79947138 skripsi final maret

128
1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang sempurna. Dalam perjalnan hidup, masa remaja adalah suatu periode transisi yang memiliki rentang dari masa kanak – kanak yang bebas dari tanggung jawab sampai mencapai tanggung jawab masa remaja. Batasan usia remaja adalah 10 sampai 20 tahun. (WHO,2002) Dalam periode ini terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik, mental dan sosial. Masa remaja ini juga merupakan periode pencarian identitas diri, sehingga remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan. Umumnya proses pematangan fisik lebih cepat dari pematangan psikologisnya. Oleh karena itu sering terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan terhadap stres. (Desti,2010). Tugas – tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan – harapan baru yang dialami remaja membuat remaja mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. (IDAI,2008). Gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan – tekanan yang dialami

Upload: norman-ahmad-riyandi

Post on 25-Apr-2015

153 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 79947138 Skripsi Final Maret

1

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan

sosial yang sempurna. Dalam perjalnan hidup, masa remaja adalah suatu

periode transisi yang memiliki rentang dari masa kanak – kanak yang bebas

dari tanggung jawab sampai mencapai tanggung jawab masa remaja. Batasan

usia remaja adalah 10 sampai 20 tahun. (WHO,2002)

Dalam periode ini terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi

fisik, mental dan sosial. Masa remaja ini juga merupakan periode pencarian

identitas diri, sehingga remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan.

Umumnya proses pematangan fisik lebih cepat dari pematangan

psikologisnya. Oleh karena itu sering terjadi ketidakseimbangan yang

menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan terhadap stres. (Desti,2010).

Tugas – tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh

berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan – harapan baru yang

dialami remaja membuat remaja mudah mengalami gangguan baik berupa

gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku.(IDAI,2008).

Gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan – tekanan

yang dialami remaja akibat perubahan fisik atau psikis, perubahan lingkungan

sosial, kebimbangan mencari identitas diri, minat dalam pendidikan, minat

seks dan perilaku seks atau mulai beradaptasi dengan lawan jenis, sehingga

keadaan emosional pun sering mengalami ketidakseimbangan. (Yusuf,2004) .

Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya

perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan fungsi

fisiologis. Perubahan tubuh disertai dengan perkembangan bertahap dari

karateristik seksual primer dan sekunder, misalnya pada remaja putri ditandai

dengan menarche ( menstruasi pertama kali) (Kaplan,2002).

Page 2: 79947138 Skripsi Final Maret

2

Ciri khas kedewasaan wanita adalah menstruasi. Pada wanita siklus

yang berulang di dalam aksis hipotalamus, hipofisis, dan ovarium

menyebabkan pematangan dan pelepasan gamet dari ovarium untuk

persiapan uterus dalam kehamilan jika terjadi fertilisasi. Namun, jika tidak

terjadi konsepsi, setiap siklus berakhir dengan perdarahan menstruasi

(Heffener,2008)

Stres merupakan suatu respons fisiologis, psikologis dan perilaku dari

manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan

internal dan eksternal (Sriarti,2008). Stres diketahui merupakan faktor

etiologi dari banyak gangguan . Misalnya mengacaukan siklus menstruasi.

Namun, hubungan antara stres dan siklus menstruasi ini sangat kompleks

dan pemahaman kita mengenai hubungan ini masih sangat terbatas. Stres

atau kecemasan dapat mengacaukan siklus menstruasi karena pusat stres di

otak sangat dekat dengan pusat pengaturan siklus menstruasi di otak

(Riani,2005)

Stres dan kecemasan sebagai rangsangan melalui sistem saraf

diteruskan ke susunan saraf pusat, yaitu sistem limbik, selanjutnya melalui

saraf autonom (simpatis dan parasimpatis) akan diteruskan ke kelenjar –

kelenjar endokrin.(Sriarti,2008). Neuroendokrin menuju hipofisis melalui

sistem prontal mengeluarkan gonadotropin dalam bentuk Folikel

Stimulating Hormone (FSH) dan Leutinizing Hormone (LH) dan nantinya

akan mempengaruhi terjadinya proses menstruasi (Sherwood,2001). Stres

berkelanjutan dapat menyebabkan depresi, yaitu apabila sense of control

atau kemampuan untuk mengatasi stres seseorang kurang baik (Desti,2010).

Menstruasi adalah suatu proses alami seorang perempuan yaitu proses

deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium)

yang keluar melalui vagina bersamaan dengan darah (Wiknjosastro,2007).

Siklus Menstruasi adalah jarak dimulainya menstruasi sampai menstruasi

berikutnya (Sherwood,2001). Siklus menstruasi berkisar antara 21 – 35 hari

(Wikbjosastro,2007). Hanya 10 – 15 % wanita yang memiliki siklus 28 hari

dan lebih dari 35 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya

terjadi sesaat setelah menarche dan sesaat sebelum menopause (Baso,1999).

Page 3: 79947138 Skripsi Final Maret

3

Beberapa studi, menyatakan bahwa prevalensi pada populasi wanita

usia 18-55 tahun mengalami gangguan dengan menstruasinya dan juga dari

hasil penelitian pelajar lebih sering menunjukkan variasi menstruasi yang

bermasalah, seperti menstruasi tidak teratur. Siklus menstruasi yang abnormal

berhubungan dengan stres psikologi (Nepomnaschy, 2007), dan dari hasil

penelitian beberapa studi juga menjelaskan bahwa sewaktu stres terjadi aktivasi

aksis hipotalamus-pituitari-adrenal bersama-sama dengan sistem saraf autonom

yang menyebabkan beberapa perubahan, diantaranya pada sistem reproduksi

yakni siklus menstruasi yang abnormal (Nevid,2005; Pinel, 2009; Carlson,

2005; Sriarti, 2008). Dari data beberapa hasil studi dikatakan bahwa pelajar

perawat di Kusyu University dilaporkan sebanyak 34% mengalami menstruasi

tidak teratur akibat stress (Onimura dan Yamaguchi, 1996), penelitian di

Jepang, terdapat 63% pelajar mahasiswi mengalami menstruasi tidak teratur

(Yamamoto dkk, 2009).

Pada remaja suka mengeluh tentang sekolah, misalkan kegiatan

belajar, banyaknya tugas – tugas, ketakutan menghadapi ujian akhir juga

minat terhadap pendidikan jenjang yang lebih tinggi untuk meraihnya dan

lain – lainnya dapat berpengaruh terhadap siklus menstruasi. Stres dapat

menyebabkan terjadinya penekanan pada hormon dan dapat menyebabkan

kegagalan ovulasi pada wanita sehingga terjadinya menstruasi (Desti,2010).

Faktor yang mempengaruhi ketidakteraturan siklus menstruasi dapat

dipengaruhi oleh gaya hidup, gizi, usia dan faktor stres.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan timbul pemikiran untuk

mengetahui lebih lanjut dan peniliti tertarik untuk membuktikan kebenaran

hasil penelitian-penelitian tersebut di kalangan remaja kelas XII di SMAN

64 Jakarta. Sebelumnya sudah ada beberapa penelitian serupa, tetapi

perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah subyek

penelitian dan waktu penelitian

Page 4: 79947138 Skripsi Final Maret

4

I. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan alasan pemilihan judul permasalahan yang diambil dalam

penelitian ini adalah “Adakah hubungan tingkat stres terhadap siklus

menstruasi pada remaja kelas XII di SMAN 64 Jakarta ?”

I. 3. Tujuan Penelitian

I. 3. 1. Tujuan Umum :

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat

stres terhadap siklus menstruasi pada remaja putri kelas XII di SMAN 64

Jakarta.

I. 3. 2. Tujuan Khusus :

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui gambaran tingkat stres pada remaja kelas XII IPA di

SMA Negeri 64 Jakarta

2. Mengetahui gambaran tingkat stres pada remaja kelas XII IPS di

SMA Negeri 64 Jakarta

3. Mengetahui gambaran siklus menstruasi pada remaja kelas XII IPA

di SMA Negeri 64 Jakarta

4. Mengetahui gambaran siklus menstruasi pada remaja kelas XII IPS

di SMA Negerri 64 Jakarta

5. Mengetahui hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi pada

remaja kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta

6. Mengetahui hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi pada

remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta

7. Mengetahui hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi pada

remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta

8. Mengetahui hubungan jurusan kelas terhadap tingkat stres pada

remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta

Page 5: 79947138 Skripsi Final Maret

5

I. 4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk:

1. Subjek Penelitian

Mengetahui hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi

2. Diri sendiri

Untuk menambah wawasan tentang ilmu kedokteran khususnya

tentang hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi serta untuk

mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat khususnya ilmu

CRP (Commmunity Research Program)

3. Tempat dilakukan penelitian

Sebagai data yang menggambarkan angka tingkat stres pada remaja

kelas XII di institusi tersebut, sehingga diharapkan dapat dilakukan cara

mengendalikan dan manajemen stres agar masalah tersebut tidak sampai

menyebabkan gangguan yang lebih lanjut.

4. Pemerintah dan Praktisi Kesehatan

Sebagai sumber informasi bagi pemerintah dan praktisi kesehatan agar

lebih memperhatikan masalah kesehatan psikologis berupa tingkat stres karena

mempunyai dampak terhadap gangguan siklus menstruasi.

5. Masyarakat umum

Sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sehingga

diharapkan masyarakat dapat mengatasi, mengelola, mengendalikan stres

karena dapat berdampak pada siklus menstruasi.

6. Masyarakat Ilmiah

Sebagai data untuk penelitian selanjutnya.

Page 6: 79947138 Skripsi Final Maret

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Landasan Teori

II. 1. 1. Stres

II. 1. 1. 1. Definisi

Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh

terpapar terhadap bahaya ancaman. Stres memiliki dua komponen: 1)

perubahan fisiologis. 2) psikologis, bagaimana seseorang merasakan

keadaan dalam hidupnya. Perubahan keadaan fisik dan psikologis ini

disebut sebagai stresor (pengalaman yang mengiduksi respon stres)

(Pinel,2009)

Menurut Selye stres digolongkan stmenjadi dua yang berdasarkan

atas persepsi individu terhadap yang dialaminya (Rice,1992), yaitu:

a. Distress (stres negatif)

Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan.

Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana inidvidu mengalami

rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah, sehingga individu

mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan

timbul keinginan untuk menghindarinya.

b. Eustress (stres positif)

Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang

memuaskan, frase joy of stress untuk mengucapkan hal – hal yang

bersifat positif yang timbul dari adanya stres. Eustress dapat

meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi dan

performasi kehidupan. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi

individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya

seni.

Page 7: 79947138 Skripsi Final Maret

7

Menurut Sriarti (2008) Stres merupakan respon fisiologis,

psikologis dan perilaku dari manusia yang mencoba untuk

mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan ekstrenal.

Branon dan Feist (2007) menjelaskan bahwa stres dapat

didefinisikan melalui tiga cara yang berbeda, yaitu :

1. Stimulus, yaitu sebagai respons dan sebagai interaksi yang

menimbulkan stres disebut juga dengan stresor

2. Respon, yaitu suatu individu yang muncul karena adanya situasi

tertentu yang menimbulkan stres. Respons yang muncul dapat berupa

respon fisiologis, seperti: jantung berdebar, gemetar dan pusing serta

psikologis, seperti: takut, cemas, sulit tidur, sulit konsentrasi dan

mudah tersinggung

3. Interaksi, yaitu hubungan seseorang dengan stimulus

lingkungannya, individu sendiri merupakan agen aktif yang bisa

mempengaruhi akibat dari stresor melalui tingkah laku, kognisi dan

strategi emosi.

Berdasarkan berbagai definisi tersebut, Indri (2007)

mengemukakan bahwa stres adalah keadaan yang disebabkan oleh

adanya tuntunan internal maupun eksternal yang dapat

membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu

sehingga individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun secara

psikologis dan melakukan penyesuaian diri terhadap situasi yang

menjadi stresor.

II. 1. 1. 2. Klasifikasi Stres

Struart dan Sundeen (1998) dalam Maramis (2009)

mengklasifikasikan tingkat stres, yaitu:

Page 8: 79947138 Skripsi Final Maret

8

1. Stres Ringan

Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari –

hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada

dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan

terjadi

2. Stres Sedang

Pada tingkat stres ini individu lebih memfokuskan hal penting

saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga

mempersempit lahan persepsinya.

3. Stres Berat

Pada tingkat sres ini, persepsi individu sangat menurun dan

cenderung memusatkan perhatian pada hal – hal lain. Semua

perilaku ditujukan untuk mengurangi stres. Individu tersebut

mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan

memerlukan banyak pengarahan.

II. 1. 1. 3 Sumber Stres (Stresor)

Sumber stres adalah semua kondisi stimulasi yang

berbahaya dan menghasilkan reaksi stres. Stress reaction acute

(reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada

seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas,

terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat,

biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan

kemampuan mengatasi (copying capacity) seseorang memainkan

peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya

(Sunaryo, 2004).

Jenis stresor meliputi fisik, psikologis, dan sosial. Stesor

fisik berasal dari luar diri individu, seperti suara, polusi, radiasi,

suhu udara, makanan, zat kimia, trauma, dan latihan fisik yang

terpaksa. Pada stresor psikologis tekanan diri dalam diri individu

biasa yang bersifat negatif yang menimbulkan frustasi, kecemasan,

dan rasa bersalah, khawatir berlebihan, serta rasa rendah hati,

Page 9: 79947138 Skripsi Final Maret

9

sedangkan stresor sosial yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh

interakasi individu dengan lingkungannya. Banyak stresor sosial

yang bersifat traumatik yang tidak dapat dihindari seperti

kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, perceraian,

masalah keuangan, pindah rumah dan lain – lain.

