mineral (Saputra, 2010).

    2.2 Distribusi Sedimen Laut

    Sedimen yang masuk ke dalam laut dapat terdistribusi pada :

    1. Daerah perairan dangkal, seperti endapan yang terjadi pada paparan benua

    (Continental Shelf) dan lereng benua (Continental Slope).

    Continental Shelf adalah suatu daerah yang mempunyai lereng landai kurang

    lebih 0,4% dan berbatasan langsung dengan daerah daratan, lebar dari pantai 50

    70 km, kedalaman maksimum dari lautan di antara 100 200 meter.

    Continental Slope adalah daerah yang mempunyai lereng lebih terjal dari

    continental shelf, kemiringannya anatara 3 6 %.

    2. Daerah perairan dalam, seperti endapan yang terjadi pada laut dalam.

    Endapan Sedimen pada Perairan Dangkal :

    Pada umumnya Glacial Continental Shelf dicirikan dengan susunan

    utamanya campuran antara pasir, kerikil, dan batu kerikil. Sedangkan Non

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 8

    Glacial Continental Shelf endapannya biasanya mengandung lumpur yang

    berasal dari sungai. Di tempat lain (continental shelf) dimana pada dasar laut

    gelombang dan arus cukup kuat, sehingga material batuan kasar dan kerikil

    biasanya akan diendapkan (Nurul, 2009).

    Endapan Sedimen pada Perairan Laut Dalam

    Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis

    dan Sedimen Biogenik Pelagis.

    1. Sedimen Biogenik Pelagis

    Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri

    atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-

    sisa fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya

    satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk hujan sisa-sisa organisme plankton

    yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air untuk membentuk lapisan

    sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti

    kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi,

    keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan

    kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman dulu (Nurul, 2009).

    2. Sedimen Terigen Pelagis

    Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-

    materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke

    lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi.

    Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke

    laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang mengapung, bongkahan es kecil

    dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak beberapa ratus

    kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya (Saputra, 2010).

    2.3 Struktur Sedimen

    Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan

    sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya.

    Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah

    proses pengendapan. (Pettijohn & Potter, 1964 ; Koesomadinata , 1981) Pada

    batuan sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu :

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 9

    Syngenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen, disebut juga

    sebagai struktur primer.

    Epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti kekar, sesar, dan

    lipatan.

    Pembagian struktur sedimen ada beberapa macam dan versi dari peneliti yang

    menganalisa dan mempelajari struktur sedimen, pembagian struktur sedimen

    menurut Pettijohn 1975:

    1. Struktur Sedimen Primer: Struktur pada batuan sedimen yang terjadi pada

    saat proses sedimentasi sehingga dapat di gunakan untuk mengidentifikasi

    mekanisme pengendapan.

    2. Struktur Sedimen Sekunder : struktur sedimen yang terjadi pada batuan

    sedimen pada saat sebelum dan sesudah proses sedimentasi yang juga

    dapat merefleksikan lingkungan pengendapan, keadaan dasar permukaan,

    lereng,dan kondisi permukaan.

    3. Struktur Sedimen organik: Struktur sedimen yang terbentuk akibat dari

    proses organisme pada saat dan sesudah terjadi proses sedimentasi.

    2.4 Analisa Besar Butir

    Analisa granulometri merupakan suatu metoda analisa yang menggunakan

    ukuran butir sebagai materi analisa. Analisa ini umum digunakan dalam bidang

    keilmuan yang berhubungan dengan tanah atau sedimen. Dalam analisa ini

    tercakup beberapa hal yang biasa dilakukan seperti pengukuran rata-rata,

    pengukuran sorting atau standar deviasi, pengukuran skewness dan kurtosis.

    Masing-masing pengukuran tersebut mempunyai rumus-rumus yang berbeda dan

    mempunyai batasan-batasan untuk menggambarkan keadaan dari butiran yang

    diamati atau dianalisa. Batasan-batasan tersebut biasa disebut dengan verbal limit.

    Analisa granulometri dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan metode

    grafis dan metode statistik, dimana metode grafis memuat berbagai macam grafik

    yang mencerminkan penyebaran besar butir, hubungan dinamika aliran dan cara

    transportasi sedimen klastik, sedangkan metode statistik menghasilkan nilai rata-

    rata, deviasi standar, kepencengan dan kemancungan kurva. Sedangkan pasir yang

    diendapkan oleh angin sortasi (Suardi, 2010).