Sumber stres bisa berasal dari diri sendiri, keluarga, dan

komunitas sosial (Alloy, 2004). Menurut Maramis (2009) dalam

bukunya, ada empat sumber atau penyebab stres

1. Frustasi

Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai

sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan

dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat

diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang

mengancam, seperti timbul reaksi marah, penolakan maupun

depresi

2. Konflik

Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan

merespons langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga

munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam

waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik yaitu:

a. `Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus

memilih satu diantara dua alternatif yang sama – sama disukai.

Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati

alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat

mudah dan cepat diselesaikan.

b. Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu

diharapkan pada dua pilahan yang sama – sama tidak

disenangi. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan

menyelesaikan karena masing – masing alternatif memiliki

konsekuensi yang tidak menyenangkan

Page 10: 79947138 Skripsi Final Maret

10

c. Approach-avoidance confilict, adalah situasi dimana

individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau

ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang

sama.

3. Tekanan (presure)

Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai

sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tigkah laku

tertentu. Secara umum tekanan mendorong individu untuk

meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah

sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan

sehari – hari dan memiliki bentuk yang berbeda – beda pada

setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat

menghabiskan sumber – sumber daya yang dimiliki dalam

proses pencapaian sasarannya. Bahkan bila berlebihan dapat

mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal

dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari

keduanya. Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai,

konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal

misalnya berupa tekanan waktu atau peran yang harus dijalani

seseorang, atau juga dapat berupa kompetisi dalam kehidupan

sehari – hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan sekolah

dan mendapatkan pasangan hidup.

4. Krisis

Krisis yaitu keadaan mendadak yang menimbulkan stres pada

individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan

dan penyakit yang harus dioperasi.

Maramis (2009) menyatakan ada empat variabel psikologik

yang dianggap mempengaruhi mekanisme respons stres:

1. Kontrol: Keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol

terhadap stresor yang mengurangi intesifitas stresor.

Page 11: 79947138 Skripsi Final Maret

11

2. Prediktabilitas: Stresor yang dapat diprediksi menimbulkan

respon stres yang tidak begitu berat dibandingkan stresor

yang tidak dapat diprediksi.

3. Persepsi: Pandangan individu tentang dunia dan persepsi

stesor saat ini dapat meningkatakan atau meurunkan

intensitas respons stres

4. Respon koping: Ketesediaan dan efektifitas mekanisme

meningkatnya ansietas dapat menambah atau mengurangi

respon stres.

II. 1. 1. 4. Tahapan stres

Sebagai mana dikemukakan Dadang Hawari (2001)

mengatakan bahwa Robert J. Van Amberg dalam penelitiannya

membagi tahapan – tahapan stres sebagai berikut:

1) Stres tahap pertama

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan

dan biasanya disertai dengan perasaan – perasaan sebagai

berikut:

- Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)

- Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya

- Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari

biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi

semakin menipis.

2) Stres tahap kedua

Dalam tahapan ini dampak/respon terhadap stresor yang

semula menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap

pertama mulai menghilang dan timbul keluhan – keluhan yang

disebabkan oleh cadangan energi yang tidak lagi cukup

sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.

Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup,

bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi

Page 12: 79947138 Skripsi Final Maret

12

yang mengalami defisit. Keluhan – keluhan yang sering

dikemukakakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap

kedua adalah :

- Merasa letih seaktu bangun pagi yang seharusnya

merasa segar

- Merasa mudah lelah sesudah makan siang

- Lekas merasa lelah menjelang sore hari

- Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman

(bowel discomfort)

- Detakan jantung lebih lebih keras dari biasanya

(berdebar – debar)

- Otot – otot punggung dan tengkuk merasakan tegang

- Tidak bisa santai

3) Stres tahap ketiga

Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam

pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan – keluhan yang

semakin nyata dan mengganggu, yaitu:

- Ganguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya

keluhan maag, buang air besar tidak teratur (diare)

- Ketegangan otot – otot semakin terasa

- Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional

semakin meningkat

- Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk

mulai masuk tidur (early insomnia) atau terbangun

tengah malam dan sukar kembali tidur (middle

insomnia) atau bangun terlalu pagi hari dan tidak dapat

kembali tidur (late insomnia)

- Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan jatuh

dan serasa mau pingsan).

Pada tahapan ini seseorang harus berkonsultasi kepada dokter

untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya

Page 13: 79947138 Skripsi Final Maret

13

dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan guna menambah

suplai energi yang mengalami defisit.

4) Stres tahap keempat

Gejala stres tahap keempat, akan muncul:

- Untuk bertahan sepanjang baru saja sudah terasa amat

sulit

- Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan

mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa

lebih sulit

- Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi

kehilangan kemampuan untuk merespon secara

memadai (adequate)

- Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin

sehari – hari

- Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi – mimpi

yang menegangkan. Sering kali menolak ajakan

(negativism) karena tiada semangat dan kegairahan

- Daya konsentrasi, daya ingat menurun

- Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak

dapat dijelaskan apa penyebabnya

5) Stres tahap kelima

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang akan jatuh dalam

stres tahap kelima, yang ditandai dengan hal – hal sebagai

berikut:

- Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam

(psychical dan psychological exhaustion)

- ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari

– hari yang ringan dan sederhana

Page 14: 79947138 Skripsi Final Maret

14

- gangguan sistem pencernaan semakin berat

(gastrointestinal disorder)

- timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin

meningkat, mudah bingung dan panik

6) Stres tahap keenam

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang

mengalami serangan panik dan perasaan takut mati. Tidak

jarang oarang yang mengalami stres pada tahap ini berulang

dibawa ke Instalasi Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun

pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan

fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap keenam ini adalah

sebagai berikut:

- Debaran jantung teramat keras

- Susah bernapas (Sesak)

- Sekujur tubuh terasa gemetar, dingin dan keringat

bercucuran

- Ketiadaan tenaga enaga untuk hal – hal yang ringan

- Pingsan atau kolaps

Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana

digambarkan diatas lebih didominasi oleh keluhan – keluhan

fisik yang disebabkan oleh gangguan fungsional oragan tubuh,

sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan

seseorang untuk mengatasinya

II. 1. 1. 5. Respon Terhadap Stres

1. Respon Fisiologis

Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya

mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis

dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespons

Page 15: 79947138 Skripsi Final Maret

15

terhadap impuls saraf dari hipotalamus, yaitu mengakitivasi

berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah

pengendaliannya. Sebagai contohnya, meningkatkan kecepatan

denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis juga

memberi sinyal ke medula adrenal. Untuk melepaskan epinefrin

dan noreepinefrin ke aliran darah.

Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus

mensekresi CRF (Corticotropin Releasing Factor), suatu zat

kimia yang bekerja padda kelenjar hipofisis yang terletak dibawah

hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresi hormon

ACTH (adenocorticotropin hormon), yang dibawa melalui aliran

darah ke korteks adrenal. Dimana, ia menstimulasi pelepasan

sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar

gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain

untuk melepaskan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai

hormon stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas

neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan

dalam respons fight or flight (Nevid,2005; Pinel, 2009; Carlson,

2005).

Walter Canon (1929) memberikan deskripsi mengenai

bagaimana reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang

mengancam. Ia menyebutnya reaksi tersebut sebagai fight or

flight respone karena respon fisiologis mempersiapkan individu

untuk menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam

tersebut. Fight or flight respone menyebabkan individu dapat

berespon cepat terhadap situasi yang mengancam. Akan tetapi

bila keadaan fisiologis dan psikologis yang reaktif terhadap

rangsangan tersebut tinggi dan terus menerus muncul dapat

membahayakan kesehatan individu (Alloy dkk, 2005; Branon dan

Feist, 2007 ; Pinel, 2009).

Page 16: 79947138 Skripsi Final Maret

16

Hans Syle mempelahari akibat yang diperoleh bila stresor

terus menerus muncul, yang kemudian mengemukakannya

dengan istilah General Adaptation Syndrome (GAS) yang terdiri

dari rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stresor (Alloy

dkk, 2005; Branon dan Feist, 2007 ; Pinel, 2009).

1) Alarm reaction

Pada tahap awal ini perlawanan tubuhmelawan stresor yang

diarahkan melalui aktivasi sistem saraf simpatis. Aktivasi sistem

– sistem tubuh untuk kekuatan maksimal dan mempersiapkan

mereka untuk respons fight or flight. Adrenalin (epinefrin)

dilepaskan, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, nafas

jadi lebih cepat, dan aktivitas gastriontestinal menurun. Sebagai

respon jangka pendek untuk keadaan emergensi , reaksi – reaksi

fisik ini dapat disesuaikan.

2) Stage of Resistance

Pada tahap ini, tahap adaptasi dengan stresor. Seberapa

lama tahap ini tergantung pada keparahan stresor dan kemampuan

organisme. Jika organisme mampu beradaptasi maka kekuatan

melawan pada tahap ini akan berlanjut untuk jangka waktu yang

lama. Selama tingkatan ini, seseorang memberikan gambaran

tingkatan normal. Akan tetapi, menurut ilmu jiwa, fungsi internal

tubuh tidak normal. Stres yang terus menerus akan menyebabkan

perubahan neurologis dan hormon. Hipotesis Seyle, menyatakan

bahwa ketakutan dalam melawan stres akan menyebabkan

perubahan terhadap sistem imun sehingga rentan terhadap infeksi.

3) Stage of Exhaustion

Respon fisiologis masih terus berlangsung. Hal ini dapat

melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menguras energi tubuh.

Sehingga terjadi kelelahan pada tubuh. Stresor yang terus terjadi

Page 17: 79947138 Skripsi Final Maret

17

akan mengakibatkan penyakit dan kerusakan fisiologis dan dapat

menyebabkan kematian.

Secara umum orang yang mengalami stres mengalami

sejumlah gangguan fisik seperti: (Maramis, 2009)

a. Gangguan pada organ tubuh menjadi hiperaktif

dalam salah satu sistem tertentu. Contohnya :

tekanan darah naik, sistem pencernaan terganggu

seperti terjadi kembung, mual atau diare

b. Gangguan pada sistem reproduksi, seperti pada

wanita terganggunya siklus menstruasi, impoten

pada pria.

c. Gangguan pada sistem pernafasan seperti sesak,

nafas terasa berat

d. Gangguan lainnya seperti migrain, tegang otot

sampai timbulnya jerawat

2. Respon Psikologik

a. Keletihan emosi, jenuh, mudah menangis, frustasi,

kecemasan, rasa bersalah, khawatir berlebihan, marah

benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta

rasa rendah diri.

b. Terjadi depersonalisasi; dalam keadaan stres

berkepanjangan, sering dengan keletihan emosi, ada

kecenderungan yang bersangkutan memperlakukan orang

lain sebaga ‘sesuatu’ ketimbang ‘seseorang’

c. Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga

berakibat pula menurunnya rasa kompeten dan rasa

sukses.

3. Respon Perilaku

a. Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun

dan sering terjadi tingkah laku yang tidak diteerima oleh

masyarakat.

Page 18: 79947138 Skripsi Final Maret

18

b. Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif pada

kemampuan mengingat informasi, mengambil keputusan,

mengambil langkah tepat.

c. Pelajar yang stres berat seringkali banyak membolos atau

tidak aktif mengikuti pembelajaran (Yulianti,2004 ;

Chomaria, 2009)

4. Coping Stres

Coping yaitu bagaimana seseorang berupaya mengatasi

masalah atau menangani emosi yang umumnya negatif yang

ditimbulkannya. Efek stres dapat bervariasi tergantung pada

bagaimana individu menghadapi situasi tersebut. Lazarus dan

koleganya mengidentifikasidua dimensi coping

Coping yang berfokus pada masalah (problem

focused coping)

Yaitu mencakup bertindak secara langsung untuk

mengatasi masalah atau mencari informasi yang

relevan dengan solusi.

Coping yang berfokus pada emosi (emotion focused

coping)

Merujuk pada berbagai upaya untuk mengurangi

berbagai reaksi emosional negatif terhadap stres,

contohnya dengan mengalihkan perhatian dari

masalah, melakukan relaksasi, atau mencari rasa

nyaman dengan orang lain.

II. 1. 1. 6. Penatalaksaan Stres

Strategi menghadapi stres antara lain dengan

mempersiapkan diri menghadapi stesor dengan cara melakukan

perbaikan diri secarapisikis atau mental, fisik dan sosial. Perbaikan

secara psikis atau mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut,

penetepatan tujuan hidup yang lebih jelas, pengaturan waktu yang

baik. Perbaikan diri secara fisik dengan menjaga tubuh tetap sehat

Page 19: 79947138 Skripsi Final Maret

19

yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik, olahraga teratur,

istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara sosial dengan

melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan

kelompok sosial. Mengelola stres merupakan usaha untuk

mengurangi atau meniadakan dampak negatif stresor.

Dalam mengelola stres dapat dilakukan beberapa

pendekatan antara lain:

1) Pendekatan farmakologi; menggunakan obat – obatan yang

berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmiter

disusun saraf pusat otak (sistem limbik). Sebagaimana

diketahui sostem limbik merupakan bagian otak yang mengatur

alam pikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang

sering dipakai adalah obat anti cemas (axiolutic) dan anti

depresi (anti depressant).

2) Pendekatan perilaku; mengubah perilaku yang menimbulkan

stres, toleransi/ adaptabilitas terhadap stres, menyimbangkan

antara aktivitas fisik dan nutrisi, serta manajemen perencanaan,

organisasi dan waktu.

3) Pendekatan kognitif; mengubah pola pikir individu berpikir

positif dan sikap positif, membekali diri dengan pengetahuan

tetntang stres, menyimbangkan aktivitas otak kiri dan otak

kanan, serta hipnoterapi.

4) Relaksasi; upaya untuk melepas ketegangan. Ada 3 macam

relaksasi yaitu relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera dan

relaksasi melalui yoga, meditasi maupun

transendensi/keagamaan (Yulianti,2004 ; Chomaria,2009).

Page 20: 79947138 Skripsi Final Maret

20

II. 1. 2. Siklus Menstruasi

II. 1. 2. 1. Definisi

Menstruasi adalah suatu proses alami seorang perempuan

yaitu proses deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian

dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina bersamaan

dengan darah (Wiknjosastro, 2007).

Siklus Menstruasi adalah jarak dimulainya menstruasi

sampai menstruasi berikutnya (Sherwood,2001). Siklus menstruasi

berkisar antara 21 – 35 hari. Hanya 10 – 15 % wanita yang

memiliki siklus 28 hari dan lebih dari 35 hari dengan lama

menstruasi 3 – 5 hari, ada yang 7 – 8 hari. Panajangnya siklus

menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan, aktivitas fisik,

tingkat stres, genetik, adanya penyakit kronis seperti lupus,

diabetes, penyakit kelenjar gondok, penyakit ginjal dan kelainan

pada alat reproduksi juga dilihat dari status gizi (Wiknjosastro,

2007).

II. 1. 2. 2. Gambaran Klinis

Pada siklus menstruasi menggambarkan suatu interaksi

kompleks antara hipotalamus, kelenjar pituitary, ovarium dan

endometrium. Siklus menstruasi terdiri dari dua fase, fase di

ovarium dan fase di endometrium (Ganong, 2002; Guyton, 2007;

Sherwood, 2001; Speroff dan Fritz, 2005; Wiknjosastro, 2007).

Menurut Cohen (2003) siklus menstruasi dibagi menjadi lima fase,

yaitu: fase awal folikuler, fase akhir folikuler, fase praovulasi dan

ovulasi, fase awal luteal dan fase akhir luteal. Kelima fase ini sudah

mencakup fase di ovarium dan di endometrium.

Page 21: 79947138 Skripsi Final Maret

21

Gambar 1. Fase Perkembangan Folikel

a. Fase awal folikel

Fase awal folikuler berlangsung 1 sampai 6 hari. Pada

fase ini terjadi dua peristiwa yakni hari pertama menstruasi dan

permulaan perkembangan folikel. Penurunan estrogen dan

progesteron akibat degenerasi korpus luteum sewaktu tidak

terjadinya pembuahan terhadap ovum secara simultan

menyebabkan terlepasnya endometrium (menstruasi) dan

perkembangan folikel – folikel baru di ovarium di bawah

pengaruh Folicle Simulating Hormone (FSH) dan Leutenizing

Hormone (LH) yang kembali meningkat akibat dari

menghilangnya efek inhibisi dari hipotalamus (Sherwood,

2001).

Pada saat seorang anak perempuan lahir, masing – masing

ovum dikelilingi oleh selapis sel granulosa dan ovum dengan

selubung granulosanya disebut folikel primordial. Sesudah

pubertas, hormon FSH dan LH dari kelnjar hipofisis anterior

mulai disekresikan dalam jumlah besar, seluruh ovarium

bersama folikelnya akan mulai berkembang. Perkembnagan

folikel dengan meningkatnya ukuran oosit dan sel granulosa

menjadi kuboid. Pada saat yang sama, taut erat yag kecil

berkembang antara oosit dan granulosa, berfungsi sebagai

pertukaran nutrisi, ion – ion, dan molekul – molekul, juga

memebntuk sakuran protein yang dikenal sebagai connexin

yang berguna untuk pertumbuhan dan multipikasi dari sel

granulosa (Guyton, 2007).

Page 22: 79947138 Skripsi Final Maret

22

Pada setiap kali menstruasi, seluruh lapisan endometrium

terlepas, kecuali suatu lapisan dalam dan tipis yang terdiri dari

sel – sel epitel dan kelenjar yang akan menjadi bakal

regenerasi endometrium. Prostaglandin uterus juga

merangsang kontraksi ritmik ringan miometrium. Kontraksi –

kontrkasi itu membatu mengeluarkan darah dan debris

endometrium dari rongga uterus melalui vagina (Sherwood,

2001).

b. Fase akhir folikel

Fase akhir folikuler berlangsung 7 sampai 14 hari. Pada

fase ini terjadi pertumbuhan folikel dari folikel primer

menjalani tahap antral. Pertumbuhan awal dari folikel primer

menjadi tahap antral dirangsang oleh FSH. Efek awalnya

adalah proliferasi yang berlangsung cepat dari sel granulosa,

menyebabkan lebih banyak sel – sel granulosa. Selain itu,

banyak sel – sel berbentuk kumparan yang dihasilkan dari

intertisium ovarium yang berkumpul dalam beberapa lapisan di

luar sel granulosa, membentuk kelompok sel yang disebut sel

teka. Sel teka terbagi menjadi dua, yaitu sel teka interna dan

eksterna (Guyton, 2007).

Sel granulosa dan sel teka, keduanya bekerja sama dalam

menghasilkan estrogen. Reseptor LH hanya ada pada sel teka,

begitu juga reseptor FSH hanya ada pada sel granulosa pada

teka intersitial, yang berlokasi di sel teka interna memiliki kira

– kira 20.000 reseptor LH di membran selnya yang

merangsang jaringan sel teka untuk menghasilkan androgen

yang akan mengalami aromatisasi sehingga menjadi estrogen

melalui FSH di sel granulosa (Speroff dan Fritz, 2005). Di

bawah pengaruh estrogen dan FSH terjadi peningkatan

peningkatan jarak folikel pada rongga interseluler granulosa,

cairan folikuler ini mengandung estrogen konsentrasi tinggi.

Page 23: 79947138 Skripsi Final Maret

23

pengumpulan cairan ini menyebabkan munculnya antrum di

dalam masa sel granulosa, sehingga sel teka dan sel granulosa

berproliferasi lebih cepat dengan laju sekresinya mengingat,

dan masing – masing folikel akan tumbuh menjadi folikel

antral.

Dibawah pengaruh estrogen yang tinggi, sel – sel stroma

dan sel – sel epitel di endometrium berproliferasi dengan cepat.

Permukaan endometrium mengalami epitelisasi kembali dalam

waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya menstruasi. Sebelum

terjadi ovulasi, ketebalan endometrium sangat meningkat

karena jumlah sel stroma bertambah banyak, dan karena

pertumbuhan kelenjar endotelium serta pembuluh darah yang

baru yang progresif ke dalam endometrium (Guyton, 2007).

Ruang di folikel matang fase proliferasi ini berlangsung dari

akhir menstruasi sampai ovulasi (Sherwood,2001).

c. Fase praovulasi dan ovulasi

Fase praovulasi dan ovulasi berlangsung 13 sampai 14 hari.

Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel yang cepat sebagai

persiapan untuk terjasinya ovulasi (Guyton, 2007). Salah satu

folikel biasanya tumbuh lebih cepat daripada folikel – folikel

yang lain, berkembang menjadi folikel matang (de Graaf)

) (Sheerwood, 2001). Pertumbuhan ini di sebabkan oleh

ekspansi antrum yang drastis, disamping itu juga pertumbuhan

sel teka dan sel granulosa. Antrum menempati sebagian besar

di folikel matang. Oosit, yang dikelilingi oleh zona pelusida

dan selapis sel granulosa, tergeser secara asimetris ke salah

satu sisi folikel yang sedang tumbuh dalam suatu gundukan

kecil yang menonjol ke dalam antrum, kemudian menonjol

dari permukaan ovarium, membentuk suatu daerah tipis yang

mudah pecah (stigma) untuk mengeluarkan oosit saat ovulasi

(Guyton, 2007).

Page 24: 79947138 Skripsi Final Maret

24

Folikel - folikel yang mengalami atresia, dan hanya satu

folikel yang terus mengalami perkembangan folikel ini tumbuh

lebih cepat, menyekresikan lebih banyak estrogen, sehingga

menyebabkan suatu efek umpan balik positif dalam folikel

tunggal tersebut karena FSH meningkatkan prliferasi sel

granulosa dan sel teka, sehingga menghasilkan suatu siklus

umpan balik positif yang lain, efek – efek inilah yang

menyebabkan peningkatan pertumbuhan pada folikel tunggal

ini (Guyton, 2007).

Selama fase akhir folikuler, estrogen pertama sekali

meningkat lambat, kemudian secara cepat dan mencapai

puncaknya sebelum ovulasi. Waktu mula lonjakan LH terjadi

ketika estrogen mencapai puncak. LH mempunyai efek khusus

terhadap sel granulosa dan selteka, yang mengubah kedua jenis

sel tersebut menjadi lebih bersifat sel yang menyekresikan

progesteron dan sedikit esterogen. Oleh kerena itu, kecepatan

sekresi estrogen mulai menurun sebelum ovulasi sementara

sejumlah kecil progesteron mulai disekresikan. Sesaat sebelum

ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan meiosis pertamanya.

Dalam waktu beberapa jam akan berlangsung dua peristiwa

yang dibutuhkan untuk ovulasi : 1) sel teka eksterna mulai

melepaskan enzim proteolitik dari lizosim yang mengakibatkan

pelarutan dinding kapsul dan akibatnya melemahkan dinding,

menyebabkan makin membengkaknya seluruh folikel dan

degenerasi dari stigma. 2) secara bersama, juga akan terjadi

pertumbuhan pembuluh darah baru yang berlangsung cepat

kedalam dinding folikel, dan pada saat yang sama,

prostaglandin (hormon setempat yang mengakibatkan

vasodilatasi) akan disekresi dalam jaringan folikuler. Kedua

efek ini selanjutnya akan mengakibatkan transudasi plasma ke

dalam folikel yang juga berperan pada pembengkakan folikel.

Akhirnya kombinasi dari pembengkakan folikel dan degenerasi

Page 25: 79947138 Skripsi Final Maret

25

stigma mengakibatkan pecahanya folikel disertai dengan

pengeluaran ovum sehingga terjadi ovulasi (Guyton, 2007).

Pada saat ovulasi, endometrium mempunyai ketebalan

sekitar 3 – 4 mm, kelenjar endometrium khususnya di daerah

servix akan menyekresi mukus yang encer mirip benang.

Benang mukus akan tersusun di sepanjang kanalis servikalis,

membentuk saluran yang membantu mengarahkan sperma

kearah yang tepat menuju ke dalam uterus (Ganong, 2005).

d. Fase awal luteal

Fase awal luteal berlangsung 14 sampai 21 hari, ruptur

folikel pada ovulasi merupakan tanda berakhirnya fase folikel

dan mulainnya fase luteal. Folikel yang ruptur dan tertinggal di

ovarium mengalami perubahan cepat segera terisi darah

( Sherwood, 2001). Perdarahan ringan dari folikel keldalam

rongga abdomen dapat menimbulkan iritasi peritoneum dan

nyeri abdomen bawah singkat. Sel – sel granulosa dan sel teka

yang melapisi folikel mulai berproliferasi dan bekuan darah

cepat diganti oleh sel luteal yang kaya lemak dan bewarna

kekuningan, membentuk korpus luteum. Lemak pada sel luteal

ini sebagai molekul prekursor steroid (Ganong, 2005).

Sel – sel granulosa dalam korpus luteum mengembangkan

sebuah retikulum endoplasma halus yang luas, yang akan

membentuk sejumlah besar hormon seks wanita progesteron

dan estrogen akan tetapi lebih banyak progesteron (Guyton,

2007). Progesteron bekerja pada endometrium tebal yang

sudah dipersiapkan oleh esterogen untuk mengubahnya

menjadi jaringan yang kaya pembuluh darah dan glikogen.

Fase ini disebut sekretorik, karena kelenjar – kelenjar

endometrium secara aktif mengeluarkan glikogen, dalam

kaitannya dengan pembenntukan lapisan endometrium subur

Page 26: 79947138 Skripsi Final Maret

26

yang mampu menunjang perkembangan mudigah (Sherwood,

2001).

e. Fase akhir luteal

Fase akhir luteal berlangsung 21 sampai 28 ahri, esterogen

dan progesteron yang disekresi oleh korpus luteum mempunyai

efek umpan balik yang kuat terhadap hipofisis anterior dalam

mempertahankan kecepatan sekresi FSH maupun terhadap LH

yang rendah. Selain dari itu sel lutein juga meyekresikan

sejumlah kecil hormon inhibin yang juga menghambat sekresi

hipofisis anterior, khususnya sekresi FSH, megakibatkan

konsentrasi FSH dan LH dalam darah menjadi rendah dan

hilangnya hormon ini menyebabkan korpus luteum

berdegenerasi secara menyeluruh, terjadi hampir tepat 12 hari

setelah korpus luteum terbentuk, yaitu 2 hari sebelum

dimulainya menstruasi (Ganong, 2002; Guyton, 2007;

Sherwood, 2001; Speroff dan Fritz, 2005; Wiknjosastro, 2007).

Proses tersebut menyebabkan penurunan progesteron dan

estrogen secara tajam sehingga menghilangkan rangsanganh

terhadap endometrium sehingga endometrium mengalami

involusi yakni kira – kira 65% dari ketebalan semula.

Kemudian 24 jam sebelum menstruasi terjadi, pembuluh darah

yang berkelok – kelok yang mengarah ke lapisan mukosa

endometrium akan menjadi vasospastik., mungkkin disebabkan

oleh efek degenerasi, seperti pelepasan vasokonstriktor seperti

prostaglandin yang terdapat dalam jumlah banyak saat ini.

Vasospasme dan hilangnya rangsangan hormonal

menyebabkan dimulainya proses nekrosis pada endometrium,

khususnya dari pembuluh darah (Sherwood, 2001; Guyton,

2007).