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 10

    Pilihan atau Sortasi dapat menunjukkan batas ukuran butir atau

    keanekaragaman ukuran butir, tipe dan karakteristik serta lamanya waktu

    sedimentasi dari suatu populasi sedimen (Folk, 1968). Menurut Friedman dan

    Sanders (1978), sortasi atau pemilahan adalah penyebaran ukuran butir terhadap

    ukuran butir rata-rata. Sortasi dikatakan baik jika batuan sedimen mempunyai

    penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata pendek. Sebaliknya

    apabila sedimen mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap rata-rata ukuran

    butir panjang disebut sortasi jelek (Suardi, 2010).

    Ada hubungan antara ukuran butir dan sortasi dalam batuan sedimen.

    Hubungan ini terutama terjadi pada batuan sedimen berupa pasir kasar sampai

    pasir sangat halus. Pasir dari berbagai macam lingkungan air menunjuk bahwa

    pasir halus mempunyai sortasi yang lebih baik daripada pasir sangat halus.

    Sedangkan pasir yang diendapkan oleh angin sortasi terbaik terjadi pada ukuran

    pasir sangat halus (Nurul, 2009).

    Kepencengan (SKEWNESS) adalah penyimpangan distribusi ukuran butir

    terhadap distribusi normal. Distribusi normal adalah suatudistribusi ukuran butir

    dimana pada bagian tengah dari sampel mempunyai jumlah butiran paling banyak.

    Butiran yang lebih kasar serta lebih halus tersebar disisi kanan dan kiri dalam

    jumlah yang sama. Apabila dalam suatu distribusi ukuran butior berlebihan

    partikel kasar, maka kepencengannya bernilai negative. Besar butir rata-rata

    merupakan fungsi ukuran butir dari suatu populasi sedimen (missal pasir kasar,

    pasir sedang, dan pasir halus). Besar butir rata-rata dapat juga menunjukkan

    kecepatan turbulen/ sedimentasi dari suatu populasi sedimen (Saputra, 2010).

    Adapun partikel-partikel sedimen oleh Friedman dan Sanders (1978) dapat

    dibedakan menjadi 2 kelompok :

    1) Hasil rombakan atau hancuran padat dari endapan tua.

    2) material yang bukan merupakan hasil rombakan atau hancuran padat yang

    terdiri dari material yang dikeluarkan lewat semburan gunung berapi dan

    material terlarut di air yang ditransportasikan dan diendapkan pada tempat

    akumulasi pengendapan oleh sekresi biologis atau proses pengendapan

    secara kimia.

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 11

    Sumber sedimen dapat berasal dari berbagai tempat. Drake (1978)

    menerangkan bahwa terdapat 3 sumber dari material sedimen yang ditemukan

    pada permukaan dasar laut yaitu sumber dari daratan yang menyuplai material

    hancuran dan material terlarut sumber asli dari laut dan material angkasa luar.

    Setelah proses pelapukan terjadi selanjutnya sedimen asal mengalami proses

    transportasi dan lithifikasi. Drake (1978) pada proses transportasi, dibawah

    kondisi normal, erosi menghasilkan nilai (rate) yang sama dengan pelapukan

    batuan. Faktor yang mempengaruhinya adalah:

    a.Kecepatan pengendapan

    b.Arus aliran fluida

    c.Gelombang

    Hasil sedimentasi yang telah berlangsung lama akan mengalami

    konsolidasi atau lithifikasi (pembatuan). Sedimen yang terlithifikasi disebut

    batuan sedimen. Faktor yang mempengaruhi terhadap proses lithifikasi antara lain

    proses fisika, proses kimiawi dan proses biologi. Ukuran butiran berpengaruh

    terhadap sifat-sifat dari butiran tersebut. Krumbreindan Sloss (1963) menyatakan

    bahwa pada butiran sedimen , ukuran sedimen berhubungan dengan dinamika

    transportasi dan deposisi. Ukuran butiran akan mencerminkan resistensi butiran

    terhadap proses pelapukan, erosi dan abrasi, Pada proses transportasi berpengaruh

    terhadap bentuk, ukuran butir, kebolaan maupun sifat-sifat dari kumpulan butiran

    seperti sortasi, kepencengan dan kepuncakan akibat dari gesekan antara butiran

    dengan butiran maupun dengan batuan dasar. Besar kecilnya partikel penyusun

    tanah tersebut akan menentukan kemampuan dalam hal menahan air, mengurung

    tanah, dan produksi bahan organic. Dalam klasifikasi sedimen berdasarkan ukuran

    dapat menggunakan skala wentworth (Dharma, 2010).