Page 27: 79947138 Skripsi Final Maret

27

Gambar 2. Siklus Menstruasi dan Perubahan Hormon

II. 1. 2. 3. Regulasi Neuroendokrin Sewaktu Menstruasi

Proses ovulasi bukan hanya dipengaruhi oleh suatu kerja

sama yang harmonis antara korteks serebri, hipotalamus, hipofisis

dan ovarium, melainkan juga dipengaruhi oleh kelenjar tiroid,

korteks adrenal dan kelenjar – kelenjar endokrin lain

(Wiknjsasatro,2007; Guyton, 2007).

Aktifitas saraf menyebabkan pelepasan GnRH

(Gonadotropin Releasing Hormone) dengan cara pulsatil terutama

terjadi di dalam mediobasal hipotalamus khususnya di nukleus

arkuata. Banyak pusat saraf dalam sistem limbik otak

menghantarkan sinyak ke nuklues arkuatus untuk modifikasi

intensitas GnRH dan frekuensi pulsatil. Hipotalamus

menyekresikan GnRH secara beberapa menit yang terjadi setiap 1

Page 28: 79947138 Skripsi Final Maret

28

samapai 3 jam. Pelepasan GnRH secara pulsatil menyebabkan

pengeluaran LH dan FSH secara pulsatil juga (Guyton,2007).

Rangkaian peristiwa akan diawali oleh sekresi FSH dan LH

yang menyebabkan produksi estrogen dan progesteron dari

ovarium dengan akibat perubahan fisiologi uterus. Estrogen dan

progesteron juga mempengaruhi produksi GnRH spesifik sebagai

mekanisme umpan balik yang mengatur kadar hormon

gonadotropik (Price, 2002; Sherwood, 2001; Guyton.2007).

Estrogen menghambat hipotalamus dan hipofisis anterior

melalui umpan balik negatif. Terhadap hipotalamus, esterogen

bekerja secara langsung menghambat sekresi GnRH akibatnya

pengeluaran FSH dan LH yang dipicu oleh GnRH menjadi

tertekan, tetapi efek primernya terhadap hipofisis anterior yakni

menurunkan kepekaan sel penghasil gonadotropin terutama

penghasil FSH (Guyton, 2007).

Melalui umpan balik positif kadar estrogen yang rendah

dan meningkat pada fase awal folikel menghambat sekresi LH,

tetapi kadar estrogen yang tinggi pada saat puncak sekresi estrogen

pada akhir fase folikel merangsang ssekresi LH dan menimbulkan

lonjakan LH. Konsentrasi estrogen plasma yang tinggi bekerja

langsung pada hipotalamus untuk meningkatkan frekuensi denyut

sekresi GnRH, sehingga meningkatkan sekresi LH dan FSH.

Kadar tersebut juga bekerja langsung pada hipofisis anterior untuk

secara spesifik meningkatkan kepekaan sel penghasil LH terhadap

GnRH. Efek yang terakhir merupakan penyebab lonjakan sekresi

LH yang jauh lebih besar daripada sekresi FSH pada pertengahan

siklus (Sherwood,2001; Ganong,2005; Guyton 2007).

LH berfungsi memicu perkembangan korpus luteum dan

merangsang korpus luteum untuk mengeluarkan hormon steroid,

terutama progesteron. Estrogen konsentrasi tinggi merangsang

Page 29: 79947138 Skripsi Final Maret

29

sekresi LH, progesteron yang mendominasi fase luteal, dengan kuat

menghambat pertumbuhan folikel baru sehingga sistem reproduksi

dapat dipersiapkan untuk menunjang ovum yang baru dilepaskan.

Jika tidak terjadi pembuahan maka korpus luteum akan mengalami

regresi yang akhirnya akan menyebabkan penurunan hormon

steroid secara tajam, mengakibatkan lenyapnya efek inhibisi dari

hormon FSH dan LH sehingga sekresi kedia hormon ini meningkat.

Di bawah pengaruh kedua hormon ini, sekelompok folikel baru

kembali mengalami proses pematangan (Sherwood, 2001;

Guyton,2007).

II. 1. 2. 4. Faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstuasi

Banyak penyebab kenapa siklus haid menjadi panjang atau

sebaliknya. Penanganan kasus dengan siklus haid yang tidak

normal, tidak berdasarkan kepada panjang atau pendeknya sebuah

siklus haid, melainkan berdasarkan kelainan yang dijumpai :

1. Fungsi hormon terganggu

Haid terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak,

tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim

sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem

pengaturan ini terganggu, otomatis siklus haid pun akan terganggu.

2. Kelainan Sistemik

Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi

siklus haidnya karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak

bekerja dengan baik, atau wanita yang menderita penyakit diabetes,

juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus

haidnya pun tak teratur.

Page 30: 79947138 Skripsi Final Maret

30

3. Stress

Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh,

karena stress, wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan turun

drastis, bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolisme terganggu.

Bila metabolisme terganggu, siklus haid pun ikut terganggu.

4. Kelenjar Gondok

Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bias

menjadi penyebab idak teraturnya siklus haid. Gangguan bisa

berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid)

maupun terlalu rendah (hipertiroid), yang dapat mengakibatkan

sistem hormonal tubuh ikut terganggu.

5. Hormon prolakin berlebih

Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak

haid, karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada

wanita yang tidak sedang menyusui hormone prolaktin juga bisa

tinggi, buasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang

terletak di dalam kepala (Sahara, 2009).

II. 1. 2. 5. Gangguan Siklus Menstruasi

Gangguan siklus menstruasi disebabkan ketidakseimbangan

FSH dan LH sehingga kadar estrogen dan progesteron tidak

normal. Biasanya gangguan siklus menstruasi yang sering terjadi

adalah sikkus menstruasi yang tidak teratur atau jarang dan

perdarahan yang lama atau abnormal, termasuk akibat sampingan

yang ditimbulkannya, seperti nyeri perut, pusing mual atau mutah

(Wiknjosastro, 2007).

Page 31: 79947138 Skripsi Final Maret

31

a. Menurut jumlah perdarahan

1) Hipomenorea

Perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau lebih sedikit

dari biasanya.

2) Hipermenorea

Perdarahan menstruasi yang lebih banyak atau lebih lama

dari biasanya ,atau lebih dari 8 hari .

b. Menurut Siklus atau Durasi perdarahan

1) Polimenorea

Siklus menstruasi lebih pendek dari biasanya atau kurang

dari 21 hari.

2) Oligomenorea

Siklus menstruasi lebih panjang atau lebih dari 35 hari

3) Amenorea

Keadaan tidak ada menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan

berturut – turut.

II. 1. 2. 6. Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi

Stresor diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak

penyakit. Salah satunya menyebabkan stres fisiologis yaitu

gangguan pada siklus menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami

sejumlah perubahan dalam siklus menstruasi selama masa

reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stres

melibatkan isistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar

peranannya dalam reproduksi wanita (Sriarti,2008).

Gangguan pada pola menstruasi ini melibatkan mekanisme

regulasi integratif yang mempengaruhi proses biokimia dan

seluler tubuh termasuk otak dan psikologis. Pengaruh otak dalam

reaksi hormonal terjadi melalui jalur hipotalamus – hipofisis –

ovarium yang meliputi multiefek dan mekanisme kontrol umpan

balik. Pada keadaan stres terjadi aktivasi pada amygdala pada

sistem limbik. Sistem ini akan menstimulasi pelepasan hormon

Page 32: 79947138 Skripsi Final Maret

32

dari hipotalamus yaitu Corticotropic Releasing Hormone (CRH).

Hormon ini secara langsung akan menghambat sekresi GnRH

hipotalamus dari tempat produksinya di nukleus arkuata. Proses

ini kemungkinan terjadi melalui penambahan sekresi opioid

endogen.

Peningkatan CRH akan menstimulasi pelepasan

Adenocorticotropin Hormone (ACTH) kedalam darah.

Peningkatan kadar ACTH akan menyebabkan peningkatan kadar

kortisol darah. Pada wanita dengan gejala amenore hipotalamik

menunjukan keadaan hiperkortisolisme yang disebabkan adanya

peningkatan CRH dan ACTH.

Hormon – hormon tersebut secara langsung dan tidak

langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH, dimana melalui

jalan ini maka stres menyebabkan gangguan silkus menstruasi

(Nevid,2005; Pinel, 2009; Carlson, 2005; Sriarti, 2008).

ACTH akan merangsang kelenjar adrenal untuk

menyekresikan kortisol. Kortisol berperan dalam menghambat

sekresi LH oleh pusat aktivasi otak. Kortisol menekan pulsatil LH

dengan cara menghambat respons hipofisis anterior terhadap

GnRH (Breen dan Karsxh,2004). Selama siklus menstruasi, peran

hormon LH sangat dibutuhkan dalam menghasilkan hormon

estrogen dan progesteron, yang memiliki peran peranan penting

selama siklus menstruasi yang secara normal terjadi pada wanita

setiap bulannya (Wiknjsastro, 2007; Guyton,2007; Ganong, 2005;

Speroff dan Fritz,2005; Sherwood,2001). Pengaruh hormon

kortisol ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hormon

yang berpengaruh terhadap siklus menstruasi, biasanya siklus

menstruasi menjadi tidak teratur (Breen dan Karsch,2004).

Page 33: 79947138 Skripsi Final Maret

33

Stress

Respon neurologis

Respon Hormonal

CRH

ACTH

Menstimulasi Kelanjar Adrenal

BAGAN 1. Neuroendokrin Kaskade Stres

Aktivasi Amygdala

Hipotalamus

Hipofisis

Respon Stres

CRH

GnRH

ACTH

Cortisol

LH

Page 34: 79947138 Skripsi Final Maret

34

II. 1. 3. Remaja

II. 1. 3. 1. Definisi

Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin

adolescere (kata Belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang

berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence,

seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas

mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan fisik.

Piaget mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja

adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat

dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang

– orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang

sama, sekurang – kurangnya dalammasalah hak (Sumiati,2009).

Menurut Monks (1999) remaja adalah individu yang

berusia 12- 21 tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari

masa anak – anak ke masa dewasa, dengan pembagian 12 – 15

tahun masa remaja awal, 15 – 18 tahun masa remaja pertengahan

dan 18 – 21 tahun masa remaja akhir (Sarwono,2007).

Hurlock (1999) mengatakan bahwa masa remaja

merupakan masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa

dewasa, dimulai saat anak secara seksual matang dan berakhir saat

ia mencapai usai matang secara hukum.

Berdasarkan apa yang telah dikemukan diatas maka dapat

diambil kesimpulan bahwa remajaadalah individu yang berusia 12

– 21 tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak

– kanknya ke masa dewasa.

Page 35: 79947138 Skripsi Final Maret

35

II. 1. 3. 2. Ciri – ciri masa Remaja

Menurut Havighurst ciri – ciri masa remaja antara lain

(Hurlock, 1999) :

1. Masa remaja sebagai periode penting

Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat

dan perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian

mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap

perkembangan berikutnya, dengan demikian dapat diartikan

bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang,

serta mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru pada

tahap berikutnya.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa

remaja sejajar dengan perubahan fisik. Perubahan fisik yang

terjadi dengan pesat diikuti dengan perubahan perilaku dan

sikap yang juga berlangsung pesat. Perubahan fisik menurun,

perubahan sikap dan perilaku juga menurun.

4. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode mempunyai masalah sendiri – sendiri, namun

masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi

baik oleh anak laki – laki maupun anak perempuan. Ada dua

alasan bagi kesulitan ini, yaitu:

a. Sepanjang masa kanak – kanak, masa anak – anak sebagian

diselesaikan oleh orang tua dan guru – guru, sehingga

kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi

masalah.

Page 36: 79947138 Skripsi Final Maret

36

b. Remaja merasa mandiri. Sehingga mereka ingin mengatasi

masalahnya sendiri, menolak bantuan orangtua dan guru –

guru.

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak – kanak,

menyesuaikan diri dengan standar kelompok lebih penting

daripada bersikap individualistis. Penyesuain diri dengan

kelompok pada remaja awal masih tetap penting bagi anak laki

– laki dan anak perempuan, namun lambat laun mereka mulai

mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin menjadi

pribadi yang berbeda dengan orang lain.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak – anak

yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung

merusak dan perilaku merusak, menyebabkan orang dewasa

yang harus membimbing dan mengatasi kehidupan remaja

muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik

terhadap perilaku remaja yang normal.

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiridan orang lain

sebagai mana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana

adanya , terlebih dalam hal cita – cita. Semakin tidak realistik

cita – citanya ia semakin menjadi marah. Remaja akan sakit

hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau

kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Semakin mendekati usia kematangan, para remaja gelisah

untuk meninggalkan streotip belasan tahun dan memberikan

kesan bahwa mereka hampir dewasa, remaja mulai

memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan

status dewasa yaitu merokok, minum – minuman keras,

menggunakan obat – obatan terlarang dan terlibat dalam

Page 37: 79947138 Skripsi Final Maret

37

perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan

memberi citra yang di inginkan.

Sesuai dengan pembagian usia remaja terdapat tiga tahap

proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju

kedewasaan, disertai dengan karateristiknya, yaitu: (Desmita, 2005)

1. Remaja awal (12 – 15 tahun)

Pada tahap ini, remaja masih merasa heran pada

perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya dan

dorongan – dorongan yang menyertai perubahan –

perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan

pikiran – pikiran baru, cepat tertarik lawan jenis dan

mudah terangsang. Keadaan ini menyebabkan remaja

sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.

2. Remaja madya (15 – 18 tahun)

Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi

kebingungan karena masih ragu harus memilih yang

mana, peka atau peduli, ramai – ramai atau sendiri,

optimis atau pesimis, dan sebagainya.

3. Remaja akhir (18 – 21 tahun )

Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang

ditandai dengan pencapaian :

a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi –

fungsi intelek

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan

orang – oang lain dan mendapatkan pengalaman –

pengalamn baru

c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan

berubah lagi.

d. Dapat menyeimbangkan kepentingan sendiri dengan

orang lain

Page 38: 79947138 Skripsi Final Maret

38

e. Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dan

masyarakat umum.

Perkembangan maturitas seks sekunder pada remaja

wanita, sebagai berikut (Pardede,2008) :

1. < 9 tahun

Pra Pubertas

2. 10- 11 tahun

Rambut pubis mulai tumbuh jarang, sedikit berpigmen,

lurus batas medial labia

Payudara dari papila menonjol sebagai bukit kecil,

diameter areola bertambah

3. 12- 13 tahun

Rambut pubis lebih hitam, mulai keriting jumlah

bertambah

Payudara dan areola membesar tidak ada pemisah garis

bentuk

4. 14- 15 tahun

Rambut pubis kasar, lenih hitam, keriting, banyak tapi

lebih sedikit dari orang dewasa

Areola dan papila terbentuk bukit kedua

5. > 16 tahun

Rmabut pubis segitiga wanita dewasa menyebar ke

permukaan medial paha

Payudara bentuk dewasa, papila menonjol, areola

merupakan bagian dari garis umum bentuk payudara

II. 1. 3. 3. Remaja dan Orangtua

Orang tua berperan penting dalam emosi remaja, baik yang

memberi efek positif maupun negatif. Hal ini menunjukan bahwa

orang tua masih merupakan lingkungan yang sangat penting bagi

remaja (Yusuf, 2004).

Page 39: 79947138 Skripsi Final Maret

39

Remaja sering mengalami dilema sangat besar anatra

mengikuti kehendak orangtua atau mengikuti keinginannya sendiri.

Situasi ini dikenal sebagai keadaan ambivalensi dan dalam hal ini

akan menimbulkan konflik pada diri remaja. Konflik ini

mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga

sering menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri terhadap

lingkungan sekitarnya, bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang

remaja menjadi frustasi dan memendam kemarahan yang

mendalam pada orangtuanya tahu orang lain ada disekitarnya.

Keadaan frustasi tersebut dapat membahayakan dirinya dan

oranglain di sekitarnya (Mu’tadin, 2002)

Penelitian BKKBN pada umumnya masalah antara

orangtua dan anak bukan hal – hal yang mendalam seperti

ekonomi, agama atau sosial. Tetapi hal sepele seperti pakaian dan

penampilan, tugas – tugas rumahtangga (Desmita, 2005)

II. 1. 3. 4. Remaja dan Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial remaja meliputi teman sebaya,

masyarakat dan sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar

bagi remaja, karena selain sekolah adalah lingkungan kedua

dimana remaja banyak melakukan berbagai aktivitas dan menjalain

hubungan sosial dengan teman – temannya (Needlman,2004).

Masalah yang dialami remaja yang bersekolah lebih besar

dibandingkan remaja yang tidak bersekolah. Hubungan dengan

guru dan teman – teman disekolah, mata pelajaran yang berat di

sekolah menimbulkan konflik yang cukup berat bagi remaja.

Dari semua perubahan sosial yang terjadi dalam sikap dan

perilaku sosial, yang paling menononjol adalah hubungan antara

remaja dengan teman sesama jenis ataupun lawan jenis, hal ini

Page 40: 79947138 Skripsi Final Maret

40

biasanya mencapai puncak pada tahun – tahun tingkat menengah

sekolah atas.

Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang

semaki penting bagi remaja. Remaja mulai memperluas pergaulan

sosialnya dengan teman – teman sebayanya (peers). Remaja lebih

banyak berada di luar rumah dengan teman – teman sebayanya.

Karena itu, dapat dimengerti bahwa pengaruh teman – teman

sebaya pada sikap, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar

daripada pengaruh keluarga (Hurlock,1999).

Empat cara khusus bagaimana terjadinya perubahan

kelompok teman sebaya dari masa kanak – kanak ke masa remaja:

1. Remaja menghabiskan banyak waktu dengan teman sebaya

dibandingkan anak – anak. Pada usia 12 tahun, remaja awal

mulai menjauhkan diri dari orang dewasa dan menghabiskan

waktu dengan teman sebaya. Selama masa remaja pertengahan,

remaja menghabiskan waktu dua kali lebih banyak bersama

teman – temannya dibandingkan dengan orang tua dan orang

dewasa lainnya.

2. Remaja berusaha menghindari pengawasan yang ketat dari

orang tua atau guru dan ingin mendapatkan kebebasan. Mereka

mencari tempat untuk bertemu dimana mereka tidak terlalu

diawasi. Meskipun di rumah, remaja mendapatkan privasi dan

tempat dimana mereka dapat bercerita dengan teman – temnnya

tanpa didengar orang tua dan saudara – saudaranya.

3. Remaja mulai banyak beraksi dengan teman sebaya dari jenis

kelamin yang berbeda. Walaupun anak perempuan dan anak

laki – laki berpartisipasi dalam kegiatan kelompok

persahabatan yang berbeda selama masa pertengahan kanak –

kanak tetapi pada masa remaja, meningkat sejalan dengan

menjauhkan remaja dari orangtua mereka.

Page 41: 79947138 Skripsi Final Maret

41

4. Selama masa remaja, kelompok teman sebaya menjadi lebih

menyadari nilai – nilai perilaku dari sub budaya remaja yang

lebih besar. Mereka juga mengidentifikasikan diri dengan

kelompok pergaulan tertentu (crowds), yaitu kelompok dengan

reputasi untuk nilai – nilai, sikap, dan aktivitas tertentu.

II 1. 3. 5 Stres Pada Remaja

Ada empat faktor yang dapat membuat remaja menjadi

stres, yaitu penggunaan obat – obatan terlarang, kenakalan remaja,

pengaruh negatif dan masalah akademis (Windle & Mason, 2004).

Garfinkel (dalam Walker, 2002) mengatakan secara umum

penyebab stres pada remaja ialah:

1) Putus dengan pacar

2) Perbedaan pendapat dengan orang tua

3) Bertengkar dengan saudara perempuan dan laki – laki

4) Perbedaan pendapat antara orang tua

5) Perubahan status ekonomi pada orang tua

6) Sakit yang diderita oleh anggota keluarga

7) Masalah dengan teman sebaya

8) Masalah dengan orang tua

Ada tiga faktor yang sapat menyebabakan remaja menjadi

stres, yaitu: (Walker, 2002)

1. Faktor biologis, yaitu:

a. Sejarah depresi dan bunuh diri di dalam keluarga

b. Penggunaan alkohol dan obat – obatan terlarang di

dalam keluarga

c. Siksaan secara seksual dan fisik di dalam keluarga

d. Penyakit yang serius yang diderita remaja atau

anggota keluarga

Page 42: 79947138 Skripsi Final Maret

42

e. Sejarah keluarga atau individu dari kelainan

psikiatris seperti kelainan makan, skizoprenis, manik

depresif, gangguan perilaku dan kejahatan

f. Kematian salah satu anggota keluarga

g. Ketidakmampuan belajar atau ketidakmampuan

mental atau fisk

h. Perceraian orang tua

i. Konflik dalam keluarga

2. Faktor kepribadian, yaitu:

a. Tingkah laku impulsif, obsesif dan ketakutan yang

tidak nyata

b. Tingkah laku agresif dan antisosial

c. Penggunaan dan ketergantungan dan obat terlarang

d. Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain,

menyalahkan diri sendiri dan merasa bersalah

e. Masalah dengan tidur atau makan

3. Faktor psikologis dan sosial, yaitu:

a. Kehilangan orang yang dicintai, seperti kematian

teman atau anggota keluarga, putus cinta, atau

kepindahan teman dekat atau keluarga

b. Tidak dapat memenuhi harapan orang tua

c. Tidak dapat menyelesaikan konflik dengan anggota

keluarga, teman sebaya, guru, yang dapat

mengakibatkan kemarahan, frustasi dan penolakan

d. Pengalaman yang dapat membuatnya merasa rendah

diri dapat mengakibatkan remaja kehilangan harga

diri atau penolakan

e. Pengalaman buruk seperti hamil atau masalah

keuangan

Sedangkan menurut Needlman (2004) ada beberapa sumber

stres yang dialami remaja :

Page 43: 79947138 Skripsi Final Maret

43

1. Biological stress

Pada umumnya perubahan fisik pada remaja terjadi

sangat cepat, dari usia 12 – 14 tahun pada remaja

perempuan dan antara 13 dan 15 tahun pada remaja laki

– laki. Tubuh remaja berubah sangat cepat, remaja

merasa bahwa semua orang melihat dirinya. Jerawat

juga dapat membuat remaja stres, terutama bagi mereka

yang mempunyai pikiran sempit tentang kecantikan

yang ideal. Saat yang sama, remaja menjadi sibuk di

sekolah dan bersosialisasi, sehingga membuat remaja

kekurangan tidur. Hasil dari penelitian, bahwa

kekurangan tidur dapat menyebabkan stres

2. Family stress

Salah satu sumber utama stres pada remaja adalah

hubungannya dengan orang tua, karena remaja merasa

bahwa mereka ingin mandiri dan bebas, tetapi di lain

pihak mereka juga ingin diperhatikan.

3. School stress

Tekanan dalam masalah akademik cenderung tinggi

pada dua tahun terakhir di sekolah, keinginan untuk

mendapat nilai tinggi atau keberhasilan pada bidang

tertentu di mana remaja selalu berusaha untuk tidak

gagal, ini semua dapat menyebabkan stres.

4. Peer stress

Stres pada kelompok teman sebaya cenderung tinggi

pada pertengahan tahun sekolah. Remaja yang tidak

diterima oleh teman – temannyabiasanya akan

menderita, tertutup dan mempunyai harga diri yang

rendah

5. Social stress

Remaja tidak mendapat tempat pada pergaulan orang

dewasa, karena mereka tidak diberikan kebebasan

Page 44: 79947138 Skripsi Final Maret

44

mengukapkan pendapat mereka, tidak boleh membeli

alkohol secara legal, tidak bisa mendapat bayaran tinggi

dari yang dikerjakannya dan sebagainya. Pada saat yang

sama mereka tahu bahwa mereka semua nantinya akan

mewarisi masalah besar kehidupan sosial, seperti

masalah ekonomi yang tidak stabil. Ini dapat membuat

remaja menjadi stres

II. 2. Kerangka Teori

Keterangan

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Stresor pada remaja

Stres

Respons Fisiologis

Respons Psiklogis

Respons Perilaku

Sistem Pernapasan dan Kardiovaskular

Sistem Pencernaan dan

Perkemihan

Sistem Endokrin dan Reproduksi

Gangguan

Tidur

Siklus menstruasi

Page 45: 79947138 Skripsi Final Maret

45

II. 3. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

II. 4. Hipotesis Penelitian

1. H0: Tidak ada hubungan tingkat stres terhadap siklus

menstruasi pada remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta

H1: Ada hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi

pada remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta

2. H0: Tidak ada hubungan tingkat stres terhadap siklus

menstruasi pada remaja kelas XII IPA di SMA Negeri 64

Jakarta

H1: Ada hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi

pada remaja kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta

3. H0: Tidak ada hubungan tingkat stres terhadap siklus

menstruasi pada remaja kelas XII IPS di SMA Negeri 64

Jakarta

H1: Ada hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi

pada remaja kelas XII IPS di SMA Negeri 64 Jakarta

4. H0: Tidak ada hubungan jurusan kelas terhadap tingkat stres

pada remaja kelas XII di SMA Negeri 64 jakarta

H1: Ada hubungan jurusan kelas terhadap tingkat stres pada

remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta

Tingkat Stres

1. Normal2. Ringan3. Sedang4. Berat5. Sangat berat

Siklus Menstruasi

1. Teratur2. Tidak teratur

Page 46: 79947138 Skripsi Final Maret

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III. 1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasi

analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dengan

pengukuran variabel yang dilakukan satu saat hanya satu kali

dengan cara melihat dan mengobservasi hubungan antara variabel

bebas (tingkat stres) dengan variabel terikat (siklus menstruasi)

pada remaja kelas XII di SMAN 64 Jakarta.

III. 2 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 64 Jakarta dan

berlangsung pada bulan Agustus sampai November 2011

III. 3 Subjek Penelitian

1. Populasi

Semua siswi kelas XII di SMAN 64 Jakarta

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, dalam penelitian ini

merupakan semua siswi di SMAN 64 Jakarta yang berjumlah 146

siswi.

3. Kriteria Inklusi

1. Siswa yang hadir pada hari pengisian kuesioner

2. Sudah mengalami menstruasi

3. Sehat

4. Normoweight

Page 47: 79947138 Skripsi Final Maret

47

4. Kriteria ekslusi

1. Tidak Hadir

2. Didiagnosis penyakit kronis (kanker, kelainan kelenjar

gondok, diabetes, lupus, penyakit liver, penyakit ginjal)

3. Didiagnosa mengalami gangguan pada alat reproduksi dan

pernah operasi pada alat reproduksi

4. Obesitas

5. Overweight

6. Underweight

7. Atlit atau memiliki aktivitas fisik berat

8. Sedang mengkonsumsi obat – obatan (Obat hormonal,

NSAID, Kortikosteroid

III. 4. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah proses seleksi sampel yang digunakan

dalam penelitian dari populasi yang ada sehingga jumlah sampel akan

mewakili keselurahan populasi yang ada (Hidayat,2007). Pemilihan teknik

sampling menggunakan non - probability sampling yaitu teknik

pengambilan sampel yang tidak memberi kesempatan sama setiap unsur

atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sudigdo,2008).

Metode yang digunakan sample jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila

semua anggita populasi digunakan sebagai sampel.

III. 5. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Cross sectional, yaitu

desain penelitian dengan pengukuran variabel yang digunakan satu saat

hanya satu kali . Peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel

pada satu saat tertentu dimana tiap subyek hanyak diobservasi satu kali

dan pengukuran variabel subyek hanya dilakukan satu kali.