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 12

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Waktu dan Tempat

    Adapun pelaksanaan praktikum Sedimentologi ini dilaksanakan dalam tiga

    tahap. Tahap pertama adalah Simulasi Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat,

    13 April 2012 pada pukul 13.30 WIB 15.30 WIB. Tahap kedua adalah

    Pengovenan Sampel Sedimen yang dilaksanakan pada hari Rabu, 18 April 2012

    pada pukul 12.30 WIB 13.00 WIB. Dan tahap ketiga adalah Penyaringan dan

    Pemipetan Sampel Sedimen pada hari Kamis, 19 April 2012 pada pukul 09.00

    WIB 17.00 WIB. Pelaksanaan praktikum ini bertempat di Laboratorium

    Oseanografi Kelautan dan Laboratorium Biologi Kelautan, Program studi Ilmu

    Kelautan, Fakultas MIPA, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.

    3.2 Alat dan Bahan

    Adapun alat dan bahan beserta fungsi dibedakan menjadi dua tahap

    pelaksanaan, yaitu penyaringan dan pemipetan pada tabel di bawah ini:

    3.2.1 Penyaringan

    Tabel 1. Alat dan Bahan Tahap Penyaringan

    No Alat dan Bahan Fungsi

    1. Ayakan Bertingkat Untuk menyaring sedimen sampai dengan

    16 tingkat ukuran

    2. Gelas Ukur 500 ml Sebagai wadah sedimen awal

    3. Timbangan Analitik Untuk menimbang cawan, berat awal, berat

    basah, berat kering sampel sedimen.

    4. Alumunium Foil Untuk melapisi cawan agar sedimen

    terproses secara sempurna.

    5. Cawan besi (16) Untuk tempat wadah sedimen yang akan

    diukur.

    6. Kertas Label Untuk memberi nomor atau nama pada

    masing-masing cawan

    7. Oven Untuk mengeringkan sedimen sehingga

    tidak lagi mengandung uap air

    8. Gayung Untuk menuangkan air saat penyaringan

    9. Baki Sebagai wadah peletakkan sampel sedimen

    10. Sarung Tangan Untuk mempermudah dalam proses

    penghancuran sedimen dan penyaringan

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 13

    11. Tisue Untuk membersihkan noda dan kotoran

    yang tidak diinginkan

    12. Baskom Untuk wadah penampungan air saat

    penyaringan dengan ayakan bertingkat

    13. Ember Untuk wadah air

    14. Sedimen Sebagai sampel yang akan diukur dan

    diproses

    15. Air Untuk mempermudah dalam proses

    penyaringan dan penghancuran sedimen

    3.2.2 Pemipetan

    Tabel 2. Alat dan Bahan Tahap Pemipetan

    No Alat dan Bahan Fungsi

    1. Gelas Ukur 1000 ml Sebagai wadah sampel sedimen dan air

    untuk proses pemipetan

    2. Gelas Beker 100 ml (9

    buah)

    Sebagai tempat menampung air sedimen

    saat disaring dengan kertas saring

    3. Pipet Serologis (2 buah) Untuk mengaduk sekaligus menghisap dan

    mengeluarkan larutan sedimen

    4. Timbangan Analitik Untuk menimbang berat kertas saring dan

    sedimen pada kertas saring

    5. Kertas Label Untuk memberi nomor atau nama pada

    masing-masing kertas saring.

    6. Oven Untuk mengeringkan sedimen dan kertas

    saring sehingga tidak mengandung uap air

    7. Kertas Saring Whatman (9

    buah)

    Untuk menyaring sedimen yang dari

    proses pemipetan

    8. Larutan Sedimen Sebagai bahan untuk melakukan proses

    pemipetan dan sampel yang akan diukur

    9. Stopwatch Untuk menghitung waktu saat proses

    pemipetan.

    3.3 Cara Kerja

    Adapun cara kerja dari praktikum sedimentologi ini adalah:

    3.3.1 Pengukuran Berat Awal Sedimen

    Buat cawan dari alumunium foil dan timbang cawan awal dengan menggunakan

    timbangan analitik dan dinolkan.

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 14

    3.3.2 Tahap Penyaringan

    Masukkan sampel sedimen sebanyak 250 gr. Masukkan ke oven selama 1 hari.

    Setelah itu di timbang untuk mendapatkan berat kering sedimen + cawan

    Siapkan cawan besi sebanyak 16 buah dan dilapisi dengan alumunium foil

    untuk mencegah kebocoran dan sebagai penampung hasil saringan sedimen

    Lakukan pelebelan untuk setiap cawan dan timbang berat masing-masing

    cawan untuk mendapatkan nilai cawan kosong

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 15

    Susun ayakan bertingak sesuai dengan ukuran, yaitu dari ukuran terkecil

    sampai terbesar dan dibawahnya dilapisi alas ayakan menjadi 16 tingkatan

    Hancurkan sedimen dengan menambahkan air dan menggunakan tangan untuk

    mempermudah dalam proses penyaringan

    Lakukan proses penyaringan dengan menggunakan ayakan bertingkat untuk

    menyaring sedimen berdasarkan ukuran butiran

    Setiap selesai menyaring pada setiap tingkatan ayakan, kumpulkan partikel

    sedimen pada ayakan dan letakkan pada cawan besi yang telah disiapkan

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 16

    3.3.3 Tahap Pemipetan

    Timbang sedimen yang telah terkumpul pada cawan sehingga didapatkan berat

    basah sedimen dan cawan.