Studi Cross sectional mempelajari hubungan tingkat stres terhadap

siklus menstruasi pada remaja kelas XII di SMAN 64 Jakarta.Observasi

Page 48: 79947138 Skripsi Final Maret

48

atau pengukuran terhadap variabel bebas (tingkat stres) dan variabel

tergantung ( siklus menstruasi) dilakukan seklai dalam waktu yang sama.

III. 6. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel Independen : tingkat stres

Variabel Dependen : siklus menstruasi

III. 7. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara

Ukur

Alat

Ukur

Hasil

Ukur

Skala

Stres suatu respon

fisiologis,

psikologis dan

perilaku

manusia yang

mencoba

untuk

mengadaptasi

dan mengatur

baik tekanan

internal

maupun

eksternal

Kuesioner Kuesioner

DASS- 21

1. Normal

2. Ringan

3. Sedang

4. Berat

5. Sangat

berat

ordinal

Siklus

menstruas

i

Jarak waktu

sejak hari

pertama

menstruasi

sampai

datangnya

menstruasi

berikutnya.

Kuesioner Kuesioner

pertanyaa

n

1. Normal (21

– 35 hari )

2. Tidak

normal ( <

21 hari atau

> 35 hari)

nominal

Page 49: 79947138 Skripsi Final Maret

49

III. 8. Instrumen Penelitian

Instrumen untuk penelitian ini merupakan data primer yang di

ambil melalui 2 kuesioner , yaitu :

1. Kuesioner siklus menstruasi

Kuesioner ini berisikan tetang pertanyaan mengenai siklus

menstruasi. Pada saat itu juga responden menjawab pertanyaan

yang ada dalam kuesioner dan dikembalikan hari itu juga.

2. Kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 21 (DASS 21)

Kuesioner DASS adalah 21 butir ukuran kuantitatif untuk

mengukur kondisi emosional negatif depresi, kecemasan dan

stres.

III. 9. Protokol penelitian

III. 9. 1. Pra – penelitian

- Mengajukan surat ijin atau permohonan kepada Kepala Sekolah

Menengah Atas Negeri 64 Jakarta untuk meminta ijin melakukan

penelitian dengan membagikan kuesioner kepada siswi kelas XII

- Sosialisasi siklus menstruasi untuk mencatat dan menghitung siklus

menstruasi serta sosialisasi stres dan stresor pada remaja.

III. 9. 2. Saat Penelitian

Bekerja sama dengan pihak sekolah, dengan mewawancarai kepada

seluruh siswi kelas XII di SMAN 64 Jakarta, juga melakukan pengisian

kuesioneir penelitian dan mengumpulkan kuesioner pada hari itu juga

Page 50: 79947138 Skripsi Final Maret

50

III. 9. 3 Pengolahan data

Data yang sudah terkumpul selanjutnya diolah dengan

menggunakan sistem komputerisasi perangkat lunak pengoahan data

merupakan paket program statistik yang berguna untuk mengolah dan

menganalisis data penelitian.

III. 10 Analisis Data

Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat. Analisis

univariat digunakan untuk mengetahui proporsi frekuensi usia, tingkat

stress dan lamanya siklus menstruasi.

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara masing

– masing variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk membuktikanya

hipotesis penelitian digunakan uji Chi-Square menggunakan data kategori

(nominal dan ordinal).

Rumus Chi Square

X2=∑ (f 0−fh)E

2

Keterangan :

X2 : chi Square (Kai Kuadrat)

f0 : Nilai Observasi

Fh : Nilai Harapan

Df : Degree of freedom (Derajat kebebasan) ((b-1) (k-1))

K : Jumlah Kolom

B : Jumlah Baris

Df = (k-1)(b-1)

Page 51: 79947138 Skripsi Final Maret

51

Keputusan Uji Chi Square, H0 ditolak p < (0,05),artinya

ada hubungan bermakna antara variabel dependen dengan

variabel independen . H0 diterima apabila p > (0,05), artinya

tidak ada hubungan bermakna antara variabel dependen dengan

variabel independen.

Page 52: 79947138 Skripsi Final Maret

52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1. Gambaran Umum SMA Negeri 64 Jakarta

IV. 1. 1. Lokasi

SMA Negeri 64 terletak di Jalan Cipayung Raya, RT 011 RW 02,

Keluruhan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Kotamadya Jakarta

Timur

IV. 1. 2. Visi dan Misi

1) Visi

Unggul dalam akademis dan kepribadian dengan berwawasan

global, prima dalam pelayanan, berlandaskan imtaq dan iptek.

2) Misi

1. Melaksanakan pembelajaran efektif,demokratis, inovati dan

menyenangkan.

2. Memberikan layanan khusus bagi siswa berpotensi tinggi.

Page 53: 79947138 Skripsi Final Maret

53

3. Membina dan memberi keteladanan dalam ketaqwaan

4. Trampil Mengoperasikan komputer

5. Menyelenggarakan secara intensif kegiatan ektrakurikuler

6. Membina solidaritas dan rasa kebangsaan

7. Membina Tim Seni yang Unggul

8. Mewujudkan menejemen partisipatif,transparan dan akuntabel

9. Mewujudkan kepuasan siswa dan orang tua

10. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

IV. 2. Hasil Penelitian

Data dari penelitian ini merupakan data primer yang dilakukan

pada tanggal 19 Agustus 2011 dan 30 November 2011 di SMA Negeri

64 Jakarta. Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner DASS

(Depression Anxiety Stress Scale) dan kuesioner siklus menstruasi

kepada responden, sebelum pengisian kuesioner dilakukian

penyuluhan bertujuan untuk responden mencatat siklus menstruasi 3

bulan terakhir. Berikut ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan

di SMA Negeri 64 Jakarta untuk mengetahui hubungan tingkat stres

terhadap siklus menstruasi pada remaja kelas XII di SMA negeri 64

Jakarta

IV. 2. 1. Gambaran Umum Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII di SMA Negeri 64

Jakarta adalah sebanyak 146 siswa, terdapat 90 responden yang

memenuhi kriteria penelitian dan semuanya dijadikan sampel

penelitian. Dengan kelas IPA sebanyak 79 siswa, terdapat 47

Page 54: 79947138 Skripsi Final Maret

54

responden yang memenuhi kriteria penelitian dan semua dijadikan

sampel penelitian, begitu juga dengan kelas IPS sebanyak 67

reponden, dan terdapat 43 responden ynag memenuhi kriteria

penelitian.

IV. 2. 2. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi

variabel – variabel yang akan diteliti, meliputi tingkat stres dan siklus

menstruasi pada remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta.

1) Tingkat Stres pada kelas XII IPA

Dari 47 responden yang menjadi subjek penelitian,

sebagian besar responden mengalami tingkat stres sedang yaitu

sebanyak 17 orang (36,17%) diikuti tingkat stres normal 12 orang

(25,53%), tingkat stres berat 9 orang (19,15%), tingkat stres sangat

berat 5 orang (10,64%) dan tingkat stres sangat ringan 4 orang

(8,51%). Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.

Page 55: 79947138 Skripsi Final Maret

55

Gambar 1. Distibusi tingkat Stres pada kelas IPA Subyek Penelitian

2) Tingkat Stres pada kelas XII IPS

Dari 47 responden yang menjadi subjek penelitian,

sebagian besar responden mengalami tingkat stres normal yaitu

sebanyak 17 orang (37,21%) diikuti tingkat berat 9 orang

(20,93%), tingkat sedang 7 orang (16,28%), tingkat ringan 7 orang

(16,38%) dan tingkat stres sangat ringan 3 orang (9,30%). Hal ini

dapat dilihat pada gambar 2.

Page 56: 79947138 Skripsi Final Maret

56

Gambar 2. Distibusi tingkat Stres pada kelas IPS Subyek Penelitian

3) Siklus Menstruasi pada Kelas IPA

Dari 43 responden yang menjadi subjek penelitian,

sebagian besar responden mengalami siklus menstruasi tidak

teratur terdapat 27 orang (57,8%) dan diikuti dengan siklus

menstruasi teratur sebanyak 20 orang (42,2%). Hal ini dapat

dilihat pada gambar 2.

Page 57: 79947138 Skripsi Final Maret

57

Gambar 3. Distribusi Siklus Menstruasi Kelas IPA Subyek Penelitian

4) Siklus Menstruasi pada Kelas IPS

Dari 43 responden yang menjadi subjek penelitian,

sebagian besar responden mengalami siklus menstruasi tidak

teratur terdapat 21 orang (%) dan diikuti dengan siklus menstruasi

teratur sebanyak 22 orang (%). Hal ini dapat dilihat pada gambar

2.

Gambar 4. Distribusi Siklus Menstruasi Kelas IPS Subyek Penelitian

Page 58: 79947138 Skripsi Final Maret

58

IV. 2. 3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui apakah ada

hubungan yang signifikan antara dua variabel (Hastono,2007).

1) Hubungan Antara Tingkat Stres terhadap Siklus Menstruasi Pada

Remaja Kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta

Tabel 1. Hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi

Pada Remaja Kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta

Tingkat

Stres

Siklus Menstruasi

Total P

valueTeratur

Tidak

Teratur

N % N % N %

Normal 8 66,7 4 33,3 12 100

0.026

Ringan 2 50 2 50 4 100

Sedang 9 52,9 8 47,1 17 100

Berat 1 1,1 8 88,9 9 100

Sangat

berat 0 0 5 100 5 100

Total 20 42,6 27 57,4 47 100

Pada awalnya data yang diperoleh berbentuk tabek B x K, namun

karena tidak memenuhi syarat uji chi-square yaitu masih ada sel yang

mempunyai nilai expected kurang dari lima. Maka dilakukan

penggabungan sel untuk kembali di uji dengan uji chi-square. Peneliti

memutuskan untuk menggabungkan kelompok tingkat stres ringan

dengan kelompok tingkat stres sedang dan kelompok tingkat stres

sedang dengan kelompok tingkat stres sangat berat karena jumlah

subjek yang termasuk kelompok tingkat stres ringan dan tingkat stres

sangat berat sedikit. Dengan begitu didapatkan data dengan tabel 3 x 2

Page 59: 79947138 Skripsi Final Maret

59

lalu diuji kembali dengan uji chi-square. Data tersebit layak diuji

dengan uji chi-square karena tidak ada nilai expected yang kurang dari

lima.

Tabel 2. Hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi

Pada Remaja Kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta Setelah

Pengabungan Sel

Tingkat

Stres

Siklus Menstruasi

Total P

valueTeratur

Tidak

Teratur

N % N % N %

Normal 8 66,7 4 37,3 12 100

0.004

Ringan –

Sedang 11 52,4 10 47,6 21 100

Berat –

sangat

berat1 1,1 13 92,9 14 100

Total 20 42,6 27 57,4 47 100

Dari tabel 2 di atas, didapatkan 47 responden yang mengalami

tingkat stres normal dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 8

orang atau 66,7% dan yang mengalami tingat stres normal dengan

siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 4 orang atau 37,3%.

Sedangkan yang mengalami tingkat stres ringan – sedang dengan

siklus menstruasi teratur sebanyak 11 orang atau 52,4%, yang

mengalami tingkat stres ringan – sedang dengan siklus menstruasi

tidak teratur sebanyak 10 orang atau 47,6%. Dan yang mengalami

tingkat stres berat – sangat berat dengan siklus menstruasi teratur

Page 60: 79947138 Skripsi Final Maret

60

sebanyak 1 orang atau 7,1% dan yang mengalami tingkat stres berat –

sangat berat dengan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 13 orang

atau 92,9%.

Berdasarkan hasil uji analisis uji statistik chi-square didapatkan

p=0,000 dan nilai p<α dengan α=0,004 sehingga dapat disimpulkan

terima H1. Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antra

tingkat stres dengan siklus menstruasi pada remaja kelas XII IPA di

SMA Negeri 64 Jakarta.

2) Hubungan Antara Tingkat Stres terhadap Siklus Menstruasi Pada

Remaja Kelas XII IPS di SMA Negeri 64 Jakarta

Tabel 3. Hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi

Pada Remaja Kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta

Tingkat

Stres

Siklus Menstruasi

Total P

valueTeratur

Tidak

Teratur

N % N % N %

Normal 14 87,5 2 12,5 16 100

0.001

Ringan 1 14,3 6 85,7 7 100

Sedang 4 57,1 3 42,9 7 100

Berat 3 33,3 6 66,7 9 100

Sangat

berat 0 0 4 100 4 100

Total 22 51,2 21 48,8 43 100

Pada awalnya data yang diperoleh berbentuk tabek B x K, namun

karena tidak memenuhi syarat uji chi-square yaitu masih ada sel yang

mempunyai nilai expected kurang dari lima. Maka dilakukan

penggabungan sel untuk kembali di uji dengan uji chi-square. Peneliti

memutuskan untuk menggabungkan kelompok tingkat stres ringan dengan

Page 61: 79947138 Skripsi Final Maret

61

kelompok tingkat stres sedang dan kelompok tingkat stres sedang dengan

kelompok tingkat stres sangat berat karena jumlah subjek yang termasuk

kelompok tingkat stres ringan dan tingkat stres sangat berat sedikit.

Dengan begitu didapatkan data dengan tabel 3 x 2 lalu diuji kembali

dengan uji chi-square. Data tersebut layak diuji dengan uji chi-square

karena tidak ada nilai expected yang kurang dari lima.

Tabel 4. Hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi

Pada Remaja Kelas XII IPS di SMA Negeri 64 Jakarta Setelah

Pengabungan Sel

Tingkat

Stres

Siklus Menstruasi

Total P

valueTeratur

Tidak

Teratur

N % N % N %

Normal 14 87,5 2 12,5 16 100

0.001

Ringan –

Sedang 5 35,7 9 64,3 14 100

Berat –

sangat

berat3 23,1 10 76,9 13 100

Total 22 51,2 21 48,8 47 100

Dari tabel 4 di atas, didapatkan 43 responden yang mengalami

tingkat stres normal dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 14 orang

atau 87,5% dan yang mengalami tingat stres normal dengan siklus

menstruasi tidak teratur sebanyak 2 orang atau 12,5%. Sedangkan yang

mengalami tingkat stres ringan – sedang dengan siklus menstruasi teratur

sebanyak 5 orang atau 35,7 yang mengalami tingkat stres ringan – sedang

Page 62: 79947138 Skripsi Final Maret

62

dengan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 9 orang atau 64,3%. Dan

yang mengalami tingkat stres berat – sangat berat dengan siklus

menstruasi teratur sebanyak 3 orang atau 23,1% dan yang mengalami

tingkat stres berat – sangat berat dengan siklus menstruasi tidak teratur

sebanyak 10 orang atau 76,9%.

Berdasarkan hasil uji analisis uji statistik chi-square didapatkan

p=0,000 dan nilai p<α dengan α=0,001 sehingga dapat disimpulkan terima

H1. Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antra tingkat stres

dengan siklus menstruasi pada remaja kelas XII IPS di SMA Negeri 64

Jakarta.

3) Hubungan Antara Tingkat Stres terhadap Siklus Menstruasi Pada

Remaja Kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta

Tabel 5. Hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi

Pada Remaja Kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta

Tingkat

Stres

Siklus Menstruasi

Total P

valueTeratur

Tidak

Teratur

N % N % N %

Normal 22 78,6 6 21,4 28 100

0.000

Ringan 3 27,5 8 72,7 11 100

Sedang 13 54,2 11 45,8 24 100

Berat 4 22,2 14 77,8 18 100

Sangat

berat 0 0 9 100 9 100

Total 42 46,7 48 53,3 90 100

Pada awalnya data yang diperoleh berbentuk tabek B x K, namun

karena tidak memenuhi syarat uji chi-square yaitu masih ada sel yang

mempunyai nilai expected kurang dari lima. Maka dilakukan

Page 63: 79947138 Skripsi Final Maret

63

penggabungan sel untuk kembali di uji dengan uji chi-square. Peneliti

memutuskan untuk menggabungkan kelompok tingkat stres ringan dengan

kelompok tingkat stres sedang dan kelompok tingkat stres sedang dengan

kelompok tingkat stres sangat berat karena jumlah subjek yang termasuk

kelompok tingkat stres ringan dan tingkat stres sangat berat sedikit.

Dengan begitu didapatkan data dengan tabel 4 x 2 lalu diuji kembali

dengan uji chi-square. Data tersebut layak diuji dengan uji chi-square

karena tidak ada nilai expected yang kurang dari lima.

Tabel 6. Hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi

Pada Remaja Kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta Setelah

Pengabungan Sel

Tingkat

Stres

Siklus Menstruasi

Total P

valueTeratur

Tidak

Teratur

N % N % N %

Normal 22 78,6 6 21,4 28 100

0.000Ringan 3 27,3 8 72,7 11 100

Sedang 13 54,2 11 45,8 24 100

Berat-Sangat

Berat 4 14,8 23 85,2 27 100

Total 42 42,6 48 53,3 90 100

Dari tabel 6 di atas, didapatkan 90 responden yang mengalami

tingkat stres normal dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 22 orang

atau 78,6% dan yang mengalami tingat stres normal dengan siklus

menstruasi tidak teratur sebanyak 6 orang atau 21,4%. Sedangkan yang

mengalami tingkat stres ringan dengan siklus menstruasi teratur sebanyak

3 orang atau 27,3%, yang mengalami tingkat stres ringan dengan siklus

Page 64: 79947138 Skripsi Final Maret

64

menstruasi tidak teratur sebanyak 8 orang atau 72,7%. Tingkat stres

sedang dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 13 orang atau 54,2%,

sedangkan yang mengalami tingkat stres sedang dengan siklus menstruasi

tidak teratur sebanyak 11 orang atau 45,8 %. Dan yang mengalami tingkat

stres berat – sangat berat dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 4

orang atau 14,8 % dan yang mengalami tingkat stres berat – sangat berat

dengan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 23 orang atau 25,2%.

Berdasarkan hasil uji analisis uji statistik chi-square didapatkan

p=0,000 dan nilai p<α dengan α=0,000 sehingga dapat disimpulkan terima

H1. Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antra tingkat stres

dengan siklus menstruasi pada remaja kelas XII di SMA Negeri 64

Jakarta.

4) Hubungan Antara Jurusan Kelas terhadap Tingkat Stres Pada

Remaja Kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara jurusan kelas

dengan tingkat stres pada remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta,

maka dilakukan uji kolmogorov-Smirnov dikarenakan variabel independen

(jurusan kelas) terdiri dari 2 kategori dan variabel dependen (tingkat stres)

terdiri dari 5 variabel. Hasil analisis antara jurusan kelas dengan tingkat

stres didapatkan nilai (p=0,497) artinya tidak terdapat hubungan antara

jurusan kelas terhadap tingkat stres.

IV. 3. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan

mengambil data menggunakan kuesioner, dan didapatkan 90

responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Dari hasil penelitian diperoleh data tentang tingkat stres pada

remaja kelas XII IPA. Didapatkan tingkat stres sedang yaitu sebanyak

17 orang (36,17%) diikuti tingkat stres normal 12 orang (25,53%),

tingkat stres berat 9 orang (19,15%), tingkat stres sangat berat 5 orang

(10,64%) dan tingkat stres sangat ringan 4 orang (8,51%). Tentang

Page 65: 79947138 Skripsi Final Maret

65

tingkat stres pada remaja kelas XII IPS, didapatkan tingkat stres

normal yaitu sebanyak 17 orang (37,21%) diikuti tingkat berat 9 orang

(20,93%), tingkat sedang 7 orang (16,28%), tingkat ringan 7 orang

(16,38%) dan tingkat stres sangat ringan 3 orang (9,30%). Menurut

Syamsu pada remaja suka mengeluh tentang sekolah, misalkan

kegiatan belajar sehari – hari yang banyak menguras tenaga dan

pikiran, banyak tugas dari guru, ketakutan terhadap mengahadapi

Ujian Akhir Semester maupun Ujian Akhir Nasional dan lain – lain.

Dan besarnya minat pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat

stres karena mereka merasa adanya tekanan persaingan ketat demi

tercapainya cita cita.

Hasil penelitian tentang siklus menstruasi pada remaja kelas XII

IPA di SMA Negeri 64 Jakarta sebagian besar mengalami siklus

mentruasi tidak teratur terdapat 27 orang (57,4%) dan diikuti dengan

siklus menstruasi teratur sebanyak 20 orang (42,6%). Pada remaja

kelas XII IPS sebagian besar mengalami siklus menstruasi teratur

sebanyak 22 oarng (51,2%) diikuti dengan siklus menstruasi tidak

teratur sebanyak 21 orang (48,8%). Menurut Sriarti Stresor diketahui

merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit. Salah satunya

menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada siklus menstruasi.

Gangguan pada pola menstruasi ini melibatkan mekanisme regulasi

intergatif yang mempengaruhi proses biokimia dan seluler tubuh

termasuk otak dan psikologis. Pengaruh otak dalam reaksi hormonal

terjadi melalui jalur hipotalamus – hipofisis – ovarium yang meliputi

multiefek dan mekanisme kontrol umpan balik. Pada keadaan stres

terjadi aktivasi pada amygdala pada sistem limbik. Sistem ini akan

menstimulasi pelepasan hormon dari hipotalamus yaitu

Corticotropic Releasing Hormone (CRH). Peningkatan CRH akan

menstimulasi pelepasan Adenocorticotropin Hormone (ACTH)

kedalam darah. Peningkatan kadar ACTH akan menyebabkan

peningkatan kadar kortisol darah. Pada wanita dengan gejala

Page 66: 79947138 Skripsi Final Maret

66

amenore hipotalamik menunjukan keadaan hiperkortisolisme yang

disebabkan adanya peningkatan CRH dan ACTH. Hormon – hormon

tersebut secara langsung dan tidak langsung menyebabkan

penurunan kadar GnRH, dimana melalui jalan ini maka stres

menyebabkan gangguan silkus menstruasi

Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square menunjukan bahwa

ada hubungan yang bermakna p = 0,004 (p<0.05) antara tingkat stres

terhadap siklus menstruasi pada remaja kelas XII IPA dan ada

hubungan bermakna p=0,001 (p<0,05) anatara tingkat stres terhadap

siklus menstruasi pada remaja kelas XII IPS. Dari gambaran umum

hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi pada remaja kelas

XII didapatkan nilai p=0,000 yang berarti ada hubungan bermakna.

Dengan demikian Hasil penelitian menunjukan H0 ditolak dan terima

H1.

Hasil uji statistik menggunakan uji kolmogorov-smirnov

menunjukan bahwa nilai p=0,497 yang berarti tidak ada hubungan

bermakna antara jurusan kelas dengan tingkat stres pada remaja kelas

XII. Dengan demikian, hasil penelitian menunjukan H0 diterima.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian deskriptif dari Atik

Mahbubah dalam studi kasusnya di kelurahan sidoarjo kabupaten

pacitan pada wanita usia 20 – 29 tahun menemukan adanya hubungan

stres dengan siklus menstruasi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Desty Nur di

Universitas Sebelas Maret Surakarta pada Mahasiswa tingkat II dan

tingkat IV Keperawatan didapatkan hubungan stres dengan pola

menstruasi didaptkan hasil penelitian tersebut 62 responden

mengalami stres ringan dan 43 responden mengalami siklus

menstruasi teratur.

Pada saat sekarang ini, telah banyak fakta yang mengungkapkan

hubungan antara stres dengan menstruasi yang merupakan masalah

Page 67: 79947138 Skripsi Final Maret

67

kesehatan bagi wanita (Kaplan and Manuck, 2002). Berdasarkan data

wawancara dari beberapa studi, menunjukkan bahwa siklus menstruasi

yang abnormal berhubungan dengan stres psikologi (Nepomnaschy,

2007), dan dari hasil penelitian beberapa studi juga menjelaskan bahwa

sewaktu stres terjadi aktivasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal

bersama-sama dengan sistem saraf autonom yang menyebabkan beberapa

perubahan, diantaranya pada sistem reproduksi yakni siklus menstruasi

yang abnormal (Chrousos dkk, 2004; Kanjantie dan Phillips, 2006). Dari

data beberapa hasil studi dikatakan bahwa pelajar perawat di Kusyu

University dilaporkan sebanyak 34% mengalami menstruasi tidak teratur

akibat stress (Onimura dan Yamaguchi, 1996), penelitian di Jepang,

terdapat 63% pelajar mahasiswi mengalami menstruasi tidak teratur

(Yamamoto dkk, 2009).

IV. 4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai kelemahan mengingat

adanya keterbatasan dalam hal variabel dan jumlah sampel, karena

banyaknya batasan yang dilakukan oleh penelti. Secara teoritis stresor

pada remaja dapat karena faktor biologis, faktor kepribadian dan

faktor psikologis dan sosial serta faktor yang mempengaruhi siklus

menstruasi seperti penyakit kronis, obat – obatan, status gizi, berat

badan, gaya hidup, gangguan hormonal, dll.

Dikarenakan keterbatsan wkatu dan tenaga dalam pengambilan

data serta banyaknya faktor yang memepengaruhi dari variabel

penelitian sehingga masih banyak yang hal – hal yang belum diteliti.

\

Page 68: 79947138 Skripsi Final Maret

68

BAB V

PENUTUP

V. 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan terdapat hasil penelitian

hubungan antara tingkat stres terhadap siklus menstruasi pada remaja kelas

XII di SMA Negeri 64 Jakarta yang diperoleh, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara tingkat stres terhadap siklus menstruasi

pada remaja kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta

2. Ada hubungan antara tingkat stres terhadap siklus menstruasi

pada remaja kelas XII IPS di SMA Negeri 64 Jakarta

3. Ada hubungan antara tingkat stres terhadap siklus menstruasi

pada remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta

4. Tidak ada hubungan antara jurusan kelas terhadap stingkat stres

pada remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta

V. 2. Saran

1. Bagi remaja yang mengalami tingkat stres tidak normal agar lenih

meningkatkan pengetahuan mengenai penatalaksaan stres.

2. Bagi remaja yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur,

sebaiknya perlu intervensi secara psikologis maupun klinis lebih

lanjut lagi

3. Bagi lingkungan keluarga ataupun pendidikan perlunya

pendekatan keluarga, psikoterapi serta pendekatan agama agar

tidak bertambahnya tingkat stres pada remaja.

Page 69: 79947138 Skripsi Final Maret

69

4. Bagi masyarakat luas agar menambah pengetahuan mengenai stres

dan siklus menstruasi serta penatalaksanaannya

5. Bagi masyarakat ilmiah perlunya penelitaian lebih lanjut antara

tingkat stres dengan variabel lainnya.

Page 70: 79947138 Skripsi Final Maret

70

DAFTAR PUSTAKA

Alloy, L.B, Riskind, J.H, and Maros, M.J. 2004. Stress and Pshysical

Disorder : Abnormal Psychology. Edisi 9. New York: Mc GrawHill. Hal 211

– 215

Baso, Zohra Andi dan Judy Raharjo. 1999. Kesehatan Reproduksi, cetakan

ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Breen L.M and Karsch F.J. 2004. Does cortisol inhibite pulsatile Leutinizing

Hormone secretion on hypothalamus or oituitary level? Endocrinology

Branon L, Feist J. 2007. Health Psychology. 6th Ed. California: Belmon. Hal

97 – 130

Carlson, N.R. 2005 Faoundation of Physiological Psycology. 6th Ed. MA:

Permission Departemen. Hal 502 – 506

Chomaria Nurul. 2009. Tips jitu praktis mengusir stres. Yogyakarta: Diva

Press

Cohen H. 2003. McGill Medicine Menstrual Cycle Homepage. Muson

Medical Informatic Project.

http://211--ww2011.campus-mcgill.ca:8889/dir.menstrualcycke.html. [18 Juni

2011]

Depression Anxiety Stres Scales (DASS), 2010. DASS FAQ (Frequently

Asked Questions). Dari:

http://www2.psy.unsw.edu.au/groups/dass/

DASSFAQ.htm#_14.What_does_the_ stres scale_mea [28 mei 2011]

Desmita. 2005. Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Rakyat Rosdakarya

Desti, Nur. 2010. Hubungan stres dengan pola menstruasi. Surabaya. Fakultas

Kedokteran UNS

Ganong,William.F. 2002. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta:

Buku Kedokteran EGC

Guyton,Arthur.C. 2007. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:

Buku kedokteran EGC

Page 71: 79947138 Skripsi Final Maret

71

Indri, Kemala. 2007. Stres pada remaja. Medan, Fakultas Kedokteran USU

Hawari. 2001. Manajemen Stres, cemas dan depresi. Jakarta: FKUI

Hurlock, Elizabeth. 1999. Psikologi perkembangan “suatu pendekatan

sepanjang rentang kehidupan”. Jakarta: Penerbit Erlangga

Heffener Linda, Schust Danny. 2008. At a Glance Sistem Reproduksi, edisi 2.

Jakarta: Erlangga

Kaplan, J.R., Manuck, S.B., 2002. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan

Psikiatri Klinis. Edisi 7. Jilid 1&2. Jakarta: Binarupa Aksara

Maramis, W.F. 2009. Catatan Ilnu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya:

Airlangga University Press

Mu’tadin Z. 2002. Kemandirian sebagai kebutuhan psikologis pada remaja.

http://www.e-psikologi.com/remaja.htm [07 September 2011]

Needlman R. 2004. Adolesence stres.

http://www.drspock.com/article/0.1510.7961.00.html [12 Agustus 2011]

Neilniven. 2000. Psikologi Kesehatan : pengantar untuk perawat dan profesi

kesehatan. Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal 121-137

Nepomnaschy, P.A., Sheiner, E., Mastorakos, G., Arck, P.C., 2007. Stress,

Immune Function, and Women’s Reproduction. Ann NY Acad Sci. 1113: 350–

364.

Nevid Jeffry, Rathus Spencer, Greence Beverly. 2005. Psikologi Abnormal.

Edisi 5. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Hal 135-139

Onimura, K., Yamaguchi, K., 1996. The Menstrual Disturbance and Stres in

Nursing Students. Memoirs Kusyu U. Sch. Health Sci. 23: 37 – 46.

Pardede. 2008. Tumbuh Kembang anak dan Dewasa. Jakarta: Sagung Seto.

Hal 138-167

Page 72: 79947138 Skripsi Final Maret

72

Pinel, J. P. J. 2009. Biopsikologi. Edisi 7. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal

557-565

Sarwono S.W. 2007. Psikologi remaja. Edisi revisi. Jakarta: PT. Raja

Grafindo

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta:

Buku Kedoktreran EGC

Speroff, L and Fritz, M.A. 2005. Clinical Gynecologic and Endocrinology and

Infertility. 7th Ed. Panama: Lippicott Williams and Wilkins. Hal 187 - 225

Sriarti Aat. 2008. Tinjauan tentang stres.

http://digilib.unsri.ac.id/.../TINJAUAN%20TENTANG%20STRES.pdf... [14

mei 2011]

Sudigdo Sastroasmoro. 2008. Dasar – dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto

Sumiati, Dinarti, et all. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling. Jakarta:

TIM

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC. Hal 213-223

Tri Suwarni. 2009. Hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus haid

pada siswi kelas 2 SMA Negeri 1 Karanganyar. Surakarta. Fakultas

Kedokteran UNS

Walker J. 2002. Teens in distress series Adolesence stress and depresion.

http://www.extension.umn.edu/distribution/youthdevelopment/DA3083.html

[10 Agustus 2011]

Wiknjsastro. 2007. Ilmu Kandungan dan Kebidanan. Jakarta: Yayasan

Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Windle M and Mason A. 2004. General of Behavior and emotional problems

among adolesence. Jurnal of emotional and behavioral

Page 73: 79947138 Skripsi Final Maret

73

Yusuf LN, Syamsu. 2004. Psikologi anak dan remaja. Bandung: Remaja

Rosdakarya

LAMPIRAN

Page 74: 79947138 Skripsi Final Maret

74

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Page 75: 79947138 Skripsi Final Maret

75

Lampiran 2. Surat izin Penelitian

Page 76: 79947138 Skripsi Final Maret

76

Lampiran 3. Lembar informed consent

Page 77: 79947138 Skripsi Final Maret

77

Lampiran 4. Kuesioner Siklus Menstruasi

Page 78: 79947138 Skripsi Final Maret

78

Lampiran 5. Kuesioner DASS 21

Page 79: 79947138 Skripsi Final Maret

79

Page 80: 79947138 Skripsi Final Maret

80

Lampiran 6. Data Output Analisis Univariat

a. Gambaran Tingkat Stres pada Remaja Kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta

stresIPA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid normal 12 25.5 25.5 25.5

ringan 4 8.5 8.5 34.0

sedang 17 36.2 36.2 70.2

Berat 9 19.1 19.1 89.4

sangat berat 5 10.6 10.6 100.0

Total 47 100.0 100.0

Page 81: 79947138 Skripsi Final Maret

81

b. Gambaran Tingkat Stres pada Remaja Kelas XII IPS di SMA Negeri 64 Jakarta

stresIPS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid normal 16 37.2 37.2 37.2

ringan 7 16.3 16.3 53.5

sedang 7 16.3 16.3 69.8

Berat 9 20.9 20.9 90.7

sangat berat 4 9.3 9.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

Page 82: 79947138 Skripsi Final Maret

82

c. Gambaran Siklus Menstruasi pada Remaja Kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta

siklusmens

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid teratur 20 42.6 42.6 42.6

tidak teratur 27 57.4 57.4 100.0

Total 47 100.0 100.0

Page 83: 79947138 Skripsi Final Maret

83

d. Gambaran Siklus Menstruasi pada Remaja Kelas XII IPS di SMA Negeri 64 Jakarta

siklusmens

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Teratur 22 51.2 51.2 51.2

tidak teratur 21 48.8 48.8 100.0

Total 43 100.0 100.0

Page 84: 79947138 Skripsi Final Maret

84

Lampiran 7. Crosstab tingkat stres dengan siklus menstruasi pada kelas XII IPA tabel BxK

stresIPA * siklusmens Crosstabulation

siklusmens

Totalteratur tidak teratur

stresIPA normal Count 8 4 12

Expected Count 5.1 6.9 12.0

% within stresIPA 66.7% 33.3% 100.0%

Ringan Count 2 2 4

Expected Count 1.7 2.3 4.0

% within stresIPA 50.0% 50.0% 100.0%

sedang Count 9 8 17

Expected Count 7.2 9.8 17.0

% within stresIPA 52.9% 47.1% 100.0%

Berat Count 1 8 9

Expected Count 3.8 5.2 9.0

% within stresIPA 11.1% 88.9% 100.0%

sangat berat Count 0 5 5

Expected Count 2.1 2.9 5.0

% within stresIPA .0% 100.0% 100.0%

Total Count 20 27 47

Expected Count 20.0 27.0 47.0

% within stresIPA 42.6% 57.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 11.039a 4 .026

Likelihood Ratio 13.501 4 .009

Linear-by-Linear Association 8.760 1 .003

N of Valid Cases 47

a. 5 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1,70.

Page 85: 79947138 Skripsi Final Maret

85

Lampiran 8. Crosstab tingkat stres dengan siklus menstruasi pada kelas XII IPA tabel BxK dengan pengabungan sel

stresIPA_2 * siklusmens Crosstabulation

siklusmens

Totalteratur tidak teratur

stresIPA_2 normal Count 8 4 12

Expected Count 5.1 6.9 12.0

% within stresIPA_2 66.7% 33.3% 100.0%

ringan-sedang Count 11 10 21

Expected Count 8.9 12.1 21.0

% within stresIPA_2 52.4% 47.6% 100.0%

berat-sangat berat Count 1 13 14

Expected Count 6.0 8.0 14.0

% within stresIPA_2 7.1% 92.9% 100.0%

Total Count 20 27 47

Expected Count 20.0 27.0 47.0

% within stresIPA_2 42.6% 57.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 10.865a 2 .004

Likelihood Ratio 12.564 2 .002

Linear-by-Linear Association 7.720 1 .005

N of Valid Cases 47

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 5,11.

Page 86: 79947138 Skripsi Final Maret

86

Lampiran 9. Crosstab tingkat stres dengan siklus menstruasi pada kelas XII IPS tabel BxK

stresIPS * siklusmens Crosstabulation

siklusmens

Totalteratur tidak teratur

stresIPS Normal Count 14 2 16

Expected Count 8.2 7.8 16.0

% within stresIPS 87.5% 12.5% 100.0%

Ringan Count 1 6 7

Expected Count 3.6 3.4 7.0

% within stresIPS 14.3% 85.7% 100.0%

Sedang Count 4 3 7

Expected Count 3.6 3.4 7.0

% within stresIPS 57.1% 42.9% 100.0%

Berat Count 3 6 9

Expected Count 4.6 4.4 9.0

% within stresIPS 33.3% 66.7% 100.0%

sangat berat Count 0 4 4

Expected Count 2.0 2.0 4.0

% within stresIPS .0% 100.0% 100.0%

Total Count 22 21 43

Expected Count 22.0 21.0 43.0

% within stresIPS 51.2% 48.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 17.701a 4 .001

Likelihood Ratio 20.771 4 .000

Linear-by-Linear Association 10.028 1 .002

N of Valid Cases 43

a. 8 cells (80,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1,95.

Page 87: 79947138 Skripsi Final Maret

87

Lampiran 10. Crosstab tingkat stres dengan siklus menstruasi pada kelas XII IPS tabel BxK dengan pengabungan sel

stresIPS_2 * siklusmens Crosstabulation

siklusmens

Totalteratur tidak teratur

stresIPS_2 normal Count 14 2 16

Expected Count 8.2 7.8 16.0

% within stresIPS_2 87.5% 12.5% 100.0%

ringan-sedang Count 5 9 14

Expected Count 7.2 6.8 14.0

% within stresIPS_2 35.7% 64.3% 100.0%

berat-sangat berat Count 3 10 13

Expected Count 6.7 6.3 13.0

% within stresIPS_2 23.1% 76.9% 100.0%

Total Count 22 21 43

Expected Count 22.0 21.0 43.0

% within stresIPS_2 51.2% 48.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 13.896a 2 .001

Likelihood Ratio 15.236 2 .000

Linear-by-Linear Association 13.302 1 .000

N of Valid Cases 43

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 6,35.

Page 88: 79947138 Skripsi Final Maret

88

Lampiran 11. Crosstab tingkat stres dengan siklus menstruasi pada kelas XII tabel BxK

stres * siklusmens Crosstabulation

siklusmens

Totalteratur tidak teratur

stres normal Count 22 6 28

Expected Count 13.1 14.9 28.0

% within stres 78.6% 21.4% 100.0%

Ringan Count 3 8 11

Expected Count 5.1 5.9 11.0

% within stres 27.3% 72.7% 100.0%

sedang Count 13 11 24

Expected Count 11.2 12.8 24.0

% within stres 54.2% 45.8% 100.0%

Berat Count 4 14 18

Expected Count 8.4 9.6 18.0

% within stres 22.2% 77.8% 100.0%

sangat berat Count 0 9 9

Expected Count 4.2 4.8 9.0

% within stres .0% 100.0% 100.0%

Total Count 42 48 90

Expected Count 42.0 48.0 90.0

% within stres 46.7% 53.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 25.853a 4 .000

Likelihood Ratio 30.205 4 .000

Linear-by-Linear Association 19.449 1 .000

N of Valid Cases 90

Page 89: 79947138 Skripsi Final Maret

89

a. 2 cells (20,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 4,20.

Lampiran 12. Crosstab tingkat stres dengan siklus menstruasi pada kelas XII tabel BxK dengan pengabungan sel

stres_2 * siklusmens Crosstabulation

siklusmens

Totalteratur tidak teratur

stres_2 normal Count 22 6 28

Expected Count 13.1 14.9 28.0

% within stres_2 78.6% 21.4% 100.0%

ringan Count 3 8 11

Expected Count 5.1 5.9 11.0

% within stres_2 27.3% 72.7% 100.0%

sedang Count 13 11 24

Expected Count 11.2 12.8 24.0

% within stres_2 54.2% 45.8% 100.0%

berat-sangat berat Count 4 23 27

Expected Count 12.6 14.4 27.0

% within stres_2 14.8% 85.2% 100.0%

Total Count 42 48 90

Expected Count 42.0 48.0 90.0

% within stres_2 46.7% 53.3% 100.0%

Page 90: 79947138 Skripsi Final Maret

90

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 24.662a 3 .000

Likelihood Ratio 26.622 3 .000

Linear-by-Linear Association 17.793 1 .000

N of Valid Cases 90

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 5,13.

Lampiran 12. Uji Kolmogrov-Smirnov jurusan dengan tingkat stres pada kelas XII

Frequencies

Kelas N

stres Ipa 46

Ips 44

Total 90

Test Statisticsa

stres

Most Extreme Differences Absolute .175

Positive .000

Negative -.175

Kolmogorov-Smirnov Z .829

Asymp. Sig. (2-tailed) .497

a. Grouping Variable: kelas