    Masukkan hasil penyaringan ke dalam oven sampai benar-benar kering lalu

    kemudian lakukan penimbangan berat sedimen kering + cawan

    Siapkan kertas saring Whatman sebanyak 9 buah dan dibentuk seperti corong.

    Lakukan pelebelan dan kemudian dioven lebih kurang 15 menit.

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 17

    Masukkan larutan dari sisa hasil penyaringan yang lolos dari ayakan bertingkat

    ke dalam gelas ukur 1000 ml

    Siapkan 9 gelas beker dan letakkan kertas saring di atasnya. Aduk larutan

    sedimen pada gelas ukur. Waktu dimuali saat pengadukan berhenti.

    Sesuaikan waktu pemipetan dengan waktu yang telah ditetapkan, dimana

    terdapat 2 jarak pengambilan dengan pipet, yaitu pada jarak 20 cm dan 10 cm

    dari ujung pipet. Sesuai dengan ketetapan prosedur yang telah ditetapkan.

    Masukkan larutan yang telah dipipet ke dalam kertas saring berdasarkan

    masing-masing waktu yang telah ditentukan. Tunggu sampai kering.

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 18

    Masukkan kertas saring yang berisi saringan sedimen ke dalam oven sampai

    kering. Kemudian timbang berat kering cawan + sedimen.

    Setelah semua proses dilakukan, tahap berikutnya adalah menganalisa dan

    mengolah data yang telah didapatkan.

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 19

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    4.1.1 Data Pengukuran Berat Awal Sedimen

    Berat Basah Sedimen = 250 gr

    Berat Cawan = 3,65 gr

    Berat Kering Cawan + Sedimen = 140,26 gr

    Berat Total = 140,26 gr 3,65 gr = 136,76 gr

    4.1.2 Data Pengukuran Tahap Penyaringan

    Ukuran

    Saringan

    Ukuran Berat (gr)

    Berat Cawan Berat Basah Cawan

    + Sedimen

    Berat Kering Cawan +

    Sedimen

    4,75 mm 3,59 31,26 28,23

    2,36 mm 4,19 16,45 13,73

    1 mm 3,85 15,97 11,66

    850 m 3,58 7,44 5,96

    500 m 3,83 35,50 25,40

    425 m 3,73 20,36 15,10

    250 m 3,84 43,60 30,69

    212 m 3,72 9,95 7,53

    180 m 3,96 8,66 6,18

    150 m 3,75 8,54 5,96

    106 m 3,77 10,46 6,49

    75 m 3,83 11,34 6,41

    63 m 3,88 7,16 4,50

    53 m 3,86 7,68 4,68

    45 m 3,75 7,34 4,40

    38 m 3,56 5,26 3,73

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 20

    4.1.3 Data Pengukuran Tahap Pemipetan

    Waktu

    (t)

    Jarak

    (cm)

    Ukuran Berat (gr)

    Berat Kering Kertas

    Saring

    Berat Kering Kertas

    Saring + Sedimen

    4 58 20 1,23 1,30

    4,5 156 20 1,20 1,26

    5 156 10 1,21 1,26

    5,5 352 10 1,21 1,27

    6,0 742 10 1,20 1,25

    6,5 15 10 1,17 1,21

    7 31 10 1,21 1,24

    7,5 1 10 1,19 1,20

    8 23 10 1,21 1,22

  • Sedimentology

    Weight Measurement of Sediment 21

    DAFTAR PUSTAKA

    Dharma. 2010. Analisa Besar Butir Sedimen. http://dhamadharma.wordpress.com/

    2010/10/19/laporan-praktikum-analisa-besar-butir/. Diakses tanggal 18

    April 2012 pukul 20.00 WIB.

    Nurul, Agus. 2009. Sedimentology. http://agusnurul.blogspot.com/2009/04/tugas-

    mata-kuliah-sedimentology.html. Diakses tanggal 18 April 2012 pukul

    19.00 WIB.

    Saputra, Adi. 2010. Transpor Sedimen. http://www.ilmukelautan.com/oseanografi

    /fisika-oseanografi/410-transpor-sedimen. Diakses tanggal 18 April

    2012 pukul 21.00 WIB.

    Suardi, Yogi. 2010. Transportasi Sedimen. http://jurnal-geologi.blogspot.com/

    2010/02/transportasi-sedimen_23.html. Diakses tanggal 18 April 2012

    pukul 20.00 WIB